You are on page 1of 19

SISTEM PERNAPASAN ANATOMI

Dengan bernapas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigennya dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hidrogen dari jaringan, memungkinkan setiap sel sendiri-sendiri melangsungkan proses metabolismanya. yang berarti pekerjaan selesai dan hasil buangan dalam bentuk karbon dioksida (C02) dan Air (H20) dihilangkan. Pernapasan ialah proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam jaringan atau "pernapasan dalam" dan yang terjadi di dalam paru-paru bernama "pernapasan luar" Udara ditarik ke dalam paru-paru pada waktu menarik napas dan didorong keluar paru-paru pada waktu mengeluarkan napas. Udara masuk melalui jalan pernapasan yang akan diterangkan di bawah.

SALURAN PERNAPASAN Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam lubang hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga) hidung. Vestibulum ini dilapisi dengan epitelium bergaris yang bersambung dengan kulit. Lapisan nares anterior memuat sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi oleh bulu kasar. Kelenjar-kelenjar itu bermuara ke dalam rongga hidung. Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Daerah pernapasan dilapisi dengan epitelium silinder dan sel spitel berambut yang mengandung sel cangkir atau sel lendir. Sekresi dari sel itu membuat permukaan nares basah dan berlendir. Di atas septum nasalis dan konkha selaput lendir ini paling tebal, yang diuraikan di bawah. Adanya tiga tulang kerang (konkhae) yang diselaputi epitelium pernapasan dan menjorok dari dinding lateral hidung ke dalam rongga, sangat memperbesar permukaan selaput lendir tersebut. Sewaktu udara melalui hidung, udara disaring oleh bulu-bulu yang terdapat di dalam vestibulum, dan karena kontak dengan permukaan lendir yang dilaluinya maka udara menjadi hangat, dan oleh penguapan air dari permukaan selaput lendir menjadi lembab.

Hidung menghubungkan lubang-lubang dari sinus udara para-nasalis yang masuk ke dalam rongga-rongga hidung, dan juga lubang-lubang naso-lakri-mal yang menyalurkan air mata dari mata ke dalam bagian bawah rongga nasalis. ke dalam hidung.

Farinx (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan usofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang hidung (naso-farinx), di belakang mulut (oro-farinx) dan di belakang larinx (farinxlaringeal).

Nares posterior adalah muara rongga-rongga hidung ke naso-farinx. Larinx (tenggorok) terletak di depan bagian terendah farinx yang memisahkannya dari kolumna vertebra, berjalan dari farinx sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya. Larinx terdiri atas kepingaa.tulang rawan yang diikat bersama oleh ligamen dan membran. Yang terbesar di antaranya ialah tulang rawan tiroid, dan di sebelah depannya terdapat benjolan subkutaneus yang dikenal sebagai jakun, yaitu di sebelah depan leher. Larinx terdiri atas dua lempeng atau lamina yang bersambung di garis tengah. Di tepi atas terdapat lekukan berupa V. Tulang rawan krikoid terletak di bawah tiroid, bentuknya seperti cincin mohor dengan mohor cincinnya di sebelah belakang (Ini adalah tulang rawan satu-satunya yang berbentuk lingkaran lengkap.) Tulang rawan lainnya ialah kedua tulang krawan aritenoid yang menjulang di sebelah belakang krikoid, dan kanan dan kiri tulang rawan kuneiform dan tulang rawan kornikulata, yang sangat kecil.

Terkait di puncak tulang rawan tiroid terdapat epiglottis, yang berupa katup tulang rawan dan membantu menutup larinx sewaktu orang meneIan. Larinx dilapisi oleh jenis selaput lendir yang sama dengan yang di trakhea, kecuali pila suara dan bagian epiglottis yang dilapisi sel epitelium berlapis.

Pita suara terletak di sebelah dalam larinx, berjalan dari tulang rawan tiroid di sebelah depan sampai di kedua tulang rawan aritenoid. Dengan gerakan dari tulang rawan aritenoid yang ditimbulkan oleh berbagai otot laringcal, pita suara ditegangkan atau dikendorkan. Dengan

demikian lebar sela-sela antara pita-pita atau rima glottidis, berubah-rubah sewaktu bernapas dan bicara. Karena getaran pita yang disebabkan udara yang melalui glottis maka suara dihasilkan. Berbagai otot yang terkait pada larinx mengendalikan suara, dan juga menutup lubang atas larinx sewaktu menelan. Trakhea. Trakhea atau batang tenggorok kira-kira sembilan sentimeter panjangnya. Trakhea berjalan dari larinx sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronkhus (bronkhi). Trakhea tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran di sebelah belakang trakhea; selain itu juga memuat beberapa jaringan otot. Trakhea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia dan sel cangkir. Jurusan silia ini bergerak ialah ke atas ke arah larinx, maka dengan gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang turut masuk bersama dengan pernapasan, dapat dikeluarkan. Tulang rawan yang gunanya mempertahankan agar trakhea tetap terbuka, di sebelah belakangnya tidak tersambung, yaitu di tempat trakhea menempel pada usofagus, yang memisahkannya dari tulang belakang.

Trakhea seruikalis yang berjalan melalui leher, disilang oleh istmus kelenjar tiroid, yaitu belahan dari kelenjar yang melingkari sisi-sisi trakhea. Trakhea torasika berjalan melintasi mediastinum (lihat gambar 168), di belakang sternum, menyentuh arteri inominata dan arkus aorta. Usofagus terletak di belakang trakhea. Kedua bronkhus yang terbentuk dari belahan dua trakhea pada ketinggian kira-kira vertebra torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trakhea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkhus-bronkhus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampuk paru-paru. Bronkhus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada yang kiri; sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yang disebut bronkhus lobus atas; cabang kedua timbul setelah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronkhus lobus bawah. Bronkhus lobus tengah keluar dari bronkhus lobus bawah (lihat gambar 167). Bronkhus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.

di atas landai rongga torax, di atas diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memuat tampuk paru-paru, sisi belakang yang menyentuh tulang belakang dan sisi depan yang menutupi sebagian sisi depan jantung. Lobus paru-paru (belahan paru-paru). Paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus oleh fisura. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula. Sebuah pipa bronkhial kecil masuk ke dalam setiap lobula dan semakin ia bercabang, semakin menjadi tipis dan akhirnya berakhir menjadi kantong kecil-kecil, yang merupakan kantong-kantong udara paru-paru. Jaringan paru-paru adalah elastik, berpori dan seperti spon. Di dalam air paru-paru mengapung karena udara yang ada di dalamnya. Bronkhus pulmonaris. Trakhea terbelah menjadi dua bronkhus utama; bronkhus ini bercabang lagi sebelum masuk paru-paru (lihat halaman 213). Dalam perjalanannya menjelajahi paru-paru bronkhus-bronkhus pulmonaris bercabang dan beranting lagi banyak sekali. Saluran yang besar mempertahankan struktur serupa dengan yang dari trakhea, mempunyai dinding fibrusa berotot yang mengandung bahan tulang rawan dan dilapisi epitelium bersilia. Makin kecil salurannya, makin berkurang tulang rawannya dan akhirnya tinggal dinding fibrusa berotot dan lapisan silia. Bronkhus terminalis masuk ke dalam saluran yang agak lain yang disebut vestibula, dan di sini membran pelapisnya mulai berubah sifatnya; lapisan epi-telium bersilia diganti dengan sel epitelium yang pipih. Dari vestibula berjalan beberapa infundibula dan di dalam dindingnya dijumpai kantong-kantong udara itu. Kantong udara atau alveoli itu terdiri atas satu lapis Pembuluh darah dalam paru-paru. Arteri pulmonalis membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen dari ventrikel kanan jantung ke paru-paru: cabang-cabangnya menyentuh saluran-saluran bionkhial, bercabang dan bercabang lagi sampai menjadi arteriola halus; arteriola itu membelah-belah dan membentuk jaringan kapiler dan kapiler itu menyentuh dinding alveoli atau gelembung udara. Kapiler halus itu hanya dapat memuat sedikit, maka praktis dapat dikatakan sel-sel darah merah membuat baris tunggal. Alirannya bergerak lambat dan dipisahkan dari udara dalam alveoli hanya oleh dua membran yang sangat tipis, maka pertukaran gas berlangsung dengan difusi, yang merupakan fungsi pernapasan (lihat halaman 219).

Kapiler paru-paru bersatu dan bersatu lagi sampai menjadi pembuluh darah lebih besar dan akhirnya dua vena pulmonaris meninggalkan setiap paru-paru membawa darah berisi oksigen ke atrium kiri jantung untuk didistribusikan ke seluruh tubuh melalui aorta. darah berisi oksigen langsung dari aorta torasika ke paru-paru guna memberi makan dan mengantarkan oksigen ke dalam jaringan paru-paru sendiri. Cabang akhir arteri-arteri ini membentuk plexus kapiler yang tampak jelas dan terpisah dari yang terbentuk oleh cabang akhir arteri pulmonaris, tetapi beberapa dari kapiler ini akhirnya bersatu kc dalam vena pulmonaris dan darah itu kemudian dibawa masuk ke dalam vena pulmonaris. Sisa darah itu diantarkan dari setiap paru-paru oleh vena bronkhialis dan ada yang dapat mencapai vena kava superior. Maka dengan demikian paru-paru mempunyai persediaan darah ganda. Hilus Itampuk) Paru-paru dibentuk oleh struktur berikut: Arteri pulmonalis, yang mengembalikan darah tanpa oksigen ke dalam paru-paru untuk diisi oksigen, Vena pulmonalis, yang mengembalikan darah berisi oksigen dari paru-paru ke jantung, Bronkhus yang bercabang dan beranting membentuk pohon bronkhial. merupakan jalan udara utama. Arteri bronkhialis, keluar dari aorta dan mengantarkan darah arteri ke jaringan paru-paru, Vena bronkhialis, mengembalikan sebagian darah dari paru-paru ke vena kava superior, dan Pembuluh limfe, yang masuk-keluar paru-paru, sangat banyak, Persarafan. Paru-paru mendapat pelayanan dari saraf vagus dan saraf simpati, Kelenjar limfe. Semua pembuluh limfe yang menjelajahi struktur paru-paru dapat menyalurkan ke dalam kelenjar yang ada di tampuk paru-paru. Pleura. Setiap paru-paru dilapisi oleh membran serosa rangkap dua. yaitu pleura. Pleura viseralis erat melapisi paru-paru. masuk ke dalam fisura dan dengan demikian memisahkan lobus satu dari yang lain. Membran ini kemudian dilipat kembali di sebelah tampuk paru-paru dan membentuk pleura parietalis, dan melapisi bagian dalam dinding dada. Pleura yang melapisi iga-iga ialah pleura kostalis, bagian yang menutupi diafragma ialah pleura diafragmatika, dan bagian yang terletak di leher ialah pleura servikalis. Pleura ini diperkuat oleh membran yang kuat bernama membran suprapleuralis (fasia Sibson) dan di atas membran ini terletak arteri subklavia.

Di antara kedua lapisan pleura itu terdapat sedikit exsudat untuk meminyaki permukaannya dan menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada yang sewaktu bernapas bergerak. Dalam keadaan sehat kedua lapisan itu satu dengan yang lain erat bersentuhan. Ruang atau rongga pleura itu hanyalah ruang yang tidak nyata; tetapi dalam keadaan tidak normal, udara atau cairan memisahkan kedua pleura itu dan ruang di antaranya menjadi jelas.

FISIOLOGI PERNAPASAN

Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksidaPada Pernapasan melalui Paru-paru atau Pernapasan Externa, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut, pada waktu bernapas: oksigen masuk melalui trakhea dan pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat erat hubungan dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapis membran, yaitu membran alveoli-kapiler. memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen. Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan meta-bolisma, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial dan trakhea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut. Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau pemapasan externa:

1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar

2. Arus darah melalui paru-paru 3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat dari setiapnya dapat mencapai semua bagian tubuh 4. Difusi gas yang menembus membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2 lebih mudah berdifusi daripada oksigen. Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan lebih banyak darah datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi yang dengan demikian terjadi mengeluarkan CO-, dan memungut lebih banyak O2. Diagram menggambarkan pernapasan jaringan Tanda panah di atas menunjukkan jalan Co2 keluar dari cairan jaringan menuju sel darah merah di dalam sebuah kapiler. Tanda panah bawah menunjukkan lewatnya oksigen keluar dari sel darah merah menuju sel-sel tubuh yang terapung-apung di dalam cairan jaringan Pernapasan Jaringan atau Pernapasan Interna. Darah yang telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oxihemoglobin), mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung, dan darah menerima, sebagai gantinya, hasil buangan oksidasi, yaitu karbon dioksida. Perubahan-perubahan berikut terjadi dalam komposisi udara dalam alveoli, yang disebabkan pernapasan externa dan pernapasan interna atau pernapasan jaringan. Udara (atmosfer) yang dihirup: Nitrogen ............................................................................................... 79 % Oksigen .................................................................................................20 % Karbon dioksida ..................................................................................... 0-04 % Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembaban atmosfer. Udara yang dihembuskan: Nitrogen ...................................................................................................... 79 % Oksigen ...................................................................................................... 16 %

Karbon dioksida ...................................................................................... 4-0,4 % Udara yang dihembuskan jenuh dengan uap air dan mempunyai suhu yang sama dengan badan (20 persen panas badan hilang untuk pemanasan udara yang dikeluarkan). Daya Muat Udara oleh Paru-paru. Besar daya muat udara oleh paru-paru ialah 4.500 ml sampai 5.000. Hanya sebagian kecil dari udara ini, kira-kira l/10nya atau 500 ml adalah udara pasang-surut (tidal air), yaitu yang dihirup masuk dan dihembuskan ke luar pada pernapasan biasa dengan tenang. Kapasitas vital. Volume udara yang dapat dicapai masuk dan keluar paru-paru pada penarikan napas dan pengeluaran napas paling kuat, disebut kapasitas vital paru-paru. Diukurnya dengan alat spirometer. Pada seorang laki, normal 4-5 liter dan pada seorang perempuan, 3-4 liter. Kapasitas itu berkurang pada penyakit paru-paru, pada penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru) dan pada kelemahan otot pernapasan. KECEPATAN DAN PENGENDALIAN PERNAPASAN

Mekanisme pernapasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor utama, (a) kimiawi, dan (b) pengendalian oleh saraf. Beberapa faktor tertentu merangsang pusat pernapasan yang terletak di dalam medula oblongata, dan kalau dirangsang maka pusat itu mengeluarkan impuls yang disalurkan oleh saraf spinalis ke otot pernapasan yaitu otot diafragma dan otot interkostalis. Pengendalian oleh Saraf. Pusat pernapasan ialah suatu pusat otomatik di dalam medula oblongata yang mengeluarkan impuls eferen ke otot pernapasan. Melalui beberapa radix saraf servikalis impuls ini diantarkan ke diafragma oleh saraf frenikus: Dan di bagian yang lebih rendah pada sumsum belakang, impulsnya berjalan dari daerah torax melalui saraf interkostalis untuk merangsang otot interkostalis. Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan interkostal yang kecepatan kira-kira lima belas kali setiap menit. Impuls aferen yang dirangsang oleh pemekaran gelembung udara, diantarkan oleh saraf vagus ke pusat pernapasan di dalam medula. Pengendalian secara kimiawi. Faktor kimiawi ini ialah faktor utama dalam pengendalian dan pengaturan frekwensi, kecepatan dan dalamnya gerakan pernapasan. Pusat pernapasan di dalam sumsum sangat peka pada reaksi: kadar alkali darah harus dipertahankan (lihat halaman 139). Karbon dioksida adalah produk asam dari metabolisme, dan bahan kimia yang asam ini

merangsang pusat pernapasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot pernapasan. Kedua pengendalian, melalui saraf dan secara kimiawi, adalah penting. Tanpa salah satunya orang tak dapat bernapas terus. Dalam hal paralisanya yang mudah menyebar dari yang satu pada yang lainnya, dan (b) untuk menghindarkan rasa tak segar karena panas, lembab dan pengap dan untuk mempertahankan hawa "segar" yang dapat digunakan untuk konsentrasi pada pekerjaan atau belajar. (Lihat catatan halaman 223, mengenai kebutuhan badan akan oksigen). Ventilasi pulmoner, atau jumlah udara yang masuk dan keluar paru-paru, dapat terlalu kecil bila pernapasan lemah sebab kerusakan otak, sumsum tulang belakang, serabut-serabut saraf, otot atau iga-iga, atau bila pernapasan tersumbat karena ada halangan dalam saluran udara seperti pada asma. Ventilasi yang terlalu sedikit menyebabkan anoxia dan penimbunan C02. Pengobatan bertujuan membantu pernapasan dengan ventilasi buatan atau dengan inha-lasi untuk menghilangkan obstruksi pada saluran udara bronkhial. Penyakit pada jaringan paru-paru seperti dalam pneumonia, tidak menyebabkan ventilasi pulmoner yang berkurang, tetapi menyebabkan anoxia. Dispnea, atau kesukaran bernapas, dapat disebabkan kelemahan saraf atau otot, kerusakan pada iga-iga atau ruang pleural, paru-paru kaku yang disebabkan pneumonia, atau udema paru-paru dalam payah jantung atau obstruksi dalam saluran udara pada asma atau bronkhi-tis. Sianosis sering mengiringi keadaan tersebut. Pada pneumonia lobaris daerah yang terkena tampak terbendung dan difusi oksigen tak berjalan. Kecepatan pernapasan bertambah dalam usaha jaringan paru-paru untuk mengisi kekurangan dari kegagalan-kegagalan pada bagian yang terkena kongesti. Pada bronkhitis seperti juga pada pneumonia, baik ventilasi maupun difusi gas tak berjalan, karena pembengkakan lapisan membran menghalangi udara masuk ke dalam paru-paru. Bronkhitis khronika bisa menimbulkan komplikasi emfisema bila udara tertahan di dalam jaringan paru-paru. karena jaringan yang bersifat elastik dari sel udara yang halus, mengalami degenerasi alveoli, tetap mekar dan permukaannya yang seperti membran, juga tak dapat menjalankan difusi gas. Pada asma saluran udara menyempit dan sebagian terhalang oleh spasmus otot. Khususnya ekspirasi sukar. Pada bronkhiektasi pipa bronkhi mekar dan sering kena infeksi.

Kegagalan pernapasan ialah kegagalan fungsi pernapasan untuk mempertahankan isi oksigen dan karbon dioksida normal. Terdapat dua jenis: pertama ada kegagalan ventilasi pulmoner yang disebabkan kegagalan pengendalian saraf pusat seperti pada pemakaian terlalu banyak obat penenang: kegagalan pengendali saraf tepi. seperti pada poliomielitis; kegagalan dada untuk kembang-kempis seperti pada patah yang luas pada iga-iga, atau pada pneumoto-rax, atau penyumbatan larinx. Dalam keadaan ini terdapat baik kekurangan oksigen maupun kelebihan karbon dioksida. Pada jenis kegagalan pernapasan yang kedua ini terdapat ketidakseimbangan pertukaran al-veoli-kapiler, seperti pada pneumonia atau udema pulmoner (halaman 129). Dalam keadaan ini terdapat kekurangan oksigen tetapi tidak ada kelebihan karbon dioksida, karena CO2 lebih mudah larut, maka mudah keluar dari darah. Juga bila membran alveoler terlalu tebal untuk dilalui o, Pembedahan rorax dapat dilaksanakan dengan baik. Torakotomi berarti membuat lubang di dalam dada untuk dapat membedah salah satu organ di dalam torax seperti jantung dan paruparu atau salah satu struktur dalam mediastinum. Torakoplasti ialah pembedahan untuk mengeluarkan iga tertentu guna memungkinkan dada mengempis atau kolaps supaya paru-paru yang terkena tuberkulosa tidak bekerja. R&eksi iga dijalankan untuk mengeluarkan empiema. Dalam operasi paru-paru termasuk pneumektomi, yaitu bila sebuah paru-paru dikeluarkan dan lobektomi, bila sebuah atau lebih banyak lobus dikeluarkan. Sejumlah operasi lainnya mencakup pengeluaran sebuah segmen jaringan paru-paru. disebut reseksi segmental, atau bila seiris jaringan dikeluarkan disebut reseksi kepingan. Persiapan untuk operasi torax sama seperti untuk operasi besar lainnya, mencakup pemeriksaan rutin foto Rdntgen dada. fisioterapi dan kemungkinan bronkhoskopi untuk penentuan diagnosa. Bila ada infeksi akut pada saluran pernapasan maka operasi akan ditunda sampai terobati benar. Operasi usofagus kalau ada anomali kongenital (kelainan bawaan), striktur (penyempitan) dan kalau ada pertumbuhan jenis karsinoma, dapat dilakukan melalui sebuah insisi torakoto-mi. Operasi untuk perbaikan hiatus hernia usofagus merupakan salah satu operasi biasa dalam kelompok ini (lihat halaman 120). Sesudah (orakotomi jenis mana saja, sebuah pipa "drain" interpleural dipasang melalui dinding torax di sebuah botol penampung tertutup rapat dan berisi air. Air ini bekerja sebagai ka-

tup satu jurusan yang memungkinkan penyaluran dengan bebas udara, darah atau cairan dari dada. Maka jaringan paru-paru yang ditinggalkan sekarang bebas untuk mengembang sepenuhnya untuk mengisi rongga torax sepenuhnya. Pengamatan perawatan yang penting ialah mencatat bahwa pipa drainnya tetap tidak lepas dan melaporkan banyaknya dan jenis cairan yang keluar selama masa dua puluh empat jam. Hal ini menjadi bagian dari laporan keseimbangan cairan yang harus dilakukan dengan teliti dari hari ke hari. Pendahuluan Pernapasan, internal mengacu kepada reaksi metabolisme intrasel yang menggunakan 02 dan menghasilkan C02 selama oksidasi molekul-molekul nutrien penghasil energi. Pernapasan eksternal mencakup berbagai langkah yang terlibat dalam pemindahan 02 dan COz antara lingkungan eksternal dan sel jaringan. Sistem pemapasan dan sirkulasi berfungsi bersama-sama untuk melaksanakan pernapasan eksternal. Sistem pemapasan melaksanakan pertukaran udara antara atmosfer dan paru melalui proses ventilasi. Pertukaran 02 dan C02 antara udara dalam paru dan darah dalam kapiler paru berlangsung melalui dinding kantung udara, atau alveolus, yang sangat tipis. Saluran pemapasan menghantarkan udara dari atmosfer ke bagian paru tempat pertukaran gas tersebut berlangsung. Paru terletak di dalam kompartemen toraks yang tertutup, yang volumenya dapat diubah-ubah oleh aktivitas kontraktil otot-otot pemapasan. Mekanika Pernapasan Ventilasi, atau bernapas, adalah proses pergerakan udara masuk-keluar paru secara berkala sehingga udara alveolus yang lama dan telah ikut serta dalam pertukaran 02 dan C02 dengan darah kapiler paru diganti oleh udara atmosfer segar. Ventilasi secara mekanis dilaksanakan dengan mengubah-ubah secara berselang-seling arah gradien tekanan untuk aliran udara antara atmosfer dan alveolus melalui ekspansi dan penciutan berkala paru. Kontraksi 'dan relaksasi otot-otot inspirasi (terutama diafragma) yang berganti-ganti secara tidak langsung menimbulkan inflasi dan deflasi periodik paru dengan secara berkala mengembang-kempiskan rongga toraks, dengan paru secara pasif mengikuti gerakannya. Karena kontraksi otot inspirasi memerlukan energi, inspirasi adalah proses aktif, tetapi ekspirasi adalah proses pasif pada bernapas tenang karena ekspirasi terjadi melalui penciutan elastik paru sewaktu otot-otot inspirasi melemas acpa memerlukan energi. Untuk ekspirasi aktif

yang lebih kuat, kontraksi otot-otot ekspirasi (terutama otot abdomen) semakin memperkecil ukuran rongga toraks dan paru, yang semakin meningkatkan gradien tekanan intra-alveolus terhadap atmosfer. Semakin besar gradien antara alveolus dan atmosfer (dalam kedua arah), semakin besar laju aliran udara, karena udara terus mengalir sampai tekanan intra-alveolus seimbang dengan tekanan atmosfer. Selain secara langsung proporsional dengan gradien tekanan, laju aliran udara juga berbanding terbalik dengan resistensi saluran pernapasan. Karena resistensi saluran pernapasan, yang bergantung pada kaliber saluran pemapasan, dalam keadaan normal sangat rendah, laju aliran udara biasanya bergantung pada gradien tekanan yang tercipta antara alveolus dan atmosfer. Apabila resistensi saluran pemapasan meningkat secara patologis akibat penyakit paru obstruktif menahun, gradien tekanan harus juga meningkat melalui peningkatan aktivitas otot pemapasan agar laju aliran udara konstan. Paru dapat diregangkan ke berbagai ukuran selama inspirasi dan kemudian kembali menciut ke ukuran pra-inspirasinya selama ekspirasi karena sifat elastik paru. Compliance paru mengacu pada distensibilitas paruseberapa jauh mereka teregang sebagai respons terhadap perubahan gradien tekanan transmural, gaya yang meregangkan dinding paru, tertentu. Recoil elastik mengacu pada fenomena paru kembali ke posisi istirahatnya selama ekspirasi. Sifat elastik paru bergantung pada jaringan ikat elastik di dalam paru dan pada interaksi tegangan permukaan alveolus/surfaktan paru. Tegangan permukaan alveolus, yang disebabkan oleh gaya tarik-menarik antara molekul-molekul air permukaan dalam film cair yang melapisi setiap alveolus, cenderung menahan peregangan alveolus pada saat inflasi (menurunkan compliance) dan cenderung mengembalikan alveolus ke luas permukaan yang lebih kecil selama deflasi (meningkatkan rebound paru). Jika alveolus hanya dilapisi oleh air, tegangan permukaan akan sedemikian besar, sehingga paru tidak memiliki compliance dan cenderung kolaps. Sel-sel alveolus Tipe II mengeluarkan surfaktan paru, suatu fosfolipoprotein yang berada di antara molekul-molekul air dan menurunkan tegangan permukaan, sehingga compliance paru meningkat dan mencegah kecenderungan alveolus untuk kolaps. Paru dapat diisi sampai lebih dari 5,5 liter dengan usaha inspirasi maksimum aatu dikosongkan sampai sekitar 1 liter dengan ekspirasi maksimum. Namun, dalam keadan normal paru bekerja pada "separuh kapasitas". Volume paru biasanya bervariasi dari sekitar 2 sampai 2,5 liter karena udara tidal volume rata-rata sebesar 500 ml keluar masuk paru setiap kali bernapas.

Jumlah udara yang masuk dan keluar paru dalam satu menit, ventilasi paru, setara dengan tidal volume x kecepatan bernapas. Namun, tidak semua udara yang masuk dan keluar tersedia untuk ditukar 02 dan C02-nya dengan darah karena sebagian udara menempati saluran pernapasan, yang dikenal sebagai ruang mati anatomik. Ventilasi alveolus, volume udara yang dipertukarkan antara atmosfer dan alveolus dalam satu menit, adalah ukuran udara yang benarbenar tersedia untuk pertukaran gas dengan darah. Ventilasi alveolus sama dengan (tidal volume dikurangi volume ruang mati) x kecepatan bernapas.

Pertukaran Gas Oksigen dan COz bergerak melintasi membran tubuh melalui proses difusi pasif mengikuti gradien tekanan parsial. Difusi netto 02 mula-mula terjadi antara alveolus dan darah, kemudian antara darah dan jaringan akibat gradien tekanan parsial 02 yang tercipta oleh pemakaian terus menerus 02 oleh sel dan pemasukan terus menerus O2 segar melalui ventilasi. Difusi netto C02 terjadi dalam arah yang berlawanan, pertama-tama antara jaringan dan darah, kemudian antara darah dan alveolus, akibat gradien tekanan parsial C02 yang tercipta oleh produksi terus menerus C02 oleh sel dan pengeluaran terus menerus C02 alveolus oleh proses ventilasi. Transportasi Gas Karena Oz dan C02 tidak terlalu larut dalam darah, keduanya terutama harus diangkut dengan mekanisme selain hanya larut secara fisik. Hanya 1,5% 02 yang larut secara fisik dalam darah, dengan 98,5% secara kimiawi berikatan dengan hemoglobin (Hb). Faktor utama yang menentukan seberapa banyak 02 berikatan dengan Hb (% saturasi Hb) adalah P02 darah. Hubungan antara P02 darah dan % saturasi Hb adalah sedemikian rupa, sehingga pada rentang P02 yang dijumpai di kapiler paru, Hb tetap hampir mengalami saturasi penuh, walaupun P02 darah turun sampai hanya 40%; hal ini memberikan batas keamanan dengan menjamin penyaluran 02 dengan kadar hampir normal ke sel-sel walaupun terjadi penurunan bermakna P02 arteri. Di pihak lain, dalam rentang P02 yang terdapat di kapiler sistemik, terjadi peningkatan mencolok pelepasan 02 oleh Hb sebagai respons terhadap penurunan ringan PO; darah yang berkaitan dengan peningkatan metabolisme seL dengan demikian, lebih banyak 02 yang disediakan unr=k mengimbangi peningkatan kebutuhan jaringan.

Karbon dioksida yang diserap di kapiler sistemi diangkut dalam darah dengan tiga cara: (1) 10% larut secas fisik; (2) 30% terikat ke Hb; dan (3) 60% dalam bentuk bikarbonat (HC03). Enzim karbonat anhidrase eritros: mengkatalisasi perubahan C02 menjadi HC03' sesua: dengan reaksi: C02 + H20 S H2C03 H+ + HC03\ Ion H+ yang dihasilkan berikatan dengan Hb. Reaksireaksi nx semuanya berbalik arah di paru ketika C02 dieliminasi alveolus. Kontrol Pernapasan Ventilasi melibatkan dua aspek berbeda, yang keduanya dapat dipengaruhi oleh kontrol saraf: (1) siklus ritmis antara inspirasi dan ekspirasi dan (2) pengaturan besarnya ventilasi, yang pada gilirannya bergantung pada kontrol frekuensi bernapas dan kedalaman tidal volume. Irama bernapas terutama ditentukan oleh aktivitas pemacu yang diperlihatkan oleh neuron-neuron inspirasi yang terletak cfc pusat kontrol pemapasan di medula batang otak. Sewaktu neuronneuron inspirasi ini melepaskan muatan secara spontan, impuls akhirnya mencapai otot-otot inspirasi sehingga terjadi inspirasi. Apabila neuron inspirasi berhenti melepaskan muatan, otot inspirasi melemas dan terjadi ekspirasi. Apabila ekspirasi aktif akan terjadi, otot-otot ekspirasi diaktifkan oleh keluaran dari neuron-neuron ekspirasi di medula. Irama dasar ini diperhalus oleh keseimbangan aktivitas di pusat apnustik dan pneumotaksfk yang terletak lebih tinggi di batang otak di pons. Pusat apnustik memperpanjang inspirasi, sementara pusat pneu-motaksik yang lebih kuat membatasi inspirasi. Tiga faktor kimia berperan dalam penentuan besarnya ventilasi: Pco2. Po2> dan konsentrasi H+ darah arteri. Faktor dominan dalam pengaturan ventilasi dari terus menerus (menit-ke-menit) adalah PCo2 arteri. Peningkatan PC02 arteri merupakan stimulus kimiawi terkuat yang merangsang ventilasi. Perubahan PCo2 arteri mengubah ventilasi terutama dengan menimbulkan perubahan setara pada konsentrasi H4 CES otak, yang sangat peka di kemo-reseptor sentral. Kemoreseptor perifer responsif terhadap peningkatan konsentrasi H+ arteri, yang juga secara refleks meningkatkan ventilasi. Penyesuaian kadar C02 penghasil asam dalam darah arteri penting untuk mempertahankan keseimbangan asam-basa tubuh. Kemoreseptor perifer juga secara refleks merangsang pusat pemapasan sebagai respons terhadap penurunan mencolok P02 arteri (< 60 mmHg). Respons ini berfungsi sebagai mekanisme darurat untuk meningkatkan respirasi apabila kadar P02 arteri turun di bawah rentang aman berdasarkan bagian datar kurva 02-Hb. Pemeriksaan fisik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi. Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali. Tanda vital Suhu Pemeriksaan suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat dikontrol karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi. Suhu dapat menjadi salah satu tanda infeksi atau peradangan, yakni demam (di atas > 37C). Suhu yang tinggi juga dapat disebabkan oleh hipertermia. Suhu tubuh yang jatuh atau hipotermia juga dinilai. Tekanan darah Tekanan darah dinilai dalam dua hal, sebuah tekanan tinggi sistolik yang menandakan kontraksi maksimal jantung dan tekanan rendah diastolik atau tekanan istirahat.

Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kanan, kecuali pada lengan tersebut terdapat cedera. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa. Tidak ada nilai tekanan darah 'normal' yang tepat, namun dihitung berdasarkan rentang nilai berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah amat dipengaruhi oleh kondisi saat itu, misalnya seorang pelari yang baru saja melakukan lari maraton, memiliki tekanan yang tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien tidak bekerja berat, tekanan darah normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi diukur pada nilai sistolik 140-160 mmHg. Tekanan darah rendah disebut hipotensi. Denyut Denyut merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri. Ukuran kecepatannya diukur pada beberapa titik denyut misalnya denyut arteri radialis pada pergelangan tangan, arteri brachialis pada lengan atas, arteri karotis pada leher, arteri poplitea pada belakang lutut, arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior pada kaki. Pemeriksaan denyut dapat dilakukan dengan bantuan stetoskop. Denyut sangat bervariasi tergantung jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan usia. Bayi yang baru dilahirkan (neonatus) dapat memiliki dentur 13-150 denyut per menit. Orang dewasa memiliki denyut sekitar 50-80 per menit. Kecepatan pernapasan Beraneka ragam tergantung usia. Batas normalnya sekitar 16-20 penarikan napas per menit. Biometrika dasar Tinggi Tinggi merupakan salah satu ukuran pertumbuhan seseorang. Tinggi dapat diukur dengan stasiometer atau tongkat pengukur. Pasien akan diminta untuk berdiri tegak tanpa alas kaki. Anak-anak berusia dibawah 2 tahun diukur tingginya dengan cara dibaringkan.

Berat atau massa Berat atau massa tubuh diukur dengan pengukur massa atau timbangan. Indeks massa tubuh digunakan untuk menghitung hubungan antara tinggi dan mssa sehat serta tingkat kegemukan. Nyeri Pengukuran nyeri bersifat subyektif namun penting sebagai tanda vital. Dalam klinik, nyeri diukur dengan menggunakan skala FACES yang dimulai dari nilai '0' (tidak dirsakan nyeri pada pasien dapat dilihat dari ekspresi wajah pasien), hingga '5' (nyeri terburuk yang pernah dirasakan pasien). Struktur dalam penulisan riwayat pemeriksaan Tampilan umum Kondisi yang jelas tertangkap ketika pasien masuk ke ruangan konsultasi dan berkomunikasi dengan dokter. (misalnya: pasien terlihat pincang atau pasien mengalami ketulian sehingga sulit berkomunikasi) JACCOL, sebuah jembatan keledai, untuk tanda kekuningan (Jaudience), kemungkinan tanda pucat pada kulit atau konjungtiva (Anaemia), tanda kebiruan pada bibir atau anggota gerak (Cyanosis), kelainan bentuk pada kuku jari (Clubbing), pembengkakan (Oedema atau Edema), dan, pemeriksaan pada nodus limfatikus (Lymph nodes) pada leher, ketiak, dan lipatan paha. Sistem organ Sistem kardiovaskular
o o

Tekanan darah, denyut nadi, irama jantung Tekanan vena jugularis atau Jugular veins preassure (JVP), edema perifer, dan bukti edema pulmonaris atau edema paru.

Pemeriksaan jantung

Paru-paru
o

Kecepatan pernapasan, auskultasi paru-paru

Dada dan payudara Abdomen


o

Pemeriksaan abdomen misalnya pendeteksian adanya pembesaran organ (contohnya aneurisma aorta)

Pemeriksaan rektum

Sistem reproduksi Sistem otot dan gerak Sistem saraf, termasuk pemeriksaan jiwa Pemeriksaan kepala, leher, hidung, tenggorokkan, telinga (THT) Kulit
o o

Pemeriksaan pada pertumbuhan rambut Peneriksaan tanda klinis pada kulit

Histologi Saluran penghantar udara yang membawa udara ke dalam paru adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus. Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh membrana mukosa bersilia. Ketika masuk vestibulum nasi udara disaring, dihangatkan, dan dilembabkan oleh mukosa respirasi yang terdiri dari epitel toraks bertigkat, bersilia, dan bersel goblet. Permukaan epitel diliputi oleh cairan mukus. Gerakan silia mendorong mukus ke posterior di dalam rongga hidung dan ke superior pada sistem pernapasan bawah menuju ke faring. Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara. Selanjutnya menuju glotis dan akan bermuara di trakea. Trakea disokong oleh cincin tulang rawan berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 12,5 cm. Trakea akan bercabang yang dinamakan bifurcatio trachealis dimana pada percabangan tersebut ada bangungan yang bernama carina. Percabangan itu akan berlanjut sebagai bronkus primarius dexter et sinister yang akan kembali bercabang menjadi bronkus sekundus atau bronkus lobaris. Bronkus lobaris akan bercabang menjadi bronkus tertius atau segmentalis yang akan berlanjut menjadi bronkiolus terminalis. Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru, yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan sakus

alveolaris terminalis. Terdapat dua tipe sel alveolar : pneumosit tipe I, merupakan lapisan tipis yang menyebar dan menutupi lebih dari 90% daerah permukaan, dan pneumosit tipe II yang bertanggung jawab atas sekresi surfaktan

You might also like