You are on page 1of 17

BAB I PENDAHULUAN

Dokter dalam menjalankan prakteknya seringkali akan menghadapi berbagai macam keluhan sebagai pernyataan penderitaannya. Keluhan tersebut timbul sebagai akibat adanya gangguan fisik, tetapi dapat pula berkaitan dengan problem emosional atau kedua-duanya dalam waktu bersamaan. Didalam kepustakaan disebutkan bahwa sekurang-kurangnya 25 30 % dari pasien yang berobat ke dokter datang dengan problem emosional. Disamping itu dalam menghadapi penyakitnya, akan selalu ada faktor-faktor emosional yang bekerja pada diri pasien, yang dapat mempengaruhi kondisi penyakitnya. Seperti misalnya : dari pengalaman beberapa dokter disebutkan bahwa beberapa penderita fraktur, penyakit infeksi, dan lain-lainnya lebih cepat sembuh apabila ada rasa pengharapan pada dirinya. Tetapi apabila pasien merasa sedih, putus asa, merasa gagal, merasa ditinggalkan dan dipersalahkan oleh sanak keluarganya, sehingga kesembuhannya bisa akan lambat atau bahkan tidak akan menunjukkan respon terhadap terapi walaupun pemberian obat, operasi dan lain-lainnya diberikan secara benar dan tepat. Tidak jarang pula seorang dokter akan menjumpai reaksi emosional pasien yang akan menghadapi tindakan pembedahan. Gambaran diatas menunjukkan bahwa dokter dan psikiater yang sehari-harinya memberi pertolongan pada pasiennya ternyata telah berhadapan pula baik secara sadar maupun tidak dengan problem emosional yang ada pada diri pasien. Oleh karena itu psikoterapi sangatlah dibutuhkan dalam penyembuhan pada orang-orang yang memiliki masalah terutama masalah kesehatan jiwa. Psikoterapi adalah terapi atau pengobatan yang menggunakan cara-cara psikologik, dilakukan oleh seseorang yang terlatih khusus, yang menjalin hubungan kerjasama secara profesional dengan seorang pasien dengan tujuan untuk menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-gejala dan penderitaan akibat penyakit. Definisi yang lain yaitu bahwa psikoterapi adalah cara-cara atau pendekatan yang menggunakan teknikteknik psikologik untuk menghadapi ketidakserasian atau gangguan mental.

Psikoterapi yang dilakukan oleh dokter non psikiater itu adalah suatu metode terapeutik yang merupakan proper professional skill seperti cabang ilmu kedokteran yang lain, yang harus dipelajari secara sistematik dan ilmiah. Jadi tidak seperti yang diduga semula, yang mengamggap bahwa psikoterapi yang mereka lakukan hanya berupa sikap simpatik, sopan (good bedside manner), penghiburan (comfort and reassurance) dan nasehat yang realistic serta rasional. Sikap yang disebutkan terakhir ini adalah sifat kemanusiaan yang baik, yang umumnya efektif dalam hubungan social, dimana orang yang terlibat dalam masalah itu masih dalam taraf normal. Dalam berhubungan secara professional dengan pasien, tidak demikian halnya. Karena pasien yang dihadapi ada dalam keadaan regresi, dimana hubungan pasien dengan dokternya bersifat dependen dan berkualitas infantil. Ada banyak jenis psikoterapi yang dapat diberikan untuk berbagai problem pasien. Psikoterapi psikoanalitik adalah salah satu jenis psikoterapi, terapi ini hasil modifikasi secara konseptual dan teknik yang didasarkan pada rumusan psikoanalisis klasik, psikoterapi jenis ini yang akan dibahas dalam referat ini.

BAB II PSIKOTERAPI

2.1

Pengertian Psikoterapi Psikoterapi adalah terapi atau pengobatan yang menggunakan cara-cara

psikologik, dilakukan oleh seseorang yang terlatih khusus, yang menjalin hubungan kerjasama secara profesional dengan seorang pasien dengan tujuan untuk menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-gejala dan penderitaan akibat penyakit. Definisi yang lain yaitu bahwa psikoterapi adalah cara-cara atau pendekatan yang menggunakan teknikteknik psikologik untuk menghadapi ketidakserasian atau gangguan mental. Psikoterapi yang lahir pada pertengahan dan akhir abad yang lalu, dilihat secara etimologis mempunyai arti sederhana, yakni psyche yang artinya jelas, yaitu mind atau sederhananya: jiwa dan therapy dari Bahasa Yunani yang berarti merawat atau menagasuh, sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah perawatan terhadap aspek kejiwaan seseorang. Psikoterapi adalah proses di mana para profesional kesehatan mental melihat untuk membantu orang-orang yang memiliki masalah kesehatan mental dan gangguan mental. Biasanya proses psikoterapi melibatkan banyak komunikasi verbal dan itulah sebabnya sering juga dikenal sebagai terapi bicara. Psikoterapi ialah suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional seorang pasien yang dilakukan oleh seorang yang terlatih dalam hubungan profesional secara suka rela, dengan maksud hendak menghilangkan, mengubah atau menghambat gejalagejala yang ada, mengoreksi perilaku yang terganggu dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif. Dalam psikoterapi, hubungan pasien-dokter serta pengenalan pemindahan dan hambatan adalah sangat penting.

Psikoterapi merupakan suatu seni, dan terapis yang baik dapat membuat perbedaan yang bermakna. Secara umum, Anda harus mencari terapi yang cocok untuk setiap pasien (yaitu, pasien akan merasa nyaman dengan suatu jenis terapi tertentu dan juga terapisnya). Pasien-pasien menolak untuk diberi psikoterapi kecuali mereka merasa mendapat keuntungan dan dapat melakukan toleransi terhadap hal-hal yang dilakukan; angka gugur (drop out) dapat cukup tinggi. Terapi individual merupakan yang paling banyak digunakan dan jenisnya sangat bervariasi; terapi kelompok, keluarga dan perkawinan penggunaannya juga cukup luas. Psikoterapi yang dilakukan oleh dokter non psikiater itu adalah suatu metode terapeutik yang merupakan proper professional skill seperti cabang ilmu kedokteran yang lain, yang harus dipelajari secara sistematik dan ilmiah. Jadi tidak seperti yang diduga semula, yang mengamggap bahwa psikoterapi yang mereka lakukan hanya berupa sikap simpatik, sopan (good bedside manner), penghiburan (comfort and reassurance) dan nasehat yang realistic serta rasional. Sikap yang disebutkan terakhir ini adalah sifat kemanusiaan yang baik, yang umumnya efektif dalam hubungan social, dimana orang yang terlibat dalam masalah itu masih dalam taraf normal. Dalam berhubungan secara professional dengan pasien, tidak demikian halnya. Karena pasien yang dihadapi ada dalam keadaan regresi, dimana hubungan pasien dengan dokternya bersifat dependen dan berkualitas infantil. Pada zaman sekarang, semakin banyak orang yang memiliki masalah dalam hidupnya dan diantara mereka berusaha mencari konseling dan terapi. Beberapa masalah yang dihadapi antara lain : masalah dalam menjalin hubungan dengan orang lain, masalah yang berhubungan dengan akademik, depresi, kecemasan, trauma, dan masalah dimasa lalu yang mengganggu fungsi seseorang sehari hari. Banyak orang yang mencari psikoterapi dengan berbagai alasan, tetapi kebanyakan dari mereka mencari psikoterapi karena mereka membutuhkan bantuan untuk masalah masalah yang sangat berat. Kebanyakan orang membicarakan masalahnya kepada teman dan keluarga, tetapi itu tidak mampu memperbaiki keadaan dirinya. Psikoterapi merupakan salah satu cara yang tepat untuk membicarakan masalah dan mendapatkan pemecahannya. Oleh karena itu psikoterapi sangatlah dibutuhkan dalam
4

penyembuhan pada orang-orang yang memiliki masalah terutama masalah kesehatan jiwa. Ada banyak jenis psikoterapi yang dapat diberikan untuk berbagai problem pasien. Dengan pengecualian yang memungkinkan untuk sejumlah kecil metoda perilaku dan kognitif perilaku tertentu, yang diterapkan untuk beberapa problem khas tertentu pula, bukti akurat mengenai efektivitas psikoterapi belum ditemukan. Meskipun demikian, terdapat banyak pengalaman yang sangat menarik perhatian, tetapi tidak akurat menyatakan bahwa banyak jenis psikoterapi dapat membantu pasien; hampir semua terapis melakukan edukasi, mengajajak pasien-pasien untuk menyatakan hal yang menjadi perhatian mereka, mendorong mereka untuk mencoba perilaku yang baru, dsb. sayangnya, indikasi spesifik untuk psikoterapi spesifik umumnya tidak tersedia.

2.2

Tujuan Psikoterapi Tujuan dari psikoterapi secara khusus dari beberapa metode dan teknik

psikoterapi yang banyak peminatnya, dari dua orang tokoh yakni Ivey, et al (1987) dan Corey (1991). 1. Menurut Corey (1991) a) Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisis adalah Membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama. b) Tujuan psikoterapi dengan pendekatan tingkah laku adalah secara umum untuk menghilangkan perilaku dan mencari apa yang dapat dilakuakan dan mencari apa yang dapat dilakuakn terhadap perilaku yang menjadi masalah. Klien berperan aktif dalam menyusun terapi dan menilai bagaimana tujuan-tujuan ini bias tercapai. c) Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Kognitif-Behavioristik dan Rasional-Emotif adalah menghilangkan cara memandang dalam kehidupan pasien yang menyalahkan diri sendiri dan membantunya memperoleh pandangan dalam hidup secara lebih rasional dab

toleran. Untuk membantu pasien mempergunakan metode yang lebih ilmiah atau objektif untuk memecahkan masalah emosi dan perilaku dalam kehidupan selanjutnya. d) Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Gestalt adalah membantu klien memperoleh pemahaman mengenai saat-saat dari pengalamnnya. Untuk merangsangnya menerima tanggung jawab daridorongan yang ad di dunia dalamnya yang bertentangan dengan ketergantungannya terhadap dorongan-dorongan dari dunia luar. e) Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Realitas adalah untuk membantu seseorang agar lebih efektif dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Merangsang untuk menilai apa yang sedang dilakukan dan memeriksa sebarapa jauh tindakannya berhasil. 2. Menurut Ivey, et al (1987) a) Tujuan Psikoterapi dengan pendekatan Behavioristik adalah Untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku dan untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih bias menyesuaikan. Arah perubahan perilaku yang khusus ditentukan oleh klien. b) Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Gestalt, adalah agar seseorang lebih menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupan seseorang. c) Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Realitas adalah untuk memenuhi kebutuhan seseorang tanpa dicampur-tangani orang lain. Untuk menentukan keputusan yang bertanggung jawab dan untuk bertindak dengan menyadari sepenuhnya akan akibatakibatnya.

2.3

Prinsip-prinsip Umum Psikoterapi Seperti telah disebutkan, psikoterapi dilakukan dengan cara percakapan atau

wawancara (interview). Dalam suatu wawancara, tidak dapat dipisahkan antara sifat terapeutik dan penegakan diagnosis. Biasanya, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mengandung kedua aspek tersebut, yaitu untuk mengoptimalkan hubungan interpersonal dengan pasien (sifat terapeutik), dan untuk melengkapi data dalam usaha menegakkan diagnosis. Dalam melakukan psikoterapi, wawancara harus lebih mengutamakan aspek

terapeutiknya; data yang diperlukan akan berangsur terkumpul dengan kian membaiknya hubungan interpersonal yang terjalin antara dokter dengan pasiennya, sehingga berartinya suatu wawancara tergantung dari sifat hubungan terapis dengan pasiennya tersebut. Dalam melakukan wawancara, hendaknya kita juga melakukan observasi secara menyeluruh dengan teliti. Sambil mengajukan pertanyaan, kita juga mengamati dan turut serta (sebagai participant observer) dalam proses yang sedang berlangsung pada saat dan situasi tersebut (the here and now). Yang kita amati yaitu : (1). apa yang terjadi pada pasien, (2). apa yang terjadi pada pewawancara atau terapis sendiri, serta (3). apa yang terjadi di antara terapis dan pasiennya. Dalam berhadapan dengan pasien, dokter atau terapis mempengaruhi pasien dengan sikap dan perkataannya, dari menit ke menit, saat ke saat. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan sebetulnya bukan hanya (a).apa yang kita bicarakan, tetapi juga (b). bagaimana cara kita melakukannya, (c). kapan (saat atau waktu yang tepat) kita mengungkapkan hal tertentu yang ingin kita sampaikan, serta (d).bagaimana hubungan antara si penolong (dokter atau terapis) dan yang ditolong (pasien) tersebut. Hal-hal tersebut dapat membuat pasien menjadi lebih tenang atau sebaliknya menjadi tegang, lebih terbuka atau tertutup, lebih percaya atau pun curiga, sehingga dapat disimpulkan bahwa selalu ada pengaruh terapeutik maupun kontraterapeutik, dan tidak pernah netral sama sekali, karena setiap orang mempunyai latar belakang kepribadian dan pengalaman hidup yang berbeda-beda, yang mempengaruhi cara pandang, cara berpikir dan menghayati segala sesuatu. Hal yang sebaliknya juga perlu diingat, bahwa wawancara bukan hanya menghasilkan pengaruh dokter atau terapis atas pasien, namun juga pengaruh pasien terhadap dokternya. Sang dokter, sadar atau tidak, akan terpengaruh oleh sikap dan perkataan pasien, yang akan tercermin dalam sikap, perasaan dan perilakunya sendiri. Dipacu oleh sikap dan perilaku pasien terhadapnya (ditambah lagi dengan kehidupan fantasinya sendiri), dokter atau terapis dapat menjadi tenang, tegang, santai, kuatir, terbuka, tertutup, bosan, sedih, kesal, malu, terangsang, dll.; perasaan-perasaan tersebut turut menentukan apa yang dikatakannya kepada pasien (atau tidak dikatakannya) dan bagaimana ia mengatakannya. Untuk dapat mengatasi hal ini seorang dokter atau terapis perlu belajar untuk memantau perasaan-perasaan reaktifnya tersebut, agar ucapan-

ucapan dan sikapnya terhadap pasien sedapat-dapatnya beralasan profesional dan sedikit mungkin tercampur dengan unsur-unsur yang berasal dari respons emosional subyektifnya sendiri. Agar tujuan terapeutik tercapai, hendaknya senantiasa diusahakan agar dokter dapat menciptakan dan memelihara hubungan yang optimal antara dokter dan pasien. Dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pasien, senantiasa harus dipertimbangkan bilamana dan bagaimana kita akan menanyakan hal tersebut. Bila konteksnya kurang tepat, misalnya, pasien justru dapat merasa tersinggung atau dipermalukan oleh pertanyaan kita (nyata atau tidak nyata), pasien mungkin akan menolak atau menyangkal, atau akan membuat-buat jawabannya.

2.4

Jenis-Jenis Psikoterapi Secara umum psikoterapi dibagi menjadi terapi individual, terapi kelompok,

terapi keluarga, terapi perkawinan dan terapi milieu. Selain pembagian umum seperti diatas, psikoterapi juga dapat di bedakan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, berdasarkan dalamnya psikoterapi itu sendiri, berdasarkan teknik utama yang digunakan, berdasarkan konsep teoritis tentang motivasi dan perilaku, berdasarkan setting, berdasarkan nama pembuat teori atau perintis metode psikoterapeutik, berdasarkan teknik tambahan khusus yang digabung dengan psikoterapi, serta konseling, terapi interpersonal dan intervensi krisis.

BAB III PSIKOTERAPI PSIKOANALITIK

3.1

Pengertian Psikoterapi Psikoanalitik Psikoterapi psikoanalitik adalah terapi yang didasarkan pada rumusan

psikoanalisis yang telah dimodifikasi secara konseptual dan teknik. Tidak seperti psikoanalisis, yang sebagian permasalahan akhirnya mengungkapkan dan bekerja selanjutnya melalui konflik infantil saat timbul dalam neurosis transferensi, psikoterapi psikonalitik memusatkan perhatian pada konflik pasien sekarang dan pola dinamika sekarang yaitu, analisis masalah pasien dengan orang lain dan dengan dirinya sendiri. Juga tidak seperti psikoanalisis, yang sebagai tekniknya menggunakan asosiasi bebas dan analisis neurosis transferensi, psikoterapi psikoanalitik ditandai dengan teknik wawancara dan diskusi yang jarang menggunakan asosiasi bebas, Dan tidak seperti psikoanalisis, psikoterapi psikoanalitik biasanya mcmbatasi kerjanya pada transferensi dengan suatu diskusi reaksi pasien terhadap dokter pskiatrik dan orang lain. 3.2 Teknik Terapi Pada psikoterapi psikoanalitik pasien dan ahli terapi biasanya saling bertataptatapan satu sama lainnya, yang membuat ahli terapi terlihat nyata dan bukan merupakan kumpulan khayalan yang diproyeksikan. Tipe terapi ini jauh lebih fleksibel dibandingkan. psikoanalisis, dan dapat lebih sering digunakan bersama-sama dengan medikasi psikotropik dibandingkan psikoanalisis. Psikoterapi psikoanalitik dapat terentang dari wawancara suportif tunggal, memusatkan pada masalah yang sekarang dan menekan, sampai terapi selama bertahuntahun, dengan satu sampai tiga wawancara dalam seminggu dengan lama yang bervariasi. Berbeda dengan psikoanalisis, psikoterapi psikoanalitik mengobati sebagian besar gangguan yang dalam bidang psikopatologi.

3.2.1

Psikoterapi berorientasi tilikan Tilikan adalah pengertian pasien tentang fungsi psikologisnya dan

kepribadiannya. Untuk mencapai tilikan, klinisi harus menyebutkan bidang atau tingkat pengertian atau pengalaman di mana pasien berada, Penekanan dokter psikiatrik pada terapi berorientasi tilikan (juga disebut terapi ekspresif dan psikoterapi psikoanalitik intensif) adalah pada nilai di mana pasien menggali sejumlah tilikan baru ke dalam dinamika perasaan, respon, perilaku sekarang dan khususnya, hubungan mereka sekarang dengan orang lain. Dalam lingkup yang lebih sempit penekanan adalah pada nilai untuk mengembangkan tilikan ke dalam respon pasien terhadap ahli terapi dan respon pada masa anak anak. Terapi berorientasi tilikan adalah terapi yang terpilih untuk seorang pasien yang meniiliki kekuatan ego yang adekuat tetapi, karena satu dan lain alasan, tidak dapat atau tidak boleh menjalani psikoanalisis. Efektivitas terapi tidak tergantung semata-mata pada tilikan yang dikembangkan atau digunakan. Respon terapi pasien juga didasarkan pada faktor faktor tertentu seperti pengungkapan perasaaan dalam suasana yang tidak menghakimi tetapi memiliki batasbatas, identifikasi dengan ahli terapi, dan faktor hubungan lainnya. Hubungan terapetik tidak memerlukan suatu penerimaan tanpa pilih pilih sama sekali terhadap apa yang dikatakan dan dilakukan pasien. Kadang kadang ahli terapi harus mengintervensi sisi ego yang relatif lemah dengan memberikan bukti-bukti yang tidak dapat disanggah sehingga pasien dapat mencoba untuk mencapai penyesuaian yang lebik baik atau dengan menentukan batas yang realistik untuk perilaku maladaptif pasien. 3.2.2 Psikoterapi suportif Psikoterapi suportif (juga disebut psikoterapi berorientasi hubungan) menawarkan dukungan kepada pasien oleh seorang tokoh yang berkuasa selama periode penyakit, kekacauan atau dekompensasi sementara. Pendekatan ini juga memiliki tujuan untuk memulihkan dan memperkuat pertahanan pasien dan mengintegrasikan kapasitas yang telah terganggu. Cara ini memberikan suatu periode penerimaan dan ketergantungan bagi pasien yang membutuhkan bantuan untuk menghadapi rasa bersalah, malu dan

10

kecemasan dan dalam menghadapi frustasi atau tekanan eksternal yang mungkin terlalu kuat untuk dihadapi. Terapi suporttif menggunakan sejumlah metoda, baik sendiri-sendiri atau kombinasi, termasuk :

kepemimpinan yang kuat, hangat, dan ramah pemuasan kebutuhan tergantungan mendukung perkembangan kemandirian yang sah pada akhirnya membantu mengembangkan sublimasi yang menyenangkan (sebagai contohnya, hobi)

istirahat dan penghiburan yang adekuat menghilangkan ketegangan eksternal yang berlebihan.jika mungkin perawatan di rumah sakit jika diindikasikan medikasi untuk menghilangkan gejala bimbingan dan nasehat dalam menghadapi masalah sekarang. Cara ini rnenggunakan teknik yang membantu pasien merasa aman, diterima, terlindungi, terdorong dan tidak merasa cemas. Psikoterapi suportif cocok untuk berbagai penyakit psikogenik. Terapi ini dapat

dipilih jika penilaian diagnostic menyatakan bahwa proses kematangan yang bertahap didasarkan pada perluasan sasaran baru untuk identifikasi, adalah jalan yang paling menjanjikan untuk perbaikan. Semua dokter kiranya harus dapat melakukan psikoterapi suportif jenis : katarsis, persusi, sugesti, penjaminan kembali, bimbingan dan penyuluhan (konseling). Oleh karena itu, hal ini akan dibicarakan secara singkat di bawah ini. Ventilasi atau katarsis ialah membiarkan pasien mengeluarkan isi hati sesukanya. Sesudahnya biasanya ia merasa lega dan kecemasannya (tentang penyakitnya) berkurang, karena ia lalu dapat melihat masalahnya dalam proporsi yang sebenarnya. Hal ini dibantu oleh dokter dengan sikap yang penuh pengertian (empati) dan dengan anjuran. Jangan

11

terlalu

banyak memotong

bicaranya

(menginterupsi).

Yang dibicarakan

ialah

kekhawatiran, impuls-impuls, kecemasan, masalah keluarga, perasaan salah atau berdosa. Persuasi ialah penerangan yang masuk akal tentang timbulnya gejala-gejala serta baik-baiknya atau fungsinya gejala-gejala itu. Kritik diri sendiri oleh pasien penting untuk dilakukan. Dengan demikian maka impuls-impuls yang tertentu dibangkitkan, diubah atau diperkuat dan impuls-impuls yang lain dihilangkan atau dikurangi, serta pasien dibebaskan dari impuls-impuls yang sangat menganggu. Pasien pelan-pelan menjadi yakin bahwa gejala-gejalanya akan hilang. Sugesti ialah secara halus dan tidak langsung menanamkan pikiran pada pasien atau membangkitkan kepercayaan padanya bahwa gejala-gejala akan hilang. Dokter sendiri harus mempunyai sikap yang meyakinkan dan otoritas profesional serta menunjukkan empati. Pasien percaya pada dokter sehingga kritiknya berkurang dan emosinya terpengaruh serta perhatiannya menjadi sempit. Ia mengharap-harapkan sesuatu dan ia mulai percaya. Bila tidak terdapat gangguan kepribadian yang mendalam, maka sugesti akan efektif, umpamanya pada reaksi konversi yang baru dan dengan konflik yang dangkal atau pada neurosa cemas sesudah kecelakaan. Sugesti dengan aliran listrik (faradisasi) atau dengan masasi kadang-kadang juga menolong, tetapi perbaikan itu cenderung untuk tidak menjadi tetap, karena pasien menganggap pengobatan itu datang dari luar dirinya. Jadi sugesti harus diikuti dengan reeduksi. Anak-anak dan orang dengan inteligensi yang sedikit kurang serta pasien yang berkepribadian tak matang atau histerik lebih mudah disugesti. Jangan memaksa-maksa pasien dan jangan memberikan kesan bahwa dokter menganggap ia membesar-besarkan gejalanya. Jangan menganggu rasa harga diri pasien. Pasien harus percaya bahwa gejalagejalanya akan hilang dan bahwa tidak terdapat kerusakan organik sebagai penyebab gejala-gejala itu. Ia harus diyakinkan bahwa bila gejala-gejala itu hilang, hal itu terjadi karena ia sendiri mengenal maksud gejala-gejala itu dan bahwa timbulnya gejala itu tidak logis.

12

Penjaminan kembali atau reassurance dilakukan melalui komentar yang halus atau sambil lalu dan pertanyaan yang hati-hati, bahwa pasien mampu berfungsi secara adekuat (cukup, memadai). Dapat juga diberi secara tegas berdasarkan kenyataan atau dengan menekankan pada apa yang telah dicapai oleh pasien. Bimbingan ialah memberi nasehat-nasehat yang praktis dan khusus (spesifik) yang berhubungan dengan masalah kesehatan (jiwa) pasien agar ia lebih sanggup mengatasinya, umpamanya tentang cara mengadakan hubungan antar manusia, cara berkomunikasi, bekerja dan belajar, dan sebagainya. Penyuluhan atau konseling (counseling) ialah suatu bentuk wawancara untuk membantu pasien mengerti dirinya sendiri lebih baik, agar ia dapat mengatasi suatu masalah lingkungan atau dapat menyesuaikan diri. Konseling biasanya dilakukan sekitar masalah pendidikan, pekerjaan, pernikahan dan pribadi. Kerja kasus sosial (social casework) secara tradisional didefinisikan sebagai suatu proses bantuan oleh seorang yang terlatih (pekerja sosial atau social worker) kepada seorang pasien yang memerlukan satu atau lebih pelayanan sosial khusus. Fokusnya ialah pada masalah luar atau keadaan sosial dan tidak (seperti pada psikoterapi) pada gangguan dalam individu itu sendiri. Tidak diadakan usaha untuk mengubah pola dasar kepribadian, tujuannya ialah hanya hendak menangani masalah situasi pada tingkat realistik (nyata). Terapi kerja dapat berupa sekedar memberi kesibukan kepada pasien, ataupun berupa latihan kerja tertentu agar ia terapil dalam hal itu dan berguna baginya untuk mencari nafkah kelak. 3.2.3 Pengalaman Emosional Korektif Hubungan antara terapis dan pasien memberikan terapis kesempatan untuk menunjukkan perilaku yang berbeda dengan perilaku yang merusak dan tidak produktif dari orang tua pasien. Terkadang, pengalaman seperti ini tampak menetralkan atau membalikkan beberapa pengaruh kesalahan orang tua. Jika pasien memiliki orang tua

13

yang terlalu otoriter, sikap terapis ramah, fleksibel, tidak menghakimi, dan tidak otoriter tetapi terkadang tegas dan memiliki batasanberarti pasien memiliki kesempatan untuk menyesuaikan dengan , dipimpin oleh, dan menganggap sama tipe figure orang tua baru. Franz Alexander menyebut proses tersebut pengalaman emosional korektif. Memberikan pengalaman emosional korektif di dalam psikoterapi sesuai bagi berbagai penyakit psikogenik. Contohnya, hal itu mungkin berguna jika pasien menolak psikoterapi berorientasi tilikan atau dianggap terlalu terganggu emosionalnya untuk prosedur seperti itu. Terapi suportif dapat dipilih ketika penilaian diagnostic menunjukkan bahwa proses pematangan bertahap didasarkan pada elaborasi focus baru identifikasi, merupakan jalur yang paling menjanjikan untuk perbaikan. Table menguraikan perbandingan dan gambaran mengenai jenis-jenis terapi yang didiskusikan di bagian ini.

14

Psikoterapi Psikoanalitik Ciri Frekuensi Psikoanalisis Cara Ekspresif Cara Suportif

Teratur empat hingga lima Teratur satu hingga tiga kali per Fleksibel satu kali per minggu atau kali per minggu selama 50 minggu; setengah hingga satu kurang; atau seperlunya, setengah menit jam hingga satu jam Jangka panjang biasanya 3 Jangka pendek atau jangka Jangka pendek atau jangka panjang hingga 5 tahun panjang; beberapa sesi hingga intermiten; satu sesi hingga seumur berbulan-bulan atau bertahun- hidup tahun Pasien terutama diatas sofa Pasien dan terapis berhadapan; Pasien dan terapis berhadapan; sofa dengan analis yang tidak kadang-kadang menggunakan dikontraindikasikan terlihat sofa Analisis sistematis dari semua transferens (positif dan negatif) serta resistensi; fokus utama pada analis dan peristiwa di dalam sesi; neurosis transferens difasilitasi; regresi didorong Analisis parsial mengenai dinamik dan pertahanan; fokus pada peristiwa interpersonal saat ini dan transferens pada orang lain di luar sesi; analisis transferens negatif; transferens positif dibiarkan tidak digali kecuali menghambat perkembangan; regresi terbatas didorong. Pembentukan persekutuan teurapetik serta hubungan objek yang sebenarnya; analisis transferens dikontraindikasikan dengan sedikit pengecualian; fokus pada peristiwa eksternal yang disadari; regresi dihambat

Durasi

Keadaan

Modus operandi

Peran ahli terapis Kenetralan total; pasien; peran reflektor

frustasi Netralitas yang dimodifikasi; Netralitas ditunda; pemuasan, arah, cermin pemuasan implisit pada pasien dan penguatan ekspilisit dibatasi serta aktivitas besar

Agen perubahan Tilikan mendominasi di Tilikan di dalam lingkungan Ego pengganti atau pembantu mutatif dalam lingkungan yang empatik; identifikasi dengan sebagai pembantu sementara; relatif kurang objek yang baik lingkungan yang merangkul; tilikan hingga derajat yang memungkinkan Populasi pasien Neurosis; psikopatologi Neurosis; psikopatologi karakter Gangguan karakter berat; psikosis karakter ringan ringan hingga sedang, terutama laten atau nyata; krisis akut; gangguan kepribadian narsistik penyakit fisik dan ambang

15

Syarat pasien

Motivasi tinggi; kesadaran psikologis; hubungan objek yang baik sebelumnya; kemampuan untuk memperlihatkan neurosis transferens; toleransi frustasi yang baik Reorganisasi struktur kepribadian; pemulihan konflik bawah sadar; tilikan pada peristiwa intrapsikik; pemulihan gejala merupakan hasil tidak langsung.

Motivasi yang tinggi atau sedang Beberapa derajat motivasi dan serta kesadaran psikologis; kemaampuan untuk membentuk kemampuan untuk membentuk persekutuan terapeutik persekutuan terapeutik; sedikit toleransi terhadap frustasi

Tujuan dasar

Reorganisasi parsial kepribadian dan pertahanan; pemulihan derivat konflik sadar dan prasadar, tilikan pada peristiwa interpersonal saat ini; hubungan objek yang membaik, pemulihan gejala merupakan tujuan atau awal untuk penggalian lebih lanjut Asosiasi bebas terbatas; konfrontasi, klarifikasi, dan interpretasi parsial mendominasi dengan penekanan pada interpretasi saat ini serta interpretasi genetik yang terbatas

Reintegrasi diri dan kemampuan mengatasi masalah; stabilisasi atau pemulihan keseimbangan yang sebelumnya ada; penguatan pertahanan; penyesuaian atau penerimaan yang lebih baik terhadap pemulihan gejala patologis dan rekonstruksi lingkungan sebagai tujuan utama Metode asosiasi bebas dikontraindikasikan; saran (nasihat) mendominasi, abreaksi berguna; konfrontasi, klarifikasi, dan interpretasi saat ini bersifat sekunder; interpretasi genetik dikontraindikasikan Sering diperlukan (cth., obat psikotropik, terapi keluarga, terapi rehabilitasi, atau perawatan di rumah sakit), jika diterapkan, akibat positif ditekankan

Teknik utama

Metode asosiasi bebas mendominasi; interpretasi dinamik sepenuhnya (termasuk konfrontasi, klarifikasi, dan penyelesaian), dengan penekanan rekonstruksi genetik Terutama dihindari; jika diterapkan, semua makna negatif dan positif serta kaitannya dianalisis

Terapi tambahan

Mungkin diperlukan (cth., obat psikotropik sebagai cara sementara); jika diterapkan, akibat negatif digali dan dicampur

16

BAB IV KESIMPULAN
Psikoterapi memang merupakan ilmu dan ketrampilan tersendiri yang bermanfaat untuk pasien-pasien dengan problem kejiwaan khususnya dan problem kesehatan pada umumnya. Ilmu dan ketrampilan ini dapat diajarkan dan dipelajari namun memerlukan waktu yang tidak sedikit, ketekunan serta kepribadian terapis yang juga tidak kalah pentingnya. Untuk dokter umum yang bertugas sebagai ujung tombak dalam sistem

pelayanan kesehatan di tanah air, psikoterapi penting untuk dipelajari, walaupun memerlukan waktu yang khusus dan cukup lama untuk mempelajari kembali karena terdiri atas teknik-teknik dan metode tertentu. Oleh karena itu, minimal konseling dan psikoterapi suportif hendaknya dapat dipahami dengan baik. Psikoterapi dapat menambah efektivitas terapi lain; bila serang dokter tidak memahaminya, bukan hanya tidak akan menambah efektivitas terapinya, melainkan setidaknya diharapkan dapat menghindarkan hal-hal yang dapat merugikan pasiennya.

17

You might also like