You are on page 1of 14

1

LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP PENYAKIT 1. PENGERTIAN Penyakit infeksi akut pada saluran cerna (usus halus) denagn gejala demam > 1 minggu, gangguan saluran cera dan gangguan kesadaran. Thypoid adalah penyakit infeksi akut dengan demam yang disebabkan oleh kuman salmonella typi (Pedoman Diagnosis dan Therapi Lab /UPF Ilmu penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya) 2. 3. PENYEBAB Basil/kuman salmonella Typhosa, Salmonela paratyphosa. PATOFISIOLOGI : Penularan s. Typhy terjadi melalui mulut oleh makanan yang tercemar. Sebagian kuman akan di musnahkan dalam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus, mencapai aringan limpoid dan ber kembang biak. Proses penyakit di bagi dalam 3 fase : Salmonela typhi melalui air dan makanan yang terkontaminasi masuk keadalam tubuh dengan mekanisme penyakitnya sebagai berikut: 1. Infasi terhadap jaringan limpoid intestinal dan proliferasi bacteri. berlangsung 2 minggu; asimpthomatis.\ 2. Infasi aliran darah bacteraemia menyebabkan meningkatnya suhu tubuh. Terjadi reaksi imunologi sampai fase berikutnya dalam 10 hari. Kultur darah dan urine positif selama periode febris. Antibodi S.Typhy tampak dalam darah. Test widal positif pada akhir fase ini. 3. Lokalisasi bacteri dalam jaringan limfoid intestinal nodus masenterik gall bladder, hati, limpa. Terjadi nekrosis lokal reaksi hipersentifitas antigen antibodi. 4. TANDA DAN GEJALA a. Minggu I : infeksi akut (demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, mual, diare) b. Minggu II : Gejala lebih jelas (demam, bradikardia relatif, lidah kotor, nafsu makan menurun, hepatomegali, ggn kesadaran). Lesi pada usus halus Kelainan patologic utama terjadi di usus halus terutama ileum bagian distal tetapi dapat ditemukan pada jejunu dan colon. Seguelae Lesi sembuh dengan scaring yang minimal ulcerasi yang dalam pada usus halus. Persisten cronic infeksi pada gall bladder atau ginjal carries. Fase ini

WOC
Infeksi oleh S. Typhi per oral Pada epitel bagian proksimal usus halus sel lekosit mononuklear Dalam limfokel pada lamina propria usus halus, plaque peyer Pembuluh limfe Peredaran darah dalam waktu 24 72 jam bakterimia pertama Zat pirogen Organ organ (hati, limpha, sumsum tulang) Hypertermia (panas meningkat)

Berkembang biak dalam retikuloendotelial endotoksin bakterimia kedua Peredaran darah/bakterimia Ggn pemenuhan nutrisi

Lidah kotor Diare Bibir kering Mual/muntah

Kelenjar limphoid usus halus (tukak pd mukosa usus/plak) Ggn kebutuhan cairan Endotoksin bahan prokoagulan

Bedrest Kelemahan Sumber: Depkes RI, 1993

Perdarahan (perforasi peritonitis)

Ggn ADL, ketakutan

3 5. 1) typhoid. 2) H 1: 640 3) Jumlah leukosit normal / Leukopenia / Leukositisis. 4) Anemia ringan, LED meningkat, SGOT, SGPT dan Fosfatase alkali meningkat 5) Dalam minggu pertama biakan darah Salmonella typhi positif 75 85 %\ 6) Biakan Tinja dalam minggu kedua dan ke tiga 7) Reaksi widal Titer O dan H meningkat sejak minggu kedua dan tetap posisitf selama beberapa bulan atau tahun 8) 9) Biakan darah positif terhadap S. Typhi pada minggu pertama Reaksi widal Aglutinin O Aglutinin H Aglutinin Vi Makin tinggi titernya makin besar kemungkinan klien menderita tyfoid. Pada infeksi aktf, titer reaksi widal akan meningkat pada pemeriksaan ulang. Faktor faktor Yang mempengaruhi reaksi widal: 1. 2. minggu ke 6. 3. 4. 5. 6. Penyakit tertentu (leukimia, ca) Obat obat immunosuppresif atau kortikosteroid Vaksinasi dengan hotipa / tipa Infeksi klinis atau sub klinis oleh sallmonela. Reaksi widal positif dengan titer rendah. 6. a. b. c. 7. a. KOMPLIKASI Perdarahan usus Perforasi usus Ileus paralitik PENATALAKSANAAN Perawatan bedrest Keadaan umum Gisi buruk menyumbat pembentukan antibodi Pemeriksaan terlalu awal Aglutinin baru di jumpai dalam darah setelah 1 minggu dan mencapai puncaknya Diagnosis Reaksi widal dengan titer 0 1: 320, reaksi widal dengan titer PEMERIKSAAN LABORATORIUM Peningaktan titer uji widal 4x selama 2-3 minggu demam

4 b. selulosa). c. Obat/terapi Diet (pemberian makanan padat dini dengan lauk pauk rendah

B. Asuhan Keperawatan Proses keperawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan pelayanan asuhan keperawatan yang mempunyai empat tahapan yaitu pengkajian, perencanaan, palaksanaan dan evaluasi. Proses keperawatan ini merupakan suatu proses pemecahan masalah yang sistimatik dalam memberikan pelayanan keperawatan serta dapat menghasilkan rencana keperawatan yang menerangkan kebutuhan setiap klien seperti yang tersebut diatas yaitu melalui empat tahapan keperawatan. (Proses keperawatan : 9 & 12) 8. Pengkajian a. Pengumpulan data 1) Identitas klien Meliputi nama,, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medik. 2) Keluhan utama Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turunturun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran. 3) Riwayat penyakit sekarang Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam tubuh. 4) 5) 6) Riwayat penyakit dahulu Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid. Riwayat penyakit keluarga Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus. Riwayat psikososial dan spiritual Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan. Gangguan dalam beribadat karena klien tirah baring total dan lemah. 7) Pola-pola fungsi kesehatan Pola nutrisi dan metabolisme Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali. Pola eliminasi

5 Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh. Pola aktivitas dan latihan Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu. Pola tidur dan istirahat Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh. Pola persepsi dan konsep diri Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya dan ketakutan merupakan dampak psikologi klien. Pola sensori dan kognitif Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pad klien. Pola hubungan dan peran Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah sakit dan klien harus bed rest total. Pola reproduksi dan seksual Gangguan pola ini terjadi pada klien yang sudah menikah karena harus dirawat di rumah sakit sedangkan yang belum menikah tidak mengalami gangguan. sakitnya. Pola tatanilai dan kepercayaan Dalam hal beribadah biasanya terganggu karena bedrest total dan tidak boleh melakukan aktivitas karena penyakit yang dideritanya saat ini. 8) Pemeriksaan fisik Keadaan umum Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat C, muka kemerahan. Tingkat kesadaran Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis). Sistem respirasi 38 41 0 Pola penanggulangan stress Biasanya klien sering melamun dan merasa sedih karena keadaan

6 Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran seperti bronchitis. kusam Sistem gastrointestinal Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik usus meningkat. Sistem muskuloskeletal Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan. Sistem abdomen Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat. 9) Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan darah tepi Didapatkan adanya anemi oleh karena intake makanan yang terbatas, terjadi gangguan absorbsi, hambatan pembentukan darah dalam sumsum dan penghancuran sel darah merah dalam peredaran darah. Leukopenia dengan jumlah lekosit antara 3000 4000 /mm 3 ditemukan pada fase demam. Hal ini diakibatkan oleh penghancuran lekosit oleh endotoksin. Aneosinofilia yaitu hilangnya eosinofil dari darah tepi. Trombositopenia terjadi pada stadium panas yaitu pada minggu pertama. Limfositosis umumnya jumlah limfosit meningkat akibat rangsangan endotoksin. Laju endap darah meningkat. Pemeriksaan urine Didaparkan proteinuria ringan ( < 2 gr/liter) juga didapatkan peningkatan lekosit dalam urine. Pemeriksaan tinja Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya perdarahan usus dan perforasi. Pemeriksaan bakteriologis Diagnosa pasti ditegakkan apabila ditemukan kuman salmonella dan biakan darah tinja, urine, cairan empedu atau sumsum tulang. Pemeriksaan serologis Sistem kardiovaskuler Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah. Sistem integumen Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak

7 Yaitu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin ). Adapun antibodi yang dihasilkan tubuh akibat infeksi kuman salmonella adalah antobodi O dan H. Apabila titer antibodi O adalah 1 : 20 atau lebih pada minggu pertama atau terjadi peningkatan titer antibodi yang progresif (lebih dari 4 kali). Pada pemeriksaan ulangan 1 atau 2 minggu kemudian menunjukkan diagnosa positif dari infeksi Salmonella typhi. Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi akibat demam tifoid. b. Analisa data Data yang sudah terkumpul dikelompokkan dan dianalisis untuk menentukan masalah klien. Untuk mengelompokkan data ini dilihat dari jenis data yang meliputi data subyek dan dan data obyek. Data subyek adalah data yang diambil dari ungkapan klien atau keluarga klien sedangkan data obyek adalah data yang didapat dari suatu pengamatan atau pendapat yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan. Data tersebut juga bisa diperoleh dari keadaan klien yang tidak sesuai dengan standart kriteria yang sudah ada. Untuk perawat harus jeli dan memahami tentang standart keperawatan sebagai bahan perbandingan apakah keadaan kesehatan klien sesuai tidak dengan standart yang sudah ada. (Lismidar, 1990) c. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa dan interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian data. Demam menggambarkan tentang masalah kesehatan yang nyata atau potensial dan pemecahannya membutuhkan tindakan keperawatan sebagai masalah klien yang dapat ditanggulangi. (Lismidar, 1990) Dari analisa data yang diperoleh maka diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus demam tifoid dengan masalah peningkatan suhu tubuh adalah sebagai berikut. 1) 2) 3) Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan proses infeksi kuman Salmonella typhi Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) sehubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan. Gangguan rasa nyaman (kebutuhan tidur dan istirahat) sehubungan dengan peningkatan suhu tubuh.

8 4) 5) 6) infus. 9. Perencanaan Pada tahap perencanaan ini meliputi penentuan prioritas diagnosa keperawatan, menetapkan tujuan dan kriteria hasil, merumuskan rencana tindakan dan mengemukakan rasional dari rencana tindakan. ( Lismidar, 1990 : 34&44) Rencana keperawatan yang digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan klien pada dasarnya sesuai dengan masalah yang ditemukan pada klien dengan demam tifoid dan hal ini sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ada. Perencanaan berisi suatu tujuan pelayanan keperawatan dan rencana tindakan yang akan digunakan itu untuk mencapai tujuan, kriteria hasil dan rasionalisai berdasarkan susunan diagnosa keperawatan diatas, maka perencanaan yang dibuat berikut: a. 1) 2) 3) nadi 4) kerjasama dengan dilaksanakan. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obatobatan terutama anti piretik. Rasional Dengan hubungan yang baik dapat meningkatkan klien sehingga pengobatan dan perawatan mudah Diagnosa keperawatan I Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan proses infeksi Tujuan : suhu tubuh turun sampai batas normal Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam batas normal 36 37 0 C Klien bebas demam Rencana tindakan Bina hubungan baik dengan klien dan keluarga Berikan kompres dingin dan ajarkan cara untuk memakai es atau handuk pada tubuh, khususnya pada aksila atau lipatan paha. Peningkatan kalori dan beri banyak minuman (cairan) Anjurkan memakai baju tipis yang menyerap keringat. Observasi tanda-tanda vital terutama suhu dan denyut sebagai Setelah itu dilakukan pendokumentasian diagnosa aktual atau potensial, kriteria hasil dan rencana tindakan. Kecemasan sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya. Potensial terjadinya gangguan intregitas kulit sehubungan dengan peningkatan suhu tubuh. Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan pemasangan

9 tubuh. Air merupakan pangatur suhu tubuh. dari kebutuhan setiap ada kenaikan suhu tubuh. yang keluar. membunuh b. kuman Observasi tanda-tanda vital Pemberian Salmonella obat-obatan typhi merupakan deteksi dini antibiotik akan proses untuk mengetahui komplikasi yang terjadi sehingga cepat mengambil tindakan terutama sehingga mempercepat Baju yang tipis akan mudah untuk menyerap keringat Setiap ada kenaikan suhu melebihi normal, kebutuhan metabolisme air juga meningkat Pemberian kompres dingin merangsang penurunan suhu

penyembuhan sedangkan antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh. Diagnosa keperawatan II Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) sehubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan. 1) 2) 3) elektrolit setiap hari. rasa haus. secara intravena. 4) memekatkan urine. Gula, alkohol dan kafein mengandung diuretik meningkatkan produksi urine dan menyebabkan dehidrasi. Rasional : cairan (input) dan koreksi terhadap Pemenuhan Hindarkan sebagian besar gula alkohol, kafein. Timbang berat badan secara efektif. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan Masukan cairan diregulasi pertama kali karena adanya Tujuan : kekurangan Kriteria hasil : Mukosa mulut dan bibir tetap basah, turgor kulit normal. Tanda-tanda pernafasan) dalam batas normal. Rencana tindakan Monitor intake atau output tiap 6 jam Beri cairan (minum banyak 2 3 liter perhari) dan vital ( suhu, nadi, tekanan darah,

kekurangan cairan yang keluar serta deteksi dini terhadap keseimbangan cairan. Cairan yang terpenuhi dapat membantu metabolisme dalam keseimbangan suhu tubuh. Haluaran cairan di regulasi oleh kemampuan ginjal untuk

10 sebaik-baiknya. c. Diagnosa keperawatan III Gangguan rasa nyaman (kebutuhan istirahat dan tidur) sehubungan dengan peningkatan suhu tubuh. 1) terpenuhi 2) istirahat dan tidur. 3) nyaman. kebisingan. (antipiretik). 4) dirasakan. tidur klien. Antipiretik dapat menurunkan suhu yang tinggi sehingga kebutuhan istirahat dan tidur klien terpenuhi atau gangguan yang selama ini dialami akan berkurang. Lingkungan yang tidak tenang, bagi klien akan cepat menambah beban atau penderitaannya. Pengunjung yang banyak akan mengganggu istirahat dan Rasional : Tempat tidur yang nyaman dapat memberi kenyamanan dalam masa istirahat klien. Kebersihan diri juga dapat memberikan rasa nyaman dan dapat membantu kenyamanan klien dalam istirahat dan tidur. Dapat memantau gangguan pola tidur dan istirahat yang Batasi pengunjung selama peroide istirahat dan tidur. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi Kebersihan diri (cuci mulut, gosok gig, mandi sebagian) Mengkaji rutinitas istirahat dan tidur klien sebelum dan sesudah masuk rumah sakit. Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan atau Kebutuhan istirahat dan tidur tidak terganggu. Rencana tindakan Pertahankan tempat tidur yang hangat dan bersih dan Kriteria hasil : Klien dapat/mampu mengekspresikan kemampuan untuk Tujuan : kebutuhan rasa nyaman (istirahat dan tidur) Kehilangan berat badan 2-5 % menunjukkan dehidrasi ringan, 5-9 % menunjukkan dehidrasi sedang. Sebagai perawat melakukan fungsinya (independen)

11 d. 1) 2) atau berkurang. dideritanya. 3) 4) kooperatif. kecemasan. kecemasannya Dengan ruangan yang tenang dapat mengurangi Dapat memberi gambaran yang jelas apa yang menjadi alternatif tindakan yang direncanakan. Klien merasa diperhatikan dan dapat menurunkan tingkat Rencana tindakan Beri penjelasan pada klien tentang penyakitnya Kaji tingkat kecemasan klien Dampingi klien terutama saat-saat cemas. Tempatkan pada ruangan yang tenang, kurangi kontak dengan orang lain, klien lain dan keluarga yang menimbulkan cemas. Rasional : Klien mengerti dan merespon dari penjelasan secara Klien menerima akan keadaan penyakit yang Diagnosa keperawatan IV Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakitnya. Tujuan : Kriteria hasil : Klien mengerti tentang penyakitnya, kecemasan hilang cemas berkurang atau hilang

e. 1) infus. 2) 3) -

Diagnosa keperawatan V Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan pemasangan infus. Tujuan : tidak terjadi infeksi pada daerah pemasangan

Kriteria hasil : Tidak terdapat tanda-tanda infeksi Infeksi tidak terjadi. Rencana tindakan Beri penjelasan pada klien dan keluarga tentang tandatanda infeksi. Mengganti atau merawat daerah pemasangan infus. Lakukan pemasangan infus secara steril dan jangan lupa mencuci tangan sebelum dan sesudah pemasangan.

12 4) yang lama. lagi akibat infeksi. f. suhu tubuh 1) 2) (kemerahan, lecet). 3) badan jika mungkin. 4) yang berlebihan . terjadinya infeksi. 10. Pelaksanaan Merubah posisi tidur dapat memperbaiki sirkulasi darah dan mengurangi penekanan yang berlebihan di daerah yang menonjol. Menjaga kulit tetap bersih dan kering dapat mengurangi masuknya penyakit yang menyebabkan infeksi. Panas tubuh / demam dengan kelembaban lingkungan yang baik akan turun sesuai keadaan lingkungannya serta dapat mencegah Ubah posisi tubuh tiap 2 jam sekali. Anjurkan menjaga kulit tetap bersih dan kering. Jaga suhu dan kelembaban lingkungan yang berlebihan. Rasional : Memperbaiki sirkulasi darah dan mengurangi penekanan Tidak terjadi luka lecet. Rencana tindakan Tingkatkan latihan rentang gerak dan mengangkat berat Tujuan : tidak terjadi gangguan intregitas kulit. Kriteria hasil : Tidak terdapat tanda-tanda gangguan integritas kulit Dengan observasi yang dilakukan akan dapat mengetahui secara dini gejala atau tanda-tanda infeksi dan keadaan umum klien. Diagnosa keperawatan VI Potensial terjadi gangguan integritas kulit sehubungan dengan peningkatan Dengan cara steril adalah tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadinya infeksi. Mencegah atau menghindari kondisi yang lebih buruk Cabut infus bila terdapat pembengkakan atau plebitis. Observasi tanda-tanda vital dan tand-tanda infeksi di daerah pemasangan infus. Rasional Klien : dapat mengetahui tanda-tanda infeksi dn

melaporkan segera bila terasa sakit di daerah pemasangan infus. Mencegah terjadinya infeksi karena pemasangan infus

13 Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan kepada perawat untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan meliputi peningkatan kesehatan atau pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dari fasilitas yang dimiliki. Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisiasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama perawatan atau pelaksanaan perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien. dan meprioritaskannya. Semua tindakan keperawatan dicatat ke dalam format yang telah ditetapkan institusi. 11. Evaluasi Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperewatan untuk melengkapi proses keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan telah berhasil dicapai, melalui evaluasi memungkinkan perawatan untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan , tetapi evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Diagnosa juga perlu dievaluasi untuk menentukan apakah realistik dapat dicapai dan efektif.

DAFTAR PUSTAKA
Arthur C. Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

14
Carolyn M. Hudak, Barbara M. Gallo (1996), Keperawatan Kritis; Pedekatan Holistik Volume II , Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Donna D. Igatavicius, Kathy A. Hausman ( 1995), Medical Surgical Nursing: Pocket Companoin For 2 nd Edition, W. B. Saunders Company, Philadelphia Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak FK Unud (1997), Buku Standar Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unud, Denpasar. Lynda Juall Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis edisi 6 , Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 , Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Ngastiyah (1997), Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes RI (1993), Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga Cetakan II, Depkes RI, Jakarta Soetjiningsih (2000), Tumbuh Kembang Anak, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (1995), Buku Kuliah Jilid 2: Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Jakarta.

You might also like