You are on page 1of 4

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Pembiasan cahaya dapat terjadi dikarenakan perbedaan laju cahaya pada kedua medium. Laju cahaya pada medium yang rapat lebih kecil dibandingkan dengan laju cahaya pada medium yang kurang rapat. Menurut Christian Huygens pada tahun 1678 : Perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa dengan laju cahaya dalam suatu zat dinamakan indeks bias. (Tipler. 2001) Indeks bias merupakan salah satu sifat penting suatu medium untuk divais optik. Indeks bias memainkan peran yang cukup penting di dalam beberapa bidang diantaranya adalah dalam studi karakterisasi optis lapisan tipis (Saleh, 2003). Dalam bidang spektroskopi, indeks bias dapat digunakan untuk menginterpretasikan data-data spektroskopi, yang antara lain digunakan untuk mendesain laser zat padat (Singh, 2002). Dalam bidang kimia, penelitian yang dilakukan oleh Yunus et al (2009) menunjukkan bahwa indeks bias dapat

digunakan untuk menentukan kemurnian dan kadaluarsa dari oli. Sedangkan penelitian yang dilakukan Sutiah (2008) menunjukkan bahwa indeks bias dapat digunakan untuk menentukan kemurnian minyak goreng. Konsentrasi suatu larutan akan berpengaruh secara proporsional terhadap sudut refraksi. Dengan arti bahwa jika larutan yang dicari indeks biasnya sama, tetapi konsentrasinya berbeda, maka akan diperoleh hubungan bahwa semakin besar konsentrasi, maka semakin besar pula indeks biasnya. Indeks bias suatu zat cair pada suatu panjang gelombang tertentu sangat dipengaruhi oleh apa yang terkandung dalam zat tersebut. (Abdul, 2010) Indeks bias suatu larutan dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode antara lain dengan metode interferometri yang meliputi interferometri Mach-Zender, interferometri Fabry-Perot dan interferometri Michelson (Pedrotti dan Pedrotti, 1993). Metode-metode ini merupakan metode yang sangat akurat 1

untuk mengukur indeks bias. Akan tetapi metode-metode tersebut mempunyai beberapa kelemahan, antara lain pengoperasian alat yang cenderung rumit dan membutuhkan waktu yang lama. Metode lain yang sering digunakan untuk mengukur indeks bias adalah dengan menggunakan kisi difraksi, polalizer, spektrometer dan refraktometer. Refraktometer merupakan salah satu cara untuk mengukur indeks bias dari larutan-larutan yang dibuat dengan konsentrasi berbeda, sehingga didapatkan hubungan indeks bias versus konsentrasi, dengan demikian refraktometer dapat digunakan untuk mengukur konsentrasi untuk indeks bias larutan tertentu yang databasenya telah dibuat. Perkembangan metode pengukuran indeks bias dilakukan dengan menggunakan serat optik. Sensor pengukuran indeks bias menemukan berbagai aplikasi di industri untuk menemukan parameter fisik seperti konsentrasi, temperatur, dan tekanan. Banyak orang telah mengusulkan desain sensor serat optik yang berbeda untuk mengukur indeks bias. Antara lain penelitian yang dilakukan Banerjee et al (2007) menggunakan serat optik sebagai sensor dengan menghilangkan cladding dimana ketebalan dari cladding dapat mempengaruhi sensitivitas sensor. Govindan et al (2009) mengusulkan desain sensor pergeseran serat optik dan menunjukkan bahwa posisi puncak intensitas tergantung pada indeks bias medium. Sengupta et al (2010) mengukur konsentrasi gliserol menggunakan sensor serat optik dari bahan plastik dengan prinsip kerja sensor jarak serat optik dan fluktuasi intensitas pada reflektor. Kelebihan sensor serat optik dibandingkan sensor konvensional adalah karena sensitivitas yang tinggi dan frekuensi yang luas dan dapat digunakan pada lingkungan yang dimana untuk sensor konvensional tidak dapat digunakan. Sejalan dengan percobaan-percobaan tersebut, maka pada penelitian ini akan didesain alat sensor serat optik yang lebih sederhana dan tetap mempunyai sensitivitas yang tinggi untuk mengukur indeks bias larutan hanya dengan menggunakan dua untai serat optik, satu berfungsi sebagai transmitter (pemancar) dan yang lain sebagai receiver (penerima). Serat optik yang akan digunakan dalam penelitian ini berdiameter lebih besar daripada penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya, hal demikian memberikan kemudahan. Karena dengan penggunaan serat optik yang berdiameter lebih besar, dimaksudkan agar intensitas cahaya yang masuk ke serat optik lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan serat optik yang berdiameter kecil.

1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bagaimana mendesain alat serat optik untuk mengukur indeks bias larutan garam dan larutan gula? b. Bagaimana hubungan antara indeks bias dengan konsentrasi larutan pada panjang gelombang cahaya tampak? c. Bagaimana hubungan antara NA ( Numerical Aperture) dengan jarak pergeseran yang didapatkan dari pengukuran indeks bias?

1.3. Batasan Masalah Permasalahan Penelitian ini dibatasi pada : a. Pengukuran indeks bias menggunakan dua untai serat optik yang berfungsi sebagai pemancar dan penerima. b. Larutan yang digunakan adalah larutan garam dan larutan gula dengan variasi konsentrasi dari 1 M, 2 M, 3 M, 4M dan 5 M. c. Proses pengukuran indeks bias menggunakan variasi jarak dari 0 mm 10 mm dengan rentang perpindahan 0.20 mm.

1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Dapat mendesain alat serat optik untuk mengukur indeks bias larutan garam atau larutan gula. b. Dapat mencari hubungan antara indeks bias dengan konsentrasi larutan pada panjang gelombang cahaya tampak.

c. Dapat mencari hubungan antara NA ( Numerical Aperture) dengan jarak pergeseran yang didapatkan dari pengukuran indeks bias.

1.4. Manfaat Penelitian Dapat mendesain alat serat optik untuk mengukur indeks bias suatu larutan atau bahan cair dan dapat membuat sensor serat optik untuk mengukur indeks bias suatu larutan garam dan larutan gula.

You might also like