You are on page 1of 4

Pengobatan Tujuan pengobatan adalah memperbaiki prognosis melalui pencegahan infark miokard dan kematian.

. Pencegahan terjadinya infark miokard dan kematian PJK dilakukan secara primer dengan menurunkan insiden kejadian trombotik akut dan terjadinya disfungsi ventrikel. Perubahan pola hidup dan obat-obatan berperan penting dalam memodifikasi proses aterosklerosis dan stabilisasi plak ateroma arteri koronaria. A. Penanganan Umum Pasien dianjurkan istirahat bila timbul nyeri dada atau menggunakan nitrat sublingual untuk nyeri dada. Diingatkan pada penderita bila nyeri dada menetap lebih 10-20 menit setelah istirahat dan atau tidak berkurang dengan nitrat sublingual, maka segera mencari fasilitas rumah sakit terdekat. Perubahan pola hidup seperti diet dengan makanan yang kaya serat, berhenti merokok, dan aktifitas fisik secara teratur. Penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes melitus perlu dikontrol dengan baik. hubungan seks dapat menjadi trigger terjadinya angina, sehingga pemberian nirogliserin sebelumnya dapat membantu. B. Terapi Farmakologis Obat antitrombotik Aspirin dosis rendah, 75-150 mg/hari. Clopidogrel dan ticlopidine juga dapat digunakan. Nitrat Nitrat menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen melalui penurunan prabeban dan pascabeban ventrikel kiri. Selain itu juga meningkatkan aliran darah ke subendokardium yang mengalami iskemi dengan menurunkan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri dan vasodilatasi pembuluh darah epikardial. Obat penurun lipid Statin dapat menurunkan kolesterol secara efektif. Selain itu statin punya efek anti inflamasi dan anti trombotik yang dapat berpengaruh pada penurunan resiko kardiovaskular. Target LDL kolesterol adalah < 70-100 mg/dl. Angiotensin-converting enzyme-inhibitors Obat ini dikenal sebagai obat anti hipertensi dan gagal jantung, namun berbagai penelitian ACE inhibitor pada gagal jantung dan pasca infark miokard telah memperlihatkan adanya penurunan kejadian infark miokard dan mortalitas kardiak. Obat ini juga telah diteliti sebagai terapi pencegahan sekunder pada pasien dengan penyakit arteri koroner tanpa gagal jantung. Beta bloker (BB)

APSIS (angina prognosis study in stockholm) dan TIBET (total ischemic burden european trial) tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan antara yang menggunakan beta blocker atau calcium channel blockers. Calcium channel blockers (CCB) Obat ini (verapamil) dapat memperbaiki prognosis penderita pasca infark miokard, melalui pengaruhnya pada penurunan denyut jantung. Obat ini efektif sebagai obat antiangina atau iskemik, namun obat-obatan tersebut tidak terbukti dapat memperpanjang umur atau menurunkan insidens infark miokard pada pasien angina pectoris stabil C. Revaskularisasi Revaskularisasi bedah (CABG ; coronary artery bypass surgery). Ada 2 indikasi utama CABG yaitu prognostik dan simptomatik. pembedahan (CABG) pada beberapa keadaan seperti stenosis signifikan pada arteri koroner kiri, stenosis signifikan pada proksimal dari 3 arteri koroner, stenosis yang signifikan pada 2 arteri koroner utama, termasuk stenosis proksimal pada LAD memberikan prognosis yang lebih baik dibanding terapi medikal.

Percutaneus coronary intervention (PCI) Angioplasti dengan atau tanpa stenting dan CABG dapat mengurangi angina pada 80 90% penderita.

STABLE ANGINA Pengobatan dimaksudkan untuk mencegah atau mengurangi iskemia dan meminimalkan gejala. Terdapat 4 macam obat yang diberikan kepada penderita: 1. Beta-blocker Obat ini mempengaruhi efek hormon epinephrine dan norepinephrine pada jantung dan organ lainnya. Beta blocker mengurangi denyut jantung pada saat istirahat. Selama melakukan aktivitas, beta-blocker membatasi peningkatan denyut jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen. Beta-blocker dan nitrat telah terbukti mampu mengurangi kejadian serangan jantung dan kematian mendadak. 2. Nitrat (contohnya nitroglycerin). Nitrat menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah, terdapat dalam bentuk shortacting dan long-acting. Sebuah tablet nitroglycerin yang diletakkan di bawah lidah (sublingual) biasanya akan menghilangkan gejala angina dalam waktu 1-3 menit, dan efeknya berlangsung selama 30 menit. Penderita stable angina kronik harus selalu membawa tablet

atau semprotan nitroglycerin setiap saat. Menelan sebuah tablet sesaat sebelum melakukan kegiatan yang diketahui penderita dapat memicu terjadinya angina, akan sangat membantu penderita. Nitroglycerin tablet juga bisa diselipkan diantara gusi dan pipi bagian dalam atau penderita bisa menghirup nitroglycerin yang disemprotkan ke dalam mulut; tetapi yang banyak digunakan adalah pemakaian nitroglycerin tablet sublingual. Nitrat long-acting diminum sebanyak 1-4 kali/hari. Nitrat juga terdapat dalam bentuk plester dan perekat kulit, dimana obat ini diserap melalui kulit selama beberapa jam. Nitrat long-acting yang dikonsumsi secara rutin bisa segera kehilangan kemampuannya untuk mengurangi gejala. Oleh karena itu sebagian besar ahli menganjurkan selang waktu selama 812 jam bebas obat untuk mempertahankan efektivitas jangka panjangnya. 3. Antagonis kalsium Obat ini mencegah pengkerutan pembuluh darah dan bisa mengatasi kejang arteri koroner. Beberapa antagonis kalsium (misalnya verapamil dan diltiazem) bisa memperlambat denyut jantung. Obat ini juga bisa digabungkan bersama beta-blocker untuk mencegah terjadinya episode takikardi (denyut jantung yang sangat cepat). 4. Antiplatelet (contohnya aspirin) Platelet adalah suatu faktor yang diperlukan untuk terjadinya pembekuan darah bila terjadi perdarahan. Tetapi jika platelet terkumpul pada ateroma di dinding arteri, maka pembentukan bekuan ini (trombosis) bisa mempersempit atau menyumbat arteri sehingga terjadi serangan jantung. Aspirin terikat pada platelet dan mencegahnya membentuk gumpalan dalam dinding pembuluh darah, jadi aspirin mengurangi resiko kematian karena penyakit arteri koroner.Penderita yang alergi terhadap aspirin, bisa menggunakan triklopidin. UNSTABLE ANGINA Pada umumnya penderita unstable angina harus dirawat, agar pemberian obat dapat diawasi secara ketat dan terapi lain dapat diberikan bila perlu. Penderita mendapatkan obat untuk mengurangi kecenderungan terbentuknya bekuan darah, yaitu: - Heparin (suatu antikoagulan yang mengurangi pembentukan bekuan darah) - Penghambat glikoprotein IIb/IIIa (misalnya absiksimab atau tirofiban) - Aspirin.

Juga diberikan beta-blocker dan nitrogliserin intravena untuk mengurangi beban kerja jantung.

Tekanan darah tinggi Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Perubahan struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer

You might also like