You are on page 1of 26

Kelompok 3

respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit. Menurut Gell dan Coombs dermatitis kontak alergik adalah reaksi hipersensitifitas tipe lambat (tipe IV) yang diperantarai sel, akibat antigen spesifik yang menembus lapisan epidermis kulit. Antigen bersama dengan mediator protein akan menuju ke dermis, dimana sel limfosit T menjadi tersensitisasi. Pada pemaparan selanjutnya dari antigen akan timbul reaksi alergi.

dermatitis kontak iritan yang timbul melalui mekanisme non imunologik dermatitis kontak alergik yang diakibatkan mekanisme imunologik

Dermatitis Kontak Iritan

bahan yang bersifat iritan: misalnya bahan pelarut, detergen, serbuk kayu.

juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu : lama kontak, kekerapan (terus-menerus atau berselang) adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian juga gesekan dan trauma fisik. Suhu dan kelembaban lingkungan juga ikut berperan.

Dermatitis kontak alergi disebabkan karena kulit terpapar oleh bahan-bahan tertentu, misalnya alergen, yang diperlukan untuk timbulnya suatu reaksi alergi.

Hapten merupakan alergen yang tidak lengkap (antigen), contohnya formaldehid, ion nikel dll.

Dupuis dan Benezra membagi jenis -jenis hapten berdasarkan fungsinya yaitu: 1.Asam, misalnya asam maleat. 2.Aldehida, misalnya formaldehida. 3.Amin, misalnya etilendiamin, paraetilendiamin. 4.Diazo, misalnya bismark-coklat, kongomerah. 5.Ester, misalnya Benzokain

patofis ok.doc

Pada umumnya mengeluh gatal.

Terdapat 3 fase yaitu: Fase akut Fase sub akut Fase kronis

Kelainan kulit umumnya muncul 24-48 jam pada tempat terjadinya kontak dengan bahan penyebab. Derajat kelainan kulit yang timbul bervariasi ada yang ringan ada pula yang berat. Pada yang ringan berupa eritema dan edema, pada yang berat selain eritema dan edema yang lebih hebat disertai pula vesikel atau bula yang bila pecah akan terjadi erosi dan eksudasi. Lesi cenderung menyebar dan batasnya kurang jelas. Keluhan subyektif berupa gatal.

2. Fase Sub Akut

Jika tidak diberi pengobatan dan kontak dengan alergen sudah tidak ada maka proses akut akan menjadi subakut atau kronis. Pada fase ini akan terlihat eritema, edema ringan, vesikula, krusta dan pembentukan papul-papul.

Lesi cenderung simetris, batasnya kabur, kelainan kulit berupa likenifikasi, papula, skuama, terlihat pula bekas garukan berupa erosi atau ekskoriasi, krusta serta eritema ringan. Walaupun bahan yang dicurigai telah dapat dihindari, bentuk kronis ini sulit sembuh spontan oleh karena umumnya terjadi kontak dengan bahan lain yang tidak dikenal.

tes in vivo dan tes in vitro Tes in vivo dapat dilakukan dengan uji tempel. Berdasarkan tehnik pelaksanaannya dibagi tiga jenis tes tempel yaitu : 1.Tes Tempel Terbuka 2.Tes Tempel Tertutup 3.Tes tempel dengan Sinar

Pengobatan yang diberikan dapat berupa pengobatan topikal dan sistemik. Pengobatan topikal: Bila akut berikan kompres bila subakut diberi losio, pasta, krim atau inimentum (pasta pendingin) bila kronik berikan salep

1) 2) 3) 4) 5)

Kortikosteroid Radiasi ultraviolet Siklosporin A Antibiotika dan antimikotika Imunosupresif topikal

Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau edema, juga pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau kronik. Jenis-jenisnya adalah : 1)Antihistamin 2)Kortikosteroid 3)Siklosporin 4)Pentoksifilin

Strategi pencegahan meliputi: Bersihkan kulit yang terkena bahan iritan dengan air dan sabun. Bila dilakukan secepatnya, dapat menghilangkan banyak iritan dan alergen dari kulit. Gunakan sarung tangan saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga untuk menghindari kontak dengan bahan pembersih. Bila sedang bekerja, gunakan pakaian pelindung atau sarung tangan untuk menghindari kontak dengan bahan alergen atau iritan.

PENGKAJIAN. Keluhan Utama.Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.

Riwayat Kesehatan.
1. Riwayat Penyakit Sekarang : Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.

2. Riwayat Penyakit Dahulu : Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya. 3. Riwayat Penyakit Keluarga : Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya. 4. Riwayat Psikososial : Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan.

5. Riwayat Pemakaian Obat : Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Inflamasi dermatitis, ditandai dengan : - Adanya skuama kering, basah atau kasar. - Adanya krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.
Intervensi : 1. Kaji / catat ukuran dari krusta, bentuk dan warnanya, perhatikan apakah skuama kering, basah atau kasar. 2. Anjurkan klien untuk tidak menggaruk daerah yang terasa gatal. 3. Kolaborasi dalam pemberian pengobatan : Sistemik : Antihistamin, Kortikosteroid. Lokal : Preparat Sulfur, Kortikosteroid, Shampo (Selenium Sulfida)

Ansietas berhubungan dengan ancaman integritas biologis aktual atau yang dirasa sekunder akibat penyakit, ditandai dengan : (Kemungkinan yang terjadi) 1. Insomnia 2. Keletihan dan kelemahan 3. Gelisah

Intervensi :
Kaji tingkat ansietas: ringan, sedang, berat, panik. Berikan kenyamanan dan ketentraman hati : 1. Tinggal bersama pasien. 2. Tekankan bahwa semua orang merasakan cemas dari waktu ke waktu. 3. Bicara dengan perlahan dan tenang, gunakan kalimat pendek dan sederhana. 4. Perlihatkan rasa empati. 5. Singkirkan stimulasi yang berlebihan (ruangan lebih tenang), batasi kontak dengan orang lain klien atau keluaraga yang juga mengalami cemas. 6. Anjurkan intervensi yang menurunkan ansietas (misal : teknik relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi aroma). 7. Identifikasi mekanisme koping yang pernah digunakan untuk mengatasi stress yang lalu.

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat penyakit, ditandai dengan : 1. Klien mungkin merasa malu. 2. Tidak melihat / menyentuh bagian tubuh yang terganggu. 3. Menyembunyikan bagian tubuh secara berlebihan. 4. Perubahan dalam keterlibatan sosial.

Intervensi :

1. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya. 2. Dorong klien untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan prognosa penyakit. 3. Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang telah diberikan. 4. Perjelas berbagai kesalahan konsep individu / klien terhadap penyakit, perawatan dan pengobatan. 5. Dorong kunjungan / kontak keluarga, teman sebaya dan orang terdekat.

Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya sumber informasi, ditandai dengan : 1. Pasien sering bertanya / minta informasi, pernyataan salah konsep

Intervensi : 1. Jelaskan konsep dasar penyakitnya secara umum. 2. Jelaskan / ajarkan nama obat-obatan, dosis, waktu dan metode pemberian, tujuan, efek samping dan toksik. 3. Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang rendah lemak. 4. Tekankan pentingnya personal hygiene.

EVALUASI

Evaluasi yang akan dilakukan yaitu mencakup tentang : 1.Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit. 2.Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi. 3.Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program. 4.Menggunakan obat topikal dengan tepat. 5.Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit

Terima kasih..

You might also like