You are on page 1of 12

Sediaan sirup

SEDIAAN SIRUP Dalam Farmakope Indonesia edisi III,Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kecuali dinyatakan lain,kadar sakarosa,C12H22O11,tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0%. Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau perngganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat (Ansel, 1989) Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi (sirop simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirop adalah 64-66% , kecuali dinyatakan lain (Syamsuni, 2007). Sirop adalah larutan pekat gula atau gula lain yang cocok yang di dalamnya ditambahkan obat atau zat wewangi, merupakan larutan jerni berasa manis. Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol, atau polialkohol yang lain dalam jumlah sedikit, dengan maksud selain untuk menghalangi pembentukan hablur sakarosa, juga dapat meningkatkn kelarutan obat (Anonim, 1978). Komponen sirup Sebagian besar sirup-sirup mengandung komponen-komponen berikut didamping air murni dan semua zat-zat obat yang ada: 1. Gula, biasanya sukrosa atau pengganti gula igunakan untuk memberi rasa manis dan kental 2. Pengawet anti mikroba. Diantara pengawet-penagawet yang umum digunakan sebagi sirup denga konsentrasi lasim yang efektif adalah : asam benzoat (0,1-0,2 %), natrium benzoat (0,10,2 %) dan berbagi campuran metil-,profil,dan butil paraben (total 0,1 %). Sering kali alkohol digunakan dalam pembuatan sirup untuk membantu kelarutan bahan-bahan yang larut dalam alkohol, tetapi secara normal alkohol tidak ada dalm produk akhir dalm jumlah yang dianggap cukup sebagai pengawet (15-20 %). 3. Pembau 4. Pewarna. Untuk menambah daya tarik sirup, umumnya digunakan zat pewarna yang berhubungan dengan pemberi rasa yang digunakan ( misalnya hijau untuk rasa permen, coklat untuk rasa coklat dan sebaginya). Pewarna yang digunakan umum larut dalam air, tidak bereaksi dengan komponen lain dari sirup, dan warna stabil pada kisaran pH dan dibawah cahaya yang intensif sirup tersebut mungkin menjadi enounter selama masa penyimpanan. 5. Perasa. Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-bahan yang berasal dari alam seperti minyak-minyak menguap (contoh : minyak jeruk), vanili dan lainlainnya. Untuk membuat sirup jamin yang sedap rasanya. Karena sirup adalah sediaan air, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup. Akan tetapi, kadang-

kadang sejumlah kecill alkohol ditambahkan kesirup untuk menjamin kelangsungan kelarutan dari pemberi rasa yang kelarutannya dalam air buruk. 6. Biasanya untuk untuk sirup yang dibuat dalam perdagangan,mengandung pelarut-pelarut khusus,pembantu kelarutan,kental,dan stabilisator. Jenis Jenis Sirup Ada 3 macam sirup, yaitu : 1. Sirop simpleks : mengandung 65% gula dengan larutan nipagin 0,25% b/v.

2. Sirop obat : mengandung 1 jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan dan digunakan untuk pengobatan. 3. Sirop pewangi : tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau zat penyedap lain. Tujuan pengembangan sirop ini adalah untuk menutupi rasa tidak enak dan bau obat yang tidak enak

Keuntungan 1. Sesuai untuk pasien yang sulit menelan (pasien usia lanjut, parkinson, anak - anak).

2. Dapat meningkatkan kepatuhan minum obat terutama pada anak - anak karena rasanya lebih enak dan warna lebih menarik. 3. Sesuai untuk yang bersifat sangat higroskopis dan deliquescent.

Kerugian 1. Tidak semua obat ada di pasaran bentuk sediaan sirup.

2. Sediaan sirup jarang yang isinya zat tunggal, pada umumnya campuran/kombinasi beberapa zat berkhasiat yang kadang-kadang sebetulnya tidak dibutuhkan oleh pasien. Sehingga dokter anak lebih menyukai membuat resep puyer racikan individu untuk pasien. 3. Tidak sesuai untuk bahan obat yang rasanya tidak enak misalnya sangat pahit (sebaiknya dibuat kapsul), rasanya asin (biasanya dibentuk tablet effervescent). 4. Tidak bisa untuk sediaan yang sukar larut dalam air (biasanya dibuat suspense atau eliksir). Eliksir kurang disukai oleh dokter anak karena mengandung alcohol, suspense stabilitasnya lebih rendah tergaantung ormulasi dan suspending egent yang digunakan. 5. Tidak bisa untuk bahan obat yang berbentuk minyak (oily, biasanya dibentuk emulsi yang mana stabilitas emulsi lebih rendah dan tergantung formulasi serta emulsifying agent yang digunakan).

6. Tidak sesuai untuk bahan obat yang tidak stabil setelah dilarutkan (biasanya dibuat sirup kering yang memerlukan formulasi khusus, berbentuk granul, stabilitas setelah dilarutkan haInya beberapa hari). 7. Harga relatif mahal karena memerlukan formula khusus dan kemasan yang khusus pula.

A. Teknologi sediaan Farmasi 1. SYRUP a. Pengertian Menurut farmakope Indonesia III, syrup adalah sedian cair berupa larutan yang mengandung sakarosa, C12H22O11, tidak kurang dari 64.0% dan tidak lebih dari 66.0%. Syrup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi (Anonim, 1995). Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Syrup adalah sediaan cair kental yang minimal mengandung 50% sakarosa (Ansel et al., 2005). Pembuatan kecuali dikatakan lain syrup dibuat sebagai berikut: Buat cairan untuk syrup, panaskan, tambahkan gula jika perlu di didihkan hingga larut, tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang dikehendaki,buang busa yang terjadi, serkai. b. Komponen Syrup 1) Pemanis Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari kalori yang dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis berkalori rendah. Adapun pemanis berkalori tinggi misalnya sorbitol, sakarin dan sukrosa sdangkan yang berkalori rendah seperti laktosa. 2) Pengawet Antimikroba Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar dapat bertahan lebih lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur. 3) Perasa dan Pengaroma Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-bahan yang berasal dari alam untuk membuat syrup mempunyai rasa yang enak. Karena syrup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup. Pengaroma ditambahkan ke dalam syrup untuk memberikan aroma yang enak dan wangi. Pemberian pengaroma ini harus sesuai dengan rasa sediaan syrup, misalkan syrup dengan rasa jeruk diberi aroma citrus. 4) Pewarna

Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan komponen lain dalam syrup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat konsisten dengan rasa. Ada beberapa alasan mengapa syrup itu berwarana, yaitu: a. Lebih menarik dalam faktor estetikanya. b. Untuk menutupi kestabilan fisik obat.

5) Juga banyak sediaan syrup, terutama yang dibuat dalam perdagangan mengandung pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator. c. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Syrup Keuntungan : 1) Merupakan campuran yang homogeny. 2) Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan. 3) Obat lebih mudah diabsorbsi. 4) Mempunyai rasa manis. 5) Mudah diberi bau-bauan dan warna sehingga menimbulkan daya tarik untuk anak. 6) Membantu pasien yang mendapat kesulitan dalam menelan obat tablet. Kerugian : 1) Ada obat yang tidak stabil dalam larutan. 2) Volume dan bentuk larutan lebih besar. 3) Ada yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam sirup. d. Cara Penyimpanan Pada Sediaan Syrup 1) Sebaiknya disimpan ditempat sejuk. 2) Tidak terkena matahari langsung. 3) Tutup rapat penutup pada botol sirup.

Sediaan Farmasi: "SIROP"

SIROP
(Sirupi)
Oleh: OKTAFIAN V.F. Kawulusan

A. Sejarah & Pengertian Sirop Sirop telah dikenal sebagai bentuk sediaan obat sejak masa Arab kuno yang dikenalkan oleh Avicenna (Ali Ibnu Sina), ahli farmasi berkembangsaan Arab. Istilah Sirop diduga berasal dari kara Sirab (Bah. Arab), yang artinya adalah sari pati gula. Berikut ini, beberapa definisi tentang sirop: Sirop adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat (Ansel, 1989). Sirop adalah sediaan cairan kental mengandung sukrose (gula) tidak kurang dari 50% dan tidak lebih dari 65%, dapat mengandung satu atau lebih bahan obat (Priyambodo, 2007). Sirop adalah bentuk sediaan cair yang mengandungSaccharosa atau gula. Konsistensi sirup kental karena kadar Saccharosa yang tinggi, yaitu 64,0-66,0% (Zaman-Joenoes, 2008). Sirop adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa, C12H22O11, tidak kurang dari 64.0% dan tidak lebih dari 66,0%. B. Penggolongan Sirop Bedasarkan fungsinya, sirop dikelompokan menjadi 2 golongan, yaitu: 1. Medicated Syrup (sirop obat) merupakan sirup yang mengandung satu atau lebih bahan obat. Sirop obat berupa preparat yang sudah distandarisasi, dapat diberikan berupa obat tunggal atau dikombinasikan dengan obat lain. Contoh sirop obat antara lain: a. Sirop sebagai ekspektorans: Sirop Thymi. Sirop Thymi et Serpylli = Sirop Thymi Compositus. Sirop Althae. b. Sirop sebagai antitusif: Sirop Codeini, mengandung 2 mg Codein/ml sirop. c. Sirop sebagai anthelmintik: Sirop Piperazini, mengandung 1 g Piperazine dalam bentuk hexahydrat/citrat dalam tiap 5 ml sirop. d. Sirop sebagai antibiotik Sirop Kanamycin, mengandung 50 mg/ml. Sirop Chloramphenicol, umumnya mengandung 25 mg/ml. Sirop Ampicillin, umumnya mengandung 25 mg/ml. Sirop Amoxycillin, umumnya mengandung 25 mg/ml. Sirop Cloxacillin, umumnya mengandung 25 mg/ml. e. Dry Syrup atau sirop kering, berupa campuran obat dengan sakarosa, harus dilarutkan dalam jumlah air tertentu sebelum dipergunakan. Keuntungan sirop kering dari pada sirop cairan, biasanya sirop kering dapat tahan disimpan lebih lama. Contohnya Ampicillin trihydrate dry syrup, ekivalen dengan 25 mg/ml sirop cairan kalau sudah dilarutkan dalam jumlah air yang ditentukan. 2. Flavored Syrup (sirop korigen/pembawa), biasanya tidak digunakan untuk tujuan medis, namun mengandung berbagai bahan aromatis atau rasa yang enak dan digunakan sebagai larutan pembawa atau pemberi rasa pada berbagai sediaan farmasi lainnya,

misalnya sebagai penutup rasa pahit pada Vitamin B Kompleks yang diberikan kepada bayi atau anak-anak. Sirop golongan ini, mengandung berbagai bahan tambahan, misalnya bahan antioksidan (antioxidant agent), pengawet (preservative agent), pewarna (coloring agent), pemberi rasa (flavoring agent), dan bahan pelarut (diluting agent). Sirop ini, ditambahkan sebagai korigens rasa untuk obat minum, cukup dalam jumlah 10-20 ml untuk tiap 100 ml larutan obat. Sirop yang sering dipakai sebagai korigens-rasa, yaitu: a. Sirop Simpleks, mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0,25% b/v. b. Sirop Aurantii, terutama untuk bahan obat yang rasanya pahit. c. Sirop Rubi Idaei, terutama untuk bahan obat yang rasanya asam. C. Formula & Pembuatan Sirop Sebagian besar sirop mengandung komponen-komponen berikut disamping air murni (purified water) dan semua zat-zat obat yang ada: Gula, biasanya sukrosa atau pengganti gula yang digunakan untuk memberi rasa manis dan kental. Pengawet antimikroba. Pembau. Pewarna. Juga banyak sirop, terutama yang dibuat dalam perdagangan, mengandung pelarutpelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator. Menurut Farmakope Indonesia edisi III (1979), kecuali dinyatakan lain, sirop dibuat sebagai berikut: Buat cairan untuk sirop, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga larut. Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang dikehendaki, buang busa yang terjadi, serkai. Pada pembuatan sirop dari simplisia yang mengandung glukosida antrakuinon, ditambahkan natrium karbonat sejumlah 10% bobot simplisia. Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirop simplisia untuk persediaan ditambahkan metil paraben 0,25% b/v atau pengawet lain yang cocok. Dalam produksi besar di industri farmasi, pemilihan bahan yang digunakan untuk pembuatan sediaan sirop harus dilakukan dengan hati-hati, termasuk air yang digunakan juga harus memenuhi persyaratan air untuk produk farmasi (purified water). Kebersihan wadah dan alat untuk produksi juga memegang peranan yang sangat penting. Hal lain yang mempengaruhi proses pembuatan sirop adalah karakteristik bahan baku yang digunakan, peralatan, prosedur pencampuran dan pengisian ke dalam wadah. Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan sediaan sirop harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan ditentukan secara cermat. Spesifikasi tersebut harus bisa menjamin ciri-ciri, kemurnian, homogenitas, dan bebas dari kontaminasi mikroba yang berlebihan. Selain bahan aktif, air juga merupakan faktor yang sangat kritis dalam proses pembuatan sediaan sirop, karena merupakan komponen terbesar. Peralatan yang digunakan untuk proses pembuatan sediaan sirop terdiri dari tangki pencampur yang dilengkapi dengan pengaduk berkecepatan tinggi, penyaring,

dan pengisi sirop ke dalam wadah (botol). Tangki, umumnya dibuat dari bahan baja anti-karat AISI 316 yang dipoles berlapis dua (double jacket), dimana panas dari uap air (steam boiler) yang digunakan untuk memanaskan sirop dilewatkan diantara kedua dinding tangki. Tangki tersebut bisa ditutup dengan rapat sehingga lebih efektif. Proses pembuatan sediaan sirop dapat dilakukan dengan beberapa metode/cara, tergantung dari bahan yang digunakan, terutama menyangkut sifat-sifat fisik dan kimia dari bahan aktif. Metode pembuatan sirop tersebut antara lain: Metode pelarutan dengan pemanasan. Metode pengadukan tanpa pemanasan. Metode penambahan bahan aktif ke dalam sirup sederhana (Sirop Simpleks atau Flavoring Syrup). Metode perkolasi. Metode pembuatan sediaan sirop dengan menggunakan pemanasan merupakan metode yang paling umum digunakan, sangat cocok digunakan untuk bahan-bahan yang tidak rusak akibat pemanasan serta apabila dikehendaki proses pembuatan sirop secara cepat. Mula-mula gula (sucrose) dilarutkan di dalam air murni (purified water) yang telah dipanaskan pada suhu 50-700C sambil diaduk hingga larut. Selanjutnya bahan aktif dan bahan pengawet dimasukkan ke dalam larutan gula dan diaduk hingga semua bahan larut sempurna, kemudian didinginkan hingga suhu 30 0C. Masukkan ke dalam larutan tersebut bahan-bahan tambahan lain (pengental, pewarna dan perasa), aduk hingga homogen. Saring larutan dengan penyaring yang sesuai, selanjutnya sirop tersebut dimasukkan ke dalam wadah. (botol) yang dikehendaki dan dilakukan proses pengemasan. Hal yang sangat penting dalam proses pembuatan sediaan sirop dengan metode ini adalah suhu jangan sampai terlalu tinggi (>70 0C) karena akan menyebabkan terjadinya inversin gula menjadi gula inert serta karamelisasi gula yang di tandai dengan warna sirop menjadi cokelat. Untuk bahan-bahan yang tidak tahan (rusak) atau menguap apabila dipanaskan, maka dapat digunakan metode pengadukan tanpa pemanasan, penambahan bahan aktif ke dalam sirup sederhana atau metode perkolasi. Pada sirop dengan kadar gula rendah dapat terjadi fermentasi, kadar gula yang tinggi mempunyai tekanan osmotik yang cukup tinggi sehingga pertumbuhan bakteri dan fungi dapat terhambat. Bila sebagian dari sakarosa berubah menjadi gula invert, maka sirop cepat menjadi rusak. Kerusakan sirop dapat dihindarkan dengan menambahkan suatu bahan pengawet ke dalam sirop, misalnya Nipasol, Nipagin atau Natrium Benzoat. Selain sukrosa dan gula lain, pada sirop dapat ditambahkan senyawa poliol seperti sorbitol dan gliserin untuk menghambat penghabluran dan mengubah kelarutan, rasa dan sifat lain zat pembawa. Umunya juga dalam pembuatan sirop, ditambahkan zat antimikroba untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan fungi. Penetapan kadar sakarosa dalam sirop menurut Farmakope Indonesia edisi III (1979) adalah sebagai berikut: Timbang saksama lebih kurang 25 g sirop dalam labu tentukur 100 ml, tambahkan 50 ml air dan sedikit larutan aluminium hidroksida P. Tambahkan larutan

timbal (III) subasetat P tetes demi tetes hingga tetes terakhir tidak menimbulkan kekeruhan. Tambahkan air secukupnya hingga 100 ml, saring, buang 10 ml filtrat pertama. Masukkan 50,0 ml filtrat ke dalam labu tentukur 55 ml, tambahkan campuran 79 bagian volume asam klorida P dan 21 bagian volume air secukupnya hingga 55,0 ml. Panaskan labu dalam tangas air pada suhu antara 68 0 C dan 700 C selama 10 menit, dinginkan dengan cepat sehingga suhu lebih kurang 20 0 C. Jika perlu hilangkan warna menggunakan tidak lebih dari 100 mg arang jerap P. Ukur rotasi optik larutan yang belum diinversi menggunakan tabung 22,0 cm pada suhu pengukur yang sama antara 100 C dan 250 C. Hitung kadar dalam % C12H22O11, dengan rumus: 300x1-2 C= -----------------------(144-0,5t) Keterangan: 1 adalah rotasi optik larutan yang belum diinversi. 2 adalah rotasi optik larutan yang telah diinversi. T adalah suhu. Penyimpanan sirop menurut anjuran Farmakope Indonesia edisi III (1979), dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk. Pustaka: Ansel HC, 1989.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Penerjemah Farida Ibrahim; Pendamping Asmanizar, Iis Aisyah. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press). Priyambodo B, 2007. Manajemen Farmasi Industri. Yogyakarta: Global Pustaka Utama. Syamsuni HA, 2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC. Tim Penyusun Farmakope Indonesia, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Zaman-Joenoes N, 2008. Ars Prescribendi Resep yang Rasional. Surabaya: Airlangga University Press.

BAB II Sirup(syrup) 2.1 PENGERTIAN Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sukrosa. Kadar sukrosa ( ) tidak kurang dari 64% tidak lebih dari 66%. Selain sakrosa dan gula lain, dapat di tambahkan pula senyawa poliol, seperti sorbitol dan gliserin, dan dapat di tambahkan juga zat anti mikroba untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur. 2.2 JENIS SIRUP

Ada3 macam sirup yaitu: 1.Sirup Simpex Mengandung 65% gula dalam air nipagin 0,25% b/v 2.Sirup Obat Mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat tambahan. 3.Sirup Pewangi Mengandung pewangi atau zat pewangi lain, tidak mengandung obat Contoh: sir thyamin. 2.3 KOMPONEN SIRUP 1. Gula atau pengganti gula 2. Pengawet antimikroba 3. Pembau 4. Pewarna 5. Juga banyak sirup-sirup, terutama yang dibuat dalam perdagangan, mengandung pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator. Pembuatan Sirup 2.4 FUNGSI SIRUP 1.Sebagai Obat Misalnya: Chlorfeniramini maleatis sirupus 2.Sebagai Corigensia Saporis Misalnya: Sirupus simplex 3.Sebagai Corigensia Odoris Misalnya: Sirupus aurantii 4.Sebagai Corigensia Coloris Misalnya: Sirupus Rhoedos, sirupus rubi idaei 5.Pengawet Misalnya: Sediaan dengan bahan pembawa sirup karena konsentrasi gula yang tinggi mencegah pertumbuhan bakteri, 2.5 KEUNTUNGAN SIRUP

Sesuai untuk pasien yang susah menelan (pasien usia lanjut, Parkinson, anak-anak. Dapat meningkatkan kepatuhan minum obat terutama pada anak-anak karena rasanya lebih enak dan warnanya lebih menarik. Sesuai untuk obat yang bersifat sangat higroskopis.

2.6 KERUGIAN SIRUP

Tidak semua obat bentuk sediaan sirup ada di pasaran. Sediaan sirup jarang yang isinya zat tunggal, pada umumnya campuran atau kombinasi beberapa zat berkhasiat yang kadang-kadang sebetulnya tidak di butuhkan oleh pasien tersebut. Tidak bias untuk sediaan yang sukar larut dalam air (biasanya di buat suspensi atau eliksir) eliksir kurang di sukai oleh dokter anak karena mengandung alkohol, suspensi stabilitasnya lebih rendah tergantung formulasi dan suspending agent yang di gunakan. Tidak bias untuk bahan obat yang berbentuk minyak (minyak/oil biasanya di bentuk emulsi yang mana stabilitas emulsi juga lebih rendah. Tidak ssesuai untuk bahan obat yang tidak stabil. Harga relaatif mahal karena memerlukan khusus dan kemasan yang khusus pula.

Cairan untuk sirup, dimana gulanya akan dilarutkan dapat dibuat dari: 1.Aqua destilata: untuk sirupus simplex. 2.Hasil-hasil penarikan dari bahan dasar: a. Maserat misalnya sirupus Rhei b. Perkolat misalnya sirupus Cinnamomi c. Colatura misalnya sirupus sanae d. Sari buah misalnya rubi idaei 3.Larutan atau campuran larutan bahan obat misalnya: methdilazina hydrochloride sirupus, sirup-sirup dengan nama paten misalnya: yang mengandung campuran vitamin. 2.7 CARA PEMBUATAN SIRUP v Buat cairan untuk sirup v Panaskan tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga larut v Tambahkan air mendidih secukupnya hingga di peroleh bobot yang di kehendaki v Buang busa yang terjadi dan serkai. Pada pembuaan sirup dari simplisia yang mengndung glikosida antrakinon di tambahkan sejumlah 10% bobot simplisia. Kecuali di nyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia untuk persediaan di tambahkan metil paraben 0,25% b/v atau pengawet lain yang cocok. Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar maksimum 66% sakarosa, bila lebih tinggi akan terjadi pengkristalan, tetapi bila lebih rendah dari 62% sirup akan membusuk. Pada penyimpanan dapat terjadi inverse dan sakarosa (pecah menjadi glukosa dan fruktosa) dan pada sirup yang bereaksi asam inverse dapat terjadi lebih cepat. Pemanasan sebaiknya dihindari karena pemanasan akan menyebabkan terjadinya gula invert. Gula invert adalah gula yang terjadi karena penguraian sakarosa yang memutar bidang polarisasi kekiri. Gula invert tidak dikehendaki dalam sirup karena lebih encer sehingga mudah berjamur dan berwarna tua (berbentuk karamel), tetapi mencegah terjadinya oksidasi dari bahan obat. Kadang-kadang gula invert dikehendaki adanya misalnya dalam pembuatan sirupus iodeti ferrosi, hal ini disebabkan karena sirup merupakan media yang mereduksi, mencegah bentuk ferro menjadi bentuk ferri. Gula invert disini dipercepat pembuatannya dengan memanaskan larutan gula dengan asam sitrat. Pada sirup yang mengandung sakarosa 62% atau lebih, sirup tidak dapat ditumbuhi jamur, meskipun jamur tidak mati. Bila kadar sakarosa turun karena inversi, maka jamur akan tumbuh. Bila dalam resep, sirup di encerkan dengan air dapat pula di tumbuhi jamur. Untuk mencegah sirup tidak menjadi busuk, dapat di tambahkan bahan pengawet misalnya nipagin. Bila cairan hasil sarian mengandung zat yang mudah menguap maka sakarosa di larutkan dengan pemanasan lemah dan dalam botol yang tertutup, seperti pada pembuatan thymin sirup dan thymin composites sirupus, aurantii corticis sirupus. Untuk cinnamomi sirupus sakarosa di larut tanpa pemanasan. Melarutkan bahan bahan dengan bantuan pemanasan. Melarutkan bahan bahan dengan pengadukan tanpa pemanasan. Penambahan sukrosa pada cairan obat yang dibuat atau pada cairan yang diberi rasa. Perkolasi dan Maseras 1.Larutan yang dibuat dengan pemanasan Sirup yang dibuat dengan cara ini apabila: a. dibutuhkan pembuatan sirup secepat mungkin. b. komponen sirup tidak rusak atau menguap oleh panas. Pada cara ini umumnya gula ditambahkan ke air yang dimurnikan, dan panas digunakan sampai larutan terbentuk. Contoh : Sirup akasia, Sirup cokelat 2. Larutan yang diaduk tanpa bantuan panas Menghindari panas yang meransang inverse sukrosa Proses ini memakan waktu lebih lama mempunyai kestabilan yang maksimal. Bila bahan padat akan ditambahkan ke sirup, yang paling baik adalah melarutkannya dalam sejumlah air

murni dan kemudian larutan tersebut digabungkan ke dalam sirup. Contoh: Sirup ferro Sulfat. 3. Penambahan sukrosa ke dalam cairan obat/cairan pemberi rasa Adakalanya cairan obat seperti tinktur atau ekstrak cair digunakan sebagai sumber obat dalam pembuatan sirup. Banyak tingtur dan ekstrak seperti itu mengandung bahan bahan yang larut dalam alcohol dan dibuat dengan pembawa beralkohol atau hidroalkohol. Jika komponen yang larut dalam alcohol dibutuhkan sebagai bahan obat dalam suatu sirup, beberapa cara kimia umum dapat dilakukan agar bahan bahan tersebut larut di dalam air. Akan tetapi apabila komponen yang larut dalam alcohol tidak dibutuhkan, komponen komponen tersebut umumnya dihilangkan dengan mencampur tinktur atau ekstrak tersebut dengan air, campuran dibiarkan sampai zat zat yang tidak larut dalam air terpisah sempurna, dan menyaringnya dari campuran. Filtratnya adalah cairan obat yang kepadanya kemudian ditambahkan sukrosa dalam sediaan sirup. Pada kondisi lain, apabila tingtur dan ekstrak kental dapat bercampur dengan sediaan berair, ini dapat ditambahkan langsung ke sirup biasa atu sirup pemberi rasa sebagai obat. Contoh sirup yang dibuat dengan cara ini adalah : Sirup Senna.\ 2.8 CARA MENJERNIHKAN SIRUP Adabeberapa cara menjernihkan sirup: 1. 2. Menambahkan kecocokan zat putih telur segera pada siru. Didihkan sambil diaduk, zat putih telur akan menggumpal karena panas Menambah bubur kertas saring lalu didihkan dan saring kotoran sirup akan melekat ke kertas saring. 2.9 CARA MEMASUKAN SIRUP KE DALAM BOTOL Penting untuk kestabilan sirup dalam penyimpanan, supaya awet (tidak berjamur) sebaiknya simpan dengan cara: 1. 2.

sirup di

3.

Sirup yang sudah dingin di simpan dalam wadah yang kering. Tetapi pada pendinginan ada kemungkinan terjadinya cemaran sehingga terjadi juga penjamuran. Mengisikan sirup panas-panas kedalam botol panas (karena sterilisasi) sampai penuh sekali sehingga ketika disumbat dengan gabus terjadi sterilisasi sebagian gabusnya, lalu sumbat gabus dicelup dalam lelehan paraffin solidum yang menyebabkan sirup terlindung dari pengotoran udara luar. Sterilisasi sirup, di sini harus di perhitungkan pemanasan 30 menit apakah tidak berakibat terjadinya gula invert. Maka untuk kestabilan sirup, FI III juga menulis tentang penambahan metil paraben 0,25% atau pengawet lain yang cocok. Dari tiga cara memasukan sirup ke dalam botol ini yang terbaik dalah cara ketiga 2.10 PENETAPAN KADAR SAKAROSA v Timbang seksama 25 gram sirup dalam labu terukur 100 ml, tambahkan 50 ml air dan sedikit larutan alumunium hidroksida p. Tambahkan larutan timbale (II) sub asetat p tetes demi tetes hingga tetes terakhir tidak menimbulkan kekeruhan. v Tambahkan air secukupnya hingga 100,0 ml saring, buang 10 ml filtrat pertama. Masukkan 45,0 ml filtrate kedalam labu terukur 50 ml, tambahkan campuran 79 bagian volume asam klorida p dan 21 bagian vol, air secukup hingga 50,0 ml. Panaskan labu dalam penangas air pada suhu antara 68 dan 70C selama 10 menit, dinginkan dengan cepat sehingga suhu lebih kurang 20C. v Jika perlu hilangkan warna dengan menggunakan tidak lebih dari 100 mg arang penyerap. v Ukur rotasi optic larutan yang belum di inverse dan sesudah inverse menggunakan tabung 22,0 cm pada suhu pengukur yamg sama antara 10 dan 25C. Hitung kadar dalam % dengan rumus: C = Kadar sacharosa dalam % = Rotasi optic larutan yang belum di inversi

= Rotasi optic larutan yang sudah di inverse = Suhu pengukur

You might also like