You are on page 1of 35

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULi HALAMAN PENGESAHANii HALAMAN PERSEMBAHANiii HALAMAN MOTTO.v KATA PENGANTAR..vi DAFTAR ISIviii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. B. Tujuan Penulisan. C. Metode Penulisan.. D. Rumusan Masalah. E. Sistematika Penulisan BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka B. Landasan Teori.. BAB III. PEMBAHASAN

A. Obesitas B. Obesitas pada Anak Maupun Remaja.. C. Identifikasi dan Menilai Obesitas pada Remaja... D. Pengaruh Obesitas Terhadap Kesehatan dan Tanda-tanda Klinik yang Menyertai E. Factor Penyebab Obesitas.. F. Dampak Obesitas diusia Remaja. G. Penanganan Obesitas. BAB IV. PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran. Daftar Pustaka

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Maraknya makanan siap saji, gaya hidup sedentari (kurang aktifitas) dan meningkatnya media komunikasi tidak hanya di kota-kota besar tetapi juga sampai di kota-kota kecil di seluruh daerah di Indonesia, mampu mempengaruhi perubahan perilaku makan dan perilaku hidup sehat pada anak-anak sehingga beberapa dari mereka menjadi gemuk sampai akhirnya menderita kegemukan (obesitas). Keadaan ini akan menjadi semakin parah bila orang tua menganggap bahwa anak dengan obesitas itu sehat dan lucu. Obesitas bukan merupakan sesuatu hal yang membanggakan. Obesitas pada masa anak-anak dan remaja berdampak secara signifikan terhadap kesehatan fisik maupun psikologis anak dan remaja dimasa sekarang maupun di masa mendatang. Obesitas atau yang biasa kita kenal sebagai kegemukan merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan di kalangan remaja. Pada remaja putri, kegemukan menjadi permasalahan yang cukup berat, karena keinginan untuk tampil sempurna yang seringkali diartikan dengan memiliki tubuh ramping/langsing dan proporsional, merupakan idaman bagi mereka. Hal ini semakin diperparah dengan berbagai iklan di televisi, surat kabar dan media massa lain yang selalu menonjolkan figur-figur wanita yang langsing dan iklan berbagai macam ramuan obat-obatan, makanan dan minuman untuk merampingkan tubuh. Akibatnya jutaan rupiah uang dibelanjakan untuk diet ketat, obat-obatan, dan perawatan-perawatan guna menurunkan berat badan. Tidak berbeda dengan remaja putri, remaja pria pun takut menjadi gemuk. Bagi mereka, pria yang memiliki bobot berlebih dianggap akan mengalami permasalahan yang cukup berat untuk menarik perhatian lawan jenis. Banyak

remaja pria yang berharap dapat membuat tubuhnya ideal (menjadi sedikit berotot/kekar) dan keinginan mereka untuk itu pada sebagian remaja disalurkan melalui kegiatan olahraga, namun sayangnya bagi mereka yang kegemukan kegiatan olah raga akan terasa sebagai siksaan sehingga tak banyak dari mereka memilih kegiatan tersebut untuk setidaknya membantu membentuk tubuh yang ideal. Hal inilah yang seringkali dimanfaatkan oleh para penjual produk-produk obat-obatan atau makanan penurun berat badan dan alat olahraga ringan untuk memperlaris dagangannya. Dengan melihat fenomena yang terjadi sekarang ini, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa obesitas merupakan salah masalah rumit yang seringkali dihadapi remaja dan juga termasuk orang dewasa. Hal ini tercermin dalam banyak dana yang dikeluarkan untuk melakukan diet, membeli obat-obatan pelangsing dan peralatan olahraga yang bertujuan untuk menurunkan berat badan karena tergiur akan iklan yang menjanjikan tubuh ideal hanya dengan beberapa minggu saja. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan adipose (adipocytes: jaringan lemak khusus yang disimpan tubuh) secara berlebihan. Jadi obesitas adalah keadaan dimana seseorang memiliki berat badan yang berlebih. Dihadapkan pada obesitas, tidak jarang seorang remaja bereaksi secara berlebihan. Tidak jarang pula mereka menjadi frustrasi karena meskipun sudah melakukan diet ketat dan mengkonsumsi ramuan atau obat-obatan penurun berat badan, ternyata bobot tubuh tidak kunjung susut. Untuk mencegah komplikasi medis dan psikologis dari obesitas, maka penanganan harus dilakukan sedini mungkin.

B. Tujuan Penulisan

1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI SMA Negeri 1 Surakarta sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 2. Menambah wawasan pribadi tentang obesitas dan dampaknya serta bagaimana cara penanganan yang benar menurut kesehatan. 3. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang obesitas yang sangat memberi dampak bagi kesehatan fisik maupun mental. 4. Sebagai sarana latihan membuat karya tulis untuk jenjang yang lebih tinggi.

C. Metode Penulisan

Dalam penyusunan karya tulis ini, Penulis menggunakan beberapa metode penulisan, antara lain: 1. Metode Pustaka Penulis mencari bahan penelitian dan mengambil data atau informasi dari literature yang berhubungan dengan pembahasan masalah. 2. Metode Browsing Penulis mencari bahan penelitian dan mengambil data melalui internet atau media elektronik sebagai tambahan referensi.

D. Rumusan Masalah

1. Apakah Obesitas itu? 2. Bagaimanakah Obesitas yang terjadi pada anak anak maupun remaja? 3. Bagaimanakah cara identifikasi dan menilai obesitas pada remaja?

4. Apakah pengaruh Obesitas terhadap kesehatan serta tanda-tanda kliniks obesitas? 5. Faktor apa saja penyebab obesitas diusia remaja? 6. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh obesitas diusia remaja? 7. Bagaimanakah penanganan terbaik pada kasus obesitas diusia remaja?

E. Sistematika penulisan
BAB I. PENDAHULUAN

A. B. C. D. E.

Latar Belakang Masalah Tujuan Penulisan Metode Penulisan Rumusan Masalah Sistematika Penulisan

BAB II.

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka B. Landasan Teori

BAB III.

PEMBAHASAN

H. Obesitas I. Obesitas pada Anak Maupun Remaja J. Identifikasi dan Menilai Obesitas pada Remaja

K. Pengaruh Obesitas Terhadap Kesehatan dan Tanda-tanda Klinik yang Menyertai. L. Factor Penyebab Obesitas M. Dampak Obesitas diusia Remaja N. Penanganan Obesitas

BAB IV.

PENUTUP

A. Kesimpulan B. Saran

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI


A. Kajian Pustaka
Pada sub bab ini Penulis akan menjabarkan tentang artikel atau data-data yang Penulis peroleh dari internet yang berkaitan dengan judul karya tulis Penulis. Penulis merasa sangat kecewa atas maraknya makanan siap saji pada jaman sekarang ini, perubahan gaya hidup yang menjurus ke Barat-baratan, suka bersantai atau biasa disebut sedentari (kurang aktifitas) dan meningkatnya media komunikasi tidak hanya di kota-kota besar tetapi juga sampai di kota-kota kecil di seluruh daerah di Indonesia, mereka sudah mengalihkan pola makannya kemakanan yang tinggi kalori, lemak, dan kolestorol, teruma terhadap makanan siap saji (fast food) sangat disayangkan hal tersebut mampu mempengaruhi perubahan perilaku makan dan perilaku hidup sehat pada anak-anak sehingga beberapa dari mereka menjadi gemuk sampai akhirnya menderita kegemukan (obesitas). Didukung oleh pernyataan dari Dr. Endang Tatar, MPH, SpA(K) bahwa Obesitas pada anak merupakan awal dari obesitas pada dewasa dengan segala dampak buruknya. Prevalensinya cenderung meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup. Obesitas merupakan penyakit kronis yang terjadi karena balans energi positif dalam jangka waktu yang lama. Penanganan obesitas harus dilakukan sejak dini, dan dilakuan secara komprehensif. Penanganan kasus obesitas pada anak dengan cara modifikasi diet, aktifitas fisik dan perubahan perilaku harus dilakukan secara simultan. Pemberian modifikasi diet pada penangananan anak dan remaja dengan obesitas adalah dengan menerapkan gizi seimbang untuk pencapaian tumbuh kembang. Dalam menangani anak dengan dengan obesitas diperlukan keterlibatan keluarga secara aktif.

Selain itu, Salah satu dokter yang pernah menyandang Dokter Teladan tingkat Nasional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia dr. Mexitalia Setiawati Estiningtyas, M. SpA(K) pada Tahun 1994 ini melakukan penelitian faktor risiko obesitas pada kelompok remaja obesitas dan gizi normal pada satu SMP di Semarang, dimana hasilnya memperlihatkan bahwa pengeluaran energi saat istirahat (REE) dan pengeluaran energi total (TEE) setelah dikontrol berat badan lebih rendah secara bermakna pada remaja obesitas dibanding remaja normal, tetapi tidak ada perbedaan pada tingkat aktivitas fisik dan asupan energi pada kedua kelompok. Semua subyek termasuk dalam kategori kurang aktif, dengan waktu yang dihabiskan untuk aktivitas sedang sampai berat hanya 30 menit / hari, dan jumlah langkah kaki 8.000 sampai 9.000 langkah kaki / hari, di bawah rekomendasi yang dianjurkan. Berdasarkan temuan penelitian yang beliau lakukan, ada beberapa saran yang akan Penulis uraikan lebih lanjut pada Bab pembahasan. Penulis menemukan pada salah satu web, yaitu http://www.voa-

islam.com/teenage/young-spirit/2010/09/06/9841/obesitas-pada-remaja-akibatkurang-tidur/ menyatakan bahwa remaja yang tidur kurang dari delapan jam perhari dan makan malam dengan lebih banyak lemak dan gemar mengkonsumsi makanan ringan terancam mengalami obesitas. Demikian hasil penelitian terbaru yang dirilis tim peneliti Amerika Serikat. Mereka mengatakan tidur terlalu sedikit dapat mengakibatkan perubahan kronis dalam makanan yang dapat meningkatkan risiko obesitas, terutama pada anak perempuan. Sebelum studi telah menunjukkan bahwa tidur terlalu sedikit dapat menyebabkan kenaikan berat badan, tapi temuan baru ini menunjukkan dimana kalori ekstra berasal. Meningkatkan asupan makanan berlemak, yang biasanya tinggi kalori, dapat meningkatkan asupan kalori secara keseluruhan setiap hari, dan jika itu terjadi secara rutin, dapat mengakibatkan kelebihan lemak. "Demonstrasi pola diet kronis diubah pada remaja dengan tidur

yang lebih singkat memberikan wawasan tentang mengapa tidur yang lebih singkat telah dikaitkan dengan obesitas dalam penelitian eksperimental dan observasional sebelumnya," kata Dr Susan RedLine dari Brigham and Women's Hospital dan Beth Israel dari Deaconess Medical Center di Boston.

B. Landasan teori
Obesitas menjadi masalah di seluruh dunia karena prevalensinya yang meningkat pada orang dewasa dan anak baik di negara maju maupun negara yang sedang berkembang. Oleh karena itu, dengan disusunnya karya tulis yang berjudul PENGARUH OBESITAS TERHADAP KESEHATAN REMAJA dapat menjadikan referensi tentang obesitas dan penanganan yang baik bagi kesehatan remaja. Adapun arti dari judul itu sendiri akan Penulis uraikan sebagai berikut: PENGARUH : daya yg ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yg ikut membentuk watak kepercayaan, atau perbuatan seseorang OBESITAS : penumpukan lemak yg berlebihan di dl badan; kegemukan yg berlebih TERHADAP KESEHATAN REMAJA : kata depan untuk menandai arah; kepada; lawan : keadaan (hal) sehat; kebaikan keadaan : mulai dewasa; sudah sampai umur untuk kawin bukan kanak-kanak lagi;

BAB III PEMBAHASAN


A. Obesitas
Kegemukan dan obesitas didefinisikan oleh WHO sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang menyajikan risiko ke kesehatan individu. Kegemukan dan obesitas merupakan faktor risiko utama untuk sejumlah penyakit kronis, termasuk diabetes, penyakit jantung dan kanker dan sementara itu pernah masalah hanya di negara-negara berpenghasilan tinggi, kelebihan berat badan dan obesitas sekarang secara dramatis meningkat di negara berpendapatan rendah dan menengah. negara-negara tersebut kini menghadapi "beban ganda" penyakit, untuk sementara mereka terus berhubungan dengan masalah penyakit menular dan kurang gizi, mereka juga mengalami kenaikan yang cepat pada faktor risiko penyakit kronis seperti obesitas dan kelebihan berat badan, khususnya di Pengaturan perkotaan. Under-nutrisi dan obesitas sering ada sisi-by-side dalam negara yang sama, komunitas yang sama dan bahkan di dalam rumah yang sama dan ini beban ganda disebabkan oleh bayi yang tidak memadai pra-natal, dan gizi anak kecil diikuti dengan volume suara tinggi lemak , padat energi, makanan mikronutrien miskin dan kurangnya aktivitas fisik. Obesitas adalah penimbunan lemak yang berlebih pada jaringan tubuh. Obesitas dua kali lebih sering terjadi pada remaja semenjak 30 tahun yang lalu. Meskipun kebanyakan komplikasi pada obesitas terjadi pada masa dewasa, remaja

10

yang kegemukan lebih mungkin dibandingkan dengan remaja lainnya memiliki tekanan darah tinggi dan diabetes tipe 2. Meskipun lebih sedikit dibandingkan sepertiga orang dewasa gemuk yang obesitas adalah remaja, kebanyakan remaja yang kegemukan tetap kegemukan ketika dewasa. Obesitas dapat dikenali dengan dengan tanda dan gejala sebagai berikut: dagu rangkap, leher relatif pendek, dada yang menggembung dengan payudara yang membesar mengandung lemak, perut membuncit dan dinding perut berlipat-lipat serta kedua tungkai umumnya berbentuk X dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel menyebabkan laserasi dan ulserasi yang dapat menimbulkan bau tak sedap. Pada anak laki-laki, penis tampak kecil karena terbenam dalam jaringan lemak suprapubik. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Ratarata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas. Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas. Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:

Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40% Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100% Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).

11

B. Obesitas pada Anak Maupun Remaja


Obesitas adalah suatu keadaan dimana berat badan anak berlebihan atau jauh diatas ukuran standar yang berlaku sesuai dengan umur dan tinggi badan anak.Obesitas dua kali lebih sering terjadi pada remaja semenjak 30 tahun yang lalu. Meskipun kebanyakan komplikasi pada obesitas terjadi pada masa dewasa, remaja yang kegemukan lebih mungkin dibandingkan dengan remaja lainnya memiliki tekanan darah tinggi dan diabetes tipe 2. Meskipun lebih sedikit dibandingkan sepertiga orang dewasa gemuk yang obesitas adalah remaja, kebanyakan remaja yang kegemukan tetap kegemukan ketika dewasa. Faktor yang mempengaruhi obesitas pada remaja adalah sama seperti pada orang dewasa. Orangtua seringkali memperhatikan bahwa obesitas adalah hasil dari jenis penyakit endokrin, seperti jipertiroid, tetapi beberapa gangguan jarang menjadi penyebab. Anak remaja dengan pertambahan berat badan yang disebabkan oleh gangguan endokrin biasanya berperawakan pendek dan memiliki tanda lain pada kondisi yang mendasarinya. Kebanyakan remaja yang obesitas hanya karena makan terlalu banyak dan sedikit berolahraga. Karena stigma masyarakat melawan obesitas, banyak remaja obesitas memiliki gambar diri kurang dan menjadi tambah pendiam dan terisolasi secara sosial. Intervensi untuk remaja yang obesitas harus memfokuskan pada pembentukan makanan kesehatan dan kebiasaan berolahraga dibandingkan menghilangkan berat badan dalam jumlah tertentu. Asupan kalori dikurangi dengan mempertahankan makanan seimbang pada makanan hari-hari, membuat perubahan tetap pada kebiasaan makan, dan meningkatkan aktifitas fisik. Camp musim panas untuk remaja obesitas di Amerika biasanya membantu mereka menghilangkan jumlah berat badan yang signifikan, namun tanpa usaha melanjutkan, berat badan

12

biasanya kembali lagi. Konseling membantu remaja menghadapi masalah mereka, termasuk kurang mengagumi diri sendiri, bisa membantu. Obat-obatan yang mengurangi berat badan biasanya tidak digunakan selama remaja karena memperhatikan mengenai keselamatan dan kemungkinan

penyalahgunaan. Salah satu pengecualian untuk remaja obesitas dengan sejarah kesehatan keluarga yang kuat pada diabetes jenis 2; mereka yang beresiko tinggi terkena diabetes. Obat metformin, yang digunakan untuk mengobati diabetes, bisa membantu mereka menghilangkan berat badan dan juga memperkecil resiko menjadi diabetes. Remaja yang tidur kurang dari delapan jam perhari dan makan malam dengan lebih banyak lemak dan gemar mengkonsumsi makanan ringan terancam mengalami obesitas. Demikian hasil penelitian terbaru yang dirilis tim peneliti Amerika Serikat. Mereka mengatakan tidur terlalu sedikit dapat mengakibatkan perubahan kronis dalam makanan yang dapat meningkatkan risiko obesitas, terutama pada anak perempuan. Sebelum studi telah menunjukkan bahwa tidur terlalu sedikit dapat menyebabkan kenaikan berat badan, tapi temuan baru ini menunjukkan dimana kalori ekstra berasal. Meningkatkan asupan makanan berlemak, yang biasanya tinggi kalori, dapat meningkatkan asupan kalori secara keseluruhan setiap hari, dan jika itu terjadi secara rutin, dapat mengakibatkan kelebihan lemak. "Demonstrasi pola diet kronis diubah pada remaja dengan tidur yang lebih singkat memberikan wawasan tentang mengapa tidur yang lebih singkat telah dikaitkan dengan obesitas dalam penelitian

13

eksperimental dan observasional sebelumnya," kata Dr Susan RedLine dari Brigham and Women's Hospital dan Beth Israel dari Deaconess Medical Center di Boston.

C. Identifikasi dan Menilai Obesitas pada Remaja


Ukuran populasi mentah obesitas adalah indeks massa tubuh (BMI) yang merupakan indeks sederhana dari berat badan-tinggi badan untuk-yang biasa digunakan dalam klasifikasi kelebihan berat badan dan obesitas pada populasi orang dewasa dan individu - berat badan seseorang dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi dalam meter (kg/m2). BMI menyediakan mengukur tingkat populasi paling berguna overweight dan obesitas seperti yang sama untuk kedua jenis kelamin dan untuk semua usia dewasa tetapi hanya panduan kasar karena tidak sesuai dengan tingkat yang sama berat badan pada individu yang berbeda.

14

WHO mendefinisikan seorang dewasa yang memiliki BMI antara 25 dan 29.9 sebagai kelebihan berat badan - seorang dewasa yang memiliki BMI 30 atau lebih tinggi dianggap obesitas - BMI di bawah 18,5 dianggap berat badan, dan antara 18,5-24,9 berat badan yang sehat.

BMI memberikan tolok ukur untuk penilaian individual, namun para ahli menduga bahwa risiko penyakit kronis pada populasi semakin meningkat dari BMI 21 ke atas. Mengukur kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak usia 5 sampai 14 tahun adalah menantang - WHO Pertumbuhan Anak Standar mencakup grafik BMI untuk bayi dan anak-anak sampai dengan usia 5 - obesitas dikaitkan dengan kesempatan yang lebih tinggi kematian dini dan kecacatan di masa dewasa. rentang BMI untuk anak-anak dan remaja didefinisikan sehingga mereka mempertimbangkan perbedaan normal dalam lemak tubuh antara laki-laki dan perempuan dan perbedaan dalam tubuh lemak pada berbagai usia. Namun meskipun BMI berkorelasi dengan jumlah lemak tubuh, BMI tidak secara langsung mengukur lemak tubuh dan beberapa orang, seperti atlet, mungkin memiliki BMI yang mengidentifikasi mereka sebagai kelebihan berat badan meskipun mereka tidak memiliki kelebihan lemak tubuh. Metode lain untuk menaksir lemak tubuh dan distribusi lemak tubuh meliputi pengukuran ketebalan lipatan kulit dan lingkar pinggang, perhitungan rasio

15

lingkar pinggang-panggul, dan teknik seperti ultrasound, computed tomography, dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

D. Pengaruh Obesitas Terhadap Kesehatan dan Tanda-tanda Klinik yang Menyertai.


Obesitas dianggap sebagai salah satu ancaman kesehatan terbesar di masyarakat saat ini. Ada beberapa gejala-gejala medis yang dapat berkaitan dengan obesitas dan tanda-tanda klinis tersebut dapat dideteksi pada anak-anak awal atau pada orang dewasa awal dalam kehidupan mereka.

Peningkatan berat badan mungkin salah satu gejala yang paling umum untuk pemberitahuan dan tidak ada yang menjadi gemuk dalam semalam dan itu adalah proses bertahap.

Peningkatan obesitas BMI akan menunjukkan pola awal dan itu adalah ide yang baik untuk terus mencermati pada pola indeks massa tubuh.

Peningkatan ketebalan perut adalah gejala klasik dan dapat menunjukkan pola obesitas pada pria dan wanita. Salah satu tanda-tanda klinis yang paling umum dari obesitas adalah makan

berlebihan. Makan berlebihan adalah sindrom yang dapat melihat pada anak-anak dan orang dewasa. Beberapa orang hanya mengisi piring mereka di mana pun mereka pergi dan mereka tidak pernah puas dengan sedikit makanan. Mereka mungkin tipis saat ini tapi mungkin akhirnya mengarah pada obesitas. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energy, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita memiliki

16

lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 1823% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas. Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas. Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:

Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40% Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100% Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk). Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi

juga kepada lokasi penimbunan lemak tubuh. Pola penyebaran lemak tubuh pada pria dan wanita cenderung berbeda. Wanita cenderung menimbun lemaknya di pinggul dan bokong, sehingga memberikan gambaran seperti buah pir. Sedangkan pada pria biasanya lemak menimbun di sekitar perut, sehingga memberikan gambaran seperti buah apel. Tetapi hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang mutlak, kadang pada beberapa pria tampak seperti buah pir dan beberapa wanita tampak seperti buah apel, terutama setelah masa menopause. Seseorang yang lemaknya banyak tertimbun di perut mungkin akan lebih mudah mengalami berbagai masalah kesehatan yang berhubungan dengan obesitas. Mereka memiliki risiko yang lebih tinggi. Gambaran buah pir lebih baik dibandingkan dengan gambaran buah apel.

17

Untuk membedakan kedua gambaran tersebut, telah ditemukan suatu cara untuk menentukan apakah seseorang berbentuk seperti buah apel atau seperti buah pir, yaitu dengan menghitung rasio pinggang dengan pinggul. Pinggang diukur pada titik yang tersempit, sedangkan pinggul diukur pada titik yang terlebar; lalu ukuran pinggang dibagi dengan ukuran pinggul. Seorang wanita dengan ukuran pinggang 87,5 cm dan ukuran pinggul 115 cm, memiliki rasio pinggang-pinggul sebesar 0,76. Wanita dengan rasio pinggang:pinggul lebih dari 0,8 atau pria dengan rasio pinggang:pinggul lebih dari 1, dikatakan berbentuk apel. Pengaruh lain bisa juga berdampak pada kesehatan psikis remaja dikarenakan nampak luar fisik yang besar sehingga mengurangi rasa kepercayaan diri remaja, baik remaja putri maupun remaja putra. Meraka akan lebih nyaman untuk hidup didunia mereka sendiri dari pada hidup didunia yang kejam terlebih tidak menginginkan kehadiran remaja yang berperawakan besar dikarenakan obesitas.

E. Factor Penyebab Obesitas


Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas. Faktor-faktor penyebab Obesitas di antaranya adalah faktor genetik, disfungsi salah satu bagian otak, pola makan yang berlebih, kurang gerak/olahraga, emosi, dan faktor lingkungan.

18

Genetik Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada generasi berikutnya di dalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya kita seringkali menjumpai orangtua yang gemuk cenderung memiliki anak-anak yang gemuk pula.Dalam hal ini, nampaknya faktor genetik telah ikut campur dalam menentukan jumlah unsur sel lemak dalam tubuh. Hal ini dimungkinkan karena pada saat ibu yang obesitas sedang hamil maka unsur sel lemak yang berjumlah besar dan melebihi ukuran normal, secara otomatis akan diturunkan kepada sang bayi selama dalam kandungan. Maka tidak heranlah bila bayi yang lahirpun memiliki unsur lemak tubuh yang relatif sama besar. Kerusakan Pada Salah Satu Otak Sistem pengontrol yang mengatur perilaku makan terletak pada suatu bagian otak yang disebut hipotalamus sebuah kumpulan inti sel dalam otak yang langsung berhubungan dengan bagian-bagian lain dari otak dan kelenjar dibawah otak. Hipotalamus mengandung lebih banyak pembuluh darah dari daerah lain pada otak, sehingga lebih mudah dipengaruhi oleh unsur kimiawi dari darah. Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu hipotalamus lateral (HL) yang menggerakan nafsu makan (awal atau pusat makan); hipotalamus ventromedial (HVM) yang bertugas merintangi nafsu makan (pemberhentian atau pusat kenyang). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa bila HL rusak/hancur maka individu menolak untuk makan atau minum, dan akan mati kecuali bila dipaksa diberi makan dan minum (diberi infus). Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian HVM maka seseorang akan menjadi rakus dan kegemukan.

19

Pola Makan Berlebihan Orang yang kegemukan lebih responsif dibanding dengan orang berberat badan normal terhadap isyarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau saatnya waktu makan. Orang yang gemuk cenderung makan bila ia merasa ingin makan, bukan makan pada saat ia lapar. Pola makan berlebih inilah yang menyebabkan mereka sulit untuk keluar dari kegemukan jika sang individu tidak memiliki kontrol diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan. Kurang Gerak/OlahragaTingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat tubuh. Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor : 1) tingkat aktivitas dan olah raga secara umum; 2) angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi minimal tubuh.Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi satu pertiga pengeluaran energi seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Pada saat berolahraga, kalori terbakar. Makin banyak berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang.Kalori secara tidak langsung mempengaruhi sistem metabolisme basal. Orang yang duduk bekerja seharian akan mengalami penurunan metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan olahraga menjadi sangat sulit dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya olahraga secara tidak langsung akan mempengaruhi turunnya metabolisme basal tubuh orang tersebut.Jadi olahraga sangat penting dalam penurunan berat badan tidak saja karena dapat membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu mengatur berfungsinya metabolis normal. nggung jawab dua pertiga dari pengeluaran energi orang normal.

20

Pengaruh Emosional Sebuah pandangan populer adalah bahwa obesitas bermula dari masalah emosional yang tidak teratasi. Orang-orang gemuk haus akan cinta kasih, seperti anak-anak makanan dianggap sebagai simbol kasih sayang ibu, atau kelebihan makan adalah sebagai subtitusi untuk pengganti kepuasan lain yang tidak tercapai dalam kehidupannya. Walaupun penjelasan demikian cocok pada beberapa kasus, namun sebagian orang yang kelebihan berat badan tidaklah lebih terganggu secara psikologis dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan normal. Meski banyak pendapat yang mengatakan bahwa 0rang gemuk biasanya tidak bahagia, namun sebenarnya ketidakbahagiaan /tekanan batinnya lebih diakibatkan sebagai hasil dari kegemukannya. Hal tersebut karena dalam suatu masyarakat seringkali tubuh kurus disamakan dengan kecantikan, sehingga orang gemuk cenderung malu dengan penampilannya dan kesulitannya mengendalikan diri terutama dalam hal yang berhubungan dengan perilaku makan. Orang gemuk seringkali mengatakan bahwa mereka cenderung makan lebih banyak apa bila mereka tegang atau cemas, dan eksperimen membuktikan kebenarannya. Orang gemuk makan lebih banyak dalam suatu situasi yang sangat mencekam; orang dengan berat badan yang normal makan dalam situasi yang kurang mencekam (McKenna,1999). Dalam suatu studi yang dilakukan White (1977) pada kelompok orang dengan berat badan berlebih dan kelompok orang dengan berat badan yang kurang,

21

dengan menyajikan kripik (makanan ringan) setelah mereka menyaksikan empat jenis film yang mengundang emosi yang berbeda, yaitu film yang tegang, ceria, merangsang gairah seksual dan sebuah ceramah yang membosankan. Pada orang gemuk didapatkan bahwa mereka lebih banyak menghabiskan kripik setelah menyaksikan film yang tegang dibanding setelah menonton film yang membosannkan. Sedangkan pada orang dengan berat badan kurang selera makan kripik tetap sama setelah menonton film yang tegang maupun film yang membosankan. Lingkungan Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi gemuk. Jika seseroang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk. Selama pandangan tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal maka orang yang obesitas tidak akan mengalami masalah-masalah psikologis sehubungan dengan kegemukan. Satu hal yang paling penting untuk diingat adalah sejauh tubuh anda tidak mengidap suatu penyakit maka tidak ada yang salah dengan tubuh yang besar (gemuk). Hal lain yang juga tidak kalah penting adalah cobalah untuk berolahraga secara teratur dan menjaga agar emosi anda tetap terkendali. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.

22

Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari.

Faktor

kesehatan. Beberapa

penyakit

bisa menyebabkan

obesitas,

diantaranya:
o o o o

Hipotiroidisme Sindroma Cushing Sindroma Prader-Willi Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.

Obat-obatan. Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa

menyebabkan penambahan berat badan.

Faktor perkembangan. Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanakkanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat

23

dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.

Aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas. Beberapa kelainan fisik yang menyebabkan kegemukan adalah:

Sindrom metabolik yang menyebabkan beberapa orang untuk memiliki tingkat metabolisme yang sangat rendah meskipun memimpin gaya hidup aktif.

Hypothyroidism adalah suatu kondisi yang mempengaruhi laju metabolisme tubuh secara langsung.

Familial obesitas merupakan alasan lain dan kadang-kadang itu adalah hal gen orang untuk menjadi gemuk.

Cushing's disease adalah kelainan langka yang dapat menyebabkan kegemukan.

PCOS atau polycystic ovarian syndrome menyebabkan perempuan untuk menjadi gemuk. Beberapa penyebab psikologis obesitas merupakan pesta makan, makan

berlebihan, tumor otak dan kanker. Namun, orang tidak dapat mendiagnosa masalah serius seperti ini berdasarkan obesitas.

24

F. Dampak Obesitas diusia Remaja


Obesitas pada seseorang lebih mungkin menyebabkan masalah kesehatan. Bahkan obesitas ringan di mana indeks massa tubuh hanya 25 + kadang-kadang bisa berbahaya. Sebagai contoh, penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang kelebihan berat badan adalah 40 persen dua kali lebih cenderung meninggal lebih awal dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan rata-rata. Kondisi ini berlaku setelah seseorang gemuk, selama 10 sampai 30 tahun. Beberapa resiko kesehatan yang obesitas memiliki adalah sebagai berikut: Lemak perut: Pasien dengan obesitas perut dicirikan oleh kelebihan lemak mendalam di daerah perut dan mereka memiliki risiko lebih tinggi penyakit yang berhubungan dengan berat badan. Lemak perut dapat menjadi salah satu gejala utama penyakit jantung dan juga isu-isu terkait insulin. Wanita yang memiliki masalah seperti obesitas akan menemukan bahwa mereka dapat mengukur lingkar pinggang sekitar 35 + inci dan pada pria pinggang dapat mengukur 40 + inci. Satu juga perlu memeriksa rasio pinggang-pinggul. Risiko kematian dini karena obesitas: Menurut penelitian yang dilakukan oleh CDC, sekitar 300.000 orang Amerika meninggal setiap tahun karena obesitas. Namun, tingkat kematian dini telah meningkat dengan obesitas. Bahkan jumlah kecil seperti berat badan 10-20 pounds dapat meningkatkan risiko kematian terutama pada orang dewasa yang berada di kelompok usia 30 sampai 65 tahun. Orang yang secara langsung obesitas dan

25

mengukur lebih dari 30 di BMI mungkin memiliki 50 persen peningkatan risiko kematian dini karena berbagai sebab.

Penyakit jantung koroner Tipe 2 diabetes Kanker (endometrium, payudara, dan usus) Hipertensi (tekanan darah tinggi) Dislipidemia (misalnya, kolesterol total yang tinggi atau tinggi tingkat trigliserida)

Pukulan Penyakit hati dan Empedu Sleep apnea dan masalah pernapasan Osteoarthritis (a degenerasi tulang rawan dan tulang mendasarinya dalam bersama)

dan masalah Ginekologi (menstruasi abnormal, infertilitas).

Kondisi ini dapat menyebabkan atau memberikan kontribusi terhadap kematian dini dan cacat substansial. Penyakit jantung - terutama penyakit jantung dan stroke - sudah nomor satu di dunia penyebab kematian, menewaskan 17 juta orang setiap tahun dan diabetes telah dengan cepat menjadi epidemi global - menurut WHO proyeksi kematian diabetes akan meningkat lebih dari 50% di seluruh dunia dalam 10 tahun mendatang. Kurang kondisi kesehatan umum yang terkait dengan berat badan meningkat termasuk asma, steatosis hati dan apnea tidur.

26

G. Penanganan Obesitas
Pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik merupakan komponen yang paling penting dalam pengaturan berat badan. Kedua komponen ini juga penting dalam mempertahankan berat badan setelah terjadi penurunan berat badan. Harus dilakukan perubahan dalam pola aktivitas fisik dan mulai menjalani kebiasaan makan yang sehat. Langkah awal dalam mengobati obesitas adalah menaksir lemak tubuh penderita dan risiko kesehatannya dengan cara menghitung BMI. Resiko kesehatan yang berhubungan dengan obesitas akan meningkat sejalan dengan meningkatnya angka BMI :

Resiko rendah : BMI < 27 Resiko menengah : BMI 27-30 Resiko tinggi : BMI 30-35 Resiko sangat tinggi : BMI 35-40 Resiko sangat sangat tinggi : BMI 40 atau lebih.

Jenis dan beratnya latihan, serta jumlah pembatasan kalori pada setiap penderita berbeda-beda dan obat yang diberikan disesuaikan dengan keadaan penderita.

Penderita dengan risiko kesehatan rendah, menjalani diet sedang (1200-1500 kalori/hari untuk wanita, 1400-2000 kalori/hari untuk pria) disertai dengan olah raga

27

Penderita dengan risiko kesehatan menengah, menjalani diet rendah kalori (800-1200 kalori/hari untuk wanita, 1000-1400 kalori/hari untuk pria) disertai olah raga

Penderita dengan risiko kesehatan tinggi atau sangat tinggi, mendapatkan obat anti-obesitas disertai diet rendah kalori dan olah raga.

Memilih program penurunan berat badan yang aman dan berhasil. Unsurunsur yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu program penurunan berat badan :

Diet harus aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang dianjurkan (vitamin, mineral dan protein). Diet untuk menurunkan berat badan harus rendah kalori.

Program penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan berat badan secara perlahan dan stabil.

Sebelum sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh.

Program yang diikuti harus meliputi pemeliharaan berat badan setelah penurunan berat badan tercapai. Pemeliharaan berat badan merupakan bagian tersulit dari pengendalian berat badan. Program yang dipilih harus meliputi perubahan kebiasaan makan dan aktivitas fisik yang permanen, untuk merubah gaya hidup yang pada masa lalu menyokong terjadinya penambahan berat badan. Program ini harus menyelenggarakan perubahan perilaku, termasuk pendidikan dalam kebiasaan makan yang sehat dan rencana jangka panjang untuk mengatasi masalah berat badan.

28

Obesitas merupakan suatu keadaan menahun (kronis). Obesitas seringkali dianggap suatu keadaan sementara yang bisa diatasi selama beberapa bulan dengan menjalani diet yang ketat. Pengendalian berat badan merupakan suatu usaha jangka panjang. Agar aman dan efektif, setiap program penurunan berat badan harus ditujukan untuk pendekatan jangka panjang. Obesitas merupakan penyakit bukan hanya sekedar masalah estetika belaka. Cara pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita obesitas yaitu dengan melakukan obesity treatment pyramid. Dari bawah dimulai dengan modifikasi gaya hidup, yakni diet dan aktivitas fisik, ke atas dengan farmokoterapi, dan terakhir pada lokasi yang paling tinggi dari struktur piramid tadi adalah operasi. Diet yang dianjurkan adalah dengan mengurangi asupan lemak. Pada diet umum, asupan lemak yang dianjurkan adalah kurang dari 30 persen. Komposisi diet yang baik adalah setengah porsi makan karbohidrat, sepertiga lemak dan sisanya portein. Penurunan berat badan yang aman adalah 2 5 kg per bulan. Farmakoterapi dengan obat-obatan boleh diakukan jika lingkar pinggang meningkat dan timbul berbagai macam penyakit. Penggunaan farmakoterapi tidak boleh dilakukan jika berat badan masih ideal. Sementara itu, operasi dilakukan dengan mengecilkan lambung yang biasanya merupakan alternatif terakhir jika tidak ada jalan keluar lagi. Memilih program penurunan berat badan yang aman dan berhasil. Unsurunsur yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu program penurunan berat badan: Diet harus aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang dianjurkan (vitamin, mineral dan protein). Diet untuk menurunkan berat badan harus rendah

29

kalori. Program penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan berat badan secara perlahan dan stabil. Sebelum sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh.

Program yang diikuti harus meliputi pemeliharaan berat badan setelah penurunan berat badan tercapai. Pemeliharaan berat badan merupakan bagian tersulit dari pengendalian berat badan. Program yang dipilih harus meliputi perubahan kebiasaan makan dan aktivitas fisik yang permanen, untuk merubah gaya hidup yang pada masa lalu menyokong terjadinya penambahan berat badan. Program ini harus menyelenggarakan perubahan perilaku, termasuk pendidikan dalam kebiasaan makan yang sehat dan rencana jangka panjang untuk mengatasi masalah berat badan. Obesitas merupakan suatu keadaan menahun (kronis). Obesitas seringkali dianggap suatu keadaan sementara yang bisa diatasi selama beberapa bulan dengan menjalani diet yang ketat. Pengendalian berat badan merupakan suatu usaha jangka panjang. Agar aman dan efektif, setiap program penurunan berat badan harus ditujukan untuk pendekatan jangka panjang

30

BAB IV Penutup

A. Kesimpulan
Dari uraian yang Penulis jabarkan di atas, akhirnya Penulis dapat menyimpulkan bahwa : Obesitas adalah kondisi medis yang dapat dengan mudah dikenali tetapi juga sangat sulit diobati dalam beberapa kasus. Sebuah pola tidak sehat berat badan lebih disebabkan karena pola makan yang buruk dan kurangnya latihan. Telah terlihat bahwa anak-anak dan remaja yang kelebihan berat badan lebih rentan berakhir menjadi kelebihan berat badan di usia dewasa mereka kecuali jika mereka mengubah kebiasaan makanan mereka dan mempertahankan diet yang sehat dan olahraga. Hal ini sangat penting untuk memahami apa sebenarnya obesitas pada anakanak dan remaja. Jika seorang remaja beberapa kilo kelebihan berat badan, tidak berjumlah obesitas. Namun, hal itu mungkin sangat menunjukkan bahwa remaja memiliki kecenderungan untuk menambah berat badan di masa depan dan oleh karena itu, ada kebutuhan yang mendesak perubahan dalam pola makan remaja . Obesitas pada anak merupakan awal dari obesitas pada dewasa dengan segala dampak buruknya. Prevalensinya cenderung meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup. Obesitas merupakan penyakit kronis yang terjadi karena balans energi positif dalam jangka waktu yang lama. Penanganan obesitas harus dilakukan sejak dini, dan dilakuan secara komprehensif. Penanganan kasus obesitas pada anak

31

dengan cara modifikasi diet, aktifitas fisik dan perubahan perilaku harus dilakukan secara simultan. Pemberian modifikasi diet pada penangananan anak dan remaja dengan obesitas adalah dengan menerapkan gizi seimbang untuk pencapaian tumbuh kembang. Dalam menangani anak dengan dengan obesitas diperlukan keterlibatan keluarga secara aktif.

B. Saran
Setelah menelaah isi karya tulis, Penulis mempunyai beberapa saran untuk penanganan obesitas. Tiga komponen primer dari penanganan remaja dengan obesitas adalah modifikasi diet, meningkatkan aktifitas fisik, dan modifikasi perilaku. Modifikasi diet : Prinsip penanganan diet adalah tetap

menyediakan makanan dengan nutrien yang cukup optimum (nutrisi seimbang), serta yang perlu diperhatikan adalah membiasakan diri untuk makan sehat. Aktifitas fisik : untuk mengurangi gaya hidup sedentari dan

meningkatkan penggunaan energi untuk mengeluarkan kalori., meningkatkan masa muskuler, dan membantu mengkontrol berat badan. Modifikasi perilaku : mempunyai tiga komponen, yaitu:

1) mengkontrol lingkungan, 2) monitoring diri sendiri, 3) membuat perjanjian yang realistik.

32

DAFTAR PUSTAKA

Reily JJ. (2006)Obesity in childhood and adolescence: evidence based clinical and public health perspectives. Postgraduate Medical Journal.;82:429-437.

Schneider MB, Brill SR. Obesity in Children and Adolescents. (Pediatrics in Review. 2005;26:155-162.

Guo SS, Chumlea WC. Tracking of body mass index in children in relation to overweight in adulthood. Am J Clin Nutr. 1999;70(suppl) :145S 148S.

Reilly JJ, Methven E, McDowell SC, et al. Health consequences of obesity: systematic review. Arch Dis Child. 2003;88:74852.

Whitaker RC, Wright JA, Pepe MS, Seidel RD, Dietz WH. Predicting obesity in young adulthood from childhood and parental obesity. N Engl J Med. 1997;337:869-873.

http://www.voa-islam.com/teenage/young-spirit/2010/09/06/9841/obesitas-padaremaja-akibat-kurang-tidur/ ( 23 April pukul 14.23) (23

http://sehat-enak.blogspot.com/2010/03/obesitas-pada-remaja.html April pukul 14. 58)

33

http://sweetspearls.com/health/faktor-yang-menyebabkan-terjadinya-obesitas/ ( 23 April pukul 15.02) http://www.dik.undip.ac.id/component/content/article/1-latest-news/56-faktorrisiko-obesitas-pada remaja( 23 April pukul 18.30) (23

http://www.scumdoctor.com/Indonesian/obesity/Obesity-In-Teens.html April 2011 pukul 18.31) http://www.scumdoctor.com/Indonesian/obesity/Clinical-Signs-Obesity.html Mei 2011 pukul 15.58) http://my.opera.com/tarndang/blog/obesitas-bagaimana-penanganannya mei 2011 pukul 14.15)

(15

(22

34

You might also like