You are on page 1of 9

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Perbandingan hukum pidana (Comparative criminal law) yaitu suatu ilmu ataupun kegiatan yang membandingkan teori hukum pidana dan ketentuan pidana di suatu negara dengan teori hukum pidana dan ketentuan pidana di negara lain. Tujuan dari perbandingan hukum pidana itu sendiri adalah untuk meningkatkan kualitas dan pengembangan ilmu hukum pidana secara praktis dalam bidang legislatif maupun yudikatif, serta dapat juga untuk menjaga harmonisasi antarnegara. Hukum pidana negara Indonesia bersumber dari Hukum pidana negara Belanda. Maka dari itu, KUHP Belanda (NED.WvS) penting untuk dipelajari dalam perbandingan hukm pidana di Indonesia. Walaupun KUHP Indonesia bersumber dari KUHP Belanda, namun sebenarnya sudah sejak semula terdapat beberapa perbedaan antara KUHP pada kedua negara ini, karena situasi dan kondisi antara Indonesia dan Belanda memang berbeda. Seperti yang kita ketahui bahwa hukum dalam suatu negara dibuat dan dirancang sesuai dengan kebutuhan masyarakat di negara tersebut. Oleh karena itu, dalam Ujian Akhir Semester Matakuliah Perbandingan Hukum Pidana ini, Penulis memilih untuk membandingkan ketentuan pidana tentang sesuatu perbuatan antara dua negara yaitu negara Indonesia dengan negara Belanda.

Permasalahan Ketentuan pidana apa yang diperbandingan antara negara Indonesia dengan Belanda ? Bagaimana hasil perbandingan dari ketentuan pidana antara kedua negara tersebut ?

BAB II ISI

Pembahasan Di dalam paper ini, penulis memilih untuk membandingkan ketentuan pidana dalam tindak pidana pencurian. Sebenarnya dalam KUHP Indonesia terdapat beberapa ketentuan pidana yang berbeda dengan KUHP Belanda, tetapi Penulis tertarik untuk membahas tentang tindak pidana pencurian. Tindak pidana pencurian diatur dalam Pasal 362 KUHP (Indonesia) yang berbunyi : Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah. Ada beberapa delik yang lebih berat pidana penjaranya dalam KUHP Indonesia dibanding dengan KUHP Belanda, dan salah satunya adalah tindak pidana pencurian. Di dalam Pasal 310 KUHP (Belanda) ancaman pidana terhadap pelaku tindak pidana pencurian adalah maksimum 4 tahun penjara, sedangkan menurut Pasal 362 KUHP (Indonesia) adalah maksimum 5 tahun penjara. Mengapa terdapat perbedaan demikian ? Alasannya ialah keadaan di Indonesia berbeda dengan Belanda, ribuan pulau, beranekaragam suku bangsa, tenaga kepolisian kurang mencukupi, jadi perlu pidana yang lebih berat agar dapat memberikan efek jera (sebagai fungsi represif) yang berarti bagi pelaku dan dengan harapan dapat memberikan fungsi preventif yang berarti pula bagi masyarakat umum. Selain itu, perbedaannya tidak hanya terdapat pada ancaman pidananya saja, tetapi juga terdapat perbedaan dalam hukum acara pidananya. Menurut hukum acara pidana di negara Indonesia sesuai dengan KUHAP (HIR yang bersumber pada acara pidana Belanda), delik yang tersangkanya dapat ditahan ialah delik yang diancam dengan pidana 5 tahun penjara atau lebih atau delik-delik yang pidananya kurang dari itu tetapi disebut satu per satu. Sedangkan dapat kita lihat perbedaannya dengan ketentuan hukum acara pidana di negara Belanda, yaitu menurut KUHAP Belanda (Strafvordering), delik yang tersangkanya dapat ditahan ialah delik yang diancam dengan pidana 4 tahun penjara. Jadi, ternyata delik
2

pencurian inilah yang menjadi patokan penahanan dalam hukum acara pidana, baik dalam hukum positif di negara Indonesia maupun di negara Belanda. Di dalam KUHP Belanda terdapat jenis pencurian yang tidak ada padanannya dengan yang terdapat dalam KUHP Indonesia, yaitu yang disebut dengan istilah bahasa Belanda stroperij (penyamun), rumput, daun kering, tanah, pasir dan sebagainya yang dipandang tidak relevan diatur di Indonesia. Dalam pembahasan mengenai delik pencurian ini, Penulis akan memberikan contoh Kasus Pencurian yang dapat dibahas dari dua kacamata hukum yang berbeda, yaitu antara hukum pidana Indonesia dengan hukum pidana Belanda. JAKARTA (Pos Kota) Berdalih butuh uang untuk menafkahi istri yang tengah hamil 5 bulan, siswa STM nekat mencuri motor di parkiran kos-kosan di Jl.Cempaka Putih Barat, Jakarta Pusat, Jumat (2/12/2011). Tersangka, Ev, 17, kemudian berhasil dibekuk petugas Polsek Cempaka Putih di rumahnya di Jl.Rawasari, Jakpus. Dari tangan tersangka petugas mengamankan motor Yamaha Mio B 6112 PPW untuk dijadikan barang bukti. Dari hasil pengembangan petugas, pelaku yang masih duduk di kelas 2 STM itu dibantu seorang rekannya DS, 14. Keduanya memiliki peran berbeda, namun mengaku baru pertama kalinya melakukan aksinya. Saya kepepet Pak butuh uang buat makan sehari-hari, istri lagi hamil pula, terang Ev. Untuk tetap dapat melanjutkan sekolahnya, tersangka tidak memberi kabar kalau dirinya sudah berkeluarga. Kasi Humas Polsek Cempaka Putih, Aiptu Sukadi, mengatakan tersangka ditangkap berkat adanya laporan korban bernama Mansyur dengan kasus kehilangan motor. Sementara itu Kanit Reskrim, AKP Gozali, menambahkan dalam modusnya pelaku melalui istrinya terlebih dulu meminjam motor korban dan kemudian kuncinya digandakan. Tersangka diancam penjara 5 tahun dengan tuduhan pencurian, ungkapnya. Dapat kita lihat dalam kasus pencurian tersebut, pelaku diancam dengan pidana terberat (yang paling maksimal) dalam hal delik pencurian yaitu 5 tahun penjara. Namun
3

menurut Penulis, apabila kasus pencurian ini terjadi di wilayah negara Belanda, tentu saja tidak dapat diancam dengan pidana penjara 5 tahun, karena ancaman pidana untuk delik pencurian menurut KUHP Belanda yaitu maksimal pidana penjara 4 tahun, tetapi kemungkinan ancaman pidana dendanya akan jauh lebih besar jika dibandingkan dengan ancaman pidana denda yang berlaku di Indonesia. Dalam perkembangannya, ketentuan pidana yang berlaku di Belanda saat ini adalah menyebutkan bahwa korporasi (badan hukum) itu sudah termasuk dalam subyek hukum pidana (hal ini berlaku dalam hukum pidana di Belanda sejak tahun 1976). Sehingga apabila terdapat kasus pencurian yang mengatasnamakan suatu perusahaan atau korporasi, tentu saja dapat dijatuhi sanksi pidana, yang sudah jelas tidak mungkin pidana penjara tetapi terutama pidana denda. Hal ini berbeda dengan hukum pidana di negara Indonesia yang masih menggunakan ketentuan pidana (yang bersumber dari hukum pidana Belanda terdahulu), yang menyatakan bahwa Barangsiapa... sebagai subyek hukum, yang dimaksud adalah orang per orangan, bukan badan hukum, bukan PT, bukan korporasi (sesuai dengan Pasal 2-5, Pasal 10, Pasal 44, Pasal 48-51 KUHP Indonesia). Sehingga apabila terdapat kasus pencurian yang mengatasnamakan korporasi atau perusahaan, tentu saja yang dijatuhi sanksi pidana adalah orang yang melakukan langsung delik pencurian tersebut, karena perusahaan atau korporasi tidak dianggap sebagai subyek hukum dan secara otomatis juga tidak dapat menanggung segala bentuk akibat hukum. Pada jaman sekarang ini, hukum pidana yang berlaku di Belanda, ancaman pidana semua deliknya dalam KUHP Belanda, terdapat alternatif denda. Dan denda tersebut dicantumkan dalam Daftar Kategori Denda (terdapat pada Buku I Pasal 23 KUHP Belanda). Adapun kategori pidana dendanya sebagai berikut : Kategori-I Kategori-II Kategori-III Kategori-IV Kategori-V Kategori-VI : 500 gulden : 5000 gulden : 10.000 gulden : 25.000 gulden : 100.000 gulden : 1.000.000 gulden

Jadi, di dalam setiap perumusan delik pada KUHP Belanda saat ini sudah dicantumkan ancaman pidana dendanya termasuk ke dalam salah satu kategori denda tersebut.

Di dalam perumusan delik pencurian pada KUHP Belanda saat ini, dicantumkan ancaman pidana dendanya ke dalam Kategori-IV yaitu 25.000 gulden. Akan tetapi perbandingan antara pidana penjara dan denda menurut ketentuan baru dalam KUHP Belanda ini, tidaklah berlaku simetris. Maksudnya adalah, bukan berarti jika pidana penjaranya lebih tinggi, maka alternatif dendanya juga lebih tinggi. Seperti misalnya, ancaman pidana penjara pada delik pencurian lebih berat daripada delik penipuan, tetapi ancaman dendanya lebih ringan. Dalam hal pidana denda yang berlaku di Belanda saat ini, jika kita bandingkan dengan pidana denda yang berlaku di Indonesia pada delik pencurian, terlihat jelas bahwa nominal denda yang terdapat dalam KUHP di Indonesia sudah tidak up date lagi mengikuti perkembangan perekonomian Indonesia. Berikut ini Penulis akan memberikan beberapa contoh lagi Kasus Pencurian : SUKABUMI (Pos Kota) Kasus pencurian kendaraan bermotor (curanmor) yang diduga didalangi oleh oknum polisi diungkap jajaran Polres Sukabumi Kota. Sedikitnya 25 unit kendaraan sepeda motor berhasil diamankan dari sindikat curanmor antar kota ini. Terungkapnya keterlibatan oknum polisi aktif yang masih bertugas di salah satu polsek di Sukabumi ini dari pengakuan ketiga tersangka yang berhasil dibekuk. Kepada polisi, ketiga tersangka yakni AP, 36, asal warga Kecamatan Lembursitu Kota Sukabumi; RA, 25, dan MR, 22, warga Kecamatan Gunung Puyuh mengaku ada oknum polisi yang terlibat. Kami masih mengembangkan penyidikan mengenai keterlibatan oknum polisi ini. Kita akan menindaklanjutinya. Terungkap adanya oknum anggota yang terlibat curanmor dari pengakuan tiga tersangka yang berhasil kita tangkap, kata Kapolres Sukabumi Kota, AKBP Witnu Urip Laksana kepada wartawan, Selasa (13/12). Menurut Witnu, jaringan curanmor yang berhasil ungkap kali ini cukup banyak korbannya. Dari pengakuan tersangka, mereka menjalankan aksinya sejak April hingga November 2011 lalu. Lokasinya tidak hanya di dalam kota seperti Kabupaten/Kota Sukabumi, melainkan merambah ke Kabupaten Indramayu. Tak hanya mengamankan 25 unit sepeda motor, dari tangan para tersangka polisi juga berhasil menyita sejumlah barang bukti di antaranya satu buah gunting baja, mesin gurinda, dan dua unit sepeda motor untuk operasional curanmor. (sule/b)

INILAH.COM, Bandung - SH (23) harus merelakan kakinya ditembus timah panas. Ia ditangkap tim Reserse Mobile (Resmob) Polrestabes Bandung usai mencuri motor Ninja RR 150cc nopol D 2085 Y di Jalan Gegerkalong Tengah, Rabu (10/8/2011) lalu.

SH diringkus bersama DL (20), rekannya. Sementara dua rekan lainnya, yakni ED (22) dan IR (24) berhasil melarikan diri. Kasus pencurian motor tersebut berawal dari laporan pemilik kendaraan yakni YA. Dari laporan tesebut polisi lantas melakukan pegecekan ke sebuah kamar kos tempat tinggal pelaku. "Para pelaku berhasil disergap di sebuah kos-kosan, sebelumnya tim resmob sempat melakukan pengintaian dan ditemukan sepeda motor korban," ujar Kasatreskrim Polrestabes Bandung, AKBP Tubagus Ade Hidayat kepada wartawan di Mapolrestabes Bandung, Jumat (12/8/2011). Saat penangkapan, pelaku berusaha kabur. Polisi pun terpaksa melumpuhkan kaki pelaku dengan timah panas. "Pelaku berusaha kabur saat penangkapan, jadi kita lumpuhkan," tegasnya. Dari tangan tersangka polisi menyita satu kunci Astag satu buah ID Card PT Nusantara Agung. Selain itu, pihaknya juga berhasil mengamankan empat motor hasil pencurian lainnya, yakni Yamaha Vixion Nopol B 3589 NIQ, Honda Beat Nopol D 6833 PQT, Yamaha Yupiter MX Nopol D 6028 UD dan Suzuki Satria Nopol F 5397 YA. Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, pelaku dijerat pasal 363 KUHPidana tentang pencurian. Ancaman hukumannya lima tahun penjara. "Kami juga mengimbau kepada masyarakat untuk lebih waspada saat menyimpan kendaraannya," tandasnya. SH sendiri mengaku hanya mendapat tugas sebagai joki. Sementara eksekutor pencurian motor adalah ED dan IR yang kini menjadi buruan kepolisian. "Saya Cuma jadi joki sekalian ngawasin keadaan sekitar. Yang bagian ngambil motornya EY sama IR. Palingan kita ngambil satu motor hanya dalam waktu 5 menitan, ucapnya. Menurutnya, motor-motor tersebut dijual ke pelosok-pelosok di Jawa Barat. Harganya pun relatif murah hanya Rp1,5 Juta saja. Satu motor kita jual dengan harga Rp1,5juta ke daerah Karawang dan daerah pantura," akunya. [gin]

SURABAYA | SURYA Online - Kasus pencurian mobil milik perusahaan jasa ATM Certis Cisco, yang berisi uang sebesar Rp2 miliar lebih, saat di parkir di Royal Plasa Surabaya, 1 Juli lalu, akhirnya berhasil dibongkar jajaran Polrestabes Surabaya. Polisi berhasil membekuk tiga orang pelaku, STV (27) warga Sukodono, Sidoarjo, DHS (25), warga Prambon, Sidoarjo dan EJD (38), warga Sidokare Indah, Sidoarjo. STV dan DHS
6

pernah bekerja sebagai Team Leader di Certis, bahkan EJD sampai kini masih tercatat sebagai karyawan. Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Coki Manurung, mengatakan ketiga pelaku yang sekarang ditahan sudah mengakui perbuatannya. Kami masih melakukan pengembangan penyidikan, karena ada pelaku lainnya dalam komplotan itu, ujar Coki Manurung, Selasa (26/7/2011). Menurut Coki, modus yang dilakukan pelaku dengan menggandakan empat kunci mobil dengan nomor lambung 152, 153, 154 dan 160 seminggu sebelum beraksi. Karena melibatkan orang dalam, pelaku sudah tahu bahwa dari empat mobil itu salah satu pasti dipakai untuk mengisi uang di ATM Royal Plasa. Kebetulan yang dipakai mobil bernomor lambung 153, jadi mereka sudah siap dan sangat lancar beraksi hanya dalam hitungan detik, tukas mantan Kapolres Bojonegoro tersebut. Untuk menjalan aksinya, ketiga pelaku memiliki peran masing-masing. STV selaku eksekutor atau pengemudi mobil curian, DHS menunggu di luar lokasi dengan membawa mobil yang sudah disewa sebelumnya. Sedangkan EJD adalah otak pencurian. Yang sangat kami sayangkan, kenapa tidak ada pengawal. Bahkan semua yang bertugas mengisi uang justru meninggalkan mobil dalam keadaan kosong, padahal di dalam uangnya sangat banyak, tutur mantan Direktur Reserse Narkoba Polda Jatim itu. Hilangnya mobil berisi uang ATM terjadi di halaman parkir Royal Plaza, Jalan Ahmad Yani, Surabaya, pada 1 Juli 2011 atau tepat peringatan HUT ke-65 Bhayangkara. Saat itu, mobil L300 bernomor polisi B-9828-NU dengan nomor lambung 153 milik Certis Cisco, hendak mengisi uang di mesin ATM. Dari informasi yang dihimpun, ada tiga atau empat penumpang yang turun dari mobil, terdiri dari seorang sopir, teknisi, dan petugas keamanan. Mereka ke luar bersamaan untuk memeriksa mesin ATM yang berada di dalam mal. Namun, usai memeriksa mesin ATM dan kembali ke tempat parkir, mobil berwarna biru itu tidak ada di tempat semula. Diduga ketika para penumpangnya turun, pencuri sudah mengincar dan membawa kabur mobil berisi uang miliaran rupiah tersebut.

BAB III PENUTUP

Kesimpulan Seperti yang telah kita ketahui, bahwa KUHP Belanda sudah beberapa kali mengalami perubahan, tetapi KUHP Indonesia milik kita, masih saja menggunakan ketentuan-ketentuan pidana yang lama bekas peninggalan Belanda. Seandainya jika nanti Rancangan KUHP Indonesia yang sedang diproses menjelma menjadi KUHP yang baru, hal ini masi relevan karena pada umumnya asas dan rumusan delik di dalam Rancangan KUHP itu masih sama dengan KUHP yang sekarang (peninggalan jaman Belanda). Perkembangan KUHP Belanda yang jelas terlihat adalah adanya penambahan tentang Daftar Kategori Ancaman Pidana Denda yang dimuat dalam satu pasal pada KUHP Belanda sekarang ini. Nampaknya hukum pidana di Belanda telah melakukan perubahan terhadap ancaman sanksi pidananya yaitu dengan alternatif denda. Sistem kategori ini sesuai dengan negara yang inflasinya tinggi, karena jika denda sudah menjadi kecil seperti sekarang di Indonesia, maka cukup satu pasal saja yang diubah, yaitu tentang pasal yang mengatur daftar kategori denda dalam Buku I KUHP Indonesia. Barangkali itu pula yang menjadi pemikiran penyusun Rancangan KUHP Indonesia yang mencantumkan sistem kategori denda dalam rancangan tersebut.

Saran Mengingat bahwa hukum bersifat dinamis mengikuti kebutuhan masyarakat pada suatu negara, Penulis berpendapat bahwa Rancangan KUHP Indonesia sepertinya memang harus segera disahkan agar dapat terealisasi sehingga sesuai (up date) dengan perkembangan jaman yang ada pada saat ini. Dengan itu maka, hukum di negara Indonesia ini benar-benar berdaya guna dan berdaya laku, serta memiliki fungsi represif dan preventif yang berarti bagi masyarakat Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, Prof. Dr. jur. Andi, 2009, Perbandingan Hukum Pidana Beberapa Negara, Jakarta : Sinar Grafika Hamzah, DR. Andi, S.H., 1987, KUHP BELANDA Seri KUHP Negara-Negara Asing Sebagai Perbandingan, Jakarta : Ghalia Indonesia

You might also like