You are on page 1of 61

BAB I

PENDAHULUAN

I.1.

Latar Belakang Dokter keluarga adalah dokter praktik umum yang

menyelenggarakan pelayanan primer yang kompherensif, kontinu, mengutamakan pencegahan, koordinatif, mempertimbangkan

keluarga, komunitas, dan lingkungannya dilandasi keterampilan dan keilmuan yang mapan. (Depkes, 2013) Program kunjungan kasus merupakan pelayanan kedokteran keluarga, menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDI) adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi

komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya.
(Azwar, 1996)

Tuberkulosis (TB paru) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan dapat menular melalui udara. Sumber penularan adalah penderita TB paru dengan BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). (Bahar,2009).

Sepertiga dari populasi manusia di dunia diduga terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Pada tahun 2007 diperkirakan 13,7 juta jiwa kasus kronis aktif terjadi secara global, sementara di tahun 2010 diperkirakan 8,8 juta jiwa kasus baru dan 1,5 juta jiwa kasus meninggal muncul di negara berkembang. Sebanyak 80% kasus Tuberkulosis dengan Tuberkulin test positif ditemukan di Asia dan Afrika. Tahun 2011 Indonesia telah mencapai angka penemuan kasus 82,69% dan melampaui target global sebesar 70% sedangkan angka keberhasilan pengobatan juga mencapai 90,29%.

Berdasarkan Global Report TB WHO tahun 2011, prevalensi TB diperkirakan sebesar 289 per-100.000 penduduk, insidensi TB sebesar 189 per-100.000 penduduk, dan angka kematian sebesar 27 per-100.000 penduduk. (WHO, 2011) Di Puskesmas Kecamatan Sindang Jaya jumlah pasien TB paru masih cukup banyak. Pada tahun 2011 terdapat 113 pasien TB paru yang diobati. TB paru dengan BTA positif sebanyak 33 kasus dan pasien TB paru klinis sebanyak 70 kasus. Dari 102 kasus TB paru yang diobati, sudah ada 40 orang yang ditanyakan sembuh setelah pengobatan OAT lengkap. (Profil Kesehatan Kecamatan Sindang Jaya Kabupaten tanggerang, 2011) Dipilihnya pasien Ny.C karena ditemukannya lebih dari satu kasus TB paru didalam satu rumah yang keduanya sedang dalam pengobatan TB paru kategori I fase intensif. Selain itu,

dikhawatirkan jika tidak dikunjungi dapat terjadi kasus putus obat

dan tertularnya anggota keluarga lain yang tinggal dalam satu rumah serta lingkungan sekitarnya. I.2. Perumusan Masalah I.2.1. Pernyataan Masalah Ditemukannya lebih dari 1 orang penderita TB paru yang berada dalam satu rumah.

I.2.2. Pertanyaan Masalah 1. Apa yang menjadi sumber penularan infeksi TB paru pada pasien? 2. Apa faktor-faktor kasus yang TB mempengaruhi dalam satu terjadinya rumah dan

penyebaran

lingkungannya? 3. Apakah alternatif jalan keluar dari masalah yang dihadapi tersebut di atas?

I.3.

Tujuan I.3.1. Tujuan Umum Tercapainya kesembuhan TB paru pada keluarga pasien dan mencegah penularan terhadap lingkungan sekitar.

I.3.2. Tujuan Khusus 1. Diketahuinya sumber penularan infeksi TB paru pada pasien. 2. Diketahuinya apa faktor-faktor yang mempengaruhi

terjadinya penyebaran kasus TB dalam satu rumah dan lingkungannya. 3. Diketahuinya alternatif jalan keluar dari masalah yang dihadapi tersebut diatas.

BAB II DATA KLINIS

II.1.

Identitas Nama pasien : Ny. C : Tn. M

Nama Kepala Keluarga Umur pasien Jenis kelamin Alamat

: 59 tahun : Perempuan : Jalan Rimpak Kulon RT 004/RW 006 Kelurahan Sindang Sono

Agama Suku Bangsa

: Islam : Sunda : Petani

Pekerjaan kepala keluarga Pendidikan terakhir

: Tidak bersekolah

II.2. Anamnesa (Autoanamnesa dan alloanamnesa dari suami dan anak pasien) II.2.1. Tanggal Anamnesa : Tanggal 8 April 2013 pukul 10.30 di ruang poliklinik TB Puskesmas Kecamatan Sindang Jaya Tanggal 8 April 2013 pukul 13.30 di rumah Ny. C

II.2.2. Keluhan Utama : batuk lebih dari 1 bulan

II.2.3. Riwayat Perjalanan Penyakit : Pasien datang sendiri tanpa rujukan, datang dengan keluhan utama batuk lebih dari 1 bulan sebelum datang ke balai pengobatan. Batuk pasien berdahak dan kadang pasien merasa sesak. Batuk berdahak dengan frekuensi jarang, dan batuk tidak diperparah oleh aktifitas. Batuk tidak ada

kecenderungan bertambah parah saat pagi, siang, sore, atau malam. Dahak dapat dikeluarkan, kental, berwarna putih, dan tidak ada darah. Pasien kadang merasa sesak saat batuk. Sesak nafas tidak dipengaruhi oleh aktifitas, waktu, maupun posisi tubuh pasien. Tidak ada keluhan nyeri pada dada. Pasien juga mengeluhkan adanya keringat malam yang berlebih pada malam hari tanpa adanya aktifitas fisik. Kadang pasien juga

mengalami demam, terutama pada malam hari. Keringat malam yang berlebih dan demam dirasakan mulai timbul bersamaan saat timbulnya batuk, yaitu 1 bulan yang lalu. Tidak ada mual dan muntah. Tidak ada riwayat bepergian ke pesisir pantai maupun keluar kota dalam satu bulan terakhir. Berat badan pasien dirasakan semakin menurun sejak 1 bulan yang lalu, namun pasien tidak mengetahui dengan pasti berapa penurunan berat badannya. Nafsu makan pasien juga menurun sejak keluhan timbul. Pasien tidak cepat lapar, tidak banyak minum, tidak sering BAK, tidak ada kesemutan. Pasien sudah melakukan tes dahak sewaktu, pagi, sewaktu tanggal 18 Maret dan 21 Maret 2013 dengan hasil negatif. Pasien sedang menjalani pengobatan OAT kategori I dari Puskesmas Sindang Jaya sejak 25 Maret 2013. Pasien merasa kondisi tubuhnya membaik setelah meminum OAT. Pasien pernah mengalami keluhan batuk lebih dari 2 minggu pada 1 tahun yang lalu dan telah berobat ke mantri dan bidan di dekat rumah, pasien sudah diberi obat untuk mengurangi gejalanya tetapi pasien tidak tahu obat yang telah diberikan dan telah dianjurkan melakukan foto Roentgen tetapi pasien menolak, sehingga keluhan pasien sering hilang timbul. Pasien pernah dirawat di Rumah Sakit dengan keluhan mencret pada tanggal 9 November 2012, dilakukan foto Roentgen dada (dengan hasil terdapat infiltrat di lapang paru kiri). Pasien dirawat selama 4 hari, kondisi pasien membaik setelah dirawat,

tetapi tidak diberikan pengobatan untuk paru-parunya. Pasien melakukan foto Roentgen ulang pada bulan April 2013 setelah mengkonsumsi adanya infiltrat OAT (foto Roentgen masih

menunjukkan

namun

dengan

perbaikan

dibandingkan dengan foto Roentgen yang diambil pada bulan November 2012). Di dalam rumah pasien ada yang mempunyai keluhan yang sama seperti pasien, yaitu anak pasien, batuk lebih dari 1 bulan, berdahak, berwarna putih, tidak ada darah, sesak di dada kiri ketika batuk. Sesak nafas tidak dipengaruhi oleh aktifitas, waktu, maupun posisi tubuh. Hasil pemeriksaan foto Roentgen anak pasien tanggal 6 Maret 2013 didiagnosa TB paru aktif dan dahak SPS positif. Anak pasien sedang menjalani dari Puskesmas Sindang Jaya selama 3

pengobatan OAT

minggu. Pasien dan anak pasien tidur dalam 1 kamar yang sama. Menurut pengakuan keluarga pasien, tetangga pasien yang tinggal 10 m dari rumah pasien pernah menjalani pengobatan OAT satu tahun yang lalu selama 6 bulan dan dinyatakan sembuh oleh dokter. Pasien tidak mempunyai riwayat alergi obat. Riwayat BAB : Normal, padat, warna kecoklatan, tidak ada lendir, tidak ada darah. Riwayat BAK : Berwarna merah sehabis

minum obat, lancar, tidak nyeri saat BAK

II.2.4. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat alergi Riwayat asma : disangkal : disangkal : disangkal

Riwayat penyakit jantung

Riwayat kencing manis : disangkal Riwayat darah tinggi : disangkal Riwayat penyakit rematik : disangkal

Riwayat penyakit ginjal : disangkal Riwayat batuk kronis : + (1tahun yang lalu)

II.2.5. Riwayat Penyakit Keluarga : Penyakit darah tinggi: disangkal Penyakit kencing manis : disangkal Penyakit asma : disangkal

Penyakit paru pengobatan

Anak

Nn.

S.N.,

16

tahun

dalam

OAT 3 minggu, fase intensif (tinggal dalam 1 rumah dengan pasien)

II.3.

Pemeriksaan Fisik : Tanggal Pukul Tempat : 08 April 2013 : 10.30 WIB dan 13.00 WIB : ruang poliklinik TB Puskesmas Kecamatan Sindang Jaya dan rumah pasien

Pemeriksaan Umum Keadaan umum Kesadaran : tampak sakit ringan

: compos mentis : BB : 155 cm : 14, 98 kg/m2 : 36 Kg

Status generalis TB IMT

Tekanan darah : 110/80 mmHg Nadi Pernapasan Suhu : 84 x/menit : 24x/menit : 36,6oC

Tabel Body Mass Index diklasifikasikan menurut WHO Asia - Pasifik, 2006 Underweight Normal Overweight At Risk Obese I Obese II <18,5 18,5 22,9 23 23 24,9 25 29,9 30

Pemeriksaan Sistematis Kepala Bentuk dan ukuran : Tidak teraba benjolan, normocephali

Rambut dan kulit kepala : Rambut warna hitam terdistribusi merata dan tidak mudah dicabut

Mata : palpebra superior et inferior tidak edema, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor +/+, diameter 3mm, reflek cahaya +/+, jarak kedua mata normal

Telinga : bentuk normal, sekret -/-, serumen -/Hidung : bentuk normal, tidak ada deviasi septum nasi, sekret -/Mulut : perioral tidak sianosis, lidah tidak kotor, uvula di tengah, tonsil T1-T1 tenang, faring tidak hiperemis, mukosa mulut tidak ada kelainan, halitosis (-)

Leher : trakea di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba membesar, kelenjar limfe tidak teraba membesar, tekanan vena Jugularis (-)

Thorax Paru-paru : Inspeksi : simetris dalam diam dan pergerakan nafas Palpasi : stem fremitus kiri dan kanan sama kuat

Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru Auskultasi : vesikuler +/+, ronkhi +/+, wheezing -/Jantung : Inspeksi : tidak tampak pulsasi iktus kordis Palpasi : tidak teraba pulsasi iktus kordis di ICS IV midclavicula line sinistra Perkusi : redup Auskultasi : bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-) Abdomen Inspeksi : tampak datar Palpasi dinding perut : supel, tidak ada nyeri tekan hati limpa ginjal : tidak teraba membesar : tidak teraba : Ballotement (-)

Perkusi : timpani Auskultasi : bising usus (+) normal Ekstremitas Akral hangat, tidak ada edema, tidak ada deformitas Kulit

Warna sawo matang, turgor kulit baik, kulit cukup lembab Kesan Hidung : sekret -/Lidah : tidak kotor

Thorax : Ausklutasi : ronkhi +/+ Abdomen : tampak datar

Ekstremitas: edema -/Kulit : cukup lembab

II.4.

Pemeriksaan Penunjang Lainnya Roentgen thorax lapang paru kiri bulan April 2013, tampak infiltrat di lapang paru kiri dengan perbaikan Dahak SPS : negatif : bulan November 2012, tampak infiltrat di

II.5.

Diagnosa Kerja : TB paru, BTA -, kasus baru, lesi luas

Diagnosa Tambahan : Underweight

II.6.

Terapi yang telah diberikan oleh Puskesmas Kecamatan

Sindang Jaya Farmakologis : KDT OAT Kategori I, 2 tablet setiap kali minum setiap hari.

Non-farmakologis : Memberikan pengetahuan kepada pasien tentang etika batuk supaya tidak menularkan ke lingkungan sekitar. Tidak

membuang dahak sembarangan. Mengarahkan kepada suami pasien agar menjadi PMO supaya pasien taat minum obat.

BAB III DATA KELUARGA DAN LINGKUNGAN

III.1. Struktur Keluarga Pasien, seorang perempuan berusia 59 tahun dengan struktur keluarga sebagai berikut : Tabel III.1.1. Daftar Anggota Keluarga Ny. C menurut Jenis Kelamin, Umur, Pekerjaan Pokok, Pendidikan Terakhir, dan Hubungan Keluarga. No Nama L/P Umur Pekerjaa Pendidika Hubunga Hubunga (th) n Pokok n Terakhir n dengan n dengan Pasien 1 Tn. M L 60 Petani Tidak Sekolah 2 Ny. C P 59 Ibu Rumah Tangga 3 4 Tn. A Ny. U L P 28 23 Pedagang Ibu Rumah Tangga 5 Tn. A L 19 SMP Tidak Sekolah SD SMP Menantu Anak Kandung Anak Menantu Anak Kandung Anak Sehat Sehat Sehat Pasien Istri Pasien Suami KK KK Sehat Ket.

Kandung 6 Nn.S.N P 16 SMP Anak Kandung 7 An. F L 9 Masih menjalani SD 8 An. M P 8 Masih menjalani SD 9 An. H L 3 Cucu Cucu Anak Kandung

Kandung Anak Kandung Anak Kandung Sakit TBC Sehat

Cucu

Sehat

Cucu

Sehat

III.2. Genogram Gambar Genogram Keluarga Ny. C


Keterangan : = Laki-laki = Pasien

= Perempuan

= sakit TBC

= Menikah

= Meninggal

= tanggal menikah

= tinggal serumah

= tanggal/tahun meninggal

b = tanggal/tahun lahir

III.3. Riwayat Imunisasi Tabel III.3 Riwayat Imunisasi dan AnggotaKeluarga yang Tinggal Satu Rumah Daftar Keluarga Tn.M Ny.C Tn.A Ny. U Tn. A Nn. S.N An. F An. M An. H BCG Lupa Lupa Lupa Lupa + + + Hepatitis Lupa Lupa Lupa Lupa + + + Vaksinasi DPT Lupa Lupa Lupa Lupa Polio Lupa Lupa Lupa Lupa + + + Campak Lupa Lupa Lupa Lupa TT Lupa Lupa Lupa Lupa Keteranga n Sehat Pasien Sehat Sehat Sehat Sakit TBC Sehat Sehat Sehat

III.4. Status Sosial Ekonomi Sumber penghasilan keluarga didapatkan dari hasil kerja :

Tn.M sebagai petani.

Rata rata penghasilan sebelumnya Tn.M

adalah Rp.2.000.000 / bulan. Total penghasilan keluarga adalah Rp.2.000.000,00

Pengeluaran sebulan rata rata keluarga: 1. Untuk makan (Rp 50.000,-/hari) : Rp 1.500.000,00 2. Biaya listrik 3. Biaya kesehatan 4. Biaya Pendidikan anak 5. Biaya Transportasi 6. Lain-lain : Rp : Rp : Rp : Rp :Rp 50.000,00 5.000,00 250.000,00 40.000,00

100.000,00 Rp 1.945.000,00

Menurut Ny.C, penghasilan suami sebagai seorang petani cukup untuk membiayai kebutuhan sehari-hari seperti pakaian, makanan, minuman, listrik, transportasi. Pendapatan pengeluaran : seimbang

III.5. Pola Berobat

Jika sakit pasien membeli obat di warung, bila tidak membaik pasien berobat ke Puskemas Kecamatan Sindang Jaya.

III.6. Pola Makan Ny.C memasak sendiri untuk makan sekeluarga sehari-hari, bahan makanan dibeli dan dicuci sebelum dimasak, sehari makan 3 kali, dengan lauk berupa tahu, tempe, telur ayam. Sayur berupa sayur asem / sayur bayam / sayur kangkung / sop sayur bening. Ny.C dan keluarga juga mengkonsumsi buah-buahan seperti jeruk, pepaya, dan pisang. Makan pagi : nasi 1/2 piring + telur ayam dadar + tempe goreng + air putih 1 gelas Makan siang : nasi 1 piring + lauk (tahu goreng / tempe goreng) + sayur bayam + pisang + air putih 1 gelas Makan malam : nasi 1 piring + lauk (tahu goreng + tempe goreng) + telur ayam dadar + sayur (sayur asem / bayam / sayur kangkung) + air putih 1 gelas

Tabel III.6. Pola Makan Ny.C Sehari hari Kalori Jenis Makanan Jumlah (kkal) (gr) (gr) (gr)

Karbohidrat

Protein

Lemak

Makan pagi : Nasi Putih Telur ayam Tempe Makan Siang : Nasi Putih Bayam Tempe Pisang Makan Malam : Nasi Putih Telur Ayam Tempe Tahu Sayur kangkung Total 1 piring 1 butir 1 potong 1 potong 25 gr 349 79 35 32 9 1293 kkal 78,9 0,35 1,5 0,3 1,35 229,7 gr 6,8 6,4 2,5 1,4 0,75 41,2 gr 0,7 5,75 2,7 2,9 0,075 25,23 gr 1 piring 20 gram 1 potong 100 gram 349 9 35 108 78,9 1,3 1,5 24,3 6,8 0,7 2,5 1 0,7 0,1 2,7 0,8 1/2 piring 1 butir 1 potong 174,5 79 35 39,45 0,35 1,5 3,4 6,4 2,5 0,35 5,75 2,7

Perhitungan Kebutuhan Kalori Ny.C dinyatakan dengan BMR : BB = 36 Kg ; TB = 155 cm BB Normal = 155 100 = 55 kg BB Ideal IMT = 155 100 (10 % x 55 kg) = 49,5 kg = 36/ (1,55)2 = 14, 98 kg/m2

Status Gizi Ny. C menurut WHO Asia-Pasifik = Underweight

TabelII.3.2 Body Mass Index diklasifikasikan menurut WHO Asia - Pasifik, 2006 Underweight Normal Overweight At Risk Obese I Obese II <18,5 18,5 22,9 23 23 24,9 25 29,9 30

Jumlah Energi Ekspenditur BMR/hari = BB x BMR/24 Jam/kgBB

= 36 x 29, 5 = 1062 kkal/24 jam BMR/jam Aktivitas Tidur Pekerjaan Tangga 9 Rumah5 = 44,25 kkal/jam Lama (Jam) Perhitungan 9 x 1 x 44,25 5 x 1,8 x 44,25 398,25 398,25 Total

Berdiri Berjalan Duduk Kegiatan Dasar Lain-Lain

2 3 3 1 1

2 x 1,5 x 44,25 3 x 3,4 x 44,25 3 x 1,4 x 44,25 3 x 1,4 x 44,25 3 x 1,4 x 44,25 Total

132,75 451, 35 185,85 61,95 61,95 1690, 35 kkal/24 jam

Karena status gizi Ny. C underweight, maka Ny.C mendapat tambahan kebutuhan kalori sebesar 500 kkal. Total kebutuhan kalori berdasarkan energy ekspenditur. 1690,35 kkal + 500 kkal = 2190, 35 kkal/24 jam = 91,26 kkal/ jam Aktivitas = 91,26 kkal/jam = 2,06 (aktivitas berat) 44,25 kkal/jam Kebutuhan kalori Ny.C perhari menurut Harris Benedict: BMR = 655 + (9,6 x Berat Badan) + (1,8 x Tinggi Badan) (4,8 x Usia) = 655 + (9,6 x 36) + (1,8 x 155) (4,8 x 59) = 655 + 345,6 + 279 283,2

= 996,4 kkal Kebutuhan Nutrien : Protein (1 gr/kgBB) Protein Ny. C : 36 kg x 1 = = 36 gr 36 x 4 x 100%

Protein/Energi Ratio 2190,35 = 6,5% Lemak (25%) Lemak Ny. C

: 25 % x 2190, 35 9

= 547,5 kkal = 60 gr

Karbohidrat KH = 100 % - ( Protein + Lemak) = 100 % - ( 6,5% + 25%) = 68,5% KH untuk Ny. C = 68,5% x 2190, 35 % = 1500 kkal = 375 gr 4 Asupan sehari-Asupan yangSelisih

hari Energi Karbohidrat Protein Lemak 1293 229,7 41,2 25,23

dibutuhkan 2190,35 375 36 60 - 897,35 - 145,3 5,2 - 34,77

Dilihat dari menu makanan sehari-hari, maka kebutuhan kalori Ny. C dengan asupan sehari-harinya kurang, jumlah asupan karbohidrat, lemak, dan variasi makanan juga kurang.

III.7. Kondisi Rumah III.7.1.Perumahan a. Status rumah b. Lokasi rumah jalan menuju rumah tidak dapat dilewati oleh mobil namun dapat dilewati oleh motor. Ada jalan setapak dari paving block yang melewati depan rumah pasien. Letak rumah pasien dengan tetangga kanan-kiri tidak : milik sendiri : terletak sekitar 300 meter dari jalan raya,

berhimpitan.

c. Kondisi bangunan

Luas bangunan : 15 m x 8 m = 120 m2 Luas tanah : 20m x 8 m = 160 m2

Rumah terdiri dari : 1 lantai dan 2 kandang sapi Jumlah ruangan : 7 ruangan (4 kamar tidur, 1 gudang penyimpanan gabah, 1 ruang tamu yang berhubungan dengan ruang keluarga, 1 dapur yang berhubungan dengan ruang makan serta ruang cuci baju/pakaian dan kamar mandi) Kebersihan ruangan Dinding rumah Atap rumah Langit-langit Lantai rumah : kurang

: terbuat dari batu bata : terbuat dari genteng : ada plafon : seluruh ruangan dilapisi semen : 9 orang

Jumlah orang dalam rumah

Jumlah keluarga dalam rumah : 2 keluarga

III.7.2.Alat Kesejahteraan dalam Keluarga Di dalam rumah terdapat 2 televisi, 1 radio, 4 buah

kasur kapuk, 4 buah lemari baju, 2 buah lemari alat-alat rumah tangga, 1 buah lemari peralatan dapur, 1 rak peralatan makan, 4 buah sofa, 1 tempat penampungan air, 1 kulkas, 1 rice cooker, 1 dispenser, 1 kompor gas, 1 kompor arang, 1 mesin pompa air, 2 bak mandi, 1 toilet jongkok. III.7.3.Ventilasi Insidentil : Pintu depan Pintu samping Jendela depan Jendela depan Jendela samping Jendela samping Total Permanen : Lubang angin Total = = (2 x 1,5) m2 3 m2 = 3 m2 = = (2 x 0,5) m2 = (2 x 0,5) m2 = (2 x 2 x 2) m2 = (1 x 2 x 1) m2 = (1 x 2 x 1) m2 = 1 m2 = 1 m2 = 8 m2 = 2 m2 = 2 m2

= (3 x 0,5 x 1) m2 = 1,5 m2 15,5 m2

Persentase (15,5 + 3) = 18,5 x 100% = 15,41% 120 120

Karena ventilasi rumah yang ideal minimal 10% dari luas lantai, maka ventilasi rumah pasien sebesar 15,41% memenuhi kriteria ventilasi rumah yang ideal.

III.7.4.Pencahayaan Pencahayaan rumah kurang, karena sinar matahari tidak banyak yang masuk ke dalam rumah. Penerangan listrik hanya digunakan pada sore dan malam hari.

III.7.5.Jamban Rumah pasien mempunyai jamban tersendiri. Jamban terletak di samping rumah yang berjarak 1 m. Dinding jamban terbuat dari anyaman bambu. Jamban memiliki saluran pembuangan yang langsung masuk ke septic tank berjarak 1 m dari jamban.

III.7.6.Kamar Mandi Berada di dalam rumah, dan tergabung dengan tempat cuci baju/piring yang dibatasi oleh dinding yang berukuran 1,5

x 1,5 m. Lantai kamar mandi terbuat dari semen. Sumber air didapatkan dari sumur bor.

III.7.7.Sumur Ada. Jarak antara sumur bor ke septic tank 6 m. Jarak antara sumur bor ke jamban 5 m. III.7.8.Air Bersih Penggunaan air Air yang berasal dari sumur bor dipakai untuk memasak, mandi, mencuci pakaian dan peralatan makan. Kriteria air: baik, kualitas jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa. Air minum Air minum berasal dari air galon yang dibeli di warung. Kriteria air: baik, kualitas jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.

III.7.9.Pembuangan Sampah Sampah dikumpulkan di samping rumah dan dibakar seminggu sekali di dekat rumah yang berjarak kurang lebih 5

meter. Ada sampah yang terlihat menumpuk di sekitar lingkungan rumah.

III.7.10.Halaman Rumah Terdapat dua buah kandang sapi yang berukuran (2 x 3 x 4) m2 yang berisi 4 ekor sapi (sapi milik kerabat Tn.M untuk dirawat bersama). Jarak kandang sapi dari rumah 2 m. III.8. Denah Lokasi Gambar Denah Lokasi Rumah Ny.C

III.9. Denah Rumah Gambar Denah Rumah Ny.C

III.10. Mandala of Health Pasien Body : Pasien Ny.C perempuan usia 59 tahun menderita TB paru, BTA negatif, lesi luas, dalam pengobatan OAT kategori I fase intensif.

Mind

Ny.C

beranggapan

bahwa

batuk

bukan

merupakan

penyakit yang berbahaya. Spirit : Level Pertama Human biology : daya tahan tubuh kurang mempermudah

penularan TB paru. Family : 1 suami 8 anak. : Ny.C batuk tanpa menutup mulut dan

Personal behavior membuang

ludah

di

sembarang

tempat,

sering

menjemur pakaian di dalam rumah. Psycho-socio-economic-environment : Tidak sekolah. Kesan ekonomi keluarga cukup. memiliki Masyarakat sekitar

pengetahuan

kesehatan yang kurang. Tidak ada masalah dalam pergaulan. Physical environment : Kondisi rumah kurang bersih dan lembab. Pencahayaan kurang baik. Ventilasi rumah cukup tetapi kurang ada sirkulasi udara.

Level Kedua Sick care system: Letak rumah pasien dan puskesmas

Kecamatan Sindang Jaya 9 km dan tidak ada angkutan umum. Work Life style : Ibu rumah tangga. : Bersosialisasi dengan tetangga sekitar.

Level Ketiga The community : Masyarakat sosial ekonomi rendah. : Tinggal di lingkungan yang

The human made environment tidak padat

penduduk, persawahan

dekat dan hutan

dengan bambu.

Ditemukan kotoran ternak di jalan setapak.

Culture : Berobat jika penyakit bertambah parah. Biosphere : -

BAB IV DIAGNOSIS HOLISTIK

IV.1.

Resume Telah diperiksa pasien Ny.C berusia 59 tahun dengan keluhan utama batuk lebih dari 1 bulan sebelum datang ke puskesmas. Batuk berdahak dengan frekuensi jarang, dahak kental, berwarna putih, tidak berdarah, dan sesak saat berbatuk. Sesak nafas tidak dipengaruhi oleh aktifitas, waktu, maupun posisi tubuh pasien. Pasien juga mengeluhkan adanya keringat malam yang berlebih pada malam hari tanpa adanya aktifitas fisik. Kadang pasien juga mengalami demam, terutama pada malam hari. Keringat malam yang berlebih dan demam dirasakan mulai timbul bersamaan saat timbulnya batuk, yaitu 1 bulan yang lalu. Berat badan pasien dirasakan semakin menurun sejak 1 bulan yang lalu. Nafsu makan pasien juga menurun sejak keluhan timbul. Pasien pernah mengalami keluhan batuk lebih dari 2 minggu pada 1 tahun yang lalu dan telah berobat ke mantri dan bidan di dekat rumah, pasien sudah diberi obat untuk mengurangi gejalanya

tetapi pasien tidak tahu obat yang telah diberikan dan telah dianjurkan melakukan foto Roentgen tetapi pasien menolak,

sehingga keluhan pasien sering hilang timbul. Di dalam rumah pasien ada yang mempunyai keluhan yang sama seperti pasien yaitu anak pasien. Hasil pemeriksaan foto Roentgen anak pasien tanggal 6 Maret 2013 didiagnosa TB paru aktif dan dahak SPS positif. Anak pasien telah menjalani

pengobatan OAT selama 3 minggu. Pasien dan anak pasien tidur dalam 1 kamar yang sama. Menurut pengakuan keluarga pasien, tetangga pasien yang tinggal 10 m dari rumah pasien pernah menjalani pengobatan OAT satu tahun yang lalu selama 6 bulan dan dinyatakan sembuh oleh dokter. Pasien telah mendapatkan terapi OAT dari Puskesmas Sindang Jaya sejak tanggal 25 Maret 2013 dan sejak menjalani pengobatan OAT pasien mengaku kondisi tubuhnya membaik.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan : Keadaan umum Kesadaran : tampak sakit sedang

: compos mentis : Tekanan darah : 110/80 mmHg Nadi : 84 x/menit

Status generalis

Pernapasan Suhu Thorax Paru-paru :

: 24x/menit : 36,6oC

Inspeksi : simetris dalam diam dan pergerakan nafas Palpasi : stem fremitus kana dan kiri sama kuat Perkusi : sonor pada kedua lapang paru Auskultasi : vesikuler +/+, ronkhi +/+, wheezing -/Pemeriksaan Penunjang Lainnya Roentgen thorax lapang paru kiri bulan April 2013, tampak infiltrat di lapang paru kiri dengan perbaikan Dahak SPS : negatif : TB paru, BTA (-), kasus baru, lesi luas : bulan November 2012, tampak infiltrat di

Diagnosa

Diagnosa tambahan : Underweight Terapi yang telah diberikan oleh Puskesmas Kecamatan Sindang Jaya Farmakologis :

KDT OAT Kategori I, 2 tablet sekali diminum setiap hari.

Non-farmakologis : Memberikan edukasi kepada pasien tentang etika batuk supaya tidak menularkan ke lingkungan sekitar. Tidak membuang dahak sembarangan. Mengarahkan kepada suami pasien agar menjadi PMO supaya pasien taat minum obat.

IV.2. Diagnosa Holistik IV.2.1.Aspek Personal Batuk berdahak, kental dan bewarna putih tanpa bercak darah Keringat di malam hari disertai demam Sesak ketika batuk Berat badan menurun sejak sakit Nafsu makan pasien menurun sejak sakit

IV.2.2.Aspek Klinis Diagnosa kerja : TB paru, BTA (-), kasus baru, lesi luas

Diagnosa tambahan

: tidak ada

IV.2.3.Aspek Internal Pasien kurang memahami tentang pentingnya kedisiplinan dalam program pengobatan TB paru, komplikasi ke organ tubuh lain dan cara penularan penyakit TB. Pasien sering lupa meminum obat Pasien sering batuk tanpa menutup mulut Pasien sering membuang ludah sembarangan

IV.2.4.Aspek Eksternal Pengetahuan pasien tentang penyakit TB kurang Pengetahuan pasien tentang kebersihan cukup tetapi pada pelaksanaanya kurang Pengetahuan kurang Pengetahuan keluarga pasien tentang kesehatan kurang Status pendidikan keluarga pasien kurang Jarak rumah pasien ke puskesmas 9 km pasien tentang pentingnya minum OAT

Kondisi rumah berdebu dan kotor Keluarga pasien jarang mencuci tangan dan kaki sehabis berpergian ke luar

Kondisi sekitar rumah dikelilingi hutan bambu dan terdapat kandang sapi di depan rumah

Pelayanan edukasi tentang penyakit TB kurang.

IV.2.5.Aspek Status Fungsional Skoring 5 (pasien mampu melakukan aktifitas sehari-hari tanpa hambatan).

BAB V PENATALAKSANAAN HOLISTIK KOMPREHENSIF DAN PROGNOSIS

V.1.

Penatalaksanaan Holistik Komprehensif V.1.1. Aspek Personal Batuk berdahak, kental dan bewarna putih tanpa bercak darah Keringat di malam hari disertai demam Sesak ketika batuk

Berat badan menurun sejak sakit Nafsu makan pasien menurun sejak sakit

V.1.1.1.Farmakologis OBH sirup 3x1 sendok makan Paracetamol 3x1 tab Vitamin B Kompleks 2x1 tab

V.1.1.2.Non Farmakologis Menjelaskan kepada Ny.C bahwa batuk merupakan gejala dari banyak penyakit sehingga Ny.C harus lebih memperhatikan kesehatan dan memeriksakan diri ke dokter puskesmas terdekat jika sakit. Menjelaskan kepada Ny.C bahwa batuk berdahak, keringat di malam hari disertai demam, sesak nafas saat batuk dan berat badan menurun merupakan gejala-gejala dari penyakit TB paru. Menjelaskan beristirahat. kepada Ny.C untuk lebih banyak

V.1.2. Aspek Klinis Diagnosa utama : TB paru, BTA (-), kasus baru, lesi luas

Diagnosa tambahan

: Underweight

V.1.2.1.Farmakologis Terapi Tuberkulosis Fase intensif / kombipak I : 2 RHZE (150 / 75 / 400 / 275 mg), 1 x 2 tablet Fase lanjutan / kombipak I : 4R3H3 (150 / 150 mg), 2x sehari, 1 minggu 3x

V.1.2.2 Non- Farmakologis Menjelaskan kepada Ny.C bahwa pengobatan TB paru minimal 6 bulan, sehingga diperlukan kesabaran dalam menjalani program pengobatan. Menjelaskan kepada Ny.C untuk tidak menghentikan pengobatan bila pengobatan belum tuntas walaupun gejala yang dirasakan membaik. Menjelaskan bahwa Ny.C dapat menjadi sumber penularan bagi anggota rumah dan warga sekitar. Menjelaskan bahwa penyakit TB paru dapat menular melalui udara. Menjelaskan kepada keluarga Ny.C bahwa penyakit TB paru dapat sembuh sehingga diperlukan peran

sebagai

Pengawas

Minum

Obat

(PMO) Ny.C

untuk untuk selesai

berpartisipasi meminum

langsung secara

mengawasi teratur

obat

sampai

pengobatan, memotivasi Ny.C agar mau berobat teratur serta mengingatkan Ny.C untuk melakukan pemeriksaan ulang dahak dan mengulang foto

Roentgen pada waktu yang telah ditentukan dan dapat mewakili Ny.C mengambil obat jika

berhalangan. Menambah variasi makanan dengan makanan yang bergizi (4 sehat 5 sempurna).

V.1.3. Aspek Internal Ny.C kurang memahami tentang pentingnya kedisiplinan dalam program pengobatan TB paru, komplikasi ke organ tubuh lain dan cara penularan penyakit TB. Ny.C memiliki kebiasaan seperti batuk tanpa menutup mulut, membuang ludah di sembarang tempat, menjemur pakaian di dalam rumah yang menambah kelembaban rumah.

Penatalaksanaan

Memberi penjelasan kepada Ny.C mengenai penyakitnya bahwa Ny.C belum sembuh oleh karena itu diperlukan kedisiplinan dalam menjalani program pengobatan TB paru.

Memberi penyuluhan kepada Ny.C mengenai penyakit TB paru terutama cara penularan dan komplikasi ke organ tubuh lain jika tidak diobati sampai tuntas.

Menjelaskan

kepada

Ny.C

untuk

membiasakan

diri

menutup mulut saat batuk dan tidak membuang ludah di sembarang tempat untuk mencegah penularan serta

menjemur pakaian di luar rumah untuk menurunkan kelembaban dalam rumah.

V.1.4

Aspek Eksternal Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit TB kurang Pengetahuan pasien dan keluarga tentang kebersihan cukup tetapi pada pelaksanaanya kurang Pengetahuan pasien dan keluarga tentang pentingnya minum OAT kurang Pengetahuan keluarga pasien tentang kesehatan kurang

Status pendidikan keluarga pasien kurang Jarak rumah pasien ke puskesmas 9 km Kondisi rumah berdebu dan kotor Keluarga pasien jarang mencuci tangan dan kaki sehabis berpergian dari luar

Kondisi sekitar rumah dikelilingi hutan bambu dan terdapat kandang sapi di depan rumah

Pelayanan edukasi tentang penyakit TB terhadap pasien dan keluarga serta lingkungan pasien kurang.

Penatalaksanaan Memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit TB paru terutama cara penularan, komplikasi dan pengobatan. Memberikan edukasi tentang pentingnya pengawas minum obat supaya Ny. C dan anaknya dapat meminum obat dengan teratur sehingga tidak ada lagi anggota rumah yang tertular. Menyarankan Ny.C dan keluarga untuk menjaga

kebersihan pribadi, lingkungan rumah dan lingkungan sekitar.

V.1.5

Aspek Status Fungsional -

V.2.

Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam

Ad functionam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad malam

BAB VI HASIL INTERVENSI DAN PEMBINAAN

Kegiatan kunjungan ke rumah Ny.C dilakukan sejak tanggal 8, 10, 12, 15, dan 17 April 2013. Dalam setiap kunjungan, dilakukan anamnesa terhadap pasien serta observasi terhadap keadaan di dalam rumah dan keadaan lingkungan di sekitar rumah. Intervensi dilakukan sejak tanggal 12 April 2013 dan pengamatan hasil intervensi dilakukan pada tanggal 15 dan 17 April 2013. Bentuk intervensi yang telah dilakukan dan hasil dari intervensi tersebut, antara lain: VI.1.Aspek Personal Intervensi : VI.1.1.Farmakologis

OBH sirup 3x1 sendok makan

Paracetamol 3x1 tab Vitamin B Kompleks 2x1 tab VI.1.2.Non Farmakologis Menjelaskan kepada Ny.C bahwa batuk merupakan gejala dari banyak penyakit sehingga Ny.C harus lebih memperhatikan kesehatan dan memeriksakan diri ke dokter puskesmas terdekat jika sakit. Menjelaskan kepada Ny.C bahwa batuk berdahak lebih dari 14 hari, keringat di malam hari disertai demam, dan berat badan menurun sejak batuk timbul merupakan gejala dari penyakit TB paru. Menjelaskan kepada Ny.C untuk lebih banyak makan makanan bergizi dikarenakan berat badan Ny.C yang kurang dan gizi yang kurang dapat memperlambat penyembuhan. Hasil : Farmakologis : Batuk yang dirasakan Ny. C berkurang (OBH) Demam yang dirasakan Ny. C berkurang (Paracetamol)

Nafsu makan Ny.C meningkat (Vitamin B Kompleks)

Non-farmakologis : Ny.C sudah mengerti bahwa batuk merupakan gejala dari banyak penyakit sehingga harus lebih memperhatikan kesehatan dan memeriksakan diri ke dokter puskesmas terdekat jika sakit. Ny.C sudah mengerti bahwa batuk berdahak lebih dari 14 hari, keringat di malam hari disertai demam, nyeri dada saat batuk dan berat badan menurun merupakan gejala dari penyakit TB paru. Ny.C sudah mau untuk lebih banyak makan makanan bergizi dan Ny. C sudah tahu bahwa gizi yang kurang dapat memperlambat penyembuhan.

VI.2.Aspek Klinis Intervensi : VI.2.1.Farmakologis

Terapi Tuberculosis Fase intensif / kombipak I : 2 RHZE (150 / 75 / 400 / 275 mg), 1 x 2 tablet Fase lanjutan / kombipak I : 4R3H3 (150 / 150mg), 2x sehari, 1 minggu 3 x

VI.2.2.Non- Farmakologis Menjelaskan kepada Ny.C bahwa pengobatan TB paru minimal 6 bulan, sehingga diperlukan kesabaran dalam menjalani program pengobatan. Menjelaskan kepada Ny.C untuk tidak menghentikan pengobatan bila pengobatan belum tuntas walaupun gejala yang dirasakan membaik. Menjelaskan bahwa Ny.C dapat menjadi sumber penularan bagi anggota keluarga dan lingkungan sekitar. Menjelaskan bahwa penyakit TB paru dapat menular melalui udara. Menjelaskan kepada Ny.C bahwa penyakit TB paru dapat sembuh jika meminum obat secara teratur sehingga diperlukan peran sebagai Pengawas Minum Obat (PMO) untuk berpartisipasi langsung mengawasi Ny.C untuk menelan obat secara teratur sampai

selesai pengobatan, memotivasi Ny.C agar mau berobat teratur serta mengingatkan Ny.C untuk melakukan pemeriksaan ulang dahak dan mengulang foto Roentgen pada waktu yang telah ditentukan dan dapat mewakili Ny.C mengambil obat jika Ny.C berhalangan untuk ke puskesmas. Hasil Farmakologis : Ny.C teratur minum obat kombipak 1 menurut anjuran dari petugas puskesmas dan melanjutkan terapi fase lanjutan jika pengobatan fase intensif telah selesai. Non-farmakologis : Ny.C sudah mengetahui dan bersedia mengikuti program pengobatan TB paru selama 6 bulan. Ny.C menyatakan tidak akan berhenti berobat sebelum petugas puskesmas menyatakan Ny.C telah sembuh. Ny.C telah mengetahui bahwa penyakitnya dapat menjadi sumber penularan bagi orang lain di rumah dan lingkungan sekitarnya. Suami Ny.C sudah mengetahui dan bersedia berperan aktif menjadi Pengawas Minum Obat (PMO) bagi Ny.C.

Ny.C mengambil obat di Puskesmas Kecamatan Sindang Jaya secara rutin atau jika berhalangan maka pengambilan obat diwakilkan oleh keluarga (Suami) Ny.C

VI.3.Aspek Internal Intervensi : Memberi penjelasan kepada Ny.C mengenai penyakitnya bahwa Ny.C belum sembuh oleh karena itu diperlukan kedisiplinan dalam menjalani program pengobatan TB paru. Memberi penyuluhan kepada Ny.C mengenai penyakit TB paru terutama cara penularan dan komplikasi ke organ tubuh lain jika tidak diobati sampai tuntas. Menjelaskan kepada Ny.C untuk membiasakan diri

menutup mulut saat batuk dan tidak membuang ludah di sembarang tempat untuk mencegah penularan serta

menjemur pakaian di luar rumah untuk mengurangi kelembaban dalam rumah. Hasil : Ny.C sudah sadar dan mengerti bahwa dirinya belum sembuh dari penyakit dan Ny.C bersedia lebih disiplin dalam mengikuti program pengobatan TB paru.

Ny.C sudah mengerti mengenai penyakit TB paru terutama cara penularan dan komplikasi ke organ tubuh lain jika tidak diobati sampai tuntas.

Ny.C sudah merubah kebiasaan seperti menutup mulut saat batuk, tidak membuang ludah sembarangan tetapi membuang ludah di kamar mandi lalu menyiramnya dengan air hingga bersih dan menjemur pakaian di luar rumah.

VI.4.

Aspek Eksternal Intervensi : Memberikan penyuluhan kepada keluarga mengenai

penyakit TB paru terutama cara penularan, komplikasi dan pengobatan. Menyarankan Ny.C dan keluarga untuk membersihkan isi rumah. Memberikan edukasi kepada keluarga Ny.C tentang

pentingnya untuk selalu mencuci tangan dan kaki sehabis bepergian dari luar. Memberi edukasi pada keluarga tentang manfaat sinar matahari dan ventilasi dalam mencegah perkembangan kuman TB dengan menyarankan untuk membuka jendela

dan pintu depan sesering mungkin Menyarankan Ny.C dan keluarga untuk membuang sampah secara rutin ke tempat penampungan sampah. Bekerja sama dengan RT / RW setempat untuk memberikan penyuluhan tentang TB paru serta memotivasi warga setempat supaya ikut dalam menjaga kebersihan

lingkungannya. Hasil : Keluarga Ny.C sudah mengerti mengenai penyakit TB paru terutama cara penularan, komplikasi dan pengobatan. Keluarga Ny.C selalu membersihkan tangan dan kaki sehabis bepergian dari luar. Saat kunjungan 15 dan 17 April 2013, rumah dan halaman depan rumah dalam kondisi bersih, sampah sudah dibuang di tempat penampungan, jendela dan pintu dalam kondisi terbuka. Saat kunjungan RT / RW setempat tidak dapat ditemui, sehingga usul dilakukan penyuluhan tentang TB paru serta memotivasi warga setempat supaya ikut dalam menjaga kebersihan lingkungannya belum terlaksana.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

VII.1. Kesimpulan 1. Kemungkinan penyakit TB paru Ny.C bersumber dari tetangga Ny.C yang tinggal 10 m dari rumah pasien. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyebaran kasus TB dalam satu rumah dan lingkungannya adalah : Kurangnya pengetahuan Ny.C tentang etika batuk. Gejala yang dirasakan Ny.C tidak terlalu berat sehingga Ny.C malas untuk datang berobat ke Puskesmas Sindang Jaya. Kurangnya pengetahuan Ny.C, keluarga, dan lingkungan mengenai penyakit TB paru dan program pengobatan TB paru. Hubungan atau kontak erat dengan anggota keluarga dan lingkungan sekitar. Kurangnya kebersihan rumah dan cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah serta suasana rumah yang lembab dan sirkulasi udara yang kurang. 3. Diketahuinya alternatif jalan keluar dari masalah tersebut diatas : Menjelaskan kepada Ny.C mengenai etika batuk. Menjelaskan kepada Ny.C bahwa batuk berdahak yang lebih dari 14 hari, keringat di malam hari disertai demam, nyeri dada saat batuk dan berat badan menurun merupakan gejala dari penyakit TB paru.

Menjelaskan kepada Ny.C, keluarga, dan lingkungan bahwa batuk merupakan gejala dari banyak penyakit sehingga Ny.C harus lebih memperhatikan kesehatan dan memeriksakan diri ke dokter Puskesmas terdekat jika sakit.

Memberikan penyuluhan kepada keluarga dan lingkungan sekitar mengenai penyakit TB paru terutama cara penularan, komplikasi dan pengobatan.

Memberikan penyuluhan mengenai kurangnya kebersihan rumah dan cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah serta suasana rumah yang lembab dan sirkulasi udara yang kurang dapat mempengaruhi terjadinya penyebaran kasus TB paru dalam satu rumah.

VII.2. Saran Menganjurkan Ny.C untuk meneruskan program pengobatan sampai dikatakan sembuh oleh pihak Puskesmas. Menganjurkan kepada suami pasien Ny.C untuk berperan aktif sebagai Pengawas Minum Obat (PMO) bagi Ny.C dan Nn S.N. Memantau, melakukan, dan menambahkan intervensi-

intervensi yang masih diperlukan dan memastikan Ny.C rutin berobat sampai tuntas.

DAFTAR PUSTAKA

Amin

Z, Bahar A. ( 2009 ). Tuberkulosis paru, dalam

Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam, Jilid III, edisi V, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia, Jakarta, hal. 2230 2239. Azwar A. (1997). Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga, Yayasan

Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta, hal. 3-5. Depkes. (2013). Dokter Keluarga. Departemen Kesehatan, Jakarta. Suku Dinas Kesehatan Kecamatan Sindang Jaya. (2011). Profil Kesehatan Kecamatan Tangerang. World Health Organization. (2011). WHO Report 2011 Global Tuberculosis Control, WHO, New York. Sindang Jaya, Sudinkes Kabupaten Tangerang,

You might also like