You are on page 1of 8

BAB I PENDAHULUAN

Setiap negara selalu berusaha meningkatkan pembangunan, kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Usaha tersebut dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda antara satu negara dengan negara lainnya. Salah satu usaha yang selalu dilakukan oleh negara adalah menarik investor asing sebanyak mungkin masuk ke negaranya. Negara sebagai pemegang roda perekonomian dan sebagai pihak yang diberikan kewenangan oleh Undang-Undang Dasar 1945 untuk menguasai cabang-cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak tentunya dituntut untuk bisa mengatur dan mengelola agar sumber daya alam tersebut agar dapat dimanfaatkan sebesar besarnya bagi kemakmuran rakyat. Secara singkat sudah dijelaskan diatas bahwa salah satu upaya peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat yang dilakukan oleh negara yakni dengan mengundang investor asing untuk masuk ke negaranya. Dalam hal demikian maka tentunya dibutuhkan payung hukum yang kokoh guna mengatur dan mengendalikan sistem penanaman modal atau investasi tersebut. Penanaman modal di Indonesia sendiri telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 yang menggantikan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 Jo Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968. Secara umum investasi atau penanaman modal dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan baik oleh orang pribadi (natural person) maupun badan hukum (juridical person) dalam upaya untuk meningkatkan dan atau mempertahankan nilai modalnya, baik yang berbentuk uang tunai (cash money), peralatan (equipment), aset tidak bergerak, hak atas kekayaan intelektual maupun keahlian. Sementara dalam pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 disebutkan bahwa penanaman modal diartikan sebagai segala bentuk kegiatan penanaman modal baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Pada dasarnya investor, baik investor domestik maupun investor asing yang menanamkan investasi di Indonesia diberikan kemudahan. Pemberian kemudahan ini adalah dimaksudkan agar investor domestik maupun investor asing mau menanamkan investasinya di Indonesia. Investasi itu sangat dibutuhkan oleh pemerintah Indonesia untuk mempercepat proses pembangunan. Kemudahan yang diberikan oleh pemerintah Indonesia berupa kemudahan dalam bidang perpajakan dan pungutan lainnya.

Data BKPM menunjukkan, realisasi investasi hingga Maret 2010 baik PMDN maupun PMA banyak diserap oleh kawasan Indonesia Barat. Sepuluh provinsi yang mampu menyerap investasi PMDN terbesar adalah Jakarta, Banten, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, dan Lampung. Sedangkan sepuluh provinsi yang berhasil menggaet investasi PMA terbesar adalah Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Timur, Jawa Timur, Papua, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Kalimantan Selatan, Banten dan Sulawesi Tengah. Meski demikian, BKPM menyarankan pemberian fasilitas ini harus dengan batasan tertentu agar efektif. Kepala BKPM mengaku, kesenjangan pembangunan antara wilayah timur dan barat Indonesia bisa ditekan melalui pemberian fasilitas ini.Wilayah Indonesia timur itu fasilitas infrastrukturnya terbatas sekali. Jadi, agar ada yang mau investasi skala besar, misalnya di Papua atau NTB, sebagai daya tariknya bisa diberikan tax holiday. Demikian disampaikan oleh kepala BKPM. Beberapa data atau informasi diatas menunjukan bahwa tax holiday ini memang memerlukan pengaturan atau dasar hukum yang kuat, hal ini mengingat kebijakan atau sistem ini belum pernah dikenal dan diterapkan sebelumnya di Indonesia. disamping itu tentunya pula bahwa rencana kebijakan ini haruslah didasarkan pada suatu pertimbangan yang matang sehingga tidak menimbukan ketimpangan dalam segala aspek kehidupan bernegara. Melalui makalah ini penulis akan mencoba mengkaji dan menganalisa rencana kebijakan tax holiday ini dari sudut makro sehingga diharapkan dapat memberikan suatu gambaran yang komprehensif mengenai dampak dari kemungkinan diterapkannya kebijakan tax holiday tersebut.

BAB II PEMBAHASAN

Tax holiday merupakan suatu kebijakan di perpajakan. Di Indonesia, kebijakan ini belum diatur dalam Undang-Undang Perpajakan. Ada beberapa literatur yang mencoba memberikan defenisi menyangkut pajak yakni : A tax holiday is a temporary reduction or elimination of a tax. Governments usually create tax holidays as incentives for business investment. The taxes that are most commonly reduced by national and local governments are sales taxes. In developing countries, governments sometimes reduce or eliminate corporate taxes for the purpose of attracting Foreign Direct Investment or stimulating growth in selected industries.

Tax holiday is given in respect of particular activities, and sometimes also only in particular areas with a view to develop that area of business. Dari pengertian tersebut diketahu bahwa tax holiday merupakan pengurangan atau penghapusan pajak untuk sementara waktu bagi seorang wajib pajak. Hal ini oleh pemerintah di negara-negara berkembang digunakan sebagai insentif atau fasilitas guna menarik investor asing. Adapun pengertian yang sama terdapat dalam The Conteporary English-Indonesia Dictonary yakni bahwa tax holiday merupakan masa bebas pajak. Pemerintah berencana memperkuat payung hukum tax holiday sebagai bagian dari upaya menarik sebanyak mungkin investor menanamkan sahamnya di Indonesia. Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyatakan ketentuan tax holiday akan dimasukkan ke dalam Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) atau yang dikenal dengan Undang-Undang Perpajakan. Kepala BKPM yakin Undang-Undang Penanaman Modal dan Undang-Undang Perpajakan sebenarnya tidak bertentangan, justru dapat dianggap saling melengkapi. Untuk itu, Pemerintah akan membuat working group yang terdiri dari Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Kepala BKPM supaya melakukan rumusan-rumusan untuk menyikapi kebijakan fiskal kedepan untuk kepentingan investasi. Untuk industri yang mendapatkan tax holiday, lanjut Gita akan dilakukan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan wilayah dan industri. Pendekatan industri yaitu apakah industri itu merupakan industri prionir atau industri yang membuahkan lapangan kerja yang banyak. Sementara itu, untuk pendekatan wilayah, yang akan diprioritaskan adalah industri yang ada di luar Jawa, baik di Indonesia Timur atau dipakai melalui pendekatan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Menteri Perindustrian MS Hidayat menyatakan, Kementerian Perindustrian mengajukan penyaluran tax holiday salah satunya ke daerah Marauke dan luar pulau Jawa. Hal ini dikarenakan program perindustrian memang sekitar 75 persen ada di luar Pulau Jawa. Setelah menguraikan tentang rencana atau konsep kebijakan pemerintah tentang tax holiday maka berikut akan dianalisa secara makro mengenai dampak dari kebijakan tersebut; 1. Pendekatan Hukum Berbicara tentang hukum maka tentunya kebijakan tax holiday ini harus memiliki dasar hukum yang jelas serta tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar 1945, pasal 33 memang memberikan kewenangan kepada negara untuk menguasai cabang-cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak. Dengan adanya ketentuan demikian maka negara bertanggung jawab atas segala bentuk pemanfaatan

sumber daya alam agar digunakan secara maksimal bagi kesejahteraan rakyat. Bentuk tanggung jawab negara tersebut yakni dengan mengeluarkan peraturan-peraturan hukum agar dapat mengatur jalannya perekonomian, salah satunya yakni Nomor 25 Tahun 2007 Tentang penanaman Modal. Dalam Undang-Undang nomor 25 Tahun 2007, kebijakan tax holiday sendiri telah diatur secara jelas yakni dalam pasal 18 yang berisi tentang fasilitas yang diberikan kepada para investor tertentu yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal tersebut. Diantara berbagai fasilitas tersebut maka yang tentunya berkaitan dengan tax holiday yakni berupa pengurangan atau penghapusan pajak penghasilan badan. Permasalahan yang mendasar jika dikaji dari segi hukum yakni bahwa kebijkan tax holiday ini dari sisi peraturan perpajakan, belum ada salah satu pasal-pun yang mengakomodasi atau memberikan peluang untuk dilakukannya tax holiday. Dengan demikian maka tentunya rencana kebjakan tersebut haruslah diatur terlebih dahulu dalam Peraturan perpajakan di Indonesia dan tentunya bahwa kebijakan tersebut terlebih dahulu harus dikaji pula dari berbagai aspek-aspek yang lain seperti aspek ekonomi, politik maupun sosiologis. Menyangkut kajian dari aspek yang lain tersebut akan coba dianlisa oleh penulis dalam analasis berikutnya. 2. Pendekatan Ekonomi Rencana pemerintah untuk memberikan tax holiday sebagaimana yang diperoleh dari bahan hukum sukunder diatas yakni berbentuk pengurangan, penghapusan atau penundaan pajak bagi Investor tertentu yang melakukan usahanya di bidang industri pionir khususnya pembangunan infrastruktur dan menyerap tenaga kerja, atau setidaknya memenuhi persyaratan pemberian fasilitas sebagaimana dimaksud dalam pasal pasal 18 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007. Disisi lain pemberian fasilitas tax holiday tersebut untuk Investor yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Indonesia timur yang infrastrukturnya belum memadai sehngga bisa meningkatkan pemerataan pembangunan. Kebijakan ini, dari segi perekonomian khususnya perpajakan akan mengakibatkan potensi penerimaan negara lewat perpajakan khususnya pajak penghasilan badan tidak akan mengalami peningkatan selama periode tax holiday yang dalam sumber referensi lain diperkirakan penundaan pembayaran selama 2-5 tahun. Namun jika dikaji dari sudut pandang tenaga kerja maka potensi untuk menyerap tenaga kerja akan semakin meningkat, apalagi menyangkut pembangunan infrastruktur yang dalam prakteknya tentu saja menyerap banyak tenaga kerja. Peluang demikian tentunya akan meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya para buruh maupun tenaga terampil di bidang terkait dengan

pembangunan itu, jika demikian halnya maka tentunya bahwa disisi lain pajak penghasilan orang pribadi akan meningkat pula. Di bidang perbankan, dengan masuknya investor asing tentunya sangat besar pengaruhnya karena rata-rata meraka membawa dana atau modal usaha yang besar dan disimpan di bank. Dengan demikian maka tentunya sisi pasiva suatu bank akan semakin meningkat karena tabungan atau deposito yang bertambah. Dengan meningkatnya sisi pasiva suatu bank maka tentunya kinerja bank dalam lalu-lintas pembayaran semakin lancar. Dari sisi pasiva tersebut dana tersebut akan dialirkan melalui sisi aktiva berupa kredit maupun pembiayaan lainnya kepada masyarakat maupun negara. Dampak dari hal tersebut bagi masyarakat yakni bahwa penyaluran kredit usaha kepada masyarakat akan semakin meningkat, masyarakat akan semakin terpacu untuk berwirausaha. Dengan peluang wirausaha tersebut maka tentunya bahwa pendapatan masyarakat akan semakin meningkat dan dengan demikian pemasukan bagi negara lewat sektor pajak tersebut semakin meningkat. Bagi pemerintah tentunya bahwa dengan meningkatnya struktur permodalan perbankan maka aktivitas pemerintah maupun program-program pemerintah yang dananya diperoleh dari bank akan semakin lancar baik program kredit usaha rakyat maupun program-program pembangunan yang dibiayai oleh perbankan. Bagi negara disisi lain program tax holiday menyebabkan pemeritah akan terbantu dalam program-program pembangunan. Kebijakan tax holiday ini direncanakan pemerintah sebagaimana disampaikan menteri keuangan karena pemerintah tidak memiliki cukup dana untuk pembangunan infrastruktur. Jika memang dipaksakan untuk dilaksanakan oleh pemerintah maka jalan yang ditempuh pastinya dengan menghutang kepada luar negeri yang tentunya bungannya lebih tinggi dan menimbulkan beban dimasa yang akan datang. Utang pemerintah Indonesia sampai akhir Februari 2010 tercatat sebesar US$ 173,54 miliar atau setara dengan Rp 1.619,96 triliun. Jumlah ini bertambah sekitar Rp 29,3 triliun dibanding jumlah utang RI pada akhir 2009 yang sebesar US$ 169,22 miliar atau Rp 1.590,66 triliun. Demikian data yang dirilis Ditjen Pengelolaan Utang Kemenkeu, Senin (5/4/2010). Utang tersebut terdiri dari pinjaman US$ 65,06 miliar dan surat berharga US$ 108,48 miliar. Dengan menggunakan PDB Indonesia yang sebesar Rp 5.981,37 triliun, maka rasio utang Indonesia tercatat sebesar 27%. Dengan program tex holiday ini merupakan salah satu alternatif bagi pemerintah untuk lebih kreatif dalam mengusahakan pembangunan.

3. Pendekatan Pembangunan Pembangunan merupakan salah satu tolak ukur perekonomian tingkat perekonomian suatu negara. negara-negara maju rata-rata memiliki tingkat pembangunan yang lebih cepat khususnya menyangkut infrastruktur. Salah satu tujuan pemberian fasilitas tax holiday adalah untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur, khususnya di kawasan Indonesia timur dan daerah-daerah yang terpencil. Seperti diketahu untuk meningkatkan pembangunan daerah dan otonomi daerah maka pemerintah Indonesia memberikan kesempatan untuk beberapa daerah melakukan pemekaran wilayah. Presiden menyebutkan, sejak tahun 1999-2009 telah bertambah 205 daerah otonom baru, yang terdiri dari tujuh provinsi, 164 kabupaten, dan 34 kota. Dengan penambahan daerah-daerah otonom baru ini, berarti sekarang telah ada 524 daerah otonom, yang terdiri dari 33 provinsi, 398 kabupaten, dan 93 kota. Dari pemaparan presiden tersebut jika dihitung rata-rata maka dalam setahun ada 20 wilayah otonom baru yang terdiri dari 16 kabupaten dan 3 kota. Dengan hitungan rata-rata demikian maka tentunya pemerintah pusat sangat kesulitan untuk memberikan bantuan bagi pembangunan infrastrukur yang memadai. Infrastruktur merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang pembangunan dan aktivitas perekonomian. jika suatu daerah dimekarkan tetapi tidak memiliki infrastruktur yang memadai ibaratnya seperti memaksakan bayi yang baru lahir untuk berjalan. Dengan kenyataan yang demikian maka tentunya diperlukan Investor yang bersedia bekerjasama dengan pemerintah baik pusat maupun daerah untuk pembangunan infrastrukur tersebut. Dengan adanya tax holiday ini merupakan salah satu bentuk konsep kerjasama pemerintah dengan asing untuk menarik Investor dan dengan sendirinya pembangunan akan berjalan lancar dan bisa menciptakan pemerataan pembangunan. 4. Pendekatan Politik Pendekatan politik yang dimaksudkan disini bahwa tax holiday merupakan suatu cara untuk menarik investor asing ke Indonesia khususnya untuk PMA di bidang infrastruktur berupa sarana-sarana perhubungan dan transportasi dan sarana perekonomian lainnya. Hal ini mengingat bahwa pemerintah tidak memiliki dana untuk dapat mempercepat pemerataan pembangunan di daerah-daerah terpencil atau daerah-daerah yang baru dimekarkan. Dengan masuknya investor asing yang banyak tentunya bahwa hal ini akan menunjang Indonesia dalam memasuki era globalisasi dan memberikan peluang bagi iklin investasi di bidang lain dan tentunya masyarakat

bisa memudahkan proses alih teknologi dan menjadi pembelajaran bagi masyarakat indonesia agar lebih profesional di bidangnya. 5. Pendekatan Sosiologis Berbicara menyangkut aspek sosiologis maka tentunya harus didasarkan pada nilainilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Suatu kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah tentunya bukan hanya mempertimbangkan apek hukum saja melainkan aspek sosiologis masyarakat. Jika kita lihat dari aspek sosiologis maka dengan diberlakukannya tax holiday ini tentunya bertentangan dengan rasa keadilan bagi masyarakat. Disaat masyarakat dituntut oleh negara untuk giat membayar pajak, pemerintah malah memberikan keringanan pejak kepada subjek pajak tertentu. Namun hal ini berbanding terbalik jika kita telaah lebih jauh melihat pada subjek atau badan hukum yang diberikan keringanan pajak dan sektor usaha yang dilakukannya. Pembangunan infrastruktur di daerah-daerah merupakan sarana penunjang bagi perekonomian dan aktivitas warga, jika masyarakat sadar dan paham benar akan manfaat dari kegiatan investasi yang dilakukan maka gejolak rasa ketidakadilan itu bisa diminimalisir. Penyerapan tenaga kerja sebagai dampak dari investasi tersebut tetunya pula membawa suatu pengaruh yang positif karena bisa meningkatkan pendapatan masyarakat.

BAB III OPINI

Kajian diatas merupakan suatu pemikiran dari sudut pandang makro yang coba memaparkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi jika kebijakan tax holiday itu diterapkan oleh pemerintah. Berdasarkan uraian tersebut maka diperoleh kesimpulan bahwa dari segi hukum kebijakan tersebut masih membutuhkan suatu payung hukum yang jelas di bidang perpajakan dan tentunya membutuhkan analisa dari aspek-aspek yang lain. Dari sudut pandang ekonomi tentunya bahwa kebijakan tersebut jika benar-benar dilaksanakan maka potensi pendapatan negara melalui Pajak penghasilan badan yang seharusnya diperoleh menjadi hilang. namun disisi lain pajak penghasilan orang perorangan akan menjadi meningkat karena penyerapan tenaga kerja dari investasi yang diberikan tax holiday tersebut. Selain itu dari sektor perbankan, sisa pasivanya semakin bertambah karena masuknya modal asing yang besar, hal ini berdampak pada lalu lintas pembayaran semakin baik dan penyaluran dana ke masyarakat maupun pemerintah semaikn lancar. Kebijakan ini juga dari

aspek ekonomi menjadi alternatif bagi pemerintah untuk tidak menghutang kepada pihak luar negeri. Dari segi pembangunan kebijakan ini merupakan alternatif lain bagi pemerintah untuk bisa membangun daerah-daerah yang baru dimekarkan dalam hal penyediaan sarana infrastrukur. Kebijakan ini merupakan suatu cara untuk menarik investor asing untuk masuk ke Indonesia dan merupakan strategi politik pemerintah dalam hal pembiayaan pembangunan. Dan dari aspek sosiologis, kebijakan ini dirasa tidak adil bagi masyarakat karena seolah-olah memberikan diskriminasi dalam hal pembayaran pajak. Namun dilain pihak masyarakat pastinya akan merasa puas dengan tersediannya fasilitas infrastruktur yang disediakan oleh investor yang mendapatkan tax holiday. Adapun beberapa saran penulis menyangkut dampak kebijakan tax holiday ini yakni : 1. Bahwa terlepas dari kebijakan ini akan diberlakukan atau tidaknya, struktur dan sistem perpajakan di Indonesia ini perlu dibenahi terlebih dahulu sehingga tidak menimbulkan polemik bahkan menjadi sarang bagi koruptor untuk mendapatkan keuntungan. 2. Bahwa dilihat dari mekanisme perizinan maka pemerintah pusat harus bisa memberikan batasan yang tegas menyangkut kewenangan perizinan sehingga tidak menimbulkan konflik bagi pemerintah pusatdan daerah, apalagi dengan maraknya pungutan liar. Tentunya hal ini akan menjadi hambatan bagi investor untuk masuk ke Indonesia. 3. Bahwa koordinasi antara Menteri keunagan dan pihak-pihak terkait maupun pemerintah daerah harus dilaksanakan sehingga diperoleh suatu gambaran akan kebutuhan pembangunan dan infrastruktur di daerah-daerah yang akan diberikan fasilitas tax holiday bagi investor. 4. Bahwa pemerintah juga harus mengadakan evaluasi tentang insentif yang telah diberikan selama ini kepada investor, apakah insentif itu telah memberikan suatu manfaat yang berarti.

You might also like