You are on page 1of 107

Pilar-Pilar Kokoh Penopang Gereja

Prinsip Pertumbuhan Gereja dari Surat Kolose


Oleh : Pieter G.O. Sunkudon

Palu, Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia (STTII) Palu
Cetakan Pertama Mei 2013.
v + 101 hlm, 14 x 20 cm

Copyright 2013 ada pada penulis

ISBN 978-602-14125-0-3

Diterbitkan Oleh :
STTII Palu
Jl. Wisata Air Terjun Wera, Balumpewa, Dolo Barat, Sigi-
Biromaru, Sul-Teng.
Telp. (0451) 483676, Hp. 0852 4116 5552
E-mail : sttiipalu@gmail.com
pieter_gos@yahoo.com





Dicetak oleh:
Rio Offset
Jl. Tadulako, Palu, Sul-Teng

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk apapun dan
dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit. Hak cipta
dilindungi undang-undang.





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

Kenyataan Ironis
Risalah Tentang Judul

PILAR I : KUALITAS PELAYAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
Metamorfosa
Produktivitas
Karakter
Sinergi

PILAR II : IDENTITAS DIRI JEMAAT (1:2) . . . . . . . . . . . .33
PILAR III : KARAKTER JEMAAT (1:3-14) . . . . . . . . . . . . . 41
PILAR IV : PENGAJARAN ALKITABIAH (1:15 3:17) . . .47
Kristologi: Keutamaan Kristus
Misiologi: Penderitaan Dalam Pelayanan
Apologetika: Peringatan Tentang Ajaran Sesat
Karakter: Perilaku Praktis Jemaat

PILAR V : PELAKSANAAN MISI (Kol. 4) . . . . . . . . . . . . . 64
Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja

REFLEKSI BAGI GEREJA MASA KINI . . . . . . . . . . . . . . . 66
Evaluasi
Saran Praktis
Pilihan Pribadi Jemaat Awam dalam Gereja

PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 89

BIBLIOGRAFI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .93






KATA PENGANTAR

Pujian dan syukur penulis panjatkan, kepada Allah,
dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Penguasa jagad raya itu,
yang oleh kasih dan anugerah-Nya, penulis masih diberi
kesempatan untuk melayani di negeri tercinta Indonesia,
khususnya di kota Palu, Sul-Teng. Anugerah-Nya pulalah yang
memungkinkan penulis dapat menyelesaikan buku kecil ini.
Terima kasih kepada istri (Tinata Syella Rengku) dan
kedua anak penulis (Asael S.B. Sunkudon & Ahren T.C.
Sunkudon), pemberian-Nya yang paling berharga bagi penulis,
serta orang tua kami, yang terus mendorong, memberi semangat,
serta pengertian, dalam mendampingi penulis selama ini.
Rekan-rekan dosen, karyawan, mahasiswa, serta
sahabat-sahabat alumni Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia
Palu, yang selalu memberi inspirasi sekaligus membangkitkan
semangat untuk terus berkarya dan mengembangkan diri.
Para majelis, hamba-hamba Tuhan, serta jemaat
Gereja GKI Palu, yang juga selama ini menjadi sarana bagi
pembentukan karakter pelayan Tuhan bagi penulis. Sekaligus
seluruh pelayan Tuhan yang mengabdikan dirinya di gereja-
Pilar-Kokoh Penopang Gereja

gereja di seluruh Nusantara, kepada saudara-saudaralah buku ini
didedikasikan.
Ayat-ayat Alkitab yang dikutip tanpa keterangan
dalam buku ini, adalah dari Alkitab terjemahan baru Lembaga
Alkitab Indonesia tahun 2000. Untuk ayat-ayat dalam bahasa
Yunani, dikutip dari BibleWorks Greek LXX/BNT [CD ROM].
Akhirnya, hanya doa yang dapat penulis sampaikan
kepada Allah, untuk dapat membalaskan kemuliaan hati Anda
sekalian. Kiranya, Allahku akan memenuhi segala
keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam
Kristus Yesus (Flp. 4:19). Amin.







PENDAHULUAN

Dalam pengertian teologis, Gereja merupakan
representase riil Tuhan Yesus Kristus di dunia ini. Itulah
sebabnya eksistensi Gereja seharusnya memberi impak yang
signifikan terhadap dunia ini.
1
Layantara berkata, Gereja adalah
instrumen Kristus untuk melaksanakan program keselamatan
Allah bagi dunia. Kristus bekerja di dalam, melalui dan bersama
gereja-Nya demi mengaktualisasi kehendak Allah ini.
2

Berabad-abad lamanya Gereja eksis dan membaur di dunia ini
sehingga telah mempengaruhi sejarah bahkan hal tersebut terjadi
secara represif.






1
Bnd. John Stott, Isu-isu Global Menantang Kepemimpinan
Kristiani, pen., G.M.A. Nainggolan (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/OMF, 1996), 1-25.

2
Hanny Layantara, Kepemimpinan Gereja Lokal, Seminar
PATI STTII Yogyakarta, 21-25 Juni 2004.
2 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


Kenyataan Ironis
Dalam kemajuan zaman yang semakin pesat dan
rentan terhadap degradasi ini, Gereja seharusnya terus menjadi
panduan yang terlihat jelas dalam masyarakat, sebagaimana
mercusuar bagi sebuah kapal di lautan pada kegelapan malam,
sehingga dengan demikian kemerosotan yang begitu menekan
kehidupan manusia dari generasi ke generasi dapat dibendung.
Sebab memang Tidak dapat dipungkiri bahwa kemerosotan
moral semakin meningkat seiring perkembangan pada segala
aspek kehidupan manusia.
Tanggung-jawab ini bukanlah sesuatu yang ringan
untuk diemban namun hal ini bukanlah realita yang asing bagi
Gereja, sebab untuk itulah Gereja ada, diperlengkapi, diutus ke
tengah-tengah dunia ini serta diberi jaminan penyertaan
langsung oleh Yesus Kristus, Sang Penguasa Jagad itu (Mat.
28:19,20). Dalam tanggung-jawab yang sangat membanggakan
ini, Gereja haruslah benar-benar menampakkan kemajuan yang
dinamis seiring dengan pesatnya perkembangan dunia dalam
segala dimensi kehidupan.
Ironisnya, Tubuh Kristus (baca: gereja) masa kini
berada dalam situasi yang terdesak sehingga peninjauan kembali
Pendahuluan 3


terhadap nilai-nilai utama dalam pelayanan merupakan sesuatu
yang bersifat urgen.
Indikasi tentang adanya persoalan dalam hal
pertumbuhan gereja, baik kualitas maupun kuantitas, merupakan
titik tolak tulisan ini. Fenomena yang signifikan tentang aktifitas
pelayanan yang kurang seimbang, merupakan pokok yang masih
sangat membutuhkan perhatian dari semua pihak dalam lembaga
gereja, teristimewa oleh para pemimpin yang adalah penentu
arah bagi sebuah organisasi gereja. Situasi di atas bagi penulis
disebabkan oleh beberapa hal berikut.
Pertama, kurangnya pengetahuan yang benar
tentang unsur-unsur penting dalam pelayanan gereja. Pada era
perkembangan teknologi yang belum pernah terbayangkan oleh
manusia di masa lalu ini, seharusnya berbagai macam dalih
tentang tidak pentingnya pengetahuan teologi, baik yang bersifat
konsepsi maupun terapan, haruslah segera disingkirkan. Namun
fenomena yang patut disayangkan hingga hari ini adalah, masih
ada sebagian orang yang berpikir bahwa pengetahuan teologi
tidaklah perlu ketika seseorang akan terjun dalam pelayanan
secara langsung. Ungkapan-ungkapan yang skeptis bahkan sinis
tentang pendidikan teologi masih sering terdengar dari beberapa
orang percaya termasuk para pelayan Tuhan. Hal ini secara
otomatis menjadi salah satu penyebab tidak-lengkapnya
4 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


pengetahuan tentang Alkitab di antara para pelayan Tuhan yang
tetap bertahan pada pemahamannya itu.
Kedua, pemahaman tentang standar Alkitabiah
mengenai perkembangan sebuah gereja sebagai tubuh Kristus
yang simpang-siur. Selanjutnya perbedaan yang disebabkan oleh
berbagai macam alasan, menghasilkan munculnya berbagai
macam standar
3
dari berbagai golongan di dalam gereja. Orang
percaya lain berpikir bahwa kuantitas adalah yang utama
sementara itu yang lainnya lagi bertahan bahwa kualitas lebih
dari segala-galanya.
4

Ketiga, penekankan yang tidak seimbang terhadap
unsur-unsur dalam pelayanan praktis. Penekanan secara
berlebihan bagi suatu bidang pelayanan namun pengabaian
terhadap bidang pelayanan penting lainnya. Sebagai contoh
langsung berhubungan dengan hal ini adalah mengenai dana
yang dikeluarkan oleh beberapa gereja Tuhan untuk berbagai


3
Yang penulis maksudkan di sini adalah standar tentang
seberapa signifikan bertumbuhnya sebuah gereja.

4
Fenomena ini juga diamati oleh seorang pakar pertumbuhan
gereja C. Peter Wagner. Wagner berkata, Kuantitas saja tidak cukup tanpa
kualitas yang sama. . .. Ia juga menambahkan saya tidak yakin kita perlu
untuk menetapkan kualitas melawan kuantitas. Kita bisa dan seharusnya
memiliki keseimbangan. C. Peter Wagner, Memimpin Gereja Anda Agar
Bertumbuh, peny., Erna Iskandar, Ike Wihana F.B. dan Hosea S.L., pen.,
Indriyati Subandi (Jakarta: Harvest Publishing House, 1995), 24, 25.
Pendahuluan 5


bidang pelayanan, di beberapa gereja terlihat bahwa dana untuk
program pembelian peralatan musik begitu besar, sementara
untuk program misi tidak terlihat sama sekali atau sekalipun
terlihat, diusahakan ditekan agar pengeluaran untuk hal ini
semakin sedikit. Sementara itu, di beberapa gereja terlihat lebih
berkonsentrasi pada pembangunan fisik namun mengabaikan
program pengajaran. Bahkan ada yang lebih tertarik untuk
mendepositokan pemasukan tiap bulannya dibanding
memanfaatkannya untuk kebutuhan pelayanan. Dan masih
banyak hal lainnya yang menunjukan tidak-seimbangnya
penekanan dalam bidang-bidang kompleks dalam pelayanan. Ini
juga merupakan kenyataan dalam keberlangsungan pelayanan
gereja Tuhan.
Keempat, penafsiran terhadap Firman Tuhan yang
tidak konsisten. Permasalahan ini bukanlah merupakan sesuatu
yang baru bagi gereja,
5
sebaliknya hal ini merupakan problem
klasik yang bukannya semakin terkikis habis namun semakin
subur dan menjalar ke berbagai lapisan dan denominasi.


5
Kenyataan ini dapat ditemukan dalam surat-surat yang dikirim
oleh rasul-rasul kepada jemaat, yang salah satunya oleh Paulus kepada jemaat
di Kolose. Terlihat jelas di sana bahwa salah satu isu hangat yang dibicarakan
Paulus adalah mengenai pengajaran sesat. Lih. penjelasan tentang latar
belakang Surat Kolose oleh Donald C. Stamps, peny., Alkitab Penuntun
Hidup berkelimpahan, pen., Nugroho Hananiel (Malang: Gandum Mas,
1994), 1986, 1987.
6 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


Munculnya berbagai macam pengajaran sumbang merupakan
pembuktian signifikan bagi kenyataan ini.
6

Ditambah lagi, para pengkhotbah (tentu saja tidak
semua) mulai menghindari penelitian Alkitab secara induktif
untuk khotbah-khotbahnya, tidak lagi berfokus pada pesan yang
sesungguhnya, malah menggantinya dengan motivasi-motivasi,
yang bersumber bukan dari Alkitab, akhirnya predikat
pengkhotbah yang melekat pada dirinya lebih pantas diganti
dengan motivator. Bukanlah salah jika memberi dorongan
kepada umat melalui khotbah, namun pertanyaannya, apakah itu
yang benar-benar ingin disampaikan Alkitab?
Kelima, sikap yang eksklusif oleh beberapa
anggota dan organisasi gereja. Mungkin secara riil gejala ini
tidak begitu terlihat, namun pada dasarnya pemikiran sempit dan
bahkan apatis terhadap denominasi lain terkadang menjadi
penghalang tercapainya pekabaran Injil sampai ke ujung
dunia. Pengintimidasian terhadap denominasi-denominasi baru
yang muncul belakangan masih sering terjadi di beberapa daerah


6
Sebagai contoh persolaan ini di masa kini terlihat pada
kericuhan yang diciptakan oleh orang-orang yang menyebut dirinya
pengagum yahweh. Namun hal ini telah dibantah oleh beberapa orang
seperti I.J. Satyabudi dalam bukunya. Lih. I.J. Satyabudi, Kontroversi Nama
Allah (Jakarta: Wacana Press, 2004).
Pendahuluan 7


di Indonesia,
7
sehingga dengan demikian halangan besar
terhadap tumbuh kembangnya Tubuh Kristus bukan saja berasal
dari luar tetapi juga dari dalam Tubuh itu sendiri.
Beberapa pertanyaan yang berusaha dijawab dalam
diskusi ini adalah sebagai berikut: Nilai-nilai apa saja yang
dikemukakan oleh Paulus dalam Surat Kolose mengenai
perkembangan pelayanan gereja yang ideal? Sehingga yang
kedua, apa saja yang dapat menjadi indikator pertumbuhan
gereja yang ideal di masa kini? Ketiga, bagaimana persoalan
ketidak-seimbangan dalam pertumbuhan Gereja ini dapat
diselesaikan berdasarkan Surat Kolose ini?

Risalah Tentang Judul

Penulis menggunakan istilah risalah
8
pada judul
bagian ini, sebab di dalamnya akan dijelaskan tentang, apa yang
dimaksud penulis dengan judul yang tertera pada sampul buku
ini.


7
Sangat disayangkan hal ini masih saja terjadi di kalangan
gereja Tuhan padahal Paulus telah menegurnya sejak awal. Lih. I Korintus
12.

8
risalah berarti, yang dikirimkan (surat, utusan, dsb.); surat
edaran (selebaran); karangan ringkas mengenai suatu masalah di ilmu
pengetahuan. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia
(Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 1309.
8 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


Klausa Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja,
digunakan karena penulis menganalogikan tubuh Kristus
sebagai sebuah bangunan, yang di dalamnya harus memiliki
struktur yang lengkap untuk dapat berdiri kokoh.
9
Adapun
Pilar-pilar di sini menunjuk pada setiap pokok utama, yang
merupakan hasil telaah terhadap Surat Kolose.
Penulis berasumsi bahwa prinsip-prinsip yang
ditemukan dari Surat Kolose, jika diterapkan secara konsisten
dalam sebuah gereja lokal, maka tumbuh-kembang gereja
tersebut dapat dijamin.


9
Bandingkan Paulus dalam Efesus 2:19-22.







PILAR I: KUALITAS PELAYAN

Scazzero berkata, seperti apa para pemimpinnya,
seperti itu juga gerejanya.
1
Tumbuh kembang sebuah gereja
dimulai dari para pelayannya. Penulis sengaja tidak menyebut
pemimpin untuk orang-orang yang mengabdi ini, demi
menegaskan tugas mereka yang sesungguhnya.

Metamorfosa
Istilah metamorfosa (juga metamorfosis) dalam dunia
biologi berarti, perubahan susunan seperti berudu menjadi katak;
peralihan bentuk (mis. dari ulat menjadi kepompong, kemudian
menjadi kupu-kupu); istilah ini juga sering digunakan dalam
ilmu geologi dengan arti, proses perubahan struktur batuan krn
peristiwa tekanan dan pemanasan yg sangat tinggi.
2

Paulus menggunakan istilah ini dalam konteks
perubahan pola pikir (Rm. 12:2). Istilah serupa juga digunakan


1
Peter Scazzero dan Warren Bird, Gereja yang Sehat Secara
Emosional dan Spiritual, peny. Ostaria Silaban, pen. Grace P. Christian
(Batam: Gospel Press, 2005), 27.

2
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia
(Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 1021.
10 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


oleh para penulis Injil ketika menuliskan peristiwa yang dialami
Yesus di atas sebuah gunung (Mat. 17:2; Mrk. 9:2).
Metamorfosis yang dibicarakan di sini juga secara
literal berarti berubah, yakni berubah dalam hal pikiran,
perasaan, dan kehendak, tentu saja kearah yang lebih baik.
Pokok ini muncul dari asumsi penulis bahwa, kualitas seseorang
selalu terjadi melalui proses.

Identitas Paulus
Paulus adalah salah seorang yang memiliki peran
penting dalam Surat Kolose. Selain sebagai penulis, Paulus juga
merupakan bapak rohani, bukan saja bagi beberapa orang yang
namanya disebut dalam Surat, namun lebih dari itu bagi jemaat
secara keseluruhan. Beberapa hal mengenai pribadi kunci ini
akan diuraikan berikut ini.
Paulus, yang juga bernama Saulus ini, disebut dalam
Perjanjian Baru sebanyak seratus delapan puluh kali. Dua puluh
dua kali disebut Saulus dan seratus lima puluh delapan kali
disebut Paulus.
3
Sepintas, melihat dominasinya dalam
Perjanjian Baru, dapatlah disimpulkan bahwa pribadi ini
bukanlah pribadi yang patut untuk dilewatkan dalam


3
Mary Hartanti Widiasih, Paulus dalam Biodata Tokoh-tokoh
Alkitab Perjanjian Baru (t.k.: t.p., t.t.), 68.
Pilar I: Kualitas Pelayan 11


pembahasan. Bahkan Russell Spittler berkata, Selain dari
Kristus sendiri, tidak ada tokoh lain yang begitu penting dalam
Perjanjian Baru seperti Paulus.
4

Penampilan Fisik
Berdasarkan informasi dari beberapa sumber, secara
fisik sepertinya Paulus bukanlah seorang yang tampan atau
rupawan. Ia dideskripsikan sebagai, bertubuh pendek, kakinya
agak bengkok, perawakannya kekar, alisnya tebal hingga saling
bertemu, hidungnya sedikit lengkung. . ..
5
Asumsi ini juga
mendapat penegasan dari beberapa tulisannya sendiri yang
mengindikasikan, betapa Paulus tidak pernah membanggakan
keadaan dirinya secara fisik namun lebih cenderung mengakui
kelemahannya (2 Kor. 10:10; 1 Kor. 2:1,3; 2 Kor. 11:6).
6

Namun demikian, penulis masih sedikit meragukan
deskripsi di atas apabila memperhitungkan keanggotaan Paulus
dalam kelompok Farisi sekaligus Sanhedrin.
7
Sebab salah satu
persyaratan yang ditekankan untuk menjadi anggota dalam


4
Russell P. Spittler, Pertama dan Kedua Korintus (Malang:
Gandum Mas, 1988), 112.

5
Sostenis Nggebu, Dari Betsaida Sampai Ke Yerusalem, peny.
Bestiana Simanjuntak dan Ridwan Sutedja (Bandung: Kalam Hidup, 2002),
22.

6
Spittler, Pertama, 113.

7
Nggebu, Dari Betsaida, 25-27.
12 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


kelompok tersebut adalah kesempurnaan fisik.
8
Tetapi menurut
penulis diskusi mengenai pokok ini bukanlah sesuatu yang
sangat penting untuk persoalkan lebih jauh, sebab tidak begitu
mempengaruhi penafsiran bagian demi bagian yang akan
diuraikan dalam tesis ini.
Keluarga
Mengenai latar belakang keluarganya, Paulus adalah
seorang dari suku Benyamin yang lahir dan dibesarkan di kota
Tarsus di Kilikia (Kis. 9:11; 21:39; 22:3; Rm. 11:1). Dalam
Kisah Para Rasul 23:6, di hadapan Mahkamah Agama Paulus
mengakui bahwa ia juga adalah keturunan Farisi. Ini
menunjukan bahwa Paulus benar-benar seorang yang bertumbuh
dalam lingkungan keluarga yang sangat religius.
Kewarganegaraan
Berbicara tentang status politiknya, Paulus adalah
seorang warga negara Romawi (Kis. 16:37; 22:25-29). Yang
mana pada masa itu, bangsa Romawi telah menguasai dunia
dengan penerapan berbagai peraturan hukum, mengenai


8
Diktat Kuliah: Injil-injil Sinoptik dan Kisah Para Rasul, sem. I,
1988.
Pilar I: Kualitas Pelayan 13


bermacam-macam kepentingan. Salah satunya adalah
perlindungan terhadap hak-hak warga-negara Roma.
9

Pendidikan
Dari banyak sumber terlihat jelas bahwa Paulus
merupakan seorang yang terpelajar. Bahkan berbicara mengenai
kualitas kesarjanaannya, ia adalah seorang cendikiawan yang
sangat cerdas. Keluarga terpelajar merupakan faktor penting
dalam perkembangan inteligensi Paulus. Ia terkondisi dengan
pola pikir edukasi dari dalam keluarganya, ditambah dengan
lingkungan tempat tinggalnya, yaitu kota Tarsus, yang
merupakan kota pendidikan pada masa itu.
10
Namun Paulus
tidak menempuh jenjang pendidikannya di kota kelahirannya
itu. Ia belajar di Yerusalem oleh bimbingan guru besar
Gamaliel,
11
seorang yang memiliki gelar terhormat rabban
yang berarti guru kami.
12

Satu istilah yang dapat menyimpulkan informasi di
atas adalah perubahan. Perubahan yang terjadi secara
progresif baik sebelum maupun sesudah ia mengenal pribadi


9
E. A. Judge, Roma, dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini,
peny. Um. H. A. Oppusunggu dan yang lainnya, pen. Broto Semedi, 2:321-
323.

10
E. E. Ellis, Paulus, dalam Ensiklopedi, Peny. Um. H. A.
Oppusunggu dan yang lainnya, pen. M. H. Simanungkalit, 2:208.

11
Illumina: Gamaliel, dalam Ensiklopedi. [CD ROM]

12
BibleWorks6: Gamaliel, dalam Fausets Bible Dictionary,
[CD ROM]
14 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


Kristus. Perkembangan intelektual dan spiritualnya telah
berlangsung pesat, yang mana hal itu telah terbentuk dengan
dukungan dari lingkungan dan banyak faktor signifikan lainnya.
Produktivitas
Jelas dalam Alkitab bagaimana Paulus telah
mendedikasikan hidupnya untuk Kristus melalui pelayanan Injil.
Banyak hal yang telah dikontribusikan Paulus selama hidupnya
sebagai orang percaya. Namun dalam bagian ini hanya beberapa
hal yang paling menonjol saja yang akan penulis paparkan.
Pertama, penanaman Gereja. Semasa hidupnya
sebagai rasul, Paulus telah begitu aktif terlibat dalam pelayanan
pekabaran Injil bahkan tidak jarang, buahnya adalah sebuah
jemaat baru. Tiga kali bahkan empat perjalanan misinya
bukanlah pekerjaan yang sia-sia, sebaliknya telah membuahkan
banyak jemaat baru serta lebih dari itu telah mengokohkan
keyakinan beberapa di antaranya.
13
Kolose bukan salah satu
yang dibukanya, namun Paulus memiliki andil dalam
pembinaannya, walau hanya dengan cara korespondensi.
14

Kedua, penulisan Surat. Mungkin pelayanan ini
dapat juga termasuk dalam bentuk pembinaan rohani jemaat.


13
Widiasih, Paulus dalam Biodata Tokoh-tokoh, 71-79.

14
Kolose 1:1.
Pilar I: Kualitas Pelayan 15


Namun menurut penulis adalah baik jikalau digunakan istilah
penulisan surat, sebab pokok yang sedang dibicarakan di sini
adalah mengenai karya-karyanya. Selama pelayanannya, Paulus
telah menulis dan mengirimkan sekian banyak Surat, baik
kepada pribadi maupun komunitas-komunitas Kristen pada
masanya. Dengan ilham Roh Kudus, ia telah membimbing
Jemaat Tuhan, bukan saja pada jaman gereja mula-mula namun
hingga kini. Salah satunya adalah Surat yang dijadikan landasan
tesis ini, yaitu Surat Kolose.
15

Ketiga, pemuridan. Dalam perjalanan Paulus sebagai
penginjil, telah dicatat, baik oleh tabib Lukas dalam Kisah Para
Rasul, maupun dalam Surat-suratnya sendiri bahwa ternyata
Paulus bukan saja seorang church planter yang berhasil, namun
juga adalah seorang mentor yang jenius pembentukan
pemimpin baru. Beberapa orang yang berhasil dimuridkannya
tercatat dalam Surat Kolose, mereka adalah Timotius, Epafras,
Tikhikus, Onesimus dan bahkan kemungkinan besar Lukas,
Filemon
16
serta beberapa yang lain, pernah dibimbing oleh
Paulus.
Karakter


15
Douglas Berglund, Time Line Pauls Letters, dalam Catatan
Kuliah: Kekristenan dan Budaya, MA.Miss (2007).

16
Lih. Filemon.
16 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


Dalam diskusi tentang karakter Paulus ini, penulis
mencoba untuk memaparkannya secara terbatas, yakni
berdasarkan pengamatan terhadap beberapa bagian dalam Surat
Kolose saja. Beberapa pembagian klausa dalam bagian
pembukaan Surat akan menjadi landasan kajian ini. Sebab,
penulis mengamati beberapa hal menarik sehubungan dengan
karakter Paulus dalam bagian tersebut. Beberapa kutipan berikut
akan dijabarkan untuk menemukan prinsip-prinsip berkenaan
dengan karakter Paulus.
Rasul Kristus Yesus (1:1). Karakter Paulus yang
pertama terlihat dari caranya memperkenalkan diri, yakni
sebagai, arcc:c+c, Xp:c:c: `Ipcc: (avpostolosj Cristou/
Vihsou).
17
Dari ungkapan ini dapat dilihat bagaimana Paulus
begitu menyadari akan identitasnya, dalam hal ini berkenaan
posisi dirinya di hadapan Kristus.
Penggunaan istilah avpostolosj yang diterjemahkan
rasul oleh Lembaga Alkitan Indonesia, sebelum diadopsi ke
dalam Perjanjian Baru, bukanlah istilah yang dimengerti dalam
konteks, sebagaimana dipahami Gereja pada masa kini. Istilah
ini diambil dari termin pelayaran, yakni dari kata kerja to send


17
Kolose 1:1. Terj. BibleWorks New Testament [CD ROM]
(selanjutnya untuk ayat-ayat dalam terjemahan bahasa Yunani dikutip dari
BibleWorks New Testament).
Pilar I: Kualitas Pelayan 17


atau mengutus/mengirim. Ini menunjuk pada satu atau
sekelompok kapal yang dipimpin untuk melakukan sebuah
ekspedisi kelautan. Hal tersebut bukanlah berbicara tentang
otoritasnya, namun hanya merupakan sebuah kesadaran untuk
menjadi utusan. Bahkan kemudian, istilah ini bisa berarti, biaya,
daftar hasil penjualan dan bahkan juga paspor.
18

Selanjutnya istilah yang diambil dari kata kerja
apostellw ini diterapkan dalam Perjanjian Baru, terhadap
beberapa orang, Yesus sebagai utusan Allah (Ibr. 3:1), pada
utusan Allah untuk berfirman ke Israel (Luk. 11:49), dan utusan
gereja (2 Kor. 8:23; Flp. 2:25). Tapi juga dipakai khusus
mengenai kelompok pejabat tertinggi dalam gereja purba.
Menarik karena istilah ini memiliki pengertian sedikit lebih
dalam dari pada istilah pempw yang yang juga berarti
mengutus. Nampaknya apostellw lebih dipahami sebagai
mengutus dengan tujuan khusus, sekalipun pada beberapa
bagian kedua istilah ini digunakan tanpa memberi arti yang
berbeda.
Bertolak dari itu, istilah avpostolos atau rasul yang
diterapkan kepada kedua belas murid, mengacu pada tugas
mereka untuk menjadi utusan-utusan Kristus dengan tujuan


18
Ilummina Gold: arcc:c+c,, dalam Ensiklopedia, Tyndale
House Publishers: 2003. [CD ROM]
18 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


pemberitaan namaNya. Dengan modal pengalaman serta
pembelajaran yang intensif bersama Tuhan Yesus. Itulah
sebabnya para rasul adalah pengukur ajaran dalam persekutuan
gereja Tuhan.
19

Oleh Paulus gelar ini selalu digunakan dalam surat-
suratnya termasuk dalam Surat Kolose. Hal ini menyiratkan
beberapa hal menarik yang penting untuk dicermati. Pertama,
ini menunjukan kesadaran akan tugas dan tanggung jawabnya
secara penuh di hadapan Kristus. Dengan memperkenalkan diri
sebagai rasul Kristus, Paulus sedang menegaskan bahwa, betapa
ia bertanggung jawab atas tugas yang diebankan kepadanya,
yaitu pemberitaan Injil. Ia meyakini bahwa pertemuannya
dengan Kristus di jalan menuju Damaskus menjadikannya
sebagai saksi dari kebangkitan Kristus (Kis. 9:1-19a; 22:6-16;
26:12-18; bnd. Galatia 1:17).
Kedua, pengakuan kerasulannya juga menunjuk pada
fungsinya sebagai bagian dari pembangunan tubuh Kristus yaitu,
adalah tolok ukur pengajaran dalam gereja. Sebagaimana
ditegaskan dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, bahwa
gereja dibangun atas dasar para rasul dan nabi (Ef. 2:20).


19
A. F. Walls, Rasul, dalam Ensiklopedi, pen. Sijabat-Runkat,
peny. Um. H. A. Oppusunggu dan yang lainnya, 2:307
Pilar I: Kualitas Pelayan 19


Ketiga, panggilannya yang jelas juga merupakan
alasan bagi Paulus untuk menekankan gelar istimewa ini.
Panggilan ilahi, yaitu penugasan langsung oleh Tuhan Yesus
merupakan salah satu syarat bagi seorang yang disebut rasul
Kristus Yesus. Bahkan keyakinan ini beberapa kali ditegaskan
Paulus dalam surat-suratnya (Rm. 1:1; 1 Kor. 1:1; Gal. 1:1,15,
dsb.).
Dan keempat, pengakuan diri sebagai rasul Kristus
Yesus menyiratkan kerendahan hati Paulus untuk tunduk
kepada Kristus yang sebelumnya sangat ditentangnya. Harus
diakui bahwa, ideologi yang telah tertanam dalam diri seseorang
selama puluhan tahun, merupakan hal yang paling sulit untuk
diubah. Kenyataan ini juga berlaku tidak terkecuali kepada
Paulus. Pengubahan keyakinan mengenai Hukum Taurat serta
cara pandang kepada Kristus dan para murid, tentunya bagi
Paulus bukanlah sesuatu yang tidak membutuhkan pergumulan.
Namun pengakuannya sebagai rasul telah membuktikan
kerendahan hatinya untuk berbalik dalam pandangan dan
ideologinya sebelum mengenal Tuhan.
20

Oleh Kehendak Allah (1:1). Mengenai karakter
Paulus selanjutnya, masih dalam 1:1, yaitu dalam frase dia.
c+pa:c, cc: (diav qelh`matos qeou/). Jika mencermati


20
Band. Filipi 3:8.
20 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


hubungan kata demi kata dalam ayat 1 dan 2 berdasarkan
struktur kalimatnya, maka fungsi preposisi yang dipadankan
dengan kata benda dalam bentuk kasus genetif, maka
diavpada bagian ini sedang berbicara mengenai suatu sebab
atau alasan dari sebuah kegiatan.
21
Sementara satu-satunya
kegiatan yang tersirat adalah menulis surat. Singkatnya, yang
menjadi penyebab atau alasan dari kegiatan Paulus dalam
menulis Surat Kolose adalah kehendak Allah. Namun yang
lebih menarik di sini, bahwa ternyata preposisi ini, dapat
digunakan dengan makna temporal, sehingga menegaskan kurun
waktu atau peristiwa yang terjadi bersamaan dengan tindakan
kata kerja pokok.
22
Jadi, adalah sangat logis jika preposisi ini
juga bermaksud untuk menjelaskan bahwa, segala hal, baik
dalam penulisan Surat maupun panggilan serta kerasulannya,
adalah berdasarkan kehendak Allah sendiri. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa, melalui bagian ini terlihat bahwa
sesungguhnya Paulus dalam segala aspek hidupnya berorientasi
pada kehendak Allah.
Timotius Saudara Kita. Cara pandang Paulus
terhadap anak rohani-nya terlihat di bagian terakhir 1:1,


21
Petrus Maryono, Diktat Kuliah: Gramatika dan Sintaksis
Bahasa Yunani Perjanjian Baru, 1994, 68,69.

22
Ibid.
Pilar I: Kualitas Pelayan 21


menurut penulis, sapaan c aoc+]c, (o` avdelfosj) atau
saudara itu oleh Paulus bagi Timotius merupakan sesuatu
yang unik. Secara literal istilah ini berarti saudara kandung,
tentu saja dalam konteks ini istilah o` avdelfos bukan
dimengerti secara demikian. Namun dalam bagian ini, sapaan
tersebut sangatlah pantas untuk dimengerti secara figuratif, yang
menunjuk pada pengertian anggota komunitas Kristen, dan
assosiasi para pekerja rohani. Bagi orang Yahudi istilah ini bisa
menunjuk pada saudara sebangsanya (Kis. 3:22). Dan terakhir
dimengerti dalam hubungan persahabatan (Mat. 5:22).
23
Melihat
berdasarkan istilah yang sama, yang juga digunakan Paulus
ketika menyapa Jemaat, penerima suratnya, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan mengenai prinsip-prinsip yang dimiliki
Paulus dalam hal pemahaman akan hubungannya dengan orang
percaya lainnya. Bagi penulis, dari sapaan di atas, terlihat kasih
sayang dan ketulusan hati kepada sesama orang percaya
sehingga menghasilkan kepedulian yang intens, serta dukungan
yang penuh kepada seorang anak rohani untuk menghasilkan
buah dalam pelayanannya.
Realita dan kesimpulan di atas, semakin jelas pada
ayat-ayat selanjutnya. Dalam bagian terakhir ayat 2, Paulus
mengucap berkat bagi jemaat serta mendoakan jemaat untuk


23
BibleWorks6: aoc+]c, c: c brother, dalam Friberg
Lexicon. [CD ROM]
22 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


pertumbuhan rohani mereka pada beberapa ayat selanjutnya
(1:3, 9-11). Bertolak dari itu, penulis tertarik untuk menjabarkan
secara terperinci mengenai berkat yang diucapkan Paulus pada
bagian ini, sebagaimana yang juga biasa ditulisnya dalam surat-
surat lainnya.
24

Sinergi
Dalam Surat Kolose Paulus mencantumkan beberapa
nama dari pribadi-pribadi yang berperan penting dan tentu saja
dikenal oleh jemaat, baik yang bersama-sama Paulus maupun
bersama-sama para penerima Surat. Beberapa hal istimewa
berhubungan dengan pribadi-pribadi tersebut juga terkadang
dikemukakan Paulus, sehingga sangat bijaksana jka tidak
dilewatkan untuk disimak.
Tikhikus (4:7,8). saudara kita yang kekasih, hamba
yang setia dan kawan pelayan dalam Tuhan. Ia kusuruh
kepadamu dengan maksud, supaya kamu tahu akan hal ihwal
kami dan supaya ia menghibur hatimu. Yang berperan sebagai
kurir dalam pengiriman Surat Kolose adalah seorang yang
bernama Tikhikus. Berdasarkan Kisah Para Rasul 20:4, ternyata
Tikhikus berasal dari Asia. Sekalipun mungkin Kolose bukanlah
tempat asalnya, namun perjalanannya kali ini juga dapat


24
Pokok ini akan dibahas pada bagian berikutnya.
Pilar I: Kualitas Pelayan 23


dikatakan pulang ke kampung halaman. Dalam ekspedisi ini,
bukan hanya Surat Kolose yang dibawa oleh Tikhikus, tetapi
juga sepertinya ada Surat lainnya yaitu, Surat untuk Jemaat di
Efesus.
25

Sangat menarik ketika Paulus mendeskripsikan
Tikhikus di hadapan Jemaat Kolose. Ia disebut saudara kita
yang kekasih, hamba yang setia dan kawan pelayan dalam
Tuhan. Citranya dikemukakan Paulus dalam tiga frase yang
positif. Pertama, frase c aarp:c, aoc+]c, (o` avgaphtos
avdelfosj). Sebagaimana Timotius, Tikhikus juga disebut
saudara oleh Paulus dengan menambahkan kata sifat o`
avgaphtos. Posisi atributif
26
dalam paradigma kata sifat ini
menunjukan suatu penekanan yang khusus.
27
Besar
kemungkinan bahwa, hal ini menunjukan pokok yang
dikemukakan di sini adalah bagaimana kasih yang layak
diterima oleh tikhikus sebagai saudara, bagaimanapun
keadaannya sebagai pribadi.
Kedua, Tikhikus diterangkan sebagai seorang
r:c:c, o:akcc, (pistosj dia]konoj s), secara sederhana
diterjemahkan hamba yang setia oleh Lembaga Alkitab


25
Jarry Autrey, Surat Kiriman Penjara (Malang: Gandum
Mas, 1998), 155.

26
Lih. Keterangan dalam Saparman, Diktat Kuliah: Bahasa
Yunani, MA.Miss: 2007, 20.

27
Maryono, Diktat Kuliah, 61.
24 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


Indonesia. Dapat dipahami bahwa keterbatasan bahasa,
seringkali menyebabkan kurang lengkapnya hasil terjemahan
dari teks asli. Itulah sebabnya penting untuk
membandingkannya dengan beberapa Alkitab terjemahan
lainnya. Istilah trustworthy dipakai dalam terjemahan The
New American Bible untuk mewakili kata sifat pistosj ini.
Sedangkan dalam terjemahan King James Version disebut
dengan istilah faithful, demikian juga dalam beberapa
terjemahan Bahasa Inggris lainnya.
28
Namun Dalam Friberg
Lexicon istilah ini dijelaskan sebagai berikut:
(1)Bentuk aktif; (a) seorang yang sedang meyakini,
mempercayai, penuh iman, penuh kepercayaan (Yoh.
20:27); (b) tentunya, sebagai kata sifat percaya (dalam
Kristus) (Kis. 16:1); secara substantive orang percaya (2
Kor. 6:15); c: r:c:c: c: r:c:c: c: r:c:c: c: r:c:c:, secara literal orang-orang
percaya, yakni orang Kristen (1Tim. 4:3); r:c:p r:c:p r:c:p r:c:p
seorang percaya wanita, wanita Kristen (1T 5.16); (2)
bentuk passif; (a) pribadi-pribadi yang dapat dipercaya,
beriman, dapat dijadikan tempat bersandar (Kol. 4:7),
lawan dari istilah ao:kc, ao:kc, ao:kc, ao:kc, (tidak bijak); (b) kesetiaan
Allah (Ibr. 10:23); (c) sehubungan dengan hal-hal,
khususnya berhubungan dengan apa yang disebut yakin,
kenyataan, dapat diterima (1 Tim. 1:15)
29



28
Beberapa terjemahan tersebut dapat dilihat dalam BibleWorks
6. [CD ROM]

29
BibleWorks6: r:c:c, p c dalam Friberg Lexicon.
Pilar I: Kualitas Pelayan 25


Ternyata bahwa, Tikhikus bukanlah seorang pelayan
yang sekadar setia saja, namun kesetiaannya tesebut memiliki
suatu nilai yang lebih. Ia adalah seorang yang percaya,
berkeyakinan dan penuh iman. Sebagaimana seharusnya desain
dari seorang Kristen.
30

Ketiga, frase c:oc:+c, c k:p:a (su]ndoulosj evn
kuri^w). Tikhikus bukan hanya disebut sebagai hamba yang
penuh iman namun ia juga diterangkan sebagai seorang
su]ndoulosj dalam Tuhan. Ada beberap kali kata dasar istilah
ini digunakan dalam Perjanjian Baru, namun dalam bentuk
nominatif maskulin tunggal, hanya empat kali istilah ini dipakai
dalam Alkitab (Mat. 18:29; Kol. 4:7; Why. 19:10; 22:9).
31

Dalam setiap konteks ayat-ayat tersebut, istilah ini menunjuk
kepada seseorang, yakni hamba, dengan menekankan
kesejajaran status.
Onesimus (4:9). Dalam perjalanannya, Tikhikus
bersama-sama dengan seorang budak dari seorang kaya di
Kolose yang bernama Filemon,
32
yakni Onesimus. Sebelumnya
ia telah melarikan diri, dan dimenangkan oleh Paulus dalam



30
BibleWorks6: Faithful, dalam Eastons Bible Dictionay.


31
Lih. BibleWorks 6: Keterangan dalam BNM Morph +
Barclay-Newman

32
Lih. Surat Filemon.
26 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


Penjara. Ada banyak penafsiran mengenai kasus Onesimus
sehubungan dengan Filemon, namun hal yang dapat
disimpulkan di sini bahwa, ada suatu perubahan yang terjadi
dalam dirinya. Apapun pelanggaran yang pernah dilakukannya,
yang jelas adalah kini Onesimus kembali kepada Filemon
dengan membawa sepucuk surat, sekaligus permohonan maaf.
Surat dari Paulus tersebut adalah yang dinamakan Surat Filemon
dalam kanon Perjanjian Baru.
33
dari saudara kita yang setia dan
yang kekasih, seorang dari antaramu (bnd. Filemon).
Sekali lagi Paulus menekankan kesejajaran status
dalam Kristus, dalam penjelasannya mengenai Onesimus. Ia
menyebutnya sebagai saudara kita yang setia dan yang
kekasih, sekalipun kemungkinan besar, sebelumnya ia dikenal
sebagai seorang yang tidak setia terhadap tuannya Filemon.
Kepada Filemon Paulus seolah-olah mendesak agar Onesimus
dapat diterima dengan penuh keterbukaan.
34
Bahkan ia
ditekankan sebagai, seorang dari antaramu. Untuk
mengingatkan jemaat pada kebersamaan mereka sebelumnya.
Aristarkus, Markus, Yustus (4:10-11). Dalam
kesusahan Paulus dalam penjara, ada tiga orang yang disebutnya


33
Autrey, Surat Kiriman, 155.

34
Filemon.
Pilar I: Kualitas Pelayan 27


sebagai temanku sepenjara, teman sekerja serta
penghibur, yaitu Aristarkus, Markus, Yustus. Salah seorang
dari mereka yaitu Markus, kemungkinan besar akan segera
mengunjungi Jemaat Kolose, sehingga Paulus meminta jemaat
agar terimalah dia, apabila dia datang kepadamu (4:11).
Mengenai Markus, sebelumnya Paulus pernah tidak
mengijinkannya untuk turut dalam perjalanan pelayanan, bahkan
hal tersebut sempat meimbulkan perselisihan antara Paulus
dengan Barnabas.
35
Namun kali ini terlihat betapa Paulus sangat
senang dengan kehadirannya. Nyata bahwa, tidak ada persoalan
yang dapat menghalangi lancarnya keberlangsungan pelayanan.
Epafras (4:12-13). Peran seorang gembala yang
bernama Epafras dalam pertumbuhan rohani jemaat Kolose,
merupakan hal yang begitu signifikan. Seorang dari Kolose ini
dikatakan telah secara konsisten mendoakan kerohanian jemaat,
sehingga pertumbuhan kearah kedewasaan terus berlangsung
secara progresif. Adapun bentuk partisip kini untuk kata kerja
yang diterjemahkan bergumul (aa:,ccc,-
avgwnizo!menosj), sedang menunjukan usaha yang sangat keras
dan intesif dalam mendoakan jemaat,dan dilakukan secara


35
Kis. 15:37-39.
28 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


progresif dalam hal waktu.
36
Sebagaimana seorang olah-
ragawan yang sedang berjuang dalam sebuah pertandingan
atletik untuk meraih gelar juara.
37
Kecintaan Epafras sebagai
seorang gembala terhadap jemaat, mmungkinkan hal tersebut
mampu untuk dilakukannya.
Tidak ada keterangan yang jelas mengapa Epafras
tidak kembali ke Kolose untuk menyampaikan Surat Paulus.
Mengenai hal ini, Autrey mengemukakan dua kemunginan
yaitu, pertama, Nampaknya Epafras telah dipenjarakan
bersama Paulus.
38
Namun ia juga berkata, yanga kedua, . . .
bisa berarti bahwa Epafras memilih untuk tinggal bersama
Paulus dan tidak ditahan oleh penguasa Romawi.
39
Namun
yang jelas, dialah yang membawa kabar tentang keadaan jemaat
kepada Paulus yang berada di Roma.
40

Nimfa (4:15). Selanjutnya Paulus menyapa dengan
salamnya, kepada jemaat yang ada di Laodikia serta seorang


36
Fritz Rienecker, Colossians, dalam A Linguistic Key To The
Greek New Testament, peny. Cleon L. Roger Jr. (Grand Rapids: Zondervan
Publishing House, 1980), 584.

37
Barclay-Newman, avgwnizo,menoj dalam Greek English
Dictionary dalam BibleWorks 6.

38
Autrey, Surat Kiriman, 156.

39
Autrey, Surat Kiriman, 156.

40
Kol. 1:7.
Pilar I: Kualitas Pelayan 29


yang rumahnya dipakai sebagai sarana persekutuan, yakni
Nimfa. Nampaknya di sini Nimfa berperan sebagai orang yang
menyediakan akomodasi untuk pelayanan. Nampaknya rumah
Nimfa dipakai sebagai Pos Pelayanan Injil di daerah dekat
Laodikia. Kesejajaran antara ketiga obyek dari kata kerja
imperatif `Acracacc (VAspa!sasqe) yang diterjemahkan
salam oleh Lembaga Alkitab Indonesia,
41
menunjukan bahwa
jemaat yang berada di rumah Nimfa bukanlah jemaat Laodikia.
Jadi jemaat di rumah Nimfa ini dapat dikatakan sebagai cabang
dari gereja di Laodikia atau dalam istilah yang populer pada
masa kini, Pos Pekabaran Injil (dari jemaat Laodikia). Tidak ada
keterangan mengenai waktu berdirinya Pos Pelayanan ini,
namun kemungkinan besar jemaat yang berada di Laodikia lebih
dahulu berdiri lalu kemudian mereka membuka cabang di rumah
Nimfa. Di sini nampak jiwa misioner dalam diri mereka, baik
jemaat Laodikia maupun Nimfa.
Lukas dan Demas (4:14). Dalam Surat Kolose ini,
Paulus juga tidak lupa menyampaikan salam dari beberapa
orang yang ada bersama-sama dengannya di Roma. Ada dua
nama yang disebutnya, yakni Lukas dan Demas. Menarik karena
tiga kali Paulus menyebut nama kedua orang ini dalam tiga


41
Setiap pembahasan yang berhubungan dengan diagram
Bahasa Yunani, dikutip penulis berdasarkan diagram dalam program
Komputer BibleWorks 7. [CD ROM]
30 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


suratnya. Dua kali pencantuman yang dapat dikatakan sama,
dalam hal konteks, yakni dalam Surat kepada jemaat Kolose dan
kepada Filemon yang juga berada di Kolose. Namun penyebutan
yang ketiga, terdapat dalam Surat keduanya kepada Timotius,
yang ditulis Paulus beberapa tahun kemudian.
42

Dalam 2 Timotius 4:10-11 Paulus berkata, karena
Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah
berangkat ke Tesalonika. Kreskes telah pergi ke Galatia dan
Titus ke Dalmatia. Hanya Lukas yang tinggal dengan aku.
Bukan pujian yang dikatakan Paulus dalam bagian ini, namun
sebaliknya ungkapan rasa kecewa. Kelihatannya, dari kedua
orang ini, yang tetap bertahan dalam jalur pelayanan hanya
Lukas, sedangkan Demas memilih untuk mengubah jalur.
Adapun beberapa tahun kemudian, tabib Lukas menghasilkan
buku dari catatan-catatannya mengenai sejarah gereja, yakni
Injil Lukas dan Kisah Para Rasul.
43
Tidak ada keterangan lebih


42
D. Guthrie, Timotius dan Titus, Surat-surat Kepada dalam
Ensiklopedi Alkitab, peny. Um. H.A. Oppusunggu dan yang lainnya, pen.
M.H. Simanungkalit, 2:479.

43
Tidak ada keterangan secara biblika mengenai hal ini namun,
Tradisi Kristen mula-mula mengatakan bahwa Injil ketiga dan kitab Kis
ditulis oleh seorang non-Yahudi berbahasa Yunani. . .. Ia dokter medis,
berpendidikan dan menjadi kawan seperjalanan Rasul Paulus. Ia bernama
Lukas. J.N Geldenhuys, Lukas, Penulis Injil, dalam Ensiklopedi Alkitab,
pen. Soelarso Sopater, 1:654.
Pilar I: Kualitas Pelayan 31


lanjut mengenai pelayanan Demas, setelah meninggalkan
Paulus.
Arkhipus (4:17). Selanjutnya ada himbauan tentang
pelayanan kepada seorang hamba Tuhan yang bernama
Arkhipus. Kata kerja imperatif kini yang digunakan Paulus pada
kata perhatikanlah, lebih jelas dapat diterjemahkan teruslah
perhatikan.
44
Ini menunjukan bahwa himbauan ini sebenarnya
bukan disebabkan oleh kelalaian Arkhipus dalam hal
melaksanakan tugas-tugas pelayanannya, namun ia hanya terus
diberi dorongan untuk mempertahankan prestasinya.
Adapun mengenai jenis pelayanan yang diterimanya,
nampak berdasarkan istilah diakoni,an (diakoni!an) yang dipakai
di sana bahwa, Arkhipus adalah seorang diaken. Yang mana
secara semantik, kata benda yang berfungsi sebagai obyek
dalam kalimat ini, digunakan dalam berbagai konteks pelayanan.
Dalam Kekristenan, kata ini mengacu pengertian yang cukup
luas. Cakupan pelayanan berhubungan dengan istilah ini yakni,
dapat berupa pelayanan meja sampai kepada pelayanan
pekabaran Injil.
45
Jadi ternyata, Arkhipus adalah seorang yang
memiliki tanggung jawab besar dalam jemaat, kepercayaan yang


44
Lih. Maryono, Diktat Kuliah, 106.

45
W.E. Vine, Ministering, Ministration, Ministry, dalam An
Expository Dictionary Of New Testament Words (New Jersey: Fleming H.
Revell Company, 1966), 3:74-75
32 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


diberikan kepadanya telah dijalankan dengan benar dan
dorongan agar mempertahankannya terus diberi oleh Paulus.
Sehingga hasilnya akan menjadi semakin sempurna.
Sebuah konklusi yang dapat ditarik sehubungan
dengan bahasan tentang beberapa pribadi di atas tidak lain
adalah, usaha Paulus dalam menciptakan suatu sinergi dalam
keberlangsungan pelayanan yang tengah dilaksanakan pada
waktu itu. Sapaan-sapaan yang dikemukakan Paulus kepada
pribadi-pribadi di atas juga jemaat, menunjukan konektisitas
yang baik di antara mereka. Keadaan yang sangat kondusif ini
tentu saja ingin terus dipertahankan Paulus dalam pelayanan di
antara mereka, baik antara jemaat dengan para pelayan Tuhan,
jemaat dengan jemaat serta di antara para pelayan Tuhan.
Menurut penulis, sinergi merupakan istilah yang paling tepat
untuk menyimpulkan bagian ini.







PILAR II: IDENTITAS DIRI JEMAAT (1:2)

Sudah menjadi warna dalam tulisan-tulisan Paulus, ketika
ia memberi deskripsi tentang identitas rohani penerima suratnya.
Dalam konteks Surat Kolose, beberapa hal mengenai penerima
suratnya diidentifikasi sebagai

saudara-saudara yang kudus dan yang


percaya dalam Kristus di Kolose. Kasih karunia dan damai sejahtera
dari Allah, Bapa kita, menyertai kamu (1:2).
Kata sifat a`gi,oij (a`gi!ois). Menurut informasi dari
Rienecker, kata sifat ini dapat berarti suatu subtitutive yakni
saudara-saudara yang kudus atau juga dapat berarti sebagai
subtitutive yang berindikasi pada suatu tingkatan tertentu dalam
masyarakat yakni pribadi-pribadi yang kudus.
1
Adapun mengenai
istilah subtitutive dalam kutipan di atas, Hornby dalam Oxford
Advanced Learners Dictionary Of Current English, menjelaskan
sebagai berikut:
Substitute. Sebagai kata benda~ (untuk seseorang atau
sesuatu) seseorang atau sesuatu yang menggantikan, tidakan
untuk atau melayani sebagai seseorang atau sesuatu yang lain.
. .. Substitute. Sebagai verbal. (a) Seseorang/sesuatu yang


1
Rienecker, Colossians, dalam A Linguistic Key, 564.
34 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


menempatkan atau memakai seseorang atau sesuatu pada
posisi seseorang atau sesuatu yang lain. (b) untuk
seseorang/sesuatu yang bertindak atau melayani sebagai
pengganti.
2

Bertolak dari itu, kembali pada istilah a`gi! ois di atas, dapat dilihat
bahwa sesungguhnya ada masa dimana jemaat belum menjadi kudus
dan akhirnya tiba pada suatu titik dimana substansi ini berlaku pada
mereka.
Mengenai istilah ini, Porter menjelaskan bahwa,
Atas dasar karakter dan perilaku Kudus Allah serta sebagai
konsekuensi dari pada karya penyelamatan Kristus, Paulus
menekankan bahwa orang-orang percaya juga telah menjadi
kudus atau telah disucikan. Bagi Paulus, kekudusan atau
kesucian adalah merupakan status dalam karya keselamatan,
dan bahkan lebih penting lagi berkenaan dengan etika serta
kesempurnaan eskatologikal.
3

Lebih dari itu Porter juga menambahkan bahwa pemakaian istilah
Orang-orang kudus atau para Santo ini menunjuk pada anggota-
anggota komunitas Kristen, yang mana kepada mereka Paulus
mengalamatkan Surat-suratnya. Ia menyapa mereka sebagai orang-
orang kudus. Istilah kudus bagi orang Kristen, bukanlah sekadar
sebutan sehubungan dengan kondisi saja. Namun dalam pandangan


2
A.S. Hornby, Substitute, dalam Oxford Advanced Learners
Dictionary Of Current English, peny. Jonathan Crowther, Kathryn Kavanagh
dan Michael Ashby (Oxford: Oxford University Press, 1995), 1192.

3
Gerald F. Hawthorne, Ralph Martin dan Daniel G. Reid, Peny.
Um., Holines, Sanctification, dalam Dictionary Of Paul And His Letters,
Oleh S.E. Porter (Illinois: InterVarsity Press, 1993), 397.
Pilar II: Identitas Diri Jemaat (1:2) 35


Paulus, kekudusan adalah menyangkut dua hal, yakni suatu kondisi
dan juga merupakan sebuah proses, yang mana setiap orang percaya
terlibat dalam pekerjaan Allah, Kristus, atau bahkan Roh Kudus. Hal
ini sejajar dengan penyebutan bagi umat Allah dalam Perjanjian Lama
(bnd. Rom. 12:1; 15:16; Kol. 1:22; 3:12; Ef. 1:4; 5:27).
4

Mengenai penggunaan istilah ini dalam Surat Kolose,
Porter menjelaskan bahwa, Kolose 1:28 dan Efesus 4:13 memiliki
perspektif konseptual yang sama terhadap pengudusan, lebih dari itu
penggunaan istilah teleios (sempurna) telah merangkum
keseluruhan istilah yang ingin digunakan Paulus untuk Orang
Percaya.
5

Frase (toi/j) pistoi/j avdelfoi/j evn Cristw (pistois
avdelfois evn Cristw). Terjemahan langsung dari posisi atributif
pada ajektifal ini adalah, saudara-saudara yang percaya dalam
Kristus. Adapun istilah pistois di atas diambil dari kata adjektif
verbal pisto,j pisto,j pisto,j pisto,j (pistosj j ) yang menurut Strong Concordance dijelaskan:
pisto,j pisto,j pisto,j pisto,j pistos {pis-tos'}. arti: 1) percaya, beriman 1a)
seseorang yang menunjukan keyakinan mereka dalam sebuah
transaksi bisnis, suatu eksekusi dari sebuah komando, atau
perintah untuk pembebasan dari suatu tugas 1b) seseorang
yang tetap mempertahankan kepercayaannya secara serius
sekalipun dalam keadaan sulit, layak dipercaya 1c) hal itu
dapat menjadi nyata 2) dapat dengan mudah dipercaya 2a)
mempercayai, meyakini, mengimani 2b) dalam Perjanjian


4
Hawthorne, Martin dan Reid, Peny. Um., Holines,
Sanctification, dalam Dictionary Of Paul, 397.

5
Ibid., 401.
36 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


Baru, seseorang yang percaya kepada janji Allah ialah 2b1)
seseorang yang meyakini bahwa Yesus telah bangkit dari
kematian 2b2) seseorang yang meyakini bahwa Yesus adalah
Mesias dan pembawa keselamatan.
6

Jadi menurut penjelasan dari kutipan di atas nyata bahwa
tidak semua orang di Kolose mamiliki atribut ini. Apalagi konteks
yang sedang dibicarakan dalam bagian Surat ini adalah para pengikut
Kristus. Yang mana telah terbukti bahwa, memang ketika seseorang
memiliki serta menyadari akan pistos dalam dirinya maka
kapabilitasnya dalam berbagai proses iman akan terus berkembang
secara progresif. Sehingga hasil akhirnya adalah pertahanan yang
teguh dalam iman kepada Tuhan Yesus.
Posisi dalam Kristus sedang berbicara tentang
hubungannya dengan jemaat Kolose yang sudah berlaku sebelumnya.
Yakni pribadi-pribadi yang memiliki hubungan saudara karena sama-
sama berada dalam Kristus. Berada dalam ikatan keluarga dalam
Kristus. Prinsip relasi ini sama sekali tidak dibatasi oleh hubungan
darah, daerah tempat tinggal, budaya, warna kulit atau hal-hal yang
menonjolkan perbedaan lainnya. Paulus secara tidak langsung telah
menunjukan bahwa apabila seseorang menjadi percaya kepada Kristus
maka secara otomatis ia akan berada pada hubungan yang unik, bukan
saja dengan Kristus sebagai Tuhannya namun juga dengan orang-
orang percaya lainnya di manapun berada, yakni sebagai saudara-
saudaranya.


6
BibleWorks6: pisto,j dalam Stongs Cocordance.
Pilar II: Identitas Diri Jemaat (1:2) 37


Pada bagian akhir ayat 2 Paulus mengucapkan berkat
yang sangat istimewa bagi jemaat dengan berkata Kasih karunia dan
damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, menyertai kamu. Dalam bagian
ini beberapa prinsip mengenai berkat dapat diuraikan. Pertama, ia
mengemukakan isi berkat yang diperuntukan bagi orang percaya
tersebut. Dengan cara yang unik, Paulus sering mengucapkan bagi
jemaat melalui surat-suratnya bahwa, ca,rij u`mi/n kai. eivrh,nh avpo. qeou/
patro.j h`mw/n (caris u`mi/n kai eivrhnh avpo qeou/ patros h`mw/n).
Berkat yang diucapkan Paulus di sini bukanlah sekadar berkat jasmani
yang dapat diukur secara indrawi.
Istilah caris dalam penggunaan umumnya mencakup
aspek yang sangat luas. Dalam penjelasannya mengenai konsep
pilihan dalam konteks keselamatan, Marantika menginformasikan
bahwa, dalam literatur Yunani istilah ini menunjuk pada sesuatu yang
mendatangkan kepuasan dan menjamin sukacita. Suatu keindahan
dalam bentuk obyektif (lahiriah) dan secara subyektif sikap bathin
yang dirasakan terhadap seseorang (bathiniah).
7
Artinya juga
berhubungan dengan perasaan timbal balik dari penerima, yaitu rasa
syukur. Syukur dalam bentuk kata kerja pembantu berarti bagi
kepentingan memperoleh sesuatu.
8
Dalam Perjanjian Baru, arti
caris berhubungan dengan sukacita dan kepuasan serta keindahan
(Luk. 4:22; Ef. 4:29); perbuatan baik, kasih, karunia, simpati (Luk.
1:3; 2:52; Kis. 7:10,46; 11:23); yang berhubungan dengan Allah


7
Chris Marantika, Soteriologi and Spiritual Life (Yogyakarta:
Iman Press, 2001), 5-10.

8
BibleWorks6: ca,rij dalam Friberg Lexicon.
38 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


menyatakan kasihNya tanpa disebabkan kebaikan (Kis. 11:23; Rm.
11:6; 2 Kor. 4:15; 6:1; 2 Tes. 1:2); penggunaan dalam pengucapan
syukur (1 Tim. 1:12; 2 Tim.1:3; 1 Kor. 10:3); Menyatakan faedah-
faedah (berkat-berkat) yang bersumber kepada anugerah keselamatan
dalam Kristus, yang meliputi anugerah keselamatan oleh Yesus (1 Pet.
1:10,13; 2 Kor. 8:9), Kristus pribadi sebagai wujud anugerah
kebenaran (Yoh. 1:8; 1 Kor. 15:8-10), seluruh kondisi keselamatan
seseorang (Rm. 5:2; 1 Pet. 5:12), juga berkat-berkat sementara di
dunia ini (2 Kor. 9:8, 6-7).
9

Jadi secara luas dapat dikatakan bahwa, ucapan berkat
yang diucapkan Paulus ini, sekalipun merupakan hal yang sering
diucapkan, bukan berarti bobotnya menjadi ringan. Sebaliknya,
melalui ucapan berkat ini, Paulus ingin selalu mengingatkan setiap
pembaca Suratnya mengenai kebesaran anugrah Allah yang berlaku
atas mereka. Sebab di dalamnya mengandung makna yang sangat
dalam yakni, penebusan, pimpinan, penghiburan kekal serta
pengharapan abadi.
Berkat yang berikutnya ialah, eivrhnh. Istilah yang
dalam bahasa Ibrani disebut ~Al+v' (lm) biasanya diucapkan sebagai
salam sapaan.
10
Namun makna literal dalam kata ini sesungguhnya
sangat dalam. eivrhnh dalam paradigma tata bahasa Yunani, adalah


9
Vine, Grace dalam An Expository Dictionary, 1:169-171.

10
Kenyataan ini dapat dilihat pada terjemahan istilah eivrhnh
untuk kata lm dalam Septuaginta. BibleWorks6: LXX Septuaginta Rahlfs.
Pilar II: Identitas Diri Jemaat (1:2) 39


sebuah kata benda feminin tunggal yang dalam penggunaannya
ditempatkan pada kasus nominatif, yang menunjuk pada subyek dalam
sebuah kalimat. Jelas bahwa, kata eivrhnh bukanlah sesuatu yang
ditindaki/dikerjakan oleh seseorang atau jelasnya kata kerja, tetapi
eivrhnh adalah sesuatu yang dapat menghasilkan atau menyebabkan
sesuatu terjadi. Sebuah benda yang diberikan bagi seseorang sehingga
dapat dimiliki untuk diaktifkan.
Vine menjelaskan bahwa,
istilah ini mendeskripsikan, (a) hubungan yang harmonis
antara manusia (Mat.10:34; Rm.14:19); (b) antara bangsa
(Luk.14:32; Kis.12:20; Why.6:4); (c) antara sahabat (Kis.
15:33; 1 Kor.16:2; Ibr.11:31); kebebasan dari segala bentuk
gangguan kejahatan (Luk.11:21; 19:42; Kis.9:31; (e) tugas
kenegaraan (Kis.24:2); dalam gereja (1 Kor.14:33); (f)
Keharmonisan hubungan antara Allah dan Manusia, yang
disempurnakan dalam Injil (Kis.10:36; Ef.2:17); nilai dasar
dari suatu peristirahatan dan segala hal yang termuat di
dalamnya (Mat.10:13; Mrk. 5:34; Luk.1:79; 2:29; Yoh.14:27;
Rm.1:7; 3:17; 8:6; juga menjelaskan tentang hubungan yang
tidak terpisahkan hingga pada akhir jaman (Rm. 5:1).
11

Dalam konteks Kolose 1:2, Vine menambahkan bahwa dengan
kesabaran, setiap orang percaya akan dikuatkan dengan segala
kekuasaan. Ini dimungkinkan oleh Roh Tuhan yang ada dalam
diri setiap orang percaya (Ef. 3:16).
12



11
Vine, Peace, Peaceable, Peaceably, dalam An Expository
Dictionary, 3:167-168.

12
Ibid.
40 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


Kesimpulan yang dapat ditarik di sini ialah bahwa,
bagi Paulus berkat yang paling esensi dalam kehidupan Kristen
adalah berkat rohani yang telah diperuntukan khusus bagi orang
percaya, bukan berkat jasmani yang hanya bernilai untuk masa
kini saja, sekalipun itu berguna. Pemahaman akan bagian yang
istimewa ini, merupakan hal yang sangat penting bagi setiap
orang percaya. Dengan demikian kelimpahan berkat dalam
kehidupan Kristen bukanlah berdasarkan materi yang hanya
dapat diukur secara indrawi, serta dapat dimiliki oleh setiap
orang di dunia ini sekalipun tidak percaya. Namum lebih dari itu
berkat yang paling istimewa dan khusus hanya dimiliki orang
percaya, yakni berkat kekal yang sama sekali tidak terbatas oleh
ruang bahkan waktu. Identitas rohani yang dipahami secara
benar oleh setiap orang percaya, akan membawa mereka kepada
pembentukan karakter yang progres sehingga menghasilkan
integritas ideal.







PILAR III: KARAKTER JEMAAT (1:3-14)
Fakta mengenai karakteristik jemaat Kolose jelas
dinyatakan Paulus dalam ungkapan syukur yang sangat mendalam.
Kabar yang diterimanya dari Epafras (1:7) sungguh memberikan
semangat yang baru bagi dirinya sebagai pelayan Tuhan. Nyata bahwa
jerih lelah mereka dalam pelayanan selama ini, baik oleh Paulus
maupun para pelayan Tuhan lainnya termasuk Epafras telah
menghasilkan buah. Beberapa hal mengenai pertumbuhan ini
dikemukakan Paulus secara terperinci.
Dalam dua paragraf selanjutnya setelah ucapan salam
Paulus, penulis mengamati adanya pertumbuhan karakter yang
dinamis dari sisi jemaat Kolose, melalui kebanggaan dan dukungan
Paulus melalui doa dan motivasi. Pada paragraf yang pertama dalam
bagian ini (3-8), Paulus berkata:
Kami selalu mengucap syukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita
Yesus Kristus, setiap kali kami berdoa untuk kamu,
4
karena
kami telah mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus
dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, oleh
karena pengharapan, yang disediakan bagi kamu di sorga.
Tentang pengharapan itu telah lebih dahulu kamu dengar
dalam firman kebenaran, yaitu Injil,
6
yang sudah sampai
kepada kamu. Injil itu berbuah dan berkembang di seluruh
dunia, demikian juga di antara kamu sejak waktu kamu
42 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


mendengarnya dan mengenal kasih karunia Allah dengan
sebenarnya.
7
Semuanya itu telah kamu ketahui dari Epafras,
kawan pelayan yang kami kasihi, yang bagi kamu adalah
pelayan Kristus yang setia.
8
Dialah juga yang telah
menyatakan kepada kami kasihmu dalam Roh.
Pertama, imanmu dalam Kristus. Istilah iman yang
digunakan di sini dalam paradigma bahasa Yunani, agak sedikit
berbeda dengan iman yang telah dijelaskan sebelumnya. Istilah
pi,stin yang diambil dari akar kata benda feminin tunggal pi,stij, pada
bagian ini berkasus akusatif, yaitu sebagai obyek dalam kalimat.
Dalam kamus Yunani-Indonesia, Newman Jr. menuliskan (mengenai
arti kata), , f iman, kepercayaan, keyakinan; iman kristen;
kekuatan iman (Rom. 14:22, 23); (?) ajaran (Yud. 3,20); tanggungan,
bukti (Kis. 17:31); janji (1Tim. 5:12).
1

Lebih lanjut dalam Strongs Exhaustive Concordance Of
The Bible, James Strong mengiformasikan:
, - Persuasion. Yaitu percaya dalam atau menerima
kebenaran dari suatu hal; Conviction (dari sebuah kebenaran
agamawi atau kebenaran Allah atau guru agama), sering
dipakai sebagai kepercayaan kepada Kristus untuk
memperoleh keselamatan; secara abstrak menunjuk pada
kualitas dalam pengakuan iman; sistem kebenaran religi (Injil)
itu sendiri:- jaminan, keyakinan, Kepercayaan, iman,
kesetiaan.
2



1
Barclay M. Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia, Jakarta:
BPK Gunung Mulia,1997), 134.

2
James Strong, dalam Strong Exhaustive
Concordance Of The Bible, (t.k: t.p, t.t), t.h (no. 4102).
Pilar III: Karakter Jemaat (1:3-14) 43



Keyakinan, kepercayaan, kesetiaan, ketaatan, keteguhan dan
sebagainya yang berhubungan erat dengan keselamatan di dalam
Kristus, dapat dikatakan tercitra dalam istilah ini. Dalam kata ini
terlihat potensi yang besar dalam kehidupan kekristenan. Sebab
kesadaran terhadap membuat seseorang dapat memperoleh
kepenuhan dalam Tuhannya, Yesus Kristus. Suatu pelayanan yang
teraplikasi secara vertikal. Jemaat Kolose memilikinya sehingga rasa
syukur Paulus terungkap dalam Surat ini.
Kedua, iman kepada Kristus di atas dibarengi dengan
kasihmu terhadap semua orang kudus. Hal istimewa berikutnya
yang nampak dalam kehidupan orang percaya di Kolose ialah kasih
yang diterapkan kepada saudara-saudara seiman, secara horisontal.
Pelayanan ke dalam ini telah disaksikan dengan jelas oleh Epafras,
seorang pembina rohani, yang tentu saja memahami secara persis
standar rohani sebuah pelayanan. Sehingga laporannya tentang hal ini
kepada Paulus sungguh dapat diterima tanpa ragu.
Istilah avga,ph (avga!ph) dipakai Paulus dalam bagian ini,
dengan jelas menunjukan bentuk kasih yang diterapkan oleh jemaat
Kolose. Yaitu kasih yang secara khusus menunjuk pada kasih yang
tulus tanpa menuntut balas. Dalam jemaat mula-mula, istilah ini
kadangkala mengacu pada kegiatan jamuan kasih yang sering
diadakan di dalam jemaat. Yang mana di dalamnya nampak jelas
44 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


persekutuan yang indah antar personal dalam komunitas Allah.
3

Keadaan indah ini jelas menunjukan seberapa signifikan pertumbuhan
karakter jemaat di Kolose pada waktu itu.
Ketiga, Paulus menyimpulkan kedua hal baik di atas
dengan berkata bahwa semuanya itu merupakan, Injil itu berbuah dan
berkembang di seluruh dunia, demikian juga di antara kamu sejak
waktu kamu mendengarnya dan mengenal kasih karunia Allah dengan
sebenarnya (1:6b). Buah dari Injil tersebut tidak lain adalah iman dan
kasih dalam jemaat. Bentuk partisip kini pasif dari kata auvxano,menon
(auvxano!menon) menunjuk pada suatu pertumbuhan yang terjadi
secara dinamis. Rienecker menjelaskan bahwa kata ini menunjuk
pada suatu perkembangan keluar lebih dari bagian sebelumnya,
sehubungan dengan pekerjaan rohani secara personal.
4

Bahkan Paulus menambahkan dalam bagian ini bahwa
pertumbuhan rohani yang diakibatkan penerimaan terhadap Injil oleh
jemaat di Kolose belum pernah mengalami stagnasi. Pertumbuhan ini
telah berlangsung sejak waktu kamu mendengarnya dan mengenal
kasih karunia Allah dengan sebenarnya (1:6c). Bentuk aoris, aktif,
indikatif dari istilah hvkou,sate (hvkou!sate) dari akar kata avkou,w
(avkou!w) dan evpe,gnwte (evpe!gnwte) dari kata evpiginw,skw (evpiginw!skw)
menunjukan bahwa, kepentingan peristiwa tersebut bukan terletak
pada unsur waktunya melainkan pada hakekat dari peristiwa itu


3
BibleWorks6: Agape dalam ISBE Bible Dictionary.

4
Rienecker, Colossians, dalam A Linguistic Key, 565.
Pilar III: Karakter Jemaat (1:3-14) 45


sendiri.
5
Jadi dalam bagian ini terlihat bahwa ternyata, kelangsungan
pertumbuhan yang dinamis itu bertolak pada peristiwa pendengaran
dan pengenalan, yang dibicarakan di atas.
Pada paragraf berikutnya yakni dalam ayat 9-14, Paulus
mengemukakan suatu motivasi dengan cara mengemukakan pokok-
pokok doa yang selama ini dinaikannya sehubungan dengan
perumbuhan rohani jemaat. Secara kontekstual, bagian ini jelas
merupakan lanjutan dari ucapan syukur Paulus dalam ayat 3. Ia
melanjutkannya dengan mengemukakan beberapa permohonannya
kepada Allah selama ini untuk jemaat.
Bentuk middle dari dua istilah yang disejajarkan yakni
proseuco,menoi (proseuco!menoi) dan aivtou,menoi (aivtou!menoi),
mengindikasikan bahwa, dalam permohonannya ini, bukan saja jemaat
yang akan menerima keuntungan, namun juga memberikan insentif
bagi Paulus sendiri. Menarik karena untuk istilah aivtou!menoi dalam
terjemahan versi King James diterjemahkan dengan istilah to
desire,
6
yakni menunjukan permohonan yang sangat kuat,
7
atau dapat
diterjemahkan sebagai hasrat dalam Bahasa Indonesia.
Paulus memohon kepada Allah untuk menolong mereka
mengetahui hal-hal yang Dia ingin mereka kerjakan (1:9); memohon
kepada Allah agar memberikan pemahaman rohani yang mendalam


5
Lih. Maryono, Diktat Kuliah, 122-123.

6
BibleWorks6: Terj. Alkitab King James with Strongs and
Jenewa Notes.

7
Hornby, desire. Dalam Oxford Advanced, 315.
46 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


bagi mereka (1:9); Memohon kepada Allah untuk menolong mereka
hidup bagi Nya (1:10); memohon kepada Allah untuk memberikan
pengetahuan yang lebih lagi tentang diri-Nya (1:10); memohon
kepada Allah agar memberikan kepada mereka kekuatan dalam
menghadapi penderitaan (1:11); serta memohon kepada Allah untuk
memenuhi mereka dengan sukacita, kekuatan dan ucapan syukur
(1:11).
Permohonan-permohonan di atas tentu saja erat kaitannya
dengan situasi yang sedang dihadapi jemaat. Yang mana maraknya
pengajaran sesat dalam jemaat sedang berlangsung dengan gencar
serta tekanan-tekanan dari pihak luar, yakni pemerintahan Nero.
8

Dalam kondisi ini, Paulus memahami bahwa, pentingnya berdoa untuk
jemaat merupakan hal yang tidak tergantikan oleh apapun. Dan hal
inipun disampaikan kepada jemaat. Urgensi dari situasi ini
memerlukan perhatian yang ekstra dari para pemimpin rohani,
dukungan doa yang intens dan reguler merupakan kebutuhan primer
bagi jemaat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, ternyata
dalam hal pertumbuhan rohani sebuah jemaat lokal, peran aktif para
pemimpinnya merupakan faktor yang signifikan.


8
Bnd. Merrill C. Tenney, New Testament Survey (Grand Rapids:
Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 7.







PILAR IV:
PENGAJARAN ALKITABIAH (1:15 3:17)
Sekali lagi, tidak lepas dari isu pengajaran sesat yang
tengah berkembang di antara jemaat, Paulus kembali menanamkan
konsepsi Kristiani yang konsisten dengan pengajaran Tuhan Yesus ke
dalam jemaat Kolose.
1
Sebab dalam Surat inilah Paulus
menggambarkan keseluruhan pemahaman teologinya untuk menolong
para pembaca suratnya, agar menemukan kedewasaan sempurna baik
jasmani maupun rohani yang Allah kehendaki bagi umat-Nya.
2

Dengan demikian beberapa hal pokok mengenai pangajaran dalam
Surat Kolose, akan dikaji dalam bagian ini.
Keutamaan Kristus (Kristologi)
Kelihatannya isu Kristologi merupakan pokok yang
marak diselewengkan dalam jemaat. Pengalihan pusat penyembahan,
yakni dari Kristus kepada malaikat menjadi kurikulum para guru
palsu. Filsafat pagan yang kala itu berkembang di tengah-tengah


1
Bnd. E.K. Simpson dan F.F. Bruce, Commentary On The
Epistles To The Ephesians And The Colossians (Grand Rapids: WM. B.
Eerdmans Publishing, t.t.), 18.

2
N.T. Wright, The Epistles Of Paul To The Colossians And To
Philemon (Illinois: Inter Varsity Press, 1987), 39.
48 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


jemaat sedang berusaha mengguncang iman jemaat kepada Kristus,
sehingga dengan sigap Paulus melakukan tindakan antisipasi.
3

Sementara itu filsafat Yunani telah digabungkan dengan legalisme
perayaan-perayaan Yahudi. Dengan demikian, sunat, hukum-hukum
adat istiadat, askese dan hal-hal semacamnya menjadi hal yang sangat
menarik hati.
4
Sehingga, beberapa hal pokok mengenai keutamaan
Kristus dikemukakan Paulus sebagai bentuk apologetikanya untuk
mempertahankan pengajaran yang benar.
Pertama, 1:15: Ia adalah gambar Allah yang tidak
kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan.
Istilah image
5
dalam Bahasa Inggris diambil dari kata Yunani .tsa|
(eivkwVn)
6
yang berdasarkan konteksnya dapat berarti, rupa, lukisan,
bentuk, bahkan dapat menunjuk pada model sebuah patung pahatan.
7

Melanjutkan kalimat dalam bagian ini, frase imago Dei
8
dalam
Bahasa Latin secara sederhana diterjemahkan gambar Allah
9
oleh
Lembaga Alkitab Indonesia. Mengamati kerangka dalam ayat 15 ini,
jelas bahwa frase tidak kelihatan itu menunjuk pada Allah dan


3
Charles A. Trentham, The Sheperd Of The Stars (Nashville:
Broadman Press, 1962), 15,16.

4
Untuk informasi selengkapnya mengenai ajaran sesat dalam
jemaat Kolose lihat, John Mac Arthur Jr., The Fruitfull Life, peny., David
Sper (Panorama City: Word Of Grace Communications, 1983), 13.

5
BibleWorks6: Terj. King James With Strongs and Jeneva
Notes.

6
BibleWorks6: Terj. BibleWorks New Testament (NA27).

7
BibleWorks6: .tsa| dalam BNM Morph + Barclay-
Newman.

8
BibleWorks6: Terj. Latin Vulgate

9
BibleWorks6: Terjemahan Baru (Indonesia)
Pilar IV: Pengajaran Alkitabiah (1: 15 3:17) 49


bukan pada gambar. Itulah sebabnya dalam terjemahan King James
dikemukakan dengan frase the invisible God.
Bertolak dari keterangan di atas, dapat diuraikan bahwa,
Kristus yang merupakan pribadi riil yang ada dalam sejarah itu, adalah
representase aktual dari Allah yang tidak nampak secara indrawi.
Sekalipun pada beberapa kasus dalam Perjanjian Lama beberapa
pribadi dikenan Allah untuk melihat-Nya (Kel. 33:23; Kej.
32:24,30). Di mana gambaran atau cerminan tentang sifat-sifat Allah,
sepenuhnya terpancar dari Kristus.
10
Bahkan, dalam ayat 16, statusnya
adalah Pencipta. Sehingga manusia yang eksistensinya telah
dihancurkan oleh dosa, dapat melihat Allah melalui Kristus.
Sebagaimana Doreen Widjana berkata, harus ada satu cara yang
disesuaikan dengan keberadaan manusia.
11

Mengenai cara yang dimaksud Widjana di atas, Paulus
menjelaskan bahwa,
Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang
memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari
perbuatanmu yang jahat,
22
sekarang diperdamaikan-Nya, di
dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk
menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di
hadapan-Nya.
12



10
John F. Walvoord, Yesus Kristus Tuhan Kita, pen., Cahya R
(Surabaya: YAKIN, t.t.), 96-111

11
Doreen Widjana, Kupasan Firman Allah Surat Kolose
(Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1994), 38.

12
Kolose 1:21-22.
50 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


Bentuk aorist pasif dari istilah reconciled (diperdamaikan)
menunjukkan bahwa tindakan ini adalah suatu realita yang telah
selesai dilakukan dengan sempurna tanpa membutuhkan tambahan
apapun. Paulus mengingatkan bahwa jemaat Kolose sama sekali tidak
memerlukan mediator lainnya seperti malaikat untuk mencari
kedamaian, sebab semuanya itu telah sempurna dikerjakan oleh
Kristus.
13
Sementara, yang dimaksud Paulus menggenapkan dalam
dagingku menunjuk pada segala bentuk penderitaan yang dialaminya
dalam pelayanan di tengah-tengah jemaat setelah Yesus naik ke surga.
Selanjutnya yang Kedua, dalam 1:27-28. Paulus berkata,
Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah
pengharapan akan kemuliaan!
28
Dialah yang kami beritakan,
apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami
ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang
kepada kesempurnaan dalam Kristus.
Mangenai bagian ini, preposisi .| (evn) yang berpasangan dengan kata
ganti orang dalam bentuk datif tentu saja lebih tepat apabila
diterjemahkan dengan preposisi di dalam dalam bahasa Indonesia.
Jadi frase Xtce, .| ut| (Cristos evn u`mi/n) dalam bagian ini
secara langsung dapat diterjemahkan Kristus ada di dalam kamu.
Itulah sebabnya dalam beberapa terjemahan bahasa Inggris, juga
diterjemahkan dengan Christ in you.
14



13
Trentham, The Sheperd, 82.

14
Lih. Beberapa terjemahan dalam BibleWorks6.
Pilar IV: Pengajaran Alkitabiah (1: 15 3:17) 51


Mengenai pokok ini, James M. Gray menjelaskan bahwa,
tentu saja, ketika Paulus berkata, Kristus dalam kamu, berarti bahwa
Kristus dalam gereja yang adalah tubuhNya, sebagaimana status yang
telah ditetapkan sebelumnya. Gereja yang dimaksud di sini juga secara
spesifik menunjuk kepada setiap anggota di dalamnya, yaitu Anda dan
saya secara individual, jika kita telah menerimanya sebagai
Juruselamat kita dan dibaptiskan kedalam tubuhNya secara rohani
oleh Roh Kudus. Sehingga sejak Dia tinggal di dalam kita, faktanya
ialah bahwa Ia adalah pengharapan akan kemuliaan kita, di situlah
terdapat seluruh keyakinan kita.
15

Secara praktis Paulus menekankan pada bagian akhir ayat
28 bahwa, orientasi dari kehidupan Kristen sesungguhnya ialah
kepada kesempurnaan dalam Kristus, bukan pada upacara-upacara
adat istiadat gabungan, antara budaya Yahudi dan pemikiran Yunani.
Ketiga, dalam 2:2-3 dikatakan,
supaya hati mereka terhibur dan mereka bersatu dalam kasih,
sehingga mereka memperoleh segala kekayaan dan keyakinan
pengertian, dan mengenal rahasia Allah, yaitu Kristus,
3

sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan
pengetahuan.


15
James M. Gray, The Teaching and Preaching That Counts
(New York: Fleming H. Revell Company, 1978), 15.
52 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


Kesimpulan sederhana yang dapat ditarik dari ayat ini yaitu, Kristus
adalah pribadi unik
16
yang merupakan sumber segala hikmat dan
pengetahuan. Sehingga pengenalan akan Kristus berarti juga
menemukan rahasia Allah yang besar, serta pemahaman yang benar
akan segala polemik dalam kehidupan.
Istilah :a|., (pa!ntes) yang diterangkan sebagai kata
sifat indefinite nominative masculine plural di sini juga sejajar dengan
beberapa istilah lain seperti :a,, :aca, :a| gen. :a|e,, :ac,,
:a|e,, yang mana dapat dipahami dalam pengertian, (1) tanpa
artikel, segala (pl. seluruh); segala jenis; seluruhnya, sepenuhnya,
absolut, greatest; (2) dengan artikel entire, whole; all ( :a, e dengan
partisip.semua orang yang); (3) semua orang, segala sesuatu ( eta
:a|e, selalu, berkesinambungan, selamanya; saa :a|a dalam
segal hal, dengan segala hormat).
17
Jadi istilah yang dikemukakan
tanpa artikel di atas merupakan keterangan mengenai hikmat dan
pengetahuan dalam Kristus, bahwa harta itu sungguh tak terbatas,
sehingga segala hal yang diperlukan berhubungan ce|ta, (sofias)
dan ,|ac.a, (gnwsews) yang sering menjadi kebanggaan dalam ajaran
yang berkembang dalam jemaat, kini tidak tersebunyi lagi karena
dapat ditemukan sepenuhnya dalam Kristus.


16
Lih. paparan oleh Chris Marantika, Kristologi, peny., Nanik
Sutarni, Karel Siahaya, Parlaungan Gultom (Yogyakarta: Iman Press, 2008),
3-17.

17
BibleWorks6: :a|., dalam BNM Morph + Barclay-
Newman.
Pilar IV: Pengajaran Alkitabiah (1: 15 3:17) 53


Sehingga mengenai Kristus, yang keempat, Paulus berkata
dalam 2:9, Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh
kepenuhan ke-Allahan. Kini yang menjadi pusat pengajaran dalam
jemaat Tuhan adalah Yesus Kristus itu sendiri. Sifat Allah yang
transenden menyebabkan manusia sangat tidak mungkin untuk
menjumpaiNya, itulah sebabnya kebutuhan akan inisiatif Allah untuk
menemui manusia dengan caraNya sendiri, merupakan hal yang
bersifat primer. Kehadiran Kristus dalam dunia merupakan tindakan
riil Allah untuk kebutuhan di atas. Dalam hal ini, tubuh jasmani
Kristus sungguh bukanlah suatu batasan bagi seluruh eksistensi Allah
namun keadaan Kristus secara jasmani ini, lebih merupakan bentuk
panyataan-Nya kepada manusia yang terbatas. Jadi dalam kasus ini,
persoalan keterbatasan bukan terletak pada Allah dalam Kristus tetapi
terletak pada manusia itu sendiri.
Itulah sebabnya yang diutamakan Paulus secara praktis,
ketika sunat menjadi hal yang sangat esensi dalam paradigma
jemaat, maka Paulus mengemukakan sebuah konsep tentang sunat
sebagai titik temu yakni sunat rohani.
18
Hal ini bersumber dari
pemahaman Paulus yang bersifat komprehensif mengenai Kristus. Di
mana sekalipun Kristus tampil secara jasmani di dunia ini, bukan
berarti bahwa hal-hal yang bersifat jasmani adalah yang pokok.


18
Bnd. F.F. Bruce, The Letters Of Paul: An Expanded
Paraphrase (Grand Rapids: Wm. B. Eermands Publishing Company, 1965),
252-253.
54 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


Kelima, dalam 2:19 terungkap bahwa Kristus adalah . . .
Kepala, dari mana seluruh tubuh, yang ditunjang dan diikat menjadi
satu oleh urat-urat dan sendi-sendi, menerima pertumbuhan ilahinya.
Di sini eksistensi Kristus dikemukakan sebagai inti yang menyatukan
keseluruhan dari organisme, yang dalam konteks ini adalah Gereja.
Menurut konteks ayat 18, kelihatannya Paulus ingin menegaskan
bahwa, orang yang berada di luar Kristus sama sekali tidak memiliki
kapasitas untuk menjadi patokan pengajaran. Jenis pengajar yang
demikian tidak akan dapat dikenali, kecuali mencermati secara
seksama isi ajarannya sendiri. Dalam konteks Surat Kolose, pengajar-
pengajar sesat ini dapat dikenal dengan, pengalihan fokus dalam
pengajarannya, yakni bukan kepada Kristus tetapi kepada malaikat
(2:18).
Penderitaan Dalam Pelayanan (Misiologi)
Dalam pasal 1:24 2:5, Paulus juga menceritakan kepada
jemaat mengenai penderitaan yang dihadapinya secara fisik karena
pelayanan injil. Namun tidak seperti pembicaraan orang pada
umumnya mengenai penderitaan, dalam penyampaian Paulus
penderitaan itu disampaikan bukan dengan nada kesusahan, tetapi
sebaliknya dengan penuh kebanggaan, seolah penderitaan yang
dialaminya adalah sesuatu yang menyenangkan dan menghibur. Ada
beberapa pokok yang dapat dikatakan sebagai alasan Paulus
menyampaikan soal penderitaannya seolah menyampaikan berita
kemenangan besar. Suatu penyampaian tentang penderitaan yang
Pilar IV: Pengajaran Alkitabiah (1: 15 3:17) 55


disampaikan dengan penuh kebanggaan adalah sesuatu yang unik, dan
pasti ada sesuatu yang perlu untuk dicermati.
Setelah mengamati bagian tentang penderitaan yang
dikemukakan Paulus, ternyata ada tiga hal menarik yang
menyebabkan uniknya pempaian Paulus tentang penderitaan ini.
Penderitaan dalam Pelayanan Injil merupakan kebanggaan Paulus
disebabkan oleh, Pertama, karena di dalamnya Paulus boleh terlibat
langsung dalam rancangan penyelamatan oleh Allah (1:24).
Pernyataan Paulus bahwa, ia menggenapkan dalam dagingku apa
yang kurang pada penderitaan Kristus tentu saja bukan bermaksud
mengatakan bahwa ada yang kurang dalam penderitaan yang dialami
oleh Yesus di atas kayu salib. Tentang apriori ini Paulus sendiri
menegaskan bahwa Kristus telah melakukan segala sesuatunya dengan
sempurna tanpa kekurangan suatu apapun.
19
Pekerjaan yang dilakukan
Paulus dalam pelayanannya sama sekali tidak menambahkan apa-apa
dalam karya penyelamatan Kristus, namun demikian,
20
komentar
Brauch, penderitaan ini merupakan salah satu alat untuk memperluas
penebusan itu dalam kehidupan orang lain.
21
Dapat dikatakan bahwa
kebanggaan Paulus disebabkan oleh keterlibatannya dalam Pekabaran
Injil, bukan saja dalam sebuah jemaat lokal seperti Jemaat Kolose,
tetapi dalam jemaat secara global (ay.25).


19
Bnd. Kol. 2:13-15.
20
Manfred T. Brauch, Ucapan Paulus yang Sulit, pen. Fenny
Veronica (Malang: Departemen Literatur SAAT, 2001), 240.
21
Brauch, Ucapan Paulus, 240.
56 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


Kedua (1:26-29), sukacita dalam penderitaan disebabkan
oleh, Paulus dapat mengetahui kemudian memberitakan rahasia Allah
yang selama ini menjadi suatu janji yang sangat dinantikan (ay. 26).
Pengharapan yang selama ini terlihat secara samar sejak jaman
Perjanjian Lama, kini nampak jelas orang-orang percaya, kemudian di
dalamnya Paulus dipakai Allah sebagai agen pemberitaan rahasia itu.
Itulah sebabnya juga, Paulus memperingatkan jemaat untuk jangan
mau digeser dari pengharapan Injil (1:23). Karena memang baginya,
merupakan kerugian yang sangat besar apabila hal tersebut
terelemenir oleh rupa-rupa penyesatan. Sebaliknya suatu
keberuntungan besar ketika ia dapat menerima janji pengharapan yang
sangat dirindukan orang percaya sepanjang Perjanjian Lama.
22

Dari apa yang dikemukakan Paulus mengenai pelayanan
yang telah dilewatinya dengan penuh sukacita, sekalipun dalam
penderitaan, nampak jelas bahwa ukan sekadar teori yang
dikemukakan olehnya. Namun lebih dari itu, Paulus sedang
mengajarkan sebuah prinsip dalam pelayanan Pekabaran Injil. Di
mana dalam pengajaran kali ini, unsur pengorbanan merupakan pokok
yang mengemuka.
Peringatan Tentang Ajaran Sesat (Apologetika)
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa, adanya
pengajaran menyimpang dalam jemaat yang dilaporkan Epafras,


22
Hawthorne, Martin dan Reid, Peny. Um., Gospel, dalam
Dictionary Of Paul, 371.
Pilar IV: Pengajaran Alkitabiah (1: 15 3:17) 57


merupakan dasar signifikan dikirimnya Surat Kolose ini. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa keseluruhan dari pengajaran dalam
Surat ini adalah menyangkut pembelaan terhadap kesesatan tersebut.
Namun penulis merasa perlu untuk memformulasikan pokok ini secara
khusus untuk lebih mudah mensistimatisasi pengajaran-pengajaran
yang ada dalam Surat ini.
Peringatan Paulus untuk mewaspadai pengajaran sesat
dalam 2:8, dapat dikatakan sebagai tindakan responsifnya terhadap
permasalahan yang berkembang dalam jemaat. Krisis pengajaran yang
sedang berlangsung secara represif akan sangat berbahaya bagi
pertumbuhan rohani umat, karena itu aksi protektif dari Paulus sangat
perlu untuk dilaksanakan dan signifikansi ini disadari secara penuh
oleh Paulus sebagai seorang rohaniawan kala itu. Pembelaan iman
dalam Surat ini nampak sangat jelas, dalam ajarannya, Paulus
sekaligus menemplak penyelewengan yang tengah berlangsung, baik
terhadap para penyebarnya maupun terhadap ajaran yang
disebarkannya. Inilah yang penulis maksudkan sebagai pengajaran
mengenai apologetika dalam Surat Kolose.
Perilaku Praktis Jemaat (Karakter)
Secara struktural, Tulisan Paulus ini terbagi dalam dua
bagian, yakni bagian pertama berbicara tentang pokok-pokok yang
bersifat teoritis (1:13 2:23), dan yang kedua merupakan pengarahan-
pengarahan yang bersifat praktis bagi kehidupan Orang Percaya (3:1
58 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


4:6).
23
Bagian ini merupakan uraian beberapa pokok yang
dikemukakan Paulus secara praktis. Pengajaran Paulus dalam bagian
ini berkenaan dengan tiga lini dalam kehidupan Orang Percaya yakni,
berkenaan dengan karakter pribadi, relasi antar personal jemaat serta
dampak kehidupan Orang Percaya terhadap orang luar.
Mengenai karakter pribadi seorang Kristen, paling tidak
ada tiga hal yang dapat disimpulkan dari pengajaran Paulus. Pertama,
berbicara tentang menaklukan dosa. Dalam pasal 2, Paulus telah
menjelaskan bagaimana posisi seorang yang telah berada dalam
Kristus, yakni seorang yang telah dimerdekakan oleh Kristus, terhadap
segala macam aturan-aturan duniawi. Kemudian, bertolak dari itu
semua, dalam Pasal 3:1 ia menyimpulkannya dengan berkata, karena
itu, seraya melanjutkan dengan beberapa hal pokok mengenai
karakter.
Esensi pertama dalam perubahan hidup yang
dikemukakan Paulus ialah dimulai dari pikiran. Dalam 3:2 ia berkata,
pikirkanlah perkara yang di atas. Bentuk imperatif kini untuk kata
kerja |e|.t. (fronei/te) ini, menyajikan sebuah perintah untuk
terus mengerjakan kegiatan yang tengah berlangsung,
24
sehingga
perintah ini dapat diterjemahkan teruslah (dan jangan berhenti)


23
Lihat Kolose, Garis Besar oleh Donald C. Stamps dan J.
Wesley Adam, peny. Um., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, peny.,
Bertha Gaspersz, pen., Nugroho Hananiel (Malang: Gandum Mas, 1994),
1986.

24
Maryono, Diktat Kuliah, 106.
Pilar IV: Pengajaran Alkitabiah (1: 15 3:17) 59


pikirkan. Adapun pengertian kata perintah yang diambil dari akar
kata |e|.a (fronew), berdasarkan data Strongs Exhaustive
Concordance dapat dipahami dalam beberapa arti antara lain,
memiliki pengertian, berpikir, kepedulian, perasaan, pola pikir yang
baik, intens pada sasaran, memusatkan pikiran.
25
Itulah sebabnya
dalam New American Standart Bible diterjemahkan set your mind,
26

dan lebih luas lagi dalam versi King James diterjemahkan Set your
affection.
27
Jadi Paulus memahami secara persis bahwa, pusat
kendali dalam diri setiap orang adalah dalam pikirannya, sehingga
apabila ingin mangadakan sebuah transformasi progres maka pikiran
haruslah menjadi target yang pertama.
Berikutnya, dalam ayat 5 dikatakan Karena itu
matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi. Jika pada kata
perintah sebelumnya Paulus menggunakan bentuk imperatif kini,
waktu pada kata matikanlah ditekankan dalam bentuk aorist,
sehingga perintah ini mengacu pada sebuah tindakan atau tingkah
laku khusus yang mendesak pada situasi khusus.
28
Sehingga secara
literal, istilah a:.a|.. (avpeqa!nete) dapat berarti segeralah
matikan.
Alasan Paulus memberikan imperatif yang bersifat urgen
ini terdapat dalam konteks pasal 2:6 3:4, yakni tentang posisi


25
BibleWorks6: Strongs Exhaustive Concordance.

26
BibleWorks6: New American Standart Bible.

27
BibleWorks6: King James Version.

28
Maryono, Diktat Kuliah, 106.
60 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


kemerdekaan setiap orang percaya dalam Kristus. Jadi secara singkat
Paulus ingin berkata, karena kamu adalah manusia yang telah
dimerdekakan oleh Kristus, maka segeralah matikan dalam dirimu
segala sesuatu yang duniawi. Kemudian ia merinci segala yang
didefinisikan sebagai hal duniawi pada ayat berikutnya.
Masih ada kata kerja dalam bentuk imperatif yang
berikutnya, yakni kata buanglah (a:e.c.- avpo!qesqe). Namun
ada sedikit perbedaan dari imperatif yang pertama, jika pertama
mengambil bentuk imperatif aorist aktif, maka kata buanglah
dikemukakan dengan diatesis medial, yang mana hal ini secara
sederhana mengandung pengertian bahwa, dalam tindakan yang akan
diambil ini, subyek yang terkena tindakannya sendiri.
29
Bertolak
dari itu dapat disimpulkan bahwa ketika seseorang melakukan
perintah ini, maka tindakan itu adalah untuk kepentingannya sendiri.
Jika ia tidak lagi marah kepada orang lain maka, bukan hanya orang
yang dimarahi itu yang merasa sejahtera, namun si pelaku lebih lagi
akan merasakan dampak positif dari tindakan membuang segala
kebiasaan lamanya.
Suatu alasan lebih lanjut juga kemukakan Paulus dalam
ayat 9 dan 10. Ia berkata, Karena kamu telah menanggalkan
manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru
yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan
yang benar menurut gambar Khaliknya. Menarik dan lengkap apa


29
Saparman, Diktat Kuliah, 29.
Pilar IV: Pengajaran Alkitabiah (1: 15 3:17) 61


yang diuraikan oleh Ellis dalam Tafsiran Alkitab Wycliffe mengenai
bagian ayat ini. Ia menjelaskan, bahwa Menanggalkan
(avpekdusamenoi), mangacu kepada saat pertobatan, mengandung
arti melepaskan, seperti melepas gaun, dan menghukum manusia
lama,
30
kemudian menjadi Neon atau di bagian lain, kainos (mis.Ef.
4:24) . . . yang terus-menerus diperbaharui.
31
Yakni, kehidupan
bersama di dalam Kristus makin teraktualisasikan di dalam diri
individu Kristen. Dengan demikian
32
tambahnya, gambar Allah,
yang gagal direalisasikan oleh Adam pertama, kini sedang digenapi
oleh putra-putra Adam kedua. Akibatnya setiap orang percaya
sedang mengalami suatu perubahan psikologis, dalam perjalanan
hidup menuju kesempurnaan pada hari pengangkatan.
33

Tanggung jawab yang Kedua, karena posisinya yang
eksklusif, setiap orang percaya diperintahkan untuk kenakanlah
belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan
kesabaran (3:12). Jadi selain perintah untuk mencampakkan
kebiasaan manusia lama, setiap orang percaya juga didorong untuk
mengenakkan setiap sifat manusia baru.
Istilah `E|eucac. (V Endusasqe) yang berasal dari stem
.|eua (evndu!w) diilustrasikan seperti orang yang mengenakkan


30
E. Earle Ellis, Kolose, dalam Tafsiran Alkitab Wycliffe,
peny. um. Charles F. Pfeiffer dan Everet F. Harrison (Malang: Gandum Mas,
2001), 3:813.

31
Ibid.

32
Ibid.

33
Ellis, Kolose, dalam Tafsiran, 3:813.
62 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


pakaiannya. Istilah tersebut menunjuk pada pakaian yang dikenakan
dalam konteks tertentu dan oleh orang-orang tertentu. Dalam hal ini,
pakaian yang dikenakan oleh nabi-nabi jaman dahulu (1 Raj. 19:13; 2
Raj. 1:8; Zak. 13:4) dan dalam Perjanjian Baru, sama dengan pakaian
Yohanes Pembaptis (Mat. 3:4). Menarik di sini bahwa, istilah ini juga
digunakan untuk busana pengantin (Mat. 22:11,12) dan pakaian yang
dikenakan malaikat (Mat. 28:3 pada hari
kebangkitan Yesus).
34
Ternyata fungsi busana yang dimaksud di sini
bukan hanya sekadar pakaian penutup tubuh, namun juga lebih dari itu
menampilkan sifat eksklusif, keanggunan, dan bahkan kemuliaan.
Sifat belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati,
kelemahlembutan dan kesabaran, bukanlah busana yang dikenakan
karena kebutuhan mentupi tubuh belaka, namun lebih dari itu
merupakan warna khusus dari tampilan individu Kristen, gambaran
keanggunan dan proyeksi kemuliaan dari dalam karena Kristus.
Praksis ketiga yang dihasratkan Paulus untuk diterapkan
jemaat adalah mengenai hubungan, yakni kelanjutan dari pokok yang
telah diuraikan sebelumnya. Prinsip harmonisasi hubungan antar
jemaat dikemukakan Paulus dalam pasal 3 bagian akhir (18-25) dan
pasal 4 awal (1-6). Pada pasal-pasal mengenai hubungan ini, Paulus
menyatakan secara spesifik kepada setiap orang dalam statusnya
masing-masing untuk bertanggung jawab menjaga relasi yang


34
Vine, Clothing, Cloths, Clothes, Cloke, Coat, dalam An
Expository Dictionary, 199.
Pilar IV: Pengajaran Alkitabiah (1: 15 3:17) 63


harmonis. Baik sebagai suami, istri, anak, tuan maupun hamba,
semuanya memiliki tanggung jawab yang sama untuk harmonisasi ini.
Ini disebabkan oleh prinsip bahwa setiap Kristen memiliki
status yang sama di mata Tuhan, yang membedakan hanyalah tugas
yang dipercayakan kepada masing-masing orang. Berdasarkan
paparan Paulus, nyata bahwa kekristenan melampaui batas-batas yang
sering diterapkan manusia, yaitu melampaui batasan gender (3:18-19),
umur (3:20-21), dan bahkan status sosial (3:22 4:1).
Pembicaraa mengenai relasi ini tidak hanya disinggung
Paulus sehubungan dengan setiap pribadi, anggota lembaga Allah itu,
namun lebih lanjut ia membahas tentang hubungan setiap orang
percaya dengan Allah (4:2-4) dan dengan orang-orang yang belum
percaya (4:5-6).
35



35
Kedua pokok ini akan dibahas dalam sub berikutnya.




PILAR V: PELAKSANAAN MISI (Kol. 4:2-6)
Memang secara teknis, pasal 4:2-6 ini masih
berhubungan langsung dengan bahasan mengenai hubungan di
atas, namun penulis membahasnya dalam satu pokok tersendiri,
dengan tujuan untuk memberi penekanan khusus pada bagian
yang penulis golongkan sebagai indikator pertumbuhan gereja
dalam Surat Kolose ini.
Pada dasarnya berbicara tentang misi pekabaran Injil,
doa merupakan unsur yang tidak mungkin untuk dilupakan.
Hubungan dengan Allah dalam doa sangat diperlukan dalam
menjalankan misi agung-Nya. Kewaspadaan dalam doa yang
diminta Paulus, menuntut kesediaan jemaat untuk tetap berfokus
pada kegiatannya dalam misi yang sedang diemban. Secara
spesifik ia ingin supaya kesempatan untuk pemberitaan selalu
dibukakan oleh Allah, Sang Empunya pelayanan. Paulus benar-
benar paham bahwa, dalam tugas pemberitaan Injil, ada oknum,
yang senantiasa berusaha untuk menghalangi dan
Pilar V: Pelaksanaan Misi (4:2-6) 65

menggagalkan, itulah sebabnya campur tangan Allah tidak
mungkin diabaikan.
1

Dalam ayat 5-6 Pokok mengenai hubungan dengan
orang di luar Kristen disampaikan Paulus. Inti yang
ditekankannya dalam paragraf ini adalah, Hiduplah dengan
penuh hikmat. Kecerdasan dan pengetahuan yang dimiliki
seseorang memang penting, namun kedua hal tersebut belum
cukup dalam menghadapi segala bentuk permasalahan dalam
pelayanan. Ada banyak polemik yang seringkali dihadapi dalam
misi Pekabaran Injil, itulah sebabnya hikmat ilahi ditekankan
Paulus dalam bagian ini. Kesaksian Kristen tentu saja akan
dengan mudah ditampilkan ketika kunci ini dipahami dengan
tepat.
2

Ternyata misi Pekabaran Injil bukan saja merupakan
tanggung jawab para pelayan Tuhan penuh waktu, dalam hal ini
Paulus dan rekan-rekan lainnya. Namun melihat himbauan
sehubungan dengan orang luar kepada jemaat Kolose, dapat
disimpulkan bahwa jemaatpun harus terlibat langsung di
dalamnya, baik dalam hal dukungan doa maupun praksis.


1
Ellis, Kolose, dalam Tafsiran Alkitab, 816-817.

2
Ibid.





REFLEKSI BAGI GEREJA MASA KINI
Dari paparan panjang lebar mengenai Surat Kolose
ini, dapat ditemui sekian banyak pokok tentang eksistensi
sebuah gereja lokal, yang mana di dalamnya berbagai hal
problematik silih berganti mengemuka. Persoalan dari dalam
yang kerap menggerogoti secara perlahan, mengakibatkan
kerapuhan pondasi rohani gereja. Kurikulum penyesatan yang
seolah telah tersusun secara sistematis membuat gereja guncang
dan galau dalam menentukan arah. Dalam kondisi demikian,
gereja perlu ber-refleksi.
Evaluasi
Faktanya adalah bahwa, Gereja di sepanjang zaman
telah mengalami berbagai macam bentuk tantangan, besar
maupun kecil, dari luar maupun dari dalam, sehingga tantangan-
tantangan yang sedemikian bervariasi tersebut memang sudah
merupakan hal yang sangat biasa.
1

Bertitik tolak dari realita itu didapati bahwa, salah
satu tantangan yang paling berat bagi gereja adalah mengenai


1
Lih. H. Berkhof, Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2004), disadur oleh I.H. Enklaar.
Refleksi Bagi Gereja Masa Kini 67

isi dalam gereja itu sendiri, baik itu pada kalangan masyarakat
gereja yang awam sampai kalangan pelayan jemaat yang
seharusnya paham akan kebenaran. Robert T.S. Nio
menginformasikan bahwa,
Mayoritas penduduk Eropa adalah orang kristiani.
Walaupun demikian berdasarkan jajak pendapat yang
pernah dilakukan di Jerman, hanya satu dari sepuluh
orang yang pergi ke gereja. Lebih dari 90% umat
kristiani di sana tidak mau kegereja lagi, sebab mereka
tidak merasa mendapatkan sesuatu yang bermanfaat dari
gereja.
2

Sudah sedemikian parahkah keadaan gereja Tuhan masa kini?
Penulis merasa pertanyaan tersebut harus dikemukakan untuk
dijadikan bahan perenungan bagi masyarakat gereja.
Memang benar, fakta-fakta mengenai moralitas yang
tidak berkualitas dalam kebanyakan orang percaya, baik yang
melayani maupun yang dilayani, sudah semakin nyata
tersingkap. Kualitas pelayanan yang semakin hari, semakin tidak
berada pada standar yang diharapkan, adalah suatu kenyataan
yang tak terelakkan, bahkan seorang filsuf Jerman, Freidrich
Nietzhe pernah berkata, Saya akan bisa percaya kepada Tuhan


2
Robert. T.S. Nio, Gereja Duit VS Gereja Allah (Yogyakarta:
Kairos, 2004), 19.
68 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja

bila mereka yang yang mengaku Kristen, sedikitnya lebih
terlihat kelakuannya sebagai orang Kristen.
3

Selain itu, penyesatan besar-besaran dalam gereja
terjadi di mana-mana, segala macam konsep teologi di
selewengkan dengan muatan motivasi yang berbeda, baik itu
oleh uang maupun oleh karena memang kekurang-pahaman
akan kebenaran.
4
Memang penyesatan harus ada, tetapi
celakalah orang yang mengadakannya
5
, itulah yang dikatakan
Yesus, sehingga sikap untuk berhati-hati dan tidak membiarkan
diri terlibat di dalamnya adalah suatu keputusan yang paling
bijaksana.
Bertitik tolak dari afirmasi di atas, maka
terevaluasilah bahwa sebenarnya, konsistensi banyak
penatalayan kristen pada prinsip-prinsip yang benar telah sangat
jauh dari sempurna, dan sesungguhnya secara jujur di dalam
gereja masa kini kembali sangat dibutuhkan terjadinya sublimasi
dalam segala aspek, baik konsep maupun praksis.
Saran Praktis


3
Nio, Gereja Duit, 19.

4
Lih. Erastus Sabdono, Penyesatan Terselubung Dalam
Gereja, Solagracia, Ed. 2, 13 Juli 1999, 6-38.

5
Matius 18:7b.
Refleksi Bagi Gereja Masa Kini 69

Ternyata Tubuh Kristus memang tidak pernah lepas
dari berbagai persoalan, bukan saja pada abad-abad awal namun
hingga kini. Situasi dan kondisi ini tidaklah mungkin untuk
diabaikan, diagnosa yang tepat dan penanganan yang efektif
merupakan kebutuhan yang urgen. Di bawah ini penulis
menawarkan beberapa pokok yang diharapkan dapat
menetralisir problematika yang sedang merambah dalam Gereja
pada masa kini. Sesuai dengan variasi kebutuhan yang ada,
maka intensitas masukan yang akan dikemukakan tertuju pada
beberapa sasaran.
Tanggung Jawab Gereja Secara Organisasi
Dalam menanggapi fenomena yang telah ditemukan
di atas, maka peran aktif Gereja secara organisasi tidaklah
mungkin untuk, untuk dikesampingkan. Dari fakta yang ada,
terlihat bahwa Gereja-gereja Tuhan pada masa kini sedang
terbuai kondisi nyaman. Merasa bahwa apa yang telah dicapai
selama ini sudah memenuhii target dan menjadi puas dengan apa
yang ada.
Pembinaan Warga Gereja
Kesadaran akan panggilan Gereja, kini mulai
menjadi kabur, tujuan utama dari eksistensinya seringkali
menyimpang, bahkan sangat jauh. Terjadi berbagai macam
bentuk penyesatan, yang pada dasarnya disebabkan oleh peluang
70 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja

yang diberikan oleh gereja itu sendiri.
6
Karena banyak orang
begitu bersemangat untuk terlibat dalam pelayanan, namun tidak
difasilitasi dengan pembekalan pengetahuan yang formil.
7

Akhirnya yang terjadi adalah, pembentukan paham teologi
berdasarkan pengalaman pribadi. Memang hal ini tidak terjadi di
dalam semua gereja lokal, namun penting untuk dikemukakan,
demi tercapainya pertumbuhan yang menyeluruh dalam Tubuh
Kristus.
Mencontoh dari dalam Firman Tuhan secara
komprehensif, nampak jelas bahwa pendidikan Agama sangat
ditekankan. Prakarsa Allah dalam pendidikan agama adalah
suatu kenyataan yang dikemukakan dalam Perjanjian Lama.
Lebih lanjut dalam Perjanjian Baru, terlihat banyak metode yang
dapat dicontoh dari pola Tuhan Yesus dalam menyampaikan
pengajaran.
8

Memang kepada Timotius, Paulus berkata, akan
datang waktunya orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat
(2 Tim. 4:3). Namun bukan berarti gereja menjadi sinis
terhadap kegiatan pengajaran yang intensif dan beranggapan


6
Makmur Halim, Gereja di Tengah-tengah Perubahan Dunia
(Malang: Gandum Mas, 2000), 79.

7
C. Peter Wagner, Gereja Saudara Dapat Bertumbuh (Malang:
Gandum Mas, 1990), 71.

8
Paulus L. Kristianto, Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama
Kristen (Yogyakarta: ANDI, 2006.
Refleksi Bagi Gereja Masa Kini 71

bahwa, tugas tersebut adalah tanggung jawab lembaga lain.
Conner, dalam pembahasanya tentang Perlunya Doktrin,
mengemukakan bahwa,
Saat ini ada serangan yang hebat terhadap doktrin
yang sehat. Ada upaya pembelotan terhadap masalah-
masalah doktrin dan ajakan berpaling pada filsafat-
filasafat manusia dan doktrin-doktrin setan. Banyak
gereja tida memiliki waktu untuk mengkhotbahkan atau
mengajarkan doktrin. Mereka telah berpaing kepada
pidato, politik, etika, khotbah dari buku, atau injil sosial
yang mengatakan bahwa doktrin tidak berguna dan
ketinggalan zaman.
9

Kenyataan tersebut juga diamati oleh Bailey, hingga ia
menyimpulkan bahwa, . . . kita mempunyai pendeta-pendeta
yang terampil dalam berkomunikasi, tetapi sayangnya tanpa
pesan.
10
Nyata bahwa kondisi ini bukan hanya terjadi di satu
belahan dunia, namun lebih dari itu telah merasuk ke dalam
gereja secara global.
Jadi sudah jelas bahwa, gereja-gereja masa kini
memerlukan dorongan yang persisten untuk terus memberikan
semangat yang baru dalam praktikal ini. Sebab faktanya adalah,
mengabaikan pengajaran dalam gereja, sama seperti


9
Kevin J. Conner, Pedoman Praktis Tentang Iman Kristen,
peny., Firman Panjaitan, pen., Paulus Adiwijaya (Malang: Gandum Mas,
2004), 19.

10
Richard W. Bailey, Tujuh Dosa Maut Dalam Gereja Masa
Kini, peny., Soemitro Onggosandjojo, pen., Chris Samuel (Bandung: Kalam
Hidup, 2000), 5.
72 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja

membiarkan gereja dan isinya bersama-sama menuju pada suatu
kehancuran. Sebaliknya pelaksanaan formal akan program ini
merupakan usaha pencapaian kehendak Allah, dalam hal ini,
suatu umat yang akan melakukan pekerjaan baik dalam hidup
ini dan dengan demikian memperlihatkan kepada dunia
meskipun tidak sempurna, tentang Allah yang baik (Ef. 2:10).
11

Pelaksanaan Misi Penginjilan
Fakta Alkitab menunjukan bahwa, benar yang
dikatakan Anthony, Misi sedunia bukanlah hasil renungan atau
temuan para misiolog, namun merupakan program asali Allah
Tritunggal yang dirancangNya sejak di kekekalan masa
lampau.
12
Memang rencana penyelamatan Allah telah
dirancang sejak lama, yakni sebelum dunia dijadikan (Ef. 1:4
bnd. Kol. 1:26-27),
13
namun bukan berarti akan menjadi usang
dan tidak relevan lagi pada masa kini.
Misi Allah yang dimaksud di sini, secara praktis
menunjuk pada aktifitas pemberitaan Injil kepada setiap orang


11
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar (Yogyakarta: Yayasan
ANDI, 1992), Jil.1. bag. X., Keselamatan yang Sangat Besar, pen. R.
Soedarmo, 16.

12
Librech Anthony, Kepemimpinan Pastoral Dalam
Pengembangan Gereja Kota dengan Perspektif Misi Sedunia (Desertasi
D.Min, Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia Yogyakarta, 2000), 31.

13
Lih. Edward C. Pantecost, Issues in Missology (Grand Rapids:
Baker Book House, 1982), 19.
Refleksi Bagi Gereja Masa Kini 73

yang belum mengenal Kristus. Sebagaimana definisi yang
dikemukakan Peters bahwa,
Penginjilan menunjuk kepada fase permulaan dari
pelayanan Kristen, yakni proklamasi dengan kuasa Injil
Yesus Kristus seperti yag dinyatakan dalam Alkitab
melalui kata-kata yang relevan dan jelas dan dengan cara
persuasif disertai tujuan yang pasti untuk menghasilkan
petobat-petobat. Penginjilan adalah penetrasi-penetrasi
penyerapan, konfrontasi yang tidak hanya sukses dalam
menyapaikan informasi namun menuntut keputusan. Itu
adalah presentasi Injil untuk meyakinkan orang yang
tdak percaya menjadi percaya dalam Yesus Kristus.
14

Persoalannya adalah, seringkali para pelaksana misi Allah yang
sebenarnya, yakni gereja, lebih terbuai dengan zona nyaman dan
terjebak dengan berbagai macam bentuk aktifitas yang sama
sekali tidak berdampak pada penyelamatan jiwa manusia yang
dari masa ke masa tetap bersifat urgen. Kebanyakan program
yang ditetapkan seringkali melenceng jauh dari
definisiPekabaran Injil itu sendiri.
15

Tujuan utama dari tugas ini dikemukakan dalam
Matius 28:19-20 yakni, menjadikan semua bangsa murid.
Tinjauan terhadap teks berikut ini perlu disimak, karena itu


14
George W. Peters, A Biblical Theology of Missions (Chicago:
Moody Press, 1984), 11, 12.

15
Lih. Juga definisi oleh John Stott, Fundamentalisme dan
Penginjilan, pen., Gerrit Tiendas dan Stanley Heath (Bandung: Kalam Hidup,
t.t.), 34.
74 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja

pergilah (poreuqe,ntej-poreuqentes,j aoris, pasif, partisip),
jadikanlah (maqhteu,sate-maqhteusate, aoris, aktif, imperatif:
make a disciple of someone, instruct, cause some one to become
a follewer)
16
semua bangsa murid-Ku dan baptislah
(bapti,zontej-baptizontes, kini, aktif, partisip) mereka dalam
nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah (dida,skontej-
didaskontej s, kini, aktif, partisip) mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Analisa terhadap
bagian ini menunjukan bahwa tekanan utama dari perintah ini
adalah pada kata perintah dalam bentuk imperatif yakn
jadikanlah semua bangsa murid.
17

Amanat ini bukan saja diberikan kepada para rasul
namun secara dinamis diteruskan kepada setiap orang percaya
hingga kini, sebab memang sudah merupakan suatu kewajaran
jika seorang yang telah diselamatkan, dituntut untuk membawa
berita keselamatan kepada orang lain.
18




16
BibleWorks6: maqhteu,w dalam BibleWorks New Testament
and Friberg.

17
Bnd. Robert E. Colleman, Rencana Agung Penginjilan, pen.,
G.J. Tiendas dan Stanley Heath (Bandung: Kalam Hidup, 1996), 79.

18
Pokok ini dijabarkan panjang lebar oleh Tony Evans, Hal
yang Paling Utama Dalam Kehidupa Rohani, peny., Istiyono Wahyu dan
Ostaria Silaban, pen., Connie Item Corputty (Batam: Gospel Press, 2004),
382-419.
Refleksi Bagi Gereja Masa Kini 75

Peran Para Penatalayan Kristen
Dalam setiap pembicaraan mengenai Penatalayanan
Kristen, tentu saja secara otomatis akan kena-mengena dengan
apa yang sering diistilahkan trilogi penatalayanan kristen
yaitu, waktu, talenta dan kekayaan. Trilogi ini diyakini setiap
orang percaya sebagai milik Allah, Yang Empunya jagad raya
ini. Oleh sebab itu setiap aspek yang berhubungan dengan hal
tersebut haruslah ditata secara baik sesuai dengan yang telah
ditetapkan Allah, dalam Firman-Nya.
19
Namun yang akan
menjadi fokus pemaparan di sini bukanlah pada trilogi tersebut
melainkan lebih dari itu secara langsung pada pribadi yang
menatalayani trilogi tersebut.
Ada beberapa hal yang harus menjadi prinsip hidup
seorang penatalayan, sebagai pemicu pelayanannya menuju pada
suatu hasil yang maksimal. Sehingga seperti dalam
perumpamaan Tuhan Yesus dalam Matius 25:14-30, Tuan itu
kembali dan mengevaluasi apa yang telah dipercayakanNya
kepada hamba-hamba-Nya maka ia mendapati bahwa hamba-
hamba itu adalah hamba yang baik dan setiawan, serta memiliki
kesempatan untuk masuk dalam perjamuan makan bersama-
sama dengan Tuannya. Sebaliknya hamba yang tidak


19
Penjelasan mengenai hal ini dijabarkan secara jelas Oleh L.
Anthony dalam Diktat Kuliah: Penatalayanan, 3-7 lihat juga Johny Kalalo,
Diktat Kuliah: Penatalayanan, 8-40.
76 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja

menginvestasikan dengan baik apa yang telah ia terima ditolak-
Nya dan secara otomatis mengalami kerugian yang besar.
Demi kepentingan pelayanan, pada bagian ini penulis
mencoba memformulasikan beberapa hal yang dianggap penting
dan dapat menjadi faktor penunjang demi maksimalnya hasil
dari pelayanan itu sendiri.
Kualitas Spiritual
Dalam Keluaran 18, setelah Musa dinasehati Yitro
mertuanya untuk melakukan pendelegasian tugas, dikemukakan
juga kualifikasi untuk menjadi pemimpin-pemimpin di bawah
Musa bahwa, selain orang-orang yang cakap juga harus takut
akan Allah.
20
Itulah sebabnya dalam banyak bagian Firman
Tuhan, takut akan Tuhan merupakan hal signifikan, baik itu
berbicara tentang keberhasilan, kebahagiaan (Pkh. 8:12),
kehidupan (Ams. 19:23), hikmat (Ams. 9:10), kesucian (Mzm
19:10), serta berbagai aspek lain dalam kehidupan orang
percaya.
Strauch, berdasarkan kualifikasi yang diberikan
Paulus kepada Titus dan Timotius (1 Tim. 3:2-7 dan Tit. 1:6-9)
menyimpulkan bahwa seorang pelayan Tuhan, yang dalam
pembicaraannya dispesifikasikan kepada penatua, haruslah


20
Kel. 18:21.
Refleksi Bagi Gereja Masa Kini 77

memiliki kerohanian yang baik, sehingga ia dapat bebas dari
segala bentuk celaan dari luar, juga untuk dapat memberikan
teladan yang baik bagi orang sekelilingnya, sebab seorang
penatua mewakili Allah, dalam hal ini di percayai untuk
mengurus rumah tangga Allah, milik Allah, harta benda Allah,
dan kekayaan Allah.
21

Berhubungan dengan itu, Octavianus menyarankan
beberapa hal yang harus dipersiapkan ketika seseorang ingin
menjadi pemimpin rohani, yang notabene juga adalah
penatalayan. Salah satunya adalah persiapan rohani. selanjutnya
menurut Octavianus, dalam persiapan-persiapan berhubungan
dengan kerohanian ini, Tuhan sendirilah yang mengawasi secara
langsung bahkan sampai menjadikannya seorang pemimpin
umat.
22
Untuk itu Nouwen berkata, Diperlukan orang-orang
Kristiani yang bersedia mengembangkan kepekaan mereka
terhadap kehadiran Allah dalam hidup mereka sendiri dan juga
dalam kehidupan sesama.
23
Sehingga, dari ungkapan Nouwen
tersebut terlihat bahwa, kerohanian yang berkualitas dari
seseorang, bukan hanya dapat dirasakan oleh dirinya sendiri


21
Alexander Strauch, Manakah Yang Alkitabiah Kepenatuaan
atau Kependetaan, pen., Hariyono (Yogyakarta: ANDI, 1992), 100-101.

22
P. Octavianus, Manajemen Kepemimpinan Menurut Wahyu
Allah (Malang: YPPII, 1991), 69-71.

23
Henry J.M. Nouwen, Pelayanan yang Kreatif, pen., Hary
Kustana, P. Sigit Pramuji Wahyuana dan I. Suhayo Pr. (Yogyakarta:
Kanisius, 1992), 138.
78 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja

namun lebih dari itu, seharusnya terpancar keluar, sehingga
dapat dirasakan secara langsung oleh orang-orang disekitarnya.
Dalam era yang menuntut segala sesuatu terjadi
secara cepat, seperti sekarang ini, setiap orang, termasuk para
pelayan Tuhan sering dituntut untuk terus menghasilkan sesuatu
dengan instant. Moderisasi yang pesat ini memang
mengakibatkan orang hidup dengan tergopoh-gopoh, hingga
akhirnya lupa diri. Lupa untuk mengevaluasi segala sesuatu,
bahkan seringkali introspeksi di hadapan cermin Firman Tuhan
terabaikan, lebih dari itu makna mendasar dari segala macam
kesibukan yang dijalani tidak dapat diketahui lagi.
24

Pembentukan Kepribadian
Salah satu prinsip dasar berhubungan dengan Dasar-
dasar pelayanan Kristen yang dikemukakan oleh Ronald W.
Leigh adalah, Sifat dan sikap pekerja Kristen terhadap orang
lain adalah hal yang teramat penting, bahkan lebih penting
daripada bakat ataupun pendidikan formalnya.
25
Sebab
selanjutnya menurut Leigh, selain seorang pekerja Kristen itu
harus memahami dengan benar kebenaran-kebenaran Alkitab


24
Robby Chandra, Bahan Bakar Sang Pemimpin, Peny.,
Krismariana W. (Yogyakarta: Gloria Usaha Mulia, 2005), 17-23.

25
Ronald W. Leigh, Melayani Dengan Efektif (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1996), pen. Stephen Suleeman, 25.
Refleksi Bagi Gereja Masa Kini 79

yang fundamental, ia harus hidup sesuai dengan apa yang
diketahuinya itu dan secara konsisten memberikan teladan
tentang kehidupan Kristen yang muncul dari penerapan akan
ajaran-ajaran Alkitab di dalam kuasa Roh Kudus.
26

Berhubungan dengan penatalayanan Kristen, penulis
mencoba untuk menampilkan pentingnya kepribadian yang
indah yang tentunya akan cenderung dipandang dari perspektif
orang-orang yang berkonsentrasi di bidang non-religi, secara
khusus kekristenan.
Dalam bagian pendahuluan pada bukunya yang
menampilkan kepentingan Emotional Intelligence daripada IQ
(Intelligence Quantity), Daniel Goleman berkata Apabila ada
dua sikap moral yang dibutuhkan oleh zaman sekarang, sikap
paling tepat adalah kendali diri dan kasih sayang.
27
Dengan
demikian, dari pernyataan tersebut, terlihat bahwa sesungguhnya
kepentingan akan pribadi yang baik merupakan kebutuhan
dalam segala bidang.
Kebutuhan akan kepribadian indah ini terlihat
begitu mendesak dengan diterbitkannya berbagai macam
literatur yang berhubungan dengan pembangunan-pembangunan


26
Leigh, Melayani, 26.

27
Daniel Goleman, Emotional Intelligence (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2000), pen. T. Hermaya, xiv.
80 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja

karakter, baik dari penulis-penulis Kristen yang memakai
berbagai macam pendekatan psikologi maupun dari penulis-
penulis non-Kristen.
Dalam tulisannya, Zig Ziglar mengemukakan secara
panjang lebar betapa pentingnya citra diri yang baik bagi
seorang pemimpin, sebab hal itu akan sangat mempengaruhi
keseluruhan aspek kehidupannya. Sekaligus menawarkan
berbagai macam solusi untuk mengatasi buruknya citra diri
dalam diri seseorang.
28

Tidak dapat tidak, kepribadian yang baik haruslah
dimiliki seorang penatalayan Kristen
29
, sebab hal tersebut juga
sangat jelas ditekankan oleh Paulus dalam suratnya kepada
jemaat di Roma dengan berkata, Janganlah membalas
kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi
semua orang! Sedapat-dapatnya kalau hal itu bergantung
padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!
30

Tentu saja penekanan Paulus di sini mengenai hubungan
seorang percaya dengan orang-orang yang belum percaya
sehingga, setiap orang percaya yang adalah penatalayan Kristus


28
Lih. Zig Ziglar, Sampai Jumpa Di Puncak Sukses (Jakarta:
Binarupa Aksara, 1995), pen. Anton Adiwiyanto, 41-95.

29
Lih. Alexander Strauch, Manakah Yang Alkitabiah
Kepenatuaan Atau Kependetaan, pen. Hariyono (Yogyakarta: Yayasan
ANDI, 1992), 100.

30
Roma 12:17,18.
Refleksi Bagi Gereja Masa Kini 81

itu dapat menampilkan kesan yang baik bagi tiap pribadi yang
memandangnya.
Signifikansi Profesionalisme
Dengan terjadinya berbagai macam bentuk difusi
dalam setiap aspek kehidupan manusia, istilah profesi
terpengaruh dengan keadaan tersebut sehingga juga mengalami
perubahan makna.
31
Campbell menginformasikan bahwa, Pada
mulanya istilah ini digunakan dalam konteks kehidupan iman,
yaitu professus (bhs. Latin): mengakui iman secara terbuka di
hadapan publik.
32
Jadi, ia menyimpulkan, Petugas gerejani
dapat dipandang sebagai profesionalis yang paling mula-
mula.
33

Namun demikian dalam bahasan ini, istilah
profesionalime akan dipahami sejalan dengan perkembangan
pemahamannya, yaitu dari beberapa pendekatan.
34
Sebab, lebih
lanjut Campbell menyimpulkan bahwa, memang konsep modern
mengenai profesi mempunyai banyak makna semantik dan
ambiguitas moral, namun dalam membicarakan aktifitas


31
Alastair Campbell, Profesionalisme dan Pendampingan
Pastoral (Yogyakarta: Kanisius, 1994), peny. Don S. Browning, pen. Adji A.
Sutama, 23.

32
Ibid.

33
Ibid.

34
Menurut Campbell, ada tiga macam pendekatan ketika orang
memahami istilah ini, yaitu: pendekatan Ciri-ciri; Pendekatan
Fungsional; Pendekatan Pergulatan-Kekuasaan. Ibid, 24-27.
82 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja

kekristenan, konsep-konsep mengenai profesionalisme dalam
dunia modern tersebut harus dimiliki demi efektivitas profesi
itu sendiri.
35

Adapun profesionalisme yang dimaksudkan dalam
kaitannya dengan penatalayan Kristen disini, adalah cenderung
sejalan dengan apa yang dikemukakan Campbell dalam
mengantarkan pembahasannya, bahwa dalam diri seorang
profesional ada keahlian, konsistensi, dan dedikasi yang
sungguh-sungguh mempunyai daya tarik.
36

Tentu saja untuk mencapai suatu keahlian pada
tingkat tertentu, proses yang membutuhkan waktu sangat
diperlukan, baik itu terakreditasi maupun tidak. Sedangkan
kebutuhan akan konsistensi dan dedikasi haruslah muncul dari
dalam diri seseorang baik secara aktif, dalam pengertian tanpa
dorongan dari pihak luar, maupun secara pasif, dalam pengertian
terdorong oleh sesuatu dari luar, apapun itu.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa,
profesionalisme dalam penatalayanan kristen sebenarnya
bukanlah sesuatu yang mudah untuk dicapai, namun
membutuhkan kerja keras yang komulatif. Beranjak dari


35
Campbell, Profesionalisme, 28.

36
Ibid., 7.
Refleksi Bagi Gereja Masa Kini 83

paparan di atas maka didapatilah bahwa, dalam berbagai aspek
kehidupan baik yang berhubungan dengan proyek-proyek
sekularis, prinsip ini adalah mutlak harus dimiliki oleh setiap
pribadi yang terlibat di dalamnya
37
. Sekalipun memang
penatalayanan Kristen tidak dapat disamakan dengan proyek-
proyek sekuler tersebut, namun paling tidak berbagai macam
proses kerja, baik berhubungan dengan sekuler maupun religi,
menurut penulis tidak terlalu jauh berbeda bahkan, dalam
batasan-batasan tertentu terlihat sama persis. Itulah sebabnya
penulis mencoba mengemukakan prinsip profesionalisme dalam
pembicaraan ini, yang lebih dari Nouwen dalam bukunya
menegaskan bahwa sebenarnya pelayanan itu berhubungan
dengan sesuatu yang lebih dari sekadar profesionalisme.
38

Kapabilitas Bersinergi
Harus disadari oleh setiap Pelayan Tuhan bahwa,
pekerjaan melayani Tuhan bukanlah milik pribadi, yang
keberhasilannya dapat diraih tanpa rekan pelayan lainnya.
Dalam atmosfir pelayanan ini, setiap orang harus menyadari
secara persis tentang eksistensi orang lain, yang di sekitarnya.
Kepekaan tingkat tinggi terhadap dunia di sekelilingnya harus


37
Lih. Winardi, Kepemimpinan Dalam Manajemen (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2000), 16-27.

38
Henry JM. Nouwen, Pelayanan yang Kreatif, pen. Hari
Kustana, P. Sigit Pramuji Wahyuana, I. Suharyo Pr (Yogyakarta: Kanisius,
1992), 19.
84 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja

dimiliki untuk dapat meraih suatu sukses besar.
39
Di sinilah
tuntutan yang mendesak akan kecerdasan pengelolaan emosi
menjadi sangat primer. Lase berkata,
Dalam dunia kerjanya, seorang pekerja melibatkan
seluruh totalitas kepribadiannya yang terdiri dari pikiran,
emosi dan fisik. . .. diketahui bahwa dalam hubungan
dirinya sendiri dengan orang lain, seseorang harus
mampu untuk mengendalikan emosinya yang akan
memberikan dampak positif terhadap dirinya maupun
orang lain.
40

Termin inipun telah dikembangkan oleh Patricia Patton dalam
EQ, Kecerdasan Emosional, Landasan untuk Meraih Sukses
Pribadi dan Karier. Ia mengemukakan bahwa, mereka yang
tidak memiliki referensi nilai, fokus yang positif, dan harga diri
akan menemui kesulitan dalam menemukan sumber daya
bathiniah yang diperlukan untuk menangani tantangan-tantangan
yang beragam.
41
Patton juga menekankan bahwa, egosentris
dan kesombongan memunculkan masalah-masalah yang
menyebabkab mereka tidak bahagia, frustasi dan marah.
42



39
Chandra, Bahan Bakar, 44-46.

40
Jason Lase, Motivasi Berprestasi, Kecerdasan Emosional,
Percaya Diri dan Kinerja (Jakarta: PPS FKIP UKI, 2005), 90.

41
Patricia Patton, EQ, Kecerdasan Emosional, Landasan untuk
Meraih Sukses Pribadi dan Karier, peny., Ghufron, pen., HERMES (Malang:
Mitra Media, 1998), 7.

42
Patton, EQ, Kecerdasan, 81.
Refleksi Bagi Gereja Masa Kini 85

Prinsip sinergi inilah yang diaplikasikan dalam
tumbuh-kembangnya pelayanan Gereja sejak awal. Keberhasilan
demi keberhasilan telah diraih dengan gemilang oleh pribadi-
pribadi yang rela untuk mengesampingkan ego pribadi untuk
mencapai suatu sinergi dengan orang-orang lain di sekitarnya.
Pilihan Pribadi Jemaat Awam dalam Gereja
Memang Gereja secara organisasi serta para
pemimpin umat memiliki tanggung jawab yang besar untuk
pengembangan Tubuh Kristus. Namun demikian, bukan berarti
setiap jemaat tidak perlu untuk introspeksi. Sebab memang pada
dasarnya menjadi semakin tua itu pasti, tapi menjadi dewasa
adalah opsi.
Pada umumnya orang yang mengakui dirinya Kristen
percaya bahwa, Kristus adalah satu-satunya Tuhan dan
Juruselamat dunia ini. Eksistensi Kristus sebagai Allah,
Penguasa jagad raya, jarang diragukan di kalangan orang
Kristen. Bahkan banyak orang Kristen akan berusaha
mempertahankan keyakinan ini, sekalipun seringkali mereka
tidak mengetahui alasan yang cukup.
Namun yang menjadi persoalan besar di sini ialah
mengenai keyakinan mereka akan karya Kristus terhadap diri
mereka secara pribadi. Perasaan kurang terhadap karya
penyelamatan Kristus seringkali muncul, karena berbagai
86 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja

macam faktor. Di sinilah letak kepentingan untuk menekankan
kepada setiap Orang Percaya akan identitas baru milik mereka,
sebagai hasil karya penyelamatan Tuhan Yesus Kristus.
Ketidakpastian akan keberadaan mereka di dalam Kristus,
menghasilkan fenomena keragu-raguan akan keselamatan dalam
dirinya. Padahal kepada mereka, citra yang baru telah diberikan
Allah.
43

Realita akan krisis identitas juga ditemukan oleh
Denny F. Kilapong dalam penelitian yang dilakukan dalam
rangka penulisan tesis untuk pencapaian gelar Master Of
Theologia di Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia
Yogyakarta, tahun 2005. Sehingga iapun menyarankan, setiap
orang Kristen seharusnya berusaha untuk mengenali dirinya di
dalam Kristus, serta membuktikan bahwa hal itu ada dan
mempengaruhi totalitas hidupnya.
44

Signifikansi ini juga merupakan dasar yang kokoh
untuk bertahan dalam kesucian hidup Kristen. Itulah sebabnya,
Evans dengan nada yang sangat praktis berkata,


43
Charles Capps, Citra Anda Menurut Allah, pen., Ben Soriton
(Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil Imanuel, 1993), 14.

44
Denny F. Kilapong, Kompatibilitas Identitas Orang Percaya
Dengan Konsitensinya Dalam Kekudusan Pribadi Pada Masa-masa
Pencobaan Berdasarkan 1 Petrus 1:1-25 (Tesis Th.M: Sekolah Tinggi
Theologia Injili Indonesia Yogyakarta, 2005), 161.
Refleksi Bagi Gereja Masa Kini 87

Waktu Anda dilahirkan kembali, Allah meletakan
dalam diri Anda sifat baru yang sebelumnya tidak ada,
sebuah sifat yang sekarang menjadi inti diri Anda. Petrus
menyebutnya kodrat ilahi karena inilah kehidupan
Allah.
Jadi jika Anda sudah mempercayai Yesus Kristus
untuk kehiduan kekal, maka kehidupan Allah menjadi
inti realita baru Anda. Allah menempatkan inti-Nya,
yang adalah roh, di pusat diri Anda.
Itulah mengapa jika Anda berada di dalam
Kristus, maka Anda dalam keadaan sangat baru. Anda
bukan lagi persona yang dulu-dulu, meskipun
kemungkinan Anda melakukan hal-hal yang dulu Anda
lakukan.
45


Jadi sangat beralasan jika setiap orang Kristen seharusnya,
bukan saja meyakini akan jaminan keselamatan dari Kristus,
namun lebih dari itu memiliki kapabilitas untuk bertahan dalam
kesucian hidupnya.
Akhirnya sebagaimana pesan Firman Tuhan melalui
Paulus dalam Efesus 2:8-10, penting untuk terus diingatkan
sehubungan dengan produktifitas Kristen. Ia berkata,
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh
iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,
itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang
memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah,
diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan


45
Tony Evans, Bebas dari Belenggu Dosa, Peny., Lindon
Saputra, pen., Wim Salampesy (Batam: Gospel Press, 2003), 31.
88 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja

pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah
sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
Demikianlah sebenarnya Kristen penting untuk dipahami oleh
setiap pribadi yang menyandangnya.






PENUTUP

Ada persoalan pelik yang sedang melanda Gereja Tuhan,
beberapa pokok penting dalam pelayanan sedang terabaikan,
sementara masyarakat gereja itu sendiri sedang terbuai dengan
kenyamanan yang sebenarnya bersifat semu. Dalam kondisi
inilah seluruh organisme dalam Gereja penting untuk
disadarkan. Faktanya adalah tantangan ini telah dihadapi oleh
gereja dalam sepanjag sejarah, namun demikian seolah-oleh
pembelajaran tidak pernah usai karena kurangnya motivasi.
Dalam kemajuan zaman yang semakin pesat dan rentan terhadap
degradasi ini, Gereja seharusnya terus menjadi panduan yang
terlihat jelas dalam masyarakat, sebagaimana mercusuar bagi
sebuah kapal di lautan pada kegelapan malam, sehingga dengan
demikian kemerosotan yang begitu menekan kehidupan manusia
dari generasi ke generasi dapat dibendung. Sebab memang
Tidak dapat dipungkiri bahwa kemerosotan moral semakin
meningkat seiring perkembangan pada segala aspek kehidupan
manusia.
90 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


Tanggung-jawab ini bukanlah sesuatu yang ringan untuk
diemban namun hal ini bukanlah realita yang asing bagi Gereja,
sebab untuk itulah Gereja ada, diperlengkapi, diutus ke tengah-
tengah dunia ini serta di beri jaminan penyertaan langsung oleh
Yesus Kristus, Sang Penguasa Jagad itu (Mat. 28:19,20). Dalam
tanggung-jawab yang sangat membanggakan ini, Gereja
haruslah benar-benar menampakkan kemajuan yang dinamis
seiring dengan pesatnya perkembangan dunia dalam segala
dimensi kehidupan.
Namun demikian, pada kenyataannya Tubuh Kristus berada
dalam situasi yang terdesak sehingga penelaahan kembali
terhadap nilai-nilai utama dalam pelayanan merupakan sesuatu
yang bersifat urgen. Prinsip-prinsip yang telah dikembangkan
dari Surat Kolose, merupakan sekelumit penawar yang mungkin
dapat memberi asupan positif kepada gereja, sehubungan
dengan persoalan-persoalan yang seringkali mengguncang
lembaga Allah ini.
Tidak lepas dari tujuan analisa terhadap Surat Kolose tersebut,
maka hasil telaah ini juga sekaligus merupakan indikator dalam
hal tumbuh-kembangnya sebuah gereja lokal. Paling tidak
penulis menemukan beberapa prinsip, baik secara konseptual
maupun praksis. Suatu inspirasi ilahi yang diilhamkan kepada
Penutup 91


Paulus, untuk memberikan penerangan bukan saja bagi jemaat
Kolose, tetapi juga untuk setiap Tubuh Kristus di segala jaman,
dalam berbagai persoalan.
Sejauh analisa penulis terhadap Surat Paulus kepada Jemaat
Kolose ini, ada lima simpulan pokok yang merupakan indikator
dalam pertumbuhan suatu jemaat, sekaligus menjadi titik tolak
penelitian di lapangan. Indikator-indikator tersebut ialah,
Pertama, kualitas para pemimpin rohani. Kualitas yang
dimaksud di sini meliputi, pengetahuan teologia, performa
dalam pelayanan serta karakter/ kesucian hidup. Beberapa hal
yang ditampilkan para pelayan yang dikemukakan dalam Surat
Kolose, dapat menjadi cerminan bagi kehidupan masa kini.
Kedua, kesadaran jemaat tentang identitas dirinya di dalam
Kristus. Bahwa mereka adalah organ-organ dalam satu Tubuh,
yakni Tubuh Kristus, dikuduskan oleh Allah serta memiliki
kapasitas untuk melayani di hadapan Allah yang kudus, yakni
menjadi saksi-saksi Kristus bagi dunia. Bahkan lebih dari itu
setiap Kristen diberikan kapasitas untuk menghadapi berbagai
macam bentuk tantangan hidup, termasuk melawan dosa dan
bertahan dalam kesucian hidup.
Ketiga, karakter jemaat. Dalam hal ini, sudah merupakan hal
yang wajar dan alami, jika seseorang yang telah memiliki
92 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


kapasitas untuk berkarakter indah, menampilkan gaya hidup
yang mengesankan, baik di hadapan Allah maupun manusia.
Jika seorang yang mengaku percaya kepada Kristus
menampilkan karakter baik dalam kehidupannya sehari-hari,
maka dapat dikatakan, hal itu merupakan sesuatu yang wajar.
Namun yang akan menjadi sangat mengherankan, jika seseorang
yang mengaku percaya kepada Kristus, sebagai Tuhan dan
Juruselamatnya, menampilkan karakter buruk dalam
kesehariannya.
Keempat, pengajaran Alkitabiah yang dinamis dalam gereja.
Kepentingan ini disebabkan oleh rentannya penyesatan di dalam
gereja. Pemahaman nilai-nilai teologis yang sering
diselewengkan untuk membelokkan kekristenan dari esensi yang
sebenarnya, menuntut pengajaran yang dinamis dan sistimatis
terus dilaksanakan secara formal di dalam gereja.
Kelima, peran serta jemaat dalam pelayanan misi penginjilan.
Misi pekabaran Injil bukanlah tanggung jawab yang
dipercayakan Allah kepada sebagian orang Kristen, namun
setiap organisme di dalam gereja, termasuk jemaat awam
mengemban tanggung jawab yang sama.








BIBLIOGRAFI

Buku-buku

Arthur Jr., John Mac. The Fruitfull Life. Disunting oleh David
Sper. Panorama City: Word Of Grace Communications,
1983.

Bailey, Richard W. Tujuh Dosa Maut Dalam Gereja Masa Kini.
Disunting oleh Soemitro Onggosandjojo. Diterjemahkan
oleh Chris Samuel. Bandung: Kalam Hidup, 2000.

Berkhof, H. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004.
disadur oleh I.H. Enklaar.

Brauch, Manfred T. Ucapan Paulus yang Sulit. Diterjemahkan
oleh Fenny Veronica. Malang: Departemen Literatur
SAAT, 2001.

Bruce, F.F. The Letters Of Paul: An Expanded Paraphrase.
Grand Rapids: Wm. B. Eermands Publishing Company,
1965.

Campbell, Alastair. Profesionalisme dan Pendampingan
Pastoral. Yogyakarta: Kanisius, 1994. Disunting oleh
Don S. Browning. Diterjemahkan oleh Adji A. Sutama.

Capps, Charles. Citra Anda Menurut Allah. Diterjemahkan oleh
Ben Soriton. Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil
Imanuel, 1993.
94 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


Chandra, Robby. Bahan Bakar Sang Pemimpin. Disunting oleh
Krismariana W. Yogyakarta: Gloria Usaha Mulia, 2005.

Leigh, Ronald W. Melayani Dengan Efektif. Diterjemahkan oleh
Stephen Suleeman. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.

Colleman, Robert E. Rencana Agung Penginjilan.
Diterjemahkan oleh G.J. Tiendas dan Stanley Heath.
Bandung: Kalam Hidup, 1996.

Conner, Kevin J. Pedoman Praktis Tentang Iman Kristen.
Disunting oleh Firman Panjaitan. Diterjemahkan oleh
Paulus Adiwijaya. Malang: Gandum Mas, 2004.


Evans, Tony. Bebas dari Belenggu Dosa. Disunting oleh Lindon
Saputra. Diterjemahkan oleh Wim Salampesy. Batam:
Gospel Press, 2003.

________. Hal yang Paling Utama Dalam Kehidupan Rohani.
Disunting oleh Istiyono Wahyu dan Ostaria Silaban.
Diterjemahkan oleh Connie Item Corputty. Batam:
Gospel Press, 2004.

Goleman, Daniel. Emotional Intelligence. Diterjemahkan oleh
T. Hermaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000.

Gray, James M. The Teaching and Preaching That Counts. New
York: Fleming H. Revell Company, 1978.
Halim, Makmur. Gereja di Tengah-tengah Perubahan Dunia.
Malang: Gandum Mas, 2000.

Autrey, Jarry. Surat Kiriman Penjara. Malang: Gandum Mas,
1998.

Kristianto, Paulus L. Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama
Kristen. Yogyakarta: ANDI, 2006.
Bibliografi 95



Lase, Jason. Motivasi Berprestasi, Kecerdasan Emosional,
Percaya Diri dan Kinerja. Jakarta: PPS FKIP UKI,
2005.

Marantika, Chris. Kristologi. Disunting oleh Nanik Sutarni,
Karel Siahaya, dan Parlaungan Gultom. Yogyakarta:
Iman Press, 2008.

________. Soteriologi and Spiritual Life. Yogyakarta: Iman
Press, 2001.

Nggebu, Sostenis. Dari Betsaida Sampai Ke Yerusalem.
Disunting oleh Bestiana Simanjuntak dan Ridwan
Sutedja. Bandung: Kalam Hidup, 2002.

Nio, Robert. T.S. Gereja Duit VS Gereja Allah. Yogyakarta:
Kairos, 2004.

Nouwen, Henry J.M. Pelayanan yang Kreatif. Diterjemahkan
oleh Hary Kustana, P. Sigit Pramuji Wahyuana dan I.
Suhayo Pr. Yogyakarta: Kanisius, 1992.

Octavianus, P. Manajemen Kepemimpinan Menurut Wahyu
Allah. Malang: YPPII, 1991.

Pantecost, Edward C. Issues in Missology. Grand Rapids: Baker
Book House, 1982.

Patton, Patricia. EQ, Kecerdasan Emosional, Landasan untuk
Meraih Sukses Pribadi dan Karier. Disunting oleh
Ghufron. Diterjemahkan oleh Hermes. Malang: Mitra
Media, 1998.

Peters, George W. A Biblical Theology of Missions. Chicago:
Moody Press, 1984.

96 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


Ryrie, Charles C. Teologi Dasar. Yogyakarta: Yayasan ANDI,
1992. Jil.1. bag. X., Keselamatan yang Sangat Besar.
pen. R. Soedarmo.

Satyabudi, I.J. Kontroversi Nama Allah. Jakarta: Wacana Press,
2004.

Scazzero, Peter dan Warren Bird. Gereja yang Sehat Secara
Emosional dan Spiritual. Disunting oleh Ostaria Silaban.
Diterjemahkan oleh Grace P. Christian. Batam: Gospel
Press, 2005.

Simpson, E.K. dan F.F. Bruce. Commentary On The Epistles To
The Ephesians And The Colossians. Grand Rapids: WM.
B. Eerdmans Publishing, t.t.

Spittler, Russell P. Pertama dan Kedua Korintus. Malang:
Gandum Mas, 1988.

Wagner, C. Peter Memimpin Gereja Anda Agar Bertumbuh.
Disunting oleh Erna Iskandar, Ike Wihana F.B. dan
Hosea S.L. Diterjemahkan oleh Indriyati Subandi.
Jakarta: Harvest Publishing House, 1995.

________. Gereja Saudara Dapat Bertumbuh. Malang: Gandum
Mas, 1990.

Walvoord, John F. Yesus Kristus Tuhan Kita. Diterjemahkan
oleh Cahya R. Surabaya: YAKIN, t.t.

Widiasih, Mary. Hartanti Paulus dalam Biodata Tokoh-tokoh
Alkitab Perjanjian Baru. t.k.: t.p., t.t.

Widjana, Doreen. Kupasan Firman Allah Surat Kolose.
Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1994.

Bibliografi 97


Winardi. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2000.

Wright, N.T. The Epistles Of Paul To The Colossians And To
Philemon. Illinois: Inter Varsity Press, 1987.

Ziglar, Zig. Sampai Jumpa Di Puncak Sukses. Diterjemahkan
oleh Anton Adiwiyanto. Jakarta: Binarupa Aksara, 1995.


Artikel-artikel
(Dalam Majalah, Kamus, Ensiklopedi, dan yang lainya)

Ellis, E. Earle. Paulus. dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini.
Peny. Um. H. A. Oppusunggu dan yang lainnya, pen. M.
H. Simanungkalit, 2:208.

_________. Kolose. dalam Tafsiran Alkitab Wycliffe. Peny.
um. Charles F. Pfeiffer dan Everet F. Harrison. Malang:
Gandum Mas, 2001. 3:813.

Guthrie, D. Timotius dan Titus, Surat-surat Kepada dalam
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini. peny. Um. H.A.
Oppusunggu dan yang lainnya. pen. M.H.
Simanungkalit. 2:479.

Hawthorne, Gerald F., Ralph Martin dan Daniel G. Reid, Peny.
Um., Holines, Sanctification, dalam Dictionary Of
Paul And His Letters. Oleh S.E. Porter. Illinois:
InterVarsity Press, 1993.

Hornby, A.S. Oxford Advanced Learners Dictionary Of
Current English. peny. Jonathan Crowther, Kathryn
Kavanagh dan Michael Ashby. Oxford: Oxford
University Press, 1995.

98 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja


Judge, E. A. Roma, dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini.
peny. Um. H. A. Oppusunggu dan yang lainnya, pen.
Broto Semedi, 2:321-323.

Newman Jr, Barclay M. Kamus Yunani-Indonesia. Jakarta: BPK
Gunung Mulia,1997.

Rienecker, Fritz. Colossians. dalam A Linguistic Key To The
Greek New Testament. peny. Cleon L. Roger Jr. Grand
Rapids: Zondervan Publishing House, 1980.

Sabdono, Erastus. Penyesatan Terselubung Dalam Gereja,
Solagracia, Ed. 2, 13 Juli 1999.

Stamps, Donald C. dan J. Wesley Adam, peny. Um., Alkitab
Penuntun Hidup Berkelimpahan. peny., Bertha Gaspersz,
pen., Nugroho Hananiel. Malang: Gandum Mas, 1994.

Strong, James. pisti. dalam Strong Exhaustive Concordance
Of The Bible, (t.k: t.p, t.t).

Stott, John. Isu-isu Global Menantang Kepemimpinan Kristiani.
Diterjemahkan oleh G.M.A. Nainggolan. Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1996.

Stott, John. Fundamentalisme dan Penginjilan. Diterjemahkan
oleh Gerrit Tiendas dan Stanley Heath. Bandung: Kalam
Hidup, t.t.

Strauch, Alexander. Manakah Yang Alkitabiah Kepenatuaan
atau Kependetaan. Diterjemahkan oleh Hariyono.
Yogyakarta: ANDI, 1992.
Tenney, Merrill C. New Testament Survey (Grand Rapids: Wm.
B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 7.

Bibliografi 99


Trentham, Charles A. The Sheperd Of The Stars. Nashville:
Broadman Press, 1962.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.

Vine, Clothing, Cloths, Clothes, Cloke, Coat, dalam An
Expository Dictionary, 199.

Vine, Grace dalam An Expository Dictionary, 1:169-171.

Vine, Peace, Peaceable, Peaceably, dalam An Expository
Dictionary, 3:167-168.

Vine, W.E. Ministering, Ministration, Ministry, dalam An
Expository Dictionary Of New Testament Words. New
Jersey: Fleming H. Revell Company, 1966. 3:74-75.

Walls, A. F. Rasul, dalam Ensiklopedi, pen. Sijabat-Runkat,
peny. Um. H. A. Oppusunggu dan yang lainnya, 2:307


Program-program Komputer

BibleWorks 6: Barclay-Newman, avgwnizo,menoj dalam Greek
English Dictionary. [CD ROM]

BibleWorks 6: Keterangan dalam BNM Morph + Barclay-
Newman

BibleWorks: New International Version Testament: NT [CD
ROM

BibleWorks6: Agape dalam ISBE Bible Dictionary.

BibleWorks6: avdelfo,j, ou/, o` brother, dalam Friberg Lexicon.
[CD ROM]
100 Pilar-pilar Kokoh Penopang Gereja



BibleWorks6: ca,rij dalam Friberg Lexicon.

BibleWorks6: eivkw.n dalam BNM Morph + Barclay-Newman.

BibleWorks6: Faithful, dalam Eastons Bible Dictionay.

BibleWorks6: Gamaliel, dalam Fausets Bible Dictionary,
[CD ROM]

BibleWorks6: maqhteu,w dalam BibleWorks New Testament
and Friberg.

BibleWorks6: pa,ntej dalam BNM Morph + Barclay-Newman.

BibleWorks6: pisto,j, h,, o,n dalam Friberg Lexicon.

BibleWorks6: pisto,j dalam Strongs Cocordance.

BibleWorks6: King James Version.

BibleWorks6: New American Standart Bible.

BibleWorks6: Strongs Exhaustive Concordance.

BibleWorks6: Terj. Alkitab King James with Strongs and
Jenewa Notes.

BibleWorks6: Terj. BibleWorks New Testament (NA27).

BibleWorks6: Terj. King James With Strongs and Jeneva
Notes.

BibleWorks6: Terj. Latin Vulgate

BibleWorks6: Terjemahan Baru (Indonesia)
Bibliografi 101



Illummina: Gamaliel, dalam Ensiklopedi. [CD ROM]

Ilummina Gold: avpostoloj, dalam Ensiklopedia, Tyndale
House Publishers: 2003. [CD ROM]


Prosiding, Catatan & Diktat Kuliah, Tesis, dan Desertasi

Anthony, Librech. Kepemimpinan Pastoral Dalam
Pengembangan Gereja Kota dengan Perspektif Misi
Sedunia. Desertasi D.Min, Sekolah Tinggi Theologia
Injili Indonesia Yogyakarta, 2000.

Berglund, Douglas. Time Line Pauls Letters, dalam Catatan
Kuliah: Kekristenan dan Budaya, MA.Miss (2007).

Kilapong, Denny F. Kompatibilitas Identitas Orang Percaya
Dengan Konsitensinya Dalam Kekudusan Pribadi Pada
Masa-masa Pencobaan Berdasarkan 1 Petrus 1:1-25.
Tesis Th.M: Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia
Yogyakarta, 2005.

Layantara, Hanny. Kepemimpinan Gereja Lokal, Seminar
PATI STTII Yogyakarta, 21-25 Juni 2004.

Maryono, Petrus. Diktat Kuliah: Gramatika dan Sintaksis
Bahasa Yunani Perjanjian Baru, 1994.

Saparman, Diktat Kuliah: Bahasa Yunani, MA.Miss: 2007.

You might also like