You are on page 1of 18

LAPORAN KASUS A.

IDENTITAS PASIEN Nama Pasien Usia Jenis Kelamin Alamat Pekerjaan Status Pernikahan Agama Suku Tanggal Masuk RS Tanggal Pemeriksaan No Rekam Medik B. ANAMNESIS Dilakukan di poli eksekutif, Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta pada tanggal 24 juni 2013 1. Keluhan Utama : sesak nafas : Ny. K : 80 th : Perempuan : Babadan Ponorogo : Ibu Rumah Tangga : menikah : Islam : Jawa : 24 Juni 2013 : 24 Juni 2013 : xxxxx

2. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke BBKPM dengan keluhan Batuk berdahak selama 2 minggu, dahak berwarna kuning, tidak berbau(-), darah(-), batuk di rasa terus menerus terutama pada pagi hari dan tidak berkurang pada posisi apapun. Batuk disertai sesak napas dan keringat dingin. Pasien juga mengeluh badan terasa lemah dan gerah terus menerus walaupun disaat cuaca dingin sekalipun, meriang (+), mual(+), muntah(-), Nafsu makan normal (+), berat badan menurun(-).

Frekuensi buang air kecil normal 3 x/hari, tidak nyeri atau panas saat berkemih, tidak bewarna merah dan tidak terdapat pasir pada urin. Buang air besar normal. 3. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Asma Riwayat Maag Riwayat Pengobatan OAT Riwayat Alergi Obat dan Makanan Riwayat Opname : Disangkal : Diakui : Disangkal : Disangkal : Disangkal

4. Riwayat Keluarga Riwayat Sakit Serupa tapi sudah lama meninggal Riwayat Asma Riwayat Hipertensi pernah cek tensi sebelumnya ) Riwayat Diabetes Mellitus Riwayat Pengobatan OAT Riwayat Alergi Obat dan Makanan : Disangkal : Disangkal : Disangkal : Disangkal : Disangkal ( belum : Diakui. Pada suami

5. Riwayat Kesehatan Lingkungan Adanya Penderita Batuk Lama Adanya Penderita Batuk Berdarah Mengikuti Pengobatan Rutin (OAT) Udara Dingin Pada Tempat Tinggal Pasien : Disangkal : Disangkal : Disangkal : Disangkal

6. Riwayat Pribadi Kebiasaan Merokok Kebiasaan Minum Alkohol : Disangkal : Disangkal

Kebiasaan Olahraga

: Disangkal.

7. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien adalah seorang ibu rumah tangga C. PEMERIKSAAN FISIK (dilakukan pada 24 Juni 2013) 1. Keadaan Umum KU Kesadaran BB TB Gizi 2. Vital Sign Tekanan Darah Nadi Pernafasan Suhu : 163/95 mmHg : 112x / menit : 28 x / menit : 37.4 C : cukup : Compos Mentis : 40 kg : 148 cm : Cukup

3. Pemeriksaan Fisik a. Kulit Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-) spider naevi (-), striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-). b. Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya direct dan indirect (+/+), pupil isokor (3mm/3mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-). c. Hidung Nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-). d. Telinga 3

Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-). e. Mulut Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris (+), lidah tremor (-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-). f. Leher Simetris, trakea di tengah, peningkatan JVP (-/-), pembesaran kelenjar getah bening (-/-), nyeri tekan (-/-), benjolan (-/-). g. Thoraks Pulmo Inspeksi : simetris, Palpasi : Fremitus taktil: Depan Belakang normal Normal

Normal Normal Normal Normal

Perkusi

: Depan Belakang Sonor Sonor Sonor Sonor Sonor Sonor

Auskultasi

: Suara Dasar Vesikuler Depan Belakang

+ + +

+ + +

Ronkhi: Depan + + Belakang + +

Wheezing : Depan Belakang -

Cor Inspeksi Palpasi Perkusi : ictus cordis tidak terlihat. : ictus cordis kuat angkat. : 5

batas kiri atas batas kanan atas batas kiri bawah Clavicularis Sinistra

: SIC II Linea Para Sternalis Sinistra : SIC II Linea Para Sternalis Dextra : SIC V 1 cm medial Linea Medio

batas kanan bawah : SIC IV Linea Para Sternalis Dextra (batas jantung terkesan normal)

Auskultasi : bunyi jantung 1-2 reguler, bising jantung (-), gallop (-) murmur (-). h. Abdomen Inspeksi Auskultasi Palpasi Perkusi : distensi (-), scar bekas operasi (-), pembesaran organ (-), venectasi (-) : peristaltik usus dbn, metalik sound (-) . : massa (-), nyeri tekan (-), defans muculer (-). : timpani (-), pekak beralih (-)

i. Ekstremitas Oedema

sianosis

D. RESUME 1. ANAMNESIS Sesak nafas,kumat-kumatan, bertambah berjalan sejauh 5 meter,beraktivitas dan saat batuk. berkurang bila istirahat dan saat tidak batuk. Batuk (+), dahak(+) warna kuning kental, keringat dingin(+), mual (+)

2. PEMERIKSAAN FISIK Thoraks rhonki Depan + + Belakang + +

whezing

: Depan Belakang -

E. ASSESMENT Bronkiektasis

F. POMR (Problem Oriented Medical Record) No 1. Daftar Masalah Sesak, Batuk, berdahak, Assessment Bronkiektasi Planning Diagnosis - BTA SPS - EKG Planning Terapi - Drainase dahak Planning Monitoring - Vital sign -

Keringat dingin mual TD 163/95 Rhonki (+/+),

s Hipertensi dispepsia

- DL -

- Kortikosteroi d ( MP 1-0-0) - Antibiotik azitromicin 1x500mg - Mukolitik ( DMP 3X1 tab - Salbutamol 1x2 mg - Lanzoprazol 1-0-0

G. PROGNOSIS Ad vitam Ad fungsionam Ad sanationam : dubia : dubia : dubia

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Definisi Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan muscular dinding bronkus

Bronkiektasis berarti suatu dilatasi yang tak dapat pulih lagi dari bronchial yang disebabkan oleh episode pnemonitis berulang dan memanjang, aspirasi benda asing, atau massa ( mis. Neoplasma) yang menghambat lumen bronchial dengan obstruksi Bronkiektasis adalah dilatasi permanen abnormal dari salah satu atau lebih cabang-vabang bronkus yang besar b. Klasifikasi Berdasarkan atas bronkografi dan patologi bronkiektasis dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Bronkiektasis silindris variasi ini mer upakan bronkiektasis yang paling ringan. Bentuk ini sering ditemukan pada bronkiektasis yang menyertai bronkitis kronik. 2. Bronkiektasis fusiform Bentuknya merupakan bentuk antara diantara bentuk tabung dan kantong. Istilah ini digunakan karena perubahan bentuk bronkus yang menyerupai varises pembuluh vena. 3. Bronkiektasis kistik atau sakular Merupakan bentuk bronkiektasis yang klasik, ditandai dengan adanya dilatasi dan penyempitan bronkus yang bersifat ireguler. Bentuk ini kadang-kadang berbentuk kista.

c. Etiologi 1. Infeksi 2. Kelainan heriditer atau kelainan kongenital 3. Faktor mekanis yang mempermudah timbulnya infeksi 4. Sering penderita mempunyai riwayat pneumoni sebagai komplikasi campak, batuk rejan, atau penyakit menular lainnya semasa kanakkanak. d. Patofiologi Bronkiektasis

10

e. Tanda dan Gejala 1. Batuk yang menahun dengan sputum yang banyak terutama pada pagi hari, setelah tiduran dan berbaring. 2. Batuk dengan sputum menyertai batuk pilek selama 1-2 minggu atau tidak ada gejala sama sekali ( Bronkiektasis ringan )
3. Batuk yang terus menerus dengan sputum yang banyak kurang lebih

200 300 cc, disertai demam, tidak ada nafsu makan, penurunan berat badan, anemia, nyeri pleura, dan lemah badan kadang-kadang sesak nafas dan sianosis, sputum sering mengandung bercak darah,dan batuk darah. 4. Ditemukan jari-jari tabuh pada 30-50 % kasus.

f. Diagnosis Anamnesis

11

Didapatkan tanda dan gejalan bronkiektasis

Riwayat penyakit dahulu Mungkin ada riwayat paru yang mendasari di masa kanak-kanak seperti pneumonia, batuk rejan, atau TB.Adapula gangguan turunan yang jarang ditemukan yaitu memiliki silia imotil ( kartagener = bronkiektasis dan dekstrokardi, silia defektif) atau defisiensi antitrypsin dan pada pasien dengan imunodefisiensi bias terjadi bronkiektasis

Pemeriksaan fisik Pada bentuk ringan tanpa komplikasi, pemeriksaan fisik tidak akan menunjukkan gejala kelainan. Pada gejala yang lebih berat, Temuan klinis yang paling umum adalah adanya ronki pada auskultasi. Pada sebagian pasien bias terdengar mengi. jari tabuh bisa terjadi namun jarang. Sering ditemukan pada pasien bronkiektasis yang berlangsung lama. Jika terdapat infeksi, sering disertai demam

Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemerisaan Laboratorium. Pemeriksaan sputum meliputi Volume sputum, warna sputum, sel-sel dan bakteri dalam sputum. Bila terdapat infeksi volume sputum akan meningkat, dan menjadi purulen dan mengandung lebih banyak leukosit dan bakteri. Biakan

12

sputum dapat menghasilkan flora normal dari nasofaring, streptokokus pneumoniae, hemofilus influenza, stapilokokus aereus, klebsiela, aerobakter,proteus, pseudomonas aeroginosa. Apabila ditemukan sputum berbau busuk menunjukkan adanya infeksi kuman anaerob. 2. Pemeriksaan darah tepi. Biasanya ditemukan dalam batas normal. Kadang ditemukan adanya leukositosis menunjukkan adanya supurasi yang aktif dan anemia menunjukkan adanya infeksi yang menahun. 3. Pemeriksaan urin Ditemukan dalam batas normal, kadang ditemukan adanya proteinuria yang bermakna yang disebabkan oleh amiloidosis, Namun Imunoglobulin serum biasanya dalam batas normal kadang bisa meningkat atau menurun. 4. Pemeriksaan EKG EKG biasa dalam batas normal kecuali pada kasus lanjut yang sudah ada komplikasi korpulmonal atau tanda pendorongan jantung. Spirometri pada kasus ringan mungkin normal tetapi pada kasus berat ada kelainan obstruksi dengan penurunan volume ekspirasi paksa 1 menit atau penurunan kapasitas vital, biasanya disertai insufisiensi pernafasan yang dapat mengakibatkan :

Ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi Kenaikan perbedaan tekanan PO2 alveoli-arteri Hipoksemia Hiperkapnia

13

Pemeriksaan tambahan untuk mengetahui faktor predisposisi dilakukan pemerisaan : Pemeriksaan imunologi Pemeriksaan spermatozoa Biopsi bronkus dan mukosa nasal( bronkopulmonal berulang). 5. Pemeriksaan Radiologi. o Foto dada PA dan Lateral Biasanya ditemukan corakan paru menjadi lebih kasar dan batasbatas corakan menjadi kabur, mengelompok,kadang-kadang ada gambaran sarang tawon ( honey comb apeearance ) serta gambaran kistik dan batas-batas permukaan udara cairan. Paling banyak mengenai lobus paru kiri, karena mempunyai diameter yang lebih kecil kanan dan letaknya menyilang mediastinum,segmen lingual lobus atas kiri dan lobus medius paru kanan. o Pemeriksaan bronkografi Bronkografi tidak rutin dikerjakan namun bila ada indikasi dimana untuk mengevaluasi penderita yang akan dioperasi yaitu penderita dengan pneumoni yang terbatas pada suatu tempat dan berulang yang tidak menunjukkan perbaikan klinis setelah mendapat pengobatan konservatif atau penderita dengan hemoptisis yang masif. Bronkografi dilakukan setelah keadaan stabil, setalah pemberian antibiotik dan postural drainage yang adekuat sehingga bronkus bersih dari sekret.

14

Pasien dengan gejala klinis ditambah foto paru tidak menunjukkan bronkiektasis, pada HRCT akan tampak generalized appearance ( pada setengah lobus)

g. Diagnosis banding 1. bronchitis kronik, 2. tuberculosis paru, 3. abses paru, 4. adenoma paru, 5. karsinoma paru,
6. fistula bronkopleural dengan emplema.

h. Penatalaksanaan Tujuan pengobatan adalah memperbaiki drainage sekret dan mengobati infeksi. Penatalaksanaan meliputi : a. Pengobatan obstruksi bronkus, misalnya dengan obat bronkodilator. Pengobatan hipoksia, dengan pemberaian oksigen. b. Pengobatan Hemoptisis misalnya dengan obat obat hemostatik. c. Pengobatan demam, dengan pemberian antibiotik dan antipiretik Pembedahan Tujuan pembedahan adalah untuk mengangkat (reseksi) segmen atau lobus yang terkena. Indikasinya pada pasien bronkiektasis yang terbatas dan resektabel, yang tidak berespon terhadap tindakan-tindakan konservatif

15

yang adekuat, selain itu juga pada pasien bronkiektasis terbatas, tetapi sering mengalami infeksi berulang atau hemoptisis yang berasal dari daerah tersebut. Pasien dengan hemoptisis masif seperti ini mutlak perlu tindakan operasi. i. Komplikasi 1. bronchitis kronik, 2. pneumonia, 3. pleuritis, 4. efusi pleura, 5. abses metastasis di otak, 6. sinusitis, 7. kor pulmonal kronik, 8. gagal nafas, 9. amiloidosis.

16

DAFTAR PUSTAKA 1. Emmons EE. Bronchiectasis. www.emedicine.com last update juni 2013. ORegan AW, Berman JS. Baum s Textbook of Pulmonary Disease 7th Edition. Editor James D. Crapo, MD. Lippincott Williams & Walkins. Philadelphia. 2004. hal 255-274. 2. Benditt, JO. Lung and Airway Disorder: Bronchiectasis. www.merck.com last update juni 2013. Anonymous. Bronkiektasis.http://medicastore.com/med/detail_pyk.php, 2004 Hassan I. Bronchiectasis. www.emedicine.com. Last update januari 2013 3. Rahmatullah P. Bronkiektasis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Editor Slamet Suyono. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2001. hal 861871. Alsagaff H, Mukty A. Bronkiektasis, Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press. Surabaya. 2006. hal 256-261 Barker AF. The New English Journal of Medicine : Bronkiektasis. 2002; 346:1383-1393. Wilson LM. Patofisiologi (Proses-Proses Penyakit) Edisi enam. Editor Hartanto Huriawati, dkk. EGC. Jakarta 2006. hal 737-740 4

17

4. Ketai LH. Infectious Lung Disease. Fundamental of Chest Radiology, 2nd Edition, Loren H. Ketai Richard Lofgren, Andrew J. Meholic, Elseiver Inc. hal 21

18

You might also like