You are on page 1of 35

HUKUM HARTA PERKAWINAN KEWARISAN ADAT

HARTA PERKAWINAN DAN CARA MEMPEROLEHNYA

Mengenai barang pusaka, (misalnya di daerah Minangkabau dan barang penghibatan (misalnya di daerah suku Batak) juga sangat atau sedikit terikat oleh ketentuan-ketentuan yang ada di pelbagai daerah yang sesuai dengan corak susunan kekeluargaan yang berlaku didaerah masing-masing,

Barang pusaka di Minangkabau tidak dapat dihibahkan kepada orang warga kerabat, juga tidak boleh diwarisi oleh seorang anggota kerabat yang bersangkutan melainkan tatap merupakan barang yang oleh seorang warga kerabat sebagai perorangan, hanya boleh dipakai saja, tetapi tidak boleh dimiliki. Hak memakai ini disebut ganggam batuntuiq".

Didaerah Kerinci, yang dimaksud dengan pusaka itu semata-mata hanya barang-barang yang diperoleh sebagai warisan saja serta semata-mata hanya terdiri atas sawah, rumah dan lumbung saja. Cara bagaimana barangbarang itu didapat oleh yang meninggal warisan, bukanlah persoalan. Hanya setelah barang-barang terscbut diwariskan kepada ahli waris, maka barang-barang itu menjadi hartaa pusaka untuk salama-lamanya. Apabila kemudian terjadi perceraian maka harta pusaka tetap tinggal pada suami atau isteri yang memiliki sendiri, dan dibawanya.

Bagi suku Dayak, maka pengertian pusaka itu meliputi, selain barang-barang warisan juga barang-barang yang bersifat magis yang didapat sebagai misalnya pembayaran perkawinan atau denda serta yang disediakan sebagai harta-warisan yang kmudian bakal diserahkan kepada ahli waris.

Barang-Barang Yang Diperoleh Atas Jasa Sendiri

Baik suami maupun isteri masing-masing mempunyai kemungkinan untuk dalam masa perkawinan itu, memiliki barang-barang sendiri atas jasa-jasanya sendiri. Adapun besar dan kecilnya kemungkinan ini sangat tergantung kepada kuat atau tidaknya pengaruh-pengaruh daripada ketentuanketentuan kekayaan famili (kerabat di satu pihak dan ketentuan-ketentuan kekayaan somah di lain pihak.

Pada kcluarga dimana ikatan famili atau kerabat sangat kuat, maka barang- barang yang baru didapat itu scjak semula milik yang memperoleh barang itu sendiri dan kclak barang-barang itu sebagai harta warisan akan ditcrima oleh para ahli waris dalam pertalian kerabat itu, kecuali apabila ada anak-anak dalam keluarga tersebut sehingga barang-barang itu oleh pemiliknya dapat diwariskan kepada anak-anaknya sendiri.

Barang-barang yang diperoleh sebelum perkawinan Di Sumatera Selatan disebut "harta pembujangan" kalau yang memperoleh itu suaminya Dan disebut "harta penantian" kalau yang memperolehnya itu isterinya.

Dipulau Bali barang-barang itu tanpa melihat siapa yang memperoleh disebut "guna kaya". Barang-barang yang diprolehnya secara demikian ini tetap menjadi milik suami atau isterinya yang bersangkutan demikian juga hutang.

Asas ini sudah menjadi begitu umum, sehingga di mana asas ini tidak diterima, maka orang dapat mengatakan bahwa ditempat itu terdapat suatu perkecualian.

Dibentuknya milik bersama suami istri ini menunjukkan suatu gejala dalam hukum adat, bahwa proses perkembangan seterusnya memperlihatkan dengan jelas tumbuhnya dan makin kuat kedudukan somah (keluarga terdiri atas suami, isteri dan anak-anak) dalam masyarakat. Ini berarti, bahwa proses ini menjurus kc makin lama makin kurangnya pengaruh ikatan kerabat famili sedangkan ikatan somah pengaruhnya makin lama makin menjadi lebih nyata dan makin menjadi lebih panting.

Kekayaan milik bersama isteri ini disebut "Harta suarang, (Minangkabau "barang perpantangan" (Kalimantan "cakkara(Bugis "druwe gabro" (Bali) "barang-gini", "gonogini" (Jawa) "guna koyo"' "barang sekaya", "campur kaya" kaya reujeung (Pasundan).

Terhadap asas umum pengecualian-pengecualian,

ini

terdapat

juga

a. Di Aceh, penghasilan suami menjadi milik pribadinya sendiri, apabila isterinya tidak memberi suatu Dasar materiil yang berbentuk suatu kebun atau suatu pekarangan bagi keluarga atau tidak memberi bekal kepada suaminya yang mengadakan suatu perjalanan.

b. Di Jawa Barat, apabila pada saat perkawinan istri kaya sedangkan suami miskin (perkwinan nyalindung kagelungy maka penghasilan yang diperoleh semasa perkawinan menjadi milik isteri sendiri. Sebaliknya dalam perkawinan manggih kaya (suami kaya dan isteri miskin penghasilan di peroleh semasa perkawinan menjadi milik suami.

c Di Kudus-Kulon (Jawa tcngah) dalam lingkungan para pedagang, maka suami dan istri masing-masing tetap memiliki barang-barang yang mereka bawa kedalam perkawinan dan juga barangbarang yang mereka peroleh masingmasing selama perkawinan

Barang-barang Yang Dalam Masa Perkawinan Diperoleh Suami Dan Isteri Sebagai Milik Bersama

Telah diterangkan di muka tadi, bahwa barang-barang milik bersama yang diperoleh dalam masa perkawinan ini dan yang merupakan sebagian dari pada harta keluarga itu dipelbagai daerah tidak sama sebutannya; di Minangkabau dinamakan "harta Suarang", di Kalimantan "barang perpantangan", dan lain Scbagainya.

Di lain-lain daerah yang mengenal adanya milik bersama suami isteri mcnganggap termasuk milik bersama suami isteri segala kekayaan yang selama berlangsungnya perkawinan, diperoleh suami atau isteri, asal saja duaduanya bekerja untuk kepcrluan somah. Dan pengertian bakerja itu sendiri lama-kelamaan menjadi sangat luas dan kabur, sehingga seorang isteri yang pekerjaanya di rumah saja, berupa memelihara anak-anak dan mengurus rumah tangga, sudah dianggap bekerja juga

sehingga juga dalam hal ini semua kekayaan yang inconcreto didapat oleh suami menjadi milik bersama ini sudah wajar, sebab meskipun si isteri tidak bekerja sendiri untuk memperoleh barangbarang tersebut, namun dengan memelihara anakanak dan membereskar urusan rumah tangga itu, si suami telah menerima bantuan yang sangat berharga serta yang sangat mempengaruhi kelancaran pekerjaannya sehari-hari, jadi juga mempengaruhi secara tidak langsung tambah atau kurangnya milik bersamanya itu,

FUNGSI HARTA PERKAWINAN


Perkawinan itu, kccuali seperti yang dijelaskan di muka mempunyai tujuan untuk memperoleh keturunan, berpokok tujuan juga untuk dapat bersama-sama hidup pada suatu masyarakat dalam satu perikatan kekeluargaan,
Guna keperluan hidup bersama-sama inilah dibutuhkan suatu kekayaan duniawi yang dapat dipergunakan oleh suami isteri untuk membiayai ongkos kchidupan mereka sehari-hari, beserta anakanaknya. Kekayaan duniawi inilah yang discbut "harta perkawinan'[ "bende perkawinan", Harta keluarga, ataupun "harta benda keluarga".

perkawinan atau harta keluarga dengan demikian pada umumnya diperuntukkan pertana-tama bagi keperluan somah, yaitu suami, istri dan anak-anak untuk membiayai kebutuhan hidupnya sehari hari.

PEMISAHAN HARTA PERKAWINAN DALAM 4 GOLONGAN

1) Baran-barang yang diperoleh suami atau isteri sccara warisan atau penghibahan dan kerabat (famili) masing-masing dan dibawa kedalam perkawinan. 2) Barang-barang yang diperoleh suami atau isteri untuk diri sendiri sena atas jasa diri sendiri sebelum perkawinan atau dalam masa perkawinan.

3) Barang-barang yang yang dalam masa perkawinan diperoleh suami dan isteri sebagai milik bersama, 4) Barang-barang yang dihadiahkan kepada suami dan isteri bersama pada waktu pernikahan.

Menurut Prof. Djojodiguno dan Tirtawinata SH. Dalam bukunya "Adat-privaatrecht van MiddleJava", maka rakyat Jawa Tengah mengadakan pemisahan harta-perkawinan ini dalam 2 golongan sebagai berikut :

a. Barang asal atau barang yang dibawa kedalam perkawinan. b. Barang milik bersama atau barang perkawinan.

Wirjono Prodjdikoro S.H. dalam bukunya "Hukum Perkawinan di Indonesia" halaman 89, menguraikan bahwa harta perkawinan menurut hukum adat ada kemungkinan sebagian dari kekayaan suami dan isteri masing-masing terpisah satu dari yang lain, dan sebagian merupakan campur-kaya.

Bagian kesatu dari kekayaan tersebut jadi kepunyaan masing-masing dari perkawinan dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu : a. Barang yang masing-masing diperlch secara warisan dari orang tua/nenek moyangnya. b. Barang yang masing-masing diperoleh secara hibah atau secara usaha sendiri.

PENGERTIAN HUKUM ADAT WARIS

Hukum adat waris meliputi norma-norma hukum yang menetapkan harta kekayaan baik yang materiil maupun yang imateriil yang menakah dari seseorang yang dapat diserahkan kepada keturunannya serta sekaligus juga mengatur saat, cara dan proses peralihannya.

Prof Soepomo dalam "Bab-bab tentang hukum adat" mcrumuskan hukum adat waris sebagai berikut : "Hukum adat waris memuat peratuan-peraturan yang mengatur proses meneruskan serta mengoperkan barangbarang harta-benda dan barang-barang yang tidak terwujud benda (immaterriele goederen dari suatu angkatan manusia (generatic) kcpada keturunannya" halaman 67 buku tersebut).

Ter Haar dalam "beginselen en stelsel van het adat recht" merumuskan hukum adat waris sebagai berikut :"Hukum adat waris meliputi peraturanperaturan hukum yang bersangkutan dengan proses yang sangat mengesankan serta yang akan selalu berjalan tentang penerusan dan pengoperan kekayaan materiil dan immateriil dari suatu generasi kepada generasi berikutnya. (halaman 197 buku tersebut).

Hal yang penting dalam masalah warisan ini adalah bahwa pengertian warisan itu memperlihatkan adanya tiga unsur, yang masing-masing merupakan unsur esensialis (mutlak), yakni : a. Seorang pcninggal warisan yang wafatnya mcninggalkan harta kckayaan. b. Scorang atau bcbcrapa orang ahli waris yang bcrhak mcncrima harta kckayaan yang ditinggalkan itu. c. Harta warisan atau harta pcninggalan, yakni kckayaan "in concrcto" yang ditinggalkan dan sckali bcralih kcpada ahli waris itu.

SIFAT HUKUM ADAT WARIS


Hukum waris Hukum waris Barat yang tercantum dalam KUH Perdata Mengenal hak tiap-tiap ahli waris peninggalan, bagian warisan menurut ketentuan undangundang ("wettelijk erfdee1"atau "legitieme portie" pasal 913 sampai dengan 929).

tidak mengenal "legitieme portie". akan tetapi Hukum Adat Waris. Menetapkan dasar persamaan hak, hak sama ini mengandung hak untuk diperlakukan sama oleh orang tuanya didalam proses menemskan dan mengoperkan harta benda keluarga. Disamping dasar persamaan hak Hukum Adat waris juga meletakkan dasar kerukunan pada proses pelaksanaan pembagian berjalan secara rukun dengan memperhatikan keadaan istimewa dari tiap waxis.

Harta warisan tidak bolah dipaksakan untuk dibagi antara para ahli waris.

Menentukan adanya hak mutlak untuk sewaktuwaktu menuntut pembagian dari harta warisan. (Pasal 1066 KUHP Perdata).

Hukum Adat Waris Harta peninggalan dapat bersifat tidak dapat dibagi-bagi atau pelaksanaan pembagiannya di tunda untuk waktu yang cukup lama ataupun hanya sebagian yang dibagi-bagi.

Hukum Islam Tiap ahli waris dapat mcnuntut pembagian harta pcninggalan tcrsebut scwaktuwaktu.Tidak dikcnal kctcntuan ini.

Memberi kepada anak angkat, Tidak dikcnal kctcntuan ini. hak nafkah dari harta peninggalan orang tua angkatnyaa Tidak dikcnal kctcntuan ini. Dikenal waris. sistem "Pcnggantian

Pembagiannya merupakan tindakan bersama, berjalan secara rukun dalam suasana ramah-tamah dengan memperhatikan keadaan khusus tiap waris. Anak Perempuan, khususnya di Jawa, apabila tidak ada anak laki-laki, dapat menutup hak mendapat bagian harta-peninggalan kakek-neneknya dan saudara-saudara orang tuanya.

Bagian-bagian para ahli waris telah ditentukan; pambagian harta pcninggalan mcnurut kctcntuan tcrscbut.

Harta menjamin kcpada anak perempuan mendapat bagian yang pasti dari harta peninggalan dari orang tuanya.

Harta pcninggalan tidak merupakan Merupakan satu kesatuan harta warisan, Warisan melainkan wajib diperhatikan sifat/macam, asli dan kedudukan hukum daripada barang-barang masing-masing yang terdapat dalam harta pcninggalan itu.

satu

kcsatuan

harta

Prof. DR J. Prins Hukum Adat Waris sangat lah erat hubungannya dengan sifat-sifat kekeluargaan dari pada masyarakat hukum yang bersangkutan beserta pengaruhnya pada harta kekayaan yang ditinggalkan dan berada dalam masyarakat itu.

PENGHIBAHAN ATAU PEWARIS (Ter Haar : "Toeschidingen")

Menurut kebalikan dari pada harta peninggalan yang tidak dapat dibagi-bagi adalah perbuatan penghibahan atau pewarisan, yaitu pembagian keseluruhan ataupun sebagian daripada harta-kekayaan semasa pemilikan masih hidup.

You might also like