You are on page 1of 8

1. 2. 3.

Cari tentang sterilisasi dan macam-macam sterilisasi. Sterilisasi fisika kimia dan macam-macamnya. Aplikasi dalam pembuatan sediaan parenteral.

Jawab 1. Steril adalah kondisi sediaan yang terbebas dari partikel asing non self, tidak terdapat/tercemar menyatakan mikroorganisme sediaan serta memenuhi steril. persyaratan yang adalah

tersebut

Sterilisasi

tahapan atau proses yang bertujuan sediaan tersebut menjadi steril.

Secara umum metode pembuatan sediaan steril dibagi menjadi 2 : metode sterilisasi akhir dan metode aseptis. Pemilihan metode disesuaikan dengan stabilitas zat aktif, formula dan metode sterilisasi yang digunakan.

1. Metode sterilisasi akhir Metode sterilisasi akhir merupakan proses sterilisasi yang dilakukan setelah sediaan selesai dikemas, untuk selanjutnya dilakukan sterilisasi, jenis metode sterilisasi yang sering digunakan adalah metode sterilisasi panas lembab menggunakan autoklaf, namun sterilisasi akhir dapat dilakukan dengan berbagai metode (panas kering, filterisasi, EM, pengion, gas, dsb), hal ini tergantung pertimbangan keefektifan, efisiensi, dan ketepatan serta kesesuaian dengan zat-zat dalam sediaan.

2. Cara aseptik Cara aseptik bukan termasuk metode sterilisasi. Cara aseptik hanya bisa dilakukan khusus untuk zat aktif yang tidak tahan/rusak terhadap suhu tinggi, antibiotik dan beberapa hormon merupakan contoh sediaan dengan perlakuan metode aseptis. Cara aseptis pada prinsipnya adalah cara kerja untuk memperoleh sediaan steril dengan cara mencegh kontaminasi jasad renik/partikel asing kedalam sediaan. Proses cara aseptisnya adalah melakukan sterilisasi pada

semua bahan sediaan (pada awal sebelum pembuatan sediaan) sesuai dengan sifat dari bahan yang digunakan. kemudian dilanjutkan pada proses pembuatan dan pengemasan dalam ruang steril atau didalam laminar air flow untuk mencegah kontaminasi. Pada proses aseptis masih terdapat celah terjadinya kontaminasi, sehingga apabila metode sterilisasi akhir bisa dilakukan maka metode aseptis tidak perlu dilakukan. Macam macam sterilisasi a. Sterilisasi Panas/thermal Sterilisasi panas merupakan sterilisasi yang dianggap paling efektif, tetapi kelemahannya tidak bisa diaplikasikan pada zat aktif yang tidak tahan panas/rusak karna panas, sterilisasi panas dibagi menjadi 2 :

Sterilisasi Panas Lembab : Sterilisasi panas lembab adalah sterilisasi dengan menggunakan uap panas dibawah tekanan berlangsung didalam autoklaf, umumnya dilakukan dalam uap jenuh dalam waktu 30 menit dengan suhu 115 C - 116 C, lama dan suhu tergantung bahan yang disterilisasi, untuk mengetahuinya lihat farmakope indonesia

Sterilisasi Panas Kering : metode sterilisasi dengan menggunakan oven pada suhu160-170 C selama 1-2 jam. umumnya sterilisasi panas dilakukan pada jenis minyak, serbuk yang tidak stabil terhadap uap air, dan alat-alat gelas ukur yang tidak digunakan untuk pengukuran (Bukan alat ukur)

b. Sterilisasi Radiasi Sterilisasi radiasi dibagi menjadi 2 :

Radiasi elektromagnetik (EM) adalah sterilisasi menggunakan sinar ultraviolet (UV). sehingga sinar UV ini memotong tidak DNA terjadi.

mikroorganisme

ekspresi

DNA

keterbatasannya sterilisasi cara ini hanya bisa bekerja pada permukaan, tidak bisa menembuh bahan padat.

Radiasi pengion adalah metode sterilisasi yang menggunakan sinar gamma untuk merusak DNA mikroorganisme, kelebihannya bisa menembus zat padat

c. Sterilisasi Gas Sterilisasi menggunakan gas etilen oksida, kelemahannya zat ini mudah terbakar, bersifat mutagenik dan toksik, sehingga

dikhawatirkan terdapat residu setelah sterilisasi. Pilihan sterilisasi cara gas biasanya pilihan akhir bila zat tidak tahan panas ataupun uap air. d. Sterilisasi Filtrasi Sterilisasi yang menggunakan alat khusus yang menggunakan penyaring/filter matriks pori pori tertentu. menggunakan pori pori 10 nm untuk virus dan 0,22 nm untuk bakteri.

2.

Sterilisasi fisika kimia dan macam-macamnya. Sterilisasi secara fisik Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran. Pemanasan a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll. b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll. c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi. d. Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf

- Penyinaran dengan UV Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV

Sterilisaisi secara kimiawi


Biasanya sterilisasi secara kimiawi menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol. Antiseptik kimia biasanya

dipergunakan dan dibiarkan menguap seperti halnya alkohol. Umumnya isopropil alkohol 70-90% adalah yang termurah namun merupakan antiseptik yang sangat efisien dan efektif. Penambahan yodium pada alkohol akan meningkatkan daya disinfeksinya. Dengan atau iodium, isopropil tidak efektif terhadap spora. Solusi terbaik untuk membunuh spora adalah campuran formaldehid dengan alkohol, tetapi solusi ini terlalu toksik untuk dipakai sebagai antiseptik. Pemilihan antiseptik terutama tergantung pada kebutuhan daripada tujuan tertentu serta efek yang dikehendaki. Perlu juga diperhatikan bahwa beberapa senyawa bersifat iritatif, dan kepekaan kulit sangat bervariasi. Zat-zat kimia yang dapat dipakai untuk sterilisasi antara lain yaitu halogen (senyawa klorin, iodium), alkohol,fenol,hidrogen feroksida,zat warna ungu kristal, derivat akridin, rosanalin, detergen, logam berat (hg,Ag,As,Zn), aldehida, dll.

3.

Aplikasi dalam pembuatan sediaan parenteral. Jenis Teknik Pengobatan Parenteral Dalam dunia kedokteran, obat dapat disuntikkan ke dalam hampir seluruh organ atau bagian tubuh, termasuk sendi, ruang cairan sendi, tulang punggung bahkan dalam kondisi gawat dapat disuntikkan dalam jantung. Lain halnya dalam dunia perunggasan, teknik injeksi yang biasanya diaplikasikan adalah suntikan intramuskuler dan subkutan.

Lokasi

penyuntikan

obat

yaitu

intramuskuler (IM), intravena (IV) dan subkutan (SC)

Suntikan intramuskuler Injeksi intramuskuler dilakukan dengan memasukkan obat ke dalam otot (daging). Obat tersebut selanjutnya akan terabsorpsi ke pembuluh darah yang terdapat pada otot. Tempat penyuntikkan sebaiknya sejauh mungkin dari syaraf-syaraf utama atau pembuluh darah utama. Selain itu, hendaknya dipilih otot dengan suplai pembuluh darah dan kontraksi (pergerakan) otot yang banyak. Pada ayam, lokasi penyuntikan intramuskuler biasanya dilakukan pada otot dada (pectoral) atau otot paha (femur). Aplikasi ini harus dilakukan dengan hati-hati dengan memperhatikan titik tempat jarum ditusukkan dan di mana obat ditempatkan. Jika terjadi kesalahan maka bisa mengakibatkan terjadinya paralisis akibat rusaknya syaraf, abses, kista, emboli, hematom maupun terkelupasnya kulit. Produk yang diberikan secara intramuskuler antara lain Gentamin, Vet

Strep atau Injeksi Vitamin B Kompleks.

Suntikan intramuskuler di bagian dada 30o.

dan

paha.

Perhatikan

kemiringan jarum suntik, sebaiknya

Suntikan subkutan Sedikit berbeda dengan suntikan intramuskuler, lokasi penyuntikan subkutan berada di bawah permukaan kulit (di antara daging/otot dengan kulit) dan untuk ayam biasanya dipilih lokasi penyuntikan di leher bagian

belakang sebelah bawah. Kulit leher ayam dicubit sehingga lebih memudahkan dalam penyuntikan. Apabila di sekitar leher ayam basah, itu menandakan bahwa obat yang disuntikkan tidak masuk sempurna ke bawah kulit.

Suntikan subkutan di leher bagian bawah. Hati-hati dengan syaraf yang terdapat di leher

Obat yang diaplikasikan dengan suntikan subkutan adalah obat yang tidak mengiritasi jaringan kulit. Setelah obat disuntikkan ke bawah kulit, obat akan berdifusi di cairan antar sel kulit, kemudian terabsorpsi ke pembuluh darah. Efek pengobatan dengan teknik ini relatif lebih lambat (efek depo atau sustained effect) jika dibandingkan dengan suntikan intramuskuler. Volume obat yang disuntikan dengan teknik ini relatif lebih kecil daripada jumlah obat yang diberikan secara intramuskuler. Obat-obat yang bisa mengiritasi sebaiknya tidak diberikan dengan suntikan subkutan karena dapat memicu timbulnya rasa sakit, lecet atau abses dan rasa nyeri.

Saat melakukan pemberian obat dengan teknik suntikan subkutan di daerah leher harus dilakukan secara hati-hati karena pada bagian ini juga terdapat syaraf dan jika terkena dapat menyebabkan ayam tortikolis bahkan kematian

TUGAS SEDIAAN STERIL

DI SUSUN OLEH: NAMA : LUCKY RIMA NOVELITA SIMAMORA STAMBUK: 10 12 174 KELAS: B

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI DAN PENGETAHUAN ALAM ( STIFA ) PELITA MAS PALU 2013

You might also like