You are on page 1of 10

ISSN 1412 1107

J U R NA L FARMASI INDONESIA

Design-Expert Software Factor Coding: Actual Persen obat larut 3 jam Design Points 92.4 8.87 X1 = A: AKont. Matriks X2 = B: Konst. PVP

1.00

Persen obat larut 3 jam

0.50

B : K o n s t. P V P

40
0.00

20

60
-0.50

80

-1.00

3
-1.00 -0.50 0.00 0.50

3
1.00

A: AKont. Matriks

Volume 5 Nomor 4 Juli 2011

Volume 5 Nomor 4 Juli 2011

ISSN 1412 1107

JURNAL FARMASI INDONESIA

DAFTAR ISI
Efek Antidiabetes Herba Ciplukan (Physalis angulata Linn.) Pada Mencit Diabetes Dengan Induksi Aloksan Afifah B. Sutjiatmo, Elin Yulinah Sukandar, Yulia Ratnawati, Suswini Kusmaningati, Asri Wulandari, Suci Narvikasari Aktifitas Repellent Nyamuk Lotion Kombinasi Ekstrak Batang Vitex trifolia L. dan N,N-dietil-meta-toluamida Mustanir, Marianne, Ikhsan Harifsyah Pentagamavunon-1 Menghambat Siklus Sel T47D Terinduksi Caspase Inhibitor Z-VAD-Fmk pada Fase G2-M Muhammad Dai, Supardjan A.M., Umar Anggara Jenie, Kawaichi M., Edy Meiyanto Profil Farmakokinetika Radiofarmaka Etambutol Bertanda Teknesium-99m Sebagai Sediaan Sidik Tuberkulosis Hanafiah Wangsaatmadja, Nanny Kartini Optimasi Formula Tablet Lepas Lambat Ibuprofen Fredy Sumargo dan Lannie Hadisoewignyo 166-171

172-179

180-187

188-194

195-204

Peningkatan Laju Pelarutan Trimetoprim Melalui Metode 205-212 Ko-Kristalisasi Dengan Nikotinamida Erizal Zaini, Auzal Halim, Sundani N. Soewandhi, Dwi Setyawan Profil Penyimpanan Obat Di Puskesmas Wilayah Surabaya Timur Dan Pusat Umi Athijah, I Nyoman Wijaya, Soemiati, Azza Faturrohmah, Arie Sulistyarini, Gesnita Nugraheni, Catur Dian Setiawan, Rofiah, Lidya Rahmah 213-222

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 4 Juli 2011

EDITORIAL
Selamat bertemu lagi Teman Sejawat sekalian. Di pertengahan tahun ini kami kembali menyajikan beberapa artikel hasil penelitian para Teman Sejawat apoteker di seluruh Indonesia ke hadapan sidang pembaca sekalian. Topik-topik penelitian yang kami sajikan pada edisi ini antara lain tentang bahan alam, optimasi formula dan sifat bahan obat, serta farmasi komunitas. Topik bahan alam diisi oleh pembuktian efek antidiabetes dari herba ciplukan (Physalis angulata L.) yang memang sudah sejak lama dikenal dan digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional penurun kadar gula darah. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak air herba ciplukan dosis 10 mg/kgbb mempunyai efek antidiabetes yang sama dengan glibenklamid dosis 0,65mg/kgbb. Hasil ini juga mengkonfirmasi bahwa bahan aktif antidiabetes pada herba ciplukan memang berada di fasa airnya, sehingga praktik pengobatan tradisional selama ini yang menggunakan rebusan herba ciplukan untuk pengobatan terbukti benar. Penelitian lainnya merupakan upaya perbaikan formula repellent nyamuk dengan penambahan bahan alam. Dalam penelitian ini dapat dibuktikan bahwa penambahan ekstrak batang legundi (Vitex trifolia L.) pada formula repellent mengandung DEET (N,N-dietil-meta-toluamida) dapat mengurangi dosis penggunaan DEET, sehingga dapat mengurangi efek toksik DEET yang dalam dosis cukup besar dapat menyebabkan berbagai gangguan sensorik dan motorik. Pada edisi ini juga disajikan laporan penelitian tentang mekanisme kerja senyawa pentagamavunon-1, analog kurkumin yang menghambat proliferasi sel melalui mekanisme induksi apoptosis dan cell cycle arrest pada fase G2-M. Salah satu metode diagnosis penyakit yang banyak dikembangkan dewasa ini adalah teknik pencitraan (imaging) menggunakan sediaan bertanda radionuklida pemancar gamma. Sediaan ini akan bertindak sebagai perunut (tracer) dan menunjukkan lokasi kelainan yang terjadi di dalam tubuh seseorang untuk kemudian dapat dimonitor melalui kamera gamma. Untuk diagnosis tuberkulosis, telah dikembangkan penggunaan Etambutol bertanda teknesium-99m. Kali ini dilaporkan hasil penelitian profil farmakokinetik dari sediaan tersebut pada hewan coba. Di samping itu kami juga menyajikan beberapa penelitian lain, di antaranya laporan hasil penelitian optimasi formula tablet lepas lambat ibuprofen dan peningkatan sifat kelarutan trimetoprim melalui teknik ko-kristalisasi dengan bahan tambahan nikotinamida dengan metode pelarutan (menggunakan pelarut metanol) dan peleburan. Untuk bidang farmasi komunitas, silahkan menikmati laporan tentang profil penyimpanan obat di puskesmas wilayah Surabaya Timur dan Pusat. Semoga apa yang kami sajikan bermanfaat bagi pembaca sekalian. Selamat membaca, selamat menambah wawasan iptek kefarmasian Anda. Maju terus Farmasi Indonesia. Salam Hangat Redaksi

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 4 Juli 2011: 166 -171

EFEK ANTIDIABETES HERBA CIPLUKAN (Physalis angulata LINN.) PADA MENCIT DIABETES DENGAN INDUKSI ALOKSAN
Afifah B. Sutjiatmo1,2, Elin Yulinah Sukandar3, Yulia Ratnawati1, Suswini Kusmaningati2, Asri Wulandari1, Suci Narvikasari2
1

Jurusan Farmasi FMIPA Unjani. 2Pusat Ilmu Hayati ITB. 3Sekolah Farmasi ITB Korespondensi: Dr. Afifah B. Sutjiatmo, MS., Apt. Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Jenderal Achmad Yani Jl. Terusan Jend. Sudirman PO Box 148, Cimahi, email: fifahbs@yahoo.com

ABSTRACT
Antidiabetic effects of water extract of ciplukan (Physalis angulata L.) herbs has been done with the test method of alloxan diabetes induction. Water extract was fractionated using nhexane, ethyl acetate and water.The results showed that ciplukan water extract dose of 10 mg/kgbw and the water fraction dose of 4.84 mg/kgbw have similar effect with glibenclamide dose of 0.65 mg/kgbw. The phytochemical screening showed that ciplukan water extract contains alkaloids, flavonoids, saponins, polyphenols, steroids and triterpenoids, monoterpenoids and sesquiterpenoids. Keywords: Ciplukan herbs, Physalis angulata Linn, alloxan diabetic

ABSTRAK
Telah dilakukan uji efek antidiabetes ekstrak air herba Ciplukan (Physalis angulata L.) dengan metode uji diabetes induksi aloksan. Selanjutnya ekstrak air difraksinasi dengan pelarut n-heksan, etil asetat dan air. Hasil uji membuktikan bahwa ekstrak air herba ciplukan dosis 10 mg/kgbb dan fraksi air 4,84 mg/kgbb mempunyai efek antidiabetes yang sama dengan pembanding glibenklamid dosis 0,65mg/kgbb. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan bahwa simplisia dan ekstrak air herba ciplukan mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, polifenol, steroid dan triterpenoid, monoterpenoid dan seskuiterpenoid. Kata kunci: herba Ciplukan, Physalis angulata Linn , diabetes aloksan

166

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 4 Juli 2011: 172-179

AKTIVITAS REPELLENT NYAMUK LOTION KOMBINASI EKSTRAK BATANG Vitex trifolia L. DAN N,N-DIETIL-META-TOLUAMIDA
Mustanir1, Marianne2, Ikhsan Harifsyah1
1

Jurusan Kimia FMIPA Unsyiah, 2Dept.Farmakologi Fakultas Farmasi USU Korespondensi: Dr. Mustanir, M.Sc. Jurusan Kimia FMIPA Unsyiah, Darussalam, Banda Aceh, 23111, email: mustanir_yahya@yahoo.com

ABSTRACT
Study on repellency of Vitex trivolia stem bark combined with DEET in the lotion formula to mosquitoes have been done. Extract of V. trifolia was combined with DEET to produce the lotion. The combined lotion is brown, no odor, with pH of 6,7. This lotions are not irritated, gaves emulsion type of o/w (oil in water) and homogenous, stable during 3 months observation. The effective repellency to Aedes aegypti mosquitoes of combined lotions are 78.8, 83.9 and 84.3% for 5% methanol with 1, 3 and 5% b/v of DEET, respectively. The time protection of the combined lotions are 9.2, 116.3 and 169.0 minutes. Keywords: lotion, mosquito repellent, DEET, Vitex trifolia.

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian uji aktifitas repellent nyamuk dari lotion kombinasi ekstrak metanol batang Vitex trifolia L. dan DEET. Hasil ekstrak batang V. trifolia dikombinasikan dengan DEET dibuat dalam bentuk lotion. Lotion kombinasi ini berwarna coklat, tidak berbau, pH rata-rata 6,7. Lotion ini tidak merusak kulit, mempunyai tipe emulsi m/a (minyak dalam air) dan merupakan sediaan yang homogen, sangat stabil selama 3 bulan masa pengamatan. Hasil uji daya tolak efektif lotion terhadap nyamuk Aedes aegypti, masingmasing 78,8 ; 83,9; dan 84,3% untuk lotion kombinasi 5% ekstrak metanol dengan 1% DEET, 5% ekstrak metanol dengan 3% DEET dan 5% ekstrak dengan 5% DEET. Sementara lama proteksi rata-rata dari lotion kombinasi tersebut secara berurutan adalah 9,2; 116,3; dan 169,0 menit. Kata kunci: lotion, repellent nyamuk, DEET, Vitex trifolia

172

Pentagamavunon-1 menghambat siklus sel T47D terinduksi caspase inhibitor Z-VAD-Fmk (Muhammad Dai dan kawan-kawan)

PENTAGAMAVUNON-1 MENGHAMBAT SIKLUS SEL T47D TERINDUKSI CASPASE INHIBITOR Z-VAD-Fmk PADA FASE G2-M
Muhammad Dai*, Supardjan A.M.**, Umar Anggara Jenie**, Kawaichi M.***, Edy Meiyanto** *Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, ** Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada,*** Graduate School of Biological Science Nara Institute Science and Technology Korespondensi: Dr. Muhammad Dai, M.Si., Apt. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jln. Ahmad Yani Tromol Pos 1, Pabelan, Kartasuro, Surakarta 57162, email: abulathfi@gmail.com

ABSTRACT
Previous experiment indicated Curcumins analogue Pentagamavunon-1 (2,5-bis(4 -hidroxy1 1 3 ,5 -dimethyl)-benzilidine-cyclopentanone) has inhibitory activity on T47D cell proliferation through induction of apoptosis and cell cycle arrest at G2-M phase. This research was conducted to observe the relationship between the induction of apoptosis and inhibition of cell cycle in T47D cells induced by Pentagamavunon-1 (PGV-1). The T47D cells were treated with 2.5 PGV-1 M; Z-VAD-Fmk 2.5 M; (Z-VAD-Fmk 2.5 M+PGV-1 2.5 M). Kinetics of cell proliferation was observed with flowcytometer analysis, molecular expression was observed with Western blot methods. The results showed induction of PGV-1 and ZVAD-Fmk stimulate the accumulation of cells in G2-M phase (39.28%), did not differ significantly with cells that induced by PGV-1 only (34.19%). Molecular analysis showed that treatment with (PGV-1+Z-VAD-Fmk) could prevent apoptosis through inhibition of activation of Caspase-3, increased the expression of p21 and activated Cdc-2. Overall the study showed inhibition of cell cycle at G2M phase by PGV-1 compound is not affected by the activation of caspase-3. Keywords: Pentagamavunon-1, apoptosis, cell cycle arrest, G2-M phase
1

ABSTRAK
Analog kurkumin Pentagamavunon-1 (2,5-bis(4 -hidroksi-3 ,5 -dimetil)-benzilidinsiklopentanon) telah diteliti dapat menghambat proliferasi sel melalui mekanisme induksi apoptosis dan cell cycle arrest pada fase G2-M. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati keterkaitan antara proses induksi apoptosis dan penghambatan siklus sel pada sel T47D yang diinduksi senyawa Pentagamavunon-1 (PGV-1). Sel T47D diberi perlakuan PGV-1 2,5 M; Z-VAD-Fmk 2,5 M dan (Z-VAD-Fmk 2,5 M+PGV-1 2,5 M). Kinetika proliferasi sel diamati dengan analisis flowcytometric, ekspresi molekuler diamati dengan metode Western blot. Hasil pengamatan menunjukkan induksi (PGV-1+Z-VAD-Fmk) memacu akumulasi sel pada fase G2-M (39,28%) tidak berbeda signifikan dengan sel yang hanya diinduksi PGV-1 (34,19%). Pengamatan molekuler menunjukkan perlakuan (PGV-1+Z-VAD-Fmk) mencegah terjadinya apoptosis melalui penghambatan aktivasi Caspase-3. Secara keseluruhan penelitian menunjukkan penghambatan siklus sel pada fase G2-M oleh senyawa PGV-1 tidak tergantung oleh aktivasi Caspase-3. Kata kunci: Pentagamavunon-1, apoptosis, penghambatan siklus sel, fase G2-M 181
1 1 1

Profil farmakokinetika radiofarmaka Etambutol bertanda Teknesium-99m (Hanafiah Wangsaatmadja, Nanny Kartini)

PROFIL FARMAKOKINETIKA RADIOFARMAKA ETAMBUTOL BERTANDA TEKNESIUM-99m SEBAGAI SEDIAAN SIDIK TUBERKULOSIS
Hanafiah Wangsaatmadja, Nanny Kartini Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri BATAN, Bandung Korespondensi: Prof. Dr. A. Hanafiah Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri BATAN, Bandung, email: hanafiah@batan.go.id

ABSTRACT
The invention of Ethambutol labeled technetium-99m as a radiopharmaceutical for early detection of Mycobacterium tuberculosis gave a significant role in managing of pulmonary as well as extra pulmonary tuberculosis diseases. The clinical studies indicated that the application of this diagnostic agent was very specific and very accurate to determine not only for pulmonary TB infection, but also the existing of TB in abdomen, head, bone, and even in the fingertips. Physicochemical characteristics of this agent have been reported by the previous researcher; however the pharmacodynamic and pharmacokinetic studies as a parameter required in order to fulfill of good manufacturing practice is still necessary to be investigated. In this study, the observation of pharmacokinetic profile in animal through the organ bio-distribution, blood kinetic, and renal clearance/urinary excretion have been carried 99m out. The maximum blood concentration (46%) of Tc-Ethambutol was found less than 5 minutes after intra venous injection, and decreased by 0.04% in the next 24 hours. From the 99m kinetic data interpretation, the biological half life of Tc-Ethambutol was found out around 0.26 hours for the distribution time and 3.19 hours for the elimination. Keywords: pharmacokinetic,
99m

Tc-ethambutol, tuberculosis

ABSTRAK
Penemuan Etambutol bertanda teknesium-99m sebagai sediaan radiofarmasi untuk mendeteksi secara dini keberadaan Mycobacterium tuberculosis, menjadi penting artinya bagi program penatalaksanaan penyakit TBC paru dan non-paru. Uji coba klinis, telah menunjukkan bahwa penggunaan sediaan diagnostik ini spesifik dan sangat akurat dalam menentukan tidak hanya infeksi tuberkulosis (TB) paru, tetapi juga TB yang terdapat di daerah abdomen, kepala, tulang, bahkan di ujung jari sekalipun. Karakteristik fisiko-kimia sediaan ini telah dilaporkan oleh peneliti terdahulu, namun demikian, kajian farmakodinamika dan farmakokinetika sebagai parameter yang disyaratkan dalam rangka penyediaan obat yang baik masih perlu diteliti. Dalam penelitian ini telah dilakukan pengamatan profil farmakokinetika pada hewan percobaan melalui uji biodistribusi, studi 99m kinetika darah, dan ekskresi uriner. Kadar maksimum (sekitar 46%) radiofarmaka TcEtambutol dalam darah hewan uji ditemukan kurang dari 5 menit setelah penyuntikan intravena, dan menurun hingga 0,04% dalam waktu 24 jam kemudian. Dari interpretasi data 99m kinetika, diperoleh waktu paruh biologis Tc-Etambutol sebesar 0,26 jam untuk biodistribusi dan 3,19 jam untuk eliminasi. Kata kunci: farmakokinetika,
99m

Tc-etambutol, tuberkulosis

Optimasi formula tablet lepas lambat Ibuprofen (Fredy Sumargo, Lannie Hadisoewignyo)

OPTIMASI FORMULA TABLET LEPAS LAMBAT IBUPROFEN


Fredy Sumargo, Lannie Hadisoewignyo Fakultas Farmasi Unika Widya Mandala Surabaya Korespondensi: Dr. Lannie Hadisoewignyo, Apt. Fakultas Farmasi Unika Widya Mandala Surabaya, Jl. Dinoyo 42-44, Surabaya-60265, email: lanhadi@yahoo.com

ABSTRACT
Ibuprofen was one type of antiinflammation drug that is often used so frequently in a day. Therefore, ibuprofen should be formulated in the form of sustained release tablet and find the optimum formula using factorial design. Factors used are a concentration of combination locust bean gum xanthan gum matrix at 5% - 10% and concentration PVP K-30 at 3% 5%. Preferred response Banakar follow the criteria was percent of dissolved drug in 3 hours at 25% - 50% and the percent of dissolved drug in 6 hours at 45% - 75%. The purpose of this study was to determine the effect of both factors and their interactions and get the optimum formula for the disposal of the following criteria Banakar. Concentration of combination xanthan gum-locust bean gum and concentration of PVP K-30 factor inhibit dissolved ibuprofen from tablets. While their interaction increase dissolved ibuprofen from tablet. Based on Design-Expert program optimation, optimum formula was obtained using a concentration of combination locust bean gum xanthan gum matrix 7.58% and concentration of PVP K-30 3.09% would be result dissolved drug in 3 hours amounted to 49.3137% and dissolved drug in 6 hours amounted to 51.7607%. Keywords: ibuprofen, xanthan gum, locust bean gum, PVP K-30

ABSTRAK
Ibuprofen merupakan obat antiinflamasi yang digunakan dengan frekuensi penggunaan berulang kali dalam sehari. Oleh karena itu, ibuprofen perlu diformulasikan dalam bentuk lepas lambat dan dicari formula optimumnya dengan menggunakan metode factorial design. Faktor yang digunakan adalah faktor konsentrasi kombinasi matriks locust bean gum xanthan gum pada konsentrasi 5% 10% dan faktor konsentrasi PVP K-30 pada konsentrasi 3% - 5%. Respon yang dipilih mengikuti kriteria Banakar yaitu persen obat larut 3 jam 25 50% dan persen obat larut 6 jam 45 75%. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kedua faktor dan interaksinya serta untuk memperoleh formula optimum yang pelepasannya mengikuti kriteria Banakar. Faktor konsentrasi kombinasi matriks locust bean gum xanthan gum dan faktor konsentrasi PVP K-30 menghambat jumlah ibuprofen yang larut. Interaksi kedua faktor meningkatkan jumlah ibuprofen yang larut. Berdasarkan program optimasi Design Expert diperoleh formula optimum menggunakan konsentrasi kombinasi matriks xanthan gum-locust bean gum 7,5775% dan konsentrasi PVP K-30 3,09%,menghasilkan persen obat terlepas 3 jam sebesar 49,3137% dan persen obat terlepas 6 jam sebesar 51,7607%. Kata kunci: ibuprofen, xanthan gum, locust bean gum, PVP K-30

195

Peningkatan laju pelarutan trimetoprim melalui metode ko-kristalisasi (Erizal Zaini dan kawan-kawan)

PENINGKATAN LAJU PELARUTAN TRIMETOPRIM MELALUI METODE KO-KRISTALISASI DENGAN NIKOTINAMIDA


Erizal Zaini1, Auzal Halim1, Sundani N. Soewandhi2, Dwi Setyawan3
1

Departemen Farmasetika, Fakultas Farmasi Universitas Andalas 2 Sekolah Farmasi ITB Jl. Ganesha 10 Bandung 3 Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga Surabaya

Korespondensi: Dr. Erizal Zaini, M.Si. Departemen Farmasetika, Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang, 25163, Sumatera Barat, e-mail : erizal@ffarmasi.unand.ac.id

ABSTRACT
Co-crystallization of trimethoprim with nicotinamide had been done using solvent (methanol as a solvent) and melted technique. Koflers hot contact methode was used to identify the solid state interaction between these two components. The solid phase was characterized by microscopic, powder X-ray diffraction, thermal DTA and FT-IR spectroscopy analysis. Dissolution rate profile was performed by paddle methode (Type II USP), distilled water as a medium. Solid state interaction between trimethoprim and nicotinamide show a formation of 0 conglomerate (simple eutectic) at eutectical point 125 C. Dissolution rate of cocrystallization product of trimethoprim and nicotinamide increase significantly compare to physical mixture and intact trimethoprim. Keywords: co-crystallization, trimethoprim, nicotinamide, eutectic

ABSTRAK
Telah dilakukan ko-kristalisasi trimetoprim dengan bahan tambahan nikotinamida dengan metode pelarutan (menggunakan pelarut metanol) dan peleburan. Metode kontak panas Kofler digunakan untuk identifikasi awal pembentukan interaksi antar kedua komponen. Padatan hasil ko-kristalisasi dikarakterisasi dengan analisis mikroskopik, difraksi sinar-X, termal DTA dan spektrofotometer FT-IR. Uji laju pelarutan dilakukan dengan metode dayung (tipe II USP) dengan medium air. Hasil interaksi menunjukkan pembentukan konglomerat (eutektikal) antara kedua fase kristalin dalam keadaan padat, dengan titik eutektik pada 0 temperatur 125 C. Laju pelarutan trimetoprim hasil ko-kristalisasi meningkat secara signifikan dibandingkan dengan campuran fisika dan senyawa tunggal trimetprim. Kata kunci: ko-kristalisasi, trimetoprim, nikotinamida, eutektik

205

Profil penyimpanan obat di puskesmas wilayah Surabaya Timur dan Pusat (Umi Athijah dan kawan-kawan)

PROFIL PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS WILAYAH SURABAYA TIMUR DAN PUSAT


Umi Athijah, I Nyoman Wijaya, Soemiati, Azza Faturrohmah, Arie Sulistyarini, Gesnita Nugraheni, Catur Dian Setiawan, Rofiah, Lidya Rahmah Departemen Farmasi Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Korespondensi: Dr. Umi Athijah, Apt. Departemen Farmasi Komunitas, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Surabaya, 60286, email: umiathiyah@yahoo.com

ABSTRACT
The aim of this research was to know the profile of drug storage in Primary Health Center of East and Central Surabaya. Descriptive study was done to all Primary Health Centre, using a validated structured questionaire and a check list. There were 20 store rooms and pharmacy rooms observed at the Primary Health Centre and their staff was interviewed. The result showed that 40% (8/20) of store rooms and 35% (7/20) of pharmacy rooms met qualification, the door in 95% (19/20) of store rooms and 90% (18/20) of pharmacy rooms were locked when not in use. In arranging activity, there was 25% (5/20) of store rooms arranged the drug according to therapeutic categories, dosage forms, and alphabetics. Fourty five percent (9/20) of store rooms use FIFO and FEFO systems in stock rotation. In monitoring of physical quality of drugs, 25% (5/20) of store rooms and 35% (7/20) of pharmacy rooms monitored the physical stability of drugs by identifying the change of color, smell, purity, and form. To conclude, drug storage activities was established but they still need some improvements to reach the optimal drug storage especially in arranging the drugs and monitoring the quality of drugs. Keywords: storage, stability, primary health center

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penyimpanan obat di puskesmas wilayah Surabaya Timur dan Pusat. Penelitian bersifat deskriptif, dengan seluruh populasi sebagai sampel penelitian, menggunakan instrumen berupa kuesioner dan check list. Sebanyak 20 puskesmas diobservasi dan penanggung jawab pengelolaan obat diwawancara. Dari data pengaturan ruangan didapatkan bahwa luas gudang obat yang sudah memenuhi persyaratan Departemen Kesehatan RI sebesar 40% (8/20). Dalam rangka penjaminan keamanan obat yang disimpan didapatkan bahwa sebanyak 95% (19/20) gudang obat dan 90% (18/20) kamar obat selalu terkunci apabila tidak digunakan. Dari kegiatan penyusunan obat didapatkan penyusunan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan alfabetis hanya ada pada 25% (5/20) gudang obat dan 15% (3/20) kamar obat. Selain itu, 45% (9/20) puskesmas menerapkan sistem FIFO dan FEFO. Pengamatan mutu fisik obat dilakukan oleh 25% (5/20) gudang obat dan 35% (7/20) kamar obat. Penyimpanan obat telah diselenggarakan namun masih harus dilakukan perbaikan khususnya dalam penyusunan dan pengamatan mutu fisik obat. Apabila penyimpanan obat dilakukan dengan tepat sesuai standar maka mutu obat akan terjamin sehingga efektivitas terapi menjadi optimal dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Kata kunci: penyimpanan, stabilitas, puskesmas

You might also like