You are on page 1of 27

BATU GINJAL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BATU GINJAL (UROLITIASIS)

Oleh : KELOMPOK A 1. Yunita Agustini 2. Ririn Sukma Wardani 3. Nur Ajizah 4. Randy Repodesalta 5. Riadussolihin 6. Ngakan Gede Nugraha 7. A. A. Istri Sukmaningsih 8. Maria Paulina Nahak 9. Aprillino Barnes (09130034) (09130035) (09130039) (09130042) (09130050) (09130076) (09130077) (09130086) (09130089) PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA 2012

KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Batu Ginjal

dapat terselesaikan. Makalah ini saya susun berdasarkan beberapa sumber dari buku dan internet. Adapun tujuan pembuatan makalah ini diantaranya untuk melengkapi nilai tugas akhir semester pendek. Selain itu makalah ini saya susun dengan harapan dapat memberikan manfaat untuk pembaca dalammemahami definisi, penyeba, tanda gejala dan penatalaksanaan medis pada pasien dengan Batu Ginjal. Tak ada gading yang tak retak Begitu pula dengan makalah yang saya susun ini masih jauh dari kesempurnaan.. Oleh sebab itu saya harapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca untuk perbaikan kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi Mahasiswa Keperawatan.

Yogyakarta, 10 Juli 2012

DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi A. Latar belakang B. Tujuan i ii 1 2

BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi B. Penyebab 3 3 6 7

C. Tanda dan Gejala E. Patofisiologi F. Pathway

D. Penatalaksanaan Medis

7 9

G. Masalah Keperawatan 10 BAB III KASUS A. Kasus B. Pengkajian 12 16 22

C. Analisa Data 21 D. Prioritas Diagnosa E. Perencanaan 23

F. Implementasi dan Evaluasi BAB IV PENUTUP A. Simpulan B. Saran Daftar Pustaka

27

31 31 32

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, kandung kemih dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu kandung kemih (VU) karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69) Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 112 % penduduk menderita batu saluran kemih.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjal 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa dapat mengidentifikasi konsep asuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjal meliputi: definisi batu ginjal , penyebab batu ginjal , tanda dan gejala batu ginjal , patofisiologi batu ginjal dan masalah yang biasa muncul pada klien dengan batu ginjal . b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi asuhan pada klien dengan batu ginjal meliputi pengkajian, analisa data, prioritas diagnose, rencana keperawatan dan evaluasi. c. Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan keperawatan peda klien dengan batu ginjal meliputi pengkajian, analisa data, prioritas diagnose, rencana keperawatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69) Batu ginjal atau kalkulus adalah batu yang terdapat di saluran kemih, batu yang sering dijumpai tersusun dari Kristal-kristal kalsium (Elizabeth J. Corwin, 2009). Batu ginjal atau kalkulus adalah bentuk deposit mineral, paling umum oksalat Ca2+ dan fosfat Ca2+, namun asam urat dan Kristal juga pembentuk batu dalam saluran kemih, batu ini umumnya ditemukan pada pelvis dan kalik ginjal (Marilynn E. Doenges dkk, 1999)

B. Penyebab Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik, meliputi: 1. Herediter 2. Umur 3. Jenis kelamin : diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi. : paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun : jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.

Faktor ekstrinsik, meliputi: 1. Geografi : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu) 2. Iklim dan temperatur 3. Asupan air 4. Diet saluran kemih. 5. Pekerjaan Batu Kalsium Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan yaitu sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor tejadinya batu kalsium adalah: 1. Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid. 2. Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti the, kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam. 3. Hiperurikosuria: : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life). : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat : diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu meningkatkan insiden batu saluran kemih.

Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam urine dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari metabolisme endogen. 4. Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama. 5. Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium dengan oksalat. . (Purnomo, 2000) Teori pembentukan batu : (Mansjoer, dkk; 2000) a. Teori inti (nucleus) : Kristal dan benda asing merupakan tempat pengendapan kristal pada urin yang sudah mengalami supersaturasi. b. Teori matriks : matriks organic yang berasal dari serum atau protein-protein urin memberikan kemungkinan pengendapan kristal. c. Teori inhibitor kristalisasi : beberapa substansi dalam urine menghambat terjadinya kristalisasi, konsentrasi yang rendah atau absenya substansi ini memungkinkan terjadinya kristalisasi. Pembentukan batu membutuhkan supersaturasi dimana supersaturasi itu bergantung pada pH urin, kekuatan ion, konsentrasi cairan dan pembentukan kompleks. Batu kalsium dapat disebabkan oleh : a. Hiperkalsiuria absorptif : gangguan absobsi usus yang beerlebihan juga pengaruh vitamin D dan hiperparatiroid. b. Hiperkalsiuria renalis : Kebocoran pada ginjal. Batu oksalat dapat disebabkan oleh : a. c. Primer autosomal resesif Hiperoksaloria enternik : inflamasi saluran pencernaan, reseksi usus halus, bypass jejunoileal, sindrom malabsobsi. Batu asam urat dapat disebabkan oleh : a. Makanan yang banyak mengandung purin b. Pemberian sitostatik pada pengobatan neoplasma b. Ingesti-Inhalasi : Vitamin.C, ethylene glycol, methoixyflurane, anastesi.

c.

Dehidrasi kronis (Mansjoer, dkk; 2000)

d. Obat-obatan : tiazid, lasix, salisilat.

C. Tanda dan Gejala (Elizabeth J. Corwin, 2009) a. Nyeri. Sering bersifat kolik atau ritmik, terutama bila batu terletak di ureter atau dibawah. Nyeri dapat terjadi secara hebat tergantung dari lokasi letak batu b. Batu di ginjal dapat menimbulkan obstruksi atau infeksi c. e. Hematuria. Disebabkan oleh iritasi dan cidera struktur ginjal yang disertai batu terjadi obstruksi aliran pengenceran urin karena kemampuan ginjal memekatkan urin terganggu oleh pembengkakan yang terjadi disekitar kapiler peritubulus (Marilynn E. Doenges dkk, 1999) a. c. Aktivitas atau istirahat : pekerjaan monoton, keterbatasan aktivitas atau imobilisasi Eliminasi : riwayat ISK kronis, obstruksi sebelum kalkulus, penurunan haluaran urin, kandung kemih penuh, rasa terbakar, dorongan berkemih meningkat, diare, oliguria, hematuria, piuria, perubahan pola berkemih d. Makanan dan cairan : mual muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi piurin, kalsium oksalat dan fosfat, ketidakcukupan pemasukan cairan, kurang nya minum yang cukup, distensi abdominal, penurunan bising usus. e. f. Nyeri : akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi batu, perilaku distraksi, nyeri tekan pada ginjal saat di palpasi Keamanan : riwayat penggunaan alkohol, demam, menggigil b. Sirkulasi : peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, kulit hangat dan kemerahan , pucat d. penurunan pengeluaran urin

D. Penatalaksanaan Medis (Elizabeth J. Corwin, 2009) a. peningkatan asupan cairan meningkatkan aliran urin dan membantu mendorong adanya batu teridentifikasi c. ubah pH urin sedemikian untuk meningkatkan pemecahan batu b. modifikasi makanan yang dapat mengurangi kadar pembentuk batu bila kadungan batu

d. litotripsi (terapi gelombang kejut) ekstrakorporeal/ di luar tubuh atau terapi laser yang digunakan untuk memecah batu e. Bila diperlukan lakukan tindakan bedah untuk mengangkat batu yang besar atau untuk meningkatkan setelah disekitar batu untuk mengatasi obstruksi E. Fatofisiologi Batu ginjal dapat disebabkan oleh peningkatan pH urin (misalnya batu kalsium bikarbonat) atau penurunan ph Urin (batu asam urat). Konsentrasi bahan-bahan pembentuk batu yang tinggi didalam darah dan urine serta kebiasaan makan atau konsumsi obat tertentu, juga dapat merangsang pembentukan batu sehingga menghambat aliran urin dan menyebabkan stasis atau tidak ada pergerakan urin dibagian manapun dari saluran kemih sehingga terjadi kemungkinan pembentukan batu (Elizabeth J. Corwin, 2009) Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal). (Price & Wilson , 1995)

Batu Saluran Kemih Infeksi Hidronefrosis Hidroureter Pionefrosis Urosepsis Pielonefritis Ureritis Sistitis Obstruksi

Gagal Ginjal

F. Pathway Dx Nyeri akut Herediter : -Lingkungan -Pekerjaan -Diet tinggi kalsium -Jumlah minum Tinggal di pelvis obstruksi Membentuk batu Batu kecil Lolos kedalam ureter melalui urin kristalisasi Kelainan biokimia urine Batu besar Super saturasi Inhibitor Kristal pH urin Meningkatnya zat Ca, Mg, F, dan ginjal Komplikasi : -Gangguan eliminasi urin -gagal ginjal akut maupun kronis pielonefritis uremia Infeksi /UTI uritritis Panas/nyeri Refluk urin

Hidronefrosis Retensi urin mengiritasi Gagal ginjal Perforasi ginjal Dx Gangguan eliminasi urin Hematuria Dx Penurunan Volume cairan perdarahan Ureum meningkat Dx Intoleransi aktivitas Dx Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Penurunan BB pH urin

G. Masalah keperawatan (Marilynn E. Doenges, dkk., 1999 dan Judith M. Wilkinson, 2002) ) 1. nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi atau dorongan kontraksi ureteral, trauma jaringan, pembentukan edema, iskemik seluler.

Intervensi : 1) Kaji karakteristik nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, factor presipitasi) Rasional : Membantu mengevaluasi adanya nyeri untuk menunjukkan tempat obstruksi dan kemajuan kalkulus 2) Kaji TTV (tekanan darah, nadi, suhu, TTV) Rasional : mengetahui tanda-tanda vital pasien 3) Kaji keadaan umum Rasional : mengetahui keadaan umum pasien 4) Ajarkan tehnik relaksasi Rasional : membantu meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan oror, mengurangi nyeri 5) Anjurkan memberikan lingkungan yang nyaman Rasional : membantu kenyamanan pasien dengan mengontrol lingkungan 6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat Rasional : membantu mengurangi nyeri pasien dengan tehnik farmakologi 2. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal ureteral, obstruksi mekanik, inflames. Intervensi 1) 2) 3) Kaji pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urin Rasional : mengidentifikasi urin Tentukan pola berkemih pasien dan perhatikan variasi pola berkemih pasien Rasional : mengontrol sebsasi kebutuhan berkemih pada pasien Dorong peningkatan pemasukan cairan Rasional : peningkatan hidrasi pembilas bakteri, darah dan debris dan dapat membantu lewatnya batu 4) Kolaborasi dengan tenaga laboratorium untuk memeriksa urin ( catat adanya keluaran batu untuk dianalisa Rasional : untuk mengidentifikasi tipe batu dan menentukan pilihan terapi yang akan digunakan 5) Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian obat (asetazolamid /diamox, alupurinol, antibiotic, pemberian natrium dan kalium Rasional : untuk membantu kestabilan retensi urin secara farmakologi 3. Resiko Kekurangan volume cairan b/d mual muntah, dieresis pascaobstruksi Intervensi : 1) kaji pemasukan dan pengeluaran cairan

Rasional Rasional

: untuk mengetahui keseimbangan input-output pasien

2) kaji KU pasien (mukosa bibir,torgor kulit) : untuk mengetahui adanya tanda-tanda dehidrasi sehingga dapat dilakukan penanganan segera 2) identifikasi penyebab adanya perubahan volume cairan (muntah,diare ,intake output urin ) Rasional : untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya 3) minta pasien dan keluarga untuk mencatat jumlah cairan yang keluar dan masuk (intakeoutput) seperti minum,urin,muntah dll Rasional Rasional Rasional : untuk mengetahui /memantau jumlah balance cairan pada pasien : untuk mengetahui tingkat kekurangan volume cairan pada pasien : untuk membantu menagani kekurangan volume cairan pada pasien 4) kaji adanya dehidrasi 5) kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan intra vena (IV) dengan teknik farmakologi 6) anjurkan keluarga untuk memberikan minum banyak pada pasien Rasional : untuk membantu menangani kekurangan volume cairan pada pasien dengan teknik non-farmakologi 7) pantau jumlah cairan dan elektrolit pasien Rasiona : intuk mengontrol jumlah cairan dan elektrolit pada pasien BAB III KASUS A. Uraian Kasus Tn.K 58 thn datang ke rumah sakit pada tanggal 2 Agustus 2012 diantar oleh keluarganya,dengan keluhan sudah hampir 1 bln pasien sering merasakan nyeri pada daerah punggung bagian belakang dengan skala nyeri 7, pasien mengatakan bahwa nyeri sering dirasakan saat pasien melakukan aktivitas yang berat dengan lama 5-10 menit setiap melakukan aktivitas berat, pasien juga mengatakan bahwa saat BAK terasa sangat nyeri seperti tertusuk-tusuk dan terbakar sehingga pasien merasa takut untuk melakukan BAK, Pasien mengatakan saat BAK urin yang dikeluarkan hanya sedikit . Pasien juga mengatakan bahwa sebelumnya pola makan pasien tidak begitu teratur,pasien sering mengkonsumsi makanan sejenis sea food, dan memiliki kebiasaan sedikit mengkonsumsi air putih, pasien mengatakan sejak sakit pasien sering merasa haus, pasien juga mengatakan akhir-akhir ini sering mual dan muntah.. Pasien mengatakan merasa cemas dengan keadaan penyakitnya dan mengatakan takut tidak akan sembuh seperti keadaan normal.

Saat dilakukan pengkajian didapatkan TTV : TD : 130/90 mmHg, nadi : 90x/mnt, suhu : 37,50C , RR : 24 x/mnt, turgor kulit tidak elastic , mukosa bibir tampak kering dan pasien terlihat pucat dan lemah. Setelah dilakukan tes laboratorium didapatkan hasil bahwa terdapat penumpukan cairan kristaloid (zat kapur ) pada kandung kemuh (VU) pasien.pasien terpasang kateter urin untuk membantu proses pengeluaran urin (BAK ). Didapatkan hasil laboratorium : Darah rutin Hb Ht Leukosit Trombosit Hemostatis rutin Masa protombin APTT Kimia Protein total: Protein total Albumen Globulin Fosfatase alkali SGOT SGPT Gamma GT Trigliserida HDL kolesterol LDL kolesterol Natrium Kalium Klorida Asam urat Sero imunologi 99 4,6 7,3 3,9 3,4 125 19 20 26 67 50 139 136 4,0 94-111 P: 3,4-7,0 W: 2,4-5,7 6-8 3,5-5 1,5-3,5 35-135 10-36 10-45 7-40 < 150 > 40 < 120 145-147 3,5-5,5 g/dl g/dl g/dl /L /L /L /L mg/dl mg/dl mg/dl mmol/L mmol/L mmol/L mmol/L 12,7 32,6 11-17 30-40 dtk dtk Hasil 13,5 42 6.300 368.000 Normal 12,0-18,0 37-52 4.800-10.800 150.000-450.000 Satuan g/ dl. % / l / l

PSA Urinalisa Urin lemgkap: Warna Kekeruhan

6,5

< 4,0

ng/ml

: keruh : Keruh

Analisa dengan klinitex Bj pH Protein Glukosa Keton Darah Bilirubin Urobilinogen Nitrit Mikroskopik Sedimen : Sel ephitel Leukosit Erytrosit Silinder Kristal Bakteri Masa protombin APTT Kimia: Ureum Kreatinin 56 1,3 10-50 0,6-1,2 mg/dl mg/dl + 25-30 > 100 Negatif Negatif ++ 14,7 dtk 38,4 dtk Positif 0-5 0-1 Negatif positif positif /LPB /LPB 1.030 5,0 ++ Negatif Negatif +++ Negatif 3,2 Negatif 1.005-1.500 5,0-8,0 Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif 3,2-166 Negatif mmol/L g/dl.

B. Pengkajian keperawatan Nama Perawat Tanggal Pengkajian Jam Pengkajian 1. Biodata : Identitas Klien Nama Umur Alamat Agama Pendidikan Pekerjaan Suku : Islam : SMA : Wiraswasta : sudah kawin : Jawa : Tn. K : 58 tahun : Jl. Kapas No.7 Blok A Sleman : Perawat B : 2 Agustus 2012 : 08.00 wib

Status perkawinan

Tanggal MRS : 2 Agustus 2012 Diagnosa masuk : Gagal ginjal Akut Penanggung Jawab Nama Umur Alamat Agama Pendidikan Pekerjaan : Islam : SMA : IRT : Istri : Ny.I : 33 tahun : Jl. Kapas No.7 Blok A Sleman

Hubungan dengan klien

2. Keluhan Utama Klien mengeluh nyeri pada bagian punggung. 3. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Penyakit Sekarang Klien datang ke RS dengan keluhan merasa nyeri pada punggung. Nyeri dirasakan saat klien melakukan aktivitas yang berat dengan lama 5-10 menit setiap melakukan aktivitas berat, pasien juga mengatakan bahwa saat BAK terasa sangat nyeri seperti tertusuk-tusuk dan terbakar sehingga pasien merasa takut untuk melakukan BAK. b. Riwayat Penyakit Dahulu Klien tidak memiliki riwayat operasi sebelumnya. c. Riwayat Penyakit Keluarga Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga seperti DM dan hipertensi.

4. Genogram

Ket : : Perempuan : Laki-laki

: Klien

: Meninggal

: Tinggal dalam satu rumah 5. Basic Promoting physiology of Health 1. Aktivitas dan latihan Klien mengatakan sebelum sakit klien dapat melakukan aktifitas yang berat. setelah sakit klien tidak pernah melakukan aktivas yang berat karena aktivitas yang berat membuat rasa nyeri pada punggungnya. 2. Tidur dan istirahat Klien mangatakan sebelum sakit klien tidur 7jam/hari, setelah sakit klien kurang tidur karena sering merasa nyeri saat ingin BAK pada saat istirahat. 3. Kenyamanan dan nyeri P : Saat ingin BAK Q :Seperti tertusuk-tusuk dan terbakar R : nyeri dirasakan dibagian punggung S :7 T :.5-10 menit setiap melakukan aktivitas berat 4. Nutrisi BB : 55kg, TB : 170cm, LiLa :12 A : antropometri,IMT : BB/(TB)2 = 55 kg/(1,7)2 = 19,0 B : Biokimia. Hb = 13gr/dl. C : Klinik : Klien tidak nampak pucat dan lemah dan tidak mengalami penurunan BB. D : Diet klien mengatakan dalam sehari makan 3x/hari 5. Cairan, elektrolit dan asam basa. Dalam sehari klien minum 5gelas/hari 1 glass = 200cc. Minum 5 gelas/hari=5x200=1000ml Infus 500cc/8jam=3x500=1500ml

Air metabolisme 5/kg BB/hari=5x55=275ml Input=1000+1500+275=2775ml Urin=8x300=2400ml/hari Feses=100ml/hari IWL=15/kg/hari=15x50=750ml IWL=IWL+200(suhu sekarang-370C)=750+200(37,5-37)=850 Output=2400+100+850= 3350 BC =Input-Output =2775-3350 =-575ml pH =7,36 6. Oksigenasi klien tidak menggunakan alat bantu pernafasan, suhu : 37,50C , RR : 24 x/mnt. 7. Eliminasi fekal/bowel BAB klien dilakukan dengan normal, warna kuning kecoklatan, bau khas feses, dan tidak terdapat darah dalam feses. 8. Eliminasi urin Klien BAK sehari sebanyak 8x sehari dengan sekali BAK sebanyak 300ml, warna urin kuning jernih, berbau khas urin dan tidak ada darah dalam urin. 9. Sensori, persepsi dan kognitif Klien tidak menggunakan alat bantu kacamata dan klien juga tidak menggunakan alat bantu pendengaran. 6. Pemeriksaan Fisik a.
b.

Keadaan umum : Compos Mentis


TTV : TD : 120/90 mmHg, nadi : 90x/mnt, suhu : 37,5 0C , RR : 24 x/mnt Pemeriksaan kepala Pada kepala berbentuk mesochepal, rambut klien tidak rontok, tidak ada lesi pada kulit kepala, tidak berketombe, dan tidak terdapat nyeri tekan pada kepala klien. Pemeriksaan muka Muka klien terlihat pucat, tidak lesi pada wajah klien. Pemeriksaan mata Bentuk mata simetris, sclera non ikterik, kornea jernih, pupilnya ishokor, konjungtiva anemis, palpebra edema. Pemeriksaan hidung Hidung klien berbentuk simetris, tulang hidung tidak septum deviasi, tidak ada lesi, tidak terdapat hematom, tidak ada polip dan epistaksis. Pemeriksaan mulut turgor kulit pucat, mukosa bibir tampak kering dan pasien terlihat pucat Pemeriksaa leher klien Tidak ada pembesaran thyroid, tidak ada kaku kuduk, reflek menelan baik.

c. d. e.

f. g.

h.

Pemeriksaan dada Dada klien simetris, klien terlihat sesak nafas, ronkhi (-), tidak terlihat retraksi interkosta.

i.

Pemeriksaan abdomen Inspeksi : warna kulit coklat, tidak ada lesi Auskultasi : peristaltik usus 15 kali Palpasi : Saat dipalpasi tidak ada nyeri tekan. Perkusi : terdengar timpani

j. a.

b.

Pemeriksaan ekstremitas Tidak terjadi pembengkakan pada ekstremitas klien dan tidak ada tanda kelemahan otot. Atas : Kekuatan otot Capilary refil 1detik Akral : hangat Bawah : Kekuatan otot Capilary refil 1detik Akral : hangat

C. Analisa Data Nama klien : Tn.K Umur : 58 Tahun Ruang rawat : No. 1. Data focus DS : klien mengatakan nyeri saat berkemih DO : TD : 130/90 mmHg RR : 24x/mnt Suhu : 37,5 0C Muka klien tampak meringis menahan sakit P : Nyeri dirasakan saat klien melakukan aktivitas berat dan saat BAK Q : nyeri seperti tertusuk-tusuk dan terbakar R : nyeri dirasakan klien di daerah punggung bagian belakang S : skala nyeri 7 T : nyeri dirasakan selama 5-10 mnt No.Register : 12012011 Diagnosa Medis :Urolitiasis Alamat : Jl. Kapas No.7 Blok A Sleman Etiologi Agen injuri biologis Problem Nyeri akut

2. -

DS : Klien mengatakan merasakan nyeri saat BAK sehinnga merasa takut untuk melakukan BAK Pasien mengatakan saat BAK urin yang dikeluarkan hanya sedikit DO : Wajah klien terlihat meringis menahan sakit Terpasang kateter urin pada klien DS : Pasien mengatakan memiliki kebiasan sedikit mengkonsumsi air putih Pasien mengatakan sering mengalami mual muntah pasien mengatakan sejak sakit pasien sering merasa haus DO : Mukosa bibir pasien tampak kering Kulit pasien terlihat pucat dan lemah Turgor kulit tidak elastic Nadi : 90x/mnt RR :24x/mnt TD : 130/90 mmHg Suhu : 37,5 0C Ht ; 42. Warna urin keruh, dengan tingkat kekeruhan keruh, Kristaloid (+), bakteri (+)

stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.

Perubahan pola eliminasi urine

3.

Mual muntah dan asupan cairan

Resiko kekurangan volume cairan

D. Prioritas Diagnosa 1. Nyeri akut b.d agen injuri biologis ditandai dengan 2. Perubahan pola eliminasi urin b.d stimulasi kandung kemih 3. Resiko kekurangan volume cairan b.d mual muntah dan asupan

E. RENCANA KEPERAWATAN Nama klien : Tn.K Umur : 58 Tahun Ruang rawat : No 1 Diagnosa keperawatan Nyeri akut b.d agen injuri biologis Tujuan & Kriteria Hasil Setelah dilakukan selama 3 x 24 jam , diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil : P : pasien tidak lagi berkemih Q : saat berkemih pasien tidak lagi tertusuk-tusuk, dan terbakar R : pasien tidak lagi mengeluh nyeri dibagian belakang punggung S : skala nyeri pasien berkurang menjadi 3 T:- Pasien tampak lebih tenang -TTV dalam batas normal : - TD 120-140/80-100 1. kaji TTV dan intensitasnya 3. Ajarkan penggunaan 1. Untuk mengetahui kondisi umum pasien 2. untuk menentukan skala,lokasi,dan teknik intensitasnnyerinya. terhadap nyeri, tindakan keperawatan 2. Kaji skala nyeri, lokasi No.Register : 12012011 Diagnosa Medis :Urolitiasis Alamat : Jl. Kapas No.7 Blok A Sleman Intervensi Rasionalisasi

TT

Prw

manajemen nyeri ( latihan3. Mengalihkan perhatian napas dalam,imajinasi) dalam antibiotic

merasakan nyeri saat 4. Kalaborasi dengan dokter meningkatkan kontrol pemberian terhadap nyeri yang mungkin berlangsung pemberian4. dapat membantu dalam menentukan obat yntuk membunuh bakteri penyeban infeksi 5. dapat membantu dalam menentukan obat yang digunakan untuk menghilangkan nyeri.

5. Kalaborasi dengan dokter lama analgetik sesuai indikasi

merasakn nyeri seperti dalam

mmHg Nad i 80-100 x/menit - Suhu 36C- 37C - RR 16 24 x/menit - saat merasakan nyeri pasien bisa mengontrol dengan teknik relaksasi (nafas dalam ) 2 Perubahan pola eliminasi urin kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan. Setelah dilakukan 1. Awasi asupan dan 1. untuk mengetahui tindakan keperawatan haluaran, karakteristik selama 2 x 24 jam urine, catat adanya diharapkan klien BAK keluaran batu. criteria hasil : klien normal klien dan tidak perhatikan variasi yang 3. Dorong peningkatan normal 4. kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: - Asetazolamid (Diamox), Alupurinol (Ziloprim) - Meningkatkan pH urine (alkalinitas) untuk - menurunkan pembentukan batu asam. - Mencegah stasis urine Hidroklorotiazid (Esidrix, dan menurunkan Hidroiuril), (Higroton) Klortalidon -pembentukan batu kalsium. - Menurunkan Amonium klorida, kalium pembentukan batu fosfat atau natrium fosfat (Sal- -Menurunkan produksi Hepatika) Agen antigout asam urat. -Mungkin diperlukan bila mis: ada ISK karakteristik adanya batu ginjal pada urin 2. untuk mengetahui keseimbangan input dan output klien 3. untuk menghindari kekurangan terjadinya 4.

Prw

b.d stimulasi secara normal dengan 2. Tentukan pola berkemih

merasakan nyeri lagi terjadi. saat BAK kembali (kuning) - warna urin klien asupan cairan.

cairan pada klien

Alupurinol (Ziloprim) Antibiotika Natrium bikarbonat Asam askorbat

-Mengganti kehilangan yang tidak dapat teratasi selama pembuangan bikarbonat dan atau alkalinisasi urine, dapat mencegah pemebntukan batu. -Mengasamkan urine untuk mencegah berulangnay pembentukan batu alkalin -Mungkin diperlukan untuk membantu kelancaran aliran urine. -Mengubah pH urien dapat membantu pelarutan batu dan mencegah pembentukan batu selanjutnya.

3.

Resiko kekurangan volume cairan b.d mual muntah dan asupan cairan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien tidak lagi mengalami mual muntah dengan KH : - Mukosa bibir klien kembali lembab - Turgor kulit klien kembali elastic - Pasien tidak tampak lemah - Input dan output klien seimbang

1. ukur pemasukan dan pengeluaran dengan akurat 2. perhatikan tanda dan gejala kekurangan cairan 3. berikan cairan yang diizinkan sesuai dengan program pengobatan 4. control suhu lingkungan

1. untuk membantu memperkirakan kebutuhan cairan klien 2. kehilangan cairan dapat menyebabkan gangguan hipovolemik 3. fase diuretic dapat berlanjut ke fase oliguria, waspada dehidrasi noktural 4. suhu lingkungan dapat mempengaruhi kekurangan cairan

Pera

F. Implementasi dan Evaluasi Nama klien : Tn.K Umur : 58 Tahun Ruang rawat : No. Tgl Jam Implementasi No.Register : 12012011 Diagnosa Medis :Urolitiasis Alamat : Jl. Kapas No.7 Blok A Sleman Evaluasi Nama Ttd 1. 2- 08-2012 09.00 1. mengkaji TTV S:O: TD : 130/90 mmHg RR : 24x/mnt Suhu : 37,5 0C 2.mengkaji skala nyeri, lokasi dan intensitasnya S : klien mengatakan nyeri pada punggungnya dan nyeri saat berkemih O: P : Nyeri dirasakan saat klien melakukan aktivitas berat dan saat BAK Q : nyeri seperti tertusuk-tusuk dan terbakar R : nyeri dirasakan klien di daerah punggung bagian belakang S : skala nyeri 7 T : nyeri dirasakan selama 5-10 mnt 3. mengajarkan (latihan napas dalam,imajinasi) S:O : klien nampak mengikuti arahan perawat. S: klien mengatakan nyeri pada punggungnya dan nyeri saat berkemih O: TD : 130/90 mmHg RR : 24x/mnt Suhu : 37,5 0C P : Nyeri dirasakan saat klien melakukan aktivitas berat dan saat BAK Q : nyeri seperti tertusuktusuk dan terbakar R : nyeri dirasakan klien di daerah punggung bagian belakang S : skala nyeri 7 T : nyeri dirasakan selama 5-10 mnt, pemberiancetorolac 1A/12jam. A : Tujuan belum tercapai 1,2,3,4 dan 5 penggunaan teknik manajemen nyeri P : Lanjutkan intervensi

4. S:-

mengkolaborasi

dengan

dokter

dalam pemberian antibiotic O : pasien nampak minum obat yang diberikan. 5. Mengkoalaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik sesuai indikasi S :O :cetorolac 1A/12jam Prwt 1 2. 2- 08-2012 09.00 1. mengawasi asupan dan haluaran, karakteristik urine, catat adanya keluaran batu. S:O : input 2775ml dan output 3350ml BC = input-output = 2775-3350 = -575ml 2. menentukan pola berkemih normal klien dan perhatikan variasi yang terjadi. S : klien mengatakan saat berkemih merasa nyeri O : urine klien terlihat keruh 3.mendorong peningkatan asupan cairan. S :O : klien nampak menjalankan arahan perawat. 4. kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: S: klien mengatakan saat berkemih merasa nyeri O: BC = input-output = 2775-3350 = -575ml Urine nampak keruh A : tujuan belum tercapai P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,dan4

S:O : Asetazolamid (Diamox), (Ziloprim), (Esidrix, kalium atau Alupurinol Hidroklorotiazid Amonium klorida,

Hidroiuril), Klortalidon (Higroton), natrium fosfat (Sal-Hepatika), Agen antigout mis: Alupurinol (Ziloprim), Antibiotika, Natrium bikarbonat , Asam askorbat. 3. 2- 08-2012 09.00 1. mengukur pemasukan dan pengeluaran dengan akurat S : klien mengatakan minum air sebanyak 5gelas. Klien BAK 8x/hari dan BAB 1x/hari O : BC = input-output = 27753350=-575 2. memperhatikan tanda dan gejala kekurangan cairan S :O: Mukosa bibir pasien tampak kering, Kulit pasien terlihat pucat dan lemah, Turgor kulit tidak elastic 3.memberikan cairan yang diizinkan sesuai dengan program pengobatan S :O : klien nampak terpasang infuse 500cc/8jam 4. mengontrol suhu lingkungan S :O : 37C S: : klien mengatakan minum air sebanyak 5gelas. Klien BAK 8x/hari dan BAB 1x/hari O: BC = input-output = 27753350=-575, Mukosa bibir pasien tampak kering, Kulit pasien terlihat pucat dan lemah, Turgor kulit tidak elastic, klien terpasang infuse 500/8jam, dan suhu ruangan 37 c A: Tujuan belum tercapai. P: Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4

BAB IV PENUTUP A. Simpulan Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69) Dari pengkajian yang dilakukan pada Tn.K maka diagnosa keperawatan yang muncul adalah: 1. Nyeri akut b.d agen injuri biologis ditandai dengan 2. Perubahan pola eliminasi urin b.d stimulasi kandung kemih 3. Resiko kekurangan volume cairan b.d mual muntah dan asupan B. Saran 1. Bagi Mahasiswa Diharapkan mahasiswa agar dapat meningkatkan pengetahuannya tentang macam-macam penyakit dan juga meningkatkan kemampuan dalam pembuatan asuhan keperawatan pada pasien dengan Batu ginjal. 2. Bagi perawat Diharapkan bagi perawat agar dapat meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan serta pengetahuannya sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal terkhususnya pada pasien dengan penyakit batu ginjal. 3. Bagi Dunia keperawatan Diharapkan asuhan keperawatan ini dapat terus diperbaiki kekurangannya sehingga dapat menambah pengetahuan yang lebih baik bagi dunia keperawatan, serta dapat diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam keperawatan. Daftar Pustaka Purnomo, BB ( 2000), Dasar-dasar Urologi, Sagung Seto, Jakarta Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta Mansjoer,A.,Soprohaita.,Wardani,W.I.,Setiowulan,W.,2000.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Media Aesculapius.Jakarta Smeltzer.C Suzannae, Bare.G Breda.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.Jakarta.EGC Santosa,Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006 Definisi dan Klasifikasi. Jakarta.Prima Medika

You might also like