You are on page 1of 20

MANAJEMEN KASUS I SKIZOAFEKTIF TIPE DEPRESIF

Oleh : Eko Andriyanto 06711205

Dosen Pembimbing Klinik : dr. H. Akbar Zulkifli Osman Sp.KJ, M.Kes

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN 2013

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama Usia Jenis Kelami Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat Stastus Pernikahan Bangsa / Suku Tanggal Periksa

: Ny. L : 28 tahun : Perempuan : Islam : Tamat SMK : Penganguran : Sragen : Menikah dengan 1 suami dan dikarunia 1 orang putra : Indonesia / Jawa : 18 Mei 2013

II. ANAMNESIS

A. Keluhan Utama Tiba-tiba marah-marah tanpa sebab yang jelas

B. Riwayat Penyakit Sekarang (Riwayat Perjalanan Penyakit) Alloanamnesis (Oleh Tn.W, selaku suami pasien usia 30 tahun yang tinggal serumah dengan pasien) dan Oleh Tn. P selaku ayah pasien usia 57 tahun. Pada hari Sabtu, 18 Mei2013 di Poli Jiwa.

Nara Sumber Nama Alamat Pendidikan

1 Tn. W Sragen Tamat SMEA Karyawan di sebuah lembaga

2 Tn. P Sragen Tamat SD

Pekerjaan Umur Hubungan Tinggal serumah

pendidikan 30 th Suami Ya

Petani 57 th Ayah kandung Tidak

Pada 7 Tahun yang lalu ( bulan Agustus 2006) Awal mulanya pada bulan Agustus tahun 2006 pasien pernah dirawat inap untuk yang pertama kalinya di RSJ Solo, saat itu pasien baru saja menyelesaikan studinya di SMK Sragen, sebelum ujian pasien sangat khawatir sekali nanti kalau tidak lulus SMK, tetapi akhirnya pasien dapat lulus dan menyelesaikan studinya di SMK pada bulan Agustus 2006. Setelah lulus SMK pasien ingin sekali untuk bekerja, tetapi ibunya melarang dia untuk bekerja dan agar tetap dirumah saja membantu pekerjaan ibunya berdagang dan menemani ibunya di rumah. Karena keinginannya tidak terpenuhi pasien jadi sering marah-marah kepada orangtua, kalau di suruh orangtua selalu membantah, sering menyendiri di kamar sering melamun dan keluar malam. Kemudian pasien di bawa ke RSJ Solo untuk yang pertama kalinya selama 1 bulan. Beberapa bulan setelah keluar dari RSJ Solo pasien diperbolehkan ibunya untuk bekerja dan pasien bekerja di sebuah perusahaan swasta di Sragen, tetapi hanya 2 bulan saja kemudian pasien mengundurkan diri karena tertarik sebuah pekerjaan sebagai karyawan di bagian salon kecantikan yang menawarkan gaji lebih dari gaji sebelumnya, tetapi pasien hanya bekerja selama1,5 bulan saja, setelah itu pasien bertemu dengan mantan pacarnya yang kemudian sekarang menjadi suaminya. Pada tahun 2006 dicarikan pekerjaan oleh mantan pacarnya di swalayan swasta di Sragen mereka berpacaran selama 1 tahun, selama itu pasien merasa sangat senang dan sayang kepada mantan pacarnya itu. Pada saat itu pasien sering diantar

kontrol oleh mantan pacarnya yang sekarang menjadi suaminya ke RSJ Solo dan minum obat secara teratur.

Tahun 2008 (22 September 2008) Pada tanggal 22 September tahun 2008 mereka menikah dan dikaruniai seorang putra sekarang berusia 4 tahun. Kehidupan rumah tangganya merasa bahagia, karena mereka menikah atas dasar rasa cinta dan sayang satu sama lain. Karena sudah merasa sembuh dan baikan maka pasien jarang kontrol maupun tidak pernah minum obat. Pasien tinggal bersama suami, seorang putranya, dan mertuannya di Sragen. Hubungan antara pasien dengan mertuanya kurang baik, dikarenakan mertuanya tidak suka dengan sikap pasien yang tidak pernah memasak, dan bekerja di luar rumah sebagai karyawan swalayan swasta. Antara pasien dengan mertua sering terajadi ketidakcocokan, tetapi saat itu pasien masih bisa menahan amarah apabila terjadi ketidakcocokan dengan mertuanya, karena mengingat kasih sayang suami dan putranya.

Tahun 2013 (Bulan Maret 2013) Pada pertengahan bulan Maret 2013 pasien meminta suaminya untuk mengganti motornya yang lama dengan sebuah motor matik yang baru. Suami tidak mempunyai cukup uang untuk mengganti motor yang lama dengan yang baru, sehingga suami tidak mengindahkan permintaan istrinya. Sejak saat itu pasien yang mulanya bekerja sebagai karyawan di swalayan swasta menjadi berhenti bekerja. Pasien yang dulunya berjilbab tiba-tiba menjadi lepas jilbab, sering marah-marah, dan sering menyendiri di kamar dan merenung. Kemudian suami memulangkan istrinya ke rumah orangtuanya. Setiap minggu suami selalu menjenguk istri di Sragen

Tanggal 4 Mei 2013 Dua minggu sebelum masuk Poli Jiwa pasien suka merenung dan tiba-tiba

marah-marah kepada suami dan orangtuanya. Awal mulanya pasien tinggal bersama suami beserta mertuanya . Kira-kira 2 bulan yang lalu sempat terjadi suatu masalah dalam rumah tangganya, pasien tiba-tiba menginginkan untuk ganti motor yang baru, karena uang suami tidak mencukupi untuk menukar motor yang lama menjadi motor yang baru

maka sang suami tidak mengindahkan permintaan istrinya. Padahal pasien sudah sangat mendamba-dambakan motor tersebut, tetapi suami tidak mengabulkan permintaan istrinya. Kemudian pasien dipulangkan ke rumah orangtuanya di Sragen. Saat itu istri suka marah-marah, menyendiri, merenung dan tidak mau mengurus anaknya. Selama 2 hari tidak mau keluar kamar dan tidak mau berbicara sama sekali makanpun juga tidak mau.

Tanggal 11 Mei2013 Seminggu sebelum masuk Poli Jiwa di mana pasien yang telah berada di rumah orang tuanya di Sragen yaitu pada tanggal 11 Mei 2013. Di rumah orangtuanya di Sragen pasien tiba-tiba marah-marah terhadap ibu dan bapaknya, kemudian pasien hanya mengurung diri di kamar, suka merenung dan melamun. Pasien juga menceritakan kepada ayahnya sering mendengar bisikan-bisikan suara yang memanggil-manggil namanya. Kalau ada pengajian di desanya maka pasien sering menghadirinya.

Tanggal 18 Mei 2013 Tanggal 18 Mei2013, saya melakukan wawancara kepada pasien yang sudah mulai bisa untuk diajak ngobrol. Pasien nampak sedih, dan kalau di ajak ngobrol kadang meneteskan air mata. Waktu dirumah pasien sering mendengar bisikan yang menyebutnyebutkan namanya. Pasien tidak melihat bayangan-bayangan apapun. Saat ini pasien juga mengatakan bahwa tidak mampu mengerjakan pekerjaan yang berat-berat, seperti mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan memomong anak, padahal pasien ingin sekali untuk melakukan pekerjaan tersebut. Pasien juga sering mengeluhkan bahwa dirinya itu serba kekurangan (miskin) dan menyesali tidak punya pekerjaan, padahal dahulu pasien bekerja dan mengudurkan diri dari pekerjaannya sendiri, karena keinginanya tidak terpenuhi. Pasien juga mengeluhkan akhir-akhir ini kehilangan nafsu makan dan sulit untuk berkonsentrasi.

C.

Riwayat Penyakit Dahulu a. Riwayat Gangguan Mental Pasien pernah dirawat di RSJ Solo untuk yang pertama kalinya dengan keluhan sering marah-marah kepada orangtuanya, kalau disuruh orangtua selalu membantah, sering menyendiri di kamar, sering melamun dan keluar malam. Pasien pada saat itu di rawat di RSJ Solo selama 1 bulan. b. Kondisi Medik Pasien menyangkal akan adanya : Riwayat Kejang Riwayat Trauma Kepala Riwayat Asma Riwayat Alkohol Riwayat Penyalahgunaan Obat

D. Riwayat Kehidupan Pribadi 1. Riwayat Pre-Natal Menurut informasi orangtuanya, selama kehamilan ibu pasien tidak mengalami keluhan-keluhan apapun, dan saat hamil ibu pasien juga sering kontrol ke bidan. Saat persalinan terjadi secara normal di Puskesmas di bantu oleh bidan, dan saat itu bidan mengatakan kepada orangtuanya bahwa berat badan pasien normal. 2. Riwayat Masa Kanak-kanak (Umur 0-3 tahun) Menurut orangtuanya pasien mendapat ASI sampai usia 2 tahun, setelah itu pasien tidak punya kebiasaan menggigit-gigit sesuatu ataupun jarinya sendiri. Pasien dapat berbicara dahulu baru berjalan seperti anak-anak normal lain seusianya. Kata orangtuanya pasien mampu melakukan toilet traning sejak umur pasien 3 tahun. Tidak ada gangguan kesehatan yang berarti seperti kejang, panas tinggi, asma, ataupun gangguan lainnya. 3. Riwayat Anak-anak sampai Remaja (Umur 3-17 tahun) Pasien dikenal sebagai pribadi yang baik, pendiam, sopan santun. Dari anak-anak hingga remaja pasien memang kurang bisa bergaul dengan baik

dengan teman sebaya dan tetangganya, saat itu pasien hanya mempunyai 2 teman akrab saja yaitu sama-sama perempuan, pasien tidak bergaul dengan lawan jenisnya. Pasien menstruasi yang pertama saat pasien duduk dibangku kelas 2 SMP.

4. Riwayat Masa Dewasa (Umur > 17 tahun) i. Pekerjaan Pasien sempat berganti-ganti pekerjaan sebanyak 3 kali, karena ada tawaran pekerjaan yang lebih menarik makanya pasien selalu mengundurkan diri dari pekerjaannya dan berpindah-pindah. Yang pertama di sebuah perusahaan swasta di Sragen, yang kedua di sebuah salon kecantikan kemudian di sebuah swalayan dan yang terakhir sejak 2 bulan yang lalu pasien mengundurkan diri dari pekerjaannya sampai saat ini menganggur. ii. Perkawinan Menikah dengan 1 suami dan dikarunia 1 orang putra sekarang berusia 4 tahun. Pasien menikah dengan suaminya atas dasar suka sama suka. Kehidupan keluarga pasien dirasakan cukup bahagia karena mereka menikah atas dasar rasa cinta dan kasih sayang. iii. Pendidikan Selama studinya pasien tidak pernah tinggal kelas dan termasuk orang yang rajin. Pasien dapat menyelesaikan studinya di SD selam 6 tahun, di SMP selama 3 tahun dan di SMK selama 3 tahun. iv. Agama Pasien beragama Islam, rajin sholat 5 waktu secara teratur, berjilbab karena 2 bulan yang lalu keinginannya tidak terpenuhi maka pasien kadang memakai jilbab kadang tidak memakai jilbab. Pasien rutin menghadiri pengajian-pengajian di desanya.

v.

Hukum Pasien tidak pernah berurusan dengan pelanggaran hukum.

E. Genogram (Pohon Keluarga) Keterangan Genogram (Pohon Keluarga) :

Keterangan Genogram (Pohon Keluarga) : = laki-laki normal

= perempuan normal

= perempuan gangguan jiwa

Kesimpulan genogram (Pohon Keluarga) Tidak ada riwayat keluarga gangguan jiwa.

Riwayat Kehidupan Keluarga Pasien merupakan anak ke 2 dari 5 bersaudara. Anak yang pertama cewek sudah menikah dan mempunyai 1 orang anak tidak mengalami gangguan jiwa. Anak ke 2 yaitu Ny. L sudah menikah dan mempunyai 1 orang anak ada riwayat gangguan jiwa. Anak ke 3 yaitu seorang laki-laki sudah bekerja di Jakarta, tetapi belum menikah tidak ada gangguan jiwa. Anak ke 4 yaitu laki-laki bekerja di Jakarta juga tetapi belum menikah tidak ada gangguan jiwa juga. Anak yang bungsu yaitu cewek masih duduk di bangku

SMK 4 Sragen dan tidak ada gangguan jiwa juga. Pada keluarga juga tidak di dapatkan riwayat penyakit DM, hipertensi, Asma, TB ataupun Kejang.

III. Status Mentalis

1. Keadaan Umum Tampak seorang wanita 28 tahun sesuai dengan umur, perawatan diri cukup baik. Pasien terlihat lemah, letih dan lesu.

2. Kesadaran a. Kualitatif b. Kuantitatif : Berubah : Compos Mentis E4 V5 M6

3. Orientasi a. Waktu : Baik b. Tempat: Baik c. Orang : Baik d. Ruang : Baik

4. Sikap dan Tingkah Laku a. Sikap : Kooperatif

b. Tingkah laku : hipoaktif

5. Kognitif a. Daya Konsentrasi : kurang, pasien lambat dalam berhitung saat saya

melakukan pemeriksaan. (pengurangan, penjumlahan dan perkalian). b. Daya Ingat baik. c. Pikiran Abstrak 6. Bentuk Pikir Non-Realistik : kurang, pasien salah saat mengartikan peribahasa. : jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek

7. Isi Pikir a. Pengalaman mistik b. Fantasi c. Fobia d. Obsesi kompulsi e. Waham i. Waham kebesaran ii. Waham diancam iii. Waham curiga iv. Waham kejar :(-) :(-) :(-) :(-) :(-) :(-) :(-) :(-)

8. Progresi Pikir a. Produktivitas Pasien berbicara spontan, menjawab pertanyaan pemeriksa dengan intonasi yang pelan, kadang menangis tersedu-sedu dan agak tertutup. b. Kontinuitas pikiran i. Neologisme ii. Irelefan iii. Logore iv. Bloking v. Muthisme vi. Aphasia (-) (+) (-) (-) (-) (-)

vii. Megical thinking (-)

9. Afek a. Afek b. Mood c. Keserasian : Menurun : Depresif : Inapropriate ( tidak serasi)

10. Hubungan Jiwa Dapat berkomunikasi, hubungan jiwa : mudah

11. Perhatian Mudah ditarik, Mudah dicantum

12. Persepsi a. Halusinasi i. Auditori : ( + ),pasien mendengar bisikan yang

memanggil-manggil namanya. ii. Visual iii. Ilusi iv. Depersonalisasi v. Derealisasi :(-) :(-) :(-) :(-)

13. Insight Jelek, Drajat 2 ( Pasien sadar bahwa dirinya sakit dan membutuhkan bantuan, tetapi pada saat yang sama menyangkal hal tersebut ).

IV. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum : Compos Mentis E4 V5 M6, kesan gizi kurang, pasien

terlihat lemas, letih, dan lesu. 2. Vital Sign a. TD b. Respiratory c. Nadi d. Suhu 3. Cerebrospinal 4. Kardiovaskular 5. Respirasi 6. Digesti : 110/80 mmHg : 20 kali/menit : 80 kali/menit : Afebris : Dalam batas normal : Dalam batas normal : Dalam batas normal : Dalam batas normal

7. Urogenital 8. Integumentum 9. Muskuloskeletal

: Dalam batas normal : Dalam batas normal : Dalam batas normal

V. Diagnosis Multi Axial 1. Axis I 2. Axis II 3. Axis III 4. Axis IV 5. Axis V : F 25.1 Skizoafektif tipe depresif : belum ditemukan diagnosis : belum ditemukan diagnosis : masalah berkaitan dengan keluarga : Current GAF 60 (gejala sedang moderate, disabilitas sedang) Highest level past year GAF 30 VI. Terapi 1. Farmaologi Risperidone tablet 2 x 2 mg Trihexyphenidil tablet 2 x 2 mg Amitriptilin tablet 2 x 25 mg Antidepresan Antipsikotik

2. Non-Farmakologi Psikoterapi Dilakukan melalui : a. Psikoterapi suportif Psikoterapi ini dapat dilakukan dengan bimbingan serta terapi kelompok. b. Psikoterapi reduktif Terhadap Pasien : Memberikan informasi pasien dan edukasi pasien terhadap penyakit yang dideritanya, gejala-gejala, dampak, faktor-faktor penyebab, pengobatan, komplikasi, prognosis dan risiko kekambuhan agar pasien tetap taat minum obat dan segera datang ke dokter bila timbul gejala serupa di kemudian hari. Memotivasi pasien untuk berobat teratur. Mengajarkan terapi relaksasi pada pasien saat pasien marah ataupun akan marah sehingga diharapkan pasien dapat mengontrol marahnya dan mengemukakan amarahnya dengan cara yang lebih halus.

Terhadap Keluarga : Memberikan edukasi dan informasi mengenai penyakit pasien, gejala, faktorfaktor pemicu, pengobatan, prognosis dan resiko kekambuhan di kemudian hari. Menjelaskan pada keluarga adalah faktor pemicu saat ini adalah karena pasien menginginkan motor matik baru, yang pasien damba-dambakan tetapi belum terpenuhi. Meminta keluarga untuk mendukung pasien pada saat-saat setelah sakit agar pasien dapat mengalami remisi. c. Terapi Kognitif perilaku : - Dilakukan untuk merubah keyakina yang salah dari pasien.

VII. Faktor yang memperberat dan memperingan a. Faktor yang memper berat i. Onset usia muda ii. Gejala awal gejala negatif iii. Riwayat keluarga b. Faktor yang memperingan i. Onset usia tua ii. Faktor pencetus jelas iii. Gejala awal gejala positif :(-) :(+) :(+) :(+) :(-) :(-)

VIII. Prognosis 1. Ad Vitam : dubia ad bonam

2. Ad Fungsional : dubia ad bonam 3. Ad Sanam : dubia ad bonam

IX. Grafik Perkembangan

Agustus 2006

4 Mei 2013

Terjadi gangguan jiwa dan harus di bawa ke RSJ dd

Terjadi gangguan jiwa dan harus di bawa ke poli jiwa

Fase Remisi pada tahun 2009 dan terjadi keadaan putus obat disertai faktor pemicu yang meningkat. Taraf dapat dipercaya. Kesimpulan : Pada pasien ini didiagnosis dengan skizoafektif tipe depresif dikarenakan saat episode yang sama terdapat episode depresi bersamaan dengan gejala untuk skizofrenia. Gejala skizofrenia yang ditemukan halusinasi auditori, sedangkan mood depersif yang ditemukan adalah pasien tidak bertenaga untuk mengerjakan pekerjaan berat.

SKIZOAFEKTIF
Seperti yang diartikan oleh istilahnya, gangguan skizoafektif memiliki cirri baik skizofrenia dan gangguan afektif (sekarang disebut gangguan mood). Kriteria diagnostic untuk gangguan skizoafektif telah berubah seiring dengan berjalannya waktu, sebagian besar karena perubahan kriteria untuk skizofrenia dan gangguan mood. Terlepas dari sifat diagnosis yang dapat berubah, diagnosis ini tetap merupakan diagnosis yang terbaik bagi pasien yang sindroma klinisnya akan terdistorsi jika hanya dianggap skizofrenia atau hanya suatu gangguan mood saja.

EPIDEMIOLOGI Prevalensi seumur hidup dari gangguan skizoafektif adalah kurang dari 1 persen, kemungkinan dalam rentang 0,5 sampai 0,8 persen. Tetapi angka tersebut adalah angka pekiraan, karena berbagai penelitian terhadap gangguan skizoafektif telah menggunakan kriteria diagnostic yang bervariasi. Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih rendah pada laki-laki dibandingkan wanita, khususnya wanita yang menikah. Usia onset untuk wanita adalah lebih lanjut daripada usia untuk laki-laki. Laki-laki dengan skizoafektif kemungkinan menunjukkan perilaku antisocial dan memiliki pendataran atau ketidaksesuaian afek yang nyata.

ETIOLOGI Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui, tetapi empat model konseptual telah diajukan : 1. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia atau suatu tipe gangguan mood 2. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari skizofrenia dan gangguan mood

3. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang berbeda, tipe yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun suatu gangguan mood 4. Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok gangguan yang heterogen yang meliputi semua tiga kemungkinan yang pertama. Penelitian yang dilakukan untuk menggali kemungkinan-kemungkinan tersebut telah memeriksa riwayat keluarga, petanda biologis, respon pengobatan jangka pendek, dan hasil akhir jangka panjang. Walaupun banyak pemeriksaan terhadap keluarga dan genetika yang dilakukan untuk mempelajari gangguan skizoafektif didasarkan pada anggapan bahwa skizofrenia dan gangguan mood adalah keadaan yang terpisah sama sekali, namun beberapa data menyatakan bahwa skizofrenia dan gangguan mood mungkin berhubungan secara genetic. Beberapa kebingungan yang timbul dalam penelitian keluarga pada pasien dengan gangguan skizoafektif dapat mencerminkan perbedaan yang tidak absolute antara dua gangguan primer. Dengan demikian tidak mengejutkan bahwa penelitian terhadap sanak saudara pasien dengan gangguan skizoafektif telah melaporkan hasil yang tidak konsisten. Peningkatan prevalensi skizofrenia tidak ditemukan diantara sank saudara pasien yang pasien dengan skizoafektif, tipe bipolar; tetapi, sanak saudara pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe depresif, mungkin berada dalam resiko yang lebih tinggi menderita skizofrenia daripada suatu gangguan mood.

GAMBAAN KLINIS Tanda dan gejala kinis gangguan skizoafektif adalah termasuk semua tanda dan gejala skizofrenia, episode manic, dan gangguan depresif. Gejala skizofrenik dan gangguan mood dapat ditemukan bersama-sama atau dalam cara yang bergantian. Perjalanan penyakit dapat bervariasi dari satu eksaserbasi dan remisi sampai satu perjalanan jangka panjang yang memburuk. Banyak peneliti dan klinisi berspekulais tentang cirri psikotik yang tidak sesuai dengan mood (mood-incongruent); isi psikotik (yaitu halusinasi atau waham) adalah tidak konsisten dengan mood yang lebih kuat. Pada umumnya adanya cirri psikotik yang tidak sesuai dengan mood pada suatu gangguan mood kemungkinan merupakan indicator dari

prognosis yang buruk. Hubungan tersebut kemungkinan berlaku untuk gangguan skizoafektif, walaupun data-datanya terbatas.

KRITERIA DIAGNOSIS F25 Gangguan Skizoafektif Pedoman Diagnostik Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitive adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif. Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda. Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupundepresif (F25.1) atau campuran dari keduanya (F25.2). Pasien lain mengalami satu atau dua episode manic dan depresif (F30-F33) episode skizoafektif terselip diantara

F25.0 Gangguan skizoafektif tipe manic Pedoman Diagnostik Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manic yang tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe manic. Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak.

Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia, F20.pedoman diagnostic (a) sampai (d).

F 25.1 Skizoafektif tipe depresif Pedoman diagnostik Kategori ini harus dipakai baik untuk episode skizoafektif tipe depresif yang tunggal, dan untuk gangguan berulang dimana sebagian besar di dominasi oleh skizoafektif tipe depresif. Afek depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya 2 gejala khas, baik depresif maupun kelainan prilaku terkait seperti tercantum dalam uraian untuk episode depresif (F 32) Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia, F20.pedoman diagnostic (a) sampai (d).

F25.2 Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia (F20.-) berada secara bersama-sama dengan gejala-gejala afektif bipolar campuran (F31.6)

F25.8 Gangguan Skizoafektif Lainnya

F25.9 Gangguan Skizoafektif YTT

PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS

Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif

mempunyai prognosis yang jauh lebih buruk dibandingkan pasien dengan gangguan depresif, memiliki prognosis yang lebih buruk dari pasien dengan gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan skizofrenia. Generalitas tersebut telah didukung oleh beberapa penelitian yang mngikuti pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang ditunjuk dan yang menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga perjalanan gangguan itu sendiri. Data menunjukkan bahwa pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe bipolar, mempunyai prognosis yang mirip dengan pasien dengan gangguan bipolar I dan bahwa pasien dengan gangguan pramorbid yang buruk; onset yang perlahan-perlahan; tidak ada factor pencetus; menonjolnya gejala psikotik, khususnya gejala deficit atau gejala negative; onset yang awal; perjalanan yang tidak mengalami remisi; dan riwayat keluarga adanya skizofrenia. Lawan dari masing-masing karakteristik tersebut mengarah pada hasil akhir yang baik. Adanya atau tidak adanya gejala urutan pertama dari Scheneider tampaknya tidak meramalkan perjalanan penyakit.

TERAPI

Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah perawatan di rumah sakit, medikasi, dan intervensi psikososial. Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi untuk gangguan skizoafektif adalah bahwa protocol antidepresan dan antimanik diikuti jika semuanya diindikasikan dan bahwa antipsikotik digunakan hanya jika diperlukan untuk pengendalian jangka pendek. Jika protocol thymoleptic tidak efektif dalam mengendalikan gejala atas dasar berkelanjutan, medikasi antipsikotik dapat diindikasikan. Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe bipolar, harus mendapatkan percobaan lithium, carbamazepine (Tegretol), valporate (Depakene), atau suatu kombinasi obat-obat tersebut jika satu obat saja tidak efektif. Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe depresif, harus diberikan percobaan antidepresan dan terapi elektrokonvulsan (ACT) sebelum mereka diputuskan tidak responsive terhadap terapi antidepresan.

DAFTAR PUSTAKA

Maslim, R. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya : Jakarta Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatri. 9th ed. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins. 2003

You might also like