You are on page 1of 2

Pelecehan Seksual di Tempat Kerja Apakah itu?

Pelecehan seksual di tempat kerja merupakan suatu perilaku yang menjurus pada hal-hal yang bersifat seksual (verbal: bicara atau humor porno, memperlihatkan gambar porno ataupun fisik misalnya menyentuh bagian tubuh) yang tidak disetujui oleh korban. Perilaku tersebut terjadi dalam rangka hubungan kerja. Hubungan kerja memiliki pengertian di tempat kerja atau di luar tempat kerja. Pelecehan seksual juga dapat dipahami sebagai suatu bentuk pelecehan atas eksistensi dan kemampuan berdasarkan jenis kelamin di tempat kerja. Oleh karena itu seringkali terjadi diskriminasi berdasarkan jenis kelamin di tempat kerja. Pelecehan seksual di tempat kerja juga merupakan upaya untuk menundukkan perempuan yang dianggap lebih berprestasi. Karena perempuan dipandang memiliki kemampuan dan kualitas yang lebih rendah dibanding laki-laki. Misalnya stereoptipe tentang jenis pekerjaan tertentu seperti sekretaris, perawat yang dihubungkan dengan jenis kelamin perempuan. Dilihat berdasarkan kategorinya, Pelecehan seksual yang dilakukan oleh majikan terhadap karyawan biasanya disebabkan adanya kekuasaan yang berbeda antara majikan dan karyawan, dimana majikan yang memiliki kekuasaan lebih besar menyalahgunakan kekuasaannya itu. Juga disebabkan adanya pertukaran yang tidak seimbang antara majikan dan karyawan, dimana majikan menawarkan sesuatu darinya (misalnya kenaikan posisi, jabatan atau gaji) dan meminta imbalan dari korban atau karyawannya, sehingga tanpa disadari terjadi barter; adanya sanksi; ancaman sampai pada paksaan. (Baca: Purnianti dan Jenny Suziani, Suara Pembaruan, 3 Oktober 1991). Tipe-tipe Pelecehan Seksual Berdasarkan tipenya, pelecehan seksual di tempat kerja terdiri dari Quid pro Quo Harassment, Hostile Environment Harassment dan Third Party of Sexual Harassment atau Other Forms of Sexual Harassment. Pelecehan seksual di tempat kerja yang dilakukan oleh majikan terhadap karyawannya, yang memiliki kekuasaan yang berbeda, dimana majikan menyalahgunakan kekuasaannya itu dinamakan Quid pro Quo Harassment. Quid pro Quo adalah bahasa latin, jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris adalah: something for something atau this for that. Artinya, jika majikan menawarkan sesuatu, apa yang ditawarkan karyawannya sebagai imbalan? Di sinilah terjadi barter. Hostile Environment Harassment tidak hanya menunjuk pada pelecehan seksual, tetapi juga pelecehan lain atau sikap permusuhan yang terjadi diantara para karyawannya di tempat kerja. Yang seringkali terjadi di tempat kerja adalah pelecehan berdasarkan jenis kelamin, usia, ras, suku, agama, warna kulit dan lain-lain, dimana salah satu kelompok dianggap minoritas, tidak memiliki kemampuan dan memiliki posisi tawar yang lebih lemah dibanding kelompok lain, sehingga kelompok yang dianggap lemah tersebut mengalami pengucilan atau sikap-sikap dan perilaku buruk lainnya. Sikap atau perilaku buruk tersebut antara lain: rekayasa yang mengucilkan seseorang atau kelompok tertentu, sikap merendahkan, tidak hormat, berkata kasar, penghinaan, dan lain sebagainya sehingga menimbulkan permusuhan. Other Forms of Sexual Harassment atau Third Party of Sexual Harassment adalah pelecehan seksual yang biasanya dilakukan oleh klien terhadap karyawan yang sedang bertugas, baik di tempat kerja tertutup ataupun di lapangan, seperti marketer, sales promotion girl oleh kliennya, wartawan, peneliti lapangan oleh responden atau pihak ketiga lainnya. Pada kasus Anand kita jelas melihat adanya kekuasaan yang berbeda antara dia dan para karyawannya. Tetapi, bagaimanakah caranya, sebab dia tidak melakukannya dengan menawarkan jabatan dan meminta imbalan. Tidak juga memberikan sanksi atau ancaman bahkan paksaan. Tetapi dengan menggunakan hipnotis. Sesuatu, yang dilakukan tanpa persetujuan orang lain adalah paksaan. Paksaan adalah kekerasan, baik fisik ataupun psikis. Oleh karena itu, tipe pelecehan seksual yang dilakukan oleh Anand adalah tipe Quid pro Quo Harassment. Lalu, bagaimanakah dengan kasus Rieke? Apakah Rieke menjadi korban pelecehan seksual di tempat kerja? Jika kita menilik penjelasan korban dan definisi pelecehan seksual di atas, Rieke menjadi korban pelecehan seksual dari seorang dokter yang bukan atasannya, juga bukan rekan kerjanya, ketika dia sedang menjalani kunjungan kerja di suatu rumah sakit di Makassar. Lalu, tipe pelecehan seksual seperti apa yang terjadi pada dirinya? Tipe pelecehan seksual di tempat kerja yang dialami oleh Rieke adalah Third Party of Harassment.

Apa yang Harus Dilakukan? Hal utama yang perlu dilakukan adalah memasukkan masalah pelecehan seksual ke dalam KUHP, sebagai salah satu tindak kriminal sebagaimana halnya perkosaan. Hal ini adalah untuk memberikan efek jera kepada pelaku. Di tingkat perusahaan, perlu adanya pelatihan gender, masalah-masalah yang berkaitan dengan perempuan termasuk pelecehan seksual dan perkosaan bagi para Pemimpin, manajer supervisor atau karyawan sendiri. Perlu adanya kotak pengaduan bagi korban dengan menyembunyikan identitasnya, untuk melindungi korban.

You might also like