You are on page 1of 11

TEKNIK MESIN ITS

HYDROGEN EMBRITTLEMENT
ESTHI KUSUMADEWAYANTI ARFIANSYAH G. STEVANUS F. 2110100047 2110100065 2110100092

2013

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER (ITS) SURABAYA

PENDAHULUAN Korosi adalah penurunan atau kerusakan logam akibat berinteraksi dengan lingkungannya. Istilah korosi atau karat sudah dikenal manusia sejak manusia beberapa abad silam. Selanjutnya pengetahuan tentang korosi ini muncul, setelah pada mengetahui bahwa peralatannya menjadi rusak secara alami yang sampai pada jangka waktu tertentu tidak dapat dipakai lagi sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan karena belum diketahui apakah itu korosi dan bagaimana cara penanggulanya. Seiring berjalannya waktu, peradaban manusia semakin maju dan mulai dikenal pengetahuan tentang korosi, yang sekarang berkembang dengan pesat. Ilmu korosi sangat penting diketahui karena sanagt erat kaitannya dengan keselamatan manusia, pencemaran lingkungan, kerugian produksi dan kerugian ekonomi (material, tenaga kerja, dan waktu). Berdasarkan dengan kemajuan teknologi, maka sekarang masalah korosi sudah bisa dikurangi dengan jalan mengetahui prinsip terjadinya proses korosi. Kerusakan yang diakibatkan korosi ini bisa sangatlah serius jika tidak

diatasi. Salah satu penyebabnya ialah karena adanya interaksi dengan hidrogen. Hidrogen merupakan penyebab korosi yang sangat sering terjadi. Hidrogen termasuk zat paling melimpah di alam semesta dengan kandungan presentase kira-kira 75%. Jadi pengetahuan tentang hidrogen penyebab korosi sangatlah diperlukan.

HYDROGEN DAMAGE Gambaran Umum Hydrogen Damage Hydrogen damage adalah istilah umum yang mengacu pada kerusakan mekanis dari logam yang disebabkan adanya interaksi antara logam dengan hidrogen. Kerusakan yang diakibatkan oleh hydrogen damage ini seperti tebentuknya crack, blistering, pembentukan hidrida, serta berkurangnya sifat keuletan dari suatu logam. Hydrogen damage sendiri diklasifikasikan menjadi empat tipe yang berbeda : 1. Hydrogen blistering Hydrogen blistering diakibatkan dari penetrasi hidrogen ke dalam logam. Contoh dari hydrogen blistering seperti gambar 1.

Gambar 1. Ilustrasi skematik dari mekanisme hydrogen blistering

Hydrogen blistering dapat terjadi ketika hidrogen memasuki logam akibat adanya reaksi reduksi pada katoda logam. Pada gambar 1, atom hidrogen berdifusi ke dalam logam, kemudian atom hidrogen ini akan bertemu dengan atom hidrogen lain sehingga terjadi penumpukan atom hidrogen. Akibat dari penumpukan atom hidrogen, atom hidrogen akan membentuk molekul hidrogen yang menghasilkan tekanan yang besar. Tekanan ini akan menyebabkan terjadinya retakan. 2. Hydrogen embrittlement Hydrogen embrittlement juga disebabkan penetrasi hidrogen ke dalam logam yang mengakibatkan hilangnya ductility dan tensile strength, dimana atom hidrogen ini tidak membentuk molekul gas hidrogen seperti pada hydrogen blistering.

Gambar 2 Perbedaan hydrogen blistering dengan hydrogen embrittlement

Pada gambar 2, hydrogen blistering dengan hydrogen embrittlement memiliki perbedaan dalam pengrusakkan material, dimana pada hydrogen blistering, atom hidrogen berdifusi masuk ke dalam logam dan mengisi void sehingga atom-atom tersebut bergabung menjadi molekul hidrogen dimana konsentrasi molekul hidrogen akan semakin meningkat yang menyebabkan peningkatan tekanan di dalam void yang selanjutnya akan menyebabkan terjadinya cracking , sedangkan pada hydrogen embrittlement , penyebab awalnya sama seperti hydrogen blistering yaitu terjadi difusi atom hidrogen ke dalam struktur logam. Atom-atom hidrogen tersebut tidak membentuk molekul gas hidrogen melainkan menyisip di antara dislokasi.

Gambar 3. Skema perbedaan antara stress corrosion cracking dengan hydrogen embrittlement

Pada gambar 3, ditunjukkan perbedaan antara mekanisme stress corrosion cracking yang terjadi pada anoda dimana ion positif logam akan berikatan dengan ion negatif dari larutan sehingga membentuk produk korosi , sedangkan hydrogen embrittlement terjadi pada katoda dimana ion positif dari hidrogen berdifusi masuk ke dalam struktur logam. 3. Decarburization Decarburization atau pemindahan atom karbon dari baja sering terjadi pada hydrogen pada temperatur yang tinggi. Decarburization mengakibatkan turunnya tensile strength pada baja. 4. Hydrogen attack Hydrogen attack terjadi pada interaksi antara hidrogen dan komponen paduan pada temperatur tinggi.

Mekanisme Hydrogen Embrittlement Penggetasan logam akibat hidrogen (hydrogen embrittlement) merupakan masuknya atom hidrogen yang menyebabkan berkurangnya ketangguhan dan kekuatan tarik suatu material. Mekanisme yang tepat untuk hydrogen embrittlement belum diketahui secara pasti. Dalam perkembangannya, terdapat beberapa model mekanisme penggetasan logam akibat hidrogen (hydrogen embrittlement) yaitu hybride induced embrittlement, hydrogen-enhanced decohesion, dan hydrogen enhanced localized plasticity 1. Hybride induced embrittlement Hidrida pertama bernukleus di daerah tegangan pada retak dan tumbuh untuk ukuran besar bukan oleh pertumbuhan hidrida individu tetapi oleh nukleasi dan pertumbuhan hidrida baru sehingga hidrida kecil tumbuh bersama untuk membentuk hidrida lebih besar. Proses auto-katalitik dari nukleasi dan pertumbuhan diikuti dengan dengan sifat rapuh, dimana yang menjadi penyebab utama penggetasan adalah unsur mantan hidrida khas, yaitu unsur kelompok Vb, misalnya, V, Nb, Ti dan Zr.

2. Hydrogen-enhanced decohesion Hidrogen yang larut akan menurunkan gaya kohesi antar atom logam. Pada saat hidrogen masuk ke dalam logam, hidrogen akan menempati kisi dan memperlemah gaya kohesi antar atom. Gaya kohesi (gaya tarik menarik antar logam) akan menurun jika jarak antar atomnya semakin jauh. Masuknya atom hidrogen ke dalam kisi antar atom akan memperbesar jarak antar kisi sehingga bila material diberikan beban akan membuat gaya kohesi logam menjadi lebih lemah dan menyebabkan material patah. Model ini menjelaskan fenomena penggetasan pada patah getas dengan modus pembelahan (cleavage) atau patah intergranular, dimana tidak terjadi deformasi lokal pada material. 3. Hydrogen enhanced localized plasticity Ketika atom hidrogen berdifusi ke dalam logam, atom ini akan menempati di antara dislokasi dengan dislokasi sehingga membuat dislokasi susah bertemu dengan dislokasi lainnya sehingga membuat daerah tersebut memiliki derajat deformasi yang tinggi, dimana daerah tersebut akan menjadi lebih getas dibandingkan daerah lain.

Pengujian Hydrogen Embrittlement Pengujian hydrogen embrittlement menggunakan cantilevel beam test. Catilevel beam test adalah pengujian beban konstan dimana spesimen V-notch

diletakkan pada bagian balok dengan salah satu ujung dibaut sedangkan ujung lainnya dihubungkan dengan lengan pembebanan. Daerah V-notch pada spesimen ini dikondisikan dalam daerah korosif dengan menutup spesimen dengan larutan korosif yang dialiri udara di dalamnya. Spesimen dikenai beban konstan selama jangka waktu yang telah ditentukan seperti pada gambar 4 yang kemudian dial gage atau microswitch akan mengukur waktu kegagalan.

Gambar 4. Cantilevel beam testing

Ketika retak tumbuh, intensitas tegangan meningkat. Waktu untuk kegagalan diplot terhadap intensitas stress yang diterapkan. Batas bawah kurva yang dihasilkan adalah intensitas tegangan ambang batas untuk hydrogen embrittlement. KIHE, seperti ditunjukkan pada Gambar 5. Ketika intensitas tegangan di atas ambang batas, crack akan tumbuh dan intensitas tegangan meningkat hingga mencapai tegangan retak kritis dimana spesimen rusak. Ketika intensitas tegangan dikurangi hingga mencapai ambang batas maka waktu kegagalan semakin lama.

Gambar 5. Grafik waktu kegagalan terhadap tegangan yang diaplikasikan dengan pengujian cantilever beam

Pencegahan Hydrogen Embrittlement Dampak dari hydrogen damage dapat dikurangi dengan melakukan dua modifikasi yaitu mengatur lingkungan/medianya dan memodifikasi paduan logam yang dipakai. Mengatur lingkungan agar tidak terjadi hydrogen damage contohnya adalah dengan mengurangi kadar sulfida dibawah 50 ppm, menjaga pH tidak dibawah 8, mengatur kadar cyanida terutama pada perminyakan, mengatur kondisi udara agar tidak mengandung H2S, mengatur temperatur diatas 200F (baking), menambahkan inhibitor. Memodifikasi logam, contohnya dengan menggunakan paduan nikel atau molybdenum, menggunakan besi dengan kandungan sulfida yang rendah, menggunakan besi yang tidak ada void/ kekosongan untuk mencegah blistering Pencegahan Hydrogen Blistering: 1. Menggunakan clean steel Pada besi biasanya terdapat lubang (kekosongan) pada logam. Supaya tidak terjadi hydrogen blistering maka kekosongan pada besi tersebut sebaiknya dihilangkan sehingga terjadi peningkatan ketahanan korosi. Oleh karena itu dipakai clean steel. 2. Menggunakan coating Coating metallic dan non metallic banyak digunakan untuk mencegah hydrogen blistering. Coating harus mempunyai ketahanan dan tidak mudah ditembus oleh hidrogen. Contoh metallic coating yang sering digunakan: austenitic stainless steel, nikel. Contoh non metallic coating yang sering digunakan: karet, plastik, dan bata. 3. Menggunakan inhibitor Inhibitor digunakan karena dapat mengurangi laju korosi dengan cara mengurangi reduksi ion hidrogen. 4. Menghilangkan poison Blistering biasanya muncul karena adanya zat-zat tertentu seperti sulfida, campuran arsenic, cyanides, dan phoshorus. Senyawa ini dapat dengan mudah mengikat hidrogen dari lingkungan. Biasanya terjadi dalam industri

perminyakan.

5.

Memilih paduan yang tepat Memilih paduan dengan laju difusi hidrogen yang rendah seperti paduan besi dengan nikel dan paduan-paduan nikel lainnya.

Pencegahan Hydrogen Embrittlement: 1. Mengurangi laju korosi Biasanya hydrogen embrittlement timbul pada proses pengasaman dan menyebabkan evolusi hidrogen yang kuat. Dengan penamabahan inhibitor korosi pada logam dapat dikurangi selama proses pengasaman dan evolusi hidrogen juga dapat dikurangi. 2. Mengubah kondisi dari pelapisan Biasanaya terjadi pembawaan hidrogen selama proses plating, hal ini dapat dikontrol dengan memilih plating yang cocok dan mengatur arus ketika proses plating. Jika electroplating dilakukan pada kondisi yang tidak menimbulkan evolusi hidrogen, maka hidrogen embrittlement dapat dikurangi. 3. Baking Hydrogen embrittlement adalah proses reversible terutama pada besi sehingga ketika hidrogen dihilangkan maka sifat mekanik akan berbalik seperti semula tetapi tetap ada sedikit perbedaan dengan sifat mekanik awal. Pelepasan hidrogen adalah dengan memanasi besi pada temperatur 200F - 300F.

Gambar 1. Kurva static fatigue dengan konsentrasi hidrogen yang bervariasi dalam waktu baking baja 4340 yang berbeda pada 300 oF

Pada gambar 1. menunjukkan hubungan konsentrasi hidrogen terhadap waktu kegagalan untuk baja berkekuatan tinggi. Semakin lama waktu baking, maka semakin sedikit hidrogen yang tersisa dalam baja dimana. Hal ini terlihat bahwa semakin lama waktu baking maka ambang batas hydrogen embrittlement semakin tinggi yang menunjukkan logam tersebut semakin tahan terhadap pemberian tegangan. Peningkatan konsentrasi hidrogen dalam paduan akan mempercepat material mengalami kerusakan.

4.

Memilih paduan yang tepat Material yang rentan terhadap hydrogen embrittlement adalah besi dengan kekuatan tinggi. Besi dengan tensile strength dibawah 690 Mpa lebih tahan terhadap hydrogen embrittlement karena kandungan sulfida yang lebih sedikit. Paduan nikel atau molybdenum dapat meningkatkan ketahanan terhadap hydrogen embrittlement.
9

5.

Melakukan metode pengelasan yang tepat dan baik. Seringkali batang pengelasan dapat menyebabkan hydrogen embrittlement karena dapat menarik uap air dari lingkungan. Oleh karena itu dilakukan pemilihan batang las yang spesifik dan dilakukan dalam kondisi lingkungan yang kering.

DAFTAR PUSTAKA ASM Handbook. Vol.13. Corrosion.ASM International.1992 Barnoush,Alfrooz.Hydrogen Embrittlement. 2011 Fontana, Mars G. Corrosion Engineering Third Edition.McGraw-Hill.1986. Jones, Denny A. Principles and Prevention of Corrosion Second Edition. Prentice Hall. 1996.

10

You might also like