Professional Documents
Culture Documents
beberapa faktor di antaranya adalah periode penanaman dan luas lahan secara
keseluruhan yang ditinjau dan asumsi dari pengamatan di lapangan beberapa Vegetasi
per Area (km2). Hal inilah yang akan mempengaruhi intensitas replantasi yang akan
menambah jumlah vegetasi dari tahun ke tahun. Vegetasi juga tidak hanya
40
berkembang biak tetapi juga mengalami kematian yang disebabkan oleh campur
tangan manusia itu sendiri dan seberapa besar pengikisan tanah (erosi) juga akan
menggangu kehidupan vegetasi. Dari kondisi seperti itulah vegetasi akan mengalami
pengurangan erosi jika hujan turun atau sebaliknya berkurangnya vegetasi akan
menimbulkan erosi yang meningkat. Tidak hanya itu erosi juga akan dipengaruhi oleh
RunOff (debit limpasan) dapat ditentukan secara rasional yaitu merupakan pengaruh
Intensitas curah hujan disilang dengan berapa luas area yang kita tentukan kemudian
dikali dengan konstanta dan dikali lagi dengan koefesien Runoff (debit limpasan).
tentunya koefesien Runoff selalu berubah rubah nilainya sesuai dengan berapa
Slope, Type tanah kemudian dampak vegetasi merupakan kondisi tanah yang
bercampur dengan air. Kehilangan tanah akan memberikan manfaat pada tanah per
unit air. Kondisi tanah tadi akan mempengaruhi juga tanah per unit air.
Tanah per unit air ini jika dipertemukan dengan Runoff (debit limpasan) akan
menghasilkan erosi.
Terjadinya pengikisan tanah (erosi) akan mengurami volume tanah sebelumnya dan
41
Curah hujan yang masuk kemudian berapa luas sungai akan menentukan berapa debit
air yang masuk per satuan waktu. Dari sini lah kita dapat memperkirakan berapa
tinggi air di waduk persatuan waktu. Debit air yang keluar sebanding dengan
ketinggian waduk
Air yang ada di waduk Bili-Bili akan di alirkan ke penampungan untuk di saring
menjadi air bersih. Air bersih tersbut disimpan dalam tempat penampungan. Air yang
dan Kabupaten Gowa di kali dengan berapa banyak pemakian air per orang per satuan
waktu.
Pertambahan penduduk akan dipengaruhi laju kelahiran dan laju kematian. Laju
kelahiran dikurang dengan laju kematian pada tahun itu sama dengan jumlah
Begitu juga dengan laju kematian dipengaruhi oleh angka kematian dan pertambahan
penduduk.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Jeneberang merupakan daerah yang mengalirkan air
yang jatuh diatas daerah tersebut ke aliran sungai Jeneberang. Sungai Jeneberang
42
Lompobattang pada ketinggian sekitar 1900 meter diatas permukaan laut (mdpl).
Sungai ini mengalir dari tengah pulau Sulawesi bagian Selatan kearah pantai Barat
Sulawesi Selatan, melalui waduk Bili-Bili dan bermuara di bagian selatan Kota
Makassar. Hal ini menyebabkan DAS Jeneberang seluas 60.762 ha ini membentang
dari timur ke barat diapit oleh DAS Tallo dan DAS Tangka dibagian utaranya, serta
DAS Jenelata dibagian selatannya. Bentuk pola aliran sungai yang dendritik dengan
dua cabang sungai besar yaitu Salo Malino di bagian utara dan Salo Kausisi di bagian
dengan bagian hulu yang lebih luas dan mengerucut kearah waduk Bili-Bili setelah
Bentuk morfologi yang menonjol di sekitar hulu DAS Jeneberang adalah kerucut
tersusun oleh batuan gunung api Plistosen (Sukamto & Supriatna, 1982). Sementara
bagian hilir DAS Jeneberang yang merupakan pesisir pantai barat Sulawesi Selatan
merupakan dataran rendah yang sebagian besar terdiri dari daerah rawa dan daerah
pasang surut. Sungai Jeneberang merupakan salah satu sungai besar yang membentuk
Ada beberapa macam nilai Slope yang ada di DAS Jenebeang. Klasifikasi yang
43
dangkal kemiringan (Slope) 8 ~ 15 %, bergelombang kemiringan (Slope) 15 ~ 25 %,
Kemringan lahan yang paling banyak adalah yang berbukit-bukit (25~40%) dengan
persentase 38.48 % dan luas wilayah 147.93 Km2 seperti terlihat pada tabel 4.3.1
dibawah ini.
Ada 5 macam type tanah yang ada di DAS Jeneberang yaitu : Lithic Ustorthents
(Entisols) 34.42 km2, Lithic Haplustults (Ultisols) 143.99 Km2, Typic Haplustults
(Ultisols) 72.88 Km2, Typic Hapludults (Ultisols) 105.67 Km2 dan Typic Paleudults
44
Tabel 4.3.2 Type Tanah Sekitar DAS Jeneberang
Nilai
No Soil Type (sub-group) Area (km2)
Erodibilitas
1 Lithic Ustorthents (Entisols) 34.42 0.25
2 Lithic Haplustults (Ultisols) 143.99 0.30
3 Typic Haplustults (Ultisols) 72.88 0.32
4 Typic Hapludults (Ultisols) 105.67 0.27
5 Typic Paleudults (Ultisols) 31.44 0.28
Total 384.40 --
Sumber : zubair (1994)
Lahan di sekitar DAS Jeneberang banyak didominasi lahan pertanian seperti sawah,
berbagai macam tanaman, lahan tandus (kering) serta perkebunan dan lain-lain.
Selain itu juga lahan juga ada penduduk yang bermukim disitu, Sungai dan Dam Bili-
Vegetasi yang tersebar disekitar Sungai Jeneberang terdiri dari 19 macam jenis
vegetasi dengan luas lahan sekitar 380.40 km2. terlihat dari tabel (terlampir) luas
Hutan rimba (Forest) 24.20 %, Hutan cemara (Pine Forest) 1.71 %, Hutan yang
%, Lahan tidur (Idle Land) 4.66 %, kelompok penduduk (Settlement) 0.27 %, rumput
field/bush) 2.88 %, perkebunan teh (plantation teh) 0.14 %, Sungai (River) 3.73 %
45
Tabel 4.3.3 Jenis Vegetasi
No. Vegetasi Area (km2) Persentase (%)
1. Bush(semak-semak belukar) 47.65 12.40
2. Bush/Arable Land (semak belukar yang di 12.61 3.28
tanam)
3. Forest (Hutan, rimba) 93.04 24.20
4. Forest/Grass (Hutan rimba/rumput) 24.15 6.28
5. Pine Forest (hutan cemara) 6.58 1.71
6. Crop Forest (Hutan yang di tanami) 12.71 3.30
46
IV.4 CURAH HUJAN
curah hujan yang cukup tinggi. Curah hujan pada tahun 1999 rata-rata 3099 mm,
pada tahun 2000 rata-rata 3029 mm, sedangkan pada tahun 2001 curah hujannya
cukup tinggi yaitu 3741 mm, pada tahun 2002 yaitu 2929 mm, pada tahun 2003 yaitu
3184 mm dan pada tahun 2004 curah hujan rata-rata yaitu 2912 mm.
Terlihat pada grafik diatas curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2001 yaitu
mencapai 3741 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada tahun 2004 rata
Data curah hujan ini di pantau dari 8 stasiun yaitu : Malino, Kampili, Mangempang,
perbulan kemudian kita total di rata-ratakan pertahun sehingga di dapat seperti pola
47
Gambar 4.4.1 Hasil Simulasi Curah hujan tahunan 1999 – 2004 dalam (mm)
IV.5 EROSI
akan mengganggu kualitas air yang akan di konsumsi oleh penduduk Gowa dan
Makassar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabek 4.5.1 dibawah ini.
48
Tabel 4.5.1 Erosi
No Tahun Erosi (ton/Area) Erosi (ton/km2)
1 1999 248 621.87 646.8
2 2000 188 301.21 489.9
3 2001 183 039.61 476.2
4 2002 126 745.56 329.7
5 2003 121 957.47 317.3
6 2004 98 687.34 256.7
7 2005 88 788.04 230.9
8 2006 79 704.61 207.4
9 2007 71 749.06 186.6
10 2008 65 506.60 170.4
11 2009 61 187.74 159.1
12 2010 57 249.04 148.9
Sumber : Hasil Simulasi
Secara umum erosi dari tahun ke tahun mengalami penurunan dari 248 621.87 ton
pada tahun 1999 sedangkan pada tahun 2004 erosi mencapai 98 687.34 ton dan pada
ton/area. Jika melihat melihat tabel 4.5.1 maka pada tahun 1999 erosi 646.8 ton per
Kilometer persegi, juga mengalami penurunan pada tahun 2004 erosi 256.7 ton per
kilometer persegi sedangkan pada tahun 2010 mengalami penurunan erosi mencapai
148.9 ton per kilometer persegi. Angka erosi yang cendrung menurun dari tahun ke
tahun disebabkan oleh jumlah vegetasi yang dari tahun ketahun juga terus meningkat.
49
Gambar 4.5.2 Hasil Simulasi Erosi DAS Jeneberang
50
Adanya pola grafik seperti diatas adalah tidak terlepas dari pola curah hujan yang
cendrung tinggi pada tahun 2001 sehingga akan meningkatkan erosi walaupun
vegetasi terus meningkat. Tetapi secara umum dapat dilihat dari grafik diatas erosi
yang awalnya pada tahun 1999 adalah 248 621.87 ton dan pada tahun 2004 adalah
Data curah hujan yang di input adalah mulai tahun 1999 sampai 2004 sedangkan
IV.6 SEDIMEN
Proses sidementasi yang terjadi pada waduk Bili-Bili dapat berdampak buruk pada
daya tahan Waduk Bili-Bili itu sendiri. Hal ini terjadi karena proses pengangkutan
sedimen pasca longsoran yang terjadi pada tanggal 26 Maret 2004 di bagian hulu
massa longsoran yang tidak sedikit apabila dihubungkan dengan curah hujan yang
tinggi dan kondisi fisiografis daerah sekitarnya. Sehingga akan menyebabkan tinggi
permukaan air dan pendangkalan waduk serta aliran akan mencari alur baru sendiri
yang akan memperpendek umur waduk dan menurunkan kualitas air baku yang
Sedimentasi adalah hasil penumpukan dari erosi yang diangkut oleh air hujan dan air
sungai ke hilir sungai. Pada tahun 1999 sedimen masih 0 karena pada tahun ini baru
51
proses awal penghitungan erosi sehingga belum ada sidemen yang dapat di ukur.
Terlihat pada tahun 2000 sidemen adalah 227 116.68 ton, pada tahun 2001 dengan
pola curah hujan yang cukup tinggi sedimen nya adalah 571 863.20 ton, pada tahun
2002 sedimen adalah 571 863.20 ton, tahun 2003 sedimen adalah 693 034.76 ton,
sedangkan pada tahun 2004 sedimen adalah 809 369.64, tahun 2005 sedimen adalah
904 288.34 ton, pada tahun 2006 sedimen adalah 989 589.24 ton, pada tahun 2007
sedimen adalah 1 066 225.29 ton, pada tahun 2008 sedimen adalah 1 135 295.45 ton,
tahun 2009 sedimen adalah 1 199 144.70 ton dan pada tahun 2010 sedimen mencapai
1 258 819.00 ton. Nilai sedimen yang terus meningkat dari tahun ke tahun disebabkan
oleh terus-menerusnya terjadi erosi dari tahun ke tahun. Walaupun secara kuantitatif
erosi tiap tahun, dari tahun 1999 sampai tahun 2010 mengalami penurunan.
52
IV.7 WADUK BILI-BILI
Waduk Bili-Bili merupakan salah satu wilayah dengan peranan yang sangat penting
memiliki luas genangan air sekitar 1850 ha dan kedalaman sekitar 50 meter dibangun
untuk kepentingan irigasi sawah dan tambak seluas sekitar 30.000 ha, pembangkit
tenaga air dengan kapasitas 25 MW, perikanan, dan penyedian air minum bagi kota
Makassar. Air waduk Bili-Bili digunakan untuk keperluan air minum dan sebagian
lagi digunakan lagi untuk persawahan dan perkebunan yang ada di kabupaten Gowa
dan kota Makassar. Oleh sebab itu sangat penting mengatahui secara pasti debit air
masuk, volume waduk dan Debit air yang keluar dari waduk. Untuk lebih jelasnya
Tabel 4.7.1 Hasil Simulasi Debit air masuk,Isi Waduk dan Debit air keluar
Tahun Debit masuk (m3/s) Volume Air (m3) Debit keluar (m3/s)
1999 671.71 1000 80
2000 603.76 1519.83 126.79
2001 745.68 1980.95 168.29
2002 583.83 2537.19 223.72
2003 634.65 2884.02 258.40
2004 580.44 3247.53 289.80
2005 580.44 3529.56 312.36
2006 580.44 3789.70 333.18
2007 580.44 4029.64 352.37
2008 580.44 4250.96 370.08
2009 580.44 4455.09 386.41
2010 580.44 4643.38 401.47
53
Debit air yang masuk pada tabel diatas pada tahun 1999 adalah 671.71 m3/s, tahun
2000 debit air masuk Waduk Bili-Bili adalah 603.76 m3/s agak turun dari tahun 1999 ,
tahun 2001 curah hujan yang cukup tinggi debit air yang masuk adalah 745.68 m3/s,
sedangkan pada tahun 2002 debit air masuk ke Waduk Bili-Bili adalah 583.83 m3/s,
pada tahun 2003 debit air yang masuk Waduk Bili-Bili adalah 634.65 m 3/s, dan pada
tahun 2004 debit air yang masuk di waduk Bili-Bili adalah 580.44 m 3/s. Begitu juga
pada tahun 2005 sampai 2010 debit air yang masuk pada Waduk Bili-Bili adalah
580.44 m3/s. Hal ini disebabkan data curah hujan yang di input hanya tahun 1999
sampai tahun 2004 untuk tahun 2005 sampai 2010 tidak di input. Sehingga debit air
yang masuk pada waduk Bili-Bili tidak mengalami perubahan yaitu 580.44 m3/s.
Terlihat dari grafik air masuk ke waduk bili-bili sepentas sama dengan pola grafik
curah hujan. Itu artinya Debit air yang masuk pada dam bili-bili sangat di tentukan
pola curah hujan. Terlihat juga pola yang muncul hanya pada tahun 1999 sampai
tahun 2004. Sedangkan pada tahun 2005 sampai tahun 2010 tidak ada pola yang
54
Volume air dalam Waduk dari tahun ke tahun terus bertambah, tercatat pada tahun
2004 volume waduk adalah 3247.53 m3, terlihat terus mangalami kenaikan dan pada
tahun 2010 volume air dapat diprediksi 4643.38 m3. Air dalam waduk terakumulasi
dari tahun ke tahun inilah yang menyebabkan terus meningkatnya volume air tersebut
Sedang volume air keluar (debit air keluar) sebanding dengan volume air dalam
waduk.volume air yang keluar pada tahun 1999 adalah 80 m 3/s ini volume pertama
yang keluar dari hasil simulasi yang dilakukan. Sedangkan pada tahun 2004 debit air
yang keluar mencapai 289.80 m3/s, dan pada tahun 2010 di prediksi mencapai 401.47
m3/s. Tentunnya debit air yang keluar dari waduk Bili-Bili akan di manfaatkan untuk
Tabel 4.7.2 Komparasi antara RunOff (debit air masuk) secara simulasi dengan
Debit Air masuk (PWS Jeneberang) Ke Dam Bili-Bili
Tahun Debit Air Masuk
3
SIM (m /s) DAM(m3/s)
1999 671.71 609.2
2000 603.76 562
2001 745.68 471.6
2002 583.83 392.4
2003 634.65 646.2
2004 580.44 640.5
2005 580.44 -
2006 580.44 -
2007 580.44 -
2008 580.44 -
2009 580.44 -
2010 580.44 -
Ket : Sim = adalah hasil simulasi dan DAM = Data sumber PWS Jeneberang
55
Terlihat dari komparasi simulasi dengan data sesungguhnya nyaris benar,
perbedaannya hampir tidak ada. Ini menunjukan bahwa simulasi yang dilakukakan
sangat akurat. Pada tahun 2001 curah hujan yang cukup tinggi hasil simulasi
memprediksi debit air masuk adalah 745.68 m3/s sedang Data dam Bili-bili adalah
471.6 m3/s. Tahun 2002 hasil simulasi adalah 583.83 m3/s sedangkan pada Data dam
Bilibili adalah 392.4 m3/s. Hanya tahun 2001 dan 2002 saja yang ada sedikit
tahun 2005 sampai tahun 2010 tidak dapat di komparasikan sebab data dam yang
tidak ada.
Penduduk Kota Makassar tahun 2006 tercatat sebanyak 1.223.540 jiwa yang terdiri
dari 611.049 laki-laki dan 612.491 perempuan. Sementara itu jumlah penduduk kota
148,589 atau 12,14 persen dari total penduduk, disusul kecamatan rappocini sebanyak
Kecamatan panakkukang sebanyak 131,229 jiwa (10,73 persen), dan yang terendah
56
Di tinjau dari kepadatan penduduk kecamatan Makassar adalah terpadat yaitu 32.093
jiwa per km2, disusul kecamatan Mariso (29.293 per km2). Sedang kecamatan
sekitar 2.605 jiwa per km2. kemudian kecamatan Tamalanrea 2.732 per km2,
Manggala (4.003 per km2), kecamatan Panakkukang 10.071 jiwa per Km2 (Tabel
terlampir).
ketiga di Sulawesi Selatan setelah kota Makassar dan Kabupaten Bone. Berdasarkan
hasil suspenas 2006, penduduk kabupaten gowa tercatat sebesar 586.069 jiwa. Pada
tahun 2005 jumlah penduduk mencapai 575.295 jiwa, sehingga penduduk pada tahun
terlihat dari kepadatan penduduk per kecamatan yang masih sangat timpang. Untuk
Barat, yang wilayahnya hanya 12.52 persen dari seluruh wilayah kabupaten Gowa,
meliputi sekitar 80.18 persen wilayah Gowa hanya dihunni oleh sekitar 40.44 persen
penduduk Gowa. Keadaan ini Tampaknya sangat dipengaruhi oleh factor keadaan
57
Bila dilihat dari kelompok umur, penduduk anak-anak (usia 0-14 tahun ) jumlahnya
mencapai 30.37 persen sedangkan penduduk usia produktif mencapai 64.76 persen
dan penduduk usia lanjut terdapat 4,87 persen dari jumlah penduduk kabupaten gowa.
jumlah penduduk wanita seperti yang tampak pada rasio jenis kelamin penduduk
yang mencapai 96 artinya ada 96 jumlah penduduk laki-laki di anatar 100 penduduk
Terlihat dari tabel diatas bahwa data BPS dengan hasil simulasi mulai dari tahun 1999
sampai dengan tahun 2006 hasilnya tidak terlalu jauh artinya hampir benar untuk kota
1,339,924 jiwa. Untuk kabupaten Gowa dari tahun 1999 sampai tahun 2002 terlihat
data BPS dengan hasil simulasi tidak terlalu jauh berbeda. Sedangkan untuk tahun
58
2003 sampai 2006 terlihat ada perbedaan yang signifikan yaitu sekitar puluhan ribu
setiap tahun. Untuk tahun 2010 penduduk kabupaten Gowa dapat diprediksi mencapai
596,479 jiwa.
Terlihat dari grafik di atas bahwa jumlah penduduk kota Makassar dari tahun 1999
sampai tahun 2010 terus mengalami kenaikan dengan pertumbuhan penduduk yang
59
Terlihat Grafik petumbuhan penduduk kabupaten Gowa cendrung stabil dan
Dengan demikian jumlah penduduk untuk kabupaten Gowa dan Kota Makassar untuk
tahun 2010 diprediksi mencapai 1,936,403 jiwa. Jumlah penduduk Makassar dan
Gowa inilah yang mengkonsumsi Air bersih yang labih banyak bersumber Waduk
Bili-Bili. Bertambahnya jumlah penduduk Makassar Gowa akan mengurangi Stok air
bersih.
Air bersih adalah sumber energi yang sangat vital bagi umat manusia. Terlebih bagi
penduduk kota Makassar dan kabupaten Gowa. Air adalah sumber kehidupan umat
manusia. Makan, mencuci, mandi, minum dan lain sebagainya semua membutuhkan
air.
60
Produksi air bersih (ledeng) di kota Makassar tahun 2006 yang di salurkan oleh
Jumlah pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Gowa dari
tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2006 jumlah pelanggan tercatat sebanyak
10.172 dengan nilai air mimum yang disalurkan sebesar 4.021 miliar Rupiah. Jumlah
pelanggan ini terjadi kenaikan disbanding tahun 2005, dan nilai air minum yang
Dari jumlah pelanggan yang tercatat pada tahun 2006, terlihat bahwa distribusi air
minum yang disalurkan oleh PDAM sebagian besar digunakan untuk keperluan
Pada tahun 1999 debit air bersih yang masuk adalah 90.40 m 3/s, pada tahun 2004 air
bersih yang masuk akan menjadi 253.37 m3/s dan pada tahun 2010 debit air bersih
61
akan mengalami kenaikan mencapai 345.74 m3/s. terlihat dari tabel diatas debit air
bersih mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya terlihat pada grapik di bawah
ini.
Terlihat dari grafik diatas debit air bersih yang masuk mengalami kenaikan dari tahun
ketahun. Hal ini disebabkan oleh kenaikan debit air yang keluar dari waduk bili-bili.
Gambar 4.9.2 Hasil Simulasi Debit air Keluar Dari Waduk Bili-Bili
62
Debit air kelur pada tahun 1999 adalah 80 m3/s maka debit air bersih yang masuk ke
penampungan adalah 91.40 m3/s. pada tahun 2004 debit air keluar dari waduk adalah
289.80 m3/s maka debit air bersih yang masuk kepenampungan adalah 253.37 m3/s.
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel perbebandingan dibawah ini
Tabel 4.9.2 Hasil Simulasi Debit air keluar dari waduk dan Debit Air masuk
Kepenampungan
Tahun Debit Air Keluar Debit Air Masuk
(dari Waduk) m3/s ( Air Bersih) m3/s
1999 80 90.40
2000 126.79 120.25
2001 168.29 137.68
2002 223.72 178.04
2003 258.40 217.58
2004 289.80 253.37
2005 312.36 274.89
2006 333.18 291.54
2007 352.37 306.90
2008 370.08 321.06
2009 386.41 334.14
2010 401.47 345.74
Dari tabel perbandingan diatas terbaca bahwa debit air keluar dari Waduk Bili-Bili
akan berbanding lurus dengan debit air bersih yang masuk kepenampungan air bersih.
Volume debit air yang keluar dari waduk tidak sepenuh sama masuk ke penampungan
air bersih. Tetapi debit air yang keluar dari waduk tersebut akan disaring terlebih
dahulu menjadi air bersih. Hal ini terlihat jelas dari tabel misalnya pada tahun 2004
debit air keluar dari waduk adalah 289.80 m 3/s sedangkan debit air masuk ke
penampungan air bersih adalah 253.37 m3/s. jadi ada selisih sekitar 36.43 m3/s hal ini
terbuang menjadi kotoran juga ada saluran pipa yang bocor, juga untuk pengairan
sawah.
63
IV.10 STOK AIR BERSIH
Jika kita melihat dari porelahan data simulasi diatas pada tabel (lampiran), maka
dapat diprediksi stok air bersih kota Makassar akan terus meningkat dari tahun 1999
sampai tahun 2010. itu artinya penduduk Makassar dan Gowa tidak perlu takut
kekurangan air bersih sampai tahun 2010. Stok air terus meningkat ini disebabkan
oleh peningkatan debit air bersih yang masuk ke penampungan lebih besar dari
Kebutuha air bersih Makassar dan Gowa pada tahun 1999 adalah 128.68 m 3/s, pada
tahun 2004 adalah 142.61 m3/s dan pada tahun 2010 adalah 161.37 m3/. itu artinya
dari tahun 1999 sampai tahun 2010 terus meningkat kebutuhan air bersih di
kabupaten gowa dan kota Makassar. Tetapi kebutuhan itu tidak lebih besar dari debit
air bersih yang masuk kepenampungan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik di
bawah ini.
Gambar 4.10.1 Hasil Simulasi Kebutuhan Air Bersih Kota Makassar dan Gowa
64