You are on page 1of 21

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

2.1 2.1.1

Motivasi Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau

menggerakkan. Motivasi sangat diperlukan dalam pelaksanaan aktivitas manusia karena motivasi merupakan hal yang dapat menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias untuk mencapai hasil yang optimal (Malayu S.P Hasibuan, 2001:141) Menurut G.R. Terry yang diterjemahkan oleh J Smith D.F.M (2003:130), Motivasi dapat diartikan sebagai suatu usaha agar seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan semangat karena ada tujuan yang ingin dicapai. Manusia mempunyai motivasi yang berbeda tergantung dari banyaknya faktor seperti kepribadian, ambisi, pendidikan dan usia. Motivasi adalah suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif atau perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Mc. Donald dalam Oemar Hamalik, 2003 : 106). Menurut Syaiful Bahri Djumaroh (2000:114), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitanya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya. Seseorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila di dalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar sebab tanpa mengerti apa yang akan dipelajari maka kegiatan belajar mengajar sulit untuk mencapai tujuan, dan dorongan inilah yang disebut motivasi. Dalam kaitannya dengan belajar, motivasi sangat erat hubungannya

dengan kebutuhan aktualisasi diri sehingga motivasi paling besar pengaruhnya pada kegiatan belajar siswa yang bertujuan untuk mencapai prestasi tinggi. Dengan motivasi orang akan terdorong untuk bekerja mencapai sasaran dan tujuannya karena yakin dan sadar akan kebaikan, kepentingan dan manfaatnya. Bagi siswa motivasi ini sangat penting karena dapat menggerakkan perilaku siswa ke arah yang positif sehingga mampu menghadapi segala tuntutan, kesulitan serta menanggung resiko dalam belajar. Dalam kaitannya dengan belajar, motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan aktualisasi diri sehingga motivasi paling besar pengaruhnya pada kegiatan belajar siswa yang bertujuan untuk mencapai prestasi tinggi. Apabila tidak ada motivasi belajar dalam diri siswa, maka akan menimbulkan rasa malas untuk belajar baik dalam mengikuti proses belajar mengajar maupun mengerjakan tugas-tugas individu dari guru. Orang yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar maka akan timbul minat yang besar dalam mengerjakan tugas, membangun sikap dan kebiasaan belajar yang sehat melalui penyusunan jadwal belajar dan

melaksanakannya dengan tekun.

2.1.2

Fungsi Motivasi dalam Belajar Motivasi sangat berperan dalam belajar, siswa yang dalam proses belajar

mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan berhasil belajarnya. Makin tepat motivasi yang diberikan, makin berhasil pelajaran itu. Maka motivasi senantiasa akan menentukan intensitas usaha belajar bagi siswa. Menurut Sardiman (2004, 83) fungsi motivasi adalah: 1. Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2. Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberi arah dari kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dilakukan atau dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Pentingnya motivasi bagi siswa menurut Dimyati dan Mudjiono (1994:79) adalah: 1. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir belajar. 2. Menginformasikan tentang usaha belajar, bila dibanding dengan teman sebaya sebagai ilustrasi, terbukti kegiatan usahanya belum memadai, maka ia berusaha setekun mungkin agar berhasil. 3. Mengarahkan kegiatan belajar, mengetahui bahwa dirinya belum belajar secara efektif, maka ia mengubah prilaku belajarnya. 4. Membesarkan semangat belajar. 5. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja. Selain itu ada juga fungsi lain yaitu, motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi, karena secara konseptual motivasi

berkaitan dengan prestasi dan hasil belajar. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

2.1.3 1.

Macam-macam Motivasi Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri

siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar (Muhibbinsyah, 2002). Dalam buku lain motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar, misalnya: ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh pengetahuan dan sebagainya (Sabri, 1996:85).
8

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik adalah: a. Adanya kebutuhan b. Adanya pengetahuan tentang kemajuan dirinya sendiri c. Adanya cita-cita atau aspiras (Azhari, 1996). Yang tergolong dalam motivasi intrinsik adalah: a. Belajar karena ingin mengetahui seluk-beluk masalah selengkap-lengkapnya. b. Belajar karena ingin menjadi orang terdidik atau menjadi ahli bidang studi pada penghayatan kebutuhan dan siswa berdaya upaya melui kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan ini hanya dapat dipenuhi dengan belajar giat. 2. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dari luar individu siswa, yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar

(Muhibbinsyah, 2002). Bentuk motivasi ekstrinsik ini merupakan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000 : 117) yang tergolong bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara lain: a. Belajar demi memenuhi kewajiban. b. Belajar demi menghindari hukuman yang diancam. c. Belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan. d. Belajar demi meningkatkan gengsi sosial. e. Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang. f. Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting. Dalam perspektif kognitif, motivasi intrinsik lebih signifikan bagi siswa karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Perlu ditegaskan, bukan berarti motivasi ekstrinsik tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting, karena kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis berubah-ubah dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang
9

menarik bagi siswa sehingga siswa tidak bersemangat dalam melakukan proses belajar mengajar baik di sekolah maupun di rumah. Bahwa setiap siswa tidak sama tingkat motivasi belajarnya, maka motivasi ekstrinsik sangat diperlukan dan dapat diberikan secara tepat. Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsic maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, siswa dapat mengembangkan aktifitas dan inisiatif sehingga dapat mengarahkan dan memelihara kerukunan dalam melakukan kegiatan belajar.

2.1.4

Indikator Motivasi Belajar Indikator dari motivasi, yaitu:

1. Cita-cita. Cita-cita adalah sesuatu target yang ingin dicapai. Target ini diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang. Munculnya cita-cita seseorang disertai dengan perkembangan akar, moral kemauan, bahasa dan nilai-nilai kehidupan yang juga menimbulkan adanya perkembangan kepribadian. 2. Kemampuan belajar. Setiap siswa memiliki kemampuan belajar yang berbeda. Hal ini diukur melalui taraf perkembangan berpikir siswa, dimana siswa yang taraf perkembangan berpikirnya konkrit tidak sama dengan siswa yang sudah sampai pada taraf perkembangan berpikir rasional. Siswa yang merasa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu, maka akan mendorong dirinya berbuat sesuatu untuk dapat mewujudkan tujuan yang ingin diperolehnya dan sebaliknya yang merasa tidak mampu akan merasa malas untuk berbuat sesuatu. 3. Kondisi siswa. Kondisi siswa dapat diketahui dari kondisi fisik dan kondisi psikologis, karena siswa adalah makluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Kondisi fisik siswa

10

lebih cepat diketahui daripad kondisi psikologis. Hal ini dikarenakan kondisi fisik lebih jelas menunjukkan gejalanya daripada kondisi psikologis. 4. Kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan merupakan unsur yang datang dari luar diri siswa yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan fisik sekolah, sarana dan prasarana perlu ditata dan dikelola agar dapat menyenangkan dan membuat siswa merasa nyaman untuk belajar. Kebutuhan emosional psikologis juga perlu mendapat perhatian, misalnya kebutuhan rasa aman, berprestasi, dihargai, diakui yang harus dipenuhi agar motivasi belajar timbul dan dapat dipertahankan. 5. Unsur-unsur dinamis dalam belajar. Unsur-unsur dinamis adalah unsur-unsur yang keberadaannya didalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali misalnya gairah belajar, emosi siswa dan lain-lain. Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan selama proses belajar, kadang-kadang kuat atau lemah. 6. Upaya guru membelajarkan siswa. Upaya guru membelajarkan siswa adalah usaha guru dalam mempersiapkan diri untuk membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara

menyampaikannya, menarik perhatian siswa dan mengevaluasi hasil belajar siswa. Bila upaya guru hanya sekedar mengajar, artinya keberhasilan guru yang menjadi titik tolak, besar kemungkinan siswa tidak tertarik untuk belajar sehingga motivasi belajar siswa menjadi melemah atau hilang (Max Darsono, 2000:65 ; Dimyati dan Mudjiono, 1994:90-92).

2.1.5 Upaya dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa motivasi merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi siswa. Apalah artinya bagi seorang siswa pergi ke sekolah tanpa mempunyai motivasi belajar. Bahwa diantara sebagian siswa ada yang mempunyai motivasi untuk belajar dan sebagian lain belum termotivasi untuk
11

belajar. Seorang guru melihat perilaku siswa seprti itu, maka perlu diambil langkah-langkah untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Membangkitkan motivasi belajar tidaklah mudah, guru harus dapat menggunakan berbagai macam cara untuk memotivasi belajar siswa. Cara membangkitkan motivasi belajar diantaranya adalah : a. Menjelaskan kepada siswa, alasan suatu bidang studi dimasukkan dalam kurikulum dan kegunaannya untuk kehidupan. b. Mengkaitkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa di luar lingkungan sekolah. c. d. Menunjukkan antusias dalam mengajar bidang studi yang dipegang. Mendorong siswa untuk memandang belajar di sekolah sebagai suatu tugas yang tidak harus serba menekan, sehingga siswa mempunyai intensitas untuk belajar dan menjelaskan tugas dengan sebaik mungkin. e. Menciptakan iklim dan suasana dalam kelas yang sesuai dengan kebutuhan siswa. f. g. h. Memberikan hasil ulangan dalam waktu sesingkat mungkin. Menggunakan bentuk bentuk kompetisi (persaingan) antar siswa. Menggunakan intensif seperti pujian, hadiah secara waja (Tadjab, 1994:103). Menurut Sardiman A.M, ada beberapa bentuk dan cara untuk

menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah. Beberpa bentuk dan cara motivasi tersebut diantaranya : 1. Memberi angka 2. Hadiah 3. Saingan/kompetisi 4. Memberi ulangan 5. Mengetahui hasil 6. Pujian 7. Hukuman 8. Hasrat untuk belajar
12

9. Minat 10. Tujuan yang diakui. Demikian pembahasan tentang upaya dalam menumbuhkan motivasi

belajar siswa dan bentuk-bentuk motivasi yang dapat dipergunakan oleh guru agar berhasil dalam proses belajar mengajar serta dikembangkan dan diarahkan untuk dapat melahirkan hasil belajar yang bermakna bagi kehidupan siswa.

2.2 2.2.1

Minat Belajar Pengertian Minat Belajar Minat (Interest) adalah kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu (Muhibbin Syah, 1987:136). Murid atau siswa dengan sendirinya memperhatikn pelajaran yang sedang disajikan bila berminat terhadap pelajaran itu, karena itu minat, motivasi dan disiplin kunci dalam pelajaran bila siswa telah berminat dapat dipastikan proses belajar mengajar itu akan berjalan dengan baik dan hasil belajar akan optimal (Ahmad Tafsir, 1995:24). Seseorang itu akan berhasil dalam belajar kalau pada dirinya sendiri ada motivasi dan minat untuk belajar banyak para siswa yang didalam belajarnya tidak atau kurang adanya minat. Dan belum ada usaha-usaha bagaimana ia dapat menumbuhkan minat didalam belajar. Sebenarnya tidak ada sesuatu ilmu yang tidak akan menggugah minat seseorang bilamana dicarikan sesuatu pembahasan yang menarik. Menurut William James dalam Moh. Uzeir Usman (1995:22), minat ialah faktor utama yang mencantumkan derajat keaktifan belajar siswa. Sedangkan makna minat menurut Crow & Crow dalam Abd. Abror (1993:12) menyatakan bahwa minat atau interest dapat berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda atau kegiatan ataupun bisa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain, minat dapat menjadi penyebab kegiatan dan penyebab partisipasi dalam kegiatan.

13

Minat memiliki kaitan dengan belajar, walaupun demikian minat belum dapat menjadi jaminan adanya bakat yang luar biasa. Dalam pembelajaran minat siswa tidak dapat diremehkan, akan tetapi harus diberikan perhatian penuh. Karena dengan minat akan merupakan penyebab pelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Minat memberikan suatu arah kepada suatu pelajaran yang sedang ditekuni siswa. Sekalipun harus disadari bahwa pengembangan minat itu tidak selalu sesuai dengan tuntutan kurikulum tradisional. Dalam kurikulum modern yang fleksibel, minat siswa yang beragam itu dapat dipupuk dan dikembangkan berdasarkan minat tertentu siswa dapat mempelajari bahan pelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum (Nasution, 1985:84). Minat merupakan suatu landasan yang paing meyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar, jika seorang murid memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya. Belajar akan merupakan suatu siksaan dan tidak akan memberi manfaat jika tidak disertai sifat terbuka bagi bahan-bahan pelajaran guru yang berhasil membina kesediaan belajar murid-muridnya berarti telah melakukan hal yang terpenting yang dapat dilakukan demi kepentingan belajar murid-muridnya. Sebab minat bukanlah sesuatu yang ada begitu saja, melainkan sesuatu yang dapat dipelajari. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diriseseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya (Usman, 1995:22).

2.2.2

Aspek-aspek Minat Belajar Seperti yang telah di kemukakan bahwa minat dapat diartikan sebagai

suatu ketertarikan terhadap suatu objek yang kemudian mendorong individu untuk mempelajari dan menekuni segala hal yang berkaitan dengan minatnya tersebut. Minat yang diperoleh melalui adanya suatu proses belajar dikembangkan melalui proses menilai suatu objek yang kemudian menghasilkan suatu

penilaian-penilaian tertentu terhadap objek yang menimbulkan minat seseorang .

14

Penilaian-penilaian terhadap objek yang diperoleh melalui proses belajar itulah Hurlock yang kemudian menghasilkan suatu keputusan mengenal adanya

ketertarikan atau ketidaktertarikan seseorang terhadap objek yang dihadapinya. (1978) mengatakan minat merupakan hasil dari pengalaman atau proses belajar. Lebih jauh ia mengemukakan bahwa minat memiliki dua aspek yaitu: 1. Aspek kognitif Aspek ini didasarkan atas konsep yang dikembangkan seseorang

mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Konsep yang membangun aspek kognitif di dasarkan atas pengalaman dan apa yang dipelajari dari lingkungan. 2. Aspek afektif Aspek afektif ini adalah konsep yang membangun konsep kognitif dan dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan atau objek yang menimbulkan minat. Aspek ini mempunyai peranan yang besar dalam memotivasikan tindakan seseorang. Berdasarkan uraian tersebut, maka mint terhadap mata pelajaran Fiqih yang dimiliki seseorang bukan bawaan sejak lahir, tetapi dipelajari melalui proses penilaian kognitif dan penilaian afektif seseorang yang dinyatakan dalam sikap. Dengan kata lain, jika proses penilaian kognitif dan afektif seseorang terhadap objek minat adalah positif maka akan menghasilkan sikap yang positif dan dapat menimbulkan minat.

2.2.3

Indikator Minat Belajar Dalam kamus besar Bahasa Indonesia indikator adalah Alat pemantau yang dapat memberikan petunjuk /keterangan (Depdikbud, 1991).

(sesuatu)

Kaitannya dengan minat siswa maka indikator adalah sebagai alat pemantau yang dapat memberikan petunjuk ke arah minat. Ada beberapa indikator siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi hal ini dapat dikenali melalui proses belajar dikelas maupun dirumah.
15

a. Perasaan Senang Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap pelajaran Fiqih misalnya, maka ia sekali harus terus mempelajari ilmu yang

berhubungan dengan Fiqih. Sama mempelajari bidang tersebut. b. Perhatian dalam Belajar

tidak ada perasaan terpaksa untuk

Adanya perhatian juga menjadi salah satu indikator minat. Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa kita terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Seseorang yang memiliki minat pada objek tertentu maka dengan sendirinya dia akan memperhatikan objektersebut. Misalnya, seorang siswa menaruh minat terhadap pelajaran Fiqih, maka ia berusaha untuk memperhatikan penjelasan dari gurunya. c. Bahan Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik Tidak semua siswa menyukai suatu bidang studi pelajaran karena faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya terhadap bidang pelajaran tersebut karena pengaruh dari gurunya, teman sekelas, bahan pelajaran yang menarik. Walaupun demikian lama-kelamaan jika siswa mampu mengembangkan minatnya yang kuat terhadap mata pelajaran niscaya ia bisa memperoleh prestasi yang berhasil sekalipun ia tergolong siswa yang berkemampuan rata-rata. Sebagaimana dikemukakan oleh Brown yang dikutip oleh Ali Imran (1996) sebagai berikut: Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh, tertarik kepada mata pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada guru, ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas, ingin identitas dirinya diketahui oleh orng lain, tindakan kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontroldiri, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh lingkungannya (Ali Imran, 1996).

16

d. Manfaat dan Fungsi Mata Pelajaran Selain adanya perasaan senang, perhatian dalam belajar dan juga bahan pelajaran serta sikap guru yang menarik. Adanya manfaat dan fungsi pelajaran (dalam hal ini pelajaran Fiqih) juga merupakan salah satu indikator minat. Karena setiap pelajaran mempunyai manfaat dan fungsinya. Seperti contoh

misalnya pelajaran Fiqih banyak memberikan manfaat kepada siswa bila Fiqih tidak hanya dipelajari di sekolah tetapi juga dipelajari sebaliknya bila siswa tidak membaca pelajaran Fiqih maka siswa tidak dapat merasakan manfaat yang terdapat dalam pelajaran Fiqih tersebut.

2.3 2.3.1

Disiplin Pengertian Disiplin Menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2000:97), disiplin hakikatnya adalah

pernyataan sikap mental individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan. Menurut Arikunto (1990:114), di dalam pembicaraan disiplin dikenal dua istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi pembentukannya secara berurutan. Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban, ada juga yang menggunakan istilah siasat dan ketertiban. Ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan dan tata tertib karena didorong oleh sesuatu dari luar misalnya karena ingin mendapat pujian dari atasan. Selanjutnya pengertian disiplin atau siasat menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata tertib karena didorong kesadaran yang ada pada kata hatinya. Itulah sebabnya biasanya ketertiban itu terjadi dahulu, kemudian berkembang menjadi siasat. Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) (1997:11), makna kata disiplin dapat dipahami dalam kaitannya dengan latihan yang memperkuat, koreksi dan sanksi, kendali atau terciptanya ketertiban dan keteraturan dan sistem aturan tata laku.
17

2.3.2

Fungsi disiplin Fungsi disiplin menurut Tulus Tuu (2004:38) adalah:

1.

Menata kehidupan bersama Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu

menghargai orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, sehingga tidak akan merugikan pihak lain dan hubungan dengan sesama menjadi baik dan lancar. 2. Membangun kepribadian Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan disiplin seseorang akan terbiasa mengikuti , mematuhi aturan yang berlaku dan kebiasaan itu lama kelamaan masuk ke dalam dirinya serta berperan dalam membangun kepribadian yang baik. 3. Melatih kepribadian Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin terbentuk melalui latihan. Demikian juga dengan kepribadian yang tertib, teratur dan patuh perlu dibiasakan dan dilatih. 4. Pemaksaan Disiplin dapat terjadi karena adanya penaksaan dan tekanan dari luar, misalnya ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk ke satu sekolah yang berdisiplin baik, terpaksa harus mematuhi tata tertib yang ada di sekolah tersebut. 5. Hukuman Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. 6. Menciptakan lingkungan yang kondusif Disiplin sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar dan memberi pengaruh bagi terciptanya sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran.
18

Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) (1997:15), disiplin dapat terjadi dengan cara: 1. Disiplin tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan, dikembangkan dan diterapkan dalam semua aspek menerapkan sanksi serta dengan bentuk ganjaran dan hukuman. 2. Disiplin seseorang adalah produk sosialisasi sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya, terutama lingkungan sosial. Oleh karena itu, pembentukan disiplin tunduk pada kaidah-kaidah proses belajar. 3. Dalam membentuk disiplin, ada pihak yang memiliki kekuasaan lebih besar, sehingga mampu mempengaruhi tingkah laku pihak lain ke arah tingkah laku yang diinginkannya. Sebaliknya, pihak lain memiliki ketergantungan pada pihak pertama, sehingga ia bisa menerima apa yang diajarkan kepadanya. Terdapat beberapa faktor atau sumber yang dapat menyebabkan timbulnya masalah-masalah yang dapat mengganggu terpeliharanya disiplin. Menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2000:100-105), contoh-contoh sumber pelanggaran disiplin antara lain: Dari sekolah, contohnya: 1. Tipe kepemimpinan guru atau sekolah yang otoriter yang senantiasa mendiktekan kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan siswa. Perbuatan seperti itu mengakibatkan siswa menjadi berpura-pura patuh, apatis atau sebaliknya. Hal itu akan menjadikan siswa agresif, yaitu ingin berontak terhadap kekangan dan perlakuan yang tidak manusiawi yang mereka terima. 2. Guru yang membiarkan siswa berbuat salah, lebih mementingkan mata pelajaran daripada siswanya. 3. Lingkungan sekolah seperti: hari-hari pertama dan hari-hari akhir sekolah (akan libur atau sesudah libur), pergantian pelajaran, pergantian guru, jadwal yang kaku atau jadwal aktivitas sekolah yang kurang cermat, suasana yang gaduh, dll.

19

Dari keluarga, contohnya: 1. Lingkungan rumah atau keluarga, seperti kurang perhatian, ketidak teraturan, pertengkaran, masa bodoh, tekanan, dan sibuk urusannya masing-masing. 2. Lingkungan atau situasi tempat tinggal, seperti lingkungan kriminal, lingkungan bising, dan lingkungan minuman keras. Menurut Arikunto (1990:137) macam-macam disiplin ditunjukkan dengan tiga perilaku yaitu: a) perilaku kedisiplinan di dalam kelas, b) perilaku kedisiplinan di luar kelas di lingkungan sekolah, dan c) perilaku kedisiplinan di rumah. Sedangkan Sofchah Sulistyowati (2001:3) menyebutkan agar seorang pelajar dapat belajar dengan baik ia harus bersikap disiplin, terutama disiplin dalam hal-hal sebagai berikut: 1. 2. Disiplin dalam menepati jadwal belajar. Disiplin dalam mengatasi semua godaan yang akan menunda-nunda waktu belajar. 3. Disiplin terhadap diri sendiri untuk dapat menumbuhkan kemauan dan semangat belajar baik di sekolah seperti menaati tata tertib, maupun disiplin di rumah seperti teratur dalam belajar. 4. Disiplin dalam menjaga kondisi fisik agar selalu sehat dan fit dengan cara makan yang teratur dan bergizi serta berolahraga secara teratur.

2.3.4

Indikator Disiplin Dari beberapa macam disiplin menurut pendapat para ahli di atas, berikut

diambil indikator yang dapat menunjang disiplin belajar, yaitu: a. Ketaatan Terhadap Tata Tertib Sekolah b. Ketaatan Terhadap Kegiatan Belajar Di Sekolah . c. Ketaatan Dalam Mengerjakan Tugas-Tugas d. Ketaatan Terhadap Kegiatan Belajar di Rumah

20

2.4 2.4.1

Prestasi Belajar Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam dunia

pendidikan. Istilah tersebut lazim digunakan sebagai sebutan dari penilaian dari hasil belajar. Dimana penilaian tersebut bertujuan melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yakni prestasi dan belajar. Prestasi belajar digunakan untuk menunjukkan hasil yang optimal dari suatu aktivitas belajar sehingga artinya pun tidak dapat dipisahkan dari pengertian belajar . Prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari usaha yang telah dilakukan dan dikerjakan, atau dalam definisi yang lebih singkat bahwa prestasi adalah hasil yang telah di capai (dilakukan dan dikerjakan) (Purdamimta, 1987). Senada dengan pengertian di atas, prestasi adalah hasil yang telah di capai dari apa yang dikerjakan/ yang sudah diusahakan (Badudu, 1994). Menurut Masud Khasan Abdul Qahar, prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Tidak jauh dari pengertian yang dikemukakan oleh Masud, Syaiful Bahri Djamarah menyatakan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu. Dengan demikian, dapat dinyatakan beberapa rumusan dari pengertian prestasi belajar, diantaranya bahwa prestasi belajar adalah penguasaan

pengetahuan atau materi yang dikembangkan oleh mata pelajaran (Habeyh,1974). Hasil belajar menurut Nana Sudjana (1992:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa, setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Hadari Nawawi (1981:100) prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan murid untuk

21

mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi. Dalam dunia pendidikan, bentuk penilaian dari suatu prestasi biasanya dapat dilihat atau dinyatakan dalam bentuk simbol huruf atau angka-angka. Jadi, prestasi belajar adalah hasil yang diraih oleh peserta didik dari aktivitas belajarnya yang ditempuh untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat diwujudkan dengan adanya perubahan sikap dan tingkah laku dan pada umumnya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf atau angka-angka. Prestasi belajar yang didapatkan oleh seorang siswa bersifat sementara kadang kala dalam suatu tahapan belajar, siswa yang berhasil secara gemilang dalam belajar, sering pula dijumpai adanya siswa yang gagal. Seperti angka raport rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir dan sebagainya.

2.4.2

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Menurut Muhibbin Syah, secara global faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu Faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. 1) Faktor Internal Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor ini meliputi 2 aspek, yakni: a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat

mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi jasmani yang tidak mendukung kegiatan belajar, seperti gangguan kesehatan, cacat tubuh, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran dan lain sebagainya sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.

22

b) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah) Banyak mempengaruhi faktor yang kualitas dan termasuk aspek psikologis yang dapat kuantitas perolehan pembelajaran siswa.

Diantaranya adalah tingkat intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa. 1. Intelegensi Siswa Tingkat kecerdasan merupakan wadah bagi kemungkinan tercapainya hasil belajar yang diharapkan. Jika tingkat kecerdasan rendah, maka hasil belajar yang dicapai akan rendah pula. Clark mengemukakan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Sehingga tidak diragukan lagi bahwa tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. 2. Sikap Siswa Sikap merupakan gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi dengan cara relatif tetap terhadap objek, baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif terutama kepada guru dan mata pelajaran yang diterima merupakan tanda yang baik bagi proses belajar siswa. Sebaliknya, sikap negatif yang diiringi dengan kebencian terhadap guru dan mata pelajarannya menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut, sehingga prestasi belajar yang di capai siswa akan kurang memuaskan. 3. Bakat Siswa Sebagaimana halnya intelegensi, bakat juga merupakan wadah untuk mencapai kemampuan hasil belajar yang tertentu. Secara umum bakat merupakan dimiliki seseorang untuk mencapai

potensial

keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat juga diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Peserta didik yang kurang

23

atau tidak berbakat untuk suatu kegiatan belajar tertentu akan mengalami kesulitan dalam belajar. 4. Minat Siswa Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa. Siswa yang menaruh minat besar terhadap bidang studi tertentu akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lain, sehingga memungkinkan siswa tersebut untuk belajar lebih giat dan pada akhirnya mencapai prestasi yang

diinginkan. 5. Motivasi Siswa Tanpa motivasi yang besar, peserta didik akan banyak mengalami kesulitan dalam belajar, karena motivasi merupakan faktor pendorong kegiatan belajar. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal

keadaan yang datang dari luar individu siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi yang dipandang lebih esensial adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. 2) Faktor Eksternal Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi/keadaan lingkungan di sekitar siswa. Adapun faktor eksteren yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah : a) Lingkungan sosial Lingkungan sosial siswa di sekolah adalah para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelasnya, yang dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Masyarakat, tetangga dan teman-teman sepermainan di sekitar
24

perkampungan siswa juga termasuk lingkungan sosial bagi siswa. Namun lingkungan social yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar sisa ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan letak rumah, semuanya dapat memberi dampak baik dan buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang di capai siswa. b) Lingkungan non sosial Lingkungan non social ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. 3) Faktor Pendekatan Belajar Tercapainya hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh bagaimana aktivitas siswa dalam belajar. Faktor pendekatan belajar adalah jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Faktor pendekata belajar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga smakin mendalam cara belajar siswa maka semakin baik hasilnya.

2.5

Kerangka Berfikir Penelitian ini menggunakan variabel motivasi, minat belajar, dan disiplin yang

berpengaruh terhadap variabel prestasi belajar pada siswa kelas XI MAN Model Bojonegoro. Kerangka berfikir dari penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut:

Motivasi (X1) Minat Belajar (X2) Disiplin (X3) Prestasi Belajar (Y)

25

2.6

Hipotesis Dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Variabel motivasi, variabel minat belajar, dan variabel disiplin secara parsial berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa kelas XI MAN Model Bojonegoro. Variabel motivasi, variabel minat belajar, dan variabel disiplin secara simultan berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa kelas XI MAN Model Bojonegoro. Salah satu diantara variabel motivasi, variabel minat belajar, dan variabel disiplin secara simultan berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa kelas XI MAN Model Bojonegoro.

H1.

H2.

H3

26

You might also like