MANAJEMEN TEKNIK LINGKUNGAN

Muhammad Syahirul Alim, MT

RUANG LINGKUP MANAJEMEN LINGKUNGAN

Manajemen Konservasi

Manajemen Infrastruktur

Pembangunan Infrastruktur
( Prasarana & Sarana )

Lingkungan

Permukiman

Lingkungan Industri

TANTANGAN
Keterpaduan Pembangunan dengan Lingkungan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Peningkatan Pelayanan Masyarakat

KESAMAAN PERSEPSI (PRAKTISI vs AKADEMISI)

Prinsip Manajemen Lingkungan Aspek-aspek Pengelolaan Infrastruktur Lingkungan Permukiman Perkembangan Regulasi /Strategi Pembangunan Bidang Permukiman

Relevansi Teori vs Aplikasi pada Materi Kuliah

Relevansi Formulasi Problem vs Alternatif Solusi pada Tesis

PROBLEM CONTENT

PROBLEM SOLVING

PROBLEM FORMULATION PROBLEM SITUATION - Value & Urgency - Cause & Effect - Structur & Process

- Background - Decisionmaker/Client Aspiration

PROBLEM ENVIRONMENT
Influences Possibilities Uncertainties Constraints - Opportunities - Boundary

P E R M U K I M A N
Bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung kehidupan dan penghidupan

( UU No.4/1992 tentang Perumahan dan Permukiman )

MANUSIA

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (Suistainable Development)

LINGKUNGAN

PROGRAM AKSI ANTISIPASI TANTANGAN ABAD 21

( Non Binding Agreement)

AGENDA 21

United Nation Conference on ENVIRONMENT & DEVELOPMENT Rio de Janeiro -Juni 1992 Deklarasi ISTAMBUL 1996 (Habitat II)

Konferensi NEW YORK 2001 (Habitat II +5)

AGENDA 21 Report of The United Nation Conference on Environmental Development (Rio de Janeiro 92)
Section I : SOCIAL and ECONOMIC DINENSION Chapter 7 : PROMOTING SUISTAINABLE HUMAN SETTLEMENT DEVELOPMENT

PROGRAMS AREAS :
A. B. C. D. Providing Adequate shelter for all Improving Human Settlement Management Promoting suistainable land-use planning and management Promoting the integrated provision of environmental infrastructur : water, sanitation, drainage, and solid waste management

http://www.rrojasdatabank.org

PENYEDIAAN PERUMAHAN YANG MEMADAI (UNTUK SEMUA) PENINGKATAN PERENCANAAN & MANAJEMEN TATA RUANG PENINGKATAN MANAJEMEN PERMUKIMAN

PENINGKATAN KETERPADUAN PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA LINGKUNGAN

Dasar Tindak Tujuan Kegiatan Sarana Pelaksanaan

PENINGKATAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN YANG BERKELANJUTAN

AGENDA 21
Section II : CONSERVATION AND MANAGEMENT OF RESOURCES FOR DEVELOPMENT Chapter 21 : ENVIRONMENTALLY SOUND MANAGEMENT OF SOLID WASTE AND SEWAGE RELATED ISSUES

PROGRAMS AREAS :
A. Minimizing waste B. Maximizing environmentally sound waste reuse and recycling C. Promoting environmentally sound waste disposal and treatment D. Extending waste service coverage

MINIMALISASI LIMBAH MENGEMBANGKAN PEMBUANGAN & PENGOLAHAN LIMBAH YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN MAKSIMALISASI DAUR ULANG dan PEMANFAATAN KEMBALI LIMBAH yang BERWAWASAN LINGKUNGAN PENINGKATAN/ PERLUASAN CAKUPAN PELAYANAN LIMBAH

Dasar Tindak Tujuan Kegiatan Sarana Pelaksanaan MANAJEMEN LIMBAH PADAT & BUANGAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

Deklarasi Rio 1992 Deklarasi Istambul 1996

KONSESUS GLOBAL & KOMITMEN POLITIS

KERJA SAMA PEMBANGUNAN & LINGKUNGAN

Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan

-STRATEGI PEMBANGUNAN -PENGELOLAAN LINGKUNGAN

AGENDA 21 INDONESIA Strategi Nasional Untuk Pembangunan Berkelanjutan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup Juli 1996

AGENDA 21 INDONESIA
KONSEP DASAR PENGEMBANGAN PERUMAHAN & PERMUKIMAN

MENCIPTAKAN IKLIM KEHIDUPAN YANG SEHAT SECARA SOSIAL, EKONOMI, BUDAYA dan LINGKUNGAN MENCIPTAKAN KETERPADUAN ASPEK SOSIAL DAN KELESTESTARIAAN SUMBER DAYA ALAM STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DALAM KETERPADUAN SOSIAL DAN FUNGSIONAL

Setiap orang berhak untuk hidup, serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan
( UUD 1945 : BAB XA HAK AZAZI MANUSIA )

Landasan Hukum PERUMAHAN & PERMUKIMAN

Arah Kebijakan
TAP MPR IV/1999 GBHN UU 22/1999 Pemerintahan Daerah UU 25/1999 Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah UU 25/2000 Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPENAS TRANSISI PP 25/2000 Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom PP 104/2000 Dana Perimbangan

Pengaturan Strategi
UU 16/1985 Rumah Susun UU 24/1992 Penataan Ruang UU 4/1992 Perumahan Permukiman UU 23/1997 Pengelolaan Lingkungan Hidup

UU 18/1999 Jasa Konstruksi

UU 28/2002 Bangunan Gedung PP 4/1988 Rumah Susun

PP 47/1997 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

PP 80/1999 KASIBA & LISIBA

Pedoman Operasional
PerMENDAGRI 3/1992 Pedoman Penyusunan Peraturan Daerah Tentang Rumah Susun Kep MENEG Perumahan Rakyat 11/1994 Pedoman Perikatan Jual Beli Satuan Rumah Susun Kep MEN PU 441/1998 Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Kep MEN PU 468/1998 Persyaratan Teknis Aksesibilitas Pada bangunan Umum dan Lingkungan Kep MENEG PERKIM 9/1999 Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan PERKIM di Daerah (RP4D) Kep MENEG PERKIM 10/1999 Kebijakan dan Strategi Pemb. Rumah Susun

Kep MENDAGRI 47/1999 Pedoman Penilaian Kinerja PDAM Kep MENEG PU 11/2000 Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan Kep MENEG PU 10/2000 Ketentuan Teknis Pengamanan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan KepMENKEU 524/2001 Batasan RS, RSS,Rusun Sederhana, Pondok Boro, Asrama Mahasiswa & Pelajar, serta Perumahan Lainnya yang atas penyerahannya dibebaskan dari Pengenaan PPN KepMENKIMPRASWIL 534/2001 Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bid.Penataan Ruang & PERKIM Standar Nasional Indonesia (SNI) Bidang KIMPRASWIL

KepMEN KIMPRASWIL 217/2002 Kebijakan dan Strategi Nasional PERKIM (KSNPP) KepMEN KIMPRASWIL 327/2002 Penetapan Enam Pedoman Bidang Penataan Ruang 1.Pedoman Penyusunan RTRW Propinsi 2.Pedoman Peninjauan Kembali RTRW Propinsi 3.Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten 4.Pedoman Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten 5.Pedoman Penyusunan RTR Kawasan Perkotaan 6.Pedoman PeninjauanKembali RTR Kawasan Perkotaan KepMEN KIMPRASWIL 332/2002 Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara KepMENKIMPRASWIL 403/2002 Pedoman Teknis Rumah Sederhana Sehat (RSS) KepMENKIMPRASWIL 24/2003 Pengad.PERKIM dg dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan Pedoman Umum Penyelenggaraan Revitalisasi Lingkungan Permukiman

RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL TRANSISI (2005-2006)

PERMASALAHAN POKOK AGENDA PEMBANGUNAN NASIONAL Mempercepat Reformasi

Lambatnya Reformasi

Rendahnya Kesejahteraan Masyarakat (*)

Potensi Disintegrasi Bangsa
(*) terkait dengan Bidang Permukiman

Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat (*)

Memperkokoh Kesatuan dan Persatuan Bangsa dlm Kerangka NKRI

RENDAHNYA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT - Permasalahan Pembangunan Daerah

- Permasalahan Pembangunan Infrastruktur

PERMASALAHAN PEMBANGUNAN DAERAH :

1.
2.

Pertumbuhan kota-kota menengah/kecil dan kawasan perdesaan berjalan lambat

Kurangnya kesiapan dan kemampuan daerah yang mengakibatkan : - lambatnya pengembangan wilayah tertinggal & wilayah perbatasan, dan kawasan perdesaan yang lokasinya tersebar - lambatnya pengembangan kawasan strategis dan cepat tumbuh karena kurang dapat memanfaatkan peluang

- terbatasnya jaringan sarana dan prasarana fisik 3. Rendahnya peranan swasta dalam pembangunan

PERMASALAHAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR :

1. Ketersediaan air minum :
- perkotaan -> - perdesaan -> 3. Back-log rumah 39 % 8% 5,9 juta unit

2. Pelayanan air limbah 55 % 4. Rendahnya kemampuan penyediaan perumahan dan rendahnya kemampuan daya beli masyarakat mengakibat kan peningkatan luasan permukiman kumuh (dari 40 ribu Ha pada tahun 1996, menjadi 47,5 ribu Ha pada tahun 2000)

AGENDA PEMBANGUNAN NASIONAL

- Pembangunan Daerah
- Pembangunan Infrastruktur

PPEMBANGUNAN DAERAH : 1. Meningkatkan Penataan Ruang:

- pemberian ijin dan status ruang yang mudah diakses masyarakat - meningkatkan keserasian tata ruang dan pemanfaatan tanah dengan potensi wilayah dan ekosistemnya - memfungsikan RTR sebagai acuan dan perangkat koordinasi pembangunan antar daerah dan antar sektor 2. Mendorong pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh

PEMBANGUNAN DAERAH :
3. Mengembangkan perkotaan & perdesaan : - pengembangan kota-kota menengah/kecil - meningkatkan sinergi pembangunan antara kawasan perkotaan dan perdesaan - peningkatan produktivitas dan pemberdayaan masyarakat desa dalam penyediaan sarana dan prasarana dasar - peningkatan kemandirian kota dan desa dalam memenuhi kebutuhan pelayanannya

4.. Mendorong dan membantu Pemda dalam meningkatkan

ketersediaan kebutuhan dasar masyarakat
5. Mengembangkan kerjasama pembangunan sektoral dan daerah

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR :

1. Pembangunan Perumahan dan Permukiman:

- pengembangan sumber pembiayaan jangka panjang bagi pembangunan perumahan dan kepemilikan rumah - pembangunan RUSUNAWA, dan RSH - pemberdayaan komunitas permukiman untuk

pembangunan perumahan swadaya perbaikan & rehabilitasi rumah tidak layak huni penataan kawasan kumuh revitalisasi & peremajaan kawasan pengembangan prasarana dan sarana dasar lingkungan permukiman pengembangan teknologi untuk peningkatan keselamatan umum, pencegahan kebakaran pada bangunan dan lingkungan

Perumahan dan Permukiman Layak Huni

terpenuhinya kebutuhan unsur-unsur perumahan dan permukiman : - hak atas tanah untuk bermukim kualitas struktur bangunan memenuhi persyaratan teknis - terlayaninya prasarana dan sarana dasar -> jalan lingkungan dan jalan akses ,jaringan air minum dan air limbah persampahan dan drainase listrik kepadatan bangunan masih memungkinkan tersedianya ruang publik

2. Peningkatan cakupan pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan :

kuantitas, kualitas dan kontinuitas air baku - penyempurnaan peraturan & perundangan di bidang air
minum & penyehatan lingkungan - peningkatan perilaku masyarakat dalam kepedulian lingkungan,serta pola hidup bersih dan sehat

- peningkatan kualitas lingkungan untuk menjamin

- peningkatan pengelolaan air minum & penyehatan

lingkungan - penyehatan PDAM - pengembangan pengelolaan air minum dan penyehatan lingkungan yang berbasis pada masyarakat perkotaan perdesaan - pengembangan sumber pembiayaan alternatif bagi pembangunan sarana air minum dan penyehatan lingkungan &

KEBIJAKAN & STRATEGI NASIONAL PERUMAHAN & PERMUKIMAN ( KSNPP )

V I S I
Setiap orang Indonesia mampu memenuhi kebutuhan rumah yang layak dan terjangkau pada lingkungan yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan dalam upaya terbentuknya masyarakat yang berjatidiri, mandiri dan

produktif.

KepMen KIMPRASWIL 217/2002

PENGEMBANGAN PERUMAHAN PERMUKIMAN

PERLU PENYELARASAN

PERMUKIMAN SEBAGAI PRODUK INDUSTRI DISTRIBUSI RUANG YANG BERKEADILAN, TEPAT SOSIAL, TEPAT LINGKUNGAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI UNTUK KEPENTINGAN PUBLIK

PROSES PERWUJUDAN LINGKUNGAN SOSEKBUDPOL HAK WARGA UNTUK MENDAPAT RUANG TEMPAT TINGGAL

KESENJANGAN PERMUKIMAN BARU & LAMA PENGEMBANGANKESEMPATAN LAPANGAN KERJA

PERSEBARAN/PEMERATAAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN

KEBIJAKAN & STRATEGI NASIONAL PERUMAHAN & PERMUKIMAN

3 STRUKTUR POKOK JAKSTRANAS

KELEMBAGAAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN PERUMAHAN

PENCAPAIAN KUALITAS PERMUKIMAN

Apa itu MDG-2015?

KTT Bumi yang berlangsung di Johannesburg (Afrika Selatan) Tahun 2002 yang menyepakati beberapa hal dalam mengelola lingkungan hidup.

Dari beberapa sasaran yang ingin dicapai, pengelolaan air minum, sampah dan limbah disepakati di Indonesia termasuk dalam sasaran ke 7 dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan sebesar 50% dari jumlah penduduk yang belum memiliki akses pada pelayanan publik. Disamping tujuan kuantitatif tersebut, juga diharapkan peningkatan kualitas pelayanan yang lebih berwawasan lingkungan. Untuk mencapai sasaran tingkat pelayanan tersebut perlu disusun upaya peningkatan NATIONAL ACTION PLAN , beserta rincian programnya.

Prinsip Keberadaan MDGs

MDGs bukan Tujuan Pembangunan pemerintah saja milik seluruh masyarakat, pencapaiannya telah dan akan dilaksanakan oleh banyak pihak Masing-masing Tujuan MDGs tidak ada yang berdiri sendiri pendekatannya harus terpadu, karena semakin disadari saling keterkaitannya Pencapaian MDGs berlangsung di tingkat lokal tapi perlu didukung dengan kebijakan nasional yang memihak-pada-si-miskin (pro-poor-policy) Perlu ditingkatkan kepemilikan terhadap MDGs target & indikator bisa disesuaikan dgn kondisi lokal

Tujuan 7: Menjamin Kelestarian

Lingkungan Hidup

Fungsi

Target 9: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan & program nasional, serta memulihkan sumberdaya lingkungan hidup yang hilang indikator-indikator: luas lahan yang tertutup hutan kawasan lindung keanekaragaman hayati penggunaan energi; emisi karbon dioksida;

Tujuan 7: Menjamin Kelestarian

Fungsi Lingkungan Hidup

Target 10: Menurunkan sampai separuh proporsi penduduk

tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman & berkelanjutan, serta fasilitas sanitasi dasar pada tahun 2015 indikator-indikator: akses akan air bersih layak minum akses akan sanitasi yang layak

Target 11: Mencapai perbaikan yang berarti untuk paling

tidak 100 juta penduduk miskin di daerah kumuh
indikator: kepastian status tempat tinggal

POLA PIKIR
3 4 1

Alokasi investasi sumberdaya

KINERJA PDRB

Goal & targets

2 VISI MISI

Akuntabilitas kinerja

LINGKUNGAN SOSIAL, EKONOMI, BUDAYA,DAN POLITIK

TANTANGAN
NASIONAL : meningkatkan derajat kesehatan (preventif) dan menunjang pertumbuhan ekonomi (infrastruktur). REGIONAL : telah dicanangkan Water for Asian Cities, yang menekankan pentingnya pembangunan air minum di kawasan Asia, mengingat 60% penduduk dunia bermukim dikawasan ini. INTERNASIONAL : pencapaian Millennium Development Goals (MDG) dengan mengurangi separuh proporsi penduduk yang belum memiliki akses air minum dan sanitasi yang aman pada tahun 2015

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN AIR MINUM

1970 - 1990

INVESTASI AWAL DARI PEMERINTAH PUSAT

CAKUPAN PELAYANAN 60% PENDUDUK PERKOTAAN KONSUMSI AIR 60 LT / ORG / HARI

1990 - 1997

PRINSIP PEMULIHAN BIAYA PENUH (FULL COST RECOVERY) UNTUK PERKOTAAN

TARIF AIR < 4% DARI PENDAPATAN RATA-RATA RUMAH TANGGA PEMBIAYAAN MELALUI PINJAMAN DALAM & LUAR NEGERI PERAN PEMERINTAH PUSAT BERKURANG PERAN SERTA SWASTA DI MULAI

1997 2000 - 2003

KRISIS EKONOMI
PEMBANGUNAN AIR MINUM MENURUN

PROGRAM PENYEHATAN PDAM

PERKEMBANGAN PELAYANAN AIR MINUM DIPERKOTAAN ( 1970 2002 ) (l/detik)

PRODUKSI NAIK 10 X ( DARI 9.000 l/d 95.000 l/d ) CAKUPAN HANYA NAIK 20 % ( DARI 19 % 39 % ) PERTUMBUHAN PENDUDUK PERKOTAAN + 4 % /th. 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000
9,000
1968

94,000 66,252 52,252 38,252

95,540

15,222

20,252

(1969/1973)

(1974/1978)

(1989/1993)

(1984/1989)

(1993/1997)

1979/1983)

(1998/2002)

KONDISI PENYEDIAAN AIR MINUM DI INDONESIA SAAT INI

WILAYAH URAIAN
% PELAYANAN

PERPIPAAN
39 % 33 JUTA 8% 9 JUTA 20 %

NON PIPA TERLINDUNGI

50 % 43 JUTA 56 % 66 JUTA 53 %

TOTAL
89 % 76 JUTA 64 % 75 JUTA 73 %

PERKOTAAN

PDDK TERLAYANI
% PELAYANAN

PERDESAAN

PDDK TERLAYANI % PELAYANAN

TOTAL
DATA TAHUN 2002

PDDK TERLAYANI

42 JUTA

109 JUTA

151 JUTA

SASARAN PELAYANAN MENUJU 2015 (MDG)

100 % 90 % 80 % 70 % 60 % 50 % 40 % 30 % 20 % 10 %

80 %

39 %

40 %
8%

2001

2003

2005

2007

2009

2013

2015

2011

TARGET
TANTANGAN NASIONAL, REGIONAL, DAN INTERNASIONAL INI MEMPERKUAT TUNTUTAN PENGEMBANGAN PENYEDIAAN AIR MINUM GUNA MEMENUHI KEBUTUHAN MASYARAKAT AKAN AIR MINUM.

APABILA TANTANGAN INI DIKAITKAN DENGAN KONDISI CAKUPAN PELAYANAN AIR MINUM SAAT INI, DIMANA CAKUPAN DIPERKOTAAN 39% DAN DIPERDESAAN 8%, MAKA KESENJANGAN CAKUPAN PELAYANAN KEPADA MASYARAKAT MASIH CUKUP BESAR. UNTUK MENINGKATKAN CAKUPAN PELAYANAN TERSEBUT DIPERLUKAN PERBAIKAN KINERJA INTERNAL PDAM, DAN PENINGKATAN PEMBANGUNAN PENYEDIAAN AIR MINUM, MENUJU PDAM YANG PROFESIONAL, MANDIRI, SEHAT DAN BERKEMBANG. UNTUK ITU DIPERLUKAN SUATU NATIONAL ACTION PLAN YANG DISEPAKATI OLEH SEMUA PIHAK YANG TERLIBAT DALAM PENYEDIAAN AIR MINUM

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN AIR MINUM

PELAYANAN AIR MINUM MERUPAKAN ISU STRATEGIS NASIONAL, WALAUPUN SUDAH MENJADI WEWENANG PEMKOT / PEMKAB, PEMERINTAH PUSAT AKAN TERUS MENDORONG DAN MEMFASILITASI PENINGKATAN CAKUPAN PELAYANAN AIR MINUM; DALAM KONDISI YANG KRITIS SAAT INI PEMERINTAH PUSAT AKAN TERUS MENDUKUNG PEMBINAAN BAIK DENGAN MEMPERSIAPKAN NSPM MAUPUN MEMBERI BANTUAN FISIK TERUTAMA UNTUK MASYARAKAT TIDAK MAMPU, RAWAN AIR / KEKERINGAN, DAN UPAYA PENYEHATAN PDAM; MENDORONG PERBAIKAN MANAJEMEN PDAM DAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM YANG BERBASIS MASYARAKAT, BAIK DIPERKOTAAN MAUPUN DIPERDESAAN

MEMFASILITASI PEMBANGUNAN AIR MINUM UNTUK JANGKA PANJANG TERMASUK MENCARIKAN SUMBER-SUMBER PENDANAAN BARU BAIK BILATERAL (KFW, JBIC, DLL) MAUPUN MULTILATERAL (WORLD BANK, ADB) SERTA PERAN SERTA SWASTA.
MEMBERIKAN DUKUNGAN UNTUK PENYEDIAAN AIR BAKU.

KINERJA PDAM
MANAJEMEN
Kurang profesional (latar belakang pendidikan tidak sesuai dengan jabatan) Kurang efisien (rasio jumlah pegawai dan pelanggan tinggi) Efisiensi penagihan rendah (75 %) Kolektibilitas lambat > 60 hari Keterbatasan kemampuan SDM

TEKNIS

Terdapat kapasitas air minum yang tidak termanfaatkan (15% dari kapasitas terpasang) Cakupan pelayanan secara nasional untuk perkotaan cukup rendah (39%) Kehilangan air cukup tinggi (40%)

KEUANGAN

Harga air rata-rata rendah Rp. 1.400,- / m3 Biaya operasi rata-rata lebih tinggi Rp. 1.485,- / m3 Rata-rata mempunyai hutang jangka panjang Ekuitas rendah Biaya depresiasi cukup tinggi

6 KEBIJAKAN PENYEHATAN PDAM

1. KEBIJAKAN PERTAMA : REDEFINISI KELEMBAGAAN PENYELENGGARA AIR MINUM. 2. KEBIJAKAN KEDUA : PENYELENGGARAAN AIR MINUM SESUAI DENGAN PRINSIP KEPENGUSAHAAN. 3. KEBIJAKAN KETIGA : PENINGKATAN KUALITAS PENYELENGGARAN AIR MINUM SESUAI DENGAN PRINSIP PEMULIHAN BIAYA (FULL COST RECOVERY), TANPA MENGABAIKAN KEPENTINGAN MASYARAKAT YANG BERPENDAPATAN RENDAH/TIDAK MAMPU. 4. KEBIJAKAN KEEMPAT : PERCEPATAN PENYELESAIAN HUTANG PDAM, DISESUAIKAN DENGAN KONDISI DAN KEMAMPUAN PDAM DAN PEMDA.

5. KEBIJAKAN KELIMA : PEMANTAPAN DAN PENINGKATAN CAKUPAN PELAYANAN AIR MINUM BAGI MASYARAKAT SECARA LEBIH TERENCANA.
6. KEBIJAKAN KEENAM : PENINGKATAN DUKUNGAN PEMERINTAH PADA ASPEK MANAJEMEN, TEKNIK- TEKNOLOGIS, SISTEM PEMBIAYAAN DAN KETERSEDIAAN AIR BAKU.

PROGRAM PENYEHATAN PDAM

Terbentuk Sub Komite Penyehatan PDAM : Bappenas, Dep. Kimpraswil, Dep. Dalam Negeri dan Dep. Keuangan.
TUGAS POKOK SUB KOMITE PENYEHATAN
(SK. MENKO PEREKONOMIAN No. KEP-28/M.EKON/06/2002) MERUMUSKAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI PERCEPATAN PENYEHATAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM MENGKOORDINASIKAN KETERPADUAN RENCANA DAN PROGRAM PEMBANGUNAN SEKTOR AIR MINUM DENGAN SEKTOR INFRASTRUKTUR LAINNYA DAN UPAYA MEMPERCEPAT PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN AIR MINUM MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS LAIN YANG DIBERIKAN OLEH MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

PROGRES PROGRAM PENYEHATAN PDAM

18 PDAM TELAH MENGIKUTI PROGRAM PDAM RESCUE DARI ASEM TRUST & WORLD BANK TH 2000 - 2001, MELAKUKAN PENJADWALAN KEMBALI PINJAMAN.

72 PDAM MENGIKUTI PROGRAM PENYEHATAN PDAM, SEDANG DALAM EVALUASI TIM KIMPRASWIL & SUB KOMITE PENYEHATAN PDAM, MULAI OKTOBER 2003.

DATA AWAL TAHUN 2002

KONDISI PDAM

KATAGORI
KATAGORI SEHAT
PDAM MAMPU BERKEMBANG, MERAIH UNTUNG, MAMPU MENGELOLA PINJAMAN, MAMPU MELAKUKAN PENGGANTIAN ASET, OPERASI EFISIEN

JUMLAH PDAM

9%
31 %

KATAGORI KURANG SEHAT

PDAM KURANG BERKEMBANG, PENDAPATAN HANYA BISA MENUTUP BIAYA OPERASI, KEUNTUNGAN RENDAH, RESIKO KEGAGALAN PENYELESAIAN HUTANG TINGGI,

KATAGORI TIDAK SEHAT

PDAM TIDAK BERKEMBANG, MENDERITA KERUGIAN, OPERASI DIDASARKAN SUMBER DAYA YANG TERBATAS, PENYELESAIAN PINJAMAN BERMASALAH

32 %

KATAGORI KRITIS
PDAM MENGALAMI PENURUNAN SAMBUNGAN, DEFISIT KAS, TIDAK MAMPU MEMBIAYAI PENGGANTIAN ASET, PELAYANAN KEMASYARAKAT TERABAIKAN, GAGAL MENYELESAIKAN PINJAMAN.

28 %

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

Produsen Air Bersih Jasa Pelayanan Umum (Public Service)

Kontrol Kualitas Produk (QC) Kepuasan Pelanggan (CS)

Industri HULU s.d. HILIR PROFIT & Social Oriented

PDAM
NO COMPETITOR BUREAUCRATIC MANAGEMENT

LOW SPIRIT OF FIGHT LOW PRODUCTIVITY LOW QUALITY SERVICE

LOW PROFIT

MDG SAMPAH

Beban pengelolaan (kualitas dan kuantitas) sampah yang berat untuk mencapai sistem pengelolaan yang environmental frendly. Dukungan kesepakatan pakar bidang persampahan di Asia untuk menyusun National Action Plan, yang dideklarasikan di Kitakyushu (1989) dan di Bandung (1991). Tindak lanjut kesepakatan MDG 2015 dalam KTT Bumi di Johanesburg (2002). Menyusun Rencana Tindak (Action Plan) secara nasional agar 50% penduduk di Indonesia yang belum terlayani dapat memperoleh pelayanan persampahan dalam Tahun 2015.

Kondisi Existing Pengelolaan Persampahan (Aspek Teknis Operasional)

Timbulan sampah: tidak diketahui dengan pasti berapa besarnya. Umumnya mengacu pada data hasil studi laju timbulan sampah sebesar 2-3 liter/orang/hari (disusun hampir 15 tahun yang lalu).
Tingkat pelayanan persampahan: secara nasional saat ini relatif rendah yaitu sekitar 41% penduduk. Pewadahan sampah: disediakan, dilakukan dan dibiayai secara langsung oleh sumber penghasil sampah, dengan jenis dan bentuk yang bervariasi. Pengumpulan sampah: dilakukan secara langsung dengan truck maupun tidak langsung dengan gerobak sampah dengan frekwensi pengambilan rata-rata setiap 2-4 hari. Masyarakat di komunitas padat mengumpulkan sampahnya secara komunal di TPS atau kontainer.

Pemindahan dan pengangkutan: depo berupa kontainer banyak dioperasikan dengan waktu pengangkutan rata-rata 1-3 hari. Penggunaan alat angkut belum efisien (dump truck dengan ritasi 1-3 trip/hari, arm roll truck dengan ritasi 3-4 trip/hari)
Pengolahan sampah: belum dilakukan secara optimal. Pengomposan sampah secara komunal maupun pembakaran dengan incinerator manual hanya mampu mengolah sampah tidak lebih dari 5%. Pembuangan akhir: umumnya dilakukan dengan cara open dumping. Pembuangan yang benar (sanitary atau control) hanya dilakukan oleh 5% dari kota yang ada.

Permasalahan Berdasarkan Pelaku Pengelolaan Persampahan

PELAKU
Masyarakat 1. 2. 3. 4. 5.

PERMASALAHAN
Masih rendahnya kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam menjaga kebersihan Masih rendahnya peran masyarakat dalam mengelola sampah Pemakaian/penggunaan plastik yang tidak terkendali (serba plastik) Penolakan masyarakat terhadap pembukaan lahan baru untuk TPA di berbagai kota. Perubahan lingkungan sosial di kawasan TPA

Pemerintah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Pertumbuhan jumlah sampah berbanding lurus dengan pertumbuhan jumlah penduduk . Masih rendahnya tingkat pelayanan terhadap masyarakat Keterbatasan sarana dan prasarana pengelolaan sampah Keterbatasan SDM yang ahli di bidang persampahan. Anggaran pengelolaan sampah yang rendah Kurangnya peraturan-peraturan teknis Belum optimalnya mekanisme koordinasi dan kerja sama Belum adanya sistem reward dan punishment Teknis pengolahan sampah berwawasan lingkungan membutuhkan biaya yang tinggi. Sarana TPA terbatas dan merupakan satu-satunya pengolahan sampah. Sampah masih dianggap tanggung jawab pemerintah, sedangkan tanggung jawab masyarakat adalah membayar sampah yang dibuang.

Pelaku usaha

1. Masih rendahnya industri yang menerapkan konsep teknologi bersih. 2. Masih rendahnya jumlah industri yang memanfaatkan sistem dan teknologi daur ulang dan memproduksi sampah biodegradable. 3. Masih rendahnya peran dunia usaha dalam bisnis persampahan domestik.

Sasaran Pencapaian Persampahan MDG 2015

KOMPONEN KONDISI SAAT INI SASARAN

KUALITAS

KUANTITAS

2010

MDG 2015

IDEAL

1.

ASPEK TEKNIS

Tingkat pelayanan
Frekw. pengumpulan Frekw. pengangkutan Efisiensi pengangkutan Jumlah kendaraan Kapasitas pengolahan Metode pembuangan Penutupan tanah

rendah
belum memadai belum memadai Rendah kurang memenuhi kebutuhan tidak signifikan belum aman terhadap lingk. sangat terbatas

41%
1 - 2 x seminggu 2 -3 hari sekali 2 - 3 trip/hari 40% < 5% 5% 1-2 x setahun

60%
3 x seminggu 2 hari sekali 3 - 4 trip/hari 60% 10% 40% 1-2 sebulan

80%
3 x seminggu 1 hari sekali 3 - 5 trip/hari 80% 30% 60% 1 x seminggu

>80%
3 x seminggu 1 hari sekali > 3 - 5 trip/hari 100% 70% 100% 2 x seminggu

2.

ASPEK KELEMBAGAAN Status & kewenangan institusi Fungsi organisasi Personil makin rendah terbatas belum mencukupi Sub Sie pelaksanaan 1 : 1000 Seksi lak + per 1 : 900 Seksi / Sudin per + lak + was 1 : 700 Seksi / Sudin per + lak + was 1 : 500

Sasaran Pencapaian Persampahan MDG 2015

(lanjutan)
KOMPONEN KONDISI SAAT INI KUALITAS KUANTITAS 2010 SASARAN MDG 2015 IDEAL

3.

ASPEK PEMBIAYAAN Prioritas pendanaan Cost recovery Tarif Penarikan retribusi rendah rendah rendah tidak efisien < 3% APBD 20 - 30% 0,6% income RT/RW 5% 40% 0,7% PLN/PDAM 8% 60% 0,8% PLN 10% >80% 1% terpadu

4.

ASPEK LEGAL Dasar hukum Sanksi hukum belum lengkap/ kadaluwarsa Belum dilaksanakan 2 Perda Belum dijalankan 3 Perda konsisten 3 Perda konsisten 3 Perda konsisten

5.

ASPEK PSM & SWASTA Partisipasi masyarakat Peran swasta masih terbatas sangat terbatas rendah < 5% terarah 10% menunjang 25% menunjang > 50%

ISU-ISU POKOK SANITASI/LIMBAH

1. HAMPIR 50 % PENDUDUK (NASIONAL) BELUM MENGOLAH AIR LIMBAHNYA (30,71 % PERKOTAAN DAN 72,99 % PERDESAAN)

2. PENCAPAIAN SASARAN KEBIJAKAN KONSERVASI AIR (NASIONAL), BARU MENCAPAI 1,26 %

3. 76,2 % DARI 52 SUNGAI DI JAWA,SUMATERA, BALI DAN SULAWESI TERCEMAR BERAT OLEH CEMARAN ORGANIK, DAN 11 SUNGAISUNGAI UTAMA TERCEMAR BERAT OLEH UNSUR AMONIUM 4. SUNGAI-SUNGAI UTAMA DI PERKOTAAN UMUMNYA SUDAHTERCEMAR DIMANA RATA2 KADAR BOD-NYA TELAH MELAMPAUI AMBANG BATAS (34,48 %), DAN JUGA KADAR COD-NYA (51,72 %). 5. 32,24 % SAMPEL AIR MINUM PERPIPAAN DAN 54,16 % SAMPEL AIR MINUM NON PERPIPAAN MENGANDUNG BAKTERI KOLI

6. REPLIKASI PROYEK PERCONTOHAN SANITASI RELATIF MASIH RENDAH.

INDIKATOR PELAYANAN SANITASI

1. INDIKATOR INPUT (SUMBERDAYA YG DIALOKASIKAN) 2. INDIKATOR PROSES & OUTPUT
TAHAPAN, JUMLAH DAN KAPASITAS PRASARANA DAN SARANA AIR LIMBAH

3. INDIKATOR OUTCOME
CAKUPAN DAN/ATAU AKSES PENDUDUK KE PELAYANAN SANITASI YANG SEHAT MAUPUN YANG MEMADAI

4. INDIKATOR MANFAAT DAN DAMPAK

PENCEMARAN AIR, KUALITAS LINGKUNGAN KEAIRAN, KASUS PENYAKIT MELALUI MEDIA AIR, ANGKA KEMATIAN BAYI DAN/ATAU IBU, ANGKA HARAPAN HIDUP, PENDIDIKAN, PENDUDUK DIBAWAH KEMISKINAN DAN VARIABEL LAIN YANG TERUJI KETERKAITANNYA DENGAN PELAYANAN SANITASI

AKSES SANITASI DI PERKOTAAN

(AKSES KE PRASARANA DAN SARANA AIR LIMBAH PERKOTAAN)
DG IPLT (4,93%) DG TANGKI SEPTIK (43,79%) JAMBAN PRIBADI (69,12%) AKSES KE PS&S PERKOTAAN (89,35%) 1O,65 % TIDAK TERDETEKSI FASILITAS UMUM (20,23%) DG SMALL BORE SEWER

TANPA IPLT/SBS (38,86%)

DG CUBLUK (3,58%) LAINNYA (19,43%) SEWERAGE (2,32%)

NON TANGKI SEPTIK (25,33%)

DG IPLT (2,26%) DG TANGKI SEPTIK (19,55%) TANPA IPLT/SBS (17,29%) DG SMALL BORE SEWER 0 %

SEWERAGE (0,68%)

AKSES SANITASI DI PEDESAAN

(AKSES KE PRASARANA DAN SARANAAIR LIMBAH PERDESAAN)
DG TANGKI SEPTIK (9,37%) JAMBAN PRIBADI (45,31%) BELUM ADA INFO PELAYANAN IPLT DG CUBLUK (10,86%) TANPA TS/CB (25,07%)

AKSES KE PS&S PERDESAAN (62,94%)

27,06% TIDAK TERDETEKSI

TANPA TANGKI SEPTIK (35,93%) DG TANGKI SEPTIK (17,63%)

FASILITAS UMUM (*) (17,63%)

BELUM ADA INFO PELAYANAN IPLT

CATATAN: (*) 11,90 % DIBANGUN PU, SISANYA OLEH DEPKES, DEPDAGRI, PEMDA DLL.

POSISI DI ASIA TENGGARA

NO
(1)

(sumber : ADB)

NAMA NEGARA
(2)

PENDUDUK 2000 (JUTA)

(3)

% TERLAYANI FASILITAS SANITASI PERKOTAAN

(4)

PERDESAAN
(5)

TOTAL
(6)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

SINGAPURA THAILAND PHILIPINA MALAYSIA MYANMAR INDONESIA VIETNAM LAOS KAMBODJA

4,0 62,4 78,4 23,5 50,1 206,3 77,6 5,2 12,8 520,3

100,0 96,0 93,0 100,0 84,0 69,0 82,0 67,0 56,0 80,56

96,0 60,0 98,0 57,0 46,0 38,0 19,0 10,0 56,14

100,0 96,0 83,06 74,70 64,48 55,43 48,6 28,26 17,70 64,28

TOTAL/RATA-RATA

SASARAN KEBIJAKAN 2015

KEBIJAKAN
PERBAIKAN KESEHATAN PERBAIKAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN 52-?? %

SASARAN

APLIKASI TEKNOLOGI
JAMBAN, SALURAN AIR LIMBAH JAMBAN KELUARGA DG TANGKI SEPTIK KOMUNAL, IPLT, BORED & SHALLOW SEWER

KONSERVASI LINGKUNGAN KEAIRAN

44-?? % PENINGKATAN FUNGSI & ESTETIKA KOTA PEMANFAATAN AIR LIMBAH 1,26-?? % -

TANGKI SEPTIK KOMUNAL DG MEDIA SARINGAN, SEWERAGE + IPAL SKALA KECIL S/D MENENGAH
SEWERAGE SKALA MENENGAH S/D BESAR + IPAL BERTEKNOLOGI SEDANG (RBC, BIO FILTER, EXTENDED AERATION DLL) SEWERAGE + IPAL BERTEKNOLOGI TINGGI

KEBIJAKAN & STRATEGI IMPLEMENTASI

1. KONSERVASI LINGKUNGAN KEAIRAN MENJADI TUJUAN UTAMA PENGEMBANGAN PRASARANA DAN SARANA AIR LIMBAH PASCA 2005

2. PENGENBANGAN PRASARANA DAN SARANA AIR LIMBAH BAGI MASYARAKAT MAMPU, BERTUMPU PADA KONSEP POLUTER PAY PRINCIPLE (PENCEMAR MEMBAYAR). 3. PENGEMBANGAN PRASARANA DAN SARANA AIR LIMBAH PROPINSI, MENGACU PADA POLA PENGEMBANGAN YANG ADA SERTA MEMPERTIMBANGKAN POTENSI PENERIMAAN DAERAH (PDRB/KAPITA) PRIORITAS PENGEMBANGAN PRASARANA DAN SARANA AIR LIMBAH BERTURUT-TURUT ADALAH OPTIMASI SISTEM TERPUSAT YANG ADA REVITALISASI PRASARANA DAN SARANA YANG MENURUN FUNGSINYA, PENINGKATAN FUNGSI PELESTARIAN SISTEM ON-SITE YG ADA, PERLUASAN SISTEM SEWERAGE PEMBANGUNAN BARU SISTEM SEWERAGE SECARA BERTAHAP

4.

KEBIJAKAN & STRATEGI IMPLEMENTASI

5. KAMPANYE PROMOSI DIFOKUSKAN PADA ASPEK (i) PENGERTIAN & PENTINGNYA PELESTARIAN LINGKUNGAN VIA PENANGANAN AIR LIMBAH YG MEMADAI, (ii) KESADARAN AKAN KESEHATAN, (iii) KEBANGGAAN MILIKI FASILITAS SANITASI YG SEHAT, (iv) KESADARAN BERKONTRIBUSI PADA PEMELIHARAAN FASILITAS SANITASI
PENGETAHUAN MASY. TENTANG PENYELENGGARAAN SANITASI DITINGKATKAN.

6.

7.
8. 9.

PENGEMBANGAN LEMBAGA PENGELOLA PSS-AIR LIMBAH DIDASARKAN PRINSIP PELAYANAN YG EFISIEN DAN EFEKTIF.
PER-UU-AN YG BERSIFAT OPERASIONAL DIPERCEPAT PENYUSUNAN DAN IMPLEMENTASINYA PENGEMBANGAN PSS-AIR LIMBAH BERTUMPU PADA HASIL LITBANG DAN POTENSI PEMBANGUNAN OLEH MASYARAKAT

10. PEMBANGUNAN FISIK PSS-AIR LIMBAH SEJALAN DG PENGEMBANGAN PERANGKAT PER-UU-AN

RENCANA TINDAKAN
1. PENINGKATAN KOORDINASI DENGAN SEKTOR LAIN, KHUSUNYA ASPEK PENGELOLAAN SD-AIR, KESEHATAN & LINGKUNGAN HIDUP, PEMBANGUNAN PERMUKIMAN BERKELANJUTAN 2. PROGRAM PEMBINAAN PEMBANGUNAN :
OPTIMASI PEMANFAATAN SISTEM SEWERAGE YANG ADA. PERBAIKAN PRASARANA DAN SARANA AIR LIMBAH YANG RUSAK SEHINGGA BERFUNGSI KEMBALI PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA BARU PERLUASAN PRASARANA DAN SARANA YANG ADA

3. PROGRAM PENINGKATAN SISTEM PENYELENGGARAAN PSS-AIR LIMBAH (MASTER PLAN SANITASI SELURUH KOTA, INTEGRASI PROGRAM SANITASI DG SEKTOR LAIN, STUDI KEBUTUHAN SANITASI, EVALUASI PENGEMBANGAN PSS-AIR LIMBAH VS BIAYA LINGKUNGAN DLL)

RENCANA TINDAKAN

4. PROGRAM PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN 5. PROGRAM PENGEMBANGAN SDM MELALUI DIKLAT, PELIBATAN MASYARAKAT PADA SETIAP TAHAPAN PROSES PENGEMBANGAN PSSAIR LIMBAH 6. PROGRAM PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN (ORG, SDM, SISDUR DLL) 7. PROGRAM PENGEMBANGAN PERANGKAT UNTUK OPERASIONALISASI PERATURAN PER-UU-AN BIDANG AIR LIMBAH

BENTUK LEMBAGA PENGELOLA SAMPAH & LIMBAH YANG EFEKTIF:

- DINAS KEBERSIHAN - UPTD KEBERSIHAN - PERUSAHAAN DAERAH KEBERSIHAN

KESENJANGAN PEMERATAAN PEMBANGUNAN PERDESAAN & PERKOTAAN -Tekanan SOSEK di Perdesaan -Kesempatan & Fasilitas Kerja di Perkotaan

URBANISASI
KETERBATASAN KAPASITAS DAYA DUKUNG PRASARANA & SARANA LINGKUNGAN

KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

-KEMISKINAN & KERAWANAN SOSIAL -PENINGKATAN ANGKA KESAKITAN & KEMATIAN -BENCANA LINGKUNGAN -PENURUNAN KUALITAS SDM GENERASI BARU

PESAN MORAL GNPSR TERHADAP KELOMPOK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH

GLOBAL SHELTER STRATEGY TOWARD THE YEAR 2000, VANCOUVER 1972, DEKLARASI JAKARTA 1992 SHELTER FOR THE HOMELESS DEKLARASI ISTAMBUL , 1976 DEKLARASI TOKYO 2000 CITIES WITHOUT SLUMS DEKLARASI DENPASAR 2003, PENGEMBANGAN SEJUTA RUMAH

BACKLOG RUMAH NASIONAL 2003 6 JUTA

PROGRAM 2004-2020
KETERBATASAN KAPASITAS SUMBER DAYA

GERAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SEJUTA RUMAH (GNPSR)

GERAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SEJUTA RUMAH (GNPSR)

KERANGKA TARGET DAN SASARAN

GNPSR: 1 JUTA RUMAH TH 2004

PEMBANGUNAN BARU 200.000 UNIT

PEMBERDAYAAN : 800.000 UNIT DUKUNGAN PERU MAHAN SWADAYA 600.000 UNIT PENINGKATAN KUALITAS LINGK. 200.000 UNIT

KEGIATAN POKOK: 1. KPR BERSUBSIDI 2. KPRS BERSUBSIDI 3. TNI/POLRI DAN PNS DILENGKAPI PSD BILA BERBASIS KASIBA LISIBA

DUKUNGAN PEMBA
NGUNAN UNIT RMH BARU: 1. PSD 2. FASILITASI BANK

1. PEMUGARAN RMH 2. PENYEDIAAN PSD 3. PENDAMPINGAN

PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN (PKL)

DIKENALI DALAM BEBERAPA BENTUK PROGRAM: PROGRAM PERBAIKAN KAMPUNG (KIP/P2LPK) UNTUK LOKASI KUMUH YANG TIDAK TERLALU PARAH. PROGRAM PEREMAJAAN (URBAN HOUSING RENEWAL) UNTUK KOTA DENGAN TINGKAT KUMUH YANG PARAH PROGRAM PERUMAHAN NELAYAN PROGRAM SQUATTERS (KUMUH ILLEGAL) REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN DISEKITAR KAWASAN STRATEGIS (TRADISIONAL, BERSEJARAH DLL)

KOMPONEN PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN

(BERBASIS PENDEKATAN TRIDAYA)
SASARAN UTAMA ADALAH KELOMPOK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DAN SANGAT RENDAH DARI SUMBER YANG TIDAK TETAP)
TOLOK UKUR KINERJA ADALAH TERJADINYA PROSES PEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN KOMPONEN UTAMA:

PENYIAPAN KELEMBAGAAN SOSIAL KEMASYARAKATAN DUKUNGAN BAGI PENGEMBANGAN KEGIATAN USAHA EKONOMI LOKAL (BERBASIS USAHA KELUARGA ATAU KELOMPOK) REHABILITASI, PENINGKATAN DAN ATAU PENYEDIAAN PSD PEMUGARAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DENGAN MEKANISME PINJAMAN BERGULIR.

PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PKL DALAM RANGKA GNPSR

PELAKSANAAN PROGRAM PKL DALAM DASARNYA DILAKUKAN DENGAN CARA:

RANGKA

GNPSR

PADA

PENANGANAN TERHADAP KAWASAN KUMUH BERAT MELALUI BANTUAN PROGRAM PAKET LENGKAP LENGKAP YANG DIALOKASIKAN BAGI KAWASAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH YANG TELAH DISIAPKAN SEBELUMNYA (KUMUH ANDALAN) PENANGANAN TERHADAP KAWASAN KUMUH SEDANG MELALUI BANTUAN TERBATAS DAN PENDAMPINGAN, JUGA DIPRIORITASKAN BAGI LOKASI YANG TELAH DISIAPKAN (KUMUH LAINNYA)

KEGIATAN SERUPA JUGA TERBUKA PELUANGNYA UNTUK DILAKSANAKAN OLEH UMUM, UNTUK ITU PEMERINTAH MENDUKUNG MELALUI UPAYA PENDAMPINGAN AGAR WARGA YANG INGIN MEMUGAR RUMAH DAPAT MENGGAPAI SUMBER DANA YANG TERSEDIA.

RUMAH SWADAYA ?
= DENGAN KEMAMPUAN SENDIRI ?

Membangun rumah dengan

kemampuannya sendiri (individu atau kelompok) Tidak untuk tujuan komersial (untuk ditempati)

Kondisi Masarakat berpendapatan rendah pada umumnya

Tidak tahu bagaimana mencari sumber dana talangan Tidak memahami kualitas bahan bangunan Tidak mengetahui sumber informasi Skeptis
Untuk itu perlu ada PEMBERDAYAAN !!!

(PUSAT MAUPUN DAERAH)

Mendorong terwujudnya infrastruktur pemberdayaan Memberikan stimulan/proyek percontohan Menjaga kondisi tetap kondosif agar terjadi persaingan yang sehat dan produktif Memberikan arahan kemana pasar sosial akan berkembang

TUGAS PEMERINTAH

TUJUAN UTAMA BANTUAN RUMAH SWADAYA

Menyiapkan masyarakat (individu maupun komunitas) untuk mengurusi kebutuhan rumahnya sendiri dengan melalui pembentukan Lembaga (Badan) di tingkat komunitas, memberikan kesempatan berlatih mengelola dana bergulir,berlatih mengambil keputusan kolektif Aparat Dinas, Kecamatan, Kelurahan, Lembaga Adat memahami tugas dan fungsinya dalam rangka mendorong kemandirian masyarakat

KEBIJAKAN DAN PROGRAM BANTUAN PERUMAHAN BAGI MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH oleh DITJEN PERKIM DIBERIKAN KEPADA MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH BAIK YANG TERGOLONG DALAM KELOMPOK FORMAL MAUPUN INFORMAL. MASYARAKAT BERPENGHASILAN FORMAL: MASYARAKAT YANG MEMPUNYAI PENGHASILAN TETAP BERDASARKAN BUKTI/ DAFTAR PENGHASILAN DARI INSTANSI PERUSAHAANNYA. MASYARAKAT BERPENGHASILAN INFORMAL: MASYARAKAT YANG TIDAK MEMILIKI PENGHASILAN TETAP (MISAL: PEDAGANG, PEKERJA TIDAK TETAP, ATAU KELOMP0K LAINNYA) JENIS BANTUAN TERSEBUT TERGANTUNG DARI TINGKAT PENGHASILAN (KELOMPOK SASARAN)

MASYARAKAT BERPENGHASILAN FORMAL:

KEL. SASARAN JENIS RUMAH Milik/ Sewa Milik (Industri Perumahan) Milik (Inds. Perumahan) Sewa Milik (Swadaya) FASILITAS/BANTUAN Tidak Difasilitasi, Mengikuti Mekanisme Pasar (a.l. SMF)
Subsidi KPR RS 21 & RS 27

> Rp. 1,3 Juta

Rp. 850 rb < P < 1,3 Juta**

Selisih Bunga s/d Th. 2004 Subsidi Uang Muka (a.l Taperum, TP3) Asuransi Kredit

Rp. 500.000 < P < Rp. 850.000

Subsidi KPR RSS 21 & RSS 36 Asuransi Kredit Subsidi Sewa (Murah) Dana Bergulir

Rp. 350.000 < P < Rp. 500.000 Sewa

PSD Perkim Asuransi Kredit n Bahan Bangunan Kemudahan Sertifikasi Tanah dan IMB Peningkatan Kualitas Lingkungan Subsidi Sewa (Murah)
n

Keterangan: ** Sedang dikaji kemungkinannya difasilitasi dengan Rusun Sewa Sederhana.

MASYARAKAT BERPENGHASILAN INFORMAL:

KEL. SASARAN
> Rp. 1,3 Juta Rp. 850.000 Rp. 1,3 Juta** Rp. 500.000 Rp. 850.000

JENIS RUMAH
Milik/ Sewa Milik (Swadaya) Milik (Swadaya) Sewa Milik (Swadaya) Sewa

FASILITAS/BANTUAN
Tidak Difasilitasi, Mengikuti Pasar Mekanisme Pasar
Dana Bergulir n PSD Perkim Asuransi Kredit n Bahan Bangunan Kemudahan Sertifikasi Tanah dan IMB

Dana Bergulir n PSD Perkim Asuransi Kredit n Bahan Bangunan Kemudahan Sertifikasi Tanah dan IMB Subsidi Sewa Dana Bergulir n PSD Perkim Asuransi Kredit n Bahan Bangunan Kemudahan Sertifikasi Tanah dan IMB Peningkatan Kualitas Lingkungan Subsidi Sewa

Rp. 350.000 Rp. 500.000

Keterangan: ** Sedang dikaji kemungkinannya difasilitasi dengan Rusun Sewa Sederhana.

Lanjutan
KEL. SASARAN JENIS RUMAH Milik (Swadaya) < Rp. 350.000 Sewa FASILITAS/BANTUAN
Dana Bergulir Asuransi Kredit Peningk. Kualitas Lingk.
n n n

Ekonomi Kemudahan Sertifikasi Tanah dan IMB Peningkatan Kualitas Lingkungan Subsidi Sewa

PSD Perkim Bahan Bangunan Pemberdayaan

Keterangan: MASYARAKAT INFORMAL YANG BERPENGHASILAN RP. (500.000 1,3 JT) BISA MEMANFAATKAN SKIM KPR DARI INDUSTRI PERUMAHAN, BILA BERGABUNG DENGAN ORGANISASI YANG BERBADAN HUKUM (KOPERASI, YAYASAN, ASOSIASI PROFESI).

Direktorat Pembiayaan Perumahan Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman

Jakarta, 18 Oktober 2002

LATAR BELAKANG (1)

PESATNYA TUNTUTAN TEMPAT TINGGAL DI PERKOTAAN AKIBAT PERTUMBUHAN PENDUDUK PERKOTAAN YANG RELATIF TINGGI : 4,2% PER TAHUN (1990 2000) ATAU BERTAMBAH SEKITAR 800.000 RUMAH TANGGA BARU YANG

MEMBUTUHKAN RUMAH.

PERMINTAAN RUMAH EKSISTING (BACKLOG) PADA TAHUN 2000 ADALAH SEBESAR 4.338.864 UNIT RUMAH

POTENSI PASAR PENGHUNIAN SEWA CUKUP BESAR : +/- 22%

TINGKAT KEPADATAN PENDUDUK DI KOTA METRO DAN BESAR YANG SEMAKIN

MENINGKAT

SEMAKIN TERBATASNYA SERTA MENINGKATNYA NILAI LAHAN DI PERKOTAAN POTENSI PASAR PENGHUNIAN SEWA DI KAWASAN PUSAT KOTA, KAWASAN

INDUSTRI DAN KAWASAN PERGURUAN TINGGI

LATAR BELAKANG (2)

KEMAMPUAN EKONOMI MASYARAKAT PERKOTAAN SECARA UMUM MASIH

RELATIF RENDAH (BERDASARKAN HASIL STUDI PASAR PERUMAHAN / HOMI PROJECT : +/- 65 % MASYARAKAT PERKOTAAN BERPENGHASILAN KURANG DARI RP. 1,3 JUTA PER BULAN)

BANYAK YANG MENGGUNAKAN TEKNOLOGI KONVENSIONAL SEHINGGA INVESTASI PER M2 RELATIF MAHAL, MENCAPAI Rp. 1,5-1,8 JUTA
MASIH
(TIDAK TERMASUK TANAH).

CARA PENGELOLAAN BELUM OPTIMAL.

YANG

BELUM EFISIEN SEHINGGA KINERJA RUSUNAWA

PENGADAAN RUMAH SUSUN TELAH DIATUR OLEH PEMERINTAH DENGAN

16/1985,

UU

PP

4/1988,

PERMEN PU

60/PRT/1992

(PERSYARATAN

KEPEMENEG PU 10/KPTS/2000 (PENGAMANAN TERHADAP KEBAKARAN), KEPEMENEG PERKIM 10/KPTS/M/1999 (JAKSTRA PEMBANGUNAN RUSUN)

TEKNIS) BAHAYA

RUSUNAWA TIDAK DIATUR SECARA SPESIFIK, TETAPI SECARA EKSPLISIT

MENJADI PROGRAM PRIORITAS PROPENAS 2000-2004

INDIKASI KEBUTUHAN RUSUNAWA (1)

INDIKASI KEBUTUHAN RUSUNAWA DAPAT DIKAJI DARI :

PRIORITAS KELOMPOK KOTA / SASARAN LOKASI

KOTA DG JUMLAH PENDUDUK >500 RIBU JIWA (METRO DAN BESAR) DAN KOTA YG
BERFUNGSI SBG PKN DAN PKW SESUAI PP 47/1997 TTG RTRWN KOTA DG FUNGSI KEGIATAN INTL & OTORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI DG INTENSITAS KEGIATAN POTENSIAL KOTA POTENSIAL PENDORONG (PUSAT JASA, PUSAT PENGOLAHAN DAN SIMPUL TRANSPORTASI PROPINSI DAN NASIONAL) KOTA KOMUTER DENGAN BASIS KEGIATAN EKONOMI PERKOTAAN (INDUSTRI, PELABUHAN/TRANSPORTASI, PERDAGANGAN DLL)

KELOMPOK SASARAN

POLA

INVESTASI PROGRAM RUSUNAWA PERLU DISESUAIKAN DENGAN KELOMPOK SASARAN MASYARAKAT

INDIKASI KEBUTUHAN RUSUNAWA (2)

PERMINTAAN RUMAH EKSISTING (BACKLOG)

DATA SUSENAS

2001 MENUNJUKKAN BAHWA RT YANG BELUM MEMILIKI RUMAH (SEWA, KONTRAK, NUMPANG) +/- 4,3 JUTA RT

PROYEKSI PERTAMBAHAN RUMAH TANGGA BARU YANG MEMBUTUHKAN RUMAH

BERDASARKAN

DATA SUSENAS 2001, PERTUMBUHAN RUMAH TANGGA BARU YANG MEMBUTUHKAN RUMAH +/- 800 RIBU RT PER TAHUN

CARA PEMENUHAN : PEMENUHAN KEBUTUHAN RUMAH DARI DATA SUSENAS 2001,

MENUNJUKKAN BAHWA YANG BUKAN MILIK SENDIRI (SEWA, KONTRAK, NUMPANG) DI BEBERAPA KOTA METRO DAN BESAR +/- 34%

STAKEHOLDERS RUSUNAWA

PEMERINTAH PUSAT & KAB/KOTA

PRODUSEN

KONSUMEN

Peran Stakeholders
Pemerintah Kota/ Kabupaten
Menyusun rencana dan program investasi rusunawa berdasarkan

kebijakan dan pedoman Pemerintah.

Menyusun

dan menetapkan pedoman teknis perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian pembangunan dan pengelolaan rusunawa di daerah. melalui pengembangan insentif, dan menerbitkan kebijakan teknis setempat yang menarik bagi investor. berbagai

Menciptakan kondisi usaha di bidang rusunawa yang kondusif

Peran Stakeholders
PRODUSEN

Memberi masukan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menyusun rencana investasi dan pengelolaan rusunawa yang komprehensif. Memberi masukan Pemda tentang model rusunawa yang layak dan terjangkau sesuai kondisi sosek masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.

Membantu Pemda dalam pembinaan, pengawasan dan pengendalian pengelolaan rusunawa.

Memberi informasi tentang lokasi dan pengembangan rusunawa yang dikehendaki dan berpotensi serta cara penyelenggaraan pengelolaan.

PENGEMBANGAN POLA INVESTASI RUSUNAWA

PENDAPATAN P< 500 Ribu / Bln

RUSUNAWASA NGAT MURAH/ SUBSIDI

UPT (UNIT PENGELOLAT EKNIS)

KELOMPOK SASARAN

PENDAPATAN 500 <P< 900 900<P<1.500 Ribu / Bln PENDAPATAN P> 1.500 Ribu / Bln

RUSUNAWA MURAH DAN KOMBINASI

PMP KEMITRAAN

RUSUNAWA TARIF PASAR & KOMBINASI

KEMITRAAN

Pola UPT:
INVESTASI DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH MELALUI APBN/ APBD YANG TIDAK MENGHARAPKAN PENGEMBALIAN INVESTASI. TANAH, BANGUNAN DAN FASILITAS TERBANGUN MERUPAKAN ASET PEMERINTAH YANG DIKELOLA OLEH DINAS TERKAIT DENGAN MEMBENTUK UPT

Pola PMN:
INVESTASI DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH MELALUI PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH/ NEGARA YANG DIHARAPKAN PULIH BIAYA UNTUK DIGULIRKAN KELOKASI LAIN TANPA MEMPERHITUNGKAN TINGKAT KEUNTUNGAN DARI NILAI INVESTASI TERSEBUT. TANAH, BANGUNAN DAN FASILITAS TERBANGUN MERUPAKAN ASET PEMERINTAH YANG DIKELOLA OLEH BUMN/ BUMD

Pola KEMITRAAN:
INVESTASI DILAKUKAN OLEH USAHA BERSAMA DALAM BENTUK KERJASAMA PEMBIAYAAN DAN PENGELOLAAN RUSUNAWA ANTARA PERORANGAN DAN ATAU KELOMPOK MASYARAKAT YANG TERGABUNG DALAM ORGANISASI BERBADAN HUKUM (KOPERASI, YAYASAN, ASOSIASI PROFESI) DAN ATAU PERUSAHAAN DENGAN PARA INVESTOR ATAU KREDITUR YANG DIFASILITASI OLEH PEMERINTAH. POLA INI DIHARAPKAN PULIH BIAYA BAIK UNTUK BIAYA PENGELOLAAN MAUPUN BIAYA UNTUK PENGEMBALIAN INVESTASI SERTA KEUNTUNGAN TERTENTU YANG DIHARAPKAN DARI NILAI INVESTASI YANG DITANAMKAN. PENGELOLAAN DILAKUKAN OLEH BADAN PENGELOLA YANG PROFESIONAL DENGAN MEMPERHATIKAN KAIDAH MANAJEMEN PROPERTI

SIMULASI INVESTASI

RUSUNAWA SANGAT MURAH/ SUBSIDI

SIMULASI DILAKUKAN DENGAN MENGHITUNG KEBUTUHAN UNTUK

Biaya Operasi / Pengelolaan

RUSUNAWA MURAH & KOMBINASI

SIMULASI DILAKUKAN DENGAN MENGHITUNG KEBUTUHAN UNTUK PENGEMBALIAN INVESTASI DAN BIAYA OPERASI / PENGELOLAAN DENGAN MEMPERHATIKAN

Rasio Efisiensi Tingkat Hunian Tarif Sewa Biaya Operasi Pengelolaan Biaya investasi

PENGOPERASIAN DAN PENGELOLAAN

ADMINISTRASI PENGHUNI dan PENGELOLAAN PENGELOLAAN RUSUNAWA KELEMBAGAAN

ADMINISTRASI PENGHUNI dan PENGELOLAAN

Status Penghunian Persyaratan Penghuni/ Penyewa Hak dan Kuajiban Penghuni/ Penyewa Hak dan Kuajiban Pengelola Hak Atas Bagian Bersama, Benda Bersama, dan Tanah Bersama Tata Tertib Tingga di Rusunawa Larangan Bagi Penghuni/ Penyewa

PENGELOLAAN RUSUNAWA

Pemasaran dan Promosi Pemeliharaan dan Perbaikan Administrasi Keuangan Konsultasi dan Komunikasi Sistim Kontrak atau Swakelola Kewenangan Pengelola

KELEMBAGAAN PENGELOLAAN

Model Pengelolaan Pola UPT: Dimaksudkan untuk Pengelolaan Rusunawa yang tidak Diharapkan dapat diterapkan Pemulihan Biaya. Pengelolaannya dilakukan oleh Dinas Terkait melalui Pembentukan UPT (Unit Pelaksana Teknis). Model Pengelolaan Pola PMN: Dimaksudkan untuk Pengelolaan Rusunawa yang Dibangun dengan Dana Pemerintah (PMN) dan Diharapkan dapat Diterapkan Pemulihan Biaya. Pengelolaannya dilakukan oleh Badan Pengelola yang Profesional. Model Pengelola Pola Kemitraan: Dimaksudkan untuk Pengelolaan Rusunawa yang Dibangun dengan Dana dari dan oleh Mitra serta dapat diterapkan Pemulihan Biaya. Pengelolaannya dilakukan oleh Badan Pengelola yang Profesional.

OBJECTIVES

CONSTRAINTS

ALTERNATIVES

GOAL waktu

lebih luas/makro kualitatif bukan fungsi OBJECTIVE

TARGET detail operasional kuantitatif spesifik fungsi waktu

FORMULASI PROBLEM
PROBLEM CONTENT PROBLEM SOLVING

PROBLEM FORMULATION PROBLEM SITUATION - Value & Urgency - Cause & Effect - Structur & Process - Background - Decisionmaker/Client Aspiration

PROBLEM ENVIRONMENT
Influences Possibilities Uncertainties Constraints - Opportunities - Boundary

CONSTRAINT

pembatas ALTERNATIVE variabel FORMULASI PROBLEM kelayakan pencapaian OBJECTIVE

1. permanen
2. non-permanen (situasional)

sumber daya alam

regulasi, politis, etika,norma, dana, SDM

- Dapat diidentifikasikan sejak awal - Ditentukan oleh decisionmaker - Ditemukan pada proses analisa

- CONSTRAINT ada pada SEMUA TINGKAT KEPUTUSAN - TINGKAT KEPUTUSAN TERENDAH CONSTRAINT
TERTINGGI

ALTERNATIVES

integrasi OBJECTIVE & CONSTRAINT aspek KREATIVITAS ANALISA inventarisasi KELAYAKAN KEPUTUSAN

ALTERNATIVES DESIGN :

constraint

1. Eliminasi atau modifikasi aspek problem sebagai 2. Estimasi atas efektivitas pencapaian objective

SELECTING ALTERNATIVES :

the best alt.in single operation

1. Lebih baik step-by-step rejection dari pada focus

2. Lebih mudah menyetujui/menentukan penolakan alternatif (rejection) dari pada menyetujui/menentukan alternatif terpilih/terbaik

PENGELOLAAN SAMPAH PADA OTONOMI DAERAH

ERA

Merubah prinsip PEMBUANGAN SAMPAH menjadi AKTIFITAS PRODUKSI melalui PENGOLAHAN yang dapat memberikan hasil PRODUKSI SAMPING sebagai SUMBER DANA ALTERNATIF bagi daerah minimalisasi egoisme lokal dari Pemda dengan upaya koordinasi sinergis dalam PEMANFAATAN BERSAMA LAHAN TPA antar daerah semangat OTODA dapat memotivasi penyempurnaan lebih relistis dan aplikatif
endah_angreni@telkom.net

Upaya COST RECOVERY

Kerjasama Lahan TPA

Penyempurnaan PERDA

PERDA

KINERJA PDAM
MANAJEMEN
Kurang profesional (latar belakang pendidikan tidak sesuai dengan jabatan) Kurang efisien (rasio jumlah pegawai dan pelanggan tinggi) Efisiensi penagihan rendah (75 %) Kolektibilitas lambat > 60 hari Keterbatasan kemampuan SDM

TEKNIS

Terdapat kapasitas air minum yang tidak termanfaatkan (15% dari kapasitas terpasang) Cakupan pelayanan secara nasional untuk perkotaan cukup rendah (39%) Kehilangan air cukup tinggi (40%)

KEUANGAN

Harga air rata-rata rendah Rp. 1.400,- / m3 Biaya operasi rata-rata lebih tinggi Rp. 1.485,- / m3 Rata-rata mempunyai hutang jangka panjang Ekuitas rendah Biaya depresiasi cukup tinggi

REFORMASI ORGANISASI dalam PENYEDIAAN AIR MINUM

BUPATI/WALIKOTA

BUPATI/WALIKOTA

BADAN PENGAWAS

BADAN MUSYAWARAH AIR MINUM (BaMus-AM)

Perwakilan dari pemerintah daerah

Wakil dari pelanggan

PDAM PDAM

PELANGGAN PELANGGAN
Keterangan:

Pengangkatan/pemberhentian Pengawasan Pelayanan

EKSISTING

USULAN

PROGRES PROGRAM PENYEHATAN PDAM

18 PDAM TELAH MENGIKUTI PROGRAM PDAM RESCUE DARI ASEM TRUST & WORLD BANK TH 2000 - 2001, MELAKUKAN PENJADWALAN KEMBALI PINJAMAN.

72 PDAM MENGIKUTI PROGRAM PENYEHATAN PDAM, SEDANG DALAM EVALUASI TIM KIMPRASWIL & SUB KOMITE PENYEHATAN PDAM, MULAI OKTOBER 2003.

PROGRAM PENYEHATAN PDAM

Terbentuk Sub Komite Penyehatan PDAM : Bappenas, Dep. Kimpraswil, Dep. Dalam Negeri dan Dep. Keuangan.
TUGAS POKOK SUB KOMITE PENYEHATAN
(SK. MENKO PEREKONOMIAN No. KEP-28/M.EKON/06/2002) MERUMUSKAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI PERCEPATAN PENYEHATAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM MENGKOORDINASIKAN KETERPADUAN RENCANA DAN PROGRAM PEMBANGUNAN SEKTOR AIR MINUM DENGAN SEKTOR INFRASTRUKTUR LAINNYA DAN UPAYA MEMPERCEPAT PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN AIR MINUM MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS LAIN YANG DIBERIKAN OLEH MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

6 KEBIJAKAN PENYEHATAN PDAM

1. KEBIJAKAN PERTAMA : REDEFINISI KELEMBAGAAN PENYELENGGARA AIR MINUM. 2. KEBIJAKAN KEDUA : PENYELENGGARAAN AIR MINUM SESUAI DENGAN PRINSIP KEPENGUSAHAAN. 3. KEBIJAKAN KETIGA : PENINGKATAN KUALITAS PENYELENGGARAN AIR MINUM SESUAI DENGAN PRINSIP PEMULIHAN BIAYA (FULL COST RECOVERY), TANPA MENGABAIKAN KEPENTINGAN MASYARAKAT YANG BERPENDAPATAN RENDAH/TIDAK MAMPU. 4. KEBIJAKAN KEEMPAT : PERCEPATAN PENYELESAIAN HUTANG PDAM, DISESUAIKAN DENGAN KONDISI DAN KEMAMPUAN PDAM DAN PEMDA.

5. KEBIJAKAN KELIMA : PEMANTAPAN DAN PENINGKATAN CAKUPAN PELAYANAN AIR MINUM BAGI MASYARAKAT SECARA LEBIH TERENCANA.
6. KEBIJAKAN KEENAM : PENINGKATAN DUKUNGAN PEMERINTAH PADA ASPEK MANAJEMEN, TEKNIK- TEKNOLOGIS, SISTEM PEMBIAYAAN DAN KETERSEDIAAN AIR BAKU.

PERKIRAAN KEBUTUHAN BIAYA INVESTASI 2004 2009

TYPE KOTA METRO & BESAR (30 kota)

(milyar Rupiah)

SUMBER PENDANAAN
APBN PINJAMAN LUNAK+ APBN PINJAMAN + SWASTA

SUB TOTAL 9.000

9.000

SEDANG & KECIL (260 kota)

IKK & DESA

1.100
1.900

3.000 *)
-

4.200 **)
TOTAL

8.300
1.900 19.200

KETERANGAN *) PDAM & Pemda yang kurang mampu **) PDAM & Pemda yang mampu - Asumsi investasi, Rp 2.5 juta persambungan

PERKIRAAN KEBUTUHAN BIAYA INVESTASI 2010 2015

TYPE KOTA METRO & BESAR (40 kota)

(milyar Rupiah)

SUMBER PENDANAAN
APBN PINJAMAN LUNAK+ APBN PINJAMAN + SWASTA

SUB TOTAL 12.800

12.800

SEDANG & KECIL (290 kota)

IKK & DESA

1.500
2.500

4.000 *)
-

5.300 **)
TOTAL

10.800
2.500 26.100

KETERANGAN *) PDAM & Pemda yang kurang mampu **) PDAM & Pemda yang mampu - Asumsi investasi, Rp 2.5 juta persambungan

REFORMASI ORGANISASI dalam PENYEDIAAN AIR MINUM

BUPATI/WALIKOTA

BUPATI/WALIKOTA

BADAN PENGAWAS

BADAN MUSYAWARAH AIR MINUM (BaMus-AM)

Perwakilan dari pemerintah daerah

Wakil dari pelanggan

PDAM PDAM

PELANGGAN PELANGGAN
Keterangan:

Pengangkatan/pemberhentian Pengawasan Pelayanan

EKSISTING

USULAN

PROGRES PROGRAM PENYEHATAN PDAM

18 PDAM TELAH MENGIKUTI PROGRAM PDAM RESCUE DARI ASEM TRUST & WORLD BANK TH 2000 - 2001, MELAKUKAN PENJADWALAN KEMBALI PINJAMAN.

72 PDAM MENGIKUTI PROGRAM PENYEHATAN PDAM, SEDANG DALAM EVALUASI TIM KIMPRASWIL & SUB KOMITE PENYEHATAN PDAM, MULAI OKTOBER 2003.

PROGRAM PENYEHATAN PDAM

Terbentuk Sub Komite Penyehatan PDAM : Bappenas, Dep. Kimpraswil, Dep. Dalam Negeri dan Dep. Keuangan.
TUGAS POKOK SUB KOMITE PENYEHATAN
(SK. MENKO PEREKONOMIAN No. KEP-28/M.EKON/06/2002) MERUMUSKAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI PERCEPATAN PENYEHATAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM MENGKOORDINASIKAN KETERPADUAN RENCANA DAN PROGRAM PEMBANGUNAN SEKTOR AIR MINUM DENGAN SEKTOR INFRASTRUKTUR LAINNYA DAN UPAYA MEMPERCEPAT PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN AIR MINUM MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS LAIN YANG DIBERIKAN OLEH MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

6 KEBIJAKAN PENYEHATAN PDAM

1. KEBIJAKAN PERTAMA : REDEFINISI KELEMBAGAAN PENYELENGGARA AIR MINUM. 2. KEBIJAKAN KEDUA : PENYELENGGARAAN AIR MINUM SESUAI DENGAN PRINSIP KEPENGUSAHAAN. 3. KEBIJAKAN KETIGA : PENINGKATAN KUALITAS PENYELENGGARAN AIR MINUM SESUAI DENGAN PRINSIP PEMULIHAN BIAYA (FULL COST RECOVERY), TANPA MENGABAIKAN KEPENTINGAN MASYARAKAT YANG BERPENDAPATAN RENDAH/TIDAK MAMPU. 4. KEBIJAKAN KEEMPAT : PERCEPATAN PENYELESAIAN HUTANG PDAM, DISESUAIKAN DENGAN KONDISI DAN KEMAMPUAN PDAM DAN PEMDA.

5. KEBIJAKAN KELIMA : PEMANTAPAN DAN PENINGKATAN CAKUPAN PELAYANAN AIR MINUM BAGI MASYARAKAT SECARA LEBIH TERENCANA.
6. KEBIJAKAN KEENAM : PENINGKATAN DUKUNGAN PEMERINTAH PADA ASPEK MANAJEMEN, TEKNIK- TEKNOLOGIS, SISTEM PEMBIAYAAN DAN KETERSEDIAAN AIR BAKU.

PERKIRAAN KEBUTUHAN BIAYA INVESTASI 2004 2009

TYPE KOTA METRO & BESAR (30 kota)

(milyar Rupiah)

SUMBER PENDANAAN
APBN PINJAMAN LUNAK+ APBN PINJAMAN + SWASTA

SUB TOTAL 9.000

9.000

SEDANG & KECIL (260 kota)

IKK & DESA

1.100
1.900

3.000 *)
-

4.200 **)
TOTAL

8.300
1.900 19.200

KETERANGAN *) PDAM & Pemda yang kurang mampu **) PDAM & Pemda yang mampu - Asumsi investasi, Rp 2.5 juta persambungan

PERKIRAAN KEBUTUHAN BIAYA INVESTASI 2010 2015

TYPE KOTA METRO & BESAR (40 kota)

(milyar Rupiah)

SUMBER PENDANAAN
APBN PINJAMAN LUNAK+ APBN PINJAMAN + SWASTA

SUB TOTAL 12.800

12.800

SEDANG & KECIL (290 kota)

IKK & DESA

1.500
2.500

4.000 *)
-

5.300 **)
TOTAL

10.800
2.500 26.100

KETERANGAN *) PDAM & Pemda yang kurang mampu **) PDAM & Pemda yang mampu - Asumsi investasi, Rp 2.5 juta persambungan

MDG LIMBAH
AKSES SANITASI NASIONAL
(AKSES PENDUDUK KE PRASARANA DAN SARANA AIR LIMBAH DI PERKOTAAN DAN PERDESAAN ATAU SECARA NASIONAL)
SASARAN-1 (%) PERKOTAAN (89,35%) SASARAN-2 (%) SASARAN-3 (%) SASARAN-1 (%) PERDESAAN (62,94%) SASARAN-2 (%) SASARAN-3 (0%)

AKSES KE PS&S AL(*) NASIONAL (74,03%)

CATATAN: (*) RASIO PENDUDUK KOTA DAN DESA MENURUT BPS 2000 ADALAH 42% :58%