You are on page 1of 74

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara.
1

Pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar atau bisa disebut
dengan sebuah interaksi yang bertujuan. Interaksi yang bertujuan itu
disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang
edukatif demi kepentingan anak didik yang belajar. Guru ingin memberikan
layanan yang terbaik bagi anak didik dengan menyediakan lingkungan yang
menyenangkan dan menggairahkan. Guru berusaha menjadi pembimbing
yang baik dengan peran yang arif dan bijaksana sehingga tercipta hubungan
dua arah antara guru dengan anak didik.
2

Guru merupakan salah satu pekerjaan yang mulia dan tinggi. Islam
sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang berilmu pengetahuan

1
Undang-undang RI No 20 tahun 2003 tenang pendidikan nasional, no 78 pasal 1 ayat
satu.
2
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Reineka cipta, 2010), 24.

1
2


dan bertugas sebagai pendidik. Islam mengangkat derajat mereka dan
memuliakan melebihi dari orang-orang islam lainnya. Allah SWT berfirman
dalam QS. Al Mujadalah (58) ayat 11:
Og^4C 4g~-.- W-EONL4`-47 -O)
1g~ 7 W-OOOE> ) +)UEE^-
W-O=O^ gE=O^4C +.- 7 W -O)4
1g~ W-+O=e- W-+O=e ;7O4C +.-
4g~-.- W-ONL4`-47 7Lg` 4g~-.-4
W-O>q =Ug^- eE_4OE1 _ +.-4
E) 4pOUEu> OO)lE=

Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-
orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
3


Peran guru sebagai pendidik profesional akhir-akhir ini mulai
dipertanyakan eksistensinya secara fungsional. Hal ini antara lain disebabkan
oleh munculnya serangkaian fenomena para lulusan pendidikan yang secara
moral cenderung merosot dan secara intelektual akademik juga kurang siap
untuk memasuki lapangan kerja.
4

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
5
Guru merupakan faktor yang
sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan untuk mencapai tujuan
pembelajaran di sekolah. Kemampuan guru dalam mengajar di dalam proses

3
Dep Agama RI, Al-Quran dan terjemahnya, 110.
4
Abidin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam Di
Indonesia, (Jakarta: kencana prenada media group, 2007), 136.
5
Peraturan pemerintah no 7 tahun 2008 tentang guru bab 1 pasal 1
3


pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan merupakan indikator
keberhasilan proses belajar mengajar peserta didik. Agar didalam
melaksanakan tugasnya dapat berjalan secara baik sesuai dengan profesi yang
dimilikinya, guru perlu menguasai berbagai hal sebagai bekal kompetensi
yang dimilikinya.
Kedudukan guru sebagai tenaga profesional mengandung arti bahwa
pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai
kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikat pendidik sesuai dengan
persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Untuk
disaratkan menjadi profesional guru disyaratkan memenuhi kualifikasi
akademik minimum atau bersertifikat pendidik.
6

Guru sebagai tenaga profesional haruslah memiliki empat
kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi profesional.
7
Tiap-tiap pribadi guru
haruslah memahami, memiliki dan menguasai keempat kompetensi dasar
tersebut, barulah guru tersebut dapat dikatakan sebagai sosok guru yang
profesional. Namun dalam realitanya masih banyak guru yang belum
memenuhi kriteria tersebut atau hanya ditunjang oleh sebagian saja dari
keempat kompetensi tersebut, bahkan ada yang keberadaanya sebagai tenaga
pendidik di sekolah tersebut hanya karena ia telah lama berjasa dan lama
mengabdi di sekolah tersebut tanpa menghiraukan kompetensi yang ia miliki.

6
Sudarwan Danim, profesionalisasi dan etika profesi guru, (Bandung: Alfabeta, 2010),
18.
7
Ibid, 19.
4


Rasulullah sebagai contoh teladan memiliki pribadi pendidik yang
harus diikuti, sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran Suroh al-Ahzab ayat
2:
;- 4p~E 7 O) Oc4O *.-
NE4Ocq O4L=OEO }Eg 4p~E
W-ON_O4C -.- 4O4O^-4
4O=E- 4OEO4 -.- -LOOgVE
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.

Melihat tanggungjawab guru yang sangat besar tersebut maka guru
yang ideal itu harus memiliki kompetensi untuk membimbing dan
mengarahkan anak didik agar mencapai hasil yang optimal. Peserta didik
diibaratkan kertas putih dengan segudang potensi bawaan didalamnya,
gurulah yang berperan menentukan apa yang hendak dituangkan dalam kertas
tersebut, besar kecilnya peranan guru akan tergantung pada tingkat
kompetensi yang dimilikinya.
Setelah penulis melihat di lapangan sesuai dengan studi pendahuluan
yang telah dilakukan di MTs PGRI Selur, bahwasanya guru Pendidikan
Agama Islam masih jauh dari konsep guru yang ideal, karena mereka dinilai
kurang berkompeten dalam pelaksanaan pembelajaran, terutama sekolah-
sekolah yang berada dipedesaan yang jauh dari akses informasi sehingga
proses belajar kurang maksimal dan jauh dari yang diharapkan.
Dilihat dari komponen peserta didiknya, peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran kelihatan tidak termotivasi dengan materi pelajaran,
sehingga kelihatan tidak antusias dalam pelaksanaan pembelajaran yang
5


berlangsung. Bagi peserta didik pembelajaran yang guru lakukan monoton
sehingga menimbulkan kebosanan. Hal ini juga dipengaruhi oleh guru yang
kurang profesional dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Dilihat dari komponen sarana dan prasarananya, MTs PGRI desa
Selur kecamatan Ngrayun kabupaten Ponorogo memiliki sarana dan
prasarana yang cukup memadai. Hal ini dapat dilihat dari kondisi ruangan
kelas cukup, media pembelajaran yang cukup memadai, tetapi sangat jarang
digunakan dan bahkan ada yang sama sekali tidak pernah digunakan dalam
proses pembelajaran.
Melihat banyaknya problematika pembelajaran Pendidikan Agama
Islam yang ada di MTs PGRI Selur, maka penulis memfokuskan penelitian
hanya pada aspek kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam,
karena menurut Penulis tingkat kemampuan guru merupakan hal yang sangat
penting dalam pembelajaran, khususnya di MTs PGRI Selur.
Maka, dari fenomena problematika pembelajaran tersebut, penulis
tertarik untuk menelitinya dalam sebuah tulisan ilmiah yang berbentuk skripsi
dengan judul PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN KOMPETENSI
PROFESIONAL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Study Kasus
di MTs PGRI Desa Selur Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo
2012).

B. Fokus Penelitian
6


Melihat dari banyaknya masalah yang ditemukan penulis pada studi
pendahuluan yang dilakukan, maka penulis mengambil kesimpulan untuk
lebih memperhatikan aspek yang menyangkut kemampuan atau kompetensi
guru Pendidikan Agama Islam di MTs PGRI Selur. Dengan demikian
penelitian ini akan fokus pada masalah problematika pengembangan
kompetensi guru Pendidikan Agama Islam.
Penulis sengaja memfokuskan penelitian ini pada aspek kompetensi
guru, karena menurut penulis salah satu kunci keberhasilan pendidikan
bergantung pada bagaimana kemampuan pendidik dalam mendidik.
Mengingat kompetensi guru itu memiliki penjabaran yang sangat luas, maka
penulis akan mempersempit penelitian ini dengan menjadikan problematika
pengembangan kompetensi pofesional guru Pendidikan Agama Islam sebagai
fokus penelitian.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian, maka
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kompetensi profesional Guru Pendidikan Agama Islam di MTs
PGRI desa Selur kecamatan Ngrayun kabupaten Ponorogo?
2. Apa problematika pengembangan kompetensi profesional Guru
Pendidikan Agama Islam di MTs PGRI desa Selur kecamatan Ngrayun
kabupaten Ponorogo?
7


3. Bagaimana upaya mengatasi problematika kompetensi profesional Guru
Pendidikan Agama Islam di MTs PGRI desa Selur kecamatan Ngrayun
kabupaten Ponorogo?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, fokus penelitian dan rumusan
masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mendeskripsikan kondisi kompetensi profesional guru Pendidikan
Agama Islam di MTs PGRI desa Selur kecamatan Ngrayun kabupaten
Ponorogo.
2. Untuk mendeskrifsikan problematika pengembangan kompetensi
profesional guru Pendidikan Agama Islam di MTs PGRI desa Selur
kecamatan Ngrayun kabupaten Ponorogo.
3. Untuk mengetahui upayaupaya yang dilakukan untuk mengatasi
problematika pengembangan kompetensi profesional guru Pendidikan
Agama Islam di MTs PGRI desa Selur kecamatan Ngrayun kabupaten
Ponorogo.

E. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
Penelitian ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan
mengenai kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam.
2. Secara praktis
a. Bagi guru
8


Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam
meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dan untuk memotifasi guru PAI untuk selalu mengembangkan
kompetensinya demi terwujudnya tujuan pendidikan nasional.
b. Bagi lembaga
Penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki sistem
pengelolaan organisasi sekolah dan pembinaan terhadap peningkatan
kualitas sumber dayanya.
c. Bagi peserta didik
Dengan adanya guru yang profesional dalam mengelola
pendidikan diharapkan peserta didik dapat meningkatkan prestasi
belajarnya dan mengubah tingkahlakunya menjadi lebih baik.

F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dan merupakan
penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitiannya menghasilkan data
deskriftif berupa kata-kata, tulisan atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati
8
.
Oleh karena itu penelitian ini bersifat deskriptif analitik
9
yaitu
menguraikan secara teratur seluruh konsep yang ada relevansinya dengan

8
Lexi J. Meleong, Metde Penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja Prosdakarya, 2001),
3.
9
Nana sujana dan Ibrahim, penelitian dan penilaian pendidikan, (bandung: Sinar baru,
1989), 197.
9


pembahasan, dalam arti penelitian ini mencoba mendeskripsikan tentang
problematika pengembangan kompetensi profesional Guru pendidikan
agama islam di MTs PGRI Selur. Adapun penelitian kualitatif adalah jenis
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci,
10
Dasar
penelitian kualititatif adalah konstruktifisme yang berasumsi bahwa itu
dimensi jaman, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman social yang
diinterpretasikan oleh setiap individu.
Peneliti kualititatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan
dapat ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui
interaksinya dengan situasi social mereka.
11
Dan tujuan utama penelitian
ini adalah memahami (vestehen) terhadap fenomena sosial dan
mengembangkan konsep dengan grounded.
12

Data kualitatif mengandalkan proses berfikir dalam melakukan
proses interpretasi dan mengambil kesimpulan oleh karena itu interpretasi
data kualitatif dipengaruhi oleh kemampuan berfikir dan sudut pandang,
sehingga jangkauan hasil penelitian akan sangat bervariasi kedalamannya
dan keluasannya. Dengan kata lain hasil penelitian bersifat subjektif.
13


10
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), 1.
11
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan &
Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana prenada media Group, 2010)179.
12
Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi INSURI Ponorogo, Pedoman Penulisan
Skripsi, (Ponorogo: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, 2011), 31.
13
Eko Putra Widoyoka, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2012) 21.
10


Dengan digunakan metode kualitatif, maka data yang didapat
lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel dan bermakna sehingga tujuan
penelitian dapat tercapai.

2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti sangat penting dan
bertindak sebagai instrument kunci pengumpulan data, sedangkan
instrumen lainnya sebagai penunjang.
14
Kehadiran peneliti di lapangan
sangat diperlukan karena peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana
dan pembuat laporan. Peneliti sebagai perencana tindakan artinya peneliti
membuat perangkat pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Peneliti juga sebagai pelaksana yang berarti peneliti bertindak sebagai
pengumpul data, penganalisis data dan sekaligus pembuat laporan hasil
penelitian.
Penelitian kuantitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai
sember data. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu situasi social
merupakan kajian utama dalam penelitian kualititatif. Peneliti pergi ke
lokasi tersebut memahami dan mempelajari situasi. Studi dilakukan pada
waktu interaksi berlangsung ditempat kejadian. Peneliti mengamati,
mencatat, bertanya, menggali sumber yang erat hubungannya dengan
peristiwa yang terjadi saat itu.
15


14
http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/kehadiran-peneliti-dalam-penelitian.html
(diakses 7 januari 2012).
15
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan
& Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana prenada media Group, 2010), 180.
11


3. Lokasi penelitian.
Lokasi penelitian yang peneliti lakukan berada di sebuah sekolah
swasta MTs PGRI Selur yang berada di Jl. Jendral Sudirman no 17 desa
Selur kecamatan Ngrayun kabuaten Ponorogo.
4. Data dan Sumber Data
Kegiatan penelitian yang terpenting adalah pengumpulan data.
Menyusun instrument adalah pekerjaan penting dalam melakukan
penelitiaan, tetapi mengumpulkan data jauh lebih penting lagi.
16
Dalam
penelitian ini ada dua jenis data yang diperlukan yaitu data primer dan data
skunder.
a) Data primer adalah data yang diperoleh cara langsung dari sumber
datanya.
17
Dalam penelitian ini peneliti memperoleh data tentang letak
geografis, sejarah sekolah, kadaan guru dan peserta didik, kompetensi
guru Pendidikan Agama Islam, problematika yang dihadapi dalam
pengembangan kompetensi profesional dan upaya mengatasi
problematika tersebut dari kepala sekolah, guru Pendidikan Agama
Islam MTs PGRI Selur dan peserta didik melalui metode wawancara
dan observasi.
b) Data skunder, yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti
dari berbagai sumber yang telah ada (Peneliti sebagai tangan kedua).
18

Dalam penelitian ini peneliti memperoleh data tentang visi misi dan

16
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan
& Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana prenada media Group, 2010), 275.
17
Ibid, 279.
18
Ibid, 280.
12


tujuan sekolah data gurudan sarana prasarana dari dokumen profil
sekolah dan dokumen rencana kerja madrasyah Tsanawiyah PGRI
selur tahun 2010/2011 sampai dengan tahun 2012/2013

5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian kualitatif adalah
wawancara, observasi dan dokumentasi. Penggunaan teknik tersebut dalam
penelitian ini menjadikan dasar bagi peneliti bahwa fenomena penelitian
kualitatif dapat dimengerti dengan baik apabila dilakukan interaksi
dengan subjek melalui wawancara mendalam dan diobservasi pada latar
dimana fenomena tersebut berlangsung. Disamping itu untuk melengkapi
dan diperlukan dokumentasi.
19

a. Observasi, yaitu mengamati secara langsung masalah-masalah yang
dihadapi guru Pendidikan Agama Islam yang menyangkut
kompetensi profesional. Dalam penelitian ini peneliti melakukan
observasi dalam pembelajaran pendidikan agama islam untuk
mengetahui problematika yang dihadapi guru Pendidikan Agama
Islam dalam penyampaian materi kepada peserta didik diruang kelas
serta kesiapan seorang pendidik dalam mempersiapkan kelengkapan
sebelum mengajar.
b. Wawancara, Yaitu proses pengumpulan informasi dengan
melakukan komunikasi langsung antara peneliti dengan objek atau

19
Anwar Fauzi, Metodologi Research (Bandung), 290
13


informan.
20
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada
Kepala Sekolah, guru Pendidikan Agama Islam, peserta didik
menanyakan tentang problematika yang dihadapi mereka pada
pengembangan kompetensi pofesional dan langkah yang mereka
lakukan untuk mengatasi problema tersebut. Untuk lebih jelasnya
hasil wawancara yang dilakukan peneliti bisa dilihat pada lampiran
transkip wawancara.
c. Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen
rapat dan agenda.
21
Dalam penelitian ini, metode dokumentasi
digunakan untuk menggali data mengenai kehidupan, profil
narasumber data guru sarna dan prasarana dari rencana kerja
madrasyah dan profil sekolah.

6. Analisis Data
Analisis data dalam kasus ini menggunakan analis data kualitatif
mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman. Miles dan
Huberman dalam Trianto 2010, mengemukakan aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus pada setiap tahapan-tahapan penelitian sampai tuntas dan datanya
sampai jenuh. Ukuran kejenuhan data ditandai dengan tidak diperolehnya
lagi data atau informasi baru. Aktifitas dalam analisis meliputi reduksi data

20
Ibid, 193.
21
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan &
Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana prenada media Group, 2010), 278
14


(data reduction), penyajian data (data display), serta penarikan kesimpulan
dan veriifikasi (conclusion drawing/Verification).
22

a. Reduksi data adalah merangkum, memilih halhal yang pokok,
memfokuskan halhal yang penting, membuat kategori dengan
demikian datadata yang direduksikan memberikan gambaran yang
lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya.
b. Penyajian data proses penyusunan informasi yang kompleks ke dalam
suatu bentuk yang sistematis agar lebih sederhana dan dapat dipahami
maknanya setelah data direduksi, kemudian sesuai dengan pola dalam
bentukan uraian naratif.
c. Conclucion adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi.
23

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, akan
berubah jika ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung data
selanjutnya.

G. Sistematika pembahasan
Adapun yang dimaksud dengan sistematika pembahasan adalah
urutan-urutan dan cara-cara membahas penelitian ini. Di dalam skripsi ini,
peneliti membagi menjadi beberapa bab. Adapun sistematika pembahasan ini
adalah sebagai berikut:

22
Ibid, 286.
23
Moh. Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia 2009), 23.
15


Bab I, merupakan pendahuluan yang menggambarkan isi keseluruhan
dari semua bab yang akan peneliti teliti, yang mana dalam bab pertama ini
akan di awali dengan latar belakang masalah, focus penelitian,rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan
sistematika pembahasan.
Bab II, merupakan pembahasan teoritis yang meliputi pembahasan
tentang pengembangan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama
Islam, yang meliputi kompetensi guru, kompetensi profesional guru
Pendidikan Agama Islam dan pengembangan kompetensi profesional guru
Pendidikan Agama islam.
Bab III, berisi tentang pemaparan data lapangan secara mendalam
yang mendeskripsikan tentang kompetensi profesional yang dimiliki oleh
guru Pendidikan Agama Islam di MTs desa Selur kecamatan Ngrayun
kabupaten Ponorogo, problematika yang dialami dalam pengembangan
kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di MTs desa Selur
kecamatan Ngrayun kabupaten Ponorogo dan upaya untuk mengatasi
problematika yang ada.
Bab IV, merupakan pembahasan tentang analisis hasil temuan
penelitian pada bab ini juga berisi tentang gagasan peneliti, serta penafsiran
dan penjelasan dari temuan atau teori yang diungkap dari lapangan.
Bab V, penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran berdasarkan
hasil penelitian di MTs PGRI desa Selur kecamatan Ngrayun kabupaten
Ponorogo.
16









BAB II
PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL
GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Kompetensi Guru
1. Pengertian Kompetensi Guru
Guru sebagai pendidik adalah tokoh yang paling banyak bergaul
dan berinteraksi dengan para murid dibanding dengan personil lainnya di
sekolah.
24
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa guru memiliki tugas
dan kewajiban yang terkait langsung dengan proses belajar mengajar
disekolah. Oleh karena itu, guru sebagai tenaga pendidik profesional harus
memiliki kompetensi.
Kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya fikir)
sikap (daya kalbu) dan keterampilan (daya fisik) yang diwujudkan dalam
bentuk perbuatan. Dengan kata lain kompetensi merupakan perpaduan dan
penguasaan pengetahuan, keterampilan nilai dan sikap yang direfleksikan

24
Saiful sagala, Kemampuan Profesional Guru Dan Tenaga Kependidikan,(Bandung:
Alfabeta,2011),6.

17


dalam kebiasaan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan tugasnya.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia yang dimaksud kompetensi adalah
(kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu
hal.
25
Sedangkan menurut Uzer Usman kompetensi diartikan sebagai
kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi
keguruannya.
26
Sementara menurut Spencer dalam bukunya Moheriono
kompetensi didefinisikan sebagai karakteristik yang mendasari seseorang
berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya atau
karakteristik dasar individu yang memiliki hubungan atau sebagai sebab
akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan, efektif atau kinerja prima
ditempat kerja pada situasi tertentu.
27

Menurut Nana Sujana kemampuan guru atau kompetensi guru
yang banyak hubungannya dengan usaha meningkatkan proses dan hasil
belajar dapat diguguskan ke dalam empat kemampuan yakni;
a) merencanakan program belajar mengajar,
b) melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar,
c) menilai kemajuan proses belajar mengajar,
d) menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi
atau mata pelajaran yang dipegangnya/dibinanya.
28


25
Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta; Erlangga;1982), 321.
26
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Rosdakarya, 2006), 14.
27
Moeheriono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada,2012), 5.
28
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2005), 19.
18


Di dalam pasal 10 ayat (1) UU Guru dan Dosen No. 14 tahun
2005 dinyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi paedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional
yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
29

Surat ketetapan MENDIKNAS RI no. 045/U/2002 menyatakan
elemen kompetensi terdiri dari:
a) landasan kepribadian
b) penguasaan ilmu dan keterampilan
c) kemampuan berkarya
d) sikap dan perilaku dalam berkarya
e) pemahaman kaidah kehidupan bermasyarakat
30

Yang dimaksud kompetensi guru adalah kemampuan atau kualitas
guru dalam mengajar, sehingga terwujud dalam bentuk penguasaan
pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru.
31

Kemampuan atau kualitas tersebut mempunyai konsekwensi bahwa,
seorang yang menjadi guru dituntut benar-benar memiliki bekal
pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan profesinya, sehingga
dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
Pada hakekatnya orientasi kompetensi guru ini, tidak hanya
diarahkan pada kemampuan intelektual dalam kaitannya dengan
pelaksanaan proses belajar mengajar bersama anak didiknya saja, akan

29
UU GURU DAN DOSEN, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2006), 7.

30
Saiful Sagala. Kemampuan Profesional Guru Dan Tenaga Kependidikan,(Bandung:
Alfabeta, 2012), 158
31
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Bandung: PT Rosdakarya, 2005), 6
19


tetapi punya jangkauan yang lebih luas lagi, yaitu sesuai dengan kebutuhan
atau tuntutan masyarakat yang nantinya diharapkan mampu mencetak
kader-kader pembangunan di masa kini, esok dan mendatang, begitu juga
lembaga pendidikan yang diharapkan dapat memberikan bekal
kemampuan pada anak didik sebelum ia terjun secara langsung di
lingkungan masyarakat.

2. Tujuan Kompetensi Guru.
Salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum
mampu menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai. Hal ini
menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh derajat
penguasaan kompetensi yang memadai, sehingga perlu adanya upaya yang
komprehensif guna kompetensi guru.
32

Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung
jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga
menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan
penyesuaian penguasaan kompetensinya. Guru harus lebih dinamis dan
kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran siswa. Jika guru tidak
memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian
cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan
kehilangan kepercayaan baik dari siswa, orang tua maupun masyarakat.

32
Akhmad Sudrajat, Kompetensi Guru Dan Peran Kepala Sekolah, Jurnal
Pendidikan
Diterbitkan 21 April 2007. IKIP Bandung. 27.
20


Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu
berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan
pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus.
Disamping itu, guru masa depan harus paham penelitian guna mendukung
terhadap efektivitas pembelajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan
dukungan hasil penelitian guru tidak terjebak pada praktek pembelajaran
yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru
mematikan kreativitas para siswanya.

3. Dasar Kompetensi Guru.
Dasar kompetensi guru adalah UU No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen serta Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya merupakan kebijakan
pemerintah yang didalamnya memuat usaha pemerintah untuk menata dan
memperbaiki mutu guru di Indonesia terutama Pasal 8 yang menyebutkan
bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
33
Mengacu substansi Pasal 8
tersebut di atas jelas sekali bahwa kepemilikan kompetensi itu hukumnya
wajib; artinya bagi guru yang tidak mampu memiliki kompetensi akan
gugur keguruannya.


33
Saiful Sagala. Kemampuan Profesional Guru Dan Tenaga Kependidikan,(Bandung:
Alfabeta, 2012), 29
21


4. Macam-macam Kompetensi Guru.
Menurut Undang-undang sistem pendidikan nasional no.20 tahun
2003 pasal 10, menyebutkan bahwa kompetensi guru meliputi:
a. Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik.
b. Kompetensi kepribadian; yaitu kemampuan keperibadian yang
mantap,berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan bagi
anak didiknya.
c. Kompetensi sosial; yaitu kemampuan komunikasi dan berinteraksi
secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua
atau wali peserta didik.
d. Kompetensi profesional; yaitu kemampuan menguasai materi pelajaran
secara luas dan mendalam diperoleh melalui pendidikan profesi.
34

Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang no. 14 tahun
2005 tentang guru dan dosen pasal 10 ayat satu bahwa kompetensi guru
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi.
Berdasarkan peraturan pemerintah no 74 pasal 3 tentang guru
mendeskripsikan ada empat kopetensi guru yang harus dikuasai, yaitu:
1. Kompetensi pedagogic merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaraan peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:

34
Saiful Sagala. Kemampuan Profesional Guru Dan Tenaga Kependidikan,(Bandung:
Alfabeta, 2012),158
22


a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
b) pemahaman terhadap peserta didik
c) pengembangan kurikulum atau silabus
d) perancangan pembelajaran
e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
f) pemanfaatan teknologi pembelajaran
g) evaluasi hasil belajar
h) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya
2. Kompetensi kepribadian, meliputi kepribadian:
a) beriman dan bertakwa
b) berakhlak mulia
c) arif dan bijaksana
d) demokratis
e) mantap
f) berwibawa
g) stabil
h) dewasa
i) jujur
j) sportif
k) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat
l) secara objektif melakukan kinerja sendiri
m) mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan
23


3. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi potensi untuk:
a) berkomunikasi lesan, tulis, dan atau isyarat secara santun
b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
c) bergaul secara efektif dengan pesera didik, sesame pendidik, tenaga
kependidikan, pemimpin satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta
didik
d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan
norma serta sistem nilai yang berlaku
e) menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan
4. Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai
pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan atau seni dan budaya
yang diampunya sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:
a) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi
program satuan pendidikan, matapelajaran dan atau kelompok mata
pelajaran yang akan diampu
b) konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi atau seni yang relevan,
yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan
pendidikan, matapelajaran dan atau kelompok mata pelajaran yang akan
diampu.
35


B. Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

35
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan &
Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana prenada media Group, 2010),54-55.
24


1. Pengertian kompetensi profesional guru
Guru sebagai tenaga pendidik profesional, bukan saja dituntut
melaksanakan tugas secara profesional, tetapi juga harus memiliki
kemampuan dan pengetahuan profesional. Kometensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi bidang profesi secara luas.
36

Guru adalah sebagai tenaga profesional di bidang kependidikan,
di dalam kegiatan mengelola interaksi belajar mengajar. Guru paling tidak
harus memiliki dua modal dasar, yakni kemampuan mendesain program
dan keterampilan mengkomunikasikan program itu kepada anak didik.
37

Profesionalisme adalah faham yang mengajarkan bahwa setiap
pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang professional. Orang yang
professional ialah orang yang memiliki profesi.
38
Kompetensi profesional
adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan
mendalam.
39
Kompetensi profesional mengacu pada perbuatan yang
bersifat rasional dan memiliki spesifikasi tertentu dalam melaksanakan
tugas kependidikan, guru sebagai tenaga profesional dituntut untuk
memiliki kemampuan yang sesuai dengan bidangnya, dalam hal ini adalah
bidang kependidikan.


36
ibid), 26.
37
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru
Algesindo,
1998), 29.
38
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung : Remaja
Rosdakarya,
1994), 107.
39
UU GURU DAN DOSEN, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2006), 44.
25





2. Standarisasi Kompetensi Profesional Guru
Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam
menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan teknologi dan atau seni
budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya memiliki penguasaan:
a. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar
program satuan pendidikan, mata pelajaran atau kelompok mata
pelajaran yang akan diampu.
b. Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi atau seni yang relevan,
yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan
pendidikan, mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran yang akan
diampu.
c. Untuk mencapai keberhasilan pendidikan system pendidikan harus
ditata dan dirancang oleh orang-orang yang ahli dibidangnya yang
ditandai dengan kompetensi sebagai persyaratannya. Guru harus
mempunyai kemampuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang
mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses pembelajaran
secara efektif.
40

Menurut Gray A. Dafit dan Dafid Margareta dalam bukunya
Trianto (2010) cirri-ciri Profesi yang efektif antara lain, Yaitu:

40
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan &
Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana prenada media Group, 2010), 55.
26


a. Memiliki kemampuan-kemampuan yang terkait dengan iklim
dilingkungan tempat tugasnya, Yaitu:
1) memiliki keterampilan interpersonal, khususnya kemampuan
untuk menunjukknan empati, penghargaan kepada rekanan
(atasan/bawahan) dan ketulusan.
2) memiliki hubungan baik dengan rekanan (atasan/bawahan).
3) mampu menerima, mengakui dan memperhatikan
rekanan/bawahan secara tulus.
4) menunjukkan minat dan antusias yang tinggi dalam tugas.
5) mampu menciptakan atmosfir untuk tumbuhnya kerjasama dan
kohesivitas dalam dan antar kelompok kerja.
6) mampu melibatkan rekanan dalam mengorganisasikan dan
merencanakan kegiatan tugas pekerjaan.
7) mampu mendengarkan aspirasi dan menghargai hak setiap
individu untuk berbicara dalam setiap diskusi.
8) mampu meminimalkan friksi-friksi dilingkungan kerja.
b. Memiliki kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen kerja
meliputi:
1) memiliki kemampuan untuk menghadapi dan menangani rekanan
yang tidak punya perhatian, suka mencela, mengalihkan
pembicaraan dan mampu memberikan transisi substansi bahan dalam
proses kinerja.
27


2) mampu bertanya (menguasai teknik bertanya) dan memberikan tugas
yang memerlukan tingkatan berfikir yang berbeda untuk semua
rekanan.
c. Memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik
(feedback) dan penguatan (reinforcement), yang terdiri dari:
1) mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respon
rekanan.
2) mampu memberikan respon yang bersifat membantu terhadap
rekanan yang lamban dan kurang tanggap.
3) mampu memberikan tindak lanjut terhadap sambutan rekanan yang
kurang memuaskan.
4) mampu memberikan bantuan profesional kepada rekanan jika
diperlukan.
d. Memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri, yaitu:
1) menerapkan skill performance secara inovatif.
2) mampu memperluas dan menambah pengetahuan mengenai metode-
metode terkini.
3) mampu memanfaatkan perencanaan secara kelompok untuk
menciptakan dan mengembangkan metode dan strategi yang
relevan.
41


41
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan &
Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana prenada media Group, 2010), 26-27.
28


Kemudian Sukmadinata dalam bukunya Trianto 2010, dalam
menciptakan profesi yang kompeten diperlukan standarisasi pendidikan
profesi yang harus berpegang pada beberapa prinsip, antara lain:
a. Syarat masuk lembaga pendidikan profesi harus standar, yang meliputi
potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi.
b. Program lembaga pendidikan profesi, harus menyajikan tiga komponen
yang terintegrasi, yaitu pendidikan dasar umum, spesialisasi dan
pendidikan keahlian dalam kurikulum dan skill.
c. Perkembangan calon profesi harus dinilai selama program itu
berlangsung dengan teknik evaluasi yang berfariasi.
d. Lembaga pendidikan profesi perlu diakreditasi standar.
e. Ada lembaga yang memberikan legalitas terhadap kelayakan calon atau
sertifikasi.
42

Untuk peningkatan dan pengembangan kompetensi profesional
guru, maka ada dua subkompetensi yang harus di miliki, yaitu:
a. Menguasai subtansi keilmuan yang terkait bidang study; sub
kompetensi ini memiliki indikator:
1) memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah.
2) memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi
atau koheren dengan materi ajar.
3) memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait.
4) menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

42
Ibid,28.
29


5) memahami struktur dan metode keilmuan, Indicator keilmuan yang
harus dimiliki subkompetensi ini adalah memiliki langkah-langkah
penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam
pengetahuan/materi bidang study.
43


3. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
Didalam undang-undang no. 20 tahun 2003, kata guru
dimasukkan dalam genus pendidik. Sesungguhnya guru dan pendidik
merupakan dua hal yang berbeda. Kata pendidik (bahasa Indonesia)
merupakan padanan dari kata educator (bahasa Inggris). Di dalam kamus
Webster kata educator berarti educationist yang padanan dalam bahasa
Indonesia adalah pendidik, spesialis dibidang pendidikan, atau ahli dalam
bidang pendidikan. Kata guru (bahasa Indonesia) merupakan padanan dari
kata teacher (bahasa Inggris). Di dalam kamus Webster, kata teacher
bermakna sebagai The person who teach, especially in school atau guru
adalah seorang yang mengajar, khususnya disekolah.
44

Pendidikan berasal dari kata didik yang artinya bina mendapat
awalan pe- dan akhiran an, yang maknanya bersifat dari perbuatan
membina, melatih atau mengajar dan mendidik itu sendiri. Kemudian di
dalam bahasa Arab, para pakar pendidikan pada umumnya menggunakan
kata tarbiyah untuk arti pendidikan, seperti Ahmad Fuad al ahwani, Ali

43
Sudarwan

Danim, profesionalisasi dan etika profesi guru, (Bandung: Alfabeta, 2010),
24.

44
Ibid, 17-18.
30


Khalil Abu Al Ainain, Muhammad Athiyah Al Abrosyi dan Muhammad
Munir Mursyi menggunakan kata tarbiyah untuk arti pendidikan.
45
Secara
terminology pendidikan dapat diartikan pembinaan, pembentukan,
pengarahan, pencerdasan, pelatihan yang ditujukan kepada anak didik
secara formal maupun non formal dengan tujuan membentuk anak didik
yang cerdas, berkepribadian, memiliki keterampilan atau keahlian tertentu
sebagai bekal kehidupannya didalam masyarakat.
46

Sedangkan pendidikan Islam adalah upaya membimbing,
mengarahkan dan membina peserta didikan yang dilakukan secara sadar
dan terencana agar terbina suatu kepribadian yang utama ssuai dengan
nilai-nilai ajaran Islam.
47
Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa
Pendidikan Agama Islam berarti usaha-usaha secara sistematis dan
pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan
ajaran Islam. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar atau kegiatan yang
disengaja dilakukan untuk membimbing sekaligus mengarahkan anak
didik menuju terbentuknya pribadi yang utama (insan kamil) berdasarkan
nilai-nilai etika islam dengan tetap memelihara hubungan baik terhadap
Allah Swt (HablumminAllah) sesama manusia (hablumminannas), dirinya
sendiri dan alam sekitarnya.

45
Abuddin Nata, Metodologi Study Islam, (Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada.2011),334
46
Hasan Basri, filsafat pendidikan islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), 53.
47
Abuddin Nata, Metodologi Study Islam, (Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada.2011),340.
31


Dalam pendidikan Islam, guru memiliki arti dan peranan yang
sangat penting. Hal ini disebabkan ia memiliki tanggung jawab dan
menentukan arah pendidikan.
48
Guru merupakan unsur manusiawi dalam
pendidikan, guru merupakan figur manusia yang diharapkan kehadiran dan
perannya dalam pendidikan sebagai sumber yang menempati posisi dan
memegang peran penting dalam pendidikan.
49


4. Tugas dan tanggung jawab guru pendidikan agama islam.
Guru sebagai pekerjaan profesi secara holistic adalah berada pada
tingkatan tertinggi dalam system pendidikan nasional.
50
Sebenarnya tugas
guru sangat banyak terkait kedinasan dan kedinasan disekolah. Menurut
Roestian N.K dalam bukunya Saiful Sagala menyebutkan secara garis
besar adalah:
a. Mewariskan kebudayaan dalam bentuk kecakapan, kepandaian dan
pengalaman empiric kepada para muridnya.
b. Membentuk anak didik sesuai dengan dasar Negara.
c. Mengantarkan anak didik menjadi warga Negara yang baik,
memfungsikan diri sebagai media dan perantara pembelajaran bagi anak
didik.
d. Mengarahkan dan membimbing anak sehingga memiliki kedewasaan
dalam berbicara, bertindak dan bersikap.

48
Hamdani ihsan & fuad ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia,
2007), 109.
49
Ibid, 57.
50
Saiful Sagala. Kemampuan Profesional Guru Dan Tenaga Kependidikan,(Bandung:
Alfabeta, 2012), 11.
32


e. Memfungsikan diri sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat
lingkungan baik sekolah negeri ataupun swasta.
f. Harus mampu mengawal dan menegakkan disiplin, baik untuk dirinya,
maupun murid dan orang lain.
g. Memfungsikan diri sebagai administrator dan sekaligus manajer yang
disenangi.
h. Melakukan tugasnya dengan sempurna sebagai amanat profesi.
i. Guru diberi tanggung jawab paling besar dlam hal perencanaan dan
pelaksanaan kurikulum serta evaluasi keberhasilannya.
j. Membimbing anak untuk belajar memahami dan menyelesaikan
masalah yang dihadapi muridnya.
k. Guru harus dapat merangsang anak didik untuk memiliki semangat
yang tinggi dan gairah yang kuat dalam membentuk kelompok study,
mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler dalam rangka memperkaya
pengalaman.
51

Dalam melaksanakan tugasnya seorang guru tidak hanya
menerangkan materi pelajaran saja, tetapi sebagai seorang pendidik guru
harus member contoh yang baik dari segi sikap, tingkah laku, tutur kata
dan budi pekerti. Wens Tanlain dalam bukunya Saiful Sagala
menyebutkan bahwa, ada beberapa poin yang menjadi tanggung jawab
guru, yaitu:
a. Mematuhi norma dan nilai kemanusiaan.

51
Ibid, 12.
33


b. Menerima tugas pendidik sebagai beban,tetapi dengan penuh gembira
dan sepenuh hati.
c. Menyadari benar akan apa yang dikerjakan dan akibat dari semua
perbuatannya itu.
d. Belajar dan mengajar memberikan penghargaan kepada orang lain
termasuk kepada anak didik.
e. Bersikap arif bijaksana dan cermat serta hati-hati.
f. Sebagai orang beragama melakukan semua yang tersebut diatas
berdasarkan taqwa kepada Tuhan yang maha esa.
52

Kemudian jika kita kaji dari prespektif Islam, maka guru memiliki
tugas mendidik, dalam arti pencipta, pemelihara, pengatur, pengurus, dan
memperbaharui (memperbaiki) kondisi peserta didik agar berkembang
potensinya, biasanya disebut murobby. Orang yang memiliki pekerjaan
sebagi murobby biasanya dipanggil dengan sebutan Ustadz. Seorang
ustadz memiliki tugas dan kompetensi yang melekat pada dirinya antara
lain:
a. Sebagai Muallim
Bahwa pendidik itu adalah orang yang berilmu (memiliki ilmu)
pengetahuan luas, mampu menjelaskan, atau mengajarkan, atau
mentransfer ilmu pengetahuan tersebut kepada peserta didik (murid),
sehingga peserta didik mampu mengamalkannya dalam kehidupan.
b. Sebagai Muaddib

52
Ibid, 13.
34


Kata muaddib adalah isim fail dari kata addaba-
yuaddibutadiban yang berarti mendisiplinkan atau menanamkan
sopan santun. Maka seorang Muadib adalah seseorang yang memiliki
kedisiplinan kerja yang dilandasi dengan etika, moral dan sopan santun
serta mampu menanamkan pada peserta sisik melalui contoh untuk
ditiru oleh para peserta didik.
c. Sebagai Mudarris
Adalah orang yang memiliki tingkat intelektual lebih, dan
berusaha membantu menghilangkan, menghapus kebodohan/
ketidaktahuan peserta didik, dengan cara melatih intelektualannya
melalui proses pembelajaran, sehingga peserta didik memiliki
kecerdasan.
d. Sebagai Mursyid
Artinya, adalah orang yang memiliki kedalaman spiritual dan
atau memiliki tingkat penghayatan yang mendalam mengenai nilai-nilai
keagamaan, memiliki ketaatan dalam menjalankan ibadah, serta
berahlak mulia. Kemudian berusaha mempengaruhi peserta didik untuk
mengikuti jejeknya melalui kegiatan pendidikan.
53


C. Pengembangan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam

53
A Fatah yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam,(Malang: UIN-Malang
Press,2008), 21.
35


Tantangan masa depan sistem pendidikan di Indonesia tidak semata-
mata menyangkut upaya untuk meningkatkan mutu dan efisiensi pendidikan
secara internal, tetapi juga meningkatkan kesesuaian pendidikan dengan
aneka sector kehidupan lain. Oleh karena itu perlu dibuat program
pengembangan tenaga kependidikan yang terencana berikut model kegiatan
yang dipandang cocok menurut kebutuhan jenis ketenagaan dan potensi yang
ada.
Kegiatan pengembangan kompetensi profesional guru pendidikan
agama Islam itu ada yang terlembagakan dan ada yang individual,
pengembangan yang terlembagakan bisa dilakukan oleh pemerintah ataupun
instansi pendidikan. Sudarwan Danim (2010) menyatakan bahwa bentuk
pengembangan tersebut bisa berupa program study lanjutan, penataran,
seminar, lokakarya, kelompok kerja guru, bimbingan profesional, study
banding dan magang. Kegiatan yang bersifat individual merupakan
penjelmaan dan daya inovasi dan kreativitas guru untuk tumbuh dan
berkembang.
Salah satu bentuk pengembangan kompetensi profesional guru
pendidikan agama islam adalah dengan cara pengembangan diri.
Pengembangan diri yang dimaksud disini adalah mengambil tanggung jawab
pribadi untuk belajar dan mengembangkan diri sendiri melalui proses
asesmen, refleksi dan mengambil tindakan. Hal ini senada dengan yang
disampaikan Sudarwan Danim (2010) dengan langkah:
36


1. Secara kontinyu melakukan pemutakhiran keterampilan yang dibutuhkan
ditempat kerja.
2. Menentukan karir masa depan dengan cara:
a. Penilaian keterampilan dan minat kekinian dari diri sendiri melalui test
tertulis (peper-and pencil career test) atau program computer untuk
menganalisis keterampilan dan minat.
b. Pemeliharaan arsip (log) pembelajaran dan buku harian (maintain a
learning log or diary) untuk membantu menganalisis keterampilan dan
minat.
c. Tulis sebuah pernyataan visidan misi personal.
d. Kembangkan rencana pengembangan personal (develop a personal
development plan) yang mengidentifikasi kebutuhan dan tujuan belajar
pribadi.
e. Pilih seorang mentor yang dapat membantu dengan dukungan,
saran,dan asistensi arah karir (career direction).
f. Melibatkan diri dalam organisasi-organisasi profesional (become
involved in professionl organizations).
g. Bacalah jurnal-jurnal profesional dan majalah-majalah pendidikan
(reading the professional and educational magazines) untuk tetap
mengikuti perkembangan secara kekinian sesuai dengan bidang tugas.
37


Komputer tidak membuat orang menulis, seperti halnya buku tidak
membuat orang membaca.
54

Mengikuti pemikiran John C. Maxwell yang dikutip Sudarwan
Danim tawaran untuk meningkatkan mutu diri sendiri bagi guru adalah:
a. Jangan takut berbuat kesalahan.
b. Mengubah kehidupan dengan cara mengubah sesuatu yang dikerjakan
keseharian.
c. Merumuskan harapan yang realistik bagi perbaikan diri.
d. Perubahan yang kontinyu untuk perbaikan yang kontinyu.
e. Motifasi penggerak utama, kebiasaan menjaga perjalanannya.
f. Jangan selalu menuntut hasil segera.
g. Fokus .
h. Alokasikan 80 persen waktu kerja berbasis pada kekuatan anda.
55

Trianto dalam bukunya pengantar penelitian pendidikan bagi
pengembngan profesi pendidikan dan tenaga kependidikan menyebutkan
bahwa ada macam macam kegiatan Guru yang termasuk kegiatan
pengembangan profesi yang meliputi:
a. Melaksanakan kegiatan karya tulis ilmiah dibidang pendidikan umumnya
dan pendidikan agama khususnya.
b. Menemukan teknologi tepat guna dibidang pendidikan umumnya dan
pendidikan agama khususnya.
c. Membuat alat peraga/alat pelajaran atau alat bimbingan.

54
Sudarwan

Danim, profesionalisasi dan etika profesi guru, (Bandung: Alfabeta,
2010), 40-41.
55
ibid, 43-48.
38


d. Menciptakan karya seni, baik seni umum maupun karya seni yang
bernafaskan keagamaan.
e. Mengikuti pengembangan kurikulum.
56

Selain tersebut diatas kegiatan pengembangan kompetensi guru
pendidikan agama islam bisa juga dilaksanakan oleh pengawas dengan
dengan cara sebagai berikut:
a. Melaksanakan kegiatan karya tulis ilmiah dibidang pendidikan
umumnya dan pendidikan agama khususnya.
b. Menyusun pedoman pelaksanaan pengawasan sekolah atau madrasah.
c. Menyusun petunjuk teknis pelaksanaan pengawasan sekolah atau
madrasah.
d. Menciptakan karya seni baik seni umum maupun seni yang bernafaskan
keagamaan.
e. Menemukan teknologi tepat guna.
57

Sementara berdasarkan panduan penyusunan portofolio sertifikasi
guru dalam jabatan direktoral jendral pendidikan tinggi departemen
pendidikan nasional 2007, menyebutkan bahwa karya pengembangan profesi,
yaitu suatu karya yang menunjukkan adanya upaya hasil pengembangan
profesi yang dilakukan oleh guru atau pengawas yang komponen karya
pengembangan profesi meliputi:
a. Buku yang dipublikasikan pada tingkat kabupaten/kota, provinsi atau
nasional.

56
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan &
Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana prenada media Group, 2010), 78.
57
Ibid.
39


b. Artikel yang dimuat dalam media jurnal/majalah/bulletin yang tidak
terakreditasi, terakreditasi dan internasional.
c. Menjadi reviwer buku, penulis EBTANAS/UNAS.
d. Modul/buku cetak local yang minimal mencakup materi pembelajaran
selama satu semester.
e. Media/alat pembelajaran dalam bidangnya.
f. Laporan penelitian tindakan kelas (individu, kelompok)
g. Karya teknologi/seni (teknologi tepatguni, patung, rupa, tari, lukis,dan
sastra).
58

Bagi pengawas pendidkan kegiatan pengembangan profesi yang
harus dilakukan pada dasarnya sama dengan guru, perbedaannya hanya pada
sub-unsur menyusun pedoman pelaksanaan pengawasan dan menyusun
petunjuk teknis pelaksanaan paengawasan yang besar angka keriditnya
masing-masing buat tiap kegiatan (pedoman/petunjuk).









58
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan &
Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana prenada media Group, 2010), 79.
40









Tabel 2.1 Kegiatan profesi guru dan angka kreditnya

No Jenis kegiatan pengembangan profesi Jumlah
angka
kredit
41


1 Melaksanakan kegiatan karya tulis/karya ilmiah
dibidang pendidikan
a. Karya tulis hasil penelitian, pengkajian,
survey,dan atau evaluasi dibidang pendidikan
yang dipublikasikan
1) Dlam bentuk buku yang diterbitkan dan
diedarkan secara nasional.
2) Dalam majalah ilmiah yang diakui dalam
departemen pendidikan nasional
b. Karya ilmiah hasil penelitian, hasil pengkajian,
survey dan atau hasil evaluasi dibidang
pendidikan yang tidak dipublikasikan, tetapi
didokumentasikan diperpustakaan sekolah
1) Dalam bentuk buku
2) Dalam bentuk makalah
c. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah
gagasan sendiri dalam bidang pendidikan yang
dipublikasikan.
1) Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan
diedarkan secara nasional
2) Dalam bentuk makalah
d. Makalah berupa tinjauan atau ulasan ilmiah
gagasan sendiri dalam bidang pendidikan yang
tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan
diperpustakaan sekolah
1) Dalam bentuk buku
2) Dalam bentuk makalah
e. Tulisan ilmiah popular dibidang pendidikan dan
kebudayaan yang disebarluaskan melalui media
masa
f. Menyampaikan prasaran berupa tinjauan,
gagasan atau ulasan ilmiah dalam pertemuan
ilmiah.
g. Buku pelajaran atau modul
1) Bertarafnasional
2) Bertaraf provinsi
h. Diktat
i. Mengalih bahaskan buku pelajaran/karya ilmiah
yang bermanfaat bagi pendidikan
Tiap karya




12,5

6



8
4





8

4




8
3,5
2


2,5



5
3
1
2.5
2 Menemukan teknologi tepat guna dibidang
pendidikan
5

3 Menemukan alat pelajaran/alat peraga atau alat
bimbingan yang diakui dan digunakan disekolah,
yang dilakukan
a. Perseorangan
b. Tim, sebagai:

Setiap kali
dilakukan
0,5

42


1) Ketua
2) Anggota
0,3
0,2
4 Menciptakan karya seni monumental/seni
pertunjukan, yang dilakukan :
a. Perseorangan
b. Tim, sebagai:
1) Ketua
2) Anggota


5
3
2
5 Mengikuti pengembangan kurikulum
a. Bersifat pembaruan, sebagai:
1) Ketua
2) Anggota
b. Bersifat penyempurnaan
1) Ketua
2) Anggota


4,5
3,5

3
2


Sumber: Buku Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan
Profesi Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan
59


Menurut Sudarwan Danim pembinaan dan pengembangan
profesionalisme guru dapat melalui berbagai strategi dalam bentuk
pendidikan dan pelatihan maupun bukan pelatihan antara lain:
1. Pendidikan dan pelatihan, yang berupa:
a) in hause training (IHT), yaitu pelatihan yang dilakukan secara
internal dikelompok kerja guru, sekolah atau tempat lain yang
ditetapkan untuk mengyelenggarakan pelatihan
b) program magang adalah pelatihan yang dilaksanakan di dunia kerja
atau industriyang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi
profesional guru

59
Ibid.
43


c) kemitraan sekolah, adalah pelatihan dilakukan antara sekolah yang
baik dengan yang kurang baik atau sekolah negeri dengan swasta
dan sebagainya.
d) belajar jarak jauh, pelatihan ini dapat dilakukan tanpa menghadirkan
instruktur dan peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu,
melainkan pelatihan melalui internet dan sejenisnya.
e) pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus, pelatihan ini dapat
dilaksanakan dilembaga-lembaga yang diberi wewenang, dimana
program disusun secara berjenjang mulai dari jenjang dasar,
menengah, lanjut dan tinggi.
f) Kursus singkat di perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya.
Kursus ini dimaksudkan untuk melatih meningkatkan kemampuan
guru dalam beberapa kemampuan seprti kemampuan melakukan
penelitian tindakan kelas, menyusun karya ilmiah, merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran dan sebagainya.
g) Pembinaan internal oleh sekolah. Pembinaan internal ini dilakukan
oleh kepala sekolah dan guru-guru yang memiliki kewenangan
membina, melalui rapat dinas, rotasi tugas mengajar, pemberian
tugas-tugas internal tambahan, diskusi dengan rekan sejawat dan
sebagainya.
h) Pendidikan lanjut. Pendidikan lanjut juga merupakan alternatif bagi
peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru. Pendidikan ini dapat
dilaksanakan dengan pemberian tugas belajar baik di dalam maupun
44


di luar negeri bag guru yang berprestasi. Dengan pendidikan lanjut
ini akan menghasilkan guru-guru Pembina yang dapat membatu guru
lain untuk pengembangan profesinya.
2. Kegiatan selain pendidikan dan pelatihan
a. Diskusi masalah-masalah pendidikan. Diskusi dilakuakn secara
berkala dengan topik sesuai dengan masalah yang dialami di
sekolah. Dengan diskusi berkala diharapkan guru dapat memecahkan
masalah yang dihadapinya yang berkaitan dengan proses
pembelajaran ataupun masalah peningkatan kompetensi dan
pengembangan karirnya.
b. Seminar. Kegiatan ini memberikan peluang kepada guru untuk
berinteraksi secara ilmiah dengan kolega seprofesinya dalam upaya
peningkatan kualitas pendidikan.
c. Workshop. Workshop dilakuakn untuk menghasilkan produk yang
bermanfaat bagi pembelajaran, peningkatan kompetensi maupun
pengembangan karirnya.
d. Penelitian. Penelitian dapat dilakukan dalam bentuk penelitian
tindakan kelas, penelitin eksperimen ataupun jenis yang lain dalam
rangka peningkatan mutu pembelajaran.
e. Penulisan buku/bahan ajar. Bahan ajar yang ditulis guru dapat
berupa diktat, buku pelajaran ataupun buku dalam bidang
pendidikan.
45


f. Pembuatan media pembelajaran. Media pembelajaran dapat
berbentuk alat peraga, alat peraga sederhana, maupun bahan ajar
elektronik ataupun animasi pembelajaran.
g. Pembuatan karya teknologi/karya seni. Karya teknologi/karya seni
yang dibuat guru dapat berupa karya yang bermanfaat bagi
masyarakat ataupun pembelajaran serta karya seni yang bernilai
estetika yang diakui masyarakat.

















46




BAB III
KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI MTs PGRI SELUR NGRAYUN PONOROGO TAHUN 2012

A. Gambaran Umum MTs PGRI Selur Ngrayun Ponorogo
1. Letak Geografis
Madrasah tsanawiyah PGRI Selur berada di jalan Jendral
Sudirman no. 17 desa Selur kecamatan Ngrayun kabupaten Ponorogo.
Madrasah ini memiliki letak yang strategis karena berada dipusat desa
Selur berdekatan dengan balai desa, Sekolah Dasar Negeri Selur 1 dan
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 ngrayun yang terletak di jalan raya yang
dilalui angkutan umum jurusan Trenggalek.
Dengan dukungan letak yang strategis dan mudahnya akses
transportasi dan publikasi madrasah relatif meluas dan merata
dimasyarakat sekitarnya, maka madrasah ini diminati anak-anak yang
berada disekitar radius km dari madrasah. Kondisi yang strategis ini
menjadi salah satu sebab semakin meningkatnya peminat untuk sekolah di
madrasah ini. Pada tahun 2008/2009 peminat sekolah ini juga berasal dari
desa Temon dengan radius 3 km, sedangkan tahun 2009/2010 terjadi
peningkatan hingga radius 5 km, bahkan sekarang semakin meluas lagi.


45
47


2. Sejarah Singkat
Berdirinya MTs PGRI Selur ini didorong oleh pemikiran-
pemikiran tokoh-tokoh pendidikan dan agama Islam waktu itu yang
menginginkan pengembangan agama Islam di Desa Selur dan sekitarnya.
Hal ini dikarenakan pada masa itu penduduk Desa Selur dan sekitarnya
berdasarkan catatan kependudukan semua beragama Islam, namun
sebagian besar masih awam dalam masalah agama.
Kenyataan ini menumbuhkan inspirasi para tokoh agama Islam
yang nota bene adalah guru-guru Agama Islam yang berasal dari luar
Kecamatan Ngrayun yang bernaung di bawah Departemen Agama yang
kebetulan saat itu bertugas di Desa Selur. Berawal dari peran serta mereka
inilah MTs PGRI Selur didirikan.
MTs PGRI Selur didirikan tahun 1975, yang waktu itu bernama
PGA 4 tahun. Dalam perjalanannya pada tahun 1979 PGA 4 tahun diubah
menjadi MTs Subullul Huda. Di bawah yayasan Subullul Huda
perkembangnnya agak tersendat-sendat, bahkan boleh dikatakan hampir
mati. Hal ini dapat dibuktikan dengan jumlah siswanya yang semakin hari
semakin sedikit. Sehingga pada tahun 1985 bergabung ke PGRI.
Bergabungnya MTs Subullul Huda ini ke yayasan PGRI sekaligus
mengubah namanya menjadi MTs PGRI Selur.
60

Adapun tokoh-tokoh yang mendirikan MTs PGRI Selur antara
lain adalah :

60
Transkip wawancara kode 01/W/F-2/30-II/2013
48


a. Hadi Sutarjo
b. Drs. Moh Supadjar, M.Si.
c. Irfan Suharso
d. Moh Zaenuri
e. L. Soelasno
f. Roesdi
g. T. Soenarjo
h. S. Soelarsono
i. Sutikno, B.A.
Tokoh-tokoh di atas setelah menyepakati pendidirian madrasah
tersebut berkoordinasi dengan Depag Ponorogo, yang waktu itu
dipimpin oleh Bapak Mahmud Suyuti. Atas restu beliaulah akhirnya
madrasah ini berdiri, dan tetap eksis memperjuangkan pendidikan dan
syiar Islam sampai saat ini.

3. Visi, Misi Dan Tujuan.
Dalam suatu lembaga tentunya memiliki visi dan misi yang inigin
dicapai. Adapun visi madrasah tsanawiyah PGRI Selur adalah Berbudi
Pekerti Luhur, Cerdas Dan Terampil Berdasarkan Iman Dan Taqwa
dengan indikator sebagai berikut:
a. Mampu menguasai dan menerapkan nilai agama dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Tercapainya ketuntasan dalam penguasaan akademik dan life skill.
49


c. Terwujudnya perilaku baik dan berbudi luhur.
d. Terwujudnya kepercayaan dari masyarakat dan instansi lainnya.
Adapun untuk misi dari madrasah tsanawiyah PGRI selur adalah:
a. Melaksanakan program pembelajaran dan bimbingan secara aktif,
inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
b. Memberikan keleluasaan berkembang dan berkreasi siswa dalam wadah
kegiatan intra maupun ekstrakurikuler.
c. Menciptakan lingkungan sekolah yang bersih teratur dan nyaman.
d. Menumbuh kembangkan sikap dan amaliah keagamaan Islam melalui
kegiatan keagamaan di madrasah.
e. Membiasakan budaya 3 S; senyum, salam dan sapa.
f. Menerapkan manajemen partisipasif dengan melibatkan warga
madrasah dan komite sekolah serta instansi terkait.
g. Adapun tujuan dari madrasah tsanawiyah PGRI Selur adalah Mencetak
generasi yang mampu memadukan antara IQ, EQ dan SQ dalam
menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
61


4. Struktur Organisasi
Adapun struktur kepengurusan yang berada di MTs PGRI selur
adalah sebagai berikut:
a. Kepala sekolah: Seni Subroto, S.Pd.I
b. Waka Humas: Bambang Sudarso

61
Dokumentasi Rencana Kerja Madrasah Tsanawiyah PGRI Selur 2010/2011 s/d
2012/2013, 9.
50


c. Waka Sarpras: Gumbrek, S.Pd
d. Waka kurikulum: Moh Nihban, SE
e. Waka Kesiswaan: Suprianto, S.Pd
f. Kepala Perpustakaan: Didik Maryani, S.Pd
g. Kepala Lab Komputer: Dwi Isnu, S.Pd
h. Kepala Lab IPA: Endar Setyo Susilo, S.Pd

5. Guru
Guru MTs PGRI selur sejumlah 15 guru, dengan keterangan guru
Pegawai Negeri Sipil diperbantukan 1 orang, guru tetap yayasan 9 orang
dan guru tidak tetap 5 orang.
62

Tabel 3.1 Data guru MTs PGRI Selur tahun 2012-2013
No Nama Pendidikan Maple yang diampu
1 Seni subroto, S.Pd.I S1 Fikih
2 Bambang Sudarso SMEA Penjaskes
3 Panut, S.Pd.I S1 PKN
4 Gumbrek, S.Pd.I S1 Bahasa Arab
5 Didik Maryani, S.Pd S1 Bahasa Indonesia
6 Moh Nihban, SE S1 Matematika
7 Suparmi, S.Pd S1 Matematika
8 Dwi Isnu, S.Pd S1 TIK
9 Suratno, S.Pd S1 Bahasa Jawa
10 Suprianto, S.Pd S1 SKI
11 Endar Setyo Susilo, S.Pd S1 IPA
12 Mochamad Lukito, S.Pd S1 IPS
13 Katini, S.Pd S1 Kesenian
14 Katimin SLTA Tartil
15 Choirul Anwar SLTA Bahasa Inggris



62
Dokumentasi Profil Madrasah Tsanawiyah PGRI Selur Tahun Pelajaran 2012-
2013
51


6. Sarana dan prasarana keadaan siswa
Suatau proses pendidikan tidak mungkin berjalan tanpa adanya
sarana dan prasarana yang memadai, karena sarana dan prasarana
merupakan kebutuhan yang sangat fital yang akan menentukan berhasil
dan tidaknya suatu pendidikan dan pengajaran. Adapun sarana dan
prasarana serta keadaan siswa yang ada di MTs PGRI Selur dapat dilihat
dalam tabel 3.2 dan tabel 3.3.
















52


Tabel 3.2 Sarana dan prasarana MTs PGRI Selur tahun 2012- 2013
No Nama sarana/prasarana sekolah Jumlah
1 Ruang kelas 6
2 Perpustakaan 1
3 R lab IPA 1
4 R Lab Komputer 1
5 R Pimpinan 1
6 R Guru 1
7 R tata Usaha 1
8 R konseling 1
9 Tempat Beribadah 1
10 UKS 1
11 Jamban 6
12 Gudang 1
13 Ruang Organisasi Kesiswaan 1
14 Computer 18
15 Meja siswa 66
16 Kursi siswa 100
17 Papan tulis 6
18 Kursi pengajar 6
19 Meja pengajar 6
20 Lemari pengajar 6
21 Buku Quran hadits 10
22 buku Aqidah Akhlaq 10
23 Buku fiqih 10
24 Buku bhs arab 10
25 Buku SKI 10
26 Buku PPKN 5
27 Buku bhs Indonesia 178
28 Buku bhs Inggris 178
29 Buku matematika 178
30 Buku IPA 178
31 Buku IPS 15

Tabel 3.3 Data keadaan siswa MTs PGRI selur Tahun 2012-2013
No Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah
Jml Rombel Jml Rombel Juml rombel
1 40 2 48 2 48 2 136

53


B. Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam MTs PGRI
Selur Tahun 2012
Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pendidik guru
harus memiliki seperangkat pengetahuan dan ketrampilan yang harus dikuasai
sebagai bekal dalam menjalankan tugasnya sehingga dapat tercapai secara
optimal. Kompetensi guru diperlukan dalam rangka mengembangkan dan
mengaktualisasikan perilakunya sebagai pendidik, serta merupakan
penggabungan dan aplikasi suatu keterampilan dan pengetahuan yang saling
bertautan dalam bentuk perilaku nyata. Posisi guru yang sangat penting
menuntutnya untuk memperdalam wawasan dan pengetahuan serta
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi agar dapat mewujudkan
eksistensinya sebagai agent pembaharu dalam dunia pendidikan.
Berpijak dari hasil penelitian yang telah diperoleh penulis dari
beberapa informan bahwa keadaan kompetensi profesional guru di MTs
PGRI selur tahun 2012-2013 dapat dikatakan kurang berkompeten. Hal ini
dapat dilihat dari seluruh data guru berpendidikan S1, sebagian dari mereka
masih dalam proses menempuh gelar S-1, yakni dari 15 guru 3 orang guru
yang masih dalam proses menempuh gelar S-1.
63

Adapun untuk guru Pendidikan Agama Islam yang berjumlah 4
orang terdapat 1 orang yang masih menempuh pendidikan S-1. Begitu juga
dari hasil penelitian dalam hal kompetensi, guru MTs PGRI Selur dalam
mengajar belum sepenuhnya sesuai dengan keahlian dalam bidangnya

63
Transkip Wawancara Kode 02/W/F-2/30-II/2013
54


masing-masing. Hal ini terbukti dengan adanya salah satu guru Pendidikan
Agama Islam yang tidak berkualifikasi akademik Pendidikan Agama Islam
tetapi mengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
64

Dalam melaksanakan proses belajar mengajar, belum semua guru
guru Pendidikan Agama Islam di MTs PGRI Selur mempersiapkan apa
yang dibutuhkan dan diperlukan sebelum dan selama proses pembelajaran
seperti, rencana perangkat pembelajaran, menyusun persiapan
pembelajaran dan menggunakan media pembelajaran dengan tepat. Hal ini
disebabkan lemahnya pemahaman guru terkait kurikulum, silabus, rencana
perangkat pembelajaran dan sebagainya.
65

Menurut bapak Seni Subroto, S.Pd.I selaku kepala madrasah
mengatakan bahwa guru Pendidikan Agama Islam di MTs PGRI Selur
jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain masih jauh dari kata
berkompeten, hal ini ditunjukkan dengan sifat profesional guru yang masih
kurang, lemahnya kemampuan dalam pengelolaan dan pengevaluasian
proses pembelajaran secara rutin.
66

Menurut hasil wawancara dengan seorang guru Pendidikan
Agama Islam di MTs PGRI Selur, bahwa keberadaan guru Pendidikan
Agama Islam di MTs PGRI Selur sudah baik karena mereka sudah mampu
menempatkan dirinya sebagai seorang pendidik yang bertanggung jawab
dalam pengajaran dan pendidikan moral.
67
Hal ini diperkuat oleh salah

64
Ibid
65
Dokumen Rencana kerja MTs PGRI selur tahun 20101/2011 s.d 2013-2014,35.
66
Transkip wawancara kode 02/W/F-2/30-II/2013
67
Transkip wawancara kode 04/W/F-4/17-III/2013
55


seorang peserta didik yang memberikan keterangan bahwa banyak guru
atau pendidik yang dijadikan panutan dalam tingkah laku kehidupan sehari
hari oleh anak didiknya.
68
Melihat kenyataan dilapangan seperti di atas
bisa disimpulkan bahwasannya tujuan pendidikan nasional sudah tercapai
yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa
dan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap kreatif dan mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab meskipun jika ditinjau dari segi
kualifikasi akademik belum terpenuhi.
Dari hasil observasi yang penulis lakukan pada kegiatan
pengajaran yang dilakukan di ruang kelas VIII pada pelajaran PAI
menunjukkan bahwasannya guru sudah mampu menjalankan fungsinya
dengan baik, mereka tidak hanya sebagai subyek yang mentransfer
pengetahuannya kepada peserta didik, melainkan mereka juga melakukan
tugas-tugas sebagai fasilitator, motivator dan administrator pada proses
pembelajaran namun masih memiliki masalah terkait perangkat
pembelajaran dan masalah evaluasi proses pembelajaran.
69

Penguasan materi pelajaran merupakan suatu hal yang wajib bagi
seorang guru, hal ini diaksudkan untuk mempermudah memberikan
pemahaman materi pelajaran kepada peserta didik sebagaimana yang

68
Transkip Wawancara kode 05/W/F-5/20-III/2013
69
Data observasi kode 01/0/F-1/28-II/2013.
56


dilakukan oleh salah seorang guru mata pelajaran Bahasa Arab, karena
kemampuan peserta didik yang berbeda-beda maka guru tersebut harus
menerangkan materi pelajarannya dengan berulang-ulang sampai peserta
didik memahaminya.
70
Dari keterangan diatas maka sudah bisa dikatakan
bahwa guru Pendidikan Agama Islam diMTs PGRI Selur sudah
sepenuhnya menguasai bahan materi dan pola fikir ilmu-ilmu yang relevan
dengan pelajaran Pendidikan Agama Islam.

C. Problematika Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Pendidikan
Agama Islam di MTs PGRI Selur Tahun 2012
Dalam proses pengajaran guru sangat dibutuhkan untuk
membimbing, mengarahkan dan memberikan sesuatu yang berguna bagi
peserta didik. Keberadaan guru sangat penting dalam proses belajar mengajar,
dimana guru merupakan salah satu komponen yang sangat berperan dalam
mengantarkan anak didiknya untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditentukan.
Lemahnya kemampuan guru dalam merancang, memproses dan
mengevaluasi pembelajaran, pemanfaatan waktu jam pelajaran yang kurang
optimal, sumber dana pengembangan yang hanya tergantung dana bantuan
oprasional sekolah, sebagian guru belum memiliki perangkat pembelajaran
yang lengkap, belum adanya pedoman teknik penilaian pembelajran dan
belum adanya program perbaikan dan pengayaan dalam pembelajaran

70
Ibid.
57


merupakan problem yang dihadapi terkait kompetensi profesional guru
Pendidikan Agama Islam MTs PGRI Selur.
71

Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis akan memaparkan
problematika pengembangan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama
Islam di MTs PGRI Selur tahun 2012. Berdasarkan hasil wawancara yang
penulis lakukan, dalam program pengembangan kompetensi profesional guru
Pendidikan Agama Islam mengalami kendala sebagaimana menurut bapak
Suprianto bahwa:
Untuk mengembangkan kompetensi para guru kami kesulitan
masalah waktu mas, karena mayoritas guru disini berasal dari daerah
ngrayun saja, selain mereka mengajar tetapi mereka punya kesibukan
sendiri-sendiri dirumah, ada yang bertani, ngopeni kambing dan
sebagainya. Panjenengan kan tau sendiri bahwasannya berapa honor
disini sehingga kalau untuk biaya sehari-hari kalau hanya
mengandalkan itu saja tidak cukup, jadi harus punya sampingan
yang lain
72


Salah satu masalah dalam pengembangan kompetensi profesional
diatas adalah kurangnya honor atau gaji yang diperoleh, sehingga pendidik
harus mencari pekerjaan lainnya sebagai penunjang kebutuhan sehari-hari.
Bapak seni subroto mengatakan bahwa:
karena masalah itu mas kami kesulitan kalau ada pelatihan dikota
atau diluar kota, ketika mereka ditari siap apa tidak mereka akan
bertanya berapa hari gitu mas, kalau pelatihannya lebih dari satu hari
maka banyak yang tidak siap karena lagi-lagi ya itu mas dirumah
punya tanggungan ngopeni wedus jadi ya mau bagaimana lagi.
73


Selanjutnya salah seorang guru Quran Hadits bahwa keberadaan
seorang guru yang berpengalaman sangat dibutuhkan di madrasah ini, dengan

71
Dokumentasi Rencana Kerja Madrasah Tsanawiyah PGRI Selur 2010/2011 s/d
2012/2013
72
Transkip wawancara kode 04/W/F-4/30-II/2013
73
Transkip wawancara kode 04/W/F-4/10-III/2013
58


harapan akan mampu memberikan pengaruh positif terutama dalam bidang
penambahan pengetahuan melalui teman sendiri.
Kita lebih enak kalau ada temen sendiri yang mampu dan mau
menjadi pembimbing pelatihan-pelatihan untuk mengembangkan
kompetensi profesional, dengan begitu kami bisa mengadakan
diskusi atau pelatihan kecil-kecilan disekolah ataupun sambil
anjangsana dirumah guru-guru sini
74


Kurangnya buku penunjang untuk pengembangan kompetensi
prfesional guru Pendidikan Agama Islam merupakan juga salah satu problem
yang dihadapi madrasah untuk meningkatkan kompetensi para guru.
Berdasarkan keterangan beberapa guru bahwa bisa dikatakan tidak ada terkait
buku yang disediakan perpustakaan sekolah untuk referensi pengembangan
kompetensi guru PAI. Buku-buku tentang pengembangan kompetensi
profesional tidak ada jadi bapak ibu guru beli sendiri kalau buku-buku
tersebut, adanya buku-buku paket untuk siswa
Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari dokumentasi program
kerja madrasah terkait standar pendidik dan kependidikan ada beberapa
problematika dalam pengembangan kompetensi profesional diantaranya yaitu
madrasah belum memiliki dokumen struktur organisasi pembagian tugas dan
mekanisme kerja madrasah yang siap dimplementasikan, kurikulum madrasah
yang belum memiliki ciri khas yang berbeda dari madrasah lain, siswa belum
memiliki kemampuan yang diharapkan pada setiap mata pelajaran dan

74
Transkip Wawancara kode 05/W/F-5/20-III/2013
59


kegiatan yang berlangsung delapan jam dalam sehari belum berjalan secara
efektif.
75

Guru Pendidikan Agama Islam MTs PGRI Selur selama
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik mayoritas belum mengadakan
penelitian untuk meningkatkan keprofesionalannya. Selain itu lemahnya
minat baca yang dimiliki guru di MTs PGRI Selur juga merupakan problem
yang mendasar yang harus dirubah.
76


D. Upaya Mengatasi Problematika Pengembangan Kompetensi Guru
Pendidikan Agama Islam di MTs PGRI Selur Tahun 2012.
Agar pendidikan dapat berjalan secara efektif dan efisien guru
dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis
maupun isinya. Namun jika kita dalami lagi dari kandungan kompetensi
sebagaimana yang disampaikan para ahli maupun kebijakan pemerintah,
kiranya untuk menjadi guru yang berkompeten bukanlah sesuatu yang mudah,
karena untuk meningkatkan kompetensi guru diperlukan upaya yang
sungguh-sungguh dan komperhensif.
Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kompetensi
profesional guru Pendidikan Agama Islam di MTs PGRI Selur sebagaimana
yang dikatakan oleh bapak seni subroto adalah:
untuk mengatasi masalah tentang kualifikasi akademik kami
mewajibkan untuk guru yang belum mendapak kualifikasi akademik
S1, kami mewajibkan untuk menempuhnya mas, jadi sekarang guru-

75
Dokumentasi Rencana Kerja Madrasah Tsanawiyah PGRI Selur 2010/2011 s/d
2012/2013.
76
03/W/F-3/06-III/2013
60


guru yang belum mendapat kualifikasi S1 alhamdulillah sudah dalam
proses, selain itu kami mengadakan pelatihan untuk memperkaya
pemahaman guru terkait perangkat pembelajaran meskipun belum
bisa berjalan secara rutin. Selain itu kami mendelegasikan guru-guru
pendidikan agama islam untuk mengikuti pelatihan yang diadakan
oleh sekolah lain atau instansi terkait.
77


Selanjutnya untuk mengatasi problematika yang dihadapi dalam
pengembangan kompetensi profesional sebagaimana disebut diatas sekolah
mengadakan forum diskusi setelah pelatihan diluar dengan tujuan
menyampaikan hasil dari pelatihan tersebut sehingga guru yang tidak ikut
pelatihan bisa mendapat tambahan wawasan guru yang baru saja mengikuti
pelatihan diluar. Salah seorang guru Pendidikan Agama Islam menjelaskan:
biasnya setelah teman-teman mengikuti pelatihan diluar, ada
semacam laporan pertanggungjawaban mas, jadi yang mengikuti
pelatihan tersebut berkewajiban menyampaikan hasil pelatihan
tersebut kepada teman-teman yang lain sehingga yang mendapatkan
pengalaman bukan saja yang ikut pelatihan tetapi juga yang tidak
ikut, kan sama saja mas semua mendapatkan manfaat
78


Terkait tidak tersedianya buku-buku penunjang untuk
pengembangan kompetensi profesional sekolah mengambil langkah dengan
pengadaan buku-buku yang menunjang untuk pegembangan kompetensi
profesional guru, meskipun belum ada target yang jelas dalam satu semester
perpustakaan harus mengadakan berapa buah buku.
Mengikuti MGMP (musyawarah guru mata pelajaran) menjadi salah
satu langkah untuk mengatasi problem yang dihadapi guru Pendidikan Agama
Islam untuk mengembangkan kompetensi profesionalnya. musyawarah guru

77
Transkip wawancara kode 04/W/F-4/30-II/2013
78
Transkip Wawancara Kode 07/W/F-7/03-IV/2013
61


mata pelajaran bertujuan untuk menyatukan terhadap kekurangan konsep
makna dan fungsi pendidikan serta pemecahannya terhadap kekurangan yang
ada. Disamping itu juga untuk mendorong guru MTs PGRI Selur melakukan
tugas dengan baik.
Bapak Katimin salah seorang guru Pendidikan Agama Islam di MTs
PGRI Selur yang menyatakan bahwa:
selain mengikuti musyawarah guru mata pelajaran untuk
meningkatkan kompetensi profesional itu bisa mengikuti seminar,
pelatihan, workshop, dan penataran serta memperluas wawasan
dengan membaca dan mengakses berbagai informasi pendidikan
melalui media internet.
79


Adapun beberapa upaya kepala sekolah dalam rangka untuk
mengatasi problematika pengembangan kompetensi profesional guru
Pendidikan Agama Islam sebagaimana penjelsan dari bapa kepala Madrasyah
di bawah ini:
Langkah yang diambil dalam menanggulangi problematika diatas
sebagai kepala sekolah diantaranya adalah melakukan supervisi mas,
jadi kami mengadakan layanan atau bantuan kepada guru yang
memiliki masalah, sehingga setelah adanya supervise ini mampu
memecahkan masalah yang dihadapi guru.dan kami selalu
mendukung ide-ide baru dari guru demi perubahan yang baik dan
juga tidak lupa mengadakan rapat guru untuk membahas masalah
pros pembelajaran yang disebut dengan Rapat Dewan Guru

Mengadakan rapat untuk membahas masalah proses pembelajaran
sangat penting dilakukan oleh kepala sekolah, hal ini dimaksudkan
mengetahui persoalan-persoalan yang dihadapi guru dalam proses
pembelajaran. Persoalan yang dihadapi guru mungkin akan bisa mendapatkan
solusi dari guru lain atau kepala sekolah dari forum tersebut. Juga

79
Transkip Wawancara kode 07/W/F-7/03-IV/2013
62


mengevaluasi program yang telah dilakukan dan merencanakan program yang
akan dilaksanakan selanjutnya. Masukan-masukan untuk kepala sekolah juga
dibahas dari forum ini.





















63




BAB IV
PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL
GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs PGRI SELUR TAHUN
2012
A. Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam di MTs PGRI
Selur Tahun 2012
Pada era globalisasi seperti saat ini guru memiliki tugas dan fungsi
yang lebih kompleks sehingga perlu memiliki dan menguasai kompetensi dan
sikap profesional. Kompetensi guru lebih bersifat personal dan kompleks
serta merupakan suatu kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi
yang mencakup pengetahuan keterampilan sikap dan nilai yang dimiliki
seorang guru terkait dengan profesinya sebagai seorang pendidik di sekolah.
Kompetensi guru diberlakukan dalam rangka mengembangkan dan member
suritauladan perilaku pendidikan. Kompetensi guru bukan sekedar
mempelajari keterampilan mengajar tertentu, tetapi merupakan pembangunan
dan aplikasi suatu keterampilan dan pengetahuan yang saling bertautan dalam
perilaku yang nyata.
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di MTs PGRI Selur
secara umum bahwa kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam
masih kurang, hal ini sepintas dapat diketahui dari guru yang mengajar mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah belum semuanya memiliki standar
62
64


kwalifikasi akademik S1,dari 4 orang guru Pendidikan Agama Islam masih
ada satu orang yang masih dalam proses untuk memperoleh gelar S1. tidak
semua guru Pendidikan Agama Islm memiliki latar belakang pendidikan yang
sesuai dan masih ada masalah terkait perangkat pembelajaran yang dihadapi
oleh guru.
Kenyataan lapangan diatas kurang sesuai dengan undang-undang
guru dan dosen pasal 9 yang menyatakan bahwa kualifikasi pendidikan guru
dijenjang pendidikan menengah diperoleh melalui pendidikan tinggi program
sarjana atau S1dan diploma empat atau D4. Ketentuan tersebut bermakna
bahwa kelayakan profesi seorang guru baru dapat diakui apabila ia telah
berlatar belakang pendidikan yang setingkat dengan D4 atau S1. Selanjutn
pasal 29 Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2007 menjelaskan bahwa masing-
masing guru pada jenis dan jenjang pendidikan yang dikelola untuk
pendidikan pada SMP atau MTs harus memiliki kualifikasi pendidikan
minimalS1/ D4 yang berlatar pendidikan tinggi yang sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkan.
80

Meskipun guru Pendidikan Agama Islam memiliki beberapa masalah,
namun demikian mereka tidak tinggal diam, tetapi senantiasa untuk
meningkatkan kompetensi profesionalnya. Karena guru merupakan sosok
yang sangat menentukan keberhasilan kegiatan pembelajaran di sekolah.
Guru yang berkualitas akan sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran. Hal
ini merupakan salah satu bukti betapa pentingnya peran guru dalam menata

80
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan &
Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana prenada media Group, 2010)44-45.
65


isi sumber belajar, mengelola proses pembelajaran dan melakukan penilaian
yang dapat memfasilitasi terciptanya keberhasilan tujuan pendidikan nasional.
MTs PGRI Selur senantiasa menginginkan agar personil-personilnya
melaksanakan tugas secara optimal dan menyumbangkan segenap
kemampuannya untuk kepentingan organisasi, serta bekerja lebih baik dari
hari ke hari. Di samping itu guru sendiri sebagai manusia, juga membutuhkan
peningkatan dan perbaikan pada dirinya termasuk dalam tugasnya.
Sehubungan dengan hal itu fungsi pembinaan dan pengembangan guru
merupakan fungsi yang mutlak perlu untuk memperbaiki, menjaga dan
meningkatkan kinerja guru.

B. Problematika Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Pendidikan
Agama Islam di MTs PGRI Selur Tahun 2012
Rendahnya mutu pendidikan khususnya pembelajaran Indonesia
merupakan cerminan rendah atau kurangnya mutu profesionalitas guru dalam
melaksanakan dan mempertanggung jawabkan pembelajaran. Berdasarkan
hasil penelitian yang penulis dapat secara garis besar problematika
pengembangan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di MTs
PGRI Selur adalah sebagai berikut:
1. Lemahnya kemampuan guru dalam merancang dan memproses perangkat
pembelajaran.
Sebagai tenaga profesional guru yang tugas utamanya adalah
merancang, melaksanakan, memproses dan mengevaluasi pembelajaran
66


harus memiliki keahlian terkait hal tersebut karena jika seorang guru tidak
memiliki ketrampilan diatas maka akan bertentangan dengan tugas dan
kewajiban guru. UU no 14 tahun 2005 pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa
guru adalah pendidik profesuonal dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar dan pendidikan menengah.
2. Kesibukan guru diluar sekolah yang padat, kesibukan guru diluar sekolah
yang padat
Selain menjadi pendidik di MTs PGRI Selur, mayoritas guru
Pendidikan Agama Islam memiliki kesibukan dirumah. Hal ini dilakukan
untuk menopang kebutuhan sehari-hari yang apabila hanya mengandalkan
gaji dari madrasyah saja tidak cukup. Berdasarkan hasil rekomendasi
UNESCO/ILO tahun 1966 tentang status guru gaji guru hendaklah
menyediakan alat bagi guru untuk menjamin suatu standar kehidupn yang
layak bagi mereka sendiri dan keluarganya, demikian pula untuk
menabung bagi kepentingan pendidikan lanjut atau pelaksanaan kegiatan-
kegiatan budaya juga meningkatkan kualifikasi profesionalnya.
81

3. Keterbatasan buku-buku penunjang pengembangan kompetensi
profesional guru Pendidikan Agama Islam yang disedikan sekolah.
Buku adalah gudang ilmu, membaca adalah kuncinya, buku
adalah jendela dunia, pepatah tersebut sudah tidak asing lagi ditelinga

81
Sudarwan

Danim, profesionalisasi dan etika profesi guru, (Bandung: Alfabeta,
2010),92.
67


sering kita dengar dari masa kecil hingga sekarang. Buku merupakan salah
satu media yang dapat digunakan untuk pengembangan kompetensi
profesional dengan sendiri. Hal ini karena buku bisa dibaca kapan saja
tidak terikat waktu dan tempat. Selagi ada keinginan maka guru bisa
membaca untuk tujuan pengembangan kompetensi profesinal guru
Pendidikan Agama Islam.
4. Mayoritas guru belum pernah mengadakan penelitian tindakan kelas.
Berbagai kegiatan ilmiah seharusnya dilakukan untuk
mengembangkan kompetensi profesional guru, salah satu saran penting
untuk mengembangkan kompetensi yaitu melalui penelitian baik menggali
ataupun memverivikasi teori.
82
Belum pernah melakukan penelitan
merupakan salah satu problem yang dialami guru Pendidikan Agama Islam
di MTs PGRI Selur, hal tersebut harus segera diatasi karena penelitian
merupakan salah satu cara yang efektif untuk melakukan pengembangan
kompetensi profesional.

C. Upaya mengatasi problematika pengembangan kompetensi guru
Pendidikan Agama Islam di MTs PGRI Selur tahun 2012
Guru Pendidikan Agama Islam sebagai tenaga pendidik formal
disekolah memiliki tanggung jawab yang tidak ringan, karena sebagai
tonggak utama penentu keberhasilan tujuan pendidikan keagamaan yang
berada dibawah naungan lembaga pendidikan harus mampu mewujudkan

82
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan &
Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana prenada media Group, 2010),3.
68


tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya kompetensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa. Guru Pendidikan Agama
Islam sebagai orang yang berilmu pengetahuan bertugas tidak hanya
mentransfer ilmu pengetahuan saja, tetapi juga menyangkut perkembangan
kemampuan yang bersifat hablu minaulloh wa habluminannas dan memiliki
tanggung jawab terhadap dirinya sendiri untuk selalu mengembangkan
kompetensinya sehingga akan mampu mengimbangi perkembangan teknologi
modern.
Upaya guru Pendidikan Agama Islam untuk mengatasi problematika
pengembangan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam di MTs PGRI
Selur antara lain melalui kegiatan pendidikan, pelatihan, mengikuti seminar,
penataran, workshop dan pelatihan serta menambah wawasan sendiri dengan
cara membaca buku/media cetak dan mencari informasi melalui akses internet
yang ada.
Selain itu guru Pendidikan Agama Islam di MTs PGRI Selur
mengikuti kegiatan MGMP, yang mana merupakan suatu forum atau wadah
profesional guru mata pelajaran yang berada pada suatu wilayah
kabupaten/kota/kecamatan/sanggar/gugus sekolah. Ruang lingkupnya
meliputi guru mata pelajaran pada sekolah menengah dan atas baik Negeri
dan Swasta, baik yang berstatus PNS maupun swasta. Prinsip kerjanya
adalah cerminan kegiatan dari, oleh, dan untuk guru dari semua sekolah.
Atas dasar ini, maka MGMP merupakan organisasi nonstruktural yang
69


bersifat mandiri, berasaskan kekeluargaan, dan tidak mempunyai hubungan
hierarkis dengan lembaga lain.
Dengan mengikuti MGMP maka diharapkan akan menjadi sebuah
solusi untuk problematika pengembangan kompetensi profesional guru
Pendidikan Agama Islam di PGRI Selur. Karena hal tersebut sesuai dengan
apa yang menjadi tujuan, peran dan fungsi MGMP. Adapun tujuan
didirikannya MGMP menurut Trisno Widodo dalam artikel yang berjudul
pemberdayaan MGMP adalah:
1. Untuk memotivasi guru guna meningkatkan kemampuan dan keterampilan
dalam merencanakan, melaksanakan, dan membuat evaluasi program
pembelajaran dalam rangka meningkatkan keyakinan diri sebagai guru
profesional
2. Untuk meningkatkan kemampuan dan kemahiran guru dalam
melaksanakan pembelajaran sehingga dapat menunjang usaha peningkatan
dan pemerataan mutu pendidikan
3. Untuk mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dan dialami oleh guru
dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari solusi alternatif
pemecahannya sesuai dengan karakteristik mata pelajaran masing-masing,
guru, kondisi sekolah, dan lingkungannya
4. Untuk membantu guru memperoleh informasi teknis edukatif yang
berkaitan dengan kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan
kurikulum, metodologi, dan sistem pengujian yang sesuai dengan mata
pelajaran yang bersangkutan
70


5. Untuk saling berbagi informasi dan pengalaman dari hasil lokakarya,
simposium, seminar, diklat, classroom action research, referensi, dan lain-
lain kegiatan profesional yang dibahas bersama-sama
6. Untuk menjabarkan dan merumuskan agenda reformasi sekolah (school
reform), khususnya focus classroom reform, sehingga berproses pada
reorientasi pembelajaran yang efektif.
83

Selanjutnya Trisno Widodo menjelaskan peran MGMP adalah
sebagai berikut:
1. Reformator dalam classroom reform, terutama dalam reorientasi
pembelajaran efektif
2. Mediator dalam pengembangan dan peningkatan kompetensi guru,
terutama dalam pengembangan kurikulum dan sistem pengujian
3. Supporting agency dalam inovasi manajemen kelas dan manajemen
sekolah
4. Collaborator terhadap unit terkait dan organisasi profesi yang relevan
5. Evaluator dan developer school reform dalam konteks MPMBS; dan
6. Clinical dan academic supervisor, dengan pendekatan penilaian
appraisal.
84

Berdasarkan tujuan dan peran di atas, maka berikut ini adalah
beberapa fungsi MGMP, yaitu:

83
http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/15/memberdayakan-mgmp-457462.html
84
Ibid.
71


1. Menyusun program jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek
serta mengatur jadwal dan tempat kegiatan secara rutin
2. Memotivasi para guru untuk mengikuti kegiatan MGMP secara rutin, baik
di tingkat sekolah, wilayah, maupun kota
3. Meningkatkan mutu kompetensi profesionalisme guru dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengujian/evaluasi pembelajaran di kelas, sehingga
mampu mengupayakan peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan di
sekolah
4. Mengembangkan program layanan supervisi akademik klinis yang
berkaitan dengan pembelajaran yang efektif
5. Mengembangkan silabus dan melakukan Analisis Materi Pelajaran (AMP),
Program Tahunan (Prota), Program Semester (Prosem), Rencana Pelajaran
(RPP), dan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), (Modifikasi RPP dengan
memasukan pendidikan karakter bangsa, kewirausahaan, budaya
lingkungan , anti korupsi , dan sebagainya)
6. Mengupayakan lokakarya, simposium dan sejenisnya atas dasar inovasi
manajemen kelas, manajemen pembelajaran efektif (seperti : PAKEM-
Pendekatan Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan-, joyful and
quantum learning, hasil classroom action research, hasil studi komparasi
atau berbagai studi informasi dari berbagai nara sumber, dan lain-lain.)
7. Merumuskan model pembelajaran yang variatif dan alat-alat peraga
praktik pembelajaran program Life Skill, Lesson study dan PTK
72


8. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan MGMP Propinsi dan MGMP nasional
serta berkolaborasi dengan MKKS dan sejenisnya secara kooperatif
9. Melaporkan hasi kegiatan MGMP secara rutin setiap tahun
pelajaran kepada Dinas Pendidikan
10. Berpartisipasi membatu Dinas Pendidikan Kota Bogor membuat pemetaan
guru, SDM ,kebutuhan guru dalam mengembangkan profesionalismenya
dan berada di garda terdepan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
85

















85
Ibid.
73




BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.
1. Kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di MTs PGRI Selur
masih kuran hal ini dapat diketahui dari guru yang mengajar mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam adalah belum semuanya memiliki standar
kwalifikasi akademik S1,dari 4 orang guru Pendidikan Agama Islam masih
ada satu orang yang masih dalam proses untuk memperoleh gelar S1. tidak
semua guru Pendidikan Agama Islm memiliki latar belakang pendidikan
yang sesuai.
2. Problematika pengembangan kompetensi guru pendidikan agama islam
yang dialami di MTs PGRI selur adalah lemahnya kemampuan guru dalam
merancang dan memproses perangkat pembelajaran, keterbatasan buku-
buku penunjang pengembangan kompetensi profesional guru Pendidikan
Agama Islam yang disedikan sekolah dan mayoritas guru belum pernah
mengadakan penelitian tindakan kelas.
3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi problematika pengembangan
kompetensi guru pendidikan agama islam di MTs PGRI selur adalah melalui
kegiatan pendidikan, pelatihan, mengikuti seminar, penataran, workshop
dan pelatihan, mengikuti kegiatan MGMP, yang mana merupakan suatu
forum atau wadah profesional guru mata pelajaran menambah wawasan
72
74


sendiri dengan cara membaca buku/media cetak dan mencari informasi
melalui akses internet yang ada.
B. Saran
1. Untuk mewujudkan guru Pendidikan Agama Islam yang benar-benar
berkompen dan profesional dalam bidangnya sebagaimana yang telah
diamanahkan dalam undang-undang guru dan Dosen, maka perlu adanya
partisipasi oleh semua pihak baik sekolah ataupun masyarakat.
2. Kepala sekolah sebagai pemegang kendali disekolah atau madrasyah
memiliki tanggung jawab atas maju dan mundurnya lembaga hendaknya
berpandangan luas dan wawasan terbuka dan mengikuti setiap arus
perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam dunia pendidikan.
3. Bagi guru Pendidikan agama Islam diharapkan memiliki kesadaraan yang
tinggi akan pentingnya pengembangan kompetensi profesional dan
hendaknya selalu mengembangkan wawasan yang dimilikinya sesuai
dengan perkembangan ilmu dan teknologi pendidikan modern agar benar-
benar tercipta guru yang berkompeten dan profesional, bisa menjadi agen
pembaharu sehingga dapat memberikan kontribusi secara maksimal dalam
mencetak kader bangsa dimasa depan yang berilmu pengetahuan yang luas
dan beriman dan bertaqwa kepada Alloh swt.

You might also like