You are on page 1of 10

PENGARUH SWI NG BUS DI GI BUNGUS TERHADAP SISTEM

KELISTRIKAN PESISIR SELATAN


Widya Anugrah, M. Nasir Sonni, dan Syafii

ABSTRAK
Kondisi existing pada Subsistem Pesisir Selatan dipasok dari Gardu Induk
Pauh Limo dengan tegangan sistem 20.8 kV menggunakan penghantar kawat AAAC
240 mm
2
dua sirkuit. Penyulang pada sistem ini melalui GH Teluk Bayur, GH Painan,
GH Kambang, GH Balai Salasa, GH Air Haji, GH Indrapura, GH Tapan, dan berakhir
di GH Lunang dengan panjang sekitar 260 km. Dalam sistem ini terdapat empat PLTD
yaitu PLTD Lakuak, PLTD Balai Salasa, PLTD Tapan, dan PLTD Lunang, dan juga
ada kapasitor yang terdiri dari tiga kapasitor 200 kVAR dan satu kapasitor 400 kVAR.
Ada beberapa titik lokasi dalam sistem ini yang level tegangannya masih berada
dibawah syarat kualitas minimum. Untuk meningkatkan level tegangan sistem ini, maka
dilakukan pemindahan injeksi daya aktif dan reaktif, yang semula bersumber di GI
Pauh Limo ke GI Bungus. Pemindahan ini sebagai implementasi dari pembangunan
PLTU Teluk Sirih dan jaringan interkoneksi 150 kV ke GI Bungus. Hasil analisis aliran
daya dengan metode Newton-Raphson menggunakan software ETAP 4.0.0,
menunjukkan bahwa level tegangan sistem meningkat menjadi rata-rata 94.84 %,
besar aliran daya yang diperoleh 14,176 MW dan 3,641 MVAR total pembangkitan dan
rugi-rugi daya 1,448 MW.
Kata kunci : analisa aliran daya, swing bus, metoda Newton-Raphson, ETAP
4.0.0.

1. Latar Belakang
Subsistem Pesisir Selatan terdiri dari
Ranting Painan dan Ranting Balai Salasa
yang merupakan bagian dari PLN
Cabang Padang Wilayah Sumatera
Barat. Energi listrik untuk daerah
pelayanan Ranting Painan dan Ranting
Balai Salasa dipasok dari Gardu Induk
Pauh Limo dengan sistem penyulang
20,8 kV berpenghantar kabel AAAC 240
mm
2
dan kabel AAAC 150 mm
2
.
Penyulang ini berakhir di Gardu Hubung
Lunang dengan panjang saluran total
sekitar 260 km.
Kondisi existing pada jaringan 20
kV Pesisir Selatan pada saat beban
puncak, menggunakan empat
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
(PLTD), yaitu; PLTD tersebut adalah
PLTD Lakuak, PLTD Balai Salasa,
PLTD Tapan, dan PLTD Lunang, dan
empat kapasitor, yang terdiri atas tiga
kapasitor 200 kVar dan satu kapasitor
400 kVar, masing-masing memiliki tiga
blok.
Keseluruhan beban subsistem
Pesisir Selatan disuplai dari Gardu Induk
Pauh Limo. GI Pauh Limo sendiri
terhubung pada sistem interkoneksi 150
kV Sumatera Bagian Tengah. Gardu
induk ini dijadikan sebagai swing bus
yang merupakan acuan dalam analisa
aliran daya subsistem Pesisir Selatan,
yang mempunyai tegangan kirim 20,8
kV. Analisa aliran daya pada jaringan
dihitung menggunakan program ETAP
Power Station 4.0.0. Hasil yang
diharapkan dari simulasi adalah

memenuhi syarat kualitas level tegangan
dengan batas bawah critical limit
tegangan adalah 90 % dan batas atas
marginal limit tegangan adalah 105 %.
Saat ini telah dilakukan penambahan
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)
Teluk Sirih 112 MW yang akan
diinterkoneksikan pada sistem
kelistrikan PLN Sumatera Bagian
Tengah. Pembangkit ini akan di
interkoneksikan ke GI Bungus melalui
saluran 150 kV.
Dalam penelitian ini, dilakukan
dengan menentukan GI Bungus sebagai
swing bus, dengan mengubah suplai
feeder selatan, yang semula disuplai dari
GI Pauh Limo yang merupakan swing
bus saat kondisi existing, ke GI Bungus.
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menentukan kondisi sistem
tegangan di setiap bus pada sistem
Pesisir Selatan saat kedudukan
swing di pindahkan ke GI Bungus.
2. Menentukan perhitungan aliran
daya pada sebuah jaringan 20 kV
dengan sebelum atau sesudah
memindahkan kedudukan swing.
Secara garis besar rumusan
permasalahan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Besar kondisi tegangan di setiap
bus pada sistem tenaga listrik di
Pesisir Selatan saat kedudukan
swing diambil dari GI Pauh
Limo.
2. Besar kondisi tegangan di setiap
bus pada sistem tenaga listrik di
Pesisir Selatan saat kedudukan
swing diambil dari GI Bungus.
3. Bagaimana perbandingan nilai
dari analisa aliran daya dengan
sebelum atau sesudah
memindahkan kedudukan swing
dari GI pauh limo ke GI Bungus.
Adapun batasan masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Perhitungan aliran daya sebelum
dan setelah memindahkan swing
pada sistem 20 kV Pesisir Selatan.
2. Untuk melihat berapa besar
peningkatan beban yang masih
dapat ditanggung pada sistem
dimasa akan datang, maka
digunakan metode bagi dua untuk
menentukan peningkatannya.
3. Perhitungan untuk menentukan
aliran daya ini menggunakan
metode Newton Raphson.
4. Perhitungan aliran daya
menggunakan software ETAP
4.0.0.

2. Dasar Teori
Aliran daya menyatakan aliran daya
aktif atau reaktif dari satu atau lebih
sumber daya ke beban melalui jaringan
listrik. Studi aliran daya dilakukan pada
sistem yang berada pada keadaan steady
state dengan fasa yang seimbang.
Keterangan utama yang diperoleh dari
studi aliran beban adalah besar dan sudut
fase tegangan pada setiap bus beserta
daya aktif dan reaktif yang mengalir
pada setiap saluran.
Ada 3 tipe bus pada studi aliran
daya;
a. Slack bus atau disebut juga swing
bus adalah bus yang diambil
sebagai referensi dimana
magnitud dan sudut fasa
tegangan diketahui. Bus ini
menyediakan daya nyata dan
reaktif untuk mensuplai rugi-rugi
transmisi dimana nilainya belum
diketahui hingga solusi
didapatkan. Hanya satu bus
terpilih sebagai slack bus pada
suatu sistem
[3]
.

b. Voltage-controlled bus (bus PV)
juga biasa disebut generator-type
bus. Pada bus ini daya nyata dan
magnitud tegangan diketahui.
Besar sudut tegangan dan daya
reaktif belum diketahui hingga
solusi final diperoleh. Limit dari
daya reaktif juga diketahui
[2]
.
c. Load bus (bus PQ), pada bus ini
daya nyata dan daya reaktif
diketahui. Magnitud dan sudut
fasa tegangan masih belum
diketahui hingga solusi final
diperoleh
[2]
.
Tabel Klasifikasi Bus Pada Sistem Tenaga
[3]

Tipe bus
Besaran
yang
diketah
ui
Besaran
yang
belum
diketahui
Keterangan
Slack /
Swing Bus
P-V Bus

Load / P-Q
bus
V= 1.0
= 0
P
G
, V

P
L
, Q
L

P
G,
Q
G

Q
G
,

V,
Hanya ada satu
buah dalam sistem
Jumlahnya sedikit
di dalam sistem
Bus yang paling
banyak terdapat
didalam sistem
Salah satu yang harus diingat dalam
analisa aliran daya adalah tanda daya
nyata (P) dan daya reaktif (Q). Daya
reaktif lagging adalah daya reaktif
positif menunjukkan arusnya bersifat
induktif dan daya reaktif leading adalah
daya negatif menunjukkan arusnya
bersifat kapasitif dan arus bus positif
adalah arus yang arahnya menuju bus.
Dikarenakan aliran arus generator
menuju bus dan aliran arus beban
meninggalkan bus, sehingga tanda daya
adalah positif untuk bus generator dan
negatif untuk bus beban
[9]
.
Metode Newton Rephson
merupakan metode yang tepat untuk
meyelesaikan persamaan matematis non
linear. Metode Newton-Raphson secara
matematis lebih baik dibandingkan
dengan metode Gauss-Seidel, karena
memiliki sifat kovergensi kuadratik.
Untuk sistem yang besar, metode
Newton-Raphson jauh lebih efisien,
cepat dan lebih praktis. Banyaknya
iterasi yang diperlukan dengan metode
Newton-Raphson yang menggunakan
admitansi rel, praktis tidak tergantung
pada banyaknya rel. Waktu yang
diperlukan untuk metode Gauss-Seidel
(admitansi rel) meningkat hampir
sebanding dengan banyaknya rel.
Sebaliknya, penghitungan unsur jacobian
akan memakan waktu yang cukup lama,
sedangkan waktu yang di perlukan untuk
tiap iterasi pada metode Newton-
Raphson adalah lebih singkat. Waktu
yang singkat untuk suatu penyelesaian
dengan ketelitian yang sama,
menyebabkan bahwa metode Newton-
Raphson lebih banyak dipilih untuk
semua sistem, seperti pada sistem
distribusi
[5]
.
Daya kompleks yang dimasukan ke
bus i dinyatakan dengan persamaan
berikut ini
[7]
:
Si = Vi Ii* = Pi + jQi , i =1,2,3,..,n
Dituliskan dalam bentuk lain menjadi :
Pi - jQi = Vi * Ii
Dengan

=
=
n
k
k ik i
V Y I
1
, i = 1,2,3,,n
Pi jQi = Vi *

=
n
k
k ik
V Y
1
, i = 1,2,3,..,n
Apabila persamaan tersebut
dinyatakan dalam bentuk polar, maka
persamaan itu harus dipisahkan menjadi
komponen real dan imaginer.
Vi = Vi i , Vk = Vk i , Yik = Yik ik ,
dengan,
Pi calc = ( )

=
+ u
n
k
i k ik ik k i
Y V V
1
cos o o
Qi calc = ( )

=
+ u
n
k
i k ik ik k i
Y V V
1
sin o o
Nilai magnitude dan sudut fasa dari
swing bus telah ditetapkan sehingga

swing bus tidak diikutkan dalam proses
perhitungan iterasi. Pada bus beban (P-Q
bus), daya aktif dan reaktif ditentukan
besarnya sedangkan besar dan sudut fase
tegangan nilainya diperkirakan dan
diperbaharui pada bagian akhir dari
proses iterasi. Pada bus generator (P-V
bus), daya aktif dan tegangan ditentukan
nilainya sedangkan sudut daya dan
tegangan diperkirakan nilainya. Nilai
sudut daya diperbaharui dan daya reaktif
dapat dihitung pada bagian akhir dari
masing-masing iterasi. Nilai P
i
dan Q
i

hasil perhitungan harus dibandingkan
dengan nilai P
spec
dan Q
spec
. hasil
perbandingan dinyatakan dengan
[9]
:
Pi = Pi spec Pi calc
Qi = Qi spec Qi calc
Metode Newton - Raphson
menggunakan matriks Jacobian yang
merupakan matriks bujur sangkar yang
memuat turunan differensial dari P
i
dan
Q
i
, dalam bentuk sederhana:
| |
(

A
A
=
(

A
A
V
J
Q
P o

Dengan matrik jacobian
| |
(

=
4 3
2 1
J J
J J
J

Elemen matrik Jacobian:
J
1
: - Bukan diagonal :
( ) k i Y V V
P
i k ik ik k i
k
i
= + =
c
c
, sin . . o o u
o
-
Diagonal :
( ) k i Y V V
P
N
k
i k ik ik k i
i
i
= + =
c
c

=
, sin . .
1
o o u
o

J
2
: - Bukan diagonal :
( ) k i Y V
V
P
k i ik ik i
k
i
= + =
c
c
, cos . o o u

- Diagonal :
( ) k i V Y V
V
P
i k i ik ik k
N
k k
i
= + + =
c
c

=
, 2 cos .
1
o o u

J
3
: - Bukan diagonal :
( ) k i Y V V
Q
i k ik ik k i
k
i
= + =
c
c
, cos . . o o u
o

- Diagonal :
( ) k i Y V V
P
N
k
i k ik ik k i
i
i
= + =
c
c

=
, sin . .
1
o o u
o

J
4
: - Bukan diagonal :
( ) k i Y V
V
Q
k i ik ik i
k
i
= + =
c
c
, sin . o o u

- Diagonal :
( ) ( ) k i Y V Y V
V
Q
k i ik ik k
N
k
ii i
k
i
= + =
c
c

=
, cos . Im 2
1
o o u

Jacobian untuk sistem yang
memiliki dua buah bus adalah :
(
(
(
(
(

c
c
c
c
c
c
c
c
i
calc
i
i
calc i
i
calc
i
i
calc i
V
Q Q
V
P P
o
o

dengan memasukkan matriks Jacobian,
persamaan sistem menjadi :
( )
=
(

A
A
r
i
i
Q
P
( ) r
i
calc
i
i
calc i
i
calc
i
i
calc i
V
Q Q
V
P P
(
(
(
(
(

c
c
c
c
c
c
c
c
o
o
( ) r
i
i
V
(

A
A o
(2.28)
kemudian nilai tegangan dan sudut yang
telah diperbaharui ini disubstitusikan ke
dalam P
i calc
dan Q
i calc
pada iterasi
kedua. Nilai P
i
dan Q
i
dihitung dan
selanjutnya dibandingkan dengan nilai
toleransi yang telah ditetapkan. Jika
nilainya kurang dari nilai toleransi, maka
proses iterasi dihentikan dan didapatkan
hasil perhitungan yang diinginkan. Jika
tidak, iterasi terus dilanjutkan sampai
tercapai nilai toleransi yang diinginkan.



3. Data Sistem
Tabel Besar Daya
No. Nama Generator
Lokasi
Generator
Terpasang
(kW)
Mampu
(kW)
Keterangan
1 PLTD Lakuak GH Lakuak 1600 1240 Operasi
2 PLTD B. Selasa GH B. Selasa 620 520 Operasi
3 PLTD Tapan GH Tapan 308 150 Operasi
4 PLTD Lunang GH Lunang 1200 1100 Operasi
Sumber: PT. PLN Persero : Padang
Tabel Besar Kapasitor yang Digunakan
No.
Lokasi
Kapasitor
Terpasang
(kVar)
Jumlah
Blok
Keterangan
1 Painan 200 3 Operasi
2 Kambang 400 3 Operasi
3 Balai Selasa 200 3 Operasi
4 Indrapura 200 3 Operasi

Sumber: PT. PLN Persero: Padang
Tabel Data Penyulang Ekspress Ranting Balai
Selasa
No.
Penyulang Ekspress Panjang
(km) Dari Ke
1. GI Pauh Limo GH Teluk Bayur 18
2. GH Teluk Bayur GH Painan 73
3. GH Painan GH Kambang 65
4. GH Kambang GH Balai Selasa 27
5. GH Balai Selasa GH Air Haji 17
6. GH Air Haji GH Indrapura 18
7. GH Indrapura GH Tapan 20
8. GH Tapan GH Lunang 22
Sumber: PT. PLN Persero: Padang
Tabel Data Beban Puncak
No. SubSistem/Feeder
Beban Waktu Puncak
(MVA)
I GH. Teluk Bayur
8,6
Feeder Bungus
II GH. Painan
4,2
Feeder Surantih
III GH. Kambang
2,4
Feeder Lakitan
IV GH. Balai Selasa
1,7
Feeder Balai Selasa
V GH. Air Haji
1,4
Feeder Air Haji
VI GH. Indrapura
1,6
Feeder Indrapura
VII GH. Tapan
0,3
Feeder Tapan
VIII GH. Lunang
2,5
Feeder Lunang
Sumber: PT. PLN Persero: Padang

4. Analisa dan Pembahasan
Pada kondisi existing semua bus
pada sistem kelistrikan Pesisir Selatan
berada pada kondisi under voltage. Hal
ini terjadi karena subsistem Pesisir
Selatan kekurangan pasokan daya.
Sumber pasokan daya dari GI Pauh
Limo dan beberapa PLTD di Pesisir
Selatan tidak mampu mencukupi
kebutuhan daya dari subsistem Pesisir
Selatan. Penggunaan kapasitor sebagai
alat untuk perbaikan tegangan tidak
begitu berpengaruh karena kapasitas
kapasitor kecil.
Untuk dapat mempaerbaiki pasokan
daya pada subsistem Pesisir Selatan,
dapat dilakukan dengan pemindahan
kedudukan swing yang diambil dari GI
Bungus.
Penelitian ini menggunakan ETAP
Power Station 4.0.0 dengan melibatkan
beberapa kondisi yaitu :
1. Kondisi existing.
2. Kondisi swing diambil dari GI
Bungus yang terhubung dengan
Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) Teluk Sirih 112 MW saat
semua PLTD dan semua kapasitor
bank dalam keadaan off.
3. Kondisi kedudukan swing diambil
dari GI Bungus dengan empat
PLTD dan kapasitor beroperasi.
4. Kodisi swing bus GI Bungus
dengan semua PLTD dan
Kapasitor bank on saat beban naik
hingga level tegangan beberapa
atau salah satu bus hampir atau
mendekati 90%..

Sistem Kelistrikan Pesisir Selatan
pada saat Kondisi Existing dengan
Semua PLTD dan Kapasitor Bank
dalam Keadaan On
Kondisi existing merupakan kondisi
kelistrikan jaringan subsistem 20 kV
Pesisir Selatan saat ini. Pada kondisi ini,
empat PLTD beroperasi dan dilakukan
penambahan 4 kapasitor bank yaitu pada
GH Painan CAP1 3200 kVar, GH
Kambang CAP2 3400 kVar, GH Balai
Salasa CAP3 3200 kVar, dan GH
Indrapura CAP4 3200 kVar.
GI PAUH LIMO GH PAINAN
GH TELUK
BAYUR

Gambar Single line diagram saat kondisi
exisiting
Dari hasil simuasi, didapat tegangan
untuk tiap-tiap bus pada tabel dibawah,
BUS
TEGANGAN (kV) % LEVEL
TEGANGAN
KONDISI
RATING TERHITUNG
GI Pauh Limo 20.0 21.000 105.00 Memenuhi
GH Tel Bayur 20.0 19.481 97.40 Memenuhi
GH Painan 20.0 16.962 84.81
Tegangan
Kurang
rGH Kambang 20.0 16.785 83.92
Tegangan
Kurang
GH Balai
Salasa
20.0 16.631 83.15
Tegangan
Kurang
GH Air Haji 20.0 16.511 82.56
Tegangan
Kurang
GH Indrapura 20.0 16.516 82.58
Tegangan
Kurang
GH Tapan 20.0 16.598 82.99
Tegangan
Kurang

GH Lunang 20.0 16.675 83.38
Tegangan
Kurang
Pada tabel diatas terlihat kualitas
pasokan listrik untuk sistem Pesisir
Selatan masih buruk, namun sudah lebih
baik dibanding dengan saat semua PLTD
belum beroperasi dan belum dilakkukan
kompensasi. Untuk GI Pauh Limo dan
GH Teluk Bayur dapat dikatakan mampu
memenuhi syarat kualitas level tegangan.
Dengan kondisi sistem setelah
PLTD beroperasi dan dilakukan
kompensasi, ada 7 bus yang belum
memenuhi kualitas level tegangan yang
merupakan bus dengan tegangan kurang
atau undervoltage.
Total pembangkitan diperoleh dari
GI Pauh Limo, generator pada 4 PLTD
yang beroperasi, yaitu PLTD Lakuak,
PLTD Balai Salasa, PLTD Tapan, dan
PLTD Lunang. Dengan total daya aktif
sebesar 20.392 MW dan daya reaktif
sebesar 7.444 MVAR. Total
pembebanan pada kondisi ini untuk
setiap gardu hubung yaitu dengan daya
aktif sebesar 17.682 MW dan daya
reaktif sebesar 1.488 MVAR. Dari hasil
pembangkitan dan pembebanan tersebut
didapat nilai rugi-rugi daya secara total
dengan daya aktif sebesar 2.709 MW
dan daya reaktif 5.956 MVAR.
Dibawah ini merupakan tabel yang
menyatakan perbandingan level
tegangan saat kondisi saat PLTD dan
kapasitor belum beroperasi (disebut
dengan CASE1) dan saat kondisi
existing (disebut dengan CASE2).
BUS
% LEVEL TEGANGAN
CASE1 CASE2
GH Teluk Bayur 95.61 97.40
GH Painan 72.72 84.81
GH Kambang 60.47 83.92
GH Balai Salasa 57.03 83.15
GH Air Haji 55.43 82.56
GH Indrapura 54.19 82.58
GH Tapan 53.33 82.99
GH Lunang 52.50 83.38
Dari tabel diatas terlihat perbedaan
besar level tegangan antara saat
subsistem Pesisir Selatan sebelum
dilakukan penambahan PLTD dan
penambahan kapasitor bank pada sistem
dengan saat sistem dalam kondisi
existing. Pada kondisi existing, nilai
tegangan yang diperoleh lebih besar
dibanding dengan kondisi sebelumnya.
Pengoperasian PLTD dan kapasitor bank
menyebabkan kenaikan nilai tegangan
yang akan memperbaiki level tegangan.
Perbandingan pembangkitan,
pembebanan, dan rugi-rugi daya untuk 2
kasus diatas tertera pada tabel dibawah
ini,
KASUS
PEMBANGKITAN PEMBEBANAN RUGI-RUGI
MW MVAR MW MVAR MW MVAR
CASE1 15.443 7.844 12.915 2.622 2.505 5.216
CASE2 20.392 7.444 17.682 1.488 2.709 5.956
Dari tabel diatas terlihat bahwa total
pembangkitan daya aktif besar, diperoleh
saat kondisi exisitng, namun
pembangkitan daya reaktifnya diperoleh
makin kecil dibanding dengan kasus
sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya
penambahan pembangkit dan kapasitor
pada kondisi existing.
Total pembebanan daya aktif
didapat lebih besar saat PLTD dan
kapasitor bank dalam keadaan on. Hal
ini dikarenakan adanya pemasangan
transformator pada tiap-tiap pembangkit
untuk menaikkan tegangan dari 0.38 kV
mrnjadi 20 kV. Dengan total pemakaian
daya transformator sebesar 4.141 MVA.
Untuk rugi-rugi daya pada kondisi
exisitng, rugi daya aktif dan rugi daya
reaktif didapat lebih besar.

Sistem Kelistrikan Pesisir Selatan saat
Kedudukan Swing di GI Bungus
dengan Semua PLTD dan Semua
Kapasitor Bank dalam Keadaan Off
PLTU Teluk Sirih 112 MW yang
terinterkoneksi ke sistem Sumatera
Bagian Tengah melalui GI Bungus

dihubungkan pada sistem jaringan
Pesisir Selatan. GI Bungus itu sendiri
mempunyai nominal tegangan 150/20
kV.
GI PAUH LIMO GI BUNGUS GH PAINAN
PLTU TELUK
SIRIH
GH TELUK
BAYUR
150/20
Gambar Single line diagram saat kedudukan
swing di GI Bungus
Hasil simulasi terlihat pada tabel
dibawah,
BUS
TEGANGAN (kV) % LEVEL
TEGANGAN
KONDISI
RATING TERHITUNG
GI Bungus 20.0 20.218 101.09 Memenuhi
GH Painan 20.0 18.628 93.14 Memenuhi
GH Kambang 20.0 15.503 77.52 Tegangan Kurang
GH Balai Salasa 20.0 14.621 73.11 Tegangan Kurang
GH Air Haji 20.0 14.211 71.06 Tegangan Kurang
GH Indrapura 20.0 13.892 69.46 Tegangan Kurang
GH Tapan 20.0 13.671 68.35 Tegangan Kurang
GH Lunang 20.0 13.454 67.29 Tegangan Kurang
Pada tabel diatas terlihat kualitas
pasokan listrik untuk sistem Pesisir
Selatan lebih besar dibanding dengan
saat kedudukan swing diambil dari GI
Pauh Limo. Namun kondisi pasokan
listriknya belum bisa dikatakan baik. Hal
ini dijelaskan oleh kondisi tegangan
yang dapat dikatakan dibawah critical
limit. Masih terdapat 6 dari 8 bus yang
belum memenuhi level tegangan dengan
tegangan kurang atau undervoltage. Dua
bus lain yaitu GI Bungus dan GH Painan
merupakan bus yang telah memenuhi
level tegangan.
Total pembangkitan pada kondisi
kedudukan swing bus GI Bungus
diperoleh hanya dari generator PLTU
Teluk Sirih. Dari hasil simulasi didapat
daya aktif sebesar 10.080 MW dan daya
reaktif sebesar 5.462 MVAR. Total
pembebanan pada kondisi ini untuk
setiap gardu hubung yaitu dengan daya
aktif sebesar 8.570 MW dan daya reaktif
sebesar 1.740 MVAR. Dari hasil
pembangkitan dan pembebanan tersebut
didapat nilai rugi-rugi daya secara total
dengan daya aktif sebesar 1.510 MW
dan daya reaktif 3.722 MVAR.

Sistem Kelistrikan Pesisir Selatan
dengan Kondisi Kedudukan Swing di
GI Bungus
Kondisi ini empat PLTD dan 4
kapasitor beroperasi, dengan kedudukan
swing diambil dari GI Bungus.
Pengambilan kedudukan swing bus di GI
Bungus, dilakukan karena feeder selatan
yang semula disuplai dari GI Pauh Limo
belum memenuhi kebutuhan listrik di
Pesisir Selatan. Swing bus yang
kedudukan semulanya dari GI Pauh
Limo diputus dengan menambahkan
switch sehingga GH Teluk Bayur tidak
terhubung langsung ke GI Bungus yang
akan ditambahkan antara GH Teluk
Bayur dan GH Painan. Kemudian GI
Bungus yang telah interkoneksi dengan
PLTU Teluk Sirih dijadikan swing bus
dan langsung dihubungkan ke GH
Painan dengan jarak transmisi dari GI
Bungus ke GH Painan sejauh 21 km.
Dengan dilakukan simulasi, hasil
perhitungan tegangan untuk tiap-tiap bus
dapat dilihat pada tabel dibawah ini,
BUS
TEGANGAN (kV) % LEVEL
TEGANGAN
KONDISI
RATING TERHITUNG
GI Bungus 20.0 20.858 104.29 Memenuhi
GH Painan 20.0 20.004 100.02 Memenuhi
GH Kambang 20.0 19.220 96.10 Memenuhi
GH Balai Salasa 20.0 18.898 94.49 Memenuhi
GH Air Haji 20.0 18.698 93.49 Memenuhi
GH Indrapura 20.0 18.636 93.18 Memenuhi
GH Tapan 20.0 18.654 93.27 Memenuhi
GH Lunang 20.0 18.670 93.35 Memenuhi
Pada tabel diatas terlihat kualitas
pasokan listrik untuk sistem Pesisir
Selatan lebih baik dibanding dengan saat
kedudukan swing diambil dari GI Pauh
Limo. Pada kondisi ini didapatkan nilai
tegangan yang hampir mendekati rating
tegangan yang diberikan dan memenuhi
syarat kualitas level tegangan. Maka
dapat dikatakan kondisi pasokan listrik
Pesisir Selatan dengan kondisi saat

kedudukan swing bus di GI Bungus telah
baik.
Total pembangkitan saat kedudukan
swing bus dari GI Bungus diperoleh dari
generator pada PLTU Teluk Sirih,
generator pada empat PLTD yang
beroperasi, yaitu PLTD Lakuak, PLTD
Balai Salasa, PLTD Tapan dan PLTD
Lunang. Dengan total daya aktif yang
didapat dari hasil simulasi sebesar
14.176 MW dan daya reaktif sebesar
3.641 MVAR. Total pembebanan pada
kondisi ini untuk setiap gardu hubung
yaitu dengan daya aktif sebesar 12.728
MW dan daya reaktif sebesar -0.181
MVAR. Dari hasil pembangkitan dan
pembebanan tersebut didapat nilai rugi-
rugi daya secara total dengan daya aktif
sebesar 1.448 MW dan daya reaktif
3.882 MVAR.
Jika dibandingkan dengan kondisi
existing saat kedudukan swing bus di GI
Pauh Limo, kedudukan swing bus di GI
Bungus jauh lebih baik. Terlihat pada
kondisi tegangan dengan kualitas
pasokan listrik yang baik saat GI Bungus
dijadikan swing bus. Tabel berikut
merupakan tabel perbandingan nilai
level tegangan antara sistem Pesisir
Selatan kondisi existing dengan swing
bus pada GI Pauh Limo (yang disebut
CASE2) dengan sistem Pesisir Selatan
saat kedudukan swing bus di GI bungus
(yang disebut CASE4),
BUS
% LEVEL TEGANGAN
CASE2 CASE4
GH Painan 84.81 100.02
GH Kambang 83.92 96.10
GH Balai Salasa 83.15 94.49
GH Air Haji 82.56 93.49
GH Indrapura 82.58 93.18
GH Tapan 82.99 93.27
GH Lunang 83.38 93.35
Pada rugi-rugi daya juga dapat
terlihat bahwa saat swing bus di GI
Bungus, rugi-rugi daya yang dihasilkan
lebih kecil dibanding dengan rugi-rugi
daya saat swing diambil dari GI Pauh
Limo. Perbandingan tersebut dapat
dilihat pada tabel dibawah,
KASUS
PEMBANGKITAN PEMBEBANAN RUGI-RUGI
MW MVAR MW MVAR MW MVAR
CASE2 20.392 7.444 17.682 1.488 2.709 5.956
CASE4 14.176 3.641 12.628 -0.181 1.448 3.882
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kondisi sistem saat kedudukan
swing yang diambil dari GI Bungus lebih
baik dilakukan pada sistem kelistrikan
Pesisir Selatan.

Kondisi Swing Bus GI Bungus dengan
semua PLTD Dan Kapasitor Bank
dalam Keadaan On saat Beban Naik
di Tiap-Tiap Bus
Dengan adanya penambahan beban
pada sistem dalam waktu tertentu, maka
akan dilakukan simulasi untuk melihat
kenaikan beban maksimum saat level
tegangan subsistem Pesisir Selatan
masih dalam keadaan yang baik, yaitu
saat kualitas level tegangan berada diatas
90%. Kenaikan beban dilakukan dengan
mencari besar beban puncak hingga level
tegangan mencapai batas syarat kualitas
tegangan. Hal ini bertujuan untuk
melihat nilai maksimum beban sistem
Pesisir Selatan saat swing bus di GI
Bungus. Dengan melakukan simulasi
loadflow secara acak maka didapatkan
kenaikan beban yang dilakukan dengan
penambahan 8% beban untuk tiap-tiap
beban pada subsistem Pesisir Selatan.
Tabel dibawah ini menunjukkan besar
beban setelah penambahan beban 8%,
SubSistem/Feeder
Beban waktu Puncak
(MVA)
Penambahan beban
8% (MVA)
GH Painan
4.20

4.54 Feeder Surantih
GH Kambang
2.40

2.59 Feeder Lakitan
GH Balai Salasa
1.70

1.84 Feeder Balai Salasa
GH Air Haji
1.40

1.51 Feeder Air Haji
GH Indrapura
1.60

1.73 Feeder Indrapura
GH Tapan
0.30

0.32 Feeder Tapan
GH Lunang
2.50

2.70 Feeder Lunang

Setelah dilakukan simulasi, maka
didapatkan tegangan untuk tiap-tiap bus
yang dapat dilihat pada tabel berikut,
BUS
TEGANGAN (kV) % LEVEL
TEGANGAN
KONDISI
RATING TERHITUNG
GI Bungus 20.0 20.776 103.88 Memenuhi
GH Painan 20.0 19.794 98.97 Memenuhi
GH Kambang 20.0 18.774 93.87 Memenuhi
GH Balai Salasa 20.0 18.394 91.97 Memenuhi
GH Air Haji 20.0 18.170 90.85 Memenuhi
GH Indrapura 20.0 18.090 90.45 Memenuhi
GH Tapan 20.0 18.102 90.51 Memenuhi
GH Lunang 20.0 18.112 90.56 Memenuhi
Dari tabel diatas dapat dilihat nilai
level tegangan untuk tiap-tiap bus
didapat masih diatas syarat kualitas level
tegangan, yaitu nilai level tegangan yang
paling rendah sebesar 90.45%.. Artinya
untuk kenaikan beban sebesar 8%,
kualitas daya di Subsistem Pesisir
Selatan masih berada pada kualitas level
tegangan yang baik.
Dari hasil simulasi, didapat total
pembangkitan daya aktif 14.745 MW
dan daya reaktif 4.223 MVAR. Total
pembebanan dari penambahan beban
pucak 8% diperoleh sebesar 13.115 MW
dan 0.028 MVAR. Dari total
pembangkitan dan pembebanan tersebut
didapat besar rugi-rugi daya yaitu daya
aktif 1.590 MW dan daya reaktif 4.195
MVAR.
Jadi jika terjadi kenaikan beban
puncak 8%, kondisi kelistrikan
Subsistem Pesisir Selatan masih dalam
kondisi baik. Hal ini ditandai dengan
nilai kualitas level tegangan sistem
tersebut berada diatas 90%.

5. Penutup
Berdasarkan hasil dan analisa yang
dilakukan dalam penelitian ini, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Sistem kelistrikan Pesisir Selatan
saat kondisi PLTD dan kapasitor
bank belum beroperasi, berada
dalam kondisi yang buruk.
Dengan 7 bus yang nilai
magnitude tegangannya berada
dibawah 90%.
2. Sistem kelistrikan Pesisir Selatan
saat kondisi existing dengan
penambahan Pembangkit Lisrik
Tenaga Diesel (PLTD) dan
dilakukannya kompensasi berada
dalam kondisi yang kurang baik
dimana tegangan pada 7 bus
masih berada dibawah critical
limit, namun hampir mendekati
nilai magnitude tegangan 90%.
3. Sistem kelistrikan Pesisir Selatan
saat kedudukan GI Bungus
sebagai swing bus dengan kondisi
semua pembangkit beroperasi
dan telah dilakukan kompensasi
berada dalam kondisi yang baik
dimana tegangannya telah
memenuhi batas critical limit
yaitu diatas 90% dengan rata-rata
98.97%. Kondisi dengan GI
Bungus sebagai swing bus
merupakan solusi agar sistem
Pesisir Selatan mempunyai level
tegangan yang baik.
4. Jika terjadi penambahan beban
sebesar 8% pada Sistem
kelistrikan Pesisir Selatan saat
beban puncak, maka didapat
kualitas level tegangan diatas
90% dengan rata-rata 92.45%
dengan nilai magnitude tegangan
yang paling rendah berada pada
bus GH Indrapura 90.45%. Hal
ini menyatakan bahwa, saat
terjadi kenaikan beban sebesar
8% sistem kelistrikan Pesisir
Selatan masih berada dalam
kondisi baik.

Saran yang dapat penulis berikan
yaitu, pengambilan kedudukan swing bus

di GI Bungus yang terhubung dengan
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Teluk Sirih 112 MW didapatkan kualitas
pasokan listrik yang baik untuk sistem
kelistrikan Pesisir Selatan. Dengan
demikian diharapkan agar PT. PLN
melakukan pengambilan kedudukan
swing bus di GI Bungus setelah PLTU
Teluk Sirih siap untuk beroperasi.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

[1] Astrid, Erita. 2011. Tugas Akhir :
Penentuan Posisi Interkoneksi
Terbaik Antara Sistem Kelistrikan
PT. Semen Padang dengan
Pembangkit WRHG (Waste Heat
Recovery Power Generation)
Menggunakan Analisis Aliran Daya.
Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Andalas :
Padang.
[2] Das, Debabpriya. 2006. Electrical
Power Systems. New Age
International (P) Limited : New
Delhi.
[3] Gross A Charles. 1986. Power
System Analysis, John Wiley &
Sons : London.
[4] Gonen, Turan. 1984. Modern Power
System Analysis, John Wiley & Sons
: London
[5] http://etd.eprints.ums.ac.id.
Kusumantyas, Pramesti. 2010.
Tugas Akhir : Aplikasi Metode
Newton Rhapson untuk Menghitung
Aliran Beban Menggunakan
program Matlab 7.0.1. Jurusan
Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah :
Surakarta. Diakses tanggal 15
November 2011 jam 13.00 WIB.
[6] http://imaduddin.wordpress.com.
Contoh Penyelesaian Aliran Daya
dengan Metode Newton Rhapson,
Decoupled dan Fast Decoupled.
Diakses tanggal 11 November 2011
jam 14.50 WIB.
[7] http://undip.ac.id. Sulistiyono, Dwi.
Makalah Tugas Akhir :
Perbandingan Metode Gauss Siedel,
Newton Rhapson, dan Metode Fast
Decoupled dalam Solusi Aliran
Daya. Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro : Semarang. Diakses
tanggal 14 November 2011 jam
13.48 WIB.
[8] Marsudi, Djiteng. 2006. Operasi
Sistem Tenaga Listrik. Graha Ilmu :
Jakarta.
[9] Stevenson, Jr William D. 1996.
Analisis Sistem Tenaga Listrik Edisi
Keempat. Erlangga: Jakarta.
[10] Syahrosi, Asmaria. 2011. Tugas
Akhir : Peningkatan Mutu Sistem
Tenaga Listrik Dengan Pola
Penambahan Pembangkit Yang
Terdistribusi Dan Pemasangan
Kapasitor. Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas
Andalas: Padang.
[11] _______________, Modul Pelatihan
Penggunaan Simulator Jaringan
ETAP 4.0.0, PT. PLN (Persero)
Cabang Solok.

You might also like