You are on page 1of 10

DISUSUN OLEH :

Nama : Lilis Prihatin


NPM : 2006101
Semester : VI (Enam)
M.K : Pengantar Ilmu Komunikasi dan
Jurnalistik
Dosen : Supriyanto, M.Pd
Program Studi : Bahasa Indonesia

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
TAHUN 2009
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan

karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari atas kekurangan dan keterbatasan kemampuan,

sehingga makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, penulis

mengharapkan adanya kritik atau masukan yang sifatnya membangun untuk

perbaikan makalah ini di masa yang akan datang.

Demikianlah makalah ini dibuat dengan harapan dapat bermanfaat

bagi kita semua khususnya bagi penulis. Amin…

Lubuklinggau, Juni 2009

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...........................................................................

1.2 Rumusan Masalah .....................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Peranan Teknologi Komunikasi dalam Pendidikan ....................

2.2 Teknologi Komunikasi dan Pendidikan Pascaliterer ..................

BAB III PENUTUP

3.1 Saran ..........................................................................................

3.2 Penutup ......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dilihat dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata

bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri atas

manusia, yakni pengajaran sebagai komunikator dan pelajar sebagai

komunikan. Lazimnya, pada tingkatan bawah dan menengah pengajar itu

disebut guru, sedangkan pelajar itu disebut murid, dan sebagainya.

Perbedaan antara komunikasi dan pendidikan terletak pada

tujuannya atau efek yang diharapkan. Ditinjau dari efek yang diharapkan

itu, tujuan komunikasi sifatnya umum, sedangkan tujuan pendidikan

sifatnya khusus. Kekhususan inilah yang dalam proses komunikasi

melahirkan istilah-istilah khusus seperti penerangan, propaganda,

indiktinasi, agistasi, dan pendidikan.

Tujuan pendidikan adalah khas atau khusus, yakni meningkatkan

pengetahuan seseorang mengenai suatu hal sehingga ia menguasainya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa peranan teknologi komunikasi dalam pendidikan?

2. Apakah teknologi komunikasi dan pendidikan pascliterer itu?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Peranan Teknologi Komunikasi Dalam Pendidikan

Upaya menjembatani kesenjangan

Barangkali tidak terlalu salah apabila ada orang yang mengatakan

bahwa bangsa Indonesia kini hidup dalam 20 abad sekaligus hidup

dalam zaman modern dan dalam zaman batu. Bukti bahwa bangsa kita

hidup dalam zaman modern bukan saja karena merupakan negara ketiga

di dunia yang telah mengoperasikan satelit komunikasi, melainkan

karena kehidupan di kota metropolitan yang bertaraf jes-set. Dan bukti

bahwa bangsa kita masih hidup pada zaman batu, nun disana di ufuk

timur masih ada saudara-saudara kita yang masih memerlukan

peningkatan peradaban sehingga setara dengan saudara-saudara di

daerah lainnya. Masalah tersebut jelas memerlukan pemerataan

pendidikan sehinga secara konseptional juga dengan segera: jika tidak,

kesenjangan akan semakin menganga.

Untuk melakukan lompatan dari zaman batu, zaman perunggu, dan

zaman besi yang masih dialami oleh beberapa suku bangsa kita ke

zaman elektronika yang dialami oleh suku bangsa lainnya di nusantara

kita tercinta ini sehingga menjadi merata, pendidikan dengan segala

aspeknya memegang peranan yang teramat penting, mulai dari metode,


melalui pengadaan buku, sampai kepada pemanfaatan teknologi

elektronik.

Pendidikan merupakan kegiatan yang sifatnya slow yielding, bukan

yang sifatnya quick yeilding seperti mengoperasikan televisi atau satelit

palapa yang begitu diinginkan, begitu bisa dilaksanakan, yang kalau tidak

punya biaya sekarang, bisa minjam kepada bangsa lain. Untuk menimba

suatu bangsa agar menjadi bangsa yang cerdas diperlukan waktu yang

lama dengan menanamkan ilmu pengetahuan pada benak manusia-

manusianya secara konsepsional, berjenjang, bertahapm dan beraturan.

Untuk membina bangsa Indonesia agar menjadi bangsa yang cerdas

tidak cukup dengan membuat rakyat banyak tahu, tetapi lebih dari pada

itu : berkemampuan menalar sebagaimana dipaparkan di muka.

Kemajuan teknologi, terutama komunikasi elektronik telah

menimbulkan dampak pada masyarakat dan cenderung menyisihkan

hasrat membaca buku di kalangan masyarakat. Di daerah perkotaan apa

yang disebut the flood of information atau banjir informasi yang

menyebabkan orang kota banyak tahu tentang banyak hal, tetapi serba

dangkal, tidak mendalam seperti kalau menelaah buku.

Apabila di negara-negara yang sudah maju penemuan baru seperti

pesawat televisi dan kaset video itu sudah membuat penduduk jenuh, di

Indonesia hal itu membuat penduduk keasyikan, yang nota bene tidak

berfungsi mencerdaskan mereka.


Kita bangsa Indonesia menyadari bahwa pemerintah RI sejak tahun

1966 telah berbuat banyak dalam pembangunan di segala bidang. Akan

tetapi, kalau kita nilai bahwa penggiatan perpustakaan umum belum

mendapat perhatian yang sesuai dengan tuntutan zaman dan

perkembangan masyarakat demi “mencerdaskan kehidupan bangsa”,

maka sinyalemen tersebut dilandasi kenyataan.

2.2 Teknologi Komunikasi dan Pendidikan Pascaliterer

Pemerintah RI mencanangkan pentingnya pendidikan, tidak hanya

pendidikan formal di sekolah-sekolah, tetapi juga pendidikan tak formal

dalam keluarga. Oleh karena itu, kegiatan pendidikan perlu dilakukan

secara holistik yang meliputi tiga dimensi pendidikan, yakni :

a. Pendidikan praliterer

b. Pendidikan literer

c. Pendidikan pascaliterer

Pendidikan praliterer adalah pendidikan yang berlangsung secara

tatap muka timbal-balik dalam kehidupan keluarga. Oleh karena itu,

sifatnya tidak formal. Pendidikan jenis inilah yang pertama-tama berperan

mencerdaskan bangsa disuatu negara sebelum pengetahuan tentang

tulisan ditemukan.

Di Indonesia pendidikan literer diperkirakan mulai abad pertama

masehi dengan merembesnya kebudayaan baca tulis dari India,

sedangkan pendidikan pascaliterer dimulai sesudah perang dunia II.


Betapa pentingnya pendidikan dalam keluarga di Indonesia telah

dibuktikan secara efektif dan heroik oleh Bapak Pendidikan Nasional Ki

Hadjar Dewantara. Ketika pada tahun 1932 pemerintah kolonial Hindia

Belanda mengeluarkan Wilde Scholen Ordonnontie, suatu undang-

undang yang mengatur apa yang dinamakan “sekolah liar”, yakni sekolah

yang dikelola dan diasuh oleh para guru bangsa Indonesia yang tidak

sudi bekerja di sekolah-sekolah Gubernemen, tampillah Ki Hadjar

Dewantara bersama barisan guru partikuler dengan semboyan

“Tiap-tiap rumah jadi perguruan ;

Tiap-tiap orang jadi pengajar ;

Dengan atau tanpa ordonansi.”

Faktor yang menyebabkan fungsi pendidikan dalam keluarga tetap

penting, dalam dimensi pascaliterasi sekalipun dijelaskan oleh Marshall

Meluhan, kali ini dalam karyanya yang lain lagi, yakni The New

Education, sebagai berikut:

“ Cara seorang anak mempelajari bahasa ibunya adalah dengan

menggunakan seluruh gerak, seluruh intonasi, dan seluruh bunyi

sebagai suatu pengalaman baru. Baginya ini bukan merupakan

suatu segi pengalaman, melainkan suatu totalitas, suatu alat

baginya untuk menyelidiki dunia,… ini berarti bahwa ia

menggunakan seluruh indera seketika dengan melibatkan keseluruh

dirinya kepada situasi sebagaimana cara belajar”.


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Akhirnya penulis pada akhir penjabaran makalah ini membuat suatu

kesimpulan dari hasil membaca seluruh tentang komunikasi dan

pendidikan setelah meninjau masalah dan mencari solusi yang terbaik,

maka dengan ini penulis mengambil suatu kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengalaman audio dapat meningkatkan kemampuan seseorang

dalam melakukan kegiatan komunikasi.

2. Sikap guru sangat mempengaruhi para siswa dalam menjalin

hubungan dengan masyarakat sekitarnya.

3.2 Saran

Berdasarkan dari kesimpulan di atas, maka dapat penulis

kemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Perlu ditingkatkannya kesadaran siswa dalam proses komunikasi.

2. Perlu adanya trik-trik bagi seseorang dalam melakukan komunikasi.

3. Adanya upaya dari seseorang untuk mengatasi kendala-kendala

dalam melakukan komunikasi.


DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Onong, ”Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek”

Penerbit PT. Remaja Rosdakarya. Bandung 1984.

You might also like