You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dewasa ini penyakit menular yang diakibatkan oleh bakteri patogen semakin berkembang. Seperti pneumonia yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae yang merupakan bakteri gram positif. Selain itu pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematian yang tinggi, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju seperti Amerika Serikat. Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang yang mempengaruhi angka kematian pada penyakit pneumonia. Selain penyakit tersebut penyakit berbahaya yang lain adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aerus. Bakteri ini merupakan bakteri gram positif yang berbentuk bulat. Bakteri in dapat menyebabkan kanker, yang dapat menyebabkan kematian terhadap penderitanya. Penyakit yang berbahaya no 1 adalah TBC. Penyakit ini disebabkan oleh Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini dapat menyerang tubuh kita dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan bantuan udara. .Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri streptococcus adalah bakteri gram positif. Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi yang biasanya menyerang mukosa dalam tubuh manusia. Bakteri-bakteri tersebut dapat membuat manusia terkena infeksi yang dapat menyebabkan kematian pada manusia. Penularan penyakit yang disebabkan oleh bakteri-bakteri tersebut dapat ditularkan melalui udara maupun alat makan. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan infeksi 2. Bagaimana pengaruh bakteri streptococcus, streptococcus pneumonia, TBC 3. Bagaimana cara pengobatan dari bakteri tersebut

staphylococcus,

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian infeksi 2. Untuk mengetahui pengaruh bakteri Streptococcus, Staphylococcus, Streptococcus Pneumonia, TBC 3. Untuk mengetahui cara pengobatab dari bakteri tersebut

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Infeksi Infeksi adalah invasi tubuh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit ( Perry & Potter ,1995). Infeksi adalah peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di dalam tubuh penjamu ( Linda Tietjen,2004). Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik (utama,1999) B. Pengaruh bakteri 1. Streptococcus Infeksi Streptoccocus adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif Streptococcus. a. Penyebab Bakteri streptococcus penyebab penyakit pada manusia dikelompokkan menjadi 4 grup: 1. Streptococcus grup A Paling mematikan meskipun manusia adalah tuan rumah alaminya. Streptokokus ini bisa menyebabkan infeksi tenggorokan, tonsilitis (infeksi amandel), infeksi kulit, septikemia (infeksi dalam darah), demam Scarlet, pneumonia, demam rematik, korea Sydenham (kelainan saraf yang ditandai oleh kekakuan otot) dan peradangan ginjal (glomerulonefritis).

2. Streptococcus grup B Lebih sering menyebabkan infeksi yang berbahaya pada bayi baru lahir (sepsis neonatorum), infeksi pada sendi (artritis septik) dan pada jantung (endokarditis).

3. Streptococcus grup C dan G Sering terdapat pada binatang, tetapi bisa juga hidup di dalam tubuh manusia, yaitu di tenggorokan, usus, vagina dan kulit. Streptokokus ini bisa menyebabkan infeksi yang berat seperti infeksi tenggorokan, pneumonia, infeksi kulit, sepsis post-partum (setelah melahirkan) dan sepsis neonatorum, endokarditis dan artritis septik. Setelah terinfeksi oleh bakteri ini bisa juga terjadi peradangan ginjal. 4. Streptococcus grup D dan enterokokus Dalam keadaan normal hidup di saluran pencernaan bagian bawah, vagina dan kulit. Bakteri ini juga dapat menyebabkan infeksi pada luka dan katup jantung, kandung kemih, perut dan darah. b. Gejala Infeksi streptokokus yang paling sering ditemukan adalah infeksi tenggorokan (Strep throat). Gejalanya muncul secara tiba-tiba, seperti: 1. nyeri tenggorokan, 2. merasa tidak enak badan 3. demam 4. menggigil 5. nyeri kepala 6. mual

7. muntah 8. denyut jantung yang meningkat 9. tenggorokan tampak merah 10. amandel membengkak 11. kelenjar getah bening di leher membesar. Anak-anak bisa mengalami kejang. Sedangkan pada anak berusia kurang dari 4 tahun, gejalanya hanya berupa hidung meler. Batuk, laringitis (peradangan laring) dan hidung tersumbat tidak biasa ditemukan pada infeksi streptokokus, gejala-gejala ini lebih mengarah kepada sebab lain seperti pilek atau alergi. Demam Scarlet yang disebabkan toksin/racun bisa menimbulkan ruam kemerahan yang meluas. Ruam tampak jelas di daerah perut, dada dan lipatan kulit. Gejala lain berupa daerah pucat di sekitar mulut, muka kemerahan, lidah kemerahan dan garis-garis merah gelap di lipatan kulit. Setelah demam reda, lapisan luar dari kulit yang memerah sering mengelupas. Streptococcus juga menyebabkan beberapa jenis infeksi kulit yang jarang menimbulkan abses. Infeksinya cenderung menyebar ke lapisan dalam di bawah kulit, menyebabkan selulitis dan kadang-kadang erupsi kulit kemerahan yang disebut erisipelas (St. Anthony's fire). Streptokokus, dengan atau tanpa stafilokokus, juga bisa menyebar melalui lapisan atas kulit menimbulkan impetigo (erupsi krusta berkeropeng). Jenis streptokokus tertentu bisa dengan cepat menyebabkan infeksi yang luas dan bersifat destruktif pada kulit (fasitis nekrotisasi). c. Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya dan diperkuat oleh hasil biakan dari area yang terinfeksi. Setelah 24 jam, biakan akan menunjukkan koloni bakteri yang khas. Untuk mendiagnosis infeksi tenggorokan, biakan
5

diambil dengan menggoreskan kain steril di bagian belakang tenggorokan. Lalu dimasukkan ke dalam cawan petri dan dibiarkan semalam. d. Pengobatan

Penderita Strep throat dan demam Scarlet akan pulih tanpa pengobatan dalam waktu 2 minggu. Antibiotik dapat memperpendek lamanya gejala pada anakanak dan mencegah komplikasi yang serius seperti demam rematik. Antibiotik juga membantu mencegah penyebaran infeksi ke telinga tengah, sinus dan tulang mastoid.Biasanya penisilin V per-oral harus segera diberikan pada saat gejala-gejala penyakit ini timbul. Infeksi streptokokus lainnya seperi selulitis, fasitis nekrotisasi dan endokarditis, sangat serius dan memerlukan terapi penisilin intravena, kadangkadang dikombinasi dengan antibiotik lainnya. Streptokokus grup A biasanya bisa diatasi dengan Penicillin. Beberapa streptokokus grup D dan terutama enterokokus, resisten terhadap penisilin dan kebanyakan antibiotik; tidak ada pengobatan antibiotik andalan untuk enterokokus. Gejala-gejala seperti demam, nyeri kepala dan nyeri tenggorokan dapat diobati dengan obat pereda nyeri (analgetik) dan penurun panas (antipiretik) seperti Penderita perlu menjalani tirah baring dan isolasi. Acetaminophen.

2. Staphylococcus Infeksi Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus sering disebut Staph.Bakteri ini kadang resisten terhadap antibiotik yang umum digunakan untuk mengobatinya.Jika tanpa penanganan yang tepat MRSA dapat berakibat fatal.Orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah berpotensi untuk mudah terserang bakteri ini. a. Penyebab MRSA disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus sering disebut Staph.
6

b.Gejala Umumnya mulai sebagai benjolan merah kecil yang menyerupai jerawat, bisul atau gigitan laba-laba.Ini dapat dengan cepat berubah menjadi mendalam, menyakitkan abses yang memerlukan pembedahan melelahkan. Kadangkadang bakteri tetap terbatas pada kulit. Tetapi bakteri juga dapat menembus ke dalam tubuh, berpotensi menyebabkan infeksi yang mengancam tulang, sendi, luka bedah, aliran darah, katup jantung dan paru-paru, yang pada akhirnya mengancam jiwa seseorang. c.Pengobatan Di rumah sakit dan fasilitas perawatan, dokter sering mengandalkan vankomisin antibiotik untuk mengobati kuman resisten. CA-MRSA dapat diobati dengan antibiotik vankomisin atau lainnya yang telah terbukti efektif terhadap strain tertentu. Meskipun vankomisin menyelamatkan nyawa, hal itu mungkin menjadi kurang efektif juga. Beberapa rumah sakit telah melihat strain MRSA yang kurang mudah dibunuh oleh vankomisin.

3.Streptococcus pneumonia Streptococcus Pneumoniae adalah diplococcus gram positif, sering berbentuk lancet atau berbentuk rantai, memiliki kapsul polisakarida yang memudahkan untuk pengelompokan antisera spesifik. Streptococcus Pneumoniae mudah dilisis dengan agen aktif pada permukaan misalkan garam empedu. Agen aktif permukaan umumnya menghambat atau tidak mengaktifkan penghalang autolysin dinding sel. Streptococcus Pneumoniae merupakan penghuni normal dari saluran pernapasan bagian atas manusia dan dapat menyebabkan pneumonia, sinusitis, bronchitis, meningitis, dan proses infeksi lainnya.

C. Morfologi dan Identifikasi 1. Ciri Organisme : Secara mikroskopik nampak sebagai kokus berbentuk lanset, biasanya berpasangan dan berselubung. Pneumococcus berbentuk bulat, baik yang berasal dari eksudat maupun dari perbenihan. Rantai panjang terdapat bila ditanam dalam perbenihan yang hanya sedikit mengandung magnesium. Kuman ini positif gram dan pada perbenihan tua dapat nampak sebagai gram negatif, tidak bergerak (tidak berflagel). Selubung terutama dibuat oleh jenis yang virulen. 2. Kultur : Streptococcus Pneumoniae membentuk koloni bundar kecil, pertama berbentuk kubah dan kemudian berkembang berbentuk pusat plateau dengan tepi yang mengalami peninggian.Streptococcus

Pneumoniae merupakan hemolitik pada agar darah.Pertumbuhannya ditingkatkan oleh 5-10% CO2.

3. Sifat pertumbuhan : Kebanyakan energi didapat dari fermentasi glukosa, disertai oleh produksi asam laktat secara cepat, yang menghambat pertumbuhan. Netralisasi kultur broth dengan alkali dalam selang waktu tertentu akan terjadi pertumbuhan besar.

D. Struktur Antigen 1. Struktur komponen : Polisakarida kapsuler secara imunologi dibedakan menjadi 84 tipe. Polisakarida merupakan suatu antigen yang mendapatkan respon sel B. Bagian somatik pneumococcus mengandung protein M dimana

karakteristik untuk masing-masing tipe dan kelompok karbohidrat spesifik bersifat umum bagi semua pneumococci.Karbohidrat dapat

dipresipitasi oleh protein reaktif C, yakni substansi yang didapat dalam serum pasien-pasien tertentu. 2. Reaksi Quellung : Ketika pneumococcus dari tipe tertentu dicampur dengan serum antipolisakarida dari tipe sama atau dengan antiserum polivalen diatas slide mikroskop, kapsul dapat berkembang secara nyata. Reaksi ini bermanfaat untuk identifikasi cepat dan penentuan tipe organisme baik dalam sputum dan dalam kultur. Antiserum polivalen yang berisi antibodi hingga 84 tipe merupakan reagent yang baik untuk determinasi pneumococcus pada sputum segar pada pemeriksaan mikroskopis.

E. Patogenesis 1. Produksi Penyakit : Streptococcus Pneumoniae menyebabkan penyakit melalui

kemampuannya untuk berkembang biak didalam jaringan. Mereka tidak menghasilkan toksin.Virulensi dari organisme merupakan fungsi

kapsulnya, yang dapat mencegah atau menunda pencernaan oleh fagosit.Serum yang mengandung antibodi terhadap polisakarida tipe spesifik dapat melindungi dari infeksi. Jika serum tersebut diserap oleh polisakarida tipe tertetu, maka serum tersebut akan kehilangan daya proteksinya. Hewan atau manusia yang diimunisasi dengan tipe pneumococcus tersebut dan memiliki antibodi presipitasi dan antibodi opsonisasi untuk tipe polisakarida tersebut.

2. Resistensi Alamiah 40-70% dari manusia kadang-kadang merupakan carrier

pneumococcus yang virulen, maka mukosa pernapasan normal harus memiliki daya tahan alamiah bagi pneumococcus.

Diantara faktor-faktor yang mungkin menyebabkan rendahnya resistensi dan berpengaruh pada infeksi pneumococcal adalah sebagai berikut : a. Ketidak normalan saluran pernapasan Virus dan infeksi-infeksi lain yang merusak sel permukaan : akumulasi abnormal mucus (alergi) yang melindungi pneumococcus dari fagositos, obstruksi bronchus (missal atelectasis) dan kerusakan saluran pernapasan disebabkan oleh bahan iritan yang mengganggu fungsi mucocilary. b. Alkohol atau intoksikasi obat Menyebabkan menekan kegiatan fagositik, menekan reflex batuk, dan memudahkan aspirasi bahan asing. c. Mekanisme lain Kekurangan gizi, kelemahan umum, anemia sickle cell, hiposplenisme, nefrosis atau difisiensi bahan tambahan.

F. Patologi Infeksi pneumococcus menyebabkan pengeluaran cairan edema fibrin secara berlebihan kedalam alveoli, yang diikuti oleh sel darah merah dan leukosit yang menyebabkan konsolidasi dari paruparu.Sebagian pneumococcus terdapat dalam eksudat ini, dan mereka dapat mencapai aliran darah melalui saluran limfa dari paru-paru.Dinding alveolar tetap utuh secara normal selama infeksi. Kemudian sel-sel mononuklear secara aktif melakukan fagosit pada debris, dan fase cairan ini secara bertahap diserap kembali.Pneumococcus ditangkap oleh fagosit dan dicerna secara intraseluler. Angka kematian pada pneumonia tergantung pada ras, seks, umur dan keadaan umum penderita, tipe kumannya, luasnya bagian paru-paru yang terkena, ada tidaknya septikemia, ada tidaknya komplikasi, pemberian terapi spesifik, dan faktor-faktor lainnya.

10

G. Tanda-Tanda Klinis Serangan pneumonia oleh pneumococcus biasanya mendadak, diikuti dengan demam, menggigil dan nyeri tajam pada pleura. Sputum mirip dengan eksudat alveolar, secara karakteristik berdarah atau berwarna merah kecoklatan. Awal penyakit ini, ketika demam menggigil, maka bakteremia tampak dalam 10-20% kasus. Dengan terapi antimikroba, penyakit biasanya hilang secara bertahap. Jika obat-obat diberikan secara awal, maka perkembangan konsolidasi terganggu.

H. Kekebalan Kekebalan terhadap infeksi oleh pneumococcus adalah tipe spesifik yang tergantung pada antibodi terhadap polisakarida kapsuler dan pada fungsi fagositik. Vaksin dapat menimbulkan produksi antibodi terhadap polisakarida kapsuler.

I. Pengobatan Karena pneumococcus bersifat sensitif terhadap antimikroba, perawatan awal biasanya berlangsung pada proses pemulihan yang cepat dan respon antibodi agaknya kurang berperan. Penisilin G merupakan obat pilihan. Penisilin G dosis tinggi dengan MICs sebesar 0,1-2g/mL ternyata efektif untuk menangani pneumonia yang disebabkan oleh pneumococcus tetapi tidak efektif menangani meningitis yang disebabkan oleh strain yang sama. Beberapa strain yang resisten penisilin ternyata juga resisten terhadap cefrizoxime, juga resisten terhadap tetrasiklin dan eritromisin. Pneumococcus peka terhadap vankomisin.

11

J. Epidemiologi, Pencegahan dan Pengawasan Pneumonia oleh pneumococcus berjumlah sekitar 60% dari semua pneumonia bakterial. Ini merupakan penyakit endemik dengan angka kejadian tinggi pada carrier (pembawa penyakit).Pada perkembangan penyakit, faktor-faktor yang mempengaruhi lebih penting daripada pemaparan terhadap agen yang terinfeksi, dan carrier yang sehat jauh lebih sering mendistribusikan pneumococcus daripada pasien yang sakit. Sangat mungkin melakukan imunisasi terhadap individu dengan polisakarida tipe spesifik.Vaksin dapat memberikan 90% perlindungan terhadap bakterimia pneumonia. Diantara para pekeja tambang emas di Afrika Selatan, vaksin-vaksin yang memuat 14 tipe pneumococcus menguntungkan pasien yang memiliki penyakit sickle cell atau setelah splenectomi Pada tahun 1983, perluasan vaksin polisakarida yang memuat 23 tipe dilisensikan di Amerika Serikat. Vaksin-vaksin demikian sesuai bagi anak-anak dan bagi orang tua, orang yang lemah atau individu yang daya tahan tubuhnya rendah. Vaksin pneumococcus akan berkurang imunigenitasnya pada anak dibawah usia 2 tahun dan pada pasien yang menderita lymphoma, untuk pasien yang beresiko tinggi, pemberian propilaksis penisilin harus disertai dengan vaksinasi. Bahkan, diharapkan dapat mencegah faktor predisposisi, membuat diagnosis secara tepat, dan memulai kemoterafi dengan benar. Dewasa ini, banyak kematian yang disebabkan pneumonia oleh pneumococcus terjadi pada orang berusia diatas 50 tahun, orang dengan kekebalan alamiah yang terganggu, misalkan mereka dengan penyakit sickle cell atau asplenia dan mereka dengan bakteremia.

12

3. TBC Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai KochPulmonum (KP).

Cara Penularan Penyakit TBC Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak. Sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.

13

Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.

Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkulosis yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.

Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.

Gejala Penyakit TBC

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat.Gambaran secara klinis tidak

14

terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik. A.Gejala sistemik/umum Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul, penurunan nafsu makan dan berat badan, batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah), perasaan tidak enak (malaise), lemah. B.Gejala khusus Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kirakira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.

15

Penegakan Diagnosis Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah: 1.Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya. 2.Pemeriksaan fisik. 3.Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak). 4.Pemeriksaan patologi anatomi (PA). 5.Rontgen dada (thorax photo). 6.Uji tuberkulin.

16

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan 1. Infeksi adalah peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di dalam tubuh penjamu 2. Streptococcus dapat menyebabkan infeksi tenggorokan. Streptococcus dengan atau tanpa stafilococcus, bisa menyebar melalui lapisan atas kulit. 3. Staphylococcus aerus dapat menyebabkan infeksi MRSA, bakteri ini berpotensi menyebabkan infeksi yang mengancam tulang, sendi, luka bedah, dll. 4. Streptococcus Pneumoniae merupakan penghuni normal dari saluran pernafasan bagian atas manusia dan dapat menyebabkan pneumonia. 5. Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikrobakterium tuberkulosa.

17

DAFTAR PUSTAKA

http://medicastore.com/penyakit/183/Infeksi_Streptokokus.html) http://khasanahherbal.com/penyakit/m-penyakit/mrsa-infeksi-bakteri-virus4378.html http://medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm

18

You might also like