Professional Documents
Culture Documents
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG AGUSTUS 2013
Oleh Rini Arie Yunitha Harahap Mike Yulia Fandri Adi Sutriwanto Pasaribu Adhein Ayu Mandrakiti Dina Utari Almi Yeni Marlina N. Raden Chandrajaya Listiandoko Pembimbing dr. Hernowo Anggoro Wasono, M.Kes
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) masih merupakan salah satu
padat dan kumuh. Rumah yang sempit tanpa jendela atau ventilasi, amat kondusif untuk berkembangnya kuman TB. Penderita tuberkulosis kebanyakan dari kelompok sosio ekonomi rendah.
Ilustrasi Kasus
Nn. S, usia 30 tahun, yang tinggal di Karang
Anyar Blok 3A, pada tanggal 1 Agustus 2013 datang ke Puskesmas Karang Anyar dengan tujuan kontrol, mengambil obat, dan mendapatkan suntikan sreptomisin. Kurang lebih 2 minggu yang lalu, pasien dirawat di RS DKT dengan keluhan batuk, keringat malam, dan tidak mau makan sejak 1 bulan SMRS.
Pasien dirawat di RS DKT selama 9 hari. Dokter
mengatakan bahwa pasien menderita sakit TB Paru. Setelah kondisi membaik, pasien dipulangkan dan dianjurkan kontrol di Puskesmas.
mengeluh batuk darah berwarna merah segar sebanyak 1/2 cangkir. Karena keluarga panik, pasien langsung dibawa ke RSAM. Di RSAM pasien dirawat 1 minggu. Oleh dokter, pasien didiagnosa TB Paru Relaps. Tiga hari setelah pulang dari RSAM, pasien datang ke Puskesmas Karang Anyar untuk mengambil obat dan mendapat suntikan.
keluhan yang sama seperti sekarang namun tidak disertai dengan batuk darah. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien dahulu pernah dirawat 1 minggu di RSAM dan meminum obat paket TBC selama 11 bulan. Keluarga tidak mengetahui mengapa pengobatan sampai 11 bulan. Setelah 11 bulan menjalani pengobatan, pasien dinyatakan sembuh oleh dokter.
bernama Tn. B. Tn. B tidak tinggal satu rumah dengan pasien namun sering berkunjung kerumah pasien. Tn. B meminum obat paket TB selama 6 bulan, kemudian dinyatakan sembuh oleh dokter.
Selang 6 bulan kemudian, kakak kedua pasien yang
bernama Tn. T mengalami keluhan yang sama dengan Tn.B. Tn.T tinggal serumah dengan pasien pada saat sakit, namun sejak Tn.T menikah tidak tinggal serumah. Tn.T meminum obat paket TB selama 6 bulan, kemudian juga dinyatakan sembuh oleh dokter.
Tiga bulan kemudian Nn.S mengalami keluhan
yakni Ny.S juga mengeluh hal yang sama seperti pasien. Ibu pasien juga meminum obat paket TB selama 6 bulan dan setelah 6 bulan kemudian dinyatakan sembuh oleh dokter.
Keluhan
Nafsu makan berkurang Berat badan menurun Perubahan kebiasaan
Riwayat Imunisasi
Pasien tidak mendapat imunisasi
namun tidak sertai dengan kejang dan berobat pada mantri terdekat. Penyakit TBC 5 tahun yll
berbicara agak cedal, dan pertumbuhan badan (berat dan tinggi badan) tidak sesuai usia. Jika diajak berkomunikasi terkadang tidak menyambung.
Riwayat Pendidikan
Pasien tidak bersekolah karena tidak ada sekolah
yang mau menerima. Ibu pasien tidak menyekolahkan ke SLB karena lokasi yang jauh dan tidak ada biaya.
jiwa, sering mengurung diri, berbicara sendiri, dan marah-marah. Ayah pasien mengalami hal yang sama dengan paman pasien selama 7 tahun belakangan
Keluarga
1. Tn. K Kepala Rumah tangga 2. Ny. S Istri P 60 thn SD L 65 thn SD Tidak Bekerja Petani
(Y/T)
T Gangguan Kejiwaan
Gout Arthritis
3.
Nn. S
Anak II
30 thn
4.
Ny. Sr
Anak III
20 thn
5.
Tn. J
23 thn
Tamat SMP
Buruh
Sehat
6.
An. D
Cucu
11 tahun
Kelas 5 SD
Pelajar
Sehat
GENOGRAM
: Habitus Piknikus, kebersihan diri kurang. Keadaan umum : kesadaran compos mentis, tampak sakit sedang. Keadaan gizi : gizi kurang (BB=30 kg, TB=140 cm, IMT=15, 31) Tanda vital : TD : 90/60 mmHg, N : 94 x/mnt, RR : 20 x/mnt, T : 37,2 oC
Mata
Gigi dan Mulut
pertumbuhan teratur, karies(+) Leher :teraba pembesaran KGB di colli anterior dua buah, kenyal, ukuran 1x1 cm, warna sama dengan sekitar, nyeri tekan (-), tidak ada nyeri menelan.
Paru : I : tampak simetris dalam pergerakan statis dan dinamis, tidak ada retraksi iga. P : tidak teraba massa, fremitus kanan sama dengan kiri P : perkusi sonor di kedua lapang paru, batas paru-hati di sela iga ke-6, batas paru lambung di sela iga ke-7 A : bunyi nafas dasar vesikuler di kedua lapang paru, ronki (+) dan wheezing(-)
Abdomen : I : cembung, simetris P : supel, tidak teraba massa, nyeri tekan pada epigastrium (-), hati dan limfa tidak teraba, turgor kulit dalam batas normal P : timpani A : bising usus normal
Jantung : I : iktus kordis terlihat P : iktus kordis teraba P : batas jantung kanan, jantung kiri dan pinggang jantung dalam batas normal A : bunyi jantung I-II murni, tidak ditemukan adanya murmur dan gallop
Ekstremitas : Superior : oedem -/-, sianosis -/-, clubbing finger -/-. Inferior : oedem-/-, sianosis -/-, clubbing finger -/-. Tampak multiple papul pada kedua ekstremitas inferior, dinyatakan gatal oleh pasien
DIAGNOSTIK HOLISTIK
Alasan Kedatangan, harapan dan kekhawatiran.
Alasan kedatangan
: TB paru kembali
Masalah perilaku dan mentalpsikologikal Kurangnya pengetahuan pasien mengenai penyakit dan pengobatan TB paru Masalah fungsi psikososial dan lingkungan Kurangnya pemahaman tentang pengaruh pencahayaan yang baik terhadap penyakit TB Kurangnya pemahaman tentang pengaruh ventilasi yang baik terhadap penyakit TB Kurangnya kesadaran terhadap pencegahan penularan penyakit TB Skala Fungsional Skala Fungsional 3
PEMBAHASAN
Kunjungan Pertama (3 Agustus 2013)
Perkenalan Penjelasan pembinaan keluarga
dan lingkungan Identifikasi permasalahan kesehatan pada keluarga Edukasi dan motivasi awal mengenai permasalahan kesehatan keluarga
Mewawancarai dan mengamati bagaimana keluarga menanggapi sakit yang diderita oleh Nn. S (pengawasan minum obat, pengetahuan, dukungan) Mewawancarai struktur keluarga Mengamati rumah, tata ruang, tata letak barang, ventilasi, jamban, kamar mandi, sumur, pembuangan limbah, kebersihan rumah, kamar pasien, kebiasaan pasien dan keluarga + dokumentasi Mewawancarai sosial ekonomi keluarga
Silaturrahim Idul Fitri
No.
Masalah keluarga
Skor
Rencana penyelesaian
Indikator keberhasilan
1.
Ruang di rumah yang pengap dan lembab sebagai media potensial penyebaran TBC ke lingkungan.
Membuka ventilasi dan jendela Keluarga membuka ventilasi untuk sirkulasi yang lebih baik (Media: edukasi) dan jendela yang baik untuk sirkulasi
2.
Pembuangan dahak yang masih sembarangan yang berbahaya sebagai sumber penularan bagi anggota keluarga lain.
Edukasi mengenai penyakit TB, penularannya, pengobatannya termasuk cara mencegah penularannya (Media: edukasi +leaflet)
Pasien telah dapat membuang dahak dalam tempat yang diisi sabun atau karbol serta tidak meludah di sembarang tempat
3.
No.
Masalah keluarga
Skor
Rencana penyelesaian
Indikator keberhasilan
4.
5.
yang tidak membahayakan diri membahayan diri dan orang dan orang lain lain
No.
Masalah
Rincian
Tujuan
Hasil Minggu I
Keterangan
1.
Terapi OAT : Isonazid 300mg 1x1 Rifampisin 450mg 1x1 Pirazinamid 500mg 3x1 Ethambutol 250mg 3x1 Streptomisin 500 mg
Pasien mendapatkan terapi OAT Pasien masih mengeluh batuk, tetapi keluhan sudah mulai berkurang
Saat ini pasien telah menjalani terapi OAT selama 1 bulan secara rutin Pasien mendapatkan OAT dari Puskesmas Karang Anyar
2.
Sindrom Down
Edukasi tentang merawat kebersihan diri Edukasi tentang perilaku yang tidak membahayakan diri dan orang lain
Mencegah timbulnya infeksi kulit Dapat melakukan perawatan diri sederhana Mencegah timbulnya tindakan membahayakan diri dan orang lain
Tidak muncul infeksi kulit Telah melakukan perawatan diri sederhana, misalnya: mandi menggunakan sabun 2x sehari, menyikat gigi, menyisir rambut, dan menggunakan pakaian yang bersih Pasien tidak membahayakan diri dan orang lain
pasien serta keluarga Menjelaskan derajat kesehatan yang ingin dicapai agar keluarga dapat memenuhi persyaratan indikator yang ditetapkan Mengamati perubahan gejala klinis pasien dan menganamnesis lebih mendalam Anjuran agar suami Ny.S diperiksakan ke pelayanan kesehatan Dokumentasi keluarga dan lingkungan keluarga
kunjungan sebelumnya Edukasi dan motivasi terhadap pokok permasalahan yang masih belum banyak perubahan Berpamitan
No.
Masalah keluarga
Skor awal
Skor akhir
1.
2.
Keluaraga sudah menyediakan wadah khusus pembuangan dahak atau pasien langsung membuang dahak ke kamar mandi dan langsung disiram
3.
Pembuangan dahak yang masih sembarangan yang berbahaya sebagai sumber penularan bagi anggota keluarga lain.
Pasien telah membuang dahaknya di dalam sebuah kaleng yang berisi pasir dan tertutup, pasein akan membakarnya bila telah penuh.
No.
Masalah keluarga
Skor awal
Skor akhir
Pasien sudah mulai merawat diri, dengan mandi 2x sehari, menyisir rambut dan menyikat gigi
5.
HASIL STUDI
Pasien Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien telah terdiagnosis sebagai tuberkulosis paru relaps dengan sindrom down.
Keluarga Keluarga sudah dapat mengubah perilaku dan pandangan tentang pentingnya dukungan keluarga terhadapa proses penyembuhan pasien TB. Keluarga telah ikut berperan serta dalam upaya penatalaksanaan tuberkulosis paru pada pasien. Keluarga mulai memikirkan untuk membuat ventilasi yang lebih baik untuk kesehatan dengan membuka karton penutup ventilasi.
tuberkulosis paru yang terjadi pada pasien karena adanya kontak dengan orang yang mengalami penyakit yang sama. Keluarga juga memahami bahwa penyakit TB dapat kambuh jika imunitas tubuh terganggu Keluarga juga memahami dengan kondisi pasien yang mengalami sindrom down butuh perhatian lebih dalam hal pengawasan minum obat Keluarga juga memahami dengan kondisi pasien yang mengalami sindrom down butuh perhatian lebih agar pasien tidak membahayakan dirinya dan orang lain.
dengan sindrom down pada Nn. S, 3O tahun, atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik, serta telah ditatalaksana dengan pemberian terapi medikamentosa, edukasi dan motivasi untuk melakukan terapi nonfarmakologis.
Pasien dan keluarganya telah mengetahui mengenai
resiko komplikasi dan kematian akibat tuberkulosis paru dan dapat ditanggulangi dengan melakukan pengelolaan yang baik terhadap penyakit tuberkulosis paru itu sendiri dan pasien serta keluarganya telah mengerti bagaimana cara-cara mencegah dan membatasi penularan tuberculosis dari dan ke lingkungan sekitar.
pengelolaan penyakit tuberkulosis paru yang diderita pasien dengan memilih salah satu anggota keluarga sebagai pengawas minum obat (PMO).
Keluarga telah memahami bahwa lingkungan
dalam dan luar rumah yang bersih dapat mencegah terjadinya penyakit.
SARAN Untuk Pasien, Keluarga dan Lingkungannya Perlu meningkatkan pengetahuan/wawasan mengenai penyakit tuberkulosis paru sehingga penatalaksanaan dan pengelolaan dapat berjalan dengan baik.
Tetap minum obat patuh dan secara teratur agar
didapatkan tingkat kesembuhan yang optimal, oleh karena itu keluarga perlu mengoptimalkan kerjasama antar anggota keluarga untuk meningkatkan kesehatan keluarga.
Perlu meningkatkan kepedulian pada sanitasi
thoraks pada setiap anggota keluarga dan teman tempat bekerja dengan suspek tuberkulosis paru
Perlu pembinaan lebih lanjut pada pasien dan
keluarga mengenai perilaku sehat berhubungan dengan pengelolaan penyakit tuberkulosis paru.
Untuk Pelaksana Pelayanan Kesehatan Perlunya pelayanan kesehatan yang lebih menyeluruh, komprehensif, terpadu dan berkesinambungan
Adanya sistem pemantauan dan pembahasan di
fasilitas kesehatan secara periodik mengenai kasus yang dibina untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Perlu ditingkatkan usaha promosi kesehatan kepada
masyarakat.baik mengenai pencegahan primer maupun sekunder terhadap penyakit yang berhubungan dengan tuberkulosis paru serta kemungkinan penyakit yang dapat menyertainya.
DENAH RUMAH
DOKUMENTASI
Ruang Tamu
Plafon
Kamar Tidur I
Ruang Keluarga
Ruang Keluarga
Dapur
Dapur
Sumber air
Kamar mandi
WC
Tempat Mencuci