You are on page 1of 1

Cin Pratipa Hapsarin

Mulutmu berambut api. Menghangatkan rindu yang patah dan membakar tumpukan
bata. Ia merah-kecil bersahut-sahutan. Memercik gulana terbuntal lautan tawa. Ekor
mata yang menyudutkan lekuk wajah ke balik cermin kotak. Ke balik cermin bukan
lingkaran. Matahari kehabisan crayon kuning berapa juta tahun cahaya lalu. Mulutmu
tak lelah-tapi ia lelah. Bermil-mil tembok telah mendengar pengakuan dosa. Bedil
nyanyian purba menyusup diantara ketiak. Kembang-kembang yang melambai
mengikut angin takjub. Parasendal jongkok berjajar. Antri. Tuhan adalah raja para
bebek. Mulutmu berambut api. Pantat penggorengan sehitam kota kecil di matamu.
Seekor udang mengaduh matang. Kacang panjang harus tahu diri. Nanas dan cabai
tersenyum ringan. Gula-garam lebur menanak tunas. Ilalang gembira menunggu sisa
piring. Kucing-kucing tergeletak sengit. Mereka ratu beranda. Mulutmu memang
berambut api. Mematang rahsa. Praharanyanyawa.

Bukan doa sang Katak


Nov 2008

You might also like