You are on page 1of 28

http://ninaruspinacivic.blogspot.com/2012/04/makalah-metode-pembelajaran-jigsaw.

html

Makalah Metode Pembelajaran Jigsaw


TUGAS MATA KULIAH STRATEGI PEMBELAJARAN PKn RANGKUMAN MATERi MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW (1) DISUSUN OLEH: KELOMPOK 5 1. HARFIAN AHDI AULA (E1B010019) 2. NINA RUSPINA (E1B010035) 3. BAIQ ZULIAWATI (E1B010001)

JURUSAN PEND.IPS/PRODI S1 PPKn FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2012 A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan

kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut: Kelompok Asal Kelompok Ahli Gambar. Ilustrasi Kelompok Jigsaw Metode atau model pembelajaran jigsaw adalah sebuah tehnik pembelajaran kooperatif dimana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam pelaksanaan pembelajaran.

B. Prosedur/Langkah-Langkah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Adapun prosedur/langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut: Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal. Gambar Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai. Selanjutnya Stephen, Sikes and Snapp, mengemukakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw : a) Siswa dikelompokan kedalam 1-5 anggota tim b) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda c) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan d) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian / sub bab yang sama bertremu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka. e) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh. f) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi g) Guru memberi evalauasi C. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 1. Untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa agar bahan pelajaran lebih bermakna. 2. Agar anggota dari suatu kelompok tersebut lebih termotivasi atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. 3. Untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. 4. Untuk mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh bila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.

D. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 1. Kelebihan Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu: a) Melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain b) Meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. c) Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompok yang lain. d) Siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. e) Melatih peserta didik agar terbiasa berdiskusi dan bertanggungjawab secara individu untuk membantu memahamkan tentang suatu materi pokok kepada teman sekelasnya f) Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya g) Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat h) Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.

2. Kekurangan Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu: a) Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderungmengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti. b) Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahl secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat. c) Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan .Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi. d) Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran e) Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran model Jigsaw f) Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehingga hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas sedangkan yang lain hanya sebagai penonton. g) Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran model Jigsaw. h) Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran. i) Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran. j) Kegiatan belajar-mengajar membutuhkan lebih banyak waktu dibanding metode yang lain Referensi: Fadhly.____. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW. Baturaja: MIN TL Jawa Baturaja Bambang Sudibyo. 2008. Materi Road Show Dewan Pendidikan Bersama Tim Wajar Dikdas Kabupaten Kuningan. Kuningan : Dewan Pendidikan Kabupaten Kuningan. http://akhmadsudrajat.wordpress.com http://elfalasy88.wordpress.com

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-learning-teknik-jigsaw/

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Teknik Jigsaw


Posted on 31 Juli 2008 by AKHMAD SUDRAJAT

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Teknik Jigsaw Oleh : Novi Emildadiany*))
Bab I Pendahuluan Bab II Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw

A. Pembelajaran Kooperatif B. Tujuan Pembelajaran Kooperatif C. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw
Bab III Penutup

======= Bab I Pendahuluan

endidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkatn aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan riil di lapangan, proses pembelajaran di sekolah dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa, terutama dalam pembelajaran ekonomi. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh sang guru. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan

pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif. Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal. Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup. Pembelajaran kooperatif terutama teknik Jigsaw dianggap cocok diterapkan dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menyusun makalah dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Teknik Jigsaw. ======= Bab II Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Teknik Jigsaw A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Falsafah yang mendasari pembelajaran kooperatif (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.

Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Menurut Anita Lie dalam bukunya Cooperative Learning, bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif, untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu : 1.Saling ketergantungan positif. Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka. 2.Tanggung jawab perseorangan. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran kooperatif membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. 3.Tatap muka. Dalam pembelajaran kooperatif setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan. 4. Komunikasi antar anggota. Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

5. Evaluasi proses kelompok. Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Urutan langkah-langkah perilaku guru menurut model pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh Arends (1997) adalah sebagaimana terlihat pada table berikut ini

Tabel Sintaks Pembelajaran Kooperatif ======= B. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994). Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu: 1. Hasil belajar akademik Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

2. Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. 3. Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial. ======= C. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Teknik Jigsaw Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997). Model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997). Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Lie, A., 1994).

Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Pada model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 1997) : Kelompok Asal

Kelompok Ahli Gambar. Ilustrasi Kelompok Jigsaw Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut :

Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam teknik Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota

kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.

Gambar Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw

Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah selalu berjalan dengan mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran terutama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran kooperatif. 2. Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehingga yang hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton. 3. Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran kooperatif. 4. Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran. 5. Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.

Agar pelaksanaan pembelajaran kooperatif dapat berjalan dengan baik, maka upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan model pembelajaran kooperatif di kelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. 2. Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas merupakan kelas heterogen.

3. Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran kooperatif. 4. Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku sumber. 5. Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.

======= Bab III Penutup A.Kesimpulan Pembelajaran di sekolah yang melibatkan siswa dengan guru akan melahirkan nilai yang akan terbawa dan tercermin terus dalam kehidupan di masyarakat. Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam kelompok secara bergotong royong (kooperatif) akan menimbulkan suasana belajar partisipatif dan menjadi lebih hidup. Teknik pembelajaran kooperatif dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan dapat meningkatkan kreativitas siswa. Jigsaw merupakan bagian dari teknik-teknik pembelajaran kooperatif. Jika pelaksanaan prosedur pembelajaran kooperatif ini benar, akan memungkinkan untuk dapat mengaktifkan siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sampai saat ini pembelajaran kooperatif terutama teknik Jigsaw belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. B.Saran Sudah saatnya para pengajar mengevaluasi cara mengajarnya dan menyadari dampaknya terhadap anak didik. Untuk menghasilkan manusia yang bisa berdamai dan bekerja sama dengan sesamanya dalam pembelajaran di sekolah, model pembelajaran kooperatif perlu lebih sering digunakan karena suasana positif yang timbul akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan sekolah/guru. Selain itu, siswa akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan berpikir. DAFTAR PUSTAKA Anita Lie. 2007. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo. Bambang Sudibyo. 2008. Materi Road Show Dewan Pendidikan Bersama Tim Wajar Dikdas Kabupaten Kuningan. Kuningan : Dewan Pendidikan Kabupaten Kuningan. Daeng Sudirwo. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran Dalam Rangka Otonomi Daerah. Bandung : Andira. Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pedoman Pembelajaran Ekonomi Secara Kontekstual Untuk Guru SMP. Jawa Barat : Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pedoman Pembelajaran Geografi Secara Kontekstual Untuk Guru SMP. Jawa Barat : Depdiknas.

Dinas Pendidikan Kota Bandung. 2004. Model model Pembelajaran. Bandung : SMP Kartika XI. Lynne Hill. 2008. Pembelajaran Yang Baik. Bulettin PGRI Kuningan (Edisi ke-23 / Juni 2008). Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung : Rosda. yaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Syaiful Sagala. 2006. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. *)) Novi Emildadiany adalah mahasiswa tingkat IV pada Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP-Universitas Kuningan. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah seminar Ilmu Manajemen, yang disampaikan oleh Bapak Dr. Uhar Suharsaputra, M.Pd. dan Bapak Akhmad Sudrajat, M.Pd.

Ilhamkarbela.blogspot.com/2012/05/pembelajaran-model-jigsaw.html

Pembelajaran Model Jigsaw


MAKALAH

TIM AHLI (JIGSAW) a. Gambaran Umum Jigsaw Jigsaw telah dikembangkan dan diuji oleh Elliot Aroson dan teman dari universitas texas, dan diadopsi oleh slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins.

b. Langkah-Langkah Pembelajaran Jigsaw 1. Siswa dibagi atas beberapa kelompok 2. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi sub bab. 3. Setiap anggota kelompok membaca subbab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya. 4. Anggota dari kelompok yang lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikannya. 5. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali kekelompoknya bertugas menjelaskan kepada teman-temannya. 6. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.

c.

Jigsaw Tipe II Jigsaw tipe II ini dikembangkan oleh slavin (Roy Killen, 1996) dengan sedikit perbedaan. Dalam belajar kooperatif tipe Jigsaw, secara umum siswa dikelompokkan secara heterogen dalam kemampuan. Siswa diberikan materi baru atau pendalaman dari materi sebelumnya untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi ahli (Expert) pada suatu aspek tertentu dari materi tersebut. Model pembelajaran tipe Jigsaw ini ada perbedaan mendasar antara pembelajaran Jigsaw tipe I dan jigsaw tipe II. Pada Jigsaw tipe I, awalnya siswa hanya belajar konsep

tertentu yang akan menjadi spesialisasinya sementara konsep-konsep lain ia dapatkan melalui diskusi dengan teman segrupnya. Sedangakan pada Jigsaw tipe II ini setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan read) sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi Expert. Hal ini untuk mempeoleh gambaran menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan. Sintax Pembelajaran Jigsaw Adapun langkah-langkah pembelajaran denga Jigsaw II ini yaitu : a. Orientasi Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Membrikan penekanan tentang manfaat penggunaan metode jigsaw dalam proses belajar mengajar. Peserta didik diminta belajar konsep secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep. b. Pengelompokan Pengelompokan dalam kelas dilakukan dengan heterogen menurut kemampuannya dalam matematika. c. Pembentukan dan pembinaan kelompok expert Selanjutnya kelompok yang sudah dibentuk, diberikan materi sesuai dengan

kelompoknya.dan dibina menjadi suupaya menjadi expert. Tiap kelompok diberikan konsep matematika sesuai dengan kemampuannya. Misalnya kelompok I yang terdiri dari siswa yang sangat baik kemampuannya diberikan materi yang kompleks, begitu juga pada kelompok yang lainnya. Setiap kelompok diharapkan bisa belajar topik yang diberikan dengan sebaik-baiknya sebelum ia kembali kedalam grup sebagai tim ahli expert, dalam hal ini peran pendidik sangat penting. d. Diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam grup Expertist (peserta didik ahli) dalam konsep tertentu ini , masing-masing kembali dalam kelompok semula. Pada fase ini semua kelompok memiliki ahli dalam konsep-konsep tertentu. Selanjutnya pendidika mempersilakan anggota kelompok untuk mempresentasikan keahliannya kepada grupnya masing-masing. Dalam proses ini akan terjadi sharing pengetahuan diantara setiap anggota. Aturan dalam fase ini yaitu : Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap anggota mempelajari materi yang diberikan.

Memperoleh pengeahuan baru adalah tanggung jawab bersama, jadi tidak ada yang selesai belajar sampai setiap anggota benar-benar menguasai konsep. Tanyakan pada anggota grup sebelum bertanya kepada pendidik. Diskusi dilakukan secara pelan agar tidak mengganggu grup/kelompok lain. Dalam mengakhiri diskusi perlu adanya perayaan supaya siswa memperoleh kepuasan. e. Tes (penilaian) Pada tahap ini pendidik memberikan tes tulis untuk dikerjakan oleh siswa yang memuat seluruh konsep yang didiskusikannya. Pada proses pengerjaan tes siswa tidak boleh bekerja sama. f. Pengakuan kelomok Penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor peningkatan individu, tidak didasarkan pada skor akhir siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor tersebut melewati skor rata-rata sebelumnya. Setiap siswa berhak memberikan kontribus point kepada setiap anggota kelompoknya dalam sistem skor kelmpok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melebihi skor dasar yang diperolehnya.

http://rahman-destia.blogspot.com/2012/06/metode-pembelajaran-jigsaw.html

Kamis, 07 Juni 2012

metode pembelajaran JIGSAW

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam era global, teknologi telah menyentuh segala aspek pendidikan sehingga, informasi lebih mudah diperloleh, hendaknya siswa aktif berpartisipasi sedemikian sehingga melibatkan intelektual dan emosional siswa didalam proses belajar. Keaktifan disini berarti keaktifan mental walaupun untuk maksud ini sedapat mungkin dipersyaratkan keterlibatan langsung keaktifan fisik dan tidak nya berfokus pada satu sumber informasi yaitu guru yang hanya mengandalakan satu sumber komunikasi. Seringnya rasa malu siswa yang muncul untuk melakukan komunikasi dengan guru, membuat kondisi kelas yang tidak aktif sehingga berpulang pada rendahnya prestasi belajar siswa. Maka perlu adanya usaha untuk menimbulkan keaktifan dengan mengadakan komunikasi yaitu guru dengan siswa dan siswa dengan rekannya. Salah satu pembelajaran yang ditawarkan adalah kooperatif tipe jigsaw. 2. Rumusan Masalah Berangkat dari uraian singkat di atas, tim penyusun dapat merumuskan masalah yang menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini yaitu: 1) Pengertian Metode Jigsaw? 2) Sejarah Metode Jigsaw? 3) Langkah-langkah Metode Pembelajaran Jigsaw? 4) Faktor Penghambat Metode Jigsaw

3. Tujuan Tujuan pembuatan makalah ini adalah amengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam.

4. Metode Penulisan Dalam pembuatan makalah ini, acuan penulisan yang kami gunakan adalah bersumber dari buku dan internet serta blog yang berkaitan dengan materi yang ditugaskan oleh Bapak Suriansyah. tentang Jigsaw. BAB II JIGSAW Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari Universitas Texas dan kemudian di adaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya. Melalui metode jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. Para anggota dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut "kelompok pakar" (expert group). Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam "home teams", para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari. A. Pengertian Metode Jigsaw Dalam hal ini peneliti menggunakan metode jigsaw. Istilah metode berasal dari bahasa Yunani "Metodos". Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu "Metha" yang berarti melalui atau melewati dan "hodos" jalan atau cara. Jadi metode adalah suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Pengertian Kata jigsaw berasal dari bahasa Inggris yang berarti gergaji atau memotong. Dalam metode pembelajaran teknik jigsaw termasuk dalam jenis metode pembelajaran kooperatif. Metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Jigsaw adalah teknik pembelajaran aktif yang biasa digunakan karena teknik ini mempertahankan tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.

Pengertian jigsaw learning adalah sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknis "pertukaran dari kelompok ke kolompok lain." (group to group exchange) dengan suatu perbedaan penting: setiap peserta didik mengajarkan sesuatu. Sedangkan menurut Arends (1997) model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada kelompok yang lain.

B. Sejarah Jigsaw
Teknik jigsaw adalah salah satu teknik cooperative learning yang pertama kali diterapkan oleh aronson tahun 1971 dan dipublikasin tahun 1978. Pada awalnya penelitiannya kelas jigsaw ini dipakai untuk tujuan agar mengurangi rasa kompetisi pembelajar dan masalah ras yang terdapat di sebuah kelas yang berada di Austin, Texas. Kota texas ini termasuk mengalami masalah rasis yang sangat parah, dan itu pun memunculkan intervensi dari sekolah-sekolah untuk menghilangkan masalah tersebut. Di dalam suatu kelas banyak pembelajar amerika keturunan afrika, keturunan hispanik (latin), dan pembelajar kulit putih amerika untuk yang pertama kalinya berada dalam sebuah kelas bersama-sama. Situasi semakin memanas dan mangancam lingkungan belajar mereka. Dan pada tahun 1971 Aronson dan beberapa lulusan pembelajar lainnya menciptakan jigsaw dan mencoba untuk menerapkannya didalam kelas. Dan usaha keras ini berhasil dengan sukses, pembelajar yang pada awalnya kurang berkomunikasi mulai berkomunikasi dan mulai bekerja sama. Eksperimen ini terdiri dari membentuk kelompok pembelajaran (kelompok jigsaw) dimana tiap pembelajar tergantung kepada anggota kelompoknya untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk lulus dalam ujian. Tanpa memandang ras, mereka digabungkan menjadi sebuah grup dan wajib berkerjasama diantara anggotanya agar mencapai sukses akademik. Ketika dibandingkan dengan kelas tradisional dimana pembelajar-pembelajar bersaing secara individu, pembelajar-pembelajar di dalam kelas. Wardani mengatakan bahwa teknik jigsaw adalah salah satu cooperative learning mendorong pembelajar aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dimana dalam belajar teknik jigsaw terdapat tahap-tahap dalam penyelenggaraannya yaitu :

Pengelompokan pembelajar. Pemberian tugas untuk setiap anggota kelompok. Diskusi kelompok yang terdiri dari kelompok ahli. Yaitu kelompok yang terdiri dari kelompok ahli yaitu kelompok yang terdiri dari pembelajar

heterogen , ditinjau dari segi kemampuan dan jenis kelamin yang tergabung dalam bahasan, tema, ataupun masalah yang sama. Sedangkan kelompok asal yaitu masing masing kelompok terdiri dari pembelajar yang heterogen, ditinjau dari kemampuan dan jenis kelamin yang tergabung dalam bahasan, tema, masalah yang berbeda. Pemberian tes/kuis. Perhitungan penghargaan kelompok. Hariyanto menyatakan bahwa metode cooperative learning Pengertian Metode

Jigsaw merupakan model belajar dimana pembelajar belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan bekerja sama saling bergantung positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Setiap anggota kelompok asal bertemu dalam kelompok ahli untuk membahas materi yang ditugaskan pada masingmasing anggota kelompok ahli untuk membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok dan bertanggung jawab atas bagian dari materi belajar yang ditugaskan kepadanya. Setelah pembahasan tugas seleseai kemudian kembali ke kelompok semula (asal) dan menjelaskan pada teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan materi. C. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Jigsaw Dalam pembelajaran kooperatif jigsaw langkah-langkah yang harus dilakukan antara lain : 1) Pembelajaran jigsaw diawali dengan pengenalan topik. Guru menuliskan topik tersebut di papan tulis dan menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata atau struktur kognitif peserta didik agar lebih siap menghadapi kegiatan pelajaran yang baru. 2) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah topik yang akan dibahas yang memiliki kemampuan akademik yang heterogen. Kelompok ini dinamakan kelompok asal. 3) Masing-masing anggota kelompok asal mengambil undian untuk menentukan topik yang akan dibahas.

4)

Dari undian yang telah mereka ambil, peserta didik yang mendapat undian pertama maka akan membahas topik pertama, sedangkan yang mendapat undian kedua maka akan membahas topik kedua, demikian seterusnya. Kelompok ini dinamakan kelompok ahli yang bertanggung jawab untuk mengkaji secara mendalam topik yang mereka dapatkan. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendiskusikannya

5)

Setelah selesai, peserta didik dari masing-masing kelompok ahli kembali kekelompok asal untuk membagikan pengetahuan yang mereka dapatkan dari kelompok ahli. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi.

6) Sebelum pembelajaran diakhiri, diadakan diskusi dengan seluruh kelas. Selanjutnya, guru menutup pembelajaran dengan memberikan review terhadap topik yang telah dipelajari.

Keterangan : 5" pertama, guru akan memberikan penjelasan tentang metode pembelajaran yang akan dilaksanakan termasuk bidang studi apa yang akan menjadi pokok bahasan.

6" kedua, guru akan membagi siswa menjadi beberapa kelompok serta menjelaskan tugas untuk masing-masing kelompok. Kelompok ini disebut kelompok awal. Siswa diberi kesempatan untuk membaca materi selama 7" dan diharapkan siswa dapat menyerap informasi sebanyak-banyaknya pada kesempatan ini kemudian siswa diberi Lembar Kerja (LK) dan diberi waktu 8" untuk mengerjakan lembar kerja tersebut. Setiap siswa dalam satu kelompok menyebar/pindah ke kelompok lain untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai materi yang dipelajari oleh kelompok lain. Siswa diberi kesempatan untuk berpindah-pindah kelompok selama 10" dan siswa diharapkan dapat menyerap dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kelompok lain. Siswa kembali ke kelompok awal untuk mendiskusikan informasi yang diperoleh selama 10". Kemudian salah satu anggota kelompok berlatih untuk memasukkan data ke komputer dengan menggunakan program inspiration selama 20". Setelah itu siswa akan mebuat peta konsep di komputer dan kelompok lain akan memasukkan informasi ke chart yang telah disediakan. Pada tahap ini siswa diberikan waktu selama 20" untuk menyelesaikan tugasnya. Pada 5" terakhir guru akan memberikan penguatan dari tugas yang harus dikerjakan siswa di rumah Fasilitator dapat mengatur strategi jigsaw dengan dua cara: 1. Pengelompokkan Homogen Instruksi: Kelompokkan para peserta yang memiliki kartu nomor yang sama. Misalnya, para peserta akan diorganisir ke dalam kelompok diskusi berdasarkan apa yang mereka baca. Oleh karena itu, semua peserta yang membaca Bab 1, Bab 2, dst, akan ditempatkan di kelompok yang sama. Sediakanlah empat kertas lipat, lipatlah masing-masing menjadi dua menjadi papan nama, berilah nomor 1 sampai 4 dan letakkanlah di atas meja. Kelebihan : Pengelompokan semacam ini memungkinkan peserta berbagi perspektif yang berbeda tantang bacaan yang sama, yang secara potensial diakibatkan oleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap salah satu bab. Potensi yang lebih besar untuk memunculkan proses analisis daripada hanya sekedar narasi sederhana. Kelemahan: fokusnya sempit (satu bab) dan kemungkinan akan berlebihan. 2. Pengelompokkan Hiterogen

Instruksi: Tempatkan para peserta yang memiliki nomor yang berbeda-beda untuk duduk bersama. Misalnya, setiap kelompok diskusi kemungkinan akan terdiri atas 4 individu: satu yang telah membaca Bab 1, satu yang telah membaca Bab 2, dsb. Sediakanlah empat kertas lipat, lipatlah masing-masing menjadi dua menjadi papan nama, berilah nomor 1 sampai 4 dan letakkanlah di setiap meja. Biarkan para peserta mencari tempatnya sendiri sesuai bab yang telah mereka baca berdasarkan siapa cepat ia dapat. Kelebihan: Memungkinkan peer instruction dan pengumpulan pengetahuan, memberikan peserta informasi dari bab-bab yang tidak mereka baca. Kelemahan: Apabila satu peserta tidak membaca tugasnya, informasi tersebut tidak dapat dibagi/ didiskusikan. Potensi untuk pembelajaran yang naratif (bukan interpretatif) dalam berbagi informasi. D. Faktor Penghambat Metode Jigsaw

Tidak selamanya proses belajar dengan metode jigsaw berjalan dengan lancar. Ada beberapa hambatan yang dapat muncul, yang paling sering terjadi adalah kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, dimana pemberian materi terjadi secara satu arah. Faktor penghambat lain adalah kurangnya waktu, proses metode ini membutuhkan waktu yang lebih banyak, sementara waktu pelaksanaan metode ini harus disesuaikan dengan beban kurikulum.

BAB III KESIMPULAN A. Kesimpulan

Dalam hal ini peneliti menggunakan metode jigsaw. Istilah metode berasal dari bahasa Yunani "Metodos". Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu "Metha" yang berarti melalui atau melewati dan "hodos" jalan atau cara. Jadi metode adalah suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Pengertian Kata jigsaw berasal dari bahasa Inggris yang berarti gergaji atau memotong. Dalam metode pembelajaran teknik jigsaw termasuk dalam jenis metode pembelajaran kooperatif. Metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian. Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari Universitas Texas dan kemudian di adaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya. Melalui metode jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. B. Saran Semoga dengan adanya makalah ini kita sebagai calon guru dapat mengetahui secara mendalam tentang pengertian metode jigsaw, sejarah, langkah-langkah dan hambatan metode jigsaw.

DAFTAR PUSTAKA Zaini, Hisyam dkk. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani, 2006
http:///sunartombs.wordpress.com/2009/06/15/pengertian-dan-penerapan-metode-jigsaw Diakses pada tanggal 07 Maret 2012 www.kabarpendidikan.blogspot.com,www.arminaperdana.blogspot.com,www.kmpmalang.com Diakses pada tanggal 07 Maret 2012 :

http://carapedia.com/model_pembelajaran_jigsaw_info587.html : Diakses pada tanggal 07 Maret 2012 http://infoini.com/2012/pengertian-metode-jigsaw.html : Diakses pada tanggal 07 Maret 2012

Diposkan oleh rahman destia di 23.33 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

http://lailafitriyana.blogspot.com/2012/01/makalah-model-pembelajaran-jigsaw.html

physic and physic


Kamis, 05 Januari 2012

makalah Model Pembelajaran Jigsaw

Model Learning Cooperative Learning Jigsaw Technique

Learning Cooperative learning model is one model of learning that support contextual learning. Cooperative Learning teaching system can be defined as a system of work / study groups are structured. Included in this structure are the five basic elements (Johnson & Johnson, 1993), ie positive interdependence, individual responsibility, personal interaction, collaboration skills, and group process.Cooperative Learning is a teaching and learning strategies that emphasize the attitude or behavior in work or assist in co-operation among the regular structure of the group, which consists of two or more people.Cooperative learning is one form of learning based on constructivist ideology. Cooperative learning is a learning strategy with a number of students as members of small groups of different ability levels. In completing the task group, each student member of the group must work together and help each other to understand the course material. In cooperative learning, learning is not yet finished if one of your friends in the group has not mastered the lesson material.Jigsaw was first developed and piloted by Elliot Aronson and friends at the University of Texas, and later adapted by Slavin and friends at Johns Hopkins University (Arends, 2001).Jigsaw teaching techniques developed by Aronson et. al. Cooperative Learning as a method. This technique can be used in teaching reading, writing, listening, or speaking. In this technique, teachers pay attention to schemata or background of the student experience and help students activate these schemata so that lessons become more meaningful material. In addition, students work together with fellow students in an atmosphere of mutual cooperation and have many opportunities to process information and enhance communication skills.Jigsaw cooperative learning type is a type of cooperative learning that consists of several members in one group responsible for mastery of learning materials and be able to teach the material to other members in his group (Arends, 1997). Type Jigsaw cooperative learning model is a model of cooperative learning where students learn in small groups consisting of 4-6 people working together heterogeneous and positive interdependence and responsibility for the thoroughness of the subject matter to be learned and deliver such materials to members of the group others (Arends, 1997).

Jigsaw is designed to enhance students' sense of responsibility towards their own learning and the learning of others. Students not only learn the material given, but they also must be ready to give and teach the material in the other group members. Thus, "students are dependent on each other and must work together cooperatively to study the assigned material" (Lie, A., 1994). The members

of different teams to the same topic meet for discussion (team of experts) help each other about the learning topic assigned to them. Then the students were back on the team / group home to explain to other group members about what they have learned earlier in the meeting of the expert team.On the type of Jigsaw cooperative learning model, there are groups of origin and expert groups. Home group is an umbrella group consisting of students of students with the ability, origin, and a diverse family background. Home group is a combination of several experts. The expert group is a group of students consisting of members from different groups are assigned to study and explore specific topics and complete the tasks associated with the topic for later explained to members of the group of origin.

The relationship between origin groups and expert groups described as follows (Arends, 1997):Origin Group The steps in the implementation of the Jigsaw technique is as follows: The teacher divides a class into several groups, with each group consisting of 4-6 students with different abilities. This group is called the origin. Number of members in a home group match the amount of the subject matter to be studied students according to learning objectives to be achieved. In this type of Jigsaw, each student was given the task of studying one part of the learning materials. All students with similar learning materials to learn together in groups called expert groups (Counterpart Group / CG). In the expert groups, students discuss the same learning materials, and making plans how to tell if returned to his home group. This home group by Aronson called the Jigsaw (sawtooth). For example a class with 40 students and the amount of instructional material that will be achieved in accordance with the purpose of learning consists of five sections of learning material, then from 40 students will have five-member expert group 8 students and 8 home group consisting of 5 students. Each member of the expert group will return to the home group to provide information that has been acquired or learned in a group of experts. The teacher facilitates discussion groups that exist in expert groups and home group. Figure Example of Group Formation Jigsaw After the students discuss in groups of expert and home group, then performed a presentation of each group or do the draw of one group to present the results of group discussions that have been done so that teachers can make the perception of the learning materials that have been discussed. Teachers give quizzes for individual students. Teachers give rewards to the group through an award scores based on the acquisition value of the increase results from the scores of individual learning base to score the next quiz. The material should naturally be divided into several parts of learning materials. Please note that if you use Jigsaw to learn new material it is necessary to prepare a guidance and a coherent and content of the material enough so that learning objectives can be achieved.In the implementation of learning in schools does not always go smoothly although the plan has been designed in such a way. Things that may hinder the learning process especially in the application of cooperative learning model Learning include the following:1. Teachers' lack of understanding regarding the application of learning Cooperative Learning.2. Number of students is too much which resulted in the teacher's attention to the learning process is relatively small so that only a handful of people who master-class arena, others only as a spectator.3. Lack of socialization of the parties involved about the Learning

Cooperative learning techniques.4. Lack of source books as a medium of learning.5. Lack of student knowledge and information technology systems is to support the learning process.In order for the implementation of the Learning Cooperative learning can work well, then efforts should be made are as follows:1. Teachers always learn the techniques of application of models of learning Cooperative Learning in the classroom and adjust the material to be taught.2. The equitable division of the number of students, in terms of each class is a heterogeneous class.3. Held dissemination of relevant parties about the Learning Cooperative learning techniques.4. Improving the means of supporting learning resources, especially books.5. Socialize with students the importance of technology and information systems that can support the learning process.

You might also like