You are on page 1of 1

Dapat menjelaskan histofisiologi dari sinus paranasalis -Struktur histology sinus paranasalis Sinus dilapisi oleh epitel kolumner

pseudostratifikasi bersilia yang berlanjut dengna mukosa cavum nasi. Epitel sinus lebih tipis dibandingkan dengan epitel nasus. Ada 4 tipe dasar tipe sel ; sel epitel kolumner,sel kolumner non-siliaris,sel-sel basal,dan sel goblet. Sel-sel bersilia mempunyai 50-200 silia per sel dengan 9-11 mikrotubulus dan lengan dynein. Data eksperimental menunjukan bahwa sel ini berdenyut 700-800 kali per menit,menggerakkan dengan kecepatan 9mm/menit sel-sel non- siliaris ditandai dengan adanya mikrofili yang menutupi bagian apical sel dan berfungsi untuk meningkatkan area permukaan (untuk memfasilitais kelembaban dan menghangatkan udara yang dihirup) menarik untuk dicatat bahwa terdapat peningkatan konsentrasi (lebih dari 50%) pada ostium sinus. Fungsi sel-sel basal tidak diketahui. Sel-sel ini bervariasi dalam bentuk,ukuran,dan jumlah. Beberapa peneliti menyatakan bahwa sel basal bertindak sebagai sel induk yang dapat berdiferensiasi jika diperlukan. Sel goblet menghasilkan glikoprotein yang berperan untuk viskositas dan elastisitas mucus sel-sel goblet diinervasi oleh system saraf simpatis dan parasimpatis. Dengan demikian, stimulasi parasimpatis menginduksi mucus yang lebih tebal sedangkan stimulasi simpatis menginduksi sekresi mucus yang lebih serus. Lapisan epitel disokong dengan membrane basalis,lamina propria dan periosteum. Glandula serosa dan mukosa terdapat di lamina propria. Penelitian anatomis menunjukkan bahwa sel-sel goblet dan glandula submukosa pada sinus lebih sedikit dibandingkan pada mukosa nasus. Diantara semua sinus, sinus maxillaries mempunyai kepadatan sel goblet tertinggi. Ostium sinus maxillaries sphenoidalis dan ethmoidalis anterior mempunyai peningkatan jumlah glandula submukosa serosa dan mukosa.

You might also like