You are on page 1of 33

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD1945 dan dalam rangka melaksanakan Trilogi pembangunan, diperlukan ketersediaan dana pembiayaan yang besar. Dana tersebut dapat berasal dari pinjaman luar negeri, sektor migas dan sektor nonmigas. Selain yang disebutkan diatas, salah satu sektor penting dalam penerimaan negara adalah sektor pajak. Pajak adalah Iuran rakyat kepada Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Menurut lembaga / instansi pemungutannya, pajak terdiri dari pajak pusat dan pajak daerah .Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara (contoh : PPh, PPN, PPn BM, PBB, BPHTB dan Bea Meterai), sedangkan pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah untuk membiayai pembangunan daerah (contoh : Pajak Daerah Tingkat I dan Tingkat II). Saat ini sebagian besar penerimaan Negara dalam APBN berasal dari sektor pajak. Demikian pula dalam APBD penerimaan dari sektor Pajak Daerah merupakan penyumbang besar dalam Penerimaan Daerah, oleh karena itu Perpajakan dapat dijadikan studi yang bermanfaat untuk

dibahas dalamsuatu penelitian. Pajak merupakan prioritas utama penerimaan bagi Negara untuk melaksanakan pembangunan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari sektor-sektor lainnya. Untuk itu pemerintah mengupayakan pemerataan pembangunan melalui program desentralisasi. Wujud nyata dari desentralisasi yaitu adanya pemberian hak otonomi daerah. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah sejak Januari 2001,semua pemerintah daerah di Indonesia kini harus memikirkan cara bagaimana memperoleh pendapatan daerahnya

semaksimal mungkin. Otonomi daerah yang luas dan bertanggung jawab memberikan keleluasaan kepada daerah kota/kabupaten dalam mengurus kepentingan masyarakat sesuai dengan kondisi, potensi dan keanekaragaman wilayahnya. Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan daerah, dibutuhkan dana pembiayaan yang cukup besar. Sumber-sumber penerimaan daerah diantaranya berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah dan Pendapatan lain-lain. Pada dasarnya sumber utama

pembiayaan pembangunan diharapkan berasal dari PAD seperti Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Laba BUMD dan PAD lainnya. Diantara jenis pajak daerah adalah Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah pajak yang dipungut atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. PKB merupakan pajak daerah yang paling potensial maka perlu dilakukannya optimalisasi peningkatan

pelaksanaan pemungutan. Untuk mengetahui sejauh mana upaya optimalisasi pelaksanaan pemungutan dan besarnya peranan PKB terhadap PAD, maka penulis mengamati sejauh mana upaya penggalian potensi dari PKB.Dalam hal ini penulis lebih mengkonsentrasikan penelitian pada Kantor Bersama Samsat Jakarta Barat. Kantor Samsat adalah Sistem Administrasi Manunggal Dibawah Satu Atap, merupakan sistem pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dengan mengkaitkan pada pengesahan STNK, perpanjangan STNK dan pendaftaran STNK, termasuk pungutan lain seperti asuransi Jasa Raharja dan lain sebagainya. Penerimaan pajak daerah khususnya yang bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) seyogyanya mengalami peningkatan. Hal ini selain didasarkan pada perkembangan jumlah penduduk, juga pertumbuhan atau perkembangan tingkat perekonomiannya yang dapat meningkatkan daya belimasyarakat. Jika diamati jumlah kendaraan bermotor semakin lama semakin banyak Namun hal ini bukan berarti tidak ada kendala dalam pemungutan pajak kendaraan bermotor (PKB). Berbagai persoalan bisa saja muncul, seperti bagaimana halnya dengan kendaraan bermotor yang hilang karena dicuri pencuri, bagaimana halnya dengan kendaraan bermotor yang sudah rusak akbat kecelakaan, bagaimana halnya dengan kendaraan bermotor yang dibeli secara kredittetapi kemudian ditarik kembali oleh pihak pemberi kredit karena yang bersangkutan tidak dapat membayar uang angsurannya. Untuk ini semua siapa yang harus membayar pajaknya? Belum lagi jika terjadi penggantian

kepemilikan, pindah alamat yang tidak jelas. Hal ini semua dapat menjadi kendala dalam pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). Atas dasar inilah penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul :Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di Dispenda Provinsi Bengkulu.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di Dispenda Provinsi Bengkulu?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini berdasarkan latar belakang masalah dan pokok permasalahannya yaitu Untuk mengetahui faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Kegunaan untuk Penulis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran, pemahaman dan wawasan yang lebih luas tentang sumber-sumber penerimaan daerah yang berasal dari pajak serta proses penetapannya, khususnya Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dalam organisasi sektor publik.

2.

Kegunaan untuk Instansi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukkan kepada Instansi, khususnya Dinas Pendapatan Provinsi Bengkulu mengenai pajak Kendaraan Bermotor.

3.

Kegunaan bagi pihak lain Sebagai bahan pembanding terhadap berbagai hasil penelitian dan referensi bagi mereka yang akan melakukan penelitian dengan permasalahan yang sama.

1.5 Batasan Masalah Penelitian ini hanya sebatas mengetahui apakah faktor PDRB, Kebijakan Pajak, Jumlah Kendaraan, dan Pelayanan mempengaruhi peningkatan Pajak Kendaraan Bermotor. Penelitian ini diuji dengan 2 cara, pertama secara Parsial dimana bertujuan untuk menguji secara signifikan variable - variabel berikut ini : PDRB berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor, Kebijakan Pajak berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor, Jumlah Kendaraan berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan pelayanan berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan yang kedua secara Simultan dapat pula kita lihat apakah keempat faktor ini PDRB, Kebijakan Pajak, Jumlah Kendaraan, dan Pelayanan berpengaruh secara simultan terhadap peningkatan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pendapatan Asli Daerah Pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, pendapatan asli daerah didefinisikan sebagai pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut bedasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan menurut Yani (2002) bahwa pendapatan asli daerah adaah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 pada bab V (lima) nomor 1 (satu) mengenai perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, disebutkan bahwa pendapatan asli daerah bersumber pada : 1. Retribusi Daerah Pungutan daerah sebagai bayaran jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/ diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan, menurut Yani (2002).

2. Pajak Daerah Menurut Suandy (2002) Pajak daerah ialah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Lain-lain pendapatan Asli Daerah yang sah meliputi: Jasa giro. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/ pengadaan barang dan/ jasa oleh pemerintah (Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004). Keuntungan adalah nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing Pendapatan bunga.

2.1.2 Pendapatan Pengertian tentang pendapatan itu sendiri ada beberapa macam, berikut ini ada beberapa pandangan yang menegaskan arti konseptual dari pendapatan. Sebelum penulis lebih lanjut menelaah pengertian pendapatan. Sedangkan menurut Baridwan (2002), pendapatan adalah aliran masuk atau kanaikan lain aktiva suatu badan usaha atau pelunasan utang mengenai

(kombinasi dari keduanya) selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha.

2.1.3 Retribusi Retribusi dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah sebagai akibat adanya kontr-prestasi yang diberikan oleh Pemda atau pembayaran yang didasarkan atas prestasi/pelayanan yang diberikan Pemda yang langsung dinikmati secara perseorangan oleh warga masyarakat dan pelaksanaannya didasarkan atas peraturan yang berlaku (Halim, 2001). Setelah mengetahui pengertiannya, retribusi memiliki sifat-sifat sebagai berikut: 1. Retribusi dapat dipaksakan Retribusi dapat dipaksakan bersifat ekonomis, dimana masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan atau prestasi dari pemerintah, maka wajib membayar retribusi. 2. Adanya timbal balik atau imbalan secara langsung kepada pembayar.. Pelayanan dari Pemda yang memungut retirbusi adalah imbalan dari retribusi yang dibayarkan dan dapat langsung dinikmati pembayar.

2.1.4 Pajak Awalnya, pengaturan pajak diatur dalam pasal 23 ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan bahwa segala pajak untuk keperluan negara harus berdasarkan undang-undang. Ketentuan ini mengandung konsekuensi secara mendalam terhadap negaratatkala memerlukan pajak untuk membiayai tujuannya sebagaimana tercantum dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945. pajak yang diperlukan itu harus berdasarkan undang-undang, berarti pemungutan pajak yang tidak didasarkan pada undang-undang tidak boleh dilakukan. Sebenarnya Pasal 23 ayat 2 UUD 1945 tersirat legalitas tidak membenarkan pemungutan pajak kalu belum ada undang-undang yang mengaturnya. Setelah UUD 1945

diamandemen, Pasal 23 Ayat 2 UUD 1945 diganti dengan Pasal 23A UUD 1945 yang menegaskan bahwa pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang. Ketentuan ini secara tegas memisahkan antara pajak dengan pungutan lain yang bersifat memaksa. Menurut Rochmat Sumitro (2000), pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk Public Saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai Public Investment. sedangkan menurut Ilyas dan Burton (2001:5), bahwa ada lima unsur yang melekat dalam pengertian pajak, yaitu :

10

a. b. c.

Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang. Sifatnya dapat dipaksakan. Tidak ada kontra-prestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar pajak.

d.

Pemungutan pajak dilakukan oleh Negara baik oleh pemerintah pusat ataupun daerah ( tidak boleh dipungut oleh swasta), dan

e.

Pajak

digunakan

untuk

membiayai

pengeluaran-pengeluaran

pemerintah (rutin dan pembangunan) bagi kepentingan masyarakat umum.

Fungsi-fungsi Pajak : Menurut IIyas dan Burton (2001 : 8), terdapat empat fungsi pajak yaitu: a. Fungsi Budgeter yaitu fungsi untuk mengumpulkan uang pajak sebanyak banyaknya sesuai dengan undang-undang yang berlaku pada waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran pengeluaran pembangunan. diperuntukkan Negara Pajak bagi baik untuk pengeluaran sebagai rutin ataupun yang

berfungsi

sumber

dana

pembiayaan

pengeluaran-pengeluaran

pemerintah. Contoh : Dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. b. Fungsi Regulerend yaitu pajak sebagai alat untuk mencapai tujuantujuan tertentu yang letaknya diluar bidang keuangan. Pajak

11

berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang social dan ekonomi. Sebagai contoh yaitu dikenakannya pajak yang tinggi terhadap minuman keras, sehingga konsumsi minuman keras dapat ditekan, demikian pula terhadap barang mewah. c. Fungsi Demokrasi yaitu suatu fungsi yang merupakan salah satu penjelmaan atau wujud sistem gotong royong, termasuk kegiatan pemerintah dan pembangunan demi kesejahteraan masyarakat. d. Fungsi Distribusi yaitu fungsi yang lebih menekankan pada unsur pemerataaan dan keadilan dalam masyarakat.Wajib pajak harus membayar pajak, pajak tersebut digunakan sebagai biaya

pembangunan dalam segala bidang. Pemakaian pajak untuk biaya pembangunan tersebut, harus merata ke seluruh pelosok tanah air agar seluruh lapisan masyarakat dapat menikmatinya bersama.

Macam-macam tarif Pajak , yaitu : Tarif pajak merupakan salah satu unsur keadilan dalam pemungutan pajak bagi wajib pajak. Ilyas dan Burton (2001 : 26) berpendapat : a. Tarif Degresif : Tarif degresif adalah tarif pemungutan pajak yang persentasenya semakin kecil bila jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak semakin besar.

12

b.

Tarif Progresif : Tarif Progresif adalah tarif pajak yang persentasenya semakin besar jika yang dijadikan dasar pengenaan pajak juga semakin besar. Contoh Tarif progresif adalah tarif penghasilan.

c.

Tarif Tetap : Tarif tetap adalah tarif pemungutan pajak yang besar nominalnya tetap tanpa memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Contoh Tarif tetap adalah tarif bea materai.

d.

Tarif Proposional : Tarif Proposional adalah tarif pemungutan yang menggunakan persentase tetap tanpa memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Contoh tarif pajak proposional adalah tarif pajak pertambahaan nilai, pajak bumi dan bangunan, dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.

e.

Tarif Spesifik : Tarif Spesifik adalah tarif dengan suatu jumlah tertentu atas suatu jenis barang tertentu atau suatu satuan jenis tertentu atau suatu satuan jenis barang tertentu.

f.

Tarif Advalorem : Tarif advalorem adalah suatu tarif dengan persentase tertentu yang dikenakan atau ditetapkan pada harga atau nilai suatu barang.

Klasifikasi pajak Menurut Soemitro (2000), pajak dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok yaitu:

13

1.

Pengelompokan pajak menurut golongan dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu: a. Pajak Langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak penghasilan. Hal ini juga diungkap oleh Eddy Suratman (2009) dimana pajak penghasilan dikenakan terhadap orang pribadi dan badan berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama 1 tahun penuh. b. Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

2.

Pengelompokan Pajak menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: a. Pajak Objektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada obyeknya, tanpa memperhatikan diri wajib pajak. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. b. Pajak Subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak Penghasilan.

3.

Pengelompokan pajak menurut lembaga pemungutan pajak dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

14

a. Pajak Daerah yaitu iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan perauturan perundangundangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Hal ini juga diungkap oleh Charney Alberta (1983) dimana pajak daerah juga dikumpulan oleh kotamadya dalam rangka mendanai pemerintah daerah. b. Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan dipungut untuk membiayai rumah tangga Negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mawah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Pajak Bea Materai.

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Pajak kendaraan bermotor merupakan pajak atas kepemilikan kendaraan bermotor. Dalam hal ini kendaraan bermotor yang dimaksud ialah kendaraan beroda dua atau lebih yang dapat digunakan di jalan darat, yang digerakkan dengan tenaga bermotor atau tenaga yang dapat mengubah suatu sumber daya energi terntu menjadi tenaga gerak. Kendaraan yang dimaksud bisa juga berupa alat-alat besar yang dapat bergerak. Dengan menghitung hasil kali dari nilai jual kendaraan

15

bermotor dan bobot yang mencerminkan secara relative kedar kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan akibat kendaraan bermotor itni merupakan dasar perhitungan pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). Masing-masing kendaraan bermotor dikenakan pajak sebesar 1,5% untuk kendaraan pribadi, kendaraanpemerintah 1% ,dan kendaraan umum dikenakan pajak 0,8% dan alat-alat berat atau alat-alat besar dikenakan pajak 0,5%.

Peraturan-Peraturan Terkait Dengan Pajak Kendaraan Bermotor

1. 2. 3.

PeraturanMenteriDalamNegeriNomor 23 Tahun 2011 Peraturan Daerah Provinsi Bengkulu Nomor02 Tahun 2011 PeraturanGubernur Bengkulu Nomor 03 Tahun 2011

- Istilah-istilah umum yang ada didalam peraturan-peraturan tersebut : 1. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya

energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang bergerak;

16

2.

Kendaraan Bermotor Umum adalah setiap kendaraan bermotor yang dipergunakan untuk pelayanan angkutan umum penumpang maupun barang yang dipungut bayaran dengan menggunakan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor plat dasar kuning serta huruf dan angka hitam;

3.

Kendaraan Bermotor alat-alat berat atau alat-alat besar adalah alatalat yang dapat bergerak / berpindah tempat dan tidak melekat secara permanen;

4.

Kepemilikan adalah hubungan hukum antara orang pribadi atau badan dengan kendaraan bermotor yang namanya tercantum di dalam bukti kepemilikan atau dokumen yang sah termasuk Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB);

5.

Penguasaan adalah penggunaan dan atau penguasaan fisik kendaraan bermotor oleh orang pribadi atau badan dengan bukti penguasaan yang sah menurut ketentuan perundangan yang berlaku.

6.

Subjek Pajak dan Wajib Pajak. Subjek PKB adalah Orang pribadi atau Badan yang memiliki dan/atau menguasai kendaraan bermotor. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang memiliki kendaraan bermotor.

7.

Dasar Pengenaan Pajak a. Dasar pengenaan PKB adalah hasil perkalian dari 2 unsur pokok yaitu : Nilai Jual Kendaraan Bermotor dan Bobot;

17

b. Khusus untuk kendaraan bermotor yang digunakan di luar jalan umum, termasuk alat-alat besar serta kendaraan di air, dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor adalah NJKB; c. Nilai Jual Kendaraan Bermotor ditentukan berdasarkan Harga Pasaran Umum atas suatu kendaraan bermotor; d. Harga Pasaran Umum sebagaimana dimaksud adalah harga ratarata yang diperoleh dari berbagai sumber data akurat; e. Nilai Jual Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud ditetapkan berasarkan Harga Pasaran Umum pada minggu pertama bulan Desember Tahun Pajak sebelumnya f. Bobot dihitung berdasarkan faktor-faktor yaitu : Tekanan Gandar, Jenis bahan bakar kendaraan bermotor, dan jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-ciri kendaraan bermotor.

2.1.5 Faktor-Faktor Penerimaaan Pajak 1. Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menjelaskan pendapatan yang diterima oleh suatu daerah. PDRB yang semakin tinggi menunjukan kinerja pengelolaan keuangan daerah yang semakin baik. Pentingnya Pajak Kendaraaan bermotor karena merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah dengan Pertumbuhan Ekonomi.

18

Berdasarkan data BPS Provinsi Bengkulu, perekonomian Provinsi Bengkulu di triwulan I tahun 2011 mengalami pertumbuhan. Laju pertumbuhan ekonomi secara tahunan tumbuh sebesar 5,24%. Sementara laju pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya

berdasarkan data BPS Provinsi Bengkulu sebesar 2,96% (yoy). Secara triwulanan, perekonomian daerah juga terlihat mengalami peningkatan dimana Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) triwulan I 2011 dibanding triwulan IV tahun 2010 meningkat sebesar 3,81%. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga khususnya terhadap konsumsi non-makanan tercermin dari adanya kecenderungan peningkatan pembelian kendaraan baru baik kendaraan roda empat maupun roda dua. Jumlah kendaraan baru pada periode Januari-Maret tahun 2011 sebanyak 17.945 buah, sedangkan di periode yang sama tahun sebelumnya hanya tercatat sebanyak 12.198 buah atau mengalami peningkatan sekitar 47%.

2.

Jumlah Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan Bermotor merupakan bagian dari pajak daerah, dimana Pajak Kendaraan Bermotor merupakan sumber penerimaan pajak daerah terbesar guna membiayai pembangunan di Provinsi Bengkulu. Perkembangan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tujuan

19

penelitian

ini

adalah

untuk

mengetahui

dan

menganalisis

perkembangan Pajak Kendaraan Bermotor dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di Provinsi Sumatera Barat. Beberapa faktor yang diperkirakan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan adalah jumlah kendaraan bermotor, PDRB dan Jumlah Karyawan Pemungut Pajak Kendaraan Bermotor. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder dari tahun 1999-2008. Setelah dilakukan pengujian dengan menggunakan persamaan regresi, ternyata faktor yang memiliki pengaruh positif dan sigifikan adalah Jumlah Kendaraan Bermotor dan PDRB. Oleh karena itu PEMDA perlu meningkatkan kinerja dari karyawan pemungut pajak kendaraan bermotor sehingga diharapkan lebih berperan meningkatkan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di masa mendatang. Disamping itu PEMDA juga perlu mendorong wajib pajak kendaraan bermotor dalam membayar pajak. Hal ini dapat dilakukan melalui sistem pendataan yang lebih baik dan berkualitas.

3.

Kebijakan Kendaraan Bermotor Pajak progresif adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase yang naik dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, dan kenaikan persentase

20

untuk setiap jumlah tertentu setiap kali naik, ini merupakan salah satu contoh kebijakannya. Sistem ini akan melambungkan pajak kendaraan bagi warga yang memiliki kendaraan lebih dari satu dengan nama dan alamat yang sama.

4.

Pelayanan Untuk mempermudah pelayanan terhadap masyarakat maka dibentuklah SAMLING (samsat keliling), dan gerai samsat. Diberlakukannya pelayanan pajak one day service agar memudahkan masyarakat mengurus pembayaran pajak kendaraan bermotor maupun pajak lainnya. Pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang). Secara sederhana definisi kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pihak yang menginginkannya.

21

2.1.6 Hubungan Peningkatan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dengan PDRB, Kebijakan Pajak, Jumlah Kendaraan Bermotor, dan Pelayanan 1. Hubungan Peningkatan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dengan PDRB. Peningkatan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran keberhasilan pembangunan, terutama dalam bidang

ekonomi. Perkembangan sektor ekonomi yang terbentuk dari laju pertumbuhan akan memberikan gambaran tentang tingkat perubahan ekonomi yang terjadi, dimana pergerakan laju pertumbuhan ini merupakan indikator penting untuk mengetahui hasil pembangunan yang telah dicapai dan berguna untuk menentukan arah dan sasaran pembangunan dimasa yang akan datang. Disamping digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan dibidang ekonomi, angka ini juga memberikan indikasi tentang sejauh mana aktivitas perekonomian yang terjadi pada suatu periode tertentu telah menghasilkan tambahan pendapatan bagi penduduk Peningkatan pertumbuhan ekonomi akan tercapai bila disertai dengan tersedianya anggaran sebagai sumber pembiayaan pembangunan sejalan dengan peningkatan pembangunan. Pentingnya Pajak Kendaraaan bermotor karena merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah dengan Pertumbuhan Ekonomi.

22

2.

Hubungan Peningkatan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dengan Kebijakan Pajak. Kebijakan yang dimaksudkan seperti kebijakan progresif dimana Pajak progresif untuk kendaraan bermotor mulai Berlakunya pajak progresif ini merupakan penerapan pasal 8 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang pelaksanaannya ditetapkan dalam Peraturan kedua dan

seterusnya kendaraan roda 4 (empat) atau lebih dan kendaraan roda 2 (dua) dengan isi silinder 250 cc ke atas. Penetapan pajak progresif untuk pertama kali didasarkan pada urutan tanggal pendaftaran yang telah direkam pada database objek kendaraan bermotor atau pernyataan Wajib Pajak. Kepemilikan kendaraan bermotor oleh badan tidak dikenakan pajak progresif. Untuk selanjutnya apabila ada perubahan kepemilikan, wajib pajak harus melaporkan untuk merubah urutan kepemilikan.

3.

Hubungan Peningkatan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dengan Jumlah Kendaraan Bermotor. Dengan bertambahnya Jumlah kendaraan maka pendapatan pajak kendaraan bermotor pun akan meningkat pula, baik itu

kendaraan mobil, motor dan dll. Selain itu Pemutihan PKB, memberikan kontribusi penerimaan pajak sekitar 15 % sampai 20

23

%. Jadi kendaraan yang tertidur tidak pernah dibayarkan pajaknya, dapat diaktifkan lagi, sehingga potensi pajak hilang, bisa terpelihara dengan baik.

4.

Hubungan Peningkatan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dengan Pelayanan. Seiring berjalannya waktu Dispenda dan kantor Samsat selalu ingin memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat wajib pajak. Saat ini untuk meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak yaitu dengan pelaksanaan Gerai samsat. Ini merupakan pelayanan Samsat yang beroperasi di Mall dengansistem pembayaran Banking Bank, kegiatan ini dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah melalui optimalisasi pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor di Provinsi Bengkulu. Selai Gerai Samsat, diberlakukan pula Samling (samsat keliling) merupakan upaya atau kegiatan yang pada umumnya untuk lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Sarana dan fasilitas yang disediakan ialah sebuah bis yang didalamnya terdapat seperangkat komputer online system yang tersambung dengan menggunakan alat berupa swich dan router yang diddalamnya menggunakan kartu yang telah disiapkan khusus untuk pembayaran

24

PKB, sedangkan untuk mekanisme pelaksanaan pemungutan PKB pada Samling hanya melayani pelayanan pengesahan STNK.

2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya yang dilakukan Trisnadewi (2007) dengan judul Analisis Tingkat Efesiensi dan Efektivitas Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah dalam peningkatan PAD Kabupaten Badung tahun anggaran 2000-2004. Permasalahan dalam penelitian ini bagaimanakah kinerja keuangan penerimaan pajak, dan retribusi daerah dilihat dari rasio pertumbuhan, rasio efesiensi, rasio efektivitas, dan kontribusi masing-masing sumber penerimaan pajak daerah terhadap peningkatan PAD tahun anggaran 2000-2004. Hasilnya ialah pertumbuhan pajak, retribusi dan PAD mengalami fluktuasi, rasio pertumbuhan pajak dan retribusi daerah tahun 2002-2003 mengalami penurunan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada objeknya menggunakan pajak kendaraan bermotor dan perbedaan yang lain terletak pada lokasi dan waktu penelitian dan variabel . Sedangkan penelitian Radini (2011) dengan judul Analisis Efektivitas, Efesiensi, dan Prospek Penerimaan Pajak Hiburan di Kabupaten Badung Tahun 2001-2010. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas, efesiensi dan prospek penerimaan pajak hiburan di Kabupaten Badung Tahun 2001-2010. Dari hasil yang didapat bahwa tingkat efektivitas, efesiensi dan prospek penerimaan pajak hiburan di Kabupaten Badung

25

mengalami peningkatan dan dapat dikategorikan sangat efesien. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah padaobjeknya menggunakan pajak kendaraan bermotor dan perbedaan yang lainterletak pada lokasi dan waktu penelitian.

2.3 Kerangka Analisis Dari faktor-faktor yang telah dilakukan pada penelitian terdahulu, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak kendaraan bermotor terhadap peningkatan pendapatan pajak kendaraan bermotor provinsi Bengkulu. Dengan variabel-variabel yang diduga menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak kendaraan bermotor ialah PDRB, Kebijakan pajak, jumlah Kendaraan Bermotor, dan Pelayanan.
PDRB (X1)

Kebijakan Pajak (X2)

Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Jumlah Kendaraan Bermotor (X3)

Peningkatan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Provinsi Bengkulu

Pelayanan (X4)

Keterangan gambar diatas ialah apakah faktor-faktor Ini berpengaruh Terhadap Peningkataan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Di Provinsi Bengkulu. Keterangan secara lengkap ialah X1 = apakah PDRB berpengaruh

26

terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Di Provins Bengkulu. X2 = apakah Kebijakan Pajak berpengaruh terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Provinsi Bengkulu. X3 = apakah jumlah kendaraan bermotor berpengaruh terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Provinsi Bengkulu. X4 = apakah pelayanan berpengaryuh terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Provinsi Bengkulu. X5 = apakah Variabel secara bersama-sama berpengaruh terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Provinsi Bengkulu.

2.4 Hipotesis X1 = PDRB berpengaruh terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Provinsi Bengkulu. X2 = Kebijakan Pajak berpengaruh terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Provinsi Bengkulu. X3 = Jumlah kendaraan bermotor berpengaruh terhadap Peningkatan

Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Provinsi Bengkulu. X4 = Pelayanan berpengaruh terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Provinsi Bengkulu. X5 = Variabel secara bersama-sama berpengaruh terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Provinsi Bengkulu.

27

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian kali ini ialah penelitian deskriptif, dimana peneliti meninjau dari sisi Undang- Undang Dasar dan melihat bagaiman Tata Cara Pelaksanaan Pembayaran Pajak Kendaaraan Bermotor.Inti Metodologi dalam penelitian hukum adalah menguraikan tentang tata cara bagaimana suatu penelitian hukum harus dilakukan. Dengan demikian penelitian yang dilakukan adalah untuk memperoleh data yang teruji kebenaran secara ilmiah.Pendekatan secara yuridis dalam penelitian ini adalah pendekatan dari segi peraturan perundang undangan dan norma norma hukum sesuai dengan permasalahan yang ada. Sedangkan pendekatan empiris adalah menekankan penelitian yang bertujuan memperoleh pengetahuan empiris dengan cara terjun langsung pada obyek penelitian, yaitu Analisa Faktor - faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan pajak kendaraan bermotor.

3.2 Definisi Operasional 1. Produk Domestik Regional Bruto PDRB adalah semua barang dan jasa yang dihasilkan dari kegiatankegiatan ekonomi yang ada pada suatu daerah tertentu yang dapat

28

menggambarkan kemampuan suatu daerah mengelola sumber daya alam yang dimilikinya oleh berbagai unit produksi di Provinsi Bengkulu.

2. Jumlah Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan Bermotor merupakan bagian dari pajak daerah, dimana Pajak Kendaraan Bermotor merupakan sumber penerimaan pajak daerah terbesar guna membiayai pembangunan di Provinsi Bengkulu.

3. Kebijakan Kendaraan Bermotor Seperti Pajak progresif adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase yang naik dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, dan kenaikan persentase untuk setiap jumlah tertentu setiap kali naik.

4. Pelayananan Contoh pelayanannya ialah diadakan Samsat Keliling atau lebih dikenal SAMLING. Ini merupakan program pemerintah untuk membantu masayarakat agar membayar pajak tidak perlu jauh-jauh pergi ke kantor SAMSAT karena para petugas akan berkeliling menggunakan mobil. Dan diberlakukannya Gerai SAMSAT yang fungsinya sama yaitu membantu masyarakat agar tidak perlu repot repot membayar pajak di kntor SAMSAT yang letaknya sangat jauh, gerai samsat biasanya diletakkan di pusat perbelanjaan seperti mall.

29

5. Pajak Kendaraan Bermotor Dengan menghitung hasil kali dari nilai jual kendaraan bermotor dan bobot yang mencerminkan secara relative kedar kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan akibat kendaraan bermotor itni merupakan dasar perhitungan pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). Masing-masing kendaraan bermotor dikenakan pajak sebesar 1,5% untuk kendaraan pribadi, kendaraan pemerintah 1% ,dan kendaraan umum dikenakan pajak 0,8% dan alat-alat berat atau alat-alat besar dikenakan pajak 0,5%.

3.3 Metode Pengambilan Sampel Populasi Penelitian ini ialah orang- orang yang membayar pajak kendaraan bermotor di Samsat atau wajib pajak. Populasi menurut Sugiyono (2007:61) ialah wilayah generalisasi yang terdiri dari : objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2007:62). Penelitian ini mengambil sample orang-orang yang membayar pajak kendaraan di Samsat. Teknik sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non probability sampling, yaitu setiap unsur dalam populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel, bahkan probabilitas

30

anggota populasi tertentu untuk terpilih tidak diketahui sebelumnya. Penentuan banyaknya jumlah sampel dalam penelitian ini mengacu kepada sifat populasinya. Singgih Santoso & Fandy Tjiptono (2001:89) mengatakan bahwa jumlah sampel pada kasus populasi yang tidak teridentifikasi, dapat ditentukan dengan quota sampling technic. Quota sampling adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Batas jumlah sampel yang dianggap cukup minimal sebanyak 5 kali jumlah variabel bebas yang diteliti. Jumlah variabel penelitian adalah sebanyak 36 buah, sehingga minimal jumlah sampel yang dianggap cukup representatif adalah kurang lebih 190 responden. Berdasarkan sifat populasinya, maka sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 200 orang responden dan jumlah ini telah melebihi batas minimal yang disyaratkan. Wilayah penelitian adalah di Bengkulu. Sampel responden akan dikumpulkan dari Samsat di bengkulu. Data lapangan akan dikumpulkan dengan menggunakan teknik accidental sampling artinya penyebaran kuesioner ditujukan kepada responden yang dijumpai langsung di enam restoran di atas (Malhotra, 1996:46). Dalam suatu penelitian, termasuk penelitian hukum, pengumpulan data merupakan salah satu tahapan dalam proses penelitian dan sifatnya mutlak untuk dilakukan karena data merupakan elemen elemen penting yang mendukung keberhasilan suatu peneltian.

31

3.4 Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan kuisioner yangdiharapkan sebagai alat ukur penelitian yang digunakan untuk mencapai kebenaran atau mendekati kebenaran. Sehingga dari kuisioner inilah diharapkan data utama yang

berhubungan dengan masalah penelitian dapat terpecahkan. Kuisioner yang digunakan menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian gejala sosial (Ridwan, 2003:12). Pada penelitian ini alat analisis yang digunakan ialah SPSS 16.00. Dalam menjawab skala Likert ini, responden hanya memberi tanda, misalnya silang atau tanda checklist pada kemungkinan skala yang dipilihnya sesuai dengan pertanyaan. Setelah itu kuisioner yang telah diisi responden perlu dilakukan penyekoran. 1. 2. 3. 4. 5. Sangat Tidak Setuju , dengan bobot Tidak Setuju , dengan bobot Kurang setuju , dengan bobot Setuju , dengan bobot Sangat Setuju, dengan bobot = = = = = 1 2 3 4 5

3.5 Metode Analisis

32

Metode yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dibahas, data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya harus dianalisis dengan teknik analisis kuntitatif, yaitu metode analisis regresi berganda. Analisis yang digunakan untuk mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi secara signifikan terhadap Peningkatan Pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor Provinsi Bengkulu yaitu PDRB, Kebijakan Pajak, Jumlah Kendaraan bermotor, dan Pelayanan. Untuk menguji pengaruh variabel PDRB, Kebijakan Pajak, Jumlah Kendaraan bermotor, dan Pelayanan terhadap Peningkatan Pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor Provinsi Bengkulu, menggunakan model empiris sebagai berikut: P3KB= 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + e Keterangan : P3KB = Peningkatan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Provinsi Bengkulu 1 2 3 4 X1234 e = PDRB = Kebijakan Pajak = Jumlah Kendaraan bermotor = Pelayanan = Koefisien regresi = Standar error Dengan menggunakan program SPSS 16.0 dapat menguji model

analisis multiple regresion (regresi berganda). Analisis regresi ini bertujuan

33

untuk membuat estimasi rata-rata dan dengan nilai variabel dependent dapat mendasari variabel independent, dan karakteristik dependensi di uji karakteristiknya. Dengan menggunakan SPSS 16.0 kita dapat mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent dengan menggunakan koefisien determinasi R (square).

You might also like