Professional Documents
Culture Documents
Hidrokarbon (minyak dan gas) terdapat di dalam batuan sediment yang terbentuk dalam berbagai
lingkungan pengendapan seperti channel sungai, sistem delta, kipas bawah laut (submarine fan),
carbonate mound, dan reef. Batuan sedimen yang terbentuk pada berbagai lingkungan
pengendapan tersebut dikenal dengan benda geologi.
Gelombang seismik yang menembus dan terefleksikan kembali ke permukaan akan memberikan
gambaran bentuk eksternal dan tekstur internal dari benda-benda geologi tersebut. Analisis
bentuk eksternal dan tekstur internal benda geologi dari penampang rekaman seismik dikenal
dengan analisa fasies seismik atau seismic facies analysis.
Terdapat 8 jenis bentuk eksternal benda geologi: sheet, sheet drape, wedge, bank, lens, mound,
fan dan fill.
Tekstur Karbonat
Bank-Edge Prograding Slope: shelf edge reef yang bertumpuk, tertutup oleh klastik, mengalami
perubahan suplai sediment.
Tekstur ‘Mounded’
Referensi:
1. R.M. Mitchum Jr. and P.R. Vail (1977) Seismic stratigraphic interpretation
procedure. AAPG Memoir; Seismic Stratigraphy - Applications to Hydrocarbon
Exploration 26, 135–143.
2. R.M. Mitchum Jr., P.R. Vail, and J.B. Sangree (1977) Stratigraphic interpretation
of seismic reflection patterns in depositional sequences. AAPG Memoir;
Seismic Stratigraphy - Applications to Hydrocarbon Exploration 26, 117–133.
3. R.E. Sheriff (1975) Factors affecting seismic amplitudes. Geophysical
Prospecting 23, 125–138.
Angle Mute
Istilah angle mute digunakan untuk menjelaskan teknik pemotongan pada CDP gather sebelum
memproduksi angle stack.
Angle mute terdiri atas inner mute (batas kiri) dan outer mute (batas kanan). Berikut ilustrasinya.
Batas merah dipakai untuk mereduksi efek multiple pada near offset, sedangkan warna pink
dipakai untuk mereduksi efek ‘stretching’ akibat koreksi NMO.
Angle Stack
Istilah angle stack dipakai untuk menjelaskan stacking tras-tras seismic pada sebagian offset saja.
Lihat item Near offset Far Offset pada blog ini. Near offset artinya low angle stack dan far stack
adalah high angle stack.
Biasanya low angle stack berukuran (5-15 derajat), middle angle stack (15-25 derajat) dan high
angle stack (25-35 derajat).
Studi angle stack kerap kali dipakai untuk menganalisis fenomena AVO. Berikut contohnya:
Gambar diatas courtesy Contreras A. et al., Geophysics, Vol. 71, 2006
Seismic anisotropy adalah variasi kecepatan gelombang seismik terhadap arah. Adanya
perbedaan kecepatan gelombang terhadap arah ini diakibatkan oleh konfigurasi susunan mineral,
rekahan, pori-pori, lapisan atau konfigurasi kristal dari suatu material.
Gambar dibawah ini menunjukkan perbedaan antara material homogen isotropis (a) dengan
material anisotropis(b).
Bintang merah menunjukkan sumber gelombang seismik dan panah menunjukkan arah
pergerakan gelombang. Untuk material homogen isotropis, gelombang akan merambat dengan
kecepatan yang sama ke semua arah yang akan menghasilkan muka gelombang lingkaran (bola),
sedangkan pada material anisotropy akan menghasilkan muka gelombang bukan lingkaran
(bola).
Adalah teknologi pengolahan data seismik yang merupakan multi step flow
(tahapan prosesing bertingkat). AAA ditujukan untuk mengidentifikasi anomali
amplitudo seismik (dalam hal ini amplitudo noise) seperti spike noise, swell noise,
trace yang bernoise, dll.
AAA merupakan filter yang diterapkan pada data didalam domain frekuensi baik
dalam CDP, shot maupun offset gather.
Teknologi AAA merupakan salah satu portofolio pengolahan data seismik yang dimiliki oleh
Western Geco.
Aperture
Aperture adalah bagian dari suatu data, seperti data seismik, data log, dll., dimana
sebuah fungsi diterapkan, fungsi yang dimaksud diantaranya windowing, filter, dll.
Aperture waktu sebagai contoh digunakan untuk menjelaskan bagian data seismik
untuk rentang interval waktu tertentu (perhatikan gambar di bawah ini).
[Gambar asli diambil dari Kou
et al., The Leading Edge, 2007]
Publikasi terkait dengan masalah ini nampaknya sampai saat ini masih terbatas.
Penelitian APF.VO yang dilakukan oleh Mazzotti A [1991] menujukkan perubahan
karakter plot APF.VO untuk model lapisan batuan dengan kondisi fluida pori maupun
litologi yang berbeda yang menghasilkan pergeseran fasa gelombang maupun
variasi amplitudo.
Pengetahuan tambahan adanya variasi fasa dan frekuensi terhadap offset sebagai
efek dari sifat elastik batuan tentunya akan membantu interpretasi teknik AVO
konvensional.
Untuk topik ini, pemilik blog tidak mencantumkan gambar hasil penelitian APF.VO
yang dilakukan oleh Mazzotti A [1991], karena terkait copyright, walaupun
beberapa gambar bisa dibeli seharga ratusan dollar. Adakah peneliti muda di tanah
air tercinta yang mau mengangkat topik ini?
[Persamaan (1)]
Untuk mendapatkan Aproksimasi Gelfand, kita tentukan γ=α/β dan mengabaikan suku ketiga,
sehingga diperoleh :
[Persamaan (2)]
[Persamaan (3)]
dan
[Persamaan (4)]
[Persamaan (5)]
Aproksimasi Shuey
[Persamaan (1)]
(1) Hanya digunakan dua suku pertama pada persamaan Shuey jika
[Persamaan (6)]
Sehingga diperoleh :
[Persamaan (2)]
dengan penyederhanaan lebih lanjut :
[Persamaan (3)]
Persamaan (2) dan (3) menunjukkan respon AVO didominasi oleh pada sudut kecil dan oleh pada
sudut besar. Alternatifnya, persamaan (2) diatas ditulis ulang menjadi :
[Persamaan (4)]
Persamaan diatas mengekspresikan bahwa dengan estimasi R0 dan G, perubahan poisson’s ratio
dapat diestimasi sebagai persamaan :
[Persamaan (5)]
Gambar (a) menunjukkan perbandingan hasil yang diperoleh untuk model geologi sederhana
pada batas atas dan bawah dengan menggunakan kalkulasi Zoeppritz dan aproksimasi-
aproksimasi diatas. Gambar (b) menunjukkan distribusi kesalahan pada lapisan atas (kurva
bawah, jika koefisien refleksi negatif) pada Gambar (a) Perhatikan bahwa semua kecocokan
bernilai 2% untuk sudut diatas 20°. Aproksimasi Gelfand sangat baik pada 35°. , dan
Aproksimasi Shuey pada semua sudut.
Posted by Agus Abdullah, PhD at 11:06 PM
Labels: AVO
Atenuasi (attenuation)
Atenuasi dilambangkan dengan Q, dimana 1/Q adalah fraksi dari energi gelombang yang hilang
setiap cycle saat gelombang tersebut merambat. Sehingga ‘Q rendah’ berarti lebih teratenuasi
dan ‘Q tinggi’ berarti sedikit teratenuasi.
Umumnya, didalam aplikasi seismik eksplorasi, besaran Q diprediksi untuk memberikan
kompensasi terhadap amplitudo gelombang seismik yang hilang dalam perambatannya.
Didalam mendeterminasi besaran Q, terdapat beberapa macam metoda. Metoda yang cukup
sering digunakan di dalam industri migas adalah metoda rasio spektral, yakni Q merupakan
slope (kemiringan) rasio natural logaritmik (ln) spektral ’gelombang dalam’ dengan ’gelombang
dangkal’.
Untuk lebih jelasnya perhatikan diagram di bawah ini (klik untuk memperbesar):
Akhir-akhir ini analisis Q mulai dilirik sebagai metoda yang cukup jitu didalam
karakterisasi reservoar. Hal ini dilakukan karena Q lebih sensitif terhadap kehadiran
gas maupun temperatur daripada sifat kecepatan gelombang seismik.
Contoh dibawah adalah Analisis Q untuk kasus monitoring zona minyak dan gas
serta monitoring injeksi karbon dioksida. Apakah anda melihat bahwa gelombang
lebih teratenuasi (Q rendah) di sekitar antiklin sebagai perangkap gas?
Courtesy: Clark R., University of
Leeds, School of Earth & Environment
Seismik Attribute
Seismik Attribute adalah segala informasi yang diperoleh dari data seismik baik
melalui pengukuran langsung, komputasi maupun pengalaman.
Persamaan Aki and Richards [1980], Shuey [1985] dan Bortfeld [1961] merupakan
pendekatan terhadap persamaan Zoeppritz untuk amplitudo gelompang refleksi
sebagai fungsi dari sudut datang.
Berikut adalah persamaan Aki and Richards [1980] dan Shuey [1985]:
Bowtie adalah reflektor semu yang diakibatkan oleh gelombang seismik yang
terdifraksi. Struktur sinklin atau lembah dasar laut yang cukup ‘sempit’ sering kali
menyebabkan efek dasi ’bowtie’.
Brute Stack
Adalah penampang seismik yang diperoleh dari stacking CMP (Common Mid Point)
sebelum NMO (Normal Move Out) akhir maupun koreksi statik diterapkan.
Tujuan ditampilkannya brute stack adalah untuk quick look sejauh mana kualiatas
data seismik yang baru diperoleh dari sebuah akuisisi, atau sekedar mendapatkan
gambaran awal kondisi bawah permukaan.
Dibawah ini adalah contoh penampang brute stack. Data adalah courtesy PGS.
BSR (Bottom Simulating Reflector)
Adalah anomali amplitudo yang disebabkan oleh kehadiran gas hidrat di bawah
permukaan bumi.
Karakter BSR bisanya ditunjukkan dengan amplitudo yang tinggi (cukup kontras)
yang memotong struktur geologi (discordance).
Akibat kehadiran gas hidrat maka BSR akan menghasilkan response AVO (Amplitude
versus Offset). Jika dibawah BSR terdapat gas bebas, maka akan terjadi anomali
kecepatan gelombang seismik dari tinggi menjadi rendah.
(a) BSR ditunjukkan dengan refleksi yang kuat yang memotong struktur geologi.
(b) Respons AVO pada BSR, perhatikan amplitudo meningkat sejalan dengan
bertambahnya offset.
Gambar diatas courtesy Yan et al., Journal of Geophysical Research , vol 104, 1999
CDP...
CDP (Common Deep Point) adalah istilah dalam pengambilan data seismik untuk
konfigurasi sumber-penerima dimana terdapat satu titik tetap dibawah permukaan
bumi. Untuk kasus reflektor horisontal (tidak miring) CDP kadang-dagang dikenal
juga dengan CMP (Common Mid Point).
Selain CDP dikenal juga CR (Common Receiver) untuk konfigurasi beberapa sumber
satu penerima, CS (Common Shoot) untuk konfigurasi satu sumber beberapa
penerima dan Common Offset untuk konfigurasi sumber penerima dengan jarak
(offset) yang sama.
Coherence
Coherence adalah salah satu atribut seismik yang menampilkan kemiripan satu tras
seimsik dengan tras yang lainnya. Tras-tras seismik yang mirip akan dipetakan
dengan koefisien coherence yang tinggi sedangkan ketidakmenerusan akan
terpetakan dengan koefisien coherence yang rendah.
Sebuah zona yang tersesarkan akan menghasilkan ketidakmenerusan yang tajam dengan
demikian akan menghasilkan koefisien coherence yang rendah disepanjang bidang sesar tersebut.
Dalam eksplorasi, atribut coherence digunakan untuk mempertajan kehadiran struktur sesar,
perangkap stratigrafi, delta, channel, reef dll.
Atribut coherence diestimasi berdasarkan kros korelasi tras-tras seimsik yang selanjutnya
sembalance dan algoritma dekomposisi eigen structure diterapkan.
Dalam praktiknya, attribut coherence sering kali ditampilkan bersamaan (overlay) dengan
attribut yang lain (amplitudo, akustik impedance, dll.)
Berikut contoh-contohnya;
Perhatikan coherence yang mempertajam kehadiran sesar dan kekar NW-SE (b) yang kurang
terlihat pada peta amplitudo (a). Gambar (c) adalah coherence di-overlay dengan amplitudo.
Perhatikan batas reef yang ditunjukkan secara lebih tajam oleh coherence (kanan) dibandingkan
oleh amplitudo (kiri).
Overlay coherence dengan impedansi akustik yang melokalisir batas-batas batupasir dalam
sistem channel.
Ide dasar dari metoda ini adalah dilakukannya FFT (Fast Fourier Transform) dari
setiap window waktu secara menerus (continuous) sehingga diperoleh gambaran
kisaran frekuensi pada zona target (reservoar).
Gambar dibawah ini adalah contoh penerapan CWT pada salah satu trace seismik
sintetik:
Gambar dan persamaan diatas courtesy: Satish Sinha, School of Geology and
Geophysics, University of Oklahoma, Norman, OK 73019 USA, Partha Routh
Department of Geosciences, Boise State University, Boise, ID 83725 USA, Phil Anno
Seismic Imaging and Prediction, ConocoPhillips, Houston, TX 77252 USA, John
Castagna, School of Geology and Geophysics, University of Oklahoma, Norman, OK
73019 USA, Spectral Decomposition of Seismic Data with Continuous
Wavelet Transform, 2005.
Konvolusi (Convolution)
Konvolusi dari dua fungsi a dan fungsi b dalan rentang terbatas [0, t] diberikan
oleh:
Contoh:
Dari contoh diatas terlihat bahwa jumlah elemen c adalah jumlah elemen a
ditambah jumlah elemen b dikurangi 1
(3+3-1 = 5).
Jika panjang salah satu data tidak sama maka bagian yang kosong dari data yang
pendek di-nol kan sampai panjangnya sama.
Curvature
Semakin melengkung sebuah garis semakin besar nilai curvature dan sebaliknya.
Sebuah garis yang datar memiliki curvature nol, jika melengkung ke arah yang
sebaliknya maka curvatur akan bernilai negatif.
Didalam geologi, struktur sinklin akan memiliki curvature positif dan struktur
antiklin memiliki curvature negatif.
Deconvolusi (Deconvolution)
axb=c
Zero lag spike memiliki bentuk [1 , 0, 0, 0, ..., 0] yakni amplitudo bukan nol terletak
para urutan pertama. Jika Output yang dikehendaki [0 , 0, 1, 0, ..., 0] maka
memiliki bentuk
disebut spike pada lag 2 (amplitudo bukan nol terletak para urutan ketiga) dan
seterusnya.
Matriks a diatas merupakan matriks dengan bentuk spesial yakni matriks Toeplitz,
dimana solusi persamaan diatas secara efisien dapat dipecahkan dengan solusi
Levinson. Dengan demikian operasi Deconvolusi jenis ini seringkali dikenal dengan
Metoda Wiener-Levinson.
pada zero lag matriks a (sehingga elemen a0 matrix diatas menjadi a0(1+e).
Gambar dibawah ini menunjukkan diagram alir proses Deconvolusi.
Dekonvolusi Maximum-Likelihood
Hal ini berlawanan dengan dekonvolusi spiking, yang mengasumsikan distribusi random
sempurna koefisien refleksi. Reflektivitas real log sonik pada Gambar 1 menunjukkan bahwa
model seperti ini bisa dipertanggung jawabkan. Secara geologis, event-event besar tersebut
berasosiasi dengan ketidakselarasan dan batas litologi utama.
Dari asumsi-asumsi model tersebut, kita dapat menurunkan fungsi objektif yang dapat
diminimalkan untuk menghasilkan reflektivitas yang paling mirip dan kombinasi wavelet yang
konsisten dengan asumsi statistika. Perhatikan bahwa metoda ini memberikan estimasi
reflektivitas sparse dan wavelet.
Biasanya λ mempunyai nilai kurang dari 1. Parameter lainnya yang diperlukan untuk
mendeskripsi perilaku yang diharapkan adalah R , ukuran RMS spike besar, dan N, ukuran RMS
dari noise. Setelah parameter-parameter tersebut dispesifikasi, semua solusi dekonvolusi dapat
diuji untuk melihat apakah ia merupakan hasil proses statistika dengan parameter-parameter
tersebut.
Sebagi contoh, bila estimasi reflektivitas mempunyai jumlah spike yang lebih besar
daripada nilai yang diharapkan, maka ia mencerminkan hasl yang tidak benar.
Dalam ungkapan yang lebih sederhana, dapat dikatakan bahwa kita mencari solusi
dengan jumlah spike minimum pada reflektivitasnya dan komponen noise yang
lebih rendah.
Gambar 2a & b menunjukkan dua kemungkinan solusi untuk input trace seismik
yang sama.
Gambar 2 : (a) Fungsi objektif untuk satu alternatif solusi pada input trace seismik
(b) Fungsi objektif untuk aternatif kedua solusi trace seismik
Tentu saja terdapat jumlah yang tidak terbatas dari solusi yang mungkin didapatkan
sehingga akan memerlukan waktu yang lama untuk melihat masing-masing
kemungkinan solusi tersebut. Oleh karenanya digunakan metoda yang lebih
sederhana untuk mendapatkan jawaban yang paling optimum.
Prinsipnya kita mulai dengan estimasi wavelet awal, estimasi reflektivitas sparse,
selanjutanya di-iterasi sampai sebuah fungsi objektif yang rendah dapat tercapai
dan dapat diterima. Hal ini ditunjukkan dengan Gambar 3 .
Gambar 3 : Diagram alir
untuk memperoleh reflektivitas dan wavelet, iterasi dilakukan sampai diperoleh
konvergenitas
Prosedur diatas diilustrasikan pada data model (Gambar 4 dan 5) pada Gambar 4
prosedur untuk memperbaharui reflektivitas ditunjukkan. Ia terdiri atasperosedur
penambahan koefisien refleksi satu persatu sampai satu set koefisien sparse yang
optimum diperoleh. Algoritma untuk memperbaharui reflektivitas ini dikenal dengan
nama Single Most Likely Addition (SMLA) karena setiap selesai satu tahapan ia akan
mencoba menemukan spike optimum untuk ditambahkan.
Gambar 4 : Algoritma Single Most Likely
Addition (SMLA) yang mengilustrasikan model reflekivitas sederhana
Densitas Batuan
Dephasing
Dalam terminologi seismik, dephasing adalah proses untuk mengubah fasa sebuah
wavelet.
Ingat sebuah wavelet dapat memiliki fasa berbeda: fasa nol, fasa minimum, fasa
maksimum dan fasa campuran.
Biasanya, dephasing dilakukan dalam proses deconvolusi sehingga Output yang
dikehendaki memiliki fasa tertentu (lihat subject Deconvolusi pada blog ini).
Filter deconvolusi dengan jenis ini dinamakan Wiener Shaping Filters
Istilah Fourier digunakan untuk menghormati Jean Baptiste Joseph Fourier (1768 –
1830), matematikawan yang memecahkan persamaan differensial parsial dari
model difusi panas, beliau memecahkannya dengan menggunakan deret tak hingga
dari fungsi-fungsi trigonometri. Foto Jean Baptiste Joseph Fourier adalah courtesy
Wikipedia.
Referensi text: Aki and Richard, 1980, Quantitative Seismology, Blackwell Publishing
Difraksi (Diffraction)
Secara sederhana DMO dapat diterjemahkan dengan koreksi NMO pada lapisan
miring.
Untuk kasus lapisan miring, Levin (1971), menurunkan persamaan waktu tempuh:
[Persamaan (1)]
Sedangkan untuk kecepatan DMO terlihat pada persamaan (2). Dari persamaan (2)
terlihat bahwa kontrol cosinus dari kemiringan menyebabkan kecepatan DMO harus
lebih besar dari kecepatan medium v (baca: kecepatan gelombang seismik pada
batuan), karena cosinus memiliki nilai maksimum 1.
Didalam Aplikasinya, proses DMO tidak serumit yang dibayangkan, prosesnya sama
seperti NMO, lebih-lebih software-software processing sudah semakin interaktif.
Gambar dibawah adalah contoh proses DMO.
Sketsa raypath diatas digambar ulang dari Yilmaz [1989]
Dog leg
Dog leg adalah istilah yang digunakan untuk lintasan seismik yang membelok
secara tiba-tiba.
Dog leg biasanya terjadi akibat perubahan rencana survey seismik untuk
menghindari medan yang berat atau tidak memungkinkan seperti lembah yang
curam, gedung bersejarah, atau dasar laut yang dangkal sehingga kapal survey
tidak bisa melewatinya.
Berikut ilustrasinya:
Posted by Agus Abdullah, PhD at 12:55 AM
Secara praktis, Impedansi Elastik diperoleh melalui inversi far angle stack
(katakanlah lebih besar dari 30°) dengan menggunakan wavelet yang diekstrak dari
stack tersebut sehingga diperoleh sifat Impedansi Elastik.
Impedansi Akustik
Impedansi Elastik
Envelope
Kontras impedansi akustik, bright spot, akumulasi gas, batas sekuen, efek ketebalan tuning,
ketidakselarasan, perubahan lithologi, perubahan lingkungan pengendapan, sesar, porositas, dll.
Gambar berikut menunjukkan perbandingan antara tras data real (x), quadrature (y)
dan envelope (E) serta perbandingan antara data sesmik dengan envelope untuk
data lapangan. Data real courtesy U.S. Department of Energy.
Posted by Agus Abdullah, PhD at 2:19 AM
Fasa Sesaat
Fasa Sesaat merupakan sudut diantara phasor (rotasi vektor yang dibentuk oleh
komponen real dan komponen imajiner dalam deret waktu) dan sumbu real sebagai
fungsi dari waktu, oleh karena itu selalu mempunyai nilai antara -180 derajat
sampai + 180 derajat .
[Persamaan (1)]
Fasa Sesaat berperan dalam meningkatkan event refleksi lemah dan meningkatkan
kontinyuitas event, oleh karena itu atribut ini dapat membantu interpreter untuk
mengidentifikasi sesar, pembajian, channels, kipas, dan geometri internal sistem
endapan.
Disamping itu, Fasa Sesaat digunakan untuk identifikasi pembalikan polaritas yang
berasosiasi dengan kandungan gas.
IP(t)=acrtan[y(t)/x(t)]
Gambar dibawah menunjukkan perbandingan tras data seismik beserta quadraturenya dengan
tras Instantaneous Phase. Juga, perbandingan antara data seismik 3D dengan Instantaneous Phase
3D ditunjukkan pada gambar yang paling bawah.
Posted by Agus Abdullah, PhD at 3:44 AM
Feather
Berikut ilustrasinya:
Cara yang mungkin bisa dilakukan untuk mengurangi efek ini adalah dengan
melakukan survey arus laut terlebih dahulu sebelum mendesain lintasan seismik.
Memang anda bisa ber-argumen bahwa desain lintasan seismik tersebut haruslah
mempertimbangkan aspek geologi yang menjadi target anda (seperti strike ataupun
bentuk struktur) akan tetapi apakah tidak ada celah komunikasi untuk
mempertimbangkan aspek arus laut di dalam mendesain lintasan tersebut?
Prinsip Fermat menyatakan bahwa jika sebuah gelombang merambat dari satu titik
ke titik yang lain maka gelombang tersebut akan memilih jejak yang tercepat.
Kata tercepat di-boldkan untuk memberikan penekanan bahwa jejak yang akan
dilalui oleh sebuah gelombang adalah jejak yang secara waktu tercepat bukan yang
terpendek secara jarak. Tidak selamanya yang terpendek itu tercepat.
Dengan demikian jika gelombang melewati sebuah medium yang memiliki variasi
kecepatan gelombang seismik, maka gelombang tersebut akan cenderung melalui
zona-zona kecepatan tinggi dan menghindari zona-zona kecepatan rendah. Untuk
lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini. Apakah anda melihat bahwa Prinsip
Fermat berlaku?
Filtering
Didalam pengolahan data seismik band pass filter lebih umum digunakan karena
biasanya gelombang seismik terkontaminasi noise frekuensi rendah (seperti ground
roll) dan noise frekuensi tinggi (ambient noise).
Gambar dibawah ini menunjukkan ketiga jenis filtering, baik dalam kawasan waktu
(time domain) maupun frekuensi domain (frequency domain).
Tanda A, B, C, D pada band pass
filter merupakan frekuensi sudut (corner frequency).
First Break
Adalah gelombang seismik yang terekam pertama kali. Gelombang ini merupakan
gelombang yang tercepat sampai ke penerima.
Didalam studi seismik refleksi, first break digunakan untuk mencari informasi
kondisi lapisan lapuk juga digunakan untuk koreksi statik.
Didalam studi sesmik tomografi, first break digunakan sebagai input waktu tempuh
gelombang untuk mencitrakan anomali kecepatan gelombang seismik di bawah
permukaan.
Gambar diatas adalah contoh first break (elips pink). Gambar adalah courtesy
Interpex
1.Edit Geometri
Data sebelumnya di-demultiplex dan mungkin di-resampel kemudian di-sorting
didalam CDP (common depth point) atau CMP (common mid point). Informasi
mengenai lokasi sumber dan penerima, jumlah penerima, jarak antara penerima
dan jarak antara sumber di-entry didalam proses ini.
2. Koreksi Statik
Koreksi statik dilakukan untuk mengkoreksi waktu tempuh gelombang seismik yang
ter-delay akibat lapisan lapuk atau kolom air laut yang dalam.
4.Dekonvolusi (Pre-Stack)
Dekonvolusi dilakukan untuk meningkatkan resolusi vertikal (temporal) dan
meminimalisir efek multiple.
7. Stack
Penjumlahan tras-tras seismik dalam suatu CMP tertentu yang bertujuan untuk
mengingkatkan rasio sinyal terhadap noise. Nilai amplitudo pada waktu tertentu
dijumlahkan kemudian dibagi dengan akar jumlah tras.
8. Post-Stack Deconvolution
Dekonvolusi mungkin dilakukan setelah stacing yang ditujukan untuk mengurangi
efek ringing atau multipel yang tersisa.
[Persamaan (1)]
Frequensi Sesaat (b) sebagai
turunan pertama Fasa Sesaat (a)
Frekuensi Sesaat memiliki rentang frekuensi dari (–) Frekuensi Nyquist sampai (+) Frekuensi
Nyquist, tetapi sebagian besar Frekuensi Sesaat bernilai positif.
Atenuasi gelombang seismik ketika melewati reservoir gas dapat dideteksi sebagai penurunan
frekuensi, fenomena ini lebih dikenal dengan ‘low frequency shadow’ (Barnes, Arthur E.,1999).
Hilangnya frekuensi tinggi menunjukkan daerah overpressure.
Imag adalah komponen imaginer. Lihat subject Seismik Attribute untuk memahami simbol-
simbol diatas.
Dalam interpretasi digunakakan untuk melihat anomaly hidrokarbon yang akan ditunjukkan
dengan anomaly frekuensi rendah. Efek ini kadangkala disebabkan oleh batupasir yang tidak
terkonsolidasi dikarenakan kandungan minyak. Instantaneous Frequency digunakan juga untuk
melihat zona fraktur (rekahan) karena zona fraktur akan berasosiasi dengan zona frekuensi
rendah. Disamping itu digunakan juga sebagai indikator ketebalan lapisan. Juga untuk melihat
geometri perlapisan yang masif seperti sand-prone lithologies.
Gambar dibawah menunjukkan perbandingan tras data seismik beserta quadraturenya dengan
tras Instantaneous Frequency. Juga, perbandingan antara data seismik 2D dengan Instantaneous
Frequency 2D ditunjukkan pada gambar yang paling bawah.
Posted by Agus Abdullah, PhD at 3:46 AM
Adalah lebar bidang benda anomali yang mampu 'dilihat' oleh gelombang seismik
(lihat Resolusi Seismik).
Lebar sempitnya Zona Fresnel (B-B') tergantung pada panjang gelombang dan
frekuensi gelombang seismik yang digunakan. Semakin tinggi frekuensi seismik
yang digunakan, semakin sempit Zona Fresnel dan sebaliknya. Artinya untuk
melihat benda-benda anomali kecil di bawah perut perlu digunakan frekuensi
gelombang yang tinggi. Sayangnya karena adanya attenuasi, frekuensi tinggi hanya
mampu melihat anomali-anomali dangkal.
Gain
Untuk membuat fungsi gain yang akan diterapkan pada tras seismik yang belum
dilakukan koreksi geometrical spreading, persamaan gain berikut dapat digunakan:
g(t)=(v(t)/v(0))^2 (t/t0), dimana t adalah TWT (two way traveltime) dan v(t) adalah
kecepatan rms dan v(0) adalah kecepatan rms pata waktu t0.
Gelombang Rayleigh (Groundroll)
[courtesy of darylscience]
Nama Rayleigh diberikan untuk menghormati penemunya John William Strutt, 3rd
Baron Rayleigh (1842-1919), Fisikawan berkebangsaan Inggris.
Yang dimaksud dengan Higher Order Moveout adalah analisis NMO (Normal
Moveout) dengan menggunakan persamaan NMO order yang lebih tinggi.
Proses NMO konvensional dengan menggunakan persamaan NMO order dua dapat
berkerja dengan baik pada model bumi homogen isotropis. Sedangkan pada model
bumi yang kompleks persamaan NMO order yang lebih tinggi sangat diperlukan.
Selain untuk memenuhi kondisi ‘kompleksitas’ bumi, persamaan NMO order yang
lebih tinggi diperlukan juga untuk mengkoreksi tras-tras seismik pada offset yang
cukup jauh ( seperti offset 6 sampai 10 km). Sebagaimana yang kita pahami,
koreksi NMO akan memiliki error yang lebih besar pada offset yang jauh.
Gambar di bawah ini menunjukkan perbedaan gather seismik dengan koreksi NMO
order dua dan gather yang dikoreksi NMO order dua terlebih dahulu (kiri) kemudian
di-fine tune dengan order 4 (kanan) untuk data sintetik dan data real.
Data sintetik:
Data real:
Jejak kuadratur h(t) dapat dideterminasi dari jejak real f(t) dengan menggunakan
Transformasi Hilbert (Bracewell 1965, op.cit. Landmark, 1996) :
[persamaan (2)]
dimana (*) merupakan konvolusi. Dari persamaan (2) terlihat bahwa h(t) adalah
pergeseran fasa 90 derajat dari jejak seismik real f(t).
Jejak seismik real f(t) dapat diekspresikan dengan Amplitudo yang tergantung pada
waktu A(t) dan fasa yang tergantung pada waktu q(t), seperti dinyatakan sebagai
berikut:
[persamaan (3)]
dan jejak kuadratur didefinisikan sebagai :
[persamaan (4)]
[persamaan (5)]
Jika f(t) dan h(t) diketahui (ingat bahwa h(t) dapat diturunkan dari f(t) dengan
menggunakan Transformasi Hilbert), maka untuk A(t) dan q(t) diperoleh :
A(t) disebut dengan ‘Kuat Refleksi’ dan q(t) disebut dengan ‘Fasa Sesaat’.
Selanjutnya dengan menurunkan Fasa Sesaat diperoleh ‘Frekuensi Sesaat’
[persamaan (8)]
Hockey Stick
Adalah istilah yang populer digunakan dalam industri pengolahan data seismik
untuk menjelaskan fenomena sebuah event seismik yang melengkung menyerupai
bentuk stick hockey. Event seismik tersebut berada dalam gerbang CDP setelah
proses NMO.
Adalah metoda pengambilan data seismik, dimana posisi sumber dan penerima
(geophone) diletakkan di permukaan bumi. Jadi istilah metoda HSP adalah istilah
lain untuk metoda seismik refleksi biasa.
Contoh konfigurasi metoda HSP, geophone (kiri) dan layout kabel seismik (kanan):
Jumlah energi total deretan gelombang baru tersebut sama dengan energi utama.
Kecepatan Interval
Kecepatan lapisan ke-n dapat dihitung berdasarkan rumus Dix (Dix Formula), yang
diturunkan dari kecepatan rms.
Gambar diatas menunjukkan
perbedaan kurva kecepatan rms dan kecepatan interval.
Inversi Maximum-Likelihood
Salah satu penerapan langsung dari teori dekonvolusi di atas adalah dengan
menginversi reflektivitas hasil estimas menjadi impedansi band lebar atau bloki dari
data seismik. Jika diketahui refektivitas r(i), maka impedansi Z(i) dapat ditulis :
[Persamaan (1)]
Sayangnya, penerapan persamaan ini dalam mengestimasi treflektivitas dari MLD memberikan
hasil yang kurang memuaskan karena kehadiran bising tambahan. Meskipun algoritma MLD
mengekstrapolasi di luar bandwith wavelet untuk menghasilkan estimasi reflektivitas band lebar,
reabilitas estimasi ini berkurang karena bising pada frekuensi rendah diujung spektrum.
Hasilnya adalah bahwa saat fenomena panjang gelombang pendek impedansi dapat
direkonstruksi, pola umum tidak dapat dipecahkan dengan baik. Hal ini ekuivalen dengan
menyatakan bahwa skala waktu pada spike estimasi reflektivitas dapat dipecahkan lebih baik
daripada amplitudonya.
[Persamaan (2)]
Kehadiran seri error n(i) menunjukkan fakta bahwa informasi pola yang diberikan
adalah berupa estimasi. Sekarang kita mempunyai 2 seri waktu : trace seismik T(i)
dan log Impedasi ln Z(i), masing-masing dengan waveletnya dan parameter bising.
Fungsi objektif dimodifikasi sedemikian rupa sedemikian rupa sehingga
mengandung dua suku yang diboboti oleh variasi bising relatif.
Peminimalan fungsi ini akan memberikan solusi bagi koefisien refleksi yang
berusaha mengkompromikan dengan pemodelan silmultan trace seismik saat
menyesuaikan dengan pola impedansi yang telah diketahui.
Jika noise seismik dan Impedansi trend noise dimodelkan sebagai sekuen Gaussian
maka variansinya menjadi parameter ‘tuning’ dimana penggunan dapat
memodifikasi untuk menggeser titik-titik dimana kompromi terjadi. Artinya pada
satu sisi ekstrim saja informasi seismik digunakan dan pada ekstrim lainnya hanya
digunakan trend impedansi.
Pada contoh pertama, metoda tersebut diuji pada sebuah sintetik sederhana.
Gambar 1 menunjukkan log sonik, deviasi reflektivitas, wavelet fasa nol yang
digunakan untuk membangun sintetik dan sintetiknya itu sendiri. Contoh ini dipakai
pada awalnya karena ia merepresentasikan impedansi ‘bloki’ sehingga memenuhi
asumsi dasar metoda tersebut.
Gambar 1: Parameter-parameter model masukan
Pada Gambar 2 hasil inversi Maximum-Likelihood ditunjukkan. Pada kasus ini, kita telah
mengunakan versi ‘dihaluskan’ kecepatan sonik untuk memberikan kontrol . komparasi visual
akan menunjukkan bahwa profil kecepatan diekstrak berkorelasi dengn sangat baik terhadap
input.
Kesimpulan yang diperoleh dari modifikasi tersebut adalah bahwa metoda MLD
dapat diperluas untuk digunakan dalam reflektivitas sparse.
dimana s(t) = trace seismik, w(t) = wavelet seismik, r(t) = reflektivitas bumi, n(t)
noise.
Perhatikan bahwa untuk menyelesaikan persamaan (1) harus diketahui tiga anu.
Seperti yang kita lihat sebelumnya, metoda rekursif seismik inversi didasarka pada
teknik dekonvolusi klasik, dimana diasumsikan reflektivitas random dan wavelet
fasa minimum atau fasa nol.
Hal ini akan menghasilkan keluaran wavelet dengan frekuensi lebih tinggi, tetapi tak
pernah me-recover deret koefiesien refleksi yang lengkap.
Dipandang dari segi seismik inversi, metoda sparse spike mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan metoda dekonvolusi klasik yaitu pengontrol ekstra yang dapat
digunakan sebagai estimasi full-bandwith reflektivitas.
Kecepatan Gelombang P
KB Elevation adalah ketinggian KB dari permukaan tanah (untuk sumur bor darat)
atau dari permukaan laut (untuk sumur bor laut).
TVD (True Vertical Depth) adalah kedalaman sumur bor secara vertikal dari
permukaan tanah sampai ke TD (Terminal Depth).
MD (Measured Depth) adalah kedalaman sumur bor secara keseluruhan dihitung
dari permukaan tanah. Pada kasus sumur bor vertikal, MD akan sama dengan TVD.
MD tentunya akan sama dengan TD.
A adalah TVDSS (True Vertikal Depth Sub Sea) sama seperti kasus TVD diatas hanya
saja dihitung dari muka air laut (MSL = Mean Sea Level).
B adalah TVDBML (True Vertical Depth Below Mud Line) adalah TVD yang dihitung
dari Sea Floor (ML=Mud Line)
C adalah MDSS (Measured Depth Sub Sea) sama seperti definisi MD diatas hanya
saja dihitung dari MSL.
D adalah MDBML (Measured Depth Below Mud Line) adalah MD dihitung dari ML.
Terimakasih kepada Zulfitriadi yang telah memverifikasi artikel ini. Kini Zulfitriadi
sedang menempuh program Master di Department Earth and Planetary Sciences,
Rutgers University, New Jersey, USA.
Ketidakselarasan
Disconformity
Ketidakselarasan dimana lapisan yang berada di bagian atas dan bawah sejajar,
namun terdapat bidang erosi yang memisahkan keduanya (umumnya berbentuk
tidak rata dan tidak teratur).
Paraconformity
Lapisan yang berada di atas dan di bawah bidang ketidakselarasan berhubungan
secara sejajar/paralel dimana tidak terdapat bukti permukaan erosi, namun hanya
bisa diketahui berdasarkan rumpang waktu batuan.
Nonconformity
Ketidakselarasan yang terjadi ketika batuan sedimen menumpang di atas batuan
kristalin (batuan metamof atau batuan beku).
Gambar diatas courtesy www.strata.geol.sc.edu, artikel ini kontribusi dari Hendra Wahyudi,
Teknik Geologi UGM 2003]
Lambda-Rho dan Mu-Rho merupakan parameter Lame yang diperoleh dari inversi
AVO (Amplitude Versus Offset) yang berguna untuk mempertajam identifikasi zona
reservoar [Goodway et al., 1997].
Berikut turunan persamaan Fatti untuk Lambda-Rho dan Mu-Rho berikut contoh
lapangannya (click gambar untuk memperbesar).
Gambar diatas menunjukkan
zona gas dengan Lambda-Rho yang rendah (biru) dan Mu-Rho yang tinggi (merah
dan kuning).
Biasanya inversi AVO untuk Lambda-Rho dan Mu-Rho dilakukan pada reservoar
klastik.
Gambar inversi AVO diatas courtesy Satinder Chopra, Core Lab Reservoir
Technologies, Calgary, Canada and Doug Pruden, GEDCO, Calgary, Canada.
Gelombang Love
[courtesy of darylscience]
Nama Love diberikan untuk menghormati Augustus Edward Hough Love (1863-
1940), matematikawan kondang asal Oxford. Beliau dianugrahi Adam prize setelah
menemukan model gelombang permukaan jenis ini.
Di dalam dunia seismik, wavelet yang baik adalah wavelet dengan jumlah side lobe
yang minimal (sekecil mungkin) dan cukup dominan pada bagian main lobe-nya.
Bagian side lobe dapat memberikan efek noise pada rekaman seismik, yakni
munculnya reflektor-reflektor semu.
Gambar dibawah menunjukkan bagian main lobe dan side lobe dari sebuah wavelet
fasa nol.
Labels: Miscellaneous
Matrix Toeplitz
Matrix Toeplitz adalah sebuah matrix dengan elemen diagonalnya sama dengan
penurunan dari kiri ke kanan bersifat konstan.
Berikut contohnya:
Matrix ini dinamakan Toeplitz untuk menghormati Otto Toeplitz, Profesor Matematika
yang dilahirkan di Jerman tahun 1881.
Foto disamping adalah Otto Toeplitz, courtesy The MacTutor History of Mathematics
Archive.
Metoda Norma L1
[Persamaan (1)]
dimana x(t) = jejak seismik, w(t) = wavelet, r(t) = reflektivitas.
Oldenburg dkk menunjukkan bahwa jika dekonvolusi resolusi tinggi dilakukan pada trace
seismik, estimasi reflektivitas dapat dianggap sebagai nilai rata-rata dari reflektivitas asal, seperti
ditunjukkan pada Gambar 1, refelektivitas rata-rata ini tidak mengandung komponen frekuensi
rendah dan tinggi dan hanya akurat pada spektrum bandlimited.
Gambar 1 : Uji sintetik inversi norma L1 (a) input impedansi , (b) input reflektivitas
(c) spektrum dari b, (d) trace frekuensi rendah (e) dekonvolusi dari d, (f) spektrum
dari d, (g) estimasi impedansi dari norma L1, (h) reflektivitas estimasi, (i) spektrum
dari h
Meskipun terdapat cara yang tidak terbatas dimana komponen frekuensi yang
hilang dapat ditambahkan, Oldenburg menunjukkan bahwa ketidakunikan ini dapat
dikurangi dengan mensuplai informasi uyang lebih pada permasalahan terkait.
Seperti pada model geologi berlapis :
[Persamaan (2)]
Beberapa peneliti lainnya, seperti Claerbuur dan Muir (1973) dan Taylor et al. (1979)
beranggapan bahwa Norma L1 adalah solusi dari proses dekonvolusi.
[Persamaan (1)]
[Persamaan (2)]
[Persamaan (3)]
[Persamaan (4)]
Dimana
[Persamaan (5)]
[Persamaan (6)]
[Persamaan (7)]
[Persamaan (8)]
[Persamaan (9)]
[Persamaan (10)]
Dengan kata lain, jika ΔF=0 maka reservoir adalah tidak prospektif tetapi jika ΔF >0
maka reservoir adalah prospektif.
Migrasi
Proses migrasi dilakukan pada data seismik dengan tujuan untuk mengembalikan
reflektor miring ke posisi 'aslinya' serta untuk menghilangkan efek difraksi akibat
sesar, kubah garam, pembajian, dll.
Terdapat beberapa macam migrasi: Kirchhoff migration, Finite Difference migration,
Frequency-Wavenumber migration dan Frequency-Space migration [Yilmaz, 1987].
Sebuah wavelet memiliki panjang yang terbatas dengan fasa tertentu. Didalam
istilah eksplorasi seismik, fasa sebuah wavelet dikenal sebagai:fasa minimum, fasa
nol dan fasa maksimum.
Labels: Miscellaneous
Mis tie
Mis tie adalah ketidakcocokan antara lintasan seismik yang berpotongan satu sama
lain. Ketidakcocokan tersebut dapat berupa perbedaan vintage seismik seperti fasa
wavelet, amplitudo, waktu, dll. Untuk mengantisipasi hal ini dapat dilakukan proses
pengubahan fasa, pergesaran waktu (time shifting), gaining, dll.
Berikut contoh mistie akibat pergesaran waktu (time shifting) dan perbedaan
amplitudo:
Fenomena mis tie banyak
terjadi pada interpretasi seismik 2 dimensi. Kalau kita tidak peduli dengan mis tie,
maka ketika kita memplot kontur horizon tertentu maka kontur tersebut akan
menghasikan artifak yang menyesatkan.
MTM adalah salah satu metoda spektral untuk mengkonversi kawasan waktu
sebuah gelombang menjadi kawasan frekuensi. MTM memberikan prediksi frekuensi
yang lebih bagus yakni menghindari ’kebocoran’ spektral dibandingkan dengan
metoda spectral konvensional (baca: Fast Fourier Transform taper tunggal (single
taper FFT)).
Didalam FFT konvensional mungkin anda menggunakan taper tunggal dari jenis
Hanning, Hamming, Box Car, dll. Sedangkan didalam MTM digunakan beberapa
taper orthonormal yakni sekuen prolate spheroidal diskrit (discrete prolate
spheroidal sequences) atau taper Slepian.
Persamaan dan gambar diatas courtesy: Agus Abdullah, 2007, PhD Thesis,
Research School of Earth Sciences, Australian National University.
Multiple
Multiple adalah pengulangan refleksi akibat ’terperangkapnya’ gelombang seismik
dalam air laut atau terperangkap dalam lapisan batuan lunak.
Terdapat beberapa macam multiple: (a) water-bottom multiple, (b) peg-leg multiple
dan (c) intra-bed multiple.
Untuk model water bottom multiple (model a) katakanlah kita memiliki waktu
tempuh sea bottom sebesar 500ms maka multiplenya akan muncul 500 x 2 =
1000ms. Jika gelombang tersebut terperangkap tiga kali maka multiple water
bottom berikutnya akan muncul pada 500 x 3 = 1500ms, dst.
Untuk model peg leg multiple (model b), multiple akan muncul pada waktu tempuh
gelombang refleksi primer (top gamping) ditambah waktu tempuh sea bottom.
Untuk model intra bed multiple, multiple akan muncul pada waktu tempuh
gelombang primer top gamping ditambah waktu tempuh dalam shale (tambah
sedikit lah…)
Labels: Miscellaneous
Near Offset adalah tras-tras seismik yang terdekat dengan sumber getar sedangkan
Far Offset adalah tras-tras yang terjauh. Lihat gambar dibawah ini:
Jika tras-tras seismik tersebut di NMO (Normal Move Out) selanjutnya di stack maka
akan diperoleh near offset stack dan far offset stack.
Perbedaan amplitudo seismik near offset dan far offset seringkali digunakan di
dalam studi AVO (Amplitude Versus Offset).
Gambar diatas adalah contoh tras-tras seismik dari satu shot pada akuisisi laut.
Tras-tras near offset terlihat lebih ’noisy’ dibanding tras-tras far offset. Efek noise
pada near offset diakibatkan oleh ambient noise seperti: baling-baling kapal, deru
mesin, gelombang laut, dll.
NMO adalah perbedaan antara TWT (Two Way Time) pada offset tertentu dengan
TWT pada zero offset.
Koreksi NMO dilakukan untuk menghilangkan efek jarak (ingat penampang seismic
yang anda interpretasi adalah offset nol (zero offset)).
Untuk model perlapisan horizontal, Koreksi NMO dirumuskan sbb:
Noise adalah gelombang yang tidak dikehendaki dalam sebuah rekaman seismik
sedangkan data adalah gelombang yang dikehendaki. Dalam seismik refleksi,
gelombang refleksilah yang dikehendaki sedangkan yang lainya diupayakan untuk
diminimalisir.
Gambar diatas menunjukkan sebuah rekaman dengan data gelombang refleksi dan
noise (gelombang permukaan / ground roll) dan gelombang langsung (direct wave).
Noise terbagi menjadi dua kelompok: noise koheren (coherent noise) dan noise acak
ambient (random ambient noise).
Contoh noise keheren: ground roll (dicirikan dengan amplitudo yang kuat dan
frekuensi rendah), guided waves atau gelombang langsung (frekuensi cukup tinggi
dan datang lebih awal), noise kabel, tegangan listrik (power line noise: frekuensi
tunggal, mudah direduksi dengan notch filter), multiple (adalah refleksi sekunder
akibat gelombang yang terperangkap). Sedangkan noise acak diantaranya:
gelombang laut, angin, kendaraan yang lewat saat rekaman, dll.
Adalah fenomena pada CDP (Common Depth Point) gather dengan puncak parabola
(apex) tidak pada posisi offset sama dengan nol (non zero).
Berikut contohnya:
Non zero apex dapat terjadi pada akuisisi seismik 2D dimana jejak sinar seismik
(ray path) tidak lurus atau tidak ‘menghantam’ depth point akan tetapi malah
menghantam litologi di sampingnya. Adanya penyimpangan ray path tersebut
diakibatkan oleh prinsip Fermat.
Frekuensi Nyquist
Sehingga jika interval sampling 0.0025 mili detik (2.5 detik) , maka Frekuensi
Nyquist adalah 200Hz.
Jika pergerakan partikel tersebut sejajar dengan arah penjalaran gelombang, maka
disebut dengan gelombang kompresi (gelombang primer atau primary wave atau
gelombang P).
Gambar dibawah menunjukkan karakter material sebelum diganggu dan karakter
gelombang P.
[courtesy of darylscience]
Sebagai fungsi dari modulus bulk(k) , modulus geser (u), dan densitas (r),
kecepatan gelombang P (Vp) adalah:
Vp=[(k+4/3u)/r]^0.5.
Perigram
[Persamaan (1)]
Selanjutnya komponen frekuensi rendah, B(t) dikurangi dari Kuat Refleksi, A(t),
untuk memperoleh Perigram, g(t) :
[Persamaan (2)]
Perigram sebagai envelope amplitudo (Kuat Refleksi) dengan menghilangkan
komponen dc (sumber : Landmark,1996).
Pada dasarnya Perigram mempunyai kegunaan yang sama dengan Kuat Refleksi,
tetapi Perigram memiliki nilai positif dan negatif sehingga dapat dianalisis dengan
peta warna standar dan dapat digunakan untuk penggabungan jejak seismik atau
peningkatan kualitas data.
Hasil perkalian antara Perigram dan Cosinus Fasa menghasilkan atribut lain yang
berguna (Shtivelman et al, op.cit. Landmark, 1996).
Jejak seismik real didefinisikan sebagai perkalian amplitudo dan fasa:
[Persamaan (1)]
Dengan kata lain, jejak real f(t), sama dengan Kuat Refleksi A(t), dikalikan dengan
cosinus fasa, cos q(t).Perigram didefinisikan oleh :
[Persamaan (2)]
dan,
[Persamaan (7)]
Dengan kata lain, walaupun Perigram bernilai positif, hasil perkalian Perigram
dengan Cosinus Fasa sama dengan data masukan f(t), dikali dengan jejak skalar,
[Persamaan (8)]
‘Bright Spot’ yang berasosiasi dengan gas sand, misalnya, akan terlihat secara jelas
secara ketika reflektor energi rendah sekitar tereduksi menjadi nol.
Poisson’s Ratio
Poisson’s Ratio adalah sebuah konstanta elastik yang merepresentasikan sifat fisis
batuan.
Poisson’s Ratio dapat dituliskan sebagai fungsi dari kecepatan gelombang kompresi
dan geser:
Dari hasill uji lab Domenico (1976) kita melihat bahwa batupasir yang tersaturasi
gas memiliki Poisson’s Ratio 25% lebih rendah dibandingkan batupasir yang
tersaturasi air garam. Adanya kontras Poisson’s Ratio yang tajam pada lapisan
batuan akibat kehadiran gas, seringkali sifat fisis ini digunakan untuk
mendeterminasi zona akumulasi gas.
Gambar dibawah ini menunjukkan hubungan antara besaran Poisson’s Ratio sebagai
fungsi dari prosentase kehadiran gas dalam batuan bersamaan dengan sifat
kecepatan gelombang.
Persamaan diatas diturunkan sbb. (click gambar untuk memperbesar).
Posted by Agus Abdullah, PhD at 6:24 PM
Saat ini terdapat dua jenis konvesi polaritas: Standar SEG (Society of Exporation
Geophysicist) dan Standar Eropa. Keduanya berkebalikan.
Gambar dibawah ini menunjukkan Polaritas Normal dan Polaritas 'Reverse' untuk
sebuah wavelet fasa nol (zero phase) dan fasa minimum (minimum phase) pada
kasus Koefisien Refleksi atau Reflection Coefficient (KR atau RC) meningkat (RC
positif) yang terjadi pada contoh batas air laut dengan dasar laut/lempung.
Contoh penentuan polaritas
pada data seismik real, seabed ditunjukkan dengan trough (merah), hal ini berarti
polaritas seismik yang digunakan adalah normal SEG.
Preserve amplitude adalah data ‘original’ sebelum terapkan gain, sedangkan non
preserve adalah data seismik setelah diterapkan gain.
Prewhitening
Jika kita melihat tabel diatas (kiri), survey R3M akan memiliki tantangan yang serius
jika kontras resistivitas antara reservoir yang mengandung HC dan yang tidak
mengandung HC
terlalu kecil. Walaupun demikian, kita masih memiliki ‘harapan’ jika kontras
resistivitas tersebut cukup besar.
Berdasarkan tabel di atas, frekuensi sinyal R3M berkisar antara ~0.125 sampai
20Hz. Terlihat jelas bahwa R3M memiliki ‘irisan’ dengan frekuensi gelombang
seismik refleksi (i.e. 10 – 120 Hz). Akan tetapi pada prakteknya, kisaran frekuensi
R3M yang digunakan sangat kecil (sekitar 0.125 s.d 2.0Hz).
Teknik pengambilan data R3M serupa dengan teknik pengambilan data seismik 2D
OBC (Ocean Botton Cable). Sumber listrik (Source) ditarik oleh sebuah kapal survey
dengan kecepatan 1-2 knot. Posisi sumber ditempatkan berapa beberapa meter
diatas dasar laut (25-30m), sedangkan penerima (receivers) ditempatkan pada
dasar laut. Perhatikanlah sketsa pengambilan data R3M dan perangkat-
perangkatnya pada gambar dibawah ini:
Gambar dibawah menunjukkan respon data R3M untuk sebuah survey. Pada
Gambar A, titik-titik MERAH menunjukkan respon untuk reservoir yang mengandung
HC dan PUTIH untuk latar belakang saline brine (wet). Sementara gambar (B)
adalah rasio antara kasus HC dan kasus saline brine (wet). Pada gambar B terlihat
jelas bahwa kehadiran HC akan menghasilkan respon peningkatan magnitude lalu
penurunan megnitudo resistivitas sejalan dengan bertambahnya offset.
Gambar A (modified from
Johansen, 2008)
Referensi:
Amundsen, et. al, Decomposition of electromagnetic fields into
upgoing and downgoing components, Geophysics, vol 71, no 5, October 2006.
Rosten, T., et.al, Stat Oil R&D Center, Norsk Hydro R&D Center, Electromagnetic
Geoservices (emgs), Earth and Planetary Exploration Services (EPX).
Srnka, L.J. (ExxonMobil Upstream Research Company, Houston, TX), EGM 2007
International Workshop, Innovation in EM, Grav and Mag Methods: a new
Perspective for Exploration
Capri, Italy, April 15 – 18, 2007.
Kuat Refleksi (Reflection Strength)
Kuat refleksi didefinisikan sebagai envelop dari jejak seismik (lihat gambar). Untuk
masing-masing sampel waktu, Kuat Refleksi dirumuskan sebagai :
Jejak Kuat Refleksi (b) sebagai envelop amplitudo dari jejak Reflektivitas (a)
Perubahan lateral pada Kuat Refleksi sering berasosiasi dengan perubahan litologi
secara umum dan berasosiasi dengan akumulasi hidrokarbon.
Reservoir gas secara khusus, sering muncul sebagai refleksi amplitudo tinggi atau
lebih dikenal dengan ‘bright spot’. Perubahan tajam pada Kuat Refleksi bisa
berasosiasi dengan struktur patahan atau zona pengendapan misalnya channels.
Kuat Refleksi juga berguna untuk identifikasi perlapisan batuan dan membantu
untuk mendeskripsi satu reflektor masif seperti ketidakselarasan dari kelompok
komposit reflektor.
Gambar diatas courtesy: Agus Abdullah, 2001, Identifikasi sealing rock dan DHI
(Direct Hydrocarbon Indicator) berdasarkan studi Atribut Seismik, Impedansi
Akustik dan AVO (Amplitude versus Offset) (Studi Kasus), Program Studi Geofisika
Terapan, Program Pascasarjana., Institut Teknologi Bandung.
Reflektivitas (Reflectivity)
Reflektivitas adalah kontras Impedansi Akustik (IA) pada batas lapisan batuan
sediment yang satu dengan batuan sediment yang lain. Besar-kecilnya nilai
reflektivitas selain tergantung pada Impedansi Akustik, juga tergantung pada sudut
datang gelombang atau jarak sumber-penerima. Di dalam seismik refleksi,
reflektivitas biasanya ditampilkan pada jarak sumber-penerima sama dengan nol
(zero offset) sehingga dapat diformulasikan sbb:
Labels: Miscellaneous
Resolusi Seismik
Didalam dunia seismik, resolusi terbagi dua: resolusi vertikal (temporal) dan lateral
(spasial).
frekuensi.
Frekuensi dominan gelombang seismik bervariasi antara 50 and 20 Hz dan semakin
berkurang terhadap kedalaman.
Dari tabel diatas kita melihat bahwa untuk anomali dangkal dengan kecepatan
gelombang seismik 2500 m/s dan frekuensi 50Hz diperoleh resolusi vertikal 12.5
meter, artinya batas minimal ketebalan lapisan (ketebalan tuning / tuning
thickness) yang mampu dilihat oleh gelombang seismik adalah 12.5 meter.
Untuk anomali dalam dengan waktu tempuh 4s, v 5500 m/s dan f 20 Hz, batas
minimal lebar anomali yang mampu dilihat oleh gelombang seismik adalah 1229.8
meter.
Adalah metoda pengambilan data seismik 3 dimensi (3-D) yang merupakan kombinasi antara
seismik multi-azimuth (MAZ) dan wide azimuth (WAZ) (lihat entry mengenai seismik multi-
azimuth dan wide azimuth pada blog ini). Tujuan dari pengambilan data dengan metoda ini
adalah untuk membuat distribusi offset-azimuth yang merata ke semua arah. Hal ini dijelaskan
pada gambar di bawah ini:
Gambar di atas menunjukkan konsep rich azimuth survey, yang digambarkan sebagai
MAZ + WAZ = RAZ. Panel atas menggambarkan diagram rose dari distribusi offset-
azimuth.
Warna panas (merah) menunjukkan jumlah fold yang tinggi dan warna dingin (biru)
menunjukkan jumlah fold yang rendah. Panel bawah menunjukkan posisi kapal (bintik
hitam) dan kabel perekam (garis hijau) untuk masing-masing survey.
Panel kiri menunjukkan distribusi offset-azimuth untuk survey MAZ, dengan azimuth 3
arah, tetapi tiap arah memiliki azimuth yang sempit. Panel tengah menunjukkan
distribusi offset-azimuth untuk survey WAZ, dengan azimuth yang cukup lebar, tetapi
hanya ke satu arah.
Panel kanan menunjukkan distribusi offset-azimuth untuk survey RAZ, dengan azimuth
yang lebar dan memiliki distribusi ke 3 arah.
Gambar di atas courtesy Howard, M, Marine seismic surveys with enhanced azimuth
coverage: Lessons in survey design and acquisition, The Leading Edge, April 2007.
Perhatikan model bumi yang tersusun atas beberapa interval perlapisan batuan
yang horizontal. Setiap lapisan memiliki kecepatan gelombang seismik tertentu.
Setiap lapisan memiliki kecepatan interval (V1, V2, V3,...,Vn), n adalah jumlah
lapisan.
Sehingga kecepatan RMS sampai titik tertentu pada lapisan ke-n adalah:
Untuk memahami karakter dan sifat fisis batuan dan fluida diperlukan sebuah
analisis fisika batuan (rock physics analysis). Dengan tujuan utamanya adalah
mencari suatu sifat fisis yang dapat memisahkan antara zona prospek dengan zona
yang tidak prospek.
Sifat-sifat fisis yang dimaksud diantaranya: kecepatan gelombang seismik P (Vp), kecepatan
gelombang seismik S (Vs), Poisson’s Ratio, Impedansi Akustik, Lambda-Rho, Mu-Rho, dll.
Gambar dibawah adalah contoh analisis fisika batuan untuk memisahkan non-pay, gas-pay, wet-
shally, dll. (click gambar untuk memperbesar)
Data yang ditampilkan dalam plot diatas biasanya diperoleh dari data sumur atau data hasil
inversi seismik.
Plot diatas sangat berguna diantaranya untuk konversi sebuah peta sifat fisis ke peta sifat fisis
yang lainnya.
Seismik Inversi
Upaya inversi merupakan kebalikan (inverse) dari upaya pengambilan data seismik
(forward modeling).
Sebagaimana yang kita ketahui forward modeling adalah operasi konvolusi antara
wavelet sumber dengan kontras impedansi akustik bumi (koefisien refleksi).
Pemilihan 'wavelet yang diprediksi' pada proses inversi merupakan prosedur yang
sangat penting, anda harus yakin betul bahwa sifat 'wavelet yang diprediksi'
mencerminkan horizon yang menjadi target anda. Caranya ? diantaranya dengan
mengekstrak wavelet pada horizon yang menjadi target inversi. Inipun tidak ada
jaminan...karena sifat wavelet yang tergantung terhadap fasa dan attenuasi.
Dikarenakan bandwith frekuensi gelombang seism ik terbatas (band limited), maka kontribusi impedansi akustik (IA) dari komponen frekuensi rendah diperlukan. Secara praktis, komponen frekuensi rendah ini diperoleh dari informasi sumur (well) dan ditambahkan untuk mendapatkan impedansi akustik absolut.
IA absolut = IA seism ik (band limited: 10-70Hz) + IA sumur (frekuensi rendah: <10hz).> 8200. Dengan logika ini kita dapat menampilkan IA dengan nilai > 8200 untuk m elihat karakter penyebaran batu pasir tersebut (lihat gambar di bawah ini).
Gambar di bawah merupakan penampang IA (slice). Perhatikan interpretasi batupasir dalam 'channeling system' berdasarkan kontras IA.
Gambar data real dan 'hasil inversi' diatas adalah courtesy Ashley Francis,
Earthworks Environment & Resources Ltd. - U.K
Rekaman Seismik (Seismic Record)
Rekaman seismik dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari tras seismik. Jika
ditampilkan dalam penampang dua dimensi, ke arah lateral mencerminkan jarak
atau lokasi dan ke arah vertical mencerminkan waktu (two way travel time/ TWT)
atau kedalam (apabila telah di migrasi kedalaman / depth migration). Contoh
rekaman seismik ditunjukkan pada gambar di bawah ini dengan batas antara
lapisan-lapisan batuan diinterpretasi sebagai puncak maupun palung amplitudo-
nya.
Labels: Miscellaneous
Adalah level maya yang menunjukkan rekaman seismik berada pada waktu tempuh
nol.
Pada data seismik laut, SRD biasanya didefinisikan dengan muka air lautnya itu
sendiri (Mean Sea Level). Pada data seismik darat, SRD adalah level acuan semu
pada koreksi statik sehingga trace-trace seismik mencerminkan kontinuitas
reflektor.
Gambar di bawah ini menunjukkan datum atau SRD dalam sebuah koreksi statik.
A,B,C adalah trace-trace seismik yang terekam pada posisi A, B, C sebelum koreksi
statik. Sedangkan A’, B’, C’ adalah trace-trace seismik setelah koreksi statik dengan
acuan level datum (SRD) garis putus-putus merah.
Pada gambar diatas terlihat bahwa:
A’ memiliki nilai koreksi nol.
B’ adalah B + waktu tempuh b (waktu tempuh b = (kedalaman b / Velocity 1)x2)
C’adalah C- waktu tempuh c (waktu tempuh c = (kedalaman c / Velocity 1)x2)
Tras seismik adalah data seismik yang terekam oleh satu perekam (geophone).
Tras seismik mencerminkan respon dari medan gelombang elastik terhadap
kontras impedansi akustik (reflektivitas) pada batas lapisan batuan sediment
yang satu dengan batuan sediment yang lain.
Labels: Miscellaneous
Kecepatan
Jenis-jenis kecapatan diatas dibagi menjadi dua: kecepatan fisis (physical velocities)
dan kecepatan pengukuran (velocity measures.).
θ merupakan azimuth, yakni sudut yang dibentuk oleh proyeksi horizontal sumber
penerima terhadap arah utara.
Persamaan 1 dan 2 diatas courtesy: Agus Abdullah, 2007, PhD Thesis, Research
School of Earth Sciences, Australian National University.
Referensi tambahan:
Bland, H.C, Robert R. Stewart, 1996, Geophone orientation, location, and polarity
checking for 3-C seismic surveys, CREWES Research Report — Volume 8.
Perhatikan tras-tras seismik dalam sebuah CDP (Common Depth Point) setelah
koreksi NMO diterapkan.
Asumsikan jumlah tras seismik tersebut adalah n dan amplitudo masing-masing tras
dalam waktu (t) tertentu adalah w. Maka Amplitudo Stacking dan Semblance dapat
dituliskan sbb:
Posted by Agus Abdullah, PhD at 4:18 PM
[courtesy of darylscience]
Sebagai fungsi dari modulus geser (u), dan densitas (r), kecepatan gelombang S
(Vs) adalah:
Vs=[u/r]^0.5.
Shear Wave Splitting merupakan studi untuk menganalisis tingkat anisotropi (lihat
subject anisotropi pada blog ini) dari sebuah medium. Dalam hal ini azimuthal
anisotropy.
Pemisahan (splitting) dari gelombang S tersebut diakibatkan oleh perbedaan waktu
tempuh (delay time atau Δτ) antara dua komponen gelombang S yang saling tegak
lurus satu sama lain.
Sedangkan jika terdapat perbedaan sifat fisis (contoh: foliasi mineral) maupun
perbedaan karakter struktur medium (contoh: orientasi fracture) ke arah vertikal
maupun ke arah horizontal maka akan menghasilkan waktu tempuh yang berbeda
bagi kedua jenis gelombang tersebut, fenomena perbedaan waktu tempuh tersebut
dikenal dengan shear wave splitting. Berikut ilustrasinya untuk sebuah gelombang S
yang melewati medium dengan fracture vertikal:
Dari gambar diatas terlihat
bahwa sebuah gelombang S yang melewati medium dengan fracture berorientasi
vertikal akan meghasilkan pemisahan komponen SH dan SV dengan SV datang lebih
cepat (lebih awal) dibandingkan SH yang datang lebih lambat. Dengan kata lain
gelombang S yang merambat tegak lurus dengan fracture akan datang lebih lambat
sedangkan gelombang S yang sejajar dengan fracture akan datang lebih cepat. Jika
kita kembangkan lebih lanjut, delay time (Δτ) akan semakin besar jika gelombang S
merambat tegak lurus dengan fracture dan semakin kecil jika merambat sejajar
dengan fracture.
Dengan mempergunakan logika di atas, multi azimuth atau wide azimuth seismic
(lihat kedua subject tersebut pada blog ini) dengan multicomponent geophone
dapat dipergunakan untuk mendeterminasi orientasi fracture.
Dengan menghitung tingkat anisotropi (baca delay time) pada berbagai azimuth
anda akan mendapatkan gambaran orientasi fracture pada zona bersangkutan.
Sehingga pada reservoar dengan porositas sekunder, dalam hal ini porositas akibat
fracture. Studi shear wave splitting dapat membantu untuk menempatkan posisi
sumur bor sedemikian rupa sehingga produksi hidrokarbon lebih optimal.
Slant Stack atau Transformasi Radon adalah teknik penjumlahan tras-tras seismik
pada sudut tertentu yang ditujukan untuk memperjelas kehadiran reflector miring
dan ditujukan juga untuk meningkatkan rasio signal terhadap noise (SNR-Signal to
Noise ratio).
Terdapat dua tahap didalam melakukan Slant Stack. Pertama, koreksi LMO (Linear
Move Out). LMO adalah proses proyeksi tras-tras pada gerbang CDP (Common Deep
Point) atau CMP (Common Mid Point) dengan sudut tertentu. Sudut yang dimaksud
berkorelasi dengan parameter sinar (p) dan offset (x).
Penampang seismik
‘konvensional’, fluvial channel ditunjukkan dengan panah kuning. Geologi di bagian
baratdaya tidak ditunjukkan dengan baik.
Penampang seismik pada
32Hz, fluvial channel ditunjukkan dengan panah kuning. Channel dibagian barat
daya (panah biru) dapat ditunjukkan dengan lebih baik.
Spike
Ingat bahwa batas perlapisan batuan ditunjukkan oleh bentuk gelombang yang
’gemuk’. Interpreter menginginkan bentuk gelombang tersebut selangsing
mungkin...idealnya seperti paku (spike).
Sifat gelombang yang gemuk tersebut disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya:
atenuasi, absorbsi, signature sumber, dll.
Upaya diet yang bisa dilakukan untuk melangsingkan gelombang adalah dengan
cara deconvolusi. Namun hal inipun ada batasannya, mustahil untuk mendapakan
gelombang refleksi atau wavelet berbentuk paku.
Perhatikan gambar dibawah ini:
Labels: Miscellaneous
SRME adalah metoda untuk menghilangkan energi multiple yang dihasilkan oleh batas air-udara.
Multiple yang dihasilkan oleh batas air-udara ini kadang-kadang sangat sulit dihilangkan dengan
menggunakan metoda demultipel konvensional seperti Radon atau pun Tau-P (Geotrace).
Walaupun metoda SMRE sudah diperkenalkan oleh Verschuur dan Berkhout sejak tahun 1997,
namun metoda ini baru populer di industri migas sejak tahun 2003-an.
Metoda SRME memiliki tiga tahap utama: pertama, menghilangkan noise non fisis, regulasisasi
data sehingga diperoleh grid sumber-penerima yang konstan, interpolasi near dan intermediate
offset yang hilang, menghilangkan gelombang langsung dan gelombang permukaan. Kedua:
prediksi multiple, prediksi ini didasarkan pada observasi bahwa multiple yang terkait dengan
permukaan dapat diprediksi melalui konvolusi temporal dan spasial dari data itu sendiri
(Berkhout, 1982). Ketiga: data input dikurangi dengan multiple yang terprediksi pada tahap dua
(Long et al., 2005).
Tahapan-tahapan metoda SRME dapat dilihat pada gambar dibawah ini (gambar
courtesy: Long et al., 2005):
Untuk memahami teori SRME
secara mendalam, terdapat sebuah referensi yang cukup bagus yakni Seismic
multiple removal techniques. Past, present and future oleh Eric Verschuur, EAGE
Publications BV.
Stacking
Stacking adalah proses menjumlahkan tras-tras seismik dalam satu CDP setelah
koreksi NMO (Normal Move Out).
Proses stacking memberikan keuntungan untuk mengingkatkan rasio signal
terhadap noise (S/N ratio).
Gambar diatas menunjukkan
prinsip koreksi NMO, hiperbola refleksi di-adjust dengan menggunakan model
kecepatan (kecepatan rms atau kecepatan stacking) sehingga berbentuk lapisan
horizontal, selajutnya tras-tras NMO dijumlahkan (stacking).
Koreksi statik adalah proses pengolahan data seismik untuk menggeser waktu tras
seismik yang bergeser akibar lapisan lapuk di permukaan bumi atau akibat
perbedaan topografi sumber dan penerima atau akibat perbedaan yang ekstrim
pada batimetri dasar laut.
Sweep Vibroseis
Adalah gelombang mini atau pulsa yang dihasilkan oleh sumber getar vibroseis.
Sweep berkarakter sinusoidal dengan frekuensi semakin besar terhadap waktu.
Gambar berikut menunjukkan karakter sweep dan contoh pengolahan data seismik
dengan sumber getar vibroseis.
Gambar (a) adalah sweep (b) adalah respon reflektivitas bumi (c) konvolusi antara
(a) dan (b), (d) adalah kros-korelasi antara (a) dan (c).
Perhatikan hasil (d) yang merepresentasikan karakter bumi (b). Menakjubkan bukan
?
Gelombang sweep diatas dihasilkan dengan menggunakan persamaan:
dengan fo=40Hz dan setelah dilakukan taper hanning.
[Persamaan (1)]
[Persamaan (2)]
Persamaan (2) disebut dengan persamaan inversi rekursif diskrit. Permasalahan
utama yang terjadi pada inversi rekursif adalah kehilangan komponen frekuensi
rendah. Untuk mengatasi hal ini, frekuensi rendah dapat terpenuhi dari log sonik
yang telah di filter, analisa kecepatan seismik, dan model geologi.
Portniaguine dan Castagna [2005] mengusulkan metoda inversi spektral post stack
yang dapat me-recover lapisan-lapisan tipis dibawah ketebalan tuning. Metoda yang
diusulkan dilakukan dengan penekanan pada aspek geologi dibanding aspek
matematis serta dengan memperhatikan aspek kunci pada spektrum frekuensi lokal
yang diperoleh dengan dekomposisi spektral.
Secara komersial metoda ini dikenal dengan ThinMAN™ yang berkerja dengan mengekstrak
refleksi secara detail dengan menghilangkan pengaruh wavelet seismik tanpa menimbulkan
masalah munculnyanoise frekuensi tinggi.
Gambar dibawah menunjukkan perbedaan sebelum (kiri) dan sesudah(kanan) inversi reflektivitas
lapisan tipis. Sonic log ditunjukkan untuk melihat perbandingannya. Menakjubkan? (click
gambar untuk memperbesar)
Castagna, J.P., S.Sun and R.W. Siegfried, 2003, Instantaneous spectral analysis:
Detection of low-frequency shadows associated with hydrocarbons, The Leading
Edge, 22, 120.
Chung, H. -M. and Lawton, D., 1999, A Quantitative Study of the Effects of Tuning on
AVO Effects for Thin Beds: J. Can. Soc. Expl. Geophys., 35, no. 01, 36-42.
Chung, H. and Lawton, D. C., 1995, Frequency characteristics of seismic reflections
from thin beds: J. Can. Soc. Expl. Geophys., 31, no. 1/2, 32-37.
Kallweit, R. S. and Wood, L. C., 1982, The limits of resolution of zero-phase wavelets
Geophysics, Soc. of Expl. Geophys., 47, 1035-1046.
Portniaguine, O. and J. P. Castagna, 2005, Spectral inversion: Lessons from modeling
and Boonesville case study, 75th SEG Meeting, 1638-1641.
Portniaguine, O. and J. P. Castagna, 2004, Inverse spectral decomposition, 74th SEG
Meeting, 1786-1789.
Widess, M.B., 1973, How thin is a thin bed, Geophysics,38, 1176-1180.
Transformasi Gabor
Lalu potongan-potongan
sinyal diatas (yang masih dalam domain waktu) ditransformasi menjadi domain
frekuensi dengan Transformasi Fourier untuk menghasilkan Spektrum Gabor.
Sementara Inversi
Transformasi Gabor dapat dilakukan dengan dua cara berikut:
Didalam dunia seismik, metoda Gabor ini digunakan dalam mengestimasi refl
Untuk koreksi yang berasosiasi dengan variasi geologi bawah permukaan, efek
coupling sumber dan penerima dapat dilakukan dengan analisis nilai Amplitudo RMS
(Root Mean Square) yang disusun dalam Common Receiver dan Common Source:
Koreksi akibat variasi kategori
3 dan 4 dapat dilakukan dengan filtering, serta berbagai metoda eliminasi noise dan
kill trace.
Refersensi: Jain, S., 44th Annual International SEG Meeting, Dallas, TX, 1974 and
Joint CSEG-CSPG Convention, Calgary, 1975.
Ketebalan tuning adalah batas minimal ketebalan lapisan batuan yang mampu
dilihat atau dibedakan oleh gelombang seismik.
Besaran ketebalan tuning yang biasanya dipakai oleh kalangan geofisikawan adalah
1/4 panjang gelombang seismik.
Untuk lebih jelasnya silakan lihat subject Resolusi Seismik pada blog ini.
Adalah anomali gelombang refleksi yang diakibatkan oleh zona kecepatan rendah
sehingga waktu tiba gelombang seismik menjadi terlambat.
Didalam penampang refleksi fenomena velocity sag ini terlihat sebagai ‘pelendutan’
refleksi dengan keadaan geologinya tidaklah demikian.
Gambar dibawah ini adalah contoh anomali velocity sag pada zona gas yang
terperangkap pada sebuah antiklin (merah terang). Perhatikan reflector biru terang
sebagai gas-fluid contact yang ‘melendut’ akibat zona gas diatasnya. Keadaan
geologi gas-fluid contact seharusnya flat bukan?
VSP adalah operasi seismik lubang bor dimana sumber seismik diletakkan di
permukaan bumi sementara perekam (geophone) diletakkan pada level kedalaman
yang berbeda di sepanjang lubang bor.
Jika sumur bor tersebut memiliki geometri vertikal, maka lokasi sumber getar
diletakkan pada posisi yang tetap, sedangkan untuk sumur bor miring, lokasi
sumber tidak tetap, lokasinya disesuaikan dengan posisi perekam dalam lubang bor.
Walaupun geophone diletakkan disepanjang lubang bor, resolusi vertikal VSP harus
dipertimbangkan masih berada dalam resolusi seismik, sementara secara lateral,
resolusinya dibatasi oleh zona Fresnel.
Geometri survey VSP beserta sketsa rekaman yang dihasilkan ditunjukkan pada
gambar dibawah ini:
Pengolahan VSP
Pengolahan data VSP terbagi menjadi beberapa tahap: demultiplex, korelasi (jika
sumber getarnya vibrator), koreksi dari efek fluktuasi, koreksi rotasi alat dan sumur
miring, eliminasi data yang buruk, stacking, pemilahan komponen gelombang jika
perekam yang dipakai multicomponent.
Gambar di bawah ini adalah contoh rekaman VSP setelah editing dan stacking:
Selanjutnya, jika sumber dan penerima dianggap memiliki garis yang tegak lurus
dengan reflektor, maka standar pengolahan data VSP adalah sbb:
Gambar dibawah adalah contoh korelasi rekaman VSP (upgoing wave) dengan log
lithofasies
Referensi: Jean-Luc Mari, Geophysics of Reservoir and Civil Engineering, 1999,
Institut Francais Du Petrole Publications
Volume Assessment
Topik ini bukanlah istilah seismik, akan tetapi karena penggunaannya sangat penting didalam
eksplorasi maka saya memasukkannya ke dalam blog ini.
Volume assessment adalah evaluasi volumetrik kandungan hidrokarbon suatu reservoir. Terdapat
beberapa point yang menjadi perhatian evaluasi ini:
1. GRV (Gross Rock Volume) adalah volume total reservoir yang dibatasi oleh TOP reservoir,
BASE reservoir dan Structural Spill Point (SSP). Satuan GRV adalah meter kubik atau acre foot.
Structural Spill Point sendiri adalah level sejauh mana hidrokarbon dapat mengisi reservoir
sebelum akhirnya ‘tumpah’ ke tempat lain karena kontrol struktur. Gambar dibawah ini
menunjukan sistem perangkap struktur dengan dua buah antiklin yang terisi hidrokarbon. GRV
prospek ini adalah = GRV1+GRV2.
2. Net to Gross (N/G) adalah persentase reservoir setelah dikurangi kandungan shale. N/G
memiliki satuan persen atau desimal. Sebagai contoh reservoir silisiklastik dengan N/G=80%,
memiliki kandungan 20% shale.
3. Porositas (satuan persen atau desimal)
4. Oil Saturation (OS) adalah tingkat kejenuhan minyak (persen atau desimal)
5. Gas Saturation (GS) adalah tingkat kejenuhan gas (persen atau desimal)
6. Recovery Factor (RF) untuk minyak dan gas : seberapa persenkah minyak dan gas dapat
diangkat kepermukaan (persen atau desimal)
7. Formation Volume Factor (FVF) adalah tingkat ‘pengembangan’ minyak di permukaan bumi
setelah dikeluarkan dari reservoir. Karena pengaruh tekanan satu liter volume minyak di dalam
reservoir akan mengembang setelah dikeluarkan ke permukaan. Kisaran FVF pada 3500 psia
adalah 1.333 bbl/STB.
8. Gas Expansion Factor (GEF), definisi sama dengan FVF tetapi untuk kasus gas. Kisaran GEF
230-300 scf/cf.
9. Net Rock Volume (NRV) = GRV x N/G (meter kubik atau acre foot)
10. Net Pore Volume (NPV) = NRV x Porositas (meter kubik atau acre foot)
11. Original Oil in Place (OOIP) = NPV x OS x FVF (satuan mbo)
12. Original Gas in Place (OGIP) = NPV x GS x GEF (satuan tcf)
13. Recoverable Oil = OOIP x RF (mbo)
14. Recoverable Gas = OGIP x RF (tcf)
15. Recoverable Oil with risk = Recoverable Oil x risk factor (mbo)
16. Recoverable Gas with risk = Recoverable Gas x risk factor (tcf)
Risk factor merupakan nilai hipotetik persentase resiko.
Water Column Statics
Adalah koreksi statik pada data seismik marin yang diakibatkan oleh sifat air laut seperti
salinitas, temperatur, dll.
Pada data seismik dengan kedalaman air laut yang cukup dangkal, mungkin koreksi ini dapat
’diabaikan’ akan tetapi jika data seismik tersebut merupakan data laut dalam tentu sifat lokal
salinitas, temperatur, dll. akan memberikan efek yang cukup signifikan pada kualitas data
seismik.
Jika koreksi ini tidak diperhatikan maka akan memberikan kualitas stack yang kurang bagus,
demikian juga pada respon AVO.
Berikut contoh perbedaan data seismik sebelum (kiri) dan setelah (kanan) koreksi Water Column
Statics pada respon AVO maupun stack (klik untuk memperbesar).
Wavelet
Adalah gelombang mini atau ’pulsa’ yang memiliki komponen amplitude, panjang
gelombang, frekuensi dan fasa. Dalam istilah praktis wavelet dikenal dengan
gelombang yang merepresentasikan satu reflektor yang terekam oleh satu
geophone.
Gambar di atas menunjukkan Wavelet Ricker dengan frekuensi 20, 30 dan 40Hz dan
fasa = 0 (zero phase).
Adalah metoda pengambilan data seismik yang didesain sedemikian rupa sehingga
menghasilkan azimuth antara sumber dan penerima yang cukup lebar dibandingkan
dengan pengambilan data seismik konvensional.
Tujuan utama dari desain ini adalah untuk meningkatkan fold, rasio sinyal terhadap
noise, meningkatkan iluminasi, dll.
Zero Crossing
Zero Crossing adalah salah satu komponen gelombang (lihat subject Komponen
Gelombang pada blog ini) dimana amplitudo gelombang adalah nol dan fasa-nya
adalah nol atau 90 derajat.
Persamaan Zoeppritz
Posted by Agus Abdullah, PhD at 8:51 PM
Satu asumsi dasar tentang data stack adalah jejak seismik sebagai konvolusi antara
wavelet dengan deret koefisien refleksi. Masing-masing koefisien refleksi
merupakan hasil sinar seismik melewati batas antara dua lapisan.
Pada kasus ini , koefisien refleksi sebagai fungsi dari kecepatan gelombang P dan
densitas masing-masing lapisan batuan.
Persamaannya diberikan oleh :
[Persamaan (1)]
dimana r = koefisien refleksi, ρ = densitas, α = kecepatan gelombang P, dan Z =
impedansi akustik.
Jika sinar seismik melewati batas lapisan pada sudut datang tidak sama dengan nol dengan
geometri penembakan common shot, maka akan terjadi konversi gelompang P menjadi
gelombang S dan koefisien refleksi menjadi fungsi kecepatan gelombang P, kecepatan
gelombang S, dan densitas masing-masing lapisan.
Variasi amplitudo terhadap offset melibatkan parameter fisis Poisson’s ratio, yang berhubungan
dengan rasio gelombang P terhadap gelombang S.
Formulasi untuk Poisson’s ratio diberikan oleh :
[Persamaan (2)]
Secara teoritik Poisson’s ratio memiliki harga antara 0 sampai 0,5 dimana 0 untuk gas dan 0,5
untuk liquid.
Dari persamaan (2), terlihat bahwa ketika Poisson’s ratio mendekati 0,5 maka rasio kecepatan
α/β menuju tak terhingga.
Hal ini terjadi karena kecepatan gelombang S = 0 jika melewati fluida. Sebaliknya rasio
kecepatan α/β = jika Poisson’s ratio = 0.
[Persamaan (3)]
Bentuk akhir dari persamaan Zoeppritz ditunjukkan pada persamaan (4) dimana berhubungan
dengan jejak gelombang pada di bawah ini.
Perambatan gelombang P
yang melewati batas lapisan, terbagi menjadi 4 gelombang; A = gelombang P
refleksi, B= gelombang S refleksi, C= gelombang P transmisi, dan D = gelombang S
transmisi.