You are on page 1of 37

PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN

RENCANA PROGRAM JANGKA MENENGAH


RPJM

KTP2D
KAWASAN TERPILIH PUSAT
PENGEMBANGAN DESA

EDISI DESEMBER 2006


SEBAGAI ACUAN BAGI SATKER P2P PROVINSI
DALAM KEGIATAN PENYUSUNAN RPJM-KTP2D 2007
KATA PENGANTAR

Melengkapi Acuan pelaksanaan pengembangan Perumahan dan


Permukiman Perdesaan melalui penanganan Kawasan Terpilih
Pusat Pengembangan Desa atau KTP2D, yang tahapan
pelaksanaannya telah ditetapkan sebagai berikut; (1) Identifikasi
Lokasi, (2) Penyusunan RPJM dan (3) pelaksanaan fisik. Untuk
kepentingan penyusunan RPJM maka diterbitkan Panduan Teknis
Penyusunan Rencana Program Jangka Menengah (RPJM)
sebagai acuan bagi Satuan Kerja Pengembangan Permukiman
Provinsi didalam memberikan fasilitasi dan pendampingan kepada
Pemerintah Daerah untuk menyusun RPJM bagi lokasi-lokasi KTP2D
yang telah ditetapkan melalui kegiatan identifikasi lokasi.

Sejalan dengan kegiatan identifikasi lokasi KTP2D yang


penekanannya lebih kepada penilaian atau scoring desa-desa yang
didasarkan atas konsepsi pengembangan wilayah dan
pengembangan ekonomi lokal, Penyusunan RPJM ini menggarap
perencanaan pada kawasan-kawasan yang telah ditetapkan menjadi
KTP2D dimana tahap-tahapnya tidak terlepas dari partisipasi
masyarakat lokal, dengan tujuan agar masyarakat dapat ikut memiliki
yang kemudian akan bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan
pengembangannya.

Panduan teknis penyusunan RPJM KTP2D edisi 2006 ini disajikan


terutama untuk acuan pelaksanaan kegiatan tahun anggaran 2007.
Namun demikian karena keterbatasan informasi yang bisa
disampaikan, maka tidak ditutup kemungkinan melakukan konsultasi
langsung ke Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat
Jenderal Ciptakarya, Departemen Pekerjaan Umum.

Buku ini masih jauh dari sempurna, yang masih terbuka untuk
masukan-masukan yang bersifat memperbaiki.

Jakarta, Desember 2006


Direktorat Pengembangan Permukiman

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii

Bab I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan
21.3. Sistematiaka Panduan Praktis 2

Bab II. Persiapan Penyusunan RPJM


2.1. Observasi Masyarakat 3
2.2. Pencermatan Potensi Unggulan 12
2.3. Penyusunan Profil Kawasan 13

Bab III. Penyusunan RPJM


3.1. Pendekatan dan Misi Penyusunan RPJM 14
3.2. Persiapan Rembug Desa / Sarasehan Kawasan 15
3.3. Tahapan Kegiatan Rembug Desa 16
3.4. Keluaran Rembug Desa 20

Bab IV Penyempurnaan dan Pelaksanaan RPJM


4.1. Rapat Koordinasi 21
4.2. Persiapan Pelaksanaan 22
4.3. Pelaksanaan 23
4.4. Monitoring dan Evaluasi 23

Lampiran
1. Contoh Matriks Program
2. Illustrasi Penyusunan RPJM

ii
1.1 Latar Belakang
Kawasan strategis perdesaan biasanya diindikasikan dengan unit-unit satuan simpul
pusat pengembangan kegiatan yang apabila disentuh secara tepat akan berdampak
signifikan bagi pertumbuhan dan perkembangan kawasan itu sendiri bahkan
dimungkinkan dampaknya bagi kawasan sekitarnya.
Yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan adalah ‘tepat’ didalam seleksi desa-
desa yang karena keterkaitannya dapat membentuk suatu kesatuan yang kemudian
disebut kawasan; tahapan itu disebut dengan Identifikasi Kawasan Terpilih Pusat
Pengembangan Desa atau KTP2D.
Tepat didalam perencanaan program pada masing-masing kawasan sungguh akan
menjadi kunci keberhasilan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi lokal yang pada
saatnya akan berdampak pada sasaran-sasaran positif lainnya baik dalam skala lokal
maupun regional.
Penyusunan Rencana Program Jangka Menengah atau RPJM menjadi kegiatan
penting yang menghasilkan dokumen sebagai pegangan bagi pemerintah daerah
dalam mengembangan kawasan-kawasan perdesaan potensial diwilayahnya.
Tahapan-tahapan dalam penyusunan RPJM yang berangkai secara berurutan yang
telah disiapkan berdasarkan pengalaman lapangan ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang berkepentingan

Panduan Praktis merupakan manual yang menuntun para pelaksana dalam tahapan
dan atau langkah-langkah yang harus dilakukan dalam prosesi penyusunan RPJM.
Panduan ini juga akan menunjukkan peran, tugas dan tanggung jawab dari berbagai
pihak, baik pemerintah, masyarakat, swasta, maupun konsultan atau tim teknis
pendamping kegiatan.

RPJM adalah singkatan dari Rencana Program Jangka Menengah. Rencana


program yang dimaksud dalam konteks ini adalah rencana pembangunan yang
meliputi aksi atau tindakan fisik dan atau non fisik dari semua sektor/bidang sesuai
dengan potensi dan karakter kawasan.

Cakupan perencanaan disesuaikan dengan batasan kawasan (desa pusat dan desa-
desa hinterland) yang telah ditetapkan dalam identifikasi lokasi KTP2D sesuai
panduan identifikasi lokasi KTP2D yang berlaku.

Berpedoman pada pengalaman dan kewajaran dalam pencapaian suatu hasil


Panduan Praktis rpjm-ktp2d 1
pembangunan, maka batasan waktu atau jangka perencanaan (RPJM) adalah 5
tahun yang dalam uraian perencanaan dituangkan melalui bentuk matriks program,
yang pentahapan pelaksanaan pembangunannya dirinci untuk setiap tahun.

Proses penyusunan RPJM dilakukan secara partisipatif, dengan pendampingan


tenaga-tenaga terlatih yang diupayakan sebanyak mungkin berasal dari
lokasi/kawasan garapan. Matriks Program Lintas sektor yang dihasilkan melalui
rembug warga/rembuh desa akan didasarkan atas pelaksanaan pembangunannya
tetap mengacu pada kaidah atau prinsip-prinsip pengembangan dan perencanaan
suatu daerah.

RPJM dan matriks program lintas sektor menjadi arahan pengembangan kawasan
yang terdiri atas desa-desa potensial (desa pusat dan desa-desa hinterland) di
perdesaan dan sekaligus menjadi alat koordinasi dari berbagai pihak yang akan
berkontribusi secara terarah, terprogram dan berkelanjutan dalam pembangunan
kawasan.

1. 2. Tujuan
Panduan Praktis Penyusunan RPJM KTP2D bertujuan agar:
Seluruh pelaku dalam proses penyusunan RPJM memahami prinsip dan tujuan akhir
dari penyusunan RPJM KTP2D
Pemerintah Daerah, Konsultan atau pihak lain yang terkait mempunyai acuan teknis
dalam melaksanakan kegiatan penyusunan RPJM KTP2D, sehingga tujuan dan
batasan waktu penyusunan RPJM dapat terpenuhi secara baik.

1.3. Sistematika Panduan Praktis


Bab I; berisi uraian singkat latar belakang dan tujuan dari penyusunan RPJM KTP2D
serta penjelasan tentang sistimatika buku pedoman teknis.
Bab II; memuat uraian teknis dan rinci tentang persiapan penyusunan RPJM, mulai
dari observasi masyarakat, penyusunan profil kawasan, dan persiapan rembug desa.
Bab III; menguraikan secara lengkap tahapan-tahapan yang sangat teknis dalam
pelaksanaan penyusunan RPJM yang dilakukan bersama masyarakat atau yang
dikenal dengan istilah rembug desa.
Bab IV; merupakan bab terakhir yang menjelaskan tentang tindak-lanjut yang harus
dilakukan setelah RPJM tersusun.

Lampiran
Model prasarana dan sarana perdesaan penunjang pengembangan KTP2D

Panduan Praktis rpjm-ktp2d 2


Agar penyusunan RPJM sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat (kawasan)
dan berbasis potensi andalan kawasan, maka diperlukan beberapa persiapan, yaitu:
a. Observasi masyarakat
b. Pencermatan potensi unggulan
c. Penyusunan profil kawasan

2.1 Observasi Masyarakat

2.1.1 Pengertian
Sebagai pengejawantahan asas tridaya dalam pengembangan kawasan, maka
penyusunan RPJM KTP2D semestinya membawa misi yang berbasis
pemberdayaan masyarakat. Langkah awal yang paling penting dan menentukan
keberhasilan suatu pemberdayaan masyarakat adalah mengenal secara baik
kelompok masyarakat yang akan diberdayakan. Untuk itu perlu dilakukan
observasi masyarakat.

Observasi atau pengamatan terhadap pola hidup sehari-hari dan pola kehidupan
ekonomi akan memberikan informasi dan data yang mendasar yang bermanfaat
untuk memilih strategi pemberdayaan masyarakat untuk bersama-sama berproses
didalam pengembangan desa yang diawali dengan proses penyusunan matriks
program sebagai bagian penting dari RPJM.

Kegiatan ini dilakukan oleh observer lokal, bisa berasal dari LSM, aktivis warga.
Tim terdiri atas beberapa orang yang diharapkan dapat terdistribusi secara merata
dan proporsional untuk setiap desa/dusun. Tim akan tinggal bersama masyarakat
setempat 2-3 minggu

Panduan Praktis rpjm-ktp2d 3


Keluaran atau output yang harus diperoleh para observer di setiap desa
adalah :

a. Data dan informasi potensi desa


b. Gambaran fisik desa (divisualisasikan dalam bentuk sketsa peta desa, foto-foto
dan penandaan khusus pada areal-areal tertentu yang dianggap penting dan
berkaitan dengan potensi pendorong atau penghambat kemajuan
desa/kawasan)
c. Potensi sumber daya yang dapat didorong untuk dikembangkan
d. Menemu kenali kegiatan harian dominan masyarakat menyangkut mata
pencaharian
e. Menemukenali dan menginventarisasi tokoh-tokoh masyarakat yang
dimungkinkan menjadi pimpinan baik informal maupun formal
f. Mengenali Adat istiadat atau budaya yang menjadi wahana penduduk dalam
menjalankan musyawarah dan membuat kemufakatan.
g. Mengenali keberadaan kelembagaan lokal (formal maupun non formal) yang
berjalan dengan baik
h. Tingkat kerawanan sosial yang dilihat dari frekuensi perkelahian antara warga,
kasus pencurian, perampokan, perjudian, perebutan sumber daya alam, dll.
i. Persepsi atau pandangan masyarakat terhadap upaya pembangunan atau
keinginan untuk mengembangkan desa.
j. Menemu kenali permasalahan dan indikasi Kebutuhan minimal pelayanan
infrastruktur bagi masayarakat dalam kegiatan sehari-hari
k. Kebutuhan infrastruktur pendukung pengembangan potensi desa baik
didesa pusat maupun akses pendukung yang berhubungan dengan desa-desa
hinterland serta dari desa pusat ke pusat-pusat lainnya (Ibu kota kecamatan).

2.1.2 Persiapan

Pengadaan Tim Tenaga Observasi


Langkah pertama yang harus dilakukannya adalah seleksi pengadaan anggota
observer (pengamat) dengan urutan kegiatan sebagai berikut :

1. Menyiapkan acuan tugas untuk merekrut para observer. Acuan berisikan latar
belakang, misi dan tujuan, sasaran observasi, kriteria observer, tugas dan
tanggung jawab, hak dan kewajiban observer, gambaran singkat kawasan yang

Panduan Praktis rpjm-ktp2d 4


akan diobservasi serta jadwal kegiatan (time schedule) observasi.

2. Kriteria Observer :
a. Volunteer (Sukarelawan), yang artinya tidak menggantungkan pendapatan
sepenuhnya dari kegiatan ini. Ulet, pandai bergaul dan suka berpetualang
b. Mengetahui (secara garis besar) tentang infrastruktur
c. Sehat rohani dan jasmani, menyukai kegiatan social, diutamakan yang
berpengalaman dalam kegiatan kelompok/lembaga yang diketahui bergiat
secara positif.
d. Beorientasi untuk mencari pengalaman dan atau implementasi ilmu
pengembangan wilayah serta pembangunan daerah
e. Diprioritaskan yang berasal atau lama tinggal di sekitar kawasan, setidak-
tidaknya dari daerah dalam satu propinsi.

3. Acuan disampaikan kepada lembaga pendidikan (perguruan tinggi), lembaga


penelitian, asosiasi lembaga non pemerintah (LSM) ataupun organsiasi
kemasyarakatan lainnya yang diperkirakan akan mampu melaksanakan
kegiatan observasi. Untuk menjaring para aktivis lokal yang potensial namun
tidak berada dalam lembaga-lembaga di atas, maka dapat dipasang iklan
secara terbuka.
4. Setelah mendapat nama para peminat dari lembaga-lembaga atau hasil
penjaringan di media masa (iklan), maka dilakukan seleksi terhadap calon
observer sesuai dengan syarat dan kriteria seorang observer RPJM-KTP2D.
5. Jumlah observer yang diperlukan lebih kurang 2-3 orang untuk setiap desa.
Jadi apabila jumlah terdapat 5 desa dalam satu kawasan (termasuk desa
pusat), maka diperlukan 10-15 orang observer.
6. Pemilihan dan penetapan para calon observer dengan menyusun kelompok
prioritas kelompok satu dan dua (prioritas I dan II). Kelompok prioritas ini
diseleksi menjadi dua kelompok, sebagai antisipasi apabila dari kelompok
prioritas satu ada yang gugur atau mengundurkan diri.

Pelatihan Observer
1. Agar materi, proses, kualitas dan hasil pelatihan ini baik, maka perlu persiapan
pelatihan yang baik juga. Untuk itu perlu disiapkan modul-modul pelatihan,
narasumber yang berpengalaman, metodologi pelatihan (30% terori dan 70%

Panduan Praktis rpjm-ktp2d 5


simulasi) serta jadwal pelatihan yang menarik. Untuk mengefektifkan pelatihan,
maka kegiatan ini dilakukan di tingkat propinsi atau tingkat kabupaten. Sebagai
catatan bahwa jumlah peserta pelatihan yang baik masimal adalah 30 orang.
2. Dengan memperhatikan modul pelatihan, strata kemampuan peserta, keluaran
yang diharapkan, maka pelatihan dirancang selama tiga hari dengan nara
sumber yang berasal dari Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen
Pekerjaan Umum, Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota), pakar/praktisi
dibidang pemberdayaan masyarakat, kemasyarakatan (psikolog/
sosiolog/antropolog), pembangunan daerah, tokoh masyarakat dari kawasan
yang akan diobservasi dan tim Konsultan.
3. Pelaksanaan pelatihan bagi para observer yang menekankan tentang tugas dan
kewajiban serta pemahaman tentang KTP2D. dengan materi atau modul
pelatihan setidak-tidaknya mencakup :
a. KTP2D
b. RPJM-KTP2D
c. Renstrada dan atau Kebijakan Pengembangan Daerah
d. Karakter masyarakat dan kondisi umum kawasan melalui nara sumber
lokal (tokoh masyarakat dari kawasan yang akan diobservasi)
e. Prinsip dan Strategi Pemberdayaan Masyarakat
f. Teknik Komunikasi Masa, Psikologi Massa, Teknik Fasilitasi
g. Teknik Wawancara dan Investigasai
h. Pengetahuan umum tentang Prasarana dan sarana ke PU-an
i. Simulasi dan on job training (bila perlu)
4. Penyusunan dan teknik pengisian kuesioner. Kusioner yang disusun mengacu
pada output yang harus dihasilkan oleh para observer. Sedangkan teknik
pengisian perlu disepakati, karena kuesioner harus diisi oleh observer tanpa
perlu diketahui oleh responden. Apabila pengisian kuesioner dilakukan secara
terbuka biasanya informasi yang diberikan responden mempunyai tingkat
kepercayaan yang rendah.

Panduan Praktis rpjm-ktp2d 6


Persiapan Lapangan
1. Menyusun jadwal kegiatan observasi secara lengkap dan detil,
a. setiap observer mengetahui tahapan pelaksanaan observasi, kapan dan
dimana mereka ditempatkan.
b. Pada jadwal tersebut juga diuraikan peran dan tanggung jawab masing-
masing observer dalam satu tim kecil. Tim kecil adalah tim yang bertugas
di satu desa (terdiri dari 2-3 orang).
c. Tim Kecil harus mampu bekerjasama dalam menghasilkan keluaran yang
diharapkan, berbagi tugas: (1) sebagai juru bicara, (2) pengamat lapangan
dan (3) pencatat hasil pencermatan harian.
2. Menyiapkan Surat Tugas yang dikeluarkan dari instansi terkait (Dinas
Permukiman/ Pekerjaan Umum//Bappeda atau instansi terkait/berwenang
lainnya). Surat Tugas akan menjadi lampiran dari Surat
Pengantar/Pemberitahuan rencana kegiatan dan ditembuskan kepada Kepala
Daerah.
3. Persiapan teknis. Pada tahapan ini yang paling penting diperhatikan adalah :
a. Komunikasi antar instansi terkait (dinas/penanggung jawab kegiatan)
dengan Camat dan Kepala Desa/Lurah. Apabila Camat dan Kepala
Desa/Lurah sudah mengetahui maksud dan tujuan kedatangan tim
termasuk program KTP2D, maka ini akan memudahkan tim observasi
bekerja.
b. Mengetahui secara teknis kendala-kendala lapangan yang mungkin dialami
oleh para observer dalam perjalanan dan selama bermukim di penduduk
setempat. Hal ini penting diketahui untuk antisipasi dan penyiapan
peralatan, logistik dan akomodasi lainnya.
c. Memastikan personil dari pihak penanggung jawab kegiatan dan konsultan
yang akan mendampingi/mengantarkan tim ke lokasi.
d. Melakukan cross check (pertemuan teknis sehari sebelum keberangkatan
ke lokasi) terhadap seluruh perlengkapan dan kelengkapan teknis dan
administratif, mulai dari pendanaan, alat dokumentasi (tape recorder dan
camera), kuesioner, surat tugas, ATK, perlengkapan pribadi dan lain-lain.

Panduan Praktis rpjm-ktp2d 7


Mobilisasi Tim
Kegiatan mobilasasi ini mulai dari pemberangkatan ke lokasi, pertemuan dengan
Camat dan kepala Desa/Lurah dan Tokoh masyarakat Desa, sampai penempatan
tim kecil di rumah penduduk. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa
tim kecil akan bermukim selama 2-4 hari di salah satu rumah penduduk dan setelah
itu akan berpindah-pindah ke rumah penduduk lainnya. Seluruh resiko yang akan
timbul dari kegiatan mukim 2-4 hari tersebut harus dikomunikasikan terlebih dahulu
dengan Kepala Desa/Lurah dan atau tokoh Masyarakat. Namun dalam penjelasan
penanggungjawab kegiatan kepada Camat, Kepala Desa/Lurah serta Tokoh
Masyarakat perlu ditekankan bahwa kegiatan ini mempunyai berbagai misi sosial
yang besar dan berorientasi proyek.

Catatan: disarankan kegiatan observasi masyarakat ini dikerjasamakan dengan


perguruan tinggi yang dikaitkan dengan program kuliah kerja nyata atau program
lain sebagai pengejawantahan dari tridharma perguruan tinggi (pengabdian kepada
masyarakat)

Panduan Praktis rpjm-ktp2d 8


2.1.3 Pelaksanaan Observasi

1. Perkenalan tim kecil dengan anggota keluarga tempat mukim serta menjelaskan
tugas utama tim.
2. Melakukan briefing singkat untuk persiapan pelaksanaan observasi.
3. Pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari buku potensi desa, berikut
dengan peta desa. Untuk kepentingan pembangunan infrastruktur, maka data
tentang kondisi dan kelengkapan prasarana sarana ke-Puan serta kebutuhan
Prasarana dan sarana pendukung pengembangan potensi di desa tersebut
harus terdata secara lengkap dan valid.
4. Dengan menggunakan peta desa, tim melakukan observasi lapangan dan
memberikan catatan-catatan khusus yang dianggap berpengaruh, baik secara
positif ataupun negatif terhadap pertumbuhan ekonomi desa ataupun kawasan
nantinya.
5. Melakukan wawancara informal dengan masyarakat, pada setiap kesempatan
baik di warung-warung, saat istirahat kerja atau ikut terlibat pada pekerjaan
harian penduduk setempat (misalnya nelayan, petani, peternak, pengrajin,
usaha industri rumah tangga, dll). Bahan ‘obrolan’ sebenarnya adalah
pertanyaan-pertanyaan yang didasarkan pada kuesioner yang telah dibuat dan
dipelajari sebelumnya. Melalui ‘obrolan’ ini dan ditambah dengan obrolan
dengan keluarga tempat mukim harus didapat informasi tentang :
a. Karakter umum masyarakat, adapt istiadat terutama kebiasaan dalam
mengambil keputusan, personil yang ditokohkan, dll
b. Kebiasaan masyarakat dalam berpenghasilan berkaitan dengan potensi
desa baik alam maupun yang sudah disentuh secara artificial
c. Pemahaman masyarakat tentang kebutuhan infrastruktur pedesaan
terutama dalam menunjang pengembangan perekonomian.
d. Potensi desa dan orientasi pasar yang dipahami oleh masyarakat
e. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap upaya pemerintah termasuk
pembangunan fisik dalam pengembangan desanya
6. Menyelenggarakan pertemuan semi formal, bisa di balai desa atau di salah
seorang rumah tokoh masyarakat (focus group discussion). Kegiatan ini dapat
memanfaatkan momen untuk berpamitan meninggalkan desa diakhir masa
tugas observasi. Pada pertemuan ini hal penting dilakukan/diperoleh adalah :
a. Menceritakan pengalaman selama tinggal di desa dengan menyampaikan
beberapa temuan-temuan yang dianggap persoalan maupun potensi desa.
Panduan Praktis rpjm-ktp2d 9
b. Meminta pendapat dan pandangan dari hasil temuan tersebut, guna
koreksian, klarifikasi dan untuk melengkapi data atau informasi yang sudah
dikumpulkan.
c. Menggali persoalan, potensi ide dan gagasan masyarakat dalam
menumbuhkembangkan desa.
d. Memberikan respon (berupa masukan-masukan) terhadap ide dan
gagasan di atas secara umum serta mendorong terbangunnya hubungan
antar desa dalam mengembangkan kawasan.
e. Pada pertemuan tersebut, sebaiknya tim tidak memberikan janji-jani
apapun, meskipun sudah mengetahui program KTP2D, tapi boleh
menjanjikan untuk memfasilitasi pertemuan para tokoh masyarakat dari
setiap desa dalam satu kawasan dalam waktu dekat.

Panduan Praktis rpjm-ktp2d 10


2.1.4 Pelaporan Hasil Observasi
1. Pada akhir kegiatan lapangan, seluruh anggota tim diberikan kesempatan selama
seminggu untuk menyusun laporan dan bahan ekspose yang akan disampaikan
dalam suatu lokakarya terbatas. Pada lokakarya ini setiap peserta
mempresentasikan hasil observasinya. Lokakarya tersebut juga dihadiri oleh
lembaga asal observer (perguruan tinggi, LSM, lembaga penelitian, ormas, dll.),
unsur pemerintah daerah (dinas/isntansi terkait, Camat dan Kepala Desa/Lurah)
dan Konsultan KTP2D.

2. Materi yang akan diekspos oleh masing-masing tim adalah :


a. Gambaran umum desa dengan menggunakan peta atau sketsa peta desa
b. Potensi dan kendala pembangunan desa, serta indikasi kebutuhan
infrastruktur perdesaan terutama dalam mendukung pengembangan
kawasan baik dalam kawasan (antara desa pusat dan desa-desa hinterland,
antara desa pusat dengan pusat-pusat lain)
c. Pola kehidupan sosial dan ekonomi sehari-hari
d. Pandangan masyarakat terhadap pembangunan dan animo terhadap
pengembangan kawasannya

3. Seluruh data dan informasi yang diperoleh dari hasil observasi diserahkan kepada
konsultan atau tim kerja yang diberi tugas dan tanggung jawab dalam penyusunan
RPJM dan matriks program lintas sektor. Konsultan/Tik Kerja menyusun kompilasi
data dari seluruh desa yang nantinya akan menjadi masukan utama dalam
menyusun Profil Kawasan.

4. Setelah data secara resmi diserahkan kepada konsultan/Tim Kerja, maka tugas
tim observer sudah selesai. Namun apabila dibutuhkan konsultan dapat
mengikutsertakan satu atau dua orang dari observer membantu kegiatan
penyusunan RPJM lebih lanjut.

Panduan Praktis rpjm-ktp2d 11


2.2 Pencermatan Potensi Unggulan
Tiga hal utama yang paling penting diperhatikan dalam melakukan pencermatan
potensi unggulan kawasan, yaitu :

1. Potensi unggulan adalah suatu sumber daya dominan yang terdapat di


desa/kawasan dan memberikan dampak ekonomi yang menguntungkan
masyarakat setempat.

2. Sumber daya tersebut dapat berupa sumber daya alam, sumber daya buatan
ataupun sumber daya manusia (sosial). Potensi kawasan juga dapat berupa
potensi yang belum diolah (eksplor) atau potensi tersembunyi.

3. Potensi tersembunyi tersebut dapat diketahui melalui pengamatan lapangan,


wawancara dengan masyarakat setempat, informasi dari peta kesesuaian lahan,
peta kandungan mineral (tambang), posisi strategis kawasan (akses bisa
dioptimalkan) dan identifikasi kualifikasi SDM

Untuk melakukan pencermatan potensi kawasan, maka langkah-langkah yang harus


dilakukan adalah :

1. Mengumpulkan dan mengkompilasi data sekunder kawasan dari berbagai instansi


terkait serta hasil observasi (data dan informasi seharusnya sudah tersedia pada
saat memproses identifikasi lokasi dan dari hasil observasi)
2. Mengkaji potensi kawasan yang ada dan atau yang potensial didorong
perkembangannya.
3. Mengkaji peta kesesuaian lahan dan merekemondasikan kegiatan
ekonomi/komoditas yang potensial dikembangkan.
4. Melakukan kajian simpul transportasi dan askesibilitas yang dikaitkan dengan
potensi kawasan sebagai simpul jasa.
5. Melakukan kajian potensi sosial dan budaya yang berpotensi untuk dikembangkan
sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi kawasan
6. Mengusulkan beberapa alternatif potensi unggulan yang berpotensi untuk
dikembangkan (primadona kawasan)

Panduan Praktis rpjm-ktp2d 12


2.3 Penyusunan Profil Kawasan
Profil kawasan merupakan gambaran umum kawasan yang memuat data-data utama
dan penting yang dikumpulkan dari para obsever dan data sekunder lainnya. Profil ini
berguna untuk memberikan informasi umum dan mendasar kepada stakeholders
tentang posisi, kedudukan, potensi (sumber daya alam dan sosial) dan persoalan
kawasan yang dapat menjadi informasi awal untuk mendiskusikan potensi, masalah
dan kendala pengembangan kawasan. Profil dibuat secara sederhana, atraktif dan
mudah dipahami oleh masyarakat awam serta dilengkapi peta kawasan yang
komunikatif.

Profil kawasan mencakup :


ƒ Letak, luas dan kedudukan kawasan dalam konstelasi lokal (kabupaten/kota),
regional, nasional ataupun internasional
ƒ Penggunaan lahan kawasan (eksisting, yang dikompilasi dari hasil peta desa)
ƒ Ketersediaan prasarana dan sarana permukiman, termasuk data jumlah dan
kondisi rumah penduduk
ƒ Kondisi prasarana dan sarana perhubungan
ƒ Profil dan karakteristik masyarakat (mata pencaharian, pola dan etos kerja)
ƒ Daftar stakeholders desa yang dianggap cukup mewakili representasi penduduk
desa/kelompok masyarakat (5-10 orang/desa)
ƒ Potensi desa, baik yang sudah, sedang dan yang belum dieksplorasi
ƒ Daftar persoalan utama masyarakat desa
ƒ Data atau informasi lain yang dianggap penting dan relevan
Buku profil kawasan dibuat dan didesain semenarik mungkin, komunikatif dan atraktif
sehingga pembaca dari kalangan manapun senang membaca dan mudah memahami
potensi dan masalah kawasan. Penulisan kalimat dalam profil tersebut sebaiknya
bukan dalam bentuk diskripsi sebagaimana laporan proyek atau daerah dalam angka,
tetapi lebih banyak ilustrasi, dan bahasa-bahasa harian yang dicampur bahasa lokal
(ekspresif) serta sisipan karikatural.

Buku dicetak atau dapat juga difotocopy dengan jumlah secukupnya, minimal
sebanyak peserta yang akan mengikuti kegiatan rembug desa/sarasehan kawasan.

Panduan Praktis rpjm-ktp2d 13


3.1 Pendekatan dan Misi Penyusunan RPJM

3.1.1 Pendekatan Penyusunan


Penyusunan RPJM dilakukan secara partisipatif yang dikemas dalam suatu
pertemuan warga dengan nama Rembug desa/Sarasehan Kawasan. Rembug atau
sarasehan ini merupakan suatu pertemuan yang diikuti oleh seluruh representasi
stakeholders dari semua kelompok dan kalangan yang berasal dari seluruh desa yang
terdapat dalam kawasan. Kegiatan ini bertujuan untuk menyusun fokus, cara dan hal-
hal yang akan dibangun dan dikembangkan dan dituangkan dalam bentuk visi, misi,
strategi dan program pembangunan kawasan.

Kegiatan ini menjadi wahana untuk menggali dan mengklarifikasi akar masalah dan
potensi kawasan serta ide/gagasan untuk membangun masa depan kawasan yang
bertumpu pada kemampuan masyarakat dan potensi kawasan. Hasil akhir rembug
desa adalah terumuskannya renstra kawasan, dimana program pembangunan dan
pengembangannya dituangkan dalam bentuk matriks program dan peta rencana tata
ruang kawasan.

Proses rembug desa dilakukan dengan fasilitasi pendamping (instansi terkait dan atau
konsultan) yang berposisi sebagai fasilitator. Dalam hal ini konsultan benar-benar
telah memahami dan berpengalaman dalam memfasilitasi pemberdayaan
masyarakat.

3.1.2. Misi Rembug/Sarasehan

ƒ Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam proses penyusunan program


pembangunan. Selama ini dalam proses pembangunan masyarakat hanya
dilibatkan sebagai ‘pengusul proyek’, jadi pola pembangunan yang diterapkan
belum partisipatif. Artinya perumusan strategi dan program pembangunan belum
bertumpu pada kemampuan masyarakat, namun masih sepenuhnya bertumpu
pada kemampuan pemerintah. Apabila dalam proses perumusan strategi dan
program pembangunan tidak bertumpu pada masyarakat, maka dengan
Panduan Praktis rpjm-ktp2d 14
sendirinya kapasitas masyarakat juga tidak terbangun. Pada sisi lain, apabila
dalam proses perencanaan pembangunan, masyarakat sudah terlibat sejak awal,
maka pada saat pelaksanaannya akan terjadi kontrol dan sekaligus partisipasi
masyarakat untuk mengoptimalkan hasil pembangunan.
ƒ Membangun rasa kebersamaan, rasa memiliki dan rasa tanggung jawab dan
motivasi untuk membangun kawasan. Dalam proses rembug desa/sarasehan
kawasan, hal pertama yang dilakukan selain saling mengenal atau mempererat
silaturahmi, adalah menumpahkan segala persoalan yang selalu dihadapi
masyarakat, lalu secara bersama-sama (termasuk konsultan dan pemerintah)
mencari jalan keluar yang dikaitkan dengan program KTP2D. Dengan cara
demikian akan lahir kebersamaan dan menumbuhkan rasa memiliki terhadap
kawasan.
ƒ Merupakan langkah awal dalam pembangunan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan (masyarakat ikut dalam pengambilan keputusan publik).
Sebagaimana yang sering terjadi bahwa ‘perencanaan pertisipastif’ dalam
prakteknya lebih banyak diarahkan atau keputusan akhirnya ditentukan oleh
pemerintah. Oleh karena itu dalam program KTP2D, keluaran yang dihasilkan dari
rembug desa/saresehan kawasan bersifat spesifik, berbasis aspirasi, kemampuan
masyarakat dan potensi kawasan. Jadi apabila hasil rembug/saresehan yang
dituangkan dalam matriks program bersifat umum, maka dapat dipastikan bahwa
fasilitasi pelaksanaan rembug/sarasehan kurang berjalan dengan baik atau tidak
sesuai dengan yang seharusnya.

3.2 Persiapan Rembug Desa/Sarasehan Kawasan


Hal teknis yang perlu dilakukan untuk persiapan kegiatan rembug desa/sarasehan
kawasan ini adalah :
1. Menyusun jadwal acara secara rinci
2. Menetapkan lokasi dan waktu pertemuan
3. Menyiapkan format acara yang didesain sedemikian rupa sehingga
menghilangkan kesan kaku, diskriminatif dan formal, namun dapat menghasilkan
keluaran yang kompak dan berkualitas. Bila memungkinkan tempat pertemuan
dapat dilakukan diruangan terbuka.
4. Menyiapkan surat untuk seluruh pihak yang terkait dan akan terlibat pada acara
tersebut.
5. Melakukan koordinasi dengan dinas/instansi terkait yang dapat dikoordinir oleh
Panduan Praktis rpjm-ktp2d 15
Dinas Permukiman/PU/Bappeda untuk rencana pelaksanaan rembug
desa/sarasehan kawasan dan sekaligus menyampaikan permohonan pembicara
dari pemerintah yang akan menyampaikan kebijakan pembangunan daerah.
6. Menyiapkan daftar undangan yang terdiri dari representasi elemen masyarakat
dari semua kelompok dan kalangan serta instansi terkait lainnya. Penentuan
instansi terkait yang akan diundang berdasarkan potensi dan masalah kawasan
yang diperoleh dari hasil observasi.
7. Mengetahui secara persis (informasi dari observer) jumlah undangan untuk
masyarakat miskin dan memastikan biaya transportasinya
8. Menyiapkan semua peralatan penting untuk rembug desa (profil dan peta
kawasan, kertas plano/buram A0, spidol, noteblock, atau metaplan, dll.). Metaplan
adalah potongan kertas (sebaiknya dari karton dengan ukuran 10x20 cm) dengan
berbagai warna. Kegunaannya adalah untuk menulis pendapat, keluhan,
masalah, gagasan ataupun ide dari peserta rembug/sarasehan, sehingga
penyelenggara mudah untuk mengelompokkan masukan peserta. Bila ada peserta
yang tidak bisa baca tulis, akan dibantu oleh fasilitator.

3.3 Tahapan Kegiatan Rembug Desa/ Sarasehan Kawasan


Adapun agenda dan tahapan kegiatan Rembug Desa adalah sebagai berikut :
ƒ Pengenalan antar peserta (termasuk pendamping), sebagai langkah awal untuk
membangun komunikasi, kebersamaan dan keterbukaan. Kegiatan ini dipandu
oleh moderator dengan teknik dan cara yang tidak terkesan kaku dan formal.
ƒ Pengenalan program KTP2D yang lebih ditekankan sebagai suatu pendekatan
pembangunan dan sekaligus memberikan motivasi, tanggungjawab dan rasa
memiliki terhadap kawasan
o Pemateri harus menyiapkan ringkasan program KTP2D, mulai dari latar
belakang, pengertian, maksud, tujuan, pendekatan, tindaklanjut dan hasil
akhir yang diharapkan program KTP2D dalam bentuk buku kecil yang dibuat
secara ilustratif.
o Buku tersebut, beberapa hari sebelumnya sudah dibagikan kepada seluruh
peserta bersamaan dengan penyampaian undangan
o Sebaiknya pengenalan program ini sudah dimulai dengan komunikasi dua
arah. Hal ini penting dilakukan agar pemahaman KTP2D dapat dipahami
secara baik, kritis dan menumbuhkan kesadaran membangun dari
masyarakat.

Panduan Praktis rpjm-ktp2d 16


ƒ Pengenalan kawasan melalui penjelasan profil kawasan. Informasi potensi
kawasan akan memberikan wacana baru dan motivasi warga untuk membangun
kawasan secara bersama-sama. Sama halnya dengan buku KTP2D, Buku profil
yang sudah dibuat juga dilampirkan dalam undangan. Buku ini sangat penting
sebagai bahan dasar dalam menumbuhkan kesadaran dan menggali gagasan-
gagasan pembangunan kawasan. Moderator atau fasilitator (konsultan) harus
mampu membangun optimisme masyarakat terhadap masa depan kawasan yang
lebih baik, namun masih tetap dikawal dengan kesadaran kritis.
ƒ Klarifikasi dan penggalian lebih dalam potensi dan masalah kawasan (bahan
awalnya adalah profil kawasan). Klarifikasi atau penjelasan ini akan bermanfaat
untuk mengoreksi dan mengukur potensi kawasan dan sekaligus mengurai
persoalan dan kendala pembangunan kawasan, sehingga dapat ditemukan solusi
bersama yang bertumpu pada potensi dan kemampuan masyarakat setempat
ƒ Penyusunan Visi Kawasan. Pengkajian dan perumusan masa depan kawasan
(visi, misi, strategi dan program pembangunan untuk 15-20 tahun mendatang).
Agar diperoleh arahan atau fokus pembangunan yang jelas, kongkrit, terukur dan
secara terprogram dapat dicapai.
1. Visi merupakan kondisi kawasan (termasuk masyarakat dan aktivitasnya)
yang diharapkan di masa mendatang. Visi biasanya disusun untuk dicapai
dalam jangka panjang (20-25 tahun). Untuk mencapai visi tersebut diperlukan
adanya langkah atau tahapan-tahapan utama yang harus tercapai dalam
periode lima tahunan.
2. Visi merupakan formulasi harapan kongkrit masyarakat yang sepenuhnya
bertumpu pada potensi (SDA) dan kemampuan riil masyarakat (SDM) dengan
secara cermat memperhatikan kelemahan dan kendala kawasan serta
tantangan yang mungkin akan dihadapi 20-25 tahun mendatang.
3. Perumusan visi harus memenuhi syarat penyusunan suatu visi, yaitu berbasis
potensi unggulan kawasan, adanya tahapan atau langkah-langkah yang
realsitis untuk mencapai tujuan tersebut, setiap langkah pencapaian harus
terukur, kondisi yagn ingin dicapai tidak muluk-muluk (realistis dan masuk
akal) serta terprogram dengan tenggat waktu pencapaian yang terjadwal.
4. Seluruh masukan dan kalrifikasi data/informasi yang diperoleh observer serta
kajian konsultan merupakan bahan utama yang harus dikomunikasikan
kepada masyarakat kawasan saat pelaksanaan rembug/sarasehan, sehingga
visi yang terbangun nantinya cukup antisipatif/visioner namun masih tetap
Panduan Praktis rpjm-ktp2d 17
realistis.
5. Sebagai contoh ; visi kawasan yang ternyata potensi unggulannya
diperkirkan dapat memicu dan memacu pertumbuhan ekonomi adalah lada
hitam, maka visi kawasan dapat berbunyi : Kawasan Agrobisnis Lada Hitam
Sulawesi. Dengan demikian, seluruh rencana pembangunan (investasi) harus
terfokus untuk mendukung secara langsung pencapain usaha lada hitam
terbesar di Pulau Sulawesi.
ƒ Penyusunan Misi Kawasan. Merumuskan dan menyepakati tahapan-tahapan
utama yang harus dilakukan untuk mencapai visi (misi). Berdasarkan visi yang
telah dijabarkan langkah-langkah dan stategi pencapaiannya, maka dengan
mudah dapat disusun misi kawasan dalam mencapai visinya.
ƒ Perumusan Strategi Pembangunan Kawasan. Mencari dan menyepakati cara
yang tepat (efektif dan efisien) untuk mewujudkan misi (strategi). Mengingat
keterbatasan dan kelemahan internal (SDA dan SDM kawasan), sementara masih
terdapat potensi yang belum dikembangkan secara optimal, baik potensi SDA atau
SDM yang ada serta bertebarannya peluang untuk menggalang kerjasama
pembangunan kawasan, baik secara langsung ataupun tidak langsung, maka
perlu dibangun dan dikembangkan suatu strategi yang tepat, sehingga potensi dan
peluang yang ada dalam rangka memajukan kawasan dapat dimanfaatkan sebaik
mungkin.
ƒ Perumusan Program Pembangunan Kawasan. Merumuskan program dan
kegiatan untuk mencapai misi sesuai strategi yang telah disepakati. Setelah
ditemukan peluang dan cara yang tepat untuk mengeksplor atau mengembangkan
potensi kawasan yang ada, maka satu persatu misi kawasan harus diuraikan
secara sistematis dan terprogram dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang dianggap
paling tepat dan bedampak luas dalam memulai pembangunan suatu kawasan
dalam rangka mencapai visi kawasan. Kegiatan ini biasa disebut dengan proyek
yang bersifat detil dan sangat teknis.
ƒ Penyusunan Matriks Program. Menuangkan program/kegiatan dalam matriks
program yang disusun secara berkelanjutan (multiyears) dengan rinci (jenis,
volume, lokasi kegiatan, kebutuhan dan sumber pendanaan). Hal penting yang
perlu diingat dalam proses memfasilitasi rembug/sarasehan adalah seluruh usulan
pembangunan yang disampaikan masyarakat harus diuji relavansinya dengan
upaya pencapaian visi kawasan. Sebagai contoh, apabila terdapat usulan
pengadaan tempat sampah sementara (TPS), sedangkan visi kawasan adalah
sebagai kawasan industri elektronik rumah tangga, maka usulan tersebut dapat
diabaikan. Usulan yang relevan diantaranya adalah perbaikan kondisi rumah.
Panduan Praktis rpjm-ktp2d 18
ƒ Merumuskan dan menyepakati indikator keberhasilan program/kegiatan
(kuantitatif). Indikator keberhasilan harus dituangkan secara terukur dan mudah
dinilai oleh siapapun, termasuk masyarakat awam. Misalnya indikator
keberhasilan pembangunan kawasan adalah terjadinya peningkatan pendapatan
masyarakat dari Rp. 250.000/bulan/KK setelah dua tahun melalui program KTP2D
terjadi kenaikan pendapatan/penghasilan keluarga menjadi Rp. 275.000/bulan.
Jadi seluruh kegiatan yang diusulkan dalam RPJM harus teknis, detil dan dapat
diukur, baik secara fisik maupun non fisik.
ƒ Membuat peta kawasan secara sederhana yang menggambarkan lokasi-lokasi
rencana investasi dan zoningisasi pemanfaatan lahan. Peta ini berguna untuk
memberiakan ilsutrasi dan kemudahan dalam pelaksanaan pembangunan serta
sebagai alat kontrol pembangunan atau sebagai alat promosi untuk investasi.
Peta tersebut dengan keterangan detil dari setiap rencana investasi dan
penggunaan lahan.
ƒ Membuat prototipe rencana bangunan atau prgoram yang dibutuhkan atau
berupa preliminary design. Untuk kegiatan yang bersifat non fisik perlu disusun
program kerja atau rencana tindaknya.
ƒ Penyepakatan tim pendampingan masyarakat yang berasal dari stakeholders.
Tim ini teridiri dari 1-2 orang dari setiap desa yang akan menjadi fasilitator lokal
untuk mendampingi persiapan, pelaksanaan dan monitoring program dan
sekaligus menjadi motivator masyarakat dalam upaya pemberdayaan masyarakat
melalui pembangunan kawasan. Para anggota tim adalah sukarelawan yang
peduli terhadap kemajuan masyarakat dan kawasannya.
ƒ Merumuskan kegiatan tindaklanjut untuk merealisasikan program
pembangunan bertumpu kemampuan masyarakat setempat. Tindaklanjut
dirumuskan mulai dari tahapan setelah rembug desa, hal-hal yang mungkin
dilakukan bersama dalam waktu singkat tanpa menunggu bantuan dari
pemerintah, mengikuti rapat koordinasi di tingkat kabupate/kota, tingkat propinsi
ataupun nasional untuk mengetahui dan terlibat dalam pengambilan keputusan
dalam proses realisasi program.
ƒ Usulan bentuk-bentuk kerjasama pelaksanaan pembangunan. Mengingat
aturan tentang pelaksanaan pekerjaan yang pada batasan tertentu harus
dikerjakan oleh pihak ketiga serta pendekatan pembangunan kawasan yang
bertumpu pada masyarakat, maka perlu diusulkan bentuk-bentuk kerjasama
dalam pelaksanaan pembangunan nantinya. Catatan : Program KTP2D yang
berasaskan tridaya, mendorong terbangunnya kerjasama yang lebih

Panduan Praktis rpjm-ktp2d 19


mengedepankan masyarakat umum.

3.4 Keluaran Rembug Desa/Sarasehan Kawasan

ƒ Tersusunnya Draft Rencana Strategis Kawasan yang merupakan sub sistem dari
dari Renstra Kabupaten/Kota
ƒ Terbangunnya wahana atau forum komunikasi masyarakat kawasan
ƒ Tersusunnya Draft Matriks Program lintas pihak (pemerintah, masyarakat dan
swasta)
ƒ Tersusunnya Draft Rencana Tata Ruang Kawasan yang dituangkan dalam bentuk
peta (peta investasi)
ƒ Preliminari design atau prototipe bangunan dan atau program design (program
kerja design atau rencana aksi/kerja)

Panduan Praktis rpjm-ktp2d 20


Seluruh hasil rembug desa/kawasan, seperti draft rencana strategis kawasan, matriks
program, RTR Kawasan dan prototipe rencana bangunan atau design program dibahas
secara detil oleh seluruh dinas/intansi terkait. Rapat dikoordinir oleh Bapeda dan juga
dihadiri oleh perwakilan masyarakat kawasan, swasta, perguruan tinggi, LSM, dan
lembaga non pemerintah lainnya yang relevan. Kesempatan ini sebaiknya
dimanfaatkan oleh dinas/instansi untuk menjaring program kegiatan, sehingga
program/proyek yang diusulkan lebih sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan
masyarakat.

Setelah mendapat masukan, koreksian, dukungan dan komitmen dari dinas/instansi,


lembaga pendidikan, swasta dan lembaga pemerintah lainnya dan selanjutnya
disempurnakan oleh konsultan/tim perencana, maka laporan tersebut sudah final.
Matriks program yang tertuang dalam laporan RPJM harus mendapat legalisasi dari
pemerintah daerah dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen
perencanaan resmi lainnya.

4.1. Rapat Koordinasi


Rapat koordinasi merupakan rapat teknis lintas sektoral di tingkat propinsi dan tingkat
nasional. Rakor ini dapat dilaksanakan bersamaan atau memanfaatkan rapat koordinasi
pembangunan tahunan (rakorbang).

ƒ Rapat dikoordinir oleh Bapeda (tingkat daerah) atau Bapenas (tingkat nasional) dan
bertujuan untuk menyempurnakan RPJM melalui sinkronisasi program dengan
instansi terkait dan sekaligus menjadi wahana menjaring program dari instansi dan
atau departemen terkait ataupun sebaliknya.
ƒ Seluruh item/kegiatan dalam matriks program diisi sesuai kapasitas, komitmen dan
kewenangan instansi terkait, lembaga pemerintah lainnya atau lembaga non
pemerintah, sesuai renstrada
ƒ Program/kegiatan yang tidak/belum dapat dikelola (termasuk pembiayaan) oleh
daerah, dapat diusulkan untuk didukung oleh instansi tingkat pusat atau lembaga

Panduan Praktis rpjm-ktp2d 21


non pemerintah (dalam dan luar negeri).
ƒ Pada tingkat propinsi dan nasional matriks program dikemas dalam bentuk profil
kawasan yang dilengkapi profil investasi, sehingga menjadi alat promosi untuk
menarik investor (termasuk investasi dan bantuan dari lembaga non pemerintah).
Jadi rapat koordinasi dapat melibatkan berbagai pihak di luar pemerintah, seperti
lembaga usaha, perbankan, pakar, praktisi, perguruan tinggi, LSM/NGO dan
lembaga donor serta lembaga potensial lain yang relevan:
ƒ Untuk menyusun kompilasi profil kawasan perlu pembentukan tim kecil tingkat
propinsi. Kompilasi berisi gambaran umum propinsi, kabupaten/kota, gambaran detil
kawasan berikut dengan potensi dan profil investasi yang akan dikembangkan,
namun dibuat secara sederhana, ringkas dan komunikatif serta melampirkan
ringkasan renstra kawasan dan matriks program

4.2 Persiapan Pelaksanaan (Realisasi)


Mengingat program KTP2D berasaskan tridaya yang mengedepankan kepentingan
masyarakat, maka dalam pelaksanaan/realisasi pembangunan sangat penting
memposisikan masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka pada persiapannya
harus bersifat terbuka (transparan) dan masyarakat terlibat secara signifikan
(representatif)
ƒ Penyampaian (publikasi/sosialisasi) realisasi dukungan pemerintah pusat dan
lembaga lain terhadap program pembangunan kawasan (KTP2D)
ƒ Melakukan klarifikasi/penyesuaian anggaran propinsi untuk pembangunan KTP2D
(penyempurnaan matriks program)
ƒ Merumuskan dan menyepakati MoU kerjasama apabila terdapat dukungan dari
lembaga non pemerintah (dalam dan luar negeri)
ƒ Menetapkan bentuk-bentuk kerjasama pelaksanaan pembangunan. Model dan
bentuk kerjasama yang dikembangkan harus mempertimbangkan aspirasi dan
mengedepankan kepentingan masyarakat, strategi dan kebijakan daerah serta
mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kerjasama dapat
berbentuk padat karya, imbal swadaya, kontrak, sesuai MoU, perjanjain bisnis biasa,
dll. Seluruh bentuk kerjasama harus berazaskan tridaya
ƒ Mempublikasikan secara luas hasil akhir rencana pelaksanaan pembangunan untuk
setiap kawasan kepada stakeholders terkait dan publik yang lebih luas
ƒ Penyusunan rencana teknis/detail engineering design (DED) dan atau feseability
study (FS)

Panduan Praktis rpjm-ktp2d 22


4.3 Pelaksanaan

ƒ Penyepakatan dan pelaksanaan teknis kerjasama


ƒ Publikasi proyek dan bentuk kerjasamanya
ƒ Penetapan tim teknis pendamping
ƒ Merumuskan dan menyepakati teknik mekanisme kontrol bersama
ƒ Pelaksanaan pembangunan secara teknis
ƒ Perumusan teknik dan mekanisme monitoring dan evaluasi

4.4 Monitoring dan Evaluasi

ƒ Klarifikasi dan penyesuaian indikator kinerja secara teknis


ƒ Pembentukan dan penyepakatan tim monitoring dan evaluasi dari
stakeholders
ƒ Pengontrolan berkala oleh tim monev berdasarkan indikator kinerja yang telah
disusun
ƒ Publikasi hasil monev kepada masyarakat
ƒ Perbaikan dan penyesuaian secara teknis, apabila diperlukan.

Panduan Praktis rpjm-ktp2d 23


CONTOH MATRIKS PROGRAM
Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa
KTP2D

Lokasi / nama kawasan :


Kecamatan :
Desa Pusat :
Desa Hinterland : 1.............................
2............................
3............................
4............................

Potensi
Unggulan:.........................................................................................................................

no Indikasi potensi Analisis Jenis Lokasi Volume jadwal Harga Jml dana Sum
dan solusi dan kegiatan satuan yg di ber
permasalahan dukungan butuhkan dana
pengemba
ngan

I 2 3 4 5

Panduan Praktis rpjm-ktp2d 24


1
Sosialisasi awal dilakukan oleh aparat
pemerintah pusat, provinsi dan
kabupaten.

Acara ini biasa disebut dengan rembg


desa I, dimana acara bisa dititipkan
pada acara rutin didesa.

Masyarakat diperkenalkan dengan


iklim membangun untuk memajukan
desanya sendiri sebagai entry point
pengenalan program KTP2D

Pemerintah desa bersama tenaga


pendamping mulai menyusun jadual sesuai
dengan tahapan penyusunan RPJM yang
ada dalam Petunjuk Teknis.

Jadual terssebut harus disetujui oleh


masyarakat atau pemuka masyarakat
disesuaikan dengan kegiatan rutin
masyarakat; misalnya kapan harus mencari
nafkah, kapan bisa berkumpul dan
disesuaikan pula dengan pertemuan rutin
desa.

2
Tahap penyertaan awal masyarakat
adalah dengan pemilihan tenaga-
tenaga sebagai kader masyarakat,
yang juga berasal dari masyarakat
setempat yang dipilih dan
ditetapkan berdasarkan aklamasi
dan usulan masyarakat banyak.

Ada juga tenaga yang disebut


observer yang personilnya dipilih
berdasarkan latar belakang
pendidikan. Hal ini juga tidak
menutup kemungkinan berasal dari
masyarakat yang memenuhi syarat.

Kader masyarakat tersebut lebih


dulu di beri pengertian, dilatih
dajak berpikir bersama dan
punya persepsi yang ‘secara garis
besar’ sama pula.

Katrampilan dalan mengumpulkan


data dilatihkan secara intensif.
Cara-cara memotifasi masyarakat
juga menjadi tugas utama bagi
mereka.
Pelatihan haus dilakukan secara
sungguh-sungguh, karena
dipundak mereka program ini
akan mulai digulirkan

3
Kegiatan survey desa sendiri
mulai dilakukan oleh
masing-masing keluarga
dengan mengisi kartu-kartu
yang sangat gampang cara
mengisinya.

Tugas kader adalah


membimbing masyarakat
tersebut dalam menemu
kenali permasalahan
sekaligus mencoba
mengungkapkan cara
pengatasannya

Metodologi survey bisa sangat beragam tergantung


dari kondisi masyarakat setempat.

Survey dengan wawancara biasanya untuk


menjaring permaslahan yang tidak begitu nyata
terlihat pada dampak secara fisik. Wawancara juga
untuk menjaring pendapat dan kebutuhan nyata
masyarakat,

Check list yang biasanya untuk melihat kondisi


fisik kawasan tertentu. Check list biasanya
dilakukan oleh personil yang mengerti dan paham
benar tentang sebab akibat permasalahan fisik.

Hasil survey ini harus benar akurat karena


nantinya akan diresume dan ditanyaka kembali
kepada masyarakat apakah hasil tersebut sesuai
aspirasi mereka.
4
Hasil survey tersebut
diresume dalam format
yang gampang
dimengerti.

Hasil ini menjadi bahan


utama diskusi pada
rembug desa ke II dan
ke III.

Masyarakat menjadi
mengerti permasalahan
dan cara pemecahan
serta kebutuhan lainnya.

Rembug desa II mulai digelar


dengan memaparkan hasil survey
yang asal muasalnya dari
masyarakat sendiri.

Penyempurnaan hasil survey


dilakukan bersama sebagai dasar
perencanaan program kawasan
yang akan direncanakan oleh
masyarakjat juga

Peserta Rembug Desa bisa


diwakili oleh tokoh-tokoh yang
dipilih masyarakat.

5
Dalam Rembug Desa ini masyarakat
diajak berpikir bersama dalam
merumuskan program berdasar atas
data-data hasil survey yang sudah
disempurnakan.

Pemandu Rembug Desa boleh dari


aparat, dari pendamping maupun dari
masyarakat sendiri.

Acara brain storming harus dibatasi


dengan arahan yang positif agar tidak
terkesan adanya demokratis tidak
teratur ataupun adanya pemaksanaan
kehendak.

Pemandu harus bijaksana


mengarahkan pada kewajaran usulan.

Diantara para pendamping harus ada yang


punya kemampuan spesifik dalam
menjelaskan permasalahan yang berkaitan
dengan hal fisik lingkungan dan prasarana
dan sarana lingkungan dan lebih luas lagi
tentang penataan kawasan.

Penanyampaian diupayakan sesederhana


mungkin sesuai dengan tingkatan bahasa
local yang komunikatif dan dimengerti oleh
semua tingkatan masyarakat.

6
Penjelasan secara visual juga diperlukan, dengan
demikian masyarakat mulai mengenali kawasan
yang mereka huni selama ini terutama dalam hal
potensi yang dapat dikembangkan termasuk juga
permasalahan yang ada misalnya seringnya terjadi
banjir, kekeringan, dll.

Peta dibuat tidak harus dengan biaya yang mahal,


yang penting peta tersebut informative dan
menarik bagi masyarakat untuk mengenali bentuk
kawasan yang mereka tinggali selama ini.

Peserta rembug desa mulai dibimbing


untuk membuat usulan program dan
langsung menyepakati urutan prioritasnya.

Perkelompok diberi data yang berlainan


dan langsung mengusulkan program-
programnya.

Masing-masing kelompok akan


mempresentasikan usulannya yang
dikomentari oleh kelompok lain untuk
penyempurnaannya

7
Setelah disepakati bersama usulan
perkelompok tersebut di rangkum
dalam table yang disebut matriks
program.

Blangko matriks program sudah


dipersiapkan dulu oleh konsultan
pendamping maupun pemerintah
desa.

Dalam matriks program sudah


disebutkan nama lokasi/site, macam
program, urutan prioritas
penanganan dan sumber dana yang
tidak harus dari pemerintah, bisa
dari investor atau masyarakat

Dari hasil rembug desa II dan atau sampai


dengan III kemudian di edit dalam tampilan
yang bagus untuk segera diajukan dalam
rapat seperti musbang, rakorbang dll untuk
mendapat legalitas dari Bupati (atau cukup
diketahui)

8
Ketika pembangunan fisikp
dilaksanakan upayakan melibatkan
sebanyak mungkin masyarakat.

Dengan menyertakan masyarakat


dalam perencanaan dan
pembangunannya maka rasa
memiliki akan tumbuh, sehingga
dalam operasi dan pemeliharaan
terhadap sarana dan prasarana fisik
akan muncul begitu saja.

Upayakan memanfaatkan bahan


bangunan local yg ramah
lingkungan

Apabila dalam matriks program terdapat


rencana yang akan dilaksanakan pada
tahun berikutnya, maka penyiapan lahan
harus mulai dilakukan sejak tahun
pertama.

9
Ketika kegiatan pada
guliran pertama selesai dan
pendampingan dana dari
pemerintah mulai menipis,
maka masyarakat sudah
siap untuk melanjutkannya.

Pada prinsipnya KTP2D


tidak bisa langsung dilihat
dalam satu tahun anggaran
saja, melainkan harus
senantiasa digulirkan dari
tahun ketahun sebagaimana
yang dituliskan dalam
matriks program.

10

You might also like