You are on page 1of 6

Pendahuluan Memotret Kembali Sebuah Organisasi

Oleh :Mahfudz Suaidi Khozaini dkk

Atas berkat rahmat tuhan yang maha esa yang telah


A. Tentang Organisasi Dan Menejemen
meberikan rahmatnya sehingga kami dan kawan-kawan tetap
dalam keadaan sehat dan bisa mengerjakan tugas ini sampai Dari waktu ke waktu serasa begitu penting membahas masalah organisasi dan
selesai. Shalawat dan salam mudah-mudahan tetap bagi manajemen, karena manusia secara alamiah memiliki keinginan untuk mencapai
Muhammad Baginda kita yang telah membawa kita ke dunia yang sesuatu yang diimpikan. Selain itu manusia sebagai zoon politicon terdorong untuk
penuh dengan ilmu ini. Untuk selanjutnya, mudah-mudahan tugas mencapai impian besar yang tidak mungkin untuk diraihnya seorang diri, sehingga
ini bermanfaat bagi generasi yang akan datang. Beberapa lahirlah kerjasama antar individu dengan pembagian tugas yangh sesuai dengan skill
dan keahlian masing-masing. Hanief Cahya Utama pernah menulis dalam sebuah
pandangan tentang oret-oretan ini adalah : Definisi Organisasi, milis bahwa organisasi sebetulnya mirip suatu makhluk hidup karena, organisasi
Masalah organisasi, Follow-Up terhadap masalah adalah kumpulan manusia yang bersatu untuk mencapai tujuan1 yang diimpikan.
organisasi, Sistem Organisasi, Konsep Organisasi Demikian pula halnya beberapa gaya, tipologi, atau pun model dan teori
kepemimpinan yang telah berkembang pada dekade-dekade akhir Abad 20 yang
Sampai menumbuhkan komitmen kepada masing-masing relevan dalam menghadapi tantangan dan permasalahan Abad 21, dapat kita
indvidu organisasi, yang telah kami tulis atas kerja sama pertimbangkan dalam mengembangkan Kepemimpinan Abad 21, termasuk
dengan Sarjana Pisikologi UIN Malang (Uswatun Hasanah kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan transaksi-onal sebagai alternatif
S.Psi) merupakan upaya kami untuk memperbaiki masalah- model kepemimpinan Abad ke-21.
masalah yang telah menjadi kebiasaan dalam organisasi.
1. Kepemimpinan Transformasional.

Kepemimpinan transformasional menunjuk pada proses membangun


komitmen terhadap sasaran organisasi dan memberi kepercayaan kepada para
pengikut untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut. Teori transformasional
mempelajari juga bagaimana para pemimpin mengubah budaya dan struktur
organisasi agar lebih konsisten dengan strategi-strategi manajemen untuk
Al-Falah 18 Oktober 2008 mencapai sasaran organisasional.

Secara konseptual, kepemimpinan transformasional di definisikan (Bass,


1985), sebagai kemampuan pemimpin mengubah lingkungan kerja, motivasi
kerja, dan pola kerja, dan nilai-nilai kerja yang dipersepsikan bawahan sehingga
mereka lebih mampu mengoptimalkan kinerja untuk mencapai tujuan organisasi.
Berarti, sebuah proses transformasional terjadi dalam hubungan kepemimpinan
manakala pemimpin membangun kesadaran bawahan akan pentingnya nilai
kerja, memperluas dan meningkatkan kebutuhan melampaui minat pribadi serta
mendorong perubahan tersebut ke arah kepentingan bersama termasuk dipercaya, dihargai, dan bawahan berusaha mengindentikkan diri dengannya. Hal
kepentingan organisasi (Bass, 1985). ini disebabkan perilaku yang menomorsatukan kebutuhan bawahan, membagi
resiko dengan bawahan secara konsisten, dan menghindari penggunaan kuasa
Konsep awal tentang kepemimpinan transformasional telah diformulasi untuk kepentingan pribadi. Dengan demikian, bawahan bertekad dan termotivasi
oleh Burns (1978) dari penelitian deskriptif mengenai pemimpin-pemimpin untuk mengoptimalkan usaha dan bekerja ke tujuan bersama.
politik. Burns, menjelaskan kepemimpinan transformasional sebagai proses yang
padanya “para pemimpin dan pengikut saling menaikkan diri ke tingkat moralitas Inspirational motivation. Pemimpin transformasional bertindak dengan
dan motivasi yang lebih tinggi”, seperti kemerdekaan, keadilan, dan cara memotivasi dan memberikan inspirasi kepada bawahan melalui pemberian
kemanusiaan, dan bukan di dasarkan atas emosi, seperti misalnya keserakahan, arti dan tantangan terhadap tugas bawahan. Bawahan diberi untuk berpartisipasi
kecemburuan sosial, atau kebencian (Burns, 1997). secara optimal dalam hal gagasan-gagasan, memberi visi mengenai keadaan
organisasi masa depan yang menjanjikan harapan yang jelas dan transparan.
Dengan cara demikian, antar pimpinan dan bawahan terjadi kesamaan Pengaruhnya diharapkan dapat meningkatkan semangat kelompok, antusiasisme
persepsi sehingga mereka dapat mengoptimalkan usaha ke arah tujuan yang ingin dan optimisme dikorbankan sehingga harapan-harapan itu menjadi penting dan
dicapai organisasi. Melalui cara ini, diharapkan akan tumbuh kepercayaan, bernilai bagi mereka dan perlu di realisasikan melalui komitmen yang tinggi.
kebanggan, komitmen, rasa hormat, dan loyal kepada atasan sehingga mereka
mampu mengoptimalkan usaha dan kinerja mereka lebih baik dari biasanya. Intelectual stimulation. Bahwa pemimpin mendorong bawahan untuk
Ringkasnya, pemimpin transformasional berupaya melakukan transforming of memikirkan kembali cara kerja dan mencari cara-cara kerja baru dalam
visionary menjadi visi bersama sehingga mereka (bawahan plus pemimpin) menyelesaikan tugasnya. Pengaruhnya diharapkan, bawahan merasa pimpinan
bekerja untuk mewujudkan visi menjadi kenyataan. Dengan kata lain, proses menerima dan mendukung mereka untuk memikirkan cara-cara kerja mereka,
transformasional dapat terlihat melalui sejumlah perilaku kepemimpinan seperti ; mencari cara-cara baru dalam menyelesaikan tugas, dan merasa menemukan
attributed charisma, idealized influence, inspirational motivation, intelectual cara-cara kerja baru dalam mempercepat tugas-tugas mereka. Pengaruh positif
stimulation, dan individualized consideration. Secara ringkas perilaku dimaksud lebih jauh adalah menimbulkan semangat belajar yang tinggi (oleh Peter Senge,
adalah sebagai berikut. hal ini disebut sebagai “learning organization”).

Attributed charisma. Bahwa kharisma secara tradisional dipandang Individualized consideration. Pimpinan memberikan perhatian pribadi
sebagai hal yang bersifat inheren dan hanya dimiliki oleh pemimpin-pemimpin kepada bawahannya, seperti memperlakukan mereka sebagai pribadi yang utuh
kelas dunia. Penelitian membuktikan bahwa kharisma bisa saja dimiliki oleh dan menghargai sikap peduli mereka terhadap organisasi. Pengaruh terhadap
pimpinan di level bawah dari sebuah organisasi. Pemimpin yang memiliki ciri bawahan antara lain, merasa diperhatian dan diperlakukan manusiawi dari
tersebut, memperlihatkan visi, kemampuan, dan keahliannya serta tindakan yang atasannya.
lebih mendahulukan kepentingan organisasi dan kepentingan orang lain
(masyarakat) daripada kepentingan pribadi. Karena itu, pemimpin kharismatik Dengan demikian, kelima perilaku tersebut diharapkan mampu berinteraksi
dijadikan suri tauladan, idola, dan model panutan oleh bawahannya, yaitu mempengaruhi terjadinya perubahan perilaku bawahan untuk mengoptimalkan
idealized influence. usaha dan performance kerja yang lebih memuaskan ke arah tercapainya visi dan
misi organisasi.
Idealized influence. Pemimpin tipe ini berupaya mempengaruhi
bawahannya melalui komunikasi langsung dengan menekankan pentingnya nilai-
nilai, asumsi-asumsi, komitmen dan keyakinan, serta memiliki tekad untuk
mencapai tujuan dengan senantiasa mempertimbangkan akibat-akibat moral dan
etik dari setiap keputusan yang dibuat. Ia memperlihatkan kepercayaan pada cita-
cita, keyakinan, dan nilai-nilai hidupnya. Dampaknya adalah dikagumi,
2. Kepemimpinan Transaksional. hakikatnya menjelaskan proses hubungan antara atasan dan bawahan yang di
dasari nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan asumsi-asumsi mengenai visi dan
Pengertian kepemimpinan transaksional merupakan salah satu gaya misi organisasi. Hal ini bermakna, bahwa pandangan teori kepemimpinan
kepemimpinan yang intinya menekankan transaksi di antara pemimpin dan transaksional mendasarkan diri pada pertimbangan ekonomis-rasional, adapun
bawahan. Kepemimpinan transaksional memungkinkan pemimpin memotivasi teori kepemimpinan transformasional melandaskan diri pada pertimbangan
dan mempengaruhi bawahan dengan cara mempertukarkan reward dengan pemberdayaan potensi manusia. Dengan kata lain, tugas pemimpin
kinerja tertentu. Artinya, dalam sebuah transaksi bawahan dijanjikan untuk diberi transformasional adalah memanusiakan manusia melalui berbagai cara seperti
reward bila bawahan mampu menyelesaikan tugasnya sesuai dengan kesepakatan memotivasi dan memberdayakan fungsi dan peran karyawan untuk
yang telah dibuat bersama. Alasan ini mendorong Burns untuk mendefinisikan mengembangkan organisasi dan pengembangan diri menuju aktualisasi diri yang
kepemimpinan transaksional sebagai bentuk hubungan yang mempertukarkan nyata.
jabatan atau tugas tertentu jika bawahan mampu menyelesaikan dengan baik
tugas tersebut. Jadi, kepemimpinan transaksional menekankan proses hubungan Meskipun masih banyak yang harus dikaji tentang kepemimpinan
pertukaran yang bernilai ekonomis untuk memenuhi kebutuhan biologis dan transformasional, namun terdapat cukup bukti dari hasil-hasil berbagai jenis
psikologis sesuai dengan kontrak yang telah mereka setujui bersama. penelitian empiris untuk mengusulkan beberapa pedoman sementara bagi para
pemimpin yang mencoba untuk mentransformasikan organisasinya serta
Menurut Bass (1985), sejumlah langkah dalam proses transaksional budayanya, dan bagi para pemimpin yang ingin memperkuat budaya yang ada
yakni; pemimpin transaksional memperkenalkan apa yang diinginkan bawahan dari suatu organisasi. Lebih khusus lagi, pedoman-pedoman dimaksud adalah
dari pekerjaannya dan mencoba memikirkan apa yang akan bawahan peroleh jika sebagai antisipasi terhadap berbagai hal yang mungkin dihadapi pada abad ke-21.
hasil kerjanya sesuai dengan transaksi. Pemimpin menjanjikan imbalan bagi Beberapa pedoman tersebut, adalah sebagai berikut: (a) Kembangkan sebuah visi
usaha yang dicapai, dan pemimpin tanggap terhadap minat pribadi bawahan bila yang jelas dan menarik; (b) Kembangkan sebuah strategi untuk mencapai visi
ia merasa puas dengan kinerjanya. tersebut; (c) Artikulasikan dan promosikan visi tersebut; (c) Bertindak dengan
rasa percaya diri dan optimis; (d) Ekspresikan rasa percaya kepada para pengikut;
Dengan demikian, proses kepemimpinan transaksional dapat ditunjukkan (e) Gunakan keberhasilan sebelumnya dalam tahap-tahap kecil untuk
melalui sejumlah dimensi perilaku kepemimpinan, yakni; contingent reward, membangun rasa percaya diri; (f) Rayakan keberhasilan; (g) Gunakan tindakan-
active management by exception, dan passive management by exception. tindakan yang dramatis dan simbolis untuk menekankan nilai-nilai utama; (h)
Perilaku contingent reward terjadi apabila pimpinan menawarkan dan Memimpin melalui contoh; (i) Menciptakan, memodifikasi atau menghapuskan
menyediakan sejumlah imbalan jika hasil kerja bawahan memenuhi kesepakatan. bentuk-bentuk kultural; dan (j) Gunakan upacara-upacara transisi untuk
Active management by exception, terjadi jika pimpinan menetapkan sejumlah membantu orang melewati perubahan.
aturan yang perlu ditaati dan secara ketat ia melakukan kontrol agar bawahan
terhindar dari berbagai kesalahan, kegagalan, dan melakukan intervensi dan Abad 21 juga mengisyaratkan diperlukannya global leadership dan
koreksi untuk perbaikan. Sebaliknya, passive management by exception, mind set tertentu. Seiring dengan dinamika perkembangan global, berkembang
memungkinkan pemimpin hanya dapat melakukan intervensi dan koreksi apabila
masalahnya makin memburuk atau bertambah serius. pula pemikiran dan pandangan mengenai kepemimpinan global (global
leadership), yang akan banyak menghadapi tantangan dan memerlukan berbagai
Berdasarkan uraian di atas, perbedaan utama antara kepemimpinan
transformasional dan transaksional dapat diidentifikasi yakni, bahwa inti teori persyaratan untuk suksesnya., seperti dalam membangun visi bersama dalam
kepemimpinan transaksional terutama menjelaskan hubungan antara atasan dan konteks lintas budaya dalam kemajemukan hidup dan kehidupan bangsa-bangsa.
bawahan berupa proses transaksi dan pertukaran (exchanges process) yang
bersifat ekonomis, sementara teori kepemimpinan transformasional pada
Konsep Pisikologo Organisasi 4. Akibat dari penyakit organisasi akan membawa pengaruh yang serius seperti:
 Menghancurkan moral anggota organisasi
Oleh :Mahfudz Suaidi Khozaini dkk
 Menurunkan produktivitas kerja
 Menurunkan kualitas dari produk yang dihasilkan oleh organisasi tersebut
Konsep pisikologi terhadap organisasi yang masih asing di terapkan  Menyakiti hati klien ataupun pihak-pihak yang berhubungan dengan
dalam beberapa masalah dalam organisasi khususnya di sekolah kita ini membuat organisasi
kita kewalahan menangani masalah tersebut. Kenapa konsep pisikologi harus  Membuat frustrasi anggota organisasi , terutama anggota potensial
diterapkan dalam masalah organisasi…?. Karena Beberapa masalah dalam organisasi  Menyebabkan organisasi tersebut mengambil keputusan atau pun tindakan
tidak jauh beda dengan masalah yang timbul pada setiap Individual/Per Person yang yang tidak rasional
memang aktif dalam organisasi. Beberapa masalah tersebut adalah sebagai berikut :  Menaruh perhatian pada hal yang tidak relevan dengan kondisi organisasi
yang sebenarnya
A. Pengaruh Penyakit Organisasi & Follow-Up nya  Berpotensi menghancurkan potensi kepemimpinan yang dimiliki oleh
organisasi
1. Organisasi sama halnya dengan pribadi individu. Jika kepribadian individu dapat  Menghancurkan hubungan baik dengan organisasi lain yang telah dibina
mengalami gangguan, demikian juga organisasi. Jika organisasi itu terserang selama bertahun-tahun
penyakit, maka orang-orang yang bekerja di dalamnya pasti akan terkena
dampaknya secara langsung. 5. Follow-Up
 Mencari dan memahami latar belakang psikologis dari penyebabnya.
2. Gejala yang sering muncul adalah:  menganalisa keseluruhan komponen organisasi, mulai dari orangnya, sistem,
 Ketiadaan struktur yang jelas dan pasti, struktur, budaya, dan komponen lainnya.
 Tidak adanya suasana saling percaya,  Jika sudah ditemukan di mana akar masalahnya, maka harus segera diberi
 Kebiasaan mudah memecat anggota organisasi, penanganan yang didesain khusus untuk permasalahan tersebut
 Kebiasaan suka menipu klien atau supplier,  Penanganan disesuaikan dengan jenis gangguannya. Karena tiap gangguan
 Membohongi pelanggan dan suka ingkar janji, mempunyai karakteristik yang berbeda dan membutuhkan penanganan yang
 Kelesuan yang dirasakan oleh hampir seluruh karyawan, berbeda pula.
 Banyaknya korupsi,
 Membudayanya kolusi dan nepotisme, B. Membangun Sistem
 Maraknya isu SARA di dalam organisasi,
 Adanya perlakuan diskriminasi di antara staf karyawan, membangun sistem berarti membentuk interaksi secara reguler atau
 Adanya kebiasaan menunda keputusan atau pekerjaan, mengusahakan kesaling-bergantungan antargroup atau item supaya menjadi kesatuan
 Sulitnya memperoleh komitmen atasan, dll. yang menyeluruh untuk bekerja mewujudkan tujuan yang diinginkan. Fungsi Sistem
antara lain
3. Beberapa Sumber Penyakit : 1. Membentuk perilaku individu dalam organisasi (diperlukan sistem yang bekerja
 gangguan kepribadian yang dialami oleh pimpinan dan kemudian menjalar ke untuk membantu individu menjalankan apa yang sudah diketahuinya supaya
karyawan sejalan dengan visi-misi organisasi.)
 kebudayaan organisasi yang patologis 2. Membentuk standar kualitas operasi organisasi (sistem kerja yang sudah
 kesalaham sistem baik itu sistem pemerintahan ataupun sistem intra terstandar )
organisasi. 3. Menentukan standar kualitas orang (Sistem kerja yang harus dimiliki oeh setiap
Individual)
C. Empat Prinsip Membangun Sistem KOMITMEN ORGANISASI
Oleh : Uswatun Hasanah, S.Psi
1. Komitmen, yaitu bentuk nyata dari sebuah kesungguhan, dari mulai level A. Pengertian
menggagas sampai level menjalankan, from the world of word to the world of
action, dari konsep ke praktek.
mendefinisikan komitment organisasi sebagai kekuatan yang bersifat relatif
2. Kelayakan untuk dipercaya (credibility), yaitu kehadiran orang yang kredibel
dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya kedalam bagian
(ahli dalam bidang profesionalitas, dan dalam kekuatan moral-spiritual, seperti
organisasi. Hal ini dapat ditandai dengan tiga hal, yaitu :
kejujuran, ke-amanah-an, ketaatan, dan lain-lain) menurut sistem yang
dibangunnya.
1. Penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.
3. Komunikasi, yaitu menyampaikan pesan kepada orang lain (the meaning) tentang
2. Kesiapan dan kesedian untuk berusaha dengan sungguh-sungguh atas nama
ide-ide yang menyangkut sistem itu
organisasi
4. Kecerdasan, yaitu kemampuan memecahkan masalah di lapangan dengan cara-
3. Keinginan untuk mempertahankan keanggotaan di dalam organisasi (menjadi
cara, tehnik-tehnik, atau strategi-strategi yang selalu lebih baik, mencakup
bagian dari organisasi).
kreativitas, menambah pengetahuan, menambah keahlian, kesadaran
4. rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi)
menghilangkan kebodohan, kesadaran mengurangi kelemahan, belajar tentang
5. keterlibatan (kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan
bagaimana belajar, dan lain-lain.
organisasi)
6. loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan)

B. Jenis Komitmen

1. Komponen afektif berkaitan dengan emosional, identifikasi dan keterlibatan


pegawai di dalam suatu organisasi.
2. Komponen normatif merupakan perasaan-perasaan pegawai tentang
kewajiban yang harus ia berikan kepada organisasi.
3. Komponen continuance berarti komponen berdasarkan persepsi pegawai
tentang kerugian yang akan dihadapinya jika ia meninggalkan organisasi.
4. Sikap
a. Identifikasi dengan organisasi yaitu penerimaan tujuan organisasi.
b. Keterlibatan sesuai peran dan tanggungjawab pekerjaan di organisasi
tersebut.
c. Kehangatan, afeksi dan loyalitas terhadap organisasi merupakan
evaluasi terhadap komitmen, serta adanya ikatan emosional dan
keterikatan antara organisasi dengan pegawai.
5. Kehendak bertingkah laku
a. Kesediaan untuk menampilkan usaha
b. Keinginan tetap berada dalam organisasi
C. Menumbuhkan Komitmen

1. Meningkatkan identifikasi dengan memodifikasi tujuan organisasi, sehingga


mencakup beberapa tujuan pribadi para pegawai ataupun dengan kata lain
organisasi memasukkan pula kebutuhan dan keinginan pegawai dalam tujuan
organisasinya. Hal ini akan membuahkan suasana saling mendukung diantara
para pegawai dengan organisasi.
2. memancing partisipasi mereka dalam berbagai kesempatan pembuatan
keputusan, yang dapat menumbuhkan keyakinan pada pegawai bahwa apa
yang telah diputuskan adalah merupakan keputusan bersama.
3. Meningkatkat loyalitaspegawai Hal ini dapat diupayakan bila pegawai
merasakan adanya keamanan dan kepuasan di dalam organisasi tempat ia
bergabung untuk bekerja.

Dari berbagai macam hal diatas yang telah disebutkan mulai dari Definisi
Organisasi, Masalah organisasi, Follow-Up terhadap masalah organisasi, Sistem
Organisasi, Konsep Organisasi Sampai menumbuhkan komitmen kepada masing-
masing indvidu organisasi, merupakan upaya kami untuk memperbaiki masalah-
masalah yang terdapat di dalamya. Kami tidak hanya ingin menyelesaikan masalah,
tapi menginginkan perubahan yang secara Revolusi bukan hanya Struktural dengan
Curiculum Vitae Penulis
konsep pemanfaatan keadaan yang telah kami tulis.

Uswatun Hasanah S.Psi


Tetala : Pamekasan 22 oktober 1986
Riwayat Pendidikan : SI – 2004-2008 (UIN Malang)
: MA – 2001 – 2004 (Al-Mujtama’)
: MTs – 1998 – 2001 (Al-Mujtama’)
: SD – 1993 – 1998 (Dembar/Al-Mujtama’)

Mahfudz Suaidi Khozaini


Tetala : Jember 01 Januari 1991
Riwayat Pendidikan : MA – 2006 - “Siswa” (Al-Falah)
: MTs – 2003 - 2006 (Al-Falah)
: SD – 1997 – 2003 (Dempo Barat II)

You might also like