Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Drs. Agus Margono, M.Kes. Drs. Agus Mukholid, M.Pd.
PANITIA SERTIFIKASI GURU RAYON 113 UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT., atas rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penyusunan modul ini dapat terlaksana dengan baik. Penulisan modul ini dapat terlaksana dengan baik berkat kerja keras tim penulis dan partisipasi dari berbagai pihak. Berkenaan dengan itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang sekaligus selaku Ketua Panitia Sertifikasi Guru Rayon 113 yang telah mempercayakan penulisan materi ini. 2. Dekan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang sekaligus selaku Ketua Pelaksana Panitia Sertifikasi Guru Rayon 113 yang telah mempercayakan penulisan materi ini. 3. Rekan-rekan Panitia Sertifikasi Guru atas kebersamaannya sehingga dalam waktu singkat mampu menyiapkan berbagai hal berkenaan dengan penyiapan PLPG, khususnya penulisan modul. 4. Semua pihak yang telah memberikan berbagai jenis bantuan Semoga segala bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan menjadi amal baik dan dilimpahi rahmat oleh Allah SWT. Akhirnya, semoga buku ajar ini dapat memberikan manfaat pada kita, khususnya bagi peserta Pendidikan dan Latihan Profesi Guru dalam meningkatkan kompetensinya. Surakarta, Mei 2013. Penulis Tim PLPG Jurusan POK FKIP UNS
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Sistem Pembelajaran .................................................................................... 1 B. Proses Pelatihan ........................................................................................... 3 BAB II PENGEMBANGAN RPP .......................................................................... 6 A. PENGERTIAN RPP .................................................................................... 6 B. LANDASAN PENGEMBANGAN RPP ..................................................... 6 C. KOMPONEN RPP ....................................................................................... 7 D. LANGKAH-LANGKAH MENYUSUN RPP ............................................. 7 BAB III PENJELASAN KOMPONEN RPP .......................................................... 9 BAB IV INSTRUMEN PENILAIAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN ... 15 BAB VINSTRUMEN PENILAIAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ...... 17 Lampiran 1: Kisi-Kisi Instrumen Monitoring dan Evaluasi Proses PLPG ........... 20 Lampiran 2: Model RPP 1 .................................................................................... 27 Lampiran 3: Model RPP 2 .................................................................................... 40 Lampiran 4: Model RPP 3 .................................................................................... 53
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Sistem Pembelajaran Prinsip-prinsip pembelajaran yang perlu mendapat perhatian khusus dalam program PLPG, antara lain adalah:
1. Keaktifan peserta Proses pembelajaran diarahkan pada upaya untuk mengaktifkan peserta, bukan dalam arti fisik melainkan dalam keseluruhan perilaku belajar. Keaktifan ini dapat diwujudkan antara lain melalui pemberian kesempatan menyatakan gagasan, mencari informasi dari berbagai sumber dan melaksanakan tugas-tugas yang merupakan aplikasi dari konsep-konsep yang telah dipelajari. 2. Higher order thinking Pengembangan sistim pembelajaran yang berorientasi pada kemampuan berfikir tingkat tinggi (higher order thinking), meliputi berfikir kritis, kreatif, logis, reflektif, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. 3. Dampak pengiring Di samping diarahkan pada pencapaian dampak instruksional
(instructional effects), proses pembelajaran diharapkan mengakomodasi upaya pencapaian dampak pengiring (nurturant effects). Upaya ini akan membantu pengembangan sikap dan kepribadian peserta sebagai guru. 4. Pemanfaatan teknologi informasi Keterampilan memanfaatkan multi media dan teknologi informasi perlu dikembangkan dalam semua perkuliahan, baik untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan maupun sebagai media pembelajaran. 5. Pembelajaran Kontekstual Dalam melaksanakan pembelajaran, konsep-konsep diperoleh melalui pengalaman dan kenyataan yang ada di lingkungan sehari-hari. Pengenalan lapangan dalam bidang pembelajaran dilakukan sejak awal, tidak hanya
menjelang akhir program, melalui DISKUSI-DISKUSI, hingga pelaksanan PEER-TEACHING. Kegiatan dirancang dan dilaksanakan sebagai tugas perkuliahan. 6. Penggunaan strategi dan model pembelajaran yang bervariasi dalam mengaktifkan peserta. 7. Belajar dengan berbuat Prinsip learning by doing tidak hanya diperlukan dalam pembentukan keterampilan, melainkan juga pada pembentukan pengetahuan dan sikap. Dengan prinsip ini, pengetahuan dan sikap terbentuk melalui pengalaman dalam menyelesaikan kegiatan-kegiatan yang ditugaskan termasuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi di lapangan. Proses
pembelajaran dalam PLPG lebih menekankan kepada partisipasi aktif mahasiswa melalui model pembelajaran workshop atau lokakarya dengan bimbingan atau asuhan dosen dan guru pamong.
Tahapan dan suasana pembelajaran dalam PLPG untuk tahap workshop SSP dapat di contohkan sebagai berikut:
Workshop SSP adalah suatu pembelajaran dalam PLPG berbentuk lokakarya yang bertujuan untuk menyiapkan peserta Program PLPG agar mampu mengemas materi bidang studi untuk pembelajaran bidang studi yang mendidik (subject specific pedagogy), sehingga peserta dinyatakan siap untuk melaksanakan tugas PEER-TEACHING, yang ditandai dengan kesiapan: 1) RPP, 2) bahan ajar, 3) media pembelajaran, dan 4) pendukung pembelajaran lainnya, serta 5) kemampuan menampilkan kinerja calon guru profesional.
B. Proses Pelatihan
1. Pleno 1 a. Workshop SSP diawali dengan pleno yang diikuti oleh seluruh peserta PLPG yang dibuka dan diarahkan oleh INSTRUKTUR. b. Pleno 1 bertujuan untuk: 1) membekali peserta tentang hakikat, tujuan, dan ruang lingkup Program PLPG, 2) sistem pembelajaran dalam PLPG, 3) PEER-TEACHING, 4) sistem evaluasi.
c. Selanjutnya INSTRUKTUR memimpin brain storming untuk menelaah kurikulum, sistem pembelajaran dan evaluasi sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan peserta, hingga peserta workshop dapat menemukan tema dan materi pembelajaran yang akan diajarkan. d. Waktu: disesuaikan dengan kebutuhan.
2. Diskusi Kelompok a. Hasil pleno 1 selanjutnya dibahas dalam diskusi kelompok, antara lain untuk 1) sinkronisasi Standar Kopetensi (SK) dan Kopetensi Dasar (KD), memilih pendekatan, strategi dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Diskusi kelompok difasilitasi oleh INSTRUKTUR. b. Jika dalam diskusi kelompok ini teridentifikasi peserta kurang dan atau mengalami kekeliruan konseptual materi, maka INSTRUKTUR melakukan pendalaman dan atau pelurusan konseptual. c. Hasil dari diskusi kelompok adalah kesiapan peserta dengan tema dan atau materi pembelajaran, pendekatan dan metode pembelajaran, rancangan bahan ajar, serta media pembelajaran yang akan digunakan untuk pengembangan RPP, bahan ajar, dan media pembelajaran, serta alat evaluasi. d. Waktu: disesuaikan dengan kebutuhan. 3. Kerja Kelompok/Mandiri Dalam tahap ini peserta secara kelompok dan atau mandiri menyusun: a. RPP. b. Bahan ajar. c. Media pembelajaran. d. Instrumen evaluasi. e. Pendukung pembelajaran lainnya.
4. Pleno 2 Hasil dari kerja kelompok dan atau mandiri selanjutnya dibawa ke dalam pleno tahap 2. Pleno 2 ini bertujuan untuk: a. Memaparkan hasil kerja kelompok dan atau mandiri. b. Mendapatkan feed back dari INSTRUKTUR dan teman sejawat.
5. Revisi Jika dari pleno 2 dinyatakan RPP dan kelengkapannya harus direvisi maka peserta diberikan kesempatan untuk merevisi.
6. Persetujuan RPP Jika RPP dan kelengkapannya dinyatakan benar OLEH INSTRUKTUR, MAKA layak digunakan untuk PEER-TEACHING.
BAB II
PENGEMBANGAN RPP (Permendiknas No. 41, Th. 2007)
A. PENGERTIAN RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.
B. LANDASAN PENGEMBANGAN RPP 1. PP No.19/2005 tentang SNP pasal 20: Perencanaan proses pembelajaran
meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurangkurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. 2. Permendiknas No.41/2007 tentang Standar Proses: Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis
ALUR RPP
SK dan KD SILABUS
RPP
C. KOMPONEN RPP Adapun komponen RPP meliputi: Identitas Mata Pelajaran, Alokasi Waktu, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator Pencapaian
Kompetensi, Tujuan Pembelajaran, Materi Ajar, Metode Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Penilaian Hasil Belajar dan Sumber Belajar
D. LANGKAH-LANGKAH MENYUSUN RPP 1. Mengisi kolom identitas 2. Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan 3. Menentukan SK, KD, dan Indikator yang akan digunakan ( terdapat pada silabus yang telah disusun) 4. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang telah ditentukan. (Lebih rinci dari KD dan Indikator, pada saat-saat tertentu rumusan indikator sama dengan
tujuan pembelajaran, karena indikator sudah sangat rinci sehingga tidak dapat dijabarkan lagi.) 5. Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok/ pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi pokok/pembelajaran 6. 7. Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir. 8. 9. Menentukan alat/bahan/ sumber belajar yang digunakan Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik penskoran, dll. Dalam menyusun RPP guru harus mencantumkan Standar Kompetensi yang memayungi Kompetensi Dasar yang akan disusun dalam RPP-nya. Di
dalam RPP secara rinci harus dimuat Tujuan Pembelajaran,Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian. RPP disusun untuk satu Kompetensi Dasar. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dikutip dari silabus yang disusun oleh satuan pendidikan Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu kompetensi dasar yang bersangkutan, yang dinyatakan dalam jam pelajaran dan banyaknya pertemuan. Oleh karena itu, waktu untuk mencapai suatu kompetensi dasar dapat diperhitungkan dalam satu
BAB III
PENJELASAN KOMPONEN RPP
Identitas Mata Pelajaran Sedangkan identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran, dan jumlah pertemuan:
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
B. Kompetensi Dasar Adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.
C. Indikator pencapaian kompetensi Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar. Apabila rumusan kompetensi dasar sudah operasional, rumusan tersebutlah yang dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat terdiri atas sebuah tujuan atau beberapa tujuan
E. Materi Pembelajaran Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada materi pokok yang ada dalam silabus Memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
F. Metode Pembelajaran/Model Pembelajaran Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih. Digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Untuk mencapai suatu kompetensi dasar dalam kegiatan pembelajaran harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan dalam setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatan:
pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
b. Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
10
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Dalam Kegiatan Eksplorasi, guru: Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber; Menggunakan beragam model pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar; Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik dan antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya; Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan Dalam Kegiatan Elaborasi, guru: Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna; Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; Memfasilitasi kolaboratif; peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
11
Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
Menfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan variasi; kerja individual maupun kelompok;
Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;
Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
Dalam Kegiatan Konfirmasi, guru: Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar; Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar; Membantu menyelesaikan masalah; Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi; Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh; Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
12
H. Sumber Belajar
Pemilihan
silabus yang dikembangkan oleh satuan pendidikan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional. Misalnya, sumber belajar dalam silabus
dituliskan buku referens, dalam RPP harus dicantumkan judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu.
I.
instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam sajiannya dapat dituangkan dalam bentuk matrik horisontal atau vertikal. Apabila penilaian menggunakan teknik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek harus disertai rubrik penilaian.
IV. Kegiatan Pembelajaran Langkah-langkah : Pertemuan pertama, A. Kegiatan Awal : B. Kegiatan Inti : (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi) C. Kegiatan Akhir : Pertemuan kedua, dst. VI. Sumber Belajar : V. Penilaian : Mengetahui Kepala Sekolah
36
13
Contoh format :
D. E. F.
G. H.
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator pencapaian kompetensi Tujuan Pembelajaran Pertemuan 1 Pertemuan 2 Dst Materi Pembelajaran Model/Metode Pembelajaran Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1 Pertemuan 2 dst Sumber Belajar Penilaian :
Penilaian
Teknik Bentuk Instrumen Instrumen
37
14
BAB IV
INSTRUMEN PENILAIAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Petunjuk: Berilah skor pada butir-butir perencanaan pembelajaran dengan cara melingkari angka pada kolom skor (1, 2, 3, 4, 5) sesuai dengan kriteria sebagai berikut. 1 2 3 4 5 No 1. =Sangat tidak baik = Tidak Baik = Kurang baik = Baik = Sangat baik Aspek yang dinilai Kejelasan perumusan tujuan pebelajaran (tidak menimbulkan penafsiran ganda dan mengandung perilaku hasil belajar) 2. Pemilihan materi ajar (sesuai dengan tujuan dan karakteristik peserta didik) 3. Pengorganisasian materi ajar (keruntutan, sistematika materi dan kesesuaian dengan alokasi waktu) 4. Pemilihan sumber/media pembelajaran (sesuai dengan tujuan, materi, dan karakteristik peserta didik) 5. Kejelasan skenario pembelajaran (langkahlangkah kegiatan pembelajaran: awal, inti, dan penutup) 6. Kerincian skenario pembelajaran (setiap langkah terccermin strategi/metode dan alokasi waktu pada setiap tahap) 7. Kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran 12345 12345 12345 12345 12345 12345 12345 Skor
15
8.
Surakarta,.... .....................
16
BAB V
INSTRUMEN PENILAIAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Petunjuk: Berilah skor pada butir-butir perencanaan pembelajaran dengan cara melingkari angka pada kolom skor (1, 2, 3, 4, 5) sesuai dengan kriteria sebagai berikut. 1 2 3 4 5 NO =Sangat tidak baik = Tidak Baik = Kurang baik = Baik = Sangat baik INDIKATOR/ASPEK YANG DIAMATI SKOR
I 1. 2.
II A. 3. 4.
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Penguasaa materi pembelajaran Menunjukan penguasaan materi pembelajaran Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan 12345 12345
5.
12345 12345
6.
B. 7.
Pendekatan/strategi pembelajaran Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa 12345 12345 12345
8. 9.
17
10. 11.
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat konteksual Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif
12345 12345
12.
12345
Pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran Mengunakan media secara efektif dan efisien Menghasilkan pesan yang menarik Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media 12345 12345 12345
D.
16.
17. 18.
Menunjukan sikap terbuka terhadap respons siswa Menumbuhkan keceriaan dan atuisme siswa dalam belajar
E. 19. 20.
Penilaian proses dan hasil belajar Memantau kemajuan belajar selama proses Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) 12345 12345
F. 21.
Penggunaan bahasa Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar 12345 12345
22.
III. 23.
18
melibatkan siswa 24. Melaksanakan tidak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan Total Skor .................. (Max 120) 12345
Surakarta, .................................
19
KOMPON EN PERSIAPA N
ASPEK
AKTIVITAS/U RAIAN
NO SOAL 3
Standar
Instruktur
kompeten mengkomunikasi si mata kuliah kan secara umum standar kompetensi yang harus dikuasi oleh peserta. Silabi Instruktur mengkomunikasi kan dan membagikan kotrak tatap muka kepada peserta. SAT Instruktur mempersiapkan SAT Handout Instruktur mengembangkan Handout. Tata tertib DIKLAT Instruktur bersama peserta membahas dan menyepakati tata tertib workshop. Profil Instruktur 5 4 1 2
SAT
20
peserta
mencoba
workshop mengenali karakteristik peserta workshop, berkenaan dengan jumlah, status tugas, latar pendidikan dll. Kelengka pan administr asi Instruktur mengidentifikasi kelengkapan administrative workshop. Penampil an Instruktur mengenakan Instrumen pengamatan performance Instruktur Tanda peserta
Instruktur baju yang rapi dan sopan, dan tampil dengan menarik/simpati k. PROSES PERKULIA HAN Kegiatan tatap muka Untuk workshop, 19, 22 jumlah pertemuan tatap muka adalah 24 kali pertemuan @ 50 menit, sudah termasuk pertemuan untuk evaluasi. Waktu Hadir sebelum workshop 7 Instrumen Monev Workshop
21
dimulai atau sekurangkurangnya tepat waktu Metode pembelaj aran Instruktur menggunakan paling sedikit tiga metode pembelajaran yaitu ceramah, tanya jawab dan tugas. Sangat dianjurkan untukmenggunak an lebih dari metode tersebut, misalnya diskusi, simulasi, dll. Media Workshop 14 10, 11, 12,
workshop menggunakan paling sedikit satu media pembelajaran yaitu OHP. Sangat dianjurkan untuk menggunakan media lain seperti LCD, pemutaran film, gambar-gambar dll.
22
Sumber belajar
Workshop menggunakan paling sedikit 3 buku sumber yang relevan. Workshop juga harus melibatkan sumber belajar lain seperti jurnal, majalah, surat kabar, internet, nara sumber (pakar, praktisi) dll. Sangat diajurkan untuk menggunakan sumber belajar berbentuk lingkungan (sekolah, masyarakat dll.)
15
16
12
workshop dua arah dan multi arah. Menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar. Untuk 8 8
23
komunikasi verbal, intonasi suara harus jelas dan bervariasi. Menggunakan paralinguistik (body language), mimik muka yang sesuai. Tugastugas Ada tugas individual dan tugas kelompok yang harus dikerjakan mahasiswa,baik sebagai tugas mandiri maupun terstruktur. Penguasa an materi Instruktur menguasai materi ajar yang diampunya. Iklim pembelaj aran Tercipta suasana kelas yang hangat, ramah dan menyenangkan. Peserta berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. EVALUASI Instrume Instruktur 20 Instrumen tugas-tugas. 13 6, 10 17 8
24
Kegiatan evaluasi dilaksanakan sesuai dengan kontrak workshop, baik waktu maupun jenisnya.
21
Jenis evaluasi
Pelaksanaan evaluasi dilakukan melalui tes dan/atau non tes, berkenaan dengan proses maupun hasil.
Instruktur memeriksa dan mengembalikan berkas hasil evaluasi kepada mahasiswa segera setelah pelaksanaan evaluasi.
18
Tindak
Instruktur
25
lanjut
melakukan upaya-upaya tindak lanjut atas dasar hasil evaluasi, misalnya remedial, pengayaan, baik secara individu maupun kelompok.
Out comes
Dampak
Pengaruh
23
workshop terhadap rasa terhadap sikap dan kinerja peserta. Pengalaman, dan wawasan yang diperoleh 24 bangga, dan percaya diri
26
PANITIA SERTIFIKASI GURU RAYON 113 UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
27
Identitas Mata Pelajaran: Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu Waktu Pelaksanaan Waktu Pertemuan Waktu Pelajaran Standar Kompetensi 1. Mempraktikkan berbagai keterampilan permainan olahraga dalam bentuk sederhana dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Kompetensi Dasar 1.3. Mempraktikkan keterampilan atletik dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi serta nilai kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat, dan percaya diri**). Indikator 1. Melakukan teknik start jongkok 2. Melakukan teknik berlari 3. Melakukan teknik memasuki garis finish. 4. Menyebutkan bentuk-bentuk teknik start jongkok, teknik lari dan teknik memasuki garis finish. 5. Menumbuhkan dan membina nilai-nilai disiplin, semangat, sportivitas, percaya diri dan kejujuran. Tujuan Pembelajaran : Jumat, 15 Juli 2011 : 1 kali pertemuan : 1 X 50 menit ` : SMA : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan :X/1
28
Psikomotor : 1. Siswa dapat melakukan teknik start jongkok dengan koordinasi yang baik dan benar. 2. Siswa dapat melakukan teknik berlari dengan koordinasi yang baik dan benar. 3. Siswa dapat melakukan teknik memasuki garis finish dengan koordinasi yang baik dan benar.
Kognitif 4. Siswa dapat menyebutkan bentuk-bentuk teknik start jongkok, teknik lari dan teknik memasuki garis finish yang baik dan benar.
Afektif 5. Dapat menumbuhkan dan membina nilai-nilai disiplin, semangat, sportivitas, percaya diri dan kejujuran pada siswa. Materi Pembelajaran Atletik (Lari jarak pendek)
1. Teknik dasar start jongkok. 2. Teknik berlari 3. Teknik memasuki garis finish Metode Pembelajaran
29
Langkah-langkah Pembelajaran
Alokasi waktu
Metode
1. Kegiatan Awal Persiapan Guru Guru media Menyiapkan pembelajaran, peralatan/ setting/
letak alat, dsb Guru menyiapkan pertanyaanpertanyaan utk mengelaborasi respon siswa.
Kegiatan Pendahuluan Guru mempersilahkan siswa & @@@@@@@@@@@@ @@@@@@@@@@@@ @@@@@@@@@@@@ Ket: & : guru @ : siswa apersepsi, <---------------@$----------- <---------------@$----------- <---------------@$----------- <---------------@$----------- <---------------@$----------- Guru memberikan pemanasan dalam bentuk permainan, siswa dibuat 2 bersap saling Ket : guru @ / $ : siswa <---------------@$----------- 10 Instruksi Verbal Peragaan Komando (15) 5 Instruksi Verbal
untuk berbaris, dibuat 3 atau 2 bersap dengan penuh disiplin. Siswa berdoa, presensi, kegiatan Guru dipersilahkan dilanjutkan siswa dengan untuk dengan
membelakangi,
30
istilah
kepada dan
julukan
kegiatan dengan disiplin, tertib dan jujur. Guru memberi aba-aba jika salah satu nama disebutkan maka barisan yang
membelakangi mengejar nama yang disebut oleh guru. Siswa melakukan dengan disiplin dan sungguh-sungguh. (30)
2. Kegiatan Inti/Materi
a. Guru menjelasan cara melakukan latihan teknik start jongkok, setelah aba-aba bersedia 10 Intruksi Verbal Peragaan Pengayaa n Resiproca l (Saling
terdengar langsung persiapan dari garis start diukur 1 setengah telapak kaki, badan dibagi
tempurung kanan telapak kaki kiri 1 kepal telapak tangan. Lengan bahu, direntangkan dan tangan selebar berada
dibelakang garis. Jari dan ibu jari membentuk huruf V bahu didorong kedepan. Semua
31
tekun dan sungguh-sungguh. Dalam posisi siap bokong diangkat sehingga membentuk sudut, berat badan ditopang oleh kaki dan tangan Saat bunyi ya kaki yang depan diluruskan dengan kuat dan lutut kaki yang dibelakang digerakan kedepan. Siswa melakukan langkah10 Intruksi Verbal Peragaan Pengayaa n Resiproca l (Saling
langkah start jongkok. Semua kegiatan dilakukan dengan teliti, tekun dan sungguh-sungguh.
menilai b. Guru menjelasan cara berlari yang benar, seperti berlari 10' sesama teman)
dengan langkah panjang dengan frekuensi lambat dan cepat, memperhatikan ayunan lengan dan koordinasi langkah kaki. Siswa melakukan langkah Intruksi Verbal Peragaan Pengayaa n Resiproca l (Saling
langkah teknik berlari. Semua kegiatan dilakukan dengan teliti, tekun dan sungguh-sungguh.
menilai sesama teman) c. Guru menjelaskan cara melewati garis finish tanpa merubah
32
kecepatan dan posisi tubuh, dengan membusungkan dada, menundukkan kepala kedepan. Siswa melakukan langkah-
3. Kegiatan Akhir Siswa dibariskan 3 bersap dan melakukan pendinginan (colling down), siswa melakukan dengan disiplin, teliti dan penuh & @@@@@@@@@@@@ @@@@@@@@@@@@ @@@@@@@@@@@@ Ket: & : guru @ : siswa
tanggungjawab. Guru memberikan evaluasi dan tanya-jawab proses pembelajaran yang siswa. telah dipelajari kepada
Siswa
dengan
penuh
33
Alat dan Sumber Belajar 1. Alat Pembelajaran : Tali pembatas/kapur Bendera start Peluit Bilah / kayu Balok Start
2. Sumber Pembelajaran : Media cetak o Buku pegangan guru dan siswa SMA Kelas X, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, Jakarta: Erlangga. o Lembar Kerja Siswa (LKS), Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Penilaian
Penilaian Indikator Kompetensi Teknik Bentuk Instrumen 1. Melakukan teknik start jongkok Non Tes 2. Melakukan teknik berlari Tes Ketrampilan Tes Ketrampilan 3. Melakukan teknik memasuki garis finish. Tes Ketrampilan 4. Mengetahui bentuk-bentuk teknik start jongkok, teknik lari dan teknik memasuki garis finish. Non tes 5. Amatilah nilai-nilai sikap Soal, jawab Tanya 1. Peragakan gerakan teknik start jongkok yang benar! 2. Peragakan gerakan teknik berlari yang benar! 3. Peragakan gerakan teknik memasuki garis finish yang baik! 4. Sebutkan gerakan/teknik Contoh Instrumen
34
5. Menumbuhkan dan membina nilainilai disiplin, semangat, sportivitas, percaya diri dan kejujuran.
Perbuatan
PERFORMANSI
No. 1.
Aspek Praktik
Kriteria 1. Teknik start jongkok yang benar: Kaki menumpu pada balok start, badan seimbang antara tangan dan lutut, tangan selebar bahu menumpu dengan jari
Skor
4 (100)
membentuk huruf V, pandangan ke depan. Kaki menumpu pada balok start, badan seimbang antara tangan dan lutut, tangan tidak selebar bahu menumpu dengan jari membentuk huruf V, pandangan ke depan. Kaki menumpu pada balok start, badan tidak seimbang antara tangan dan lutut, tangan tidak selebar bahu menumpu dengan jari membentuk huruf V, pandangan ke depan. Kaki menumpu pada balok start, badan tidak seimbang antara tangan dan lutut, tangan tidak selebar bahu menumpu dengan jari membentuk huruf V, 1 (25) 2 (50) 3 (75)
35
2. Teknik gerakan berlari jarak pendek yang benar Berlari dengan langkah panjang, dengan frekuensi cepat, memperhatikan ayunan lengan, dan ada koordinasi langkah kaki. Berlari dengan langkah panjang, dengan frekuensi cepat, tidak memperhatikan
4 (100)
3 (75)
ayunan lengan, dan ada koordinasi langkah kaki. Berlari dengan langkah panjang, dengan frekuensi cepat, tidak memperhatikan 1 (25) 2 (50)
ayunan lengan, dan tidak ada koordinasi langkah kaki. Berlari dengan langkah tidak panjang, dengan frekuensi cepat, tidak
memperhatikan ayunan lengan, dan tidak ada koordinasi langkah kaki. 4 (100) 3. Teknik melewati garis finish yang benar Berlari tanpa merubah kecepatan, tangan 3 (75)
mengayun dengan cepat, dada membusung, kepala menunduk kedepan. Berlari tanpa merubah kecepatan, tangan mengayun tidak cepat, dada membusung, kepala menunduk kedepan Berlari tanpa merubah kecepatan, tangan mengayun tidak cepat, dada tidak 1 (25) 2 (50)
membusung, kepala menunduk kedepan Berlari tanpa merubah kecepatan, tangan mengayun tidak cepat, tidak dada tidak
membusung, kedepan
kepala
menunduk
36
2.
Pengetahuan
Menyebutkan
gerakan-gerakan
teknik
dalam lari jarak pendek: Siswa menyebutkan gerakan teknik start jongkok, gerakan teknik saat berlari, 3 (75) 4 (100)
gerakan teknik saat memasuki garis finish. Siswa hanya menyebutkan gerakan teknik start jongkok dan gerakan teknik saat berlari. Siswa hanya menyebutkan gerakan teknik start jongkok Siswa menyebutkan tetapi salah 3. Sikap Menumbuhkan sikap dan membina nilai-nilai pada siswa: Siswa menunjukkan sikap disiplin, 4 (100) 1 (25) 2 (50)
semangat, sportivitas dan percaya diri. Siswa hanya menunjukkan sikap disiplin, semangat, dan sportivitas Siswa hanya menunjukkan sikap disiplin, dan semangat Siswa hanya menunjukkan sikap disiplin saja. 1 (25) 2 (50) 3 (75)
37
LEMBAR PENILAIAN
No
Produk
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Dst.
Model Rubrik Penilaian Tes Gerak Dasar Jalan, Lari dan Lompat Aspek Yang Dinilai Teknik dasar start dan lari jarak pendek Kualitas Gerak 1 2 3 4
1. 2. 3.
38
Rubrik Penilaian Tes Observasi Prilaku Gerak Jalan, Lari, Lompat Cek ( )
Perilaku Yang Diharapkan 1. 2. 3. JUMLAH JUMLAH SKOR MAKSIMAL: 2 Rubrik Penilaian Tes Tertulis/Lisan Konsep Gerak Jalan, Lari, Lompat Pertanyaan yang diajukan
Kualitas Jawaban 1 2 3 4
1.Jelaskan macam-macam teknik start jongkok, 2. Jelaskan teknik lari 3. Jelaskan teknik memasuki garis finish yang baik dan benar. JUMLAH
39
Identitas Mata Pelajaran: Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester : SD NEGERI 02 SIRANGKANG : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan : V /1
Alokasi Waktu Waktu Pelaksanaan Waktu Pertemuan Waktu Pelajaran : : 1 kali pertemuan : 2 kali 35 menit
Standar Kompetensi 2. Mempraktikkan latihan dasar kebugaran jasmani dan nilai nilai yang terkandung didalamnya. Kompetensi Dasar 2.2. Mempraktekan aktivitas untuk kecepatan dan kualitas gerak yang meningkat, serta nilai kerja keras, disiplin ,kerja sama, dan kejujuran. Indikator 6. Melakukan tekhnik pemberian tongkat estafet dari bawah. 7. Melakukan tekhnik pemberian tongkat estafet dari atas. 8. Melakukan tekhnik penerimaan tongkat estafet dengan cara visual ( melihat ). 9. Melakukan tekhnik penerimaan tongkat estafet dengan cara non visual (tidak melihat)
40
10. Menumbuhkan dan membina nilai-nilai disiplin, semangat, sportivitas, percaya diri dan kejujuran. Tujuan Pembelajaran
Psikomotor : 6. 7. 8. Siswa dapat melakukan teknik pemberian tongkat estafet dari bawah. Siswa dapat melakukan teknik pemberi tongkat estafet dari atas. Siswa dapat melakukan teknik menerima tongkat estafet dengan cara visual ( melihat ). 9. Siswa dapat melakukan teknik menerima tongkat estafet dengan cara non visual ( tidak melihat )
Kognitif 10. Siswa dapat menyebutkan cara cara pemberian tongkat estafet dengan benar. 11. Siswa dapat menyebutkan cara cara menerima tongkat estafet dengan benar.
Afektif 12. Dapat menumbuhkan dan membina nilai-nilai disiplin, semangat, sportivitas, percaya diri, kerja sama, dan kejujuran pada siswa. Materi Pembelajaran Atletik (Lari Estafet)
4. Teknik pemberi tongkat estafet dari atas. 5. Teknik pemberi tongkat estafet dari bawah. 6. Teknik menerima tongkat dengan cara visual ( melihat ). 7. Teknik menerima tongkat dengan cara non visual ( tidak melihat )
41
Metode Pembelajaran
Langkah-langkah Pembelajaran
Alokasi waktu
Metode
4. Kegiatan Awal Persiapan Guru Guru media Menyiapkan pembelajaran, peralatan/ setting/
letak alat, dsb Guru menyiapkan pertanyaanpertanyaan utk mengelaborasi respon siswa.
Kegiatan Pendahuluan Guru mempersilahkan siswa & @@@@@@@@@@@@ @@@@@@@@@@@@ @@@@@@@@@@@@ (15) 5 Instruksi Verbal
untuk berbaris, dibuat 3 atau 2 bersap dengan penuh disiplin. Siswa berdoa, presensi, kegiatan Guru dipersilahkan dilanjutkan siswa dengan untuk dengan
42
pembelajaran
siswa,
siswa
mendengarkan dengan penuh perhatian. Guru memberikan pemanasan dalam bentuk permainan, siswa
dibagi dua A dan B masing @ @ @ @ ............. @ @ @ @ masing bagian dibuat 4 sap dan saling berhadapan antara @ @ @ @ ............. @ @ @ @
kelompok A dan B, dengan jarak 10 m. Kelompok A anak @ @ @ @ ............. @ @ @ @ ter depan membawa bola, Guru memberi aba-aba, siswa @ @ @ @ ............. @ @ @ @ kelompok A yang membawa bola lari ke arah kelompok B Ket : memberikan bola kepada siswa & kelompok B yang terdepan, @ siswa kelompok B yang : guru : siswa
menerima bola lari ke kelompok A dan memberikan bola, siswa yang baru saja memberi bola baris di belakang dan (30)
Latihan menerima tongkat estafet dengan cara visual ( melihat ) d. Guru menjelasan cara melakukan latihan teknik pemberian tongkat estafet dari bawah. Siswa dibagi beberapa kelompok, 10 Intruksi Verbal Peragaan Pengayaa n Resiproca
43
setiap kelompok 4 siswa dan berbaris berbanjar jarak antar siswa satu lengan. i. Siswa paling belakang membawa tongkat dengan tangan kiri. ii. Siswa di depanya mempersiapkan tangan belakang, kanan dengan kesamping ibu jari
(Saling
membuka lebar dan keempat jari rapat, pandangan ke arah ujung tangan. Setelah ada aba-aba dari guru tongkat diberikan pada teman yang didepannya dengan gerakan
mengayun, sambil memberi aba aba Siap, Ya ( sa,at tongkat tepat ditangkap teman didepannya), siswa dengan kanan. setelah menerima tongkat, yang menerima tongkat tangan 10 Intruksi Verbal Peragaan Pengayaa n Resiproca l (Saling
menggunakan
tongkat dipindah ketangan kiri dan diberikan pada teman didepannya dengan aba aba yang sama, dan seterusnya sampai teman keempat. Setelah itu balik kanan. Setelah siswa balik kanan 10'
latihan dimulai lagi, seperti tadi dimulai dari siswa yang paling belakang. Latihan pemberi dan penerima
44
Latihan
menerima
tongkat
estafet dengan cara tidak melihat ( non visual ). Siswa dibagi beberapa regu setiap regu 4 siswa, dengan membentuk barisan berbamjar. -Siwa paling belakang membawa tongkat. -Siswa didepannya siap menerima tongkat dengan tangan kanan,
pandangan ke depan, dengan tidak melihat sipemberi tongkat. -Guru memberi aba aba, siswa yang paling belakang dan membawa tongkat memberikan tongkat pada siswa didepannya dengan memberi aba aba Siap diteruskan Ya pada sa,at aba aba Ya siwa tepat siswa didepannya menerima
tongkat kemudian tongka dipindah ke tangan kiri, kemudian diberikan kepada siswa didepannya lagi
dengan aba aba dan gerakan yang sama, sampai pada siswa yang ke empat. -Guru memberi perintah balik
45
dilakukan lagi dan ber ulang ulang sampai siswa mampu melakukan dengan benar. -Guru memerintahkan latihan
dilanjutkan dengan jarak antar siswa semakin jauh 3- 6 langkah -Bila siswa sudah bisa
mempraktekan gerak dan teknik pemberian dan penerimaan dengan benar, dilanjutkan dengan posisi lari dengan jarak tertentu. Semua kegiatan harus
dilakukan dengan sungguh sungguh, disiplin, kerja (5) & Intruksi Verbal @@@@@@@@@@@@ @@@@@@@@@@@@ @@@@@@@@@@@@ Diskusi
sama dan kejujuran. 6. Kegiatan Akhir - Siswa dibariskan 3 bersap dan melakukan pendinginan (colling down), siswa melakukan dengan disiplin, teliti dan penuh
tanggungjawab. - Guru memberikan evaluasi dan tanya-jawab proses pembelajaran yang siswa. telah dipelajari kepada
Siswa
dengan
penuh
46
Alat dan Sumber Belajar 3. Alat Pembelajaran : Tali pembatas/kapur Bendera start Peluit Bilah / kayu Tongkat estafet Bola kecil
4. Sumber Pembelajaran : Media cetak o Buku pegangan guru dan siswa Sd Kls.V, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, Jakarta: Erlangga. o Lembar Kerja Siswa (LKS), Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Penilaian
Penilaian Indikator Kompetensi Teknik Bentuk Instrumen 6. Melakukan teknik memberi tongkat Non tes estafet dari bawah. Tes Ketrampilan Tes 7. Melakukan teknik memberi tongkat estafafet dari atas Tes 8. Melakukan teknik memberi tongkat estafet dengan cara visual (melihat) Soal, 9. Melakukan teknik memberi tongkat Non tes estafet dengan cara non visual (tidak jawab Tanya Ketrampilan Ketrampilan 6. Peragakan gerakan teknik start jongkok yang benar! 7. Peragakan gerakan teknik berlari yang benar! 8. Peragakan gerakan teknik memasuki garis finish yang baik! 9. Sebutkan gerakan/teknik Contoh Instrumen
47
melihat) Perbuatan 10. Menumbuhkan dan membina nilainilai disiplin, semangat, sportivitas, percaya diri dan kejujuran.
10.
Amatilah
nilai-nilai
PERFORMANSI
No. 1.
Aspek Praktik
Kriteria 1. Teknik pemberian tongkat estafet yang benar: Tongkat dipegang tangan kiri sa,at
Skor
4 (100)
memberikan tongkat estafet boleh dari bawah/atas Tongkat tangan sambil mengayun, 3 (75)
memberikan tongkat estafet boleh dari bawah/atas Tongkat tangan sambil mengayun, 2 (50)
memberikan tongkat estafet boleh dari bawah/atas Tongkat tangan tidak mengayun 1 (25)
48
2. Teknik menerima tongkat estafet yang benar Dengan posisi berlari boleh melihat atau tidak melihat, ibu jari membuka dan ke empat jari rapat. Dengan posisi berlari boleh melihat atau tidak melihat, ibu jari membuka dan ke empat jari rapat (kurang semangat) Dengan posisi berhenti tidak lari boleh melihat atau tidak melihat, ibu jari 2 (50) 3 (75) 4 (100)
membuka dan ke empat jari rapat Dengan posisi berhenti tidak lari boleh melihat atau tidak melihat, ibu jari 1 (25)
membuka dan ke empat jari rapat (kurang semangat) 2. Pengetahuan Menyebutkan gerakan-gerakan teknik
dalam memberi dan menerima tongkat estafet. Siswa menyebutkan gerakan teknik 4 (100)
memberi tongkat estafet dengan cara dari bawah dan dari atas, serta dapat menyebut gerakan menerima tongkat estafet secara visual dan non visual. Siswa hanya menyebutkan gerakan teknik memberi tongkat estafet dari bawah dan dari atas serta dapat menyebut gerakan 2 (50) 3 (75)
menerima tongkat estafet secara visual. Siswa hanya menyebutkan gerakan teknik memberi tongkat estafet dari bawah dan dari atas. Siswa menyebutkan gerakan teknik 1 (25)
49
3.
Sikap
Menumbuhkan sikap dan membina nilai-nilai pada siswa: Siswa menunjukkan sikap disiplin, 4 (100)
semangat, sportivitas dan percaya diri. Siswa hanya menunjukkan sikap disiplin, semangat, dan sportivitas Siswa hanya menunjukkan sikap disiplin, dan semangat Siswa hanya menunjukkan sikap disiplin saja. 1 (25) 2 (50) 3 (75)
LEMBAR PENILAIAN
No
Produk
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Dst.
50
Model Rubrik Penilaian (1) Tes Gerak Dasar Jalan, Lari dan Lompat Aspek Yang Dinilai Teknik menerima dan memberi tongkat estafet Kualitas Gerak 1 2 3 4
1. Melakukan teknik memberi tongkat estafet dari bawah. 2. Melakukan teknik memberi tongkat estafafet dari atas 3. Melakukan teknik memberi tongkat estafet dengan cara visual (melihat) 4. Melakukan teknik memberi tongkat estafet dengan cara non visual (tidak melihat)
51
Rubrik Penilaian Tes Tertulis/Lisan Konsep Gerak Memberi dan Menerima ongkat Estafet Pertanyaan yang diajukan Kualitas Jawaban 1 2 3 4
1. Jelaskan teknik memberi tongkat estafet dari bawah. 2. Jelaskan teknik memberi tongkat estafafet dari atas 3. Jelaskan teknik memberi tongkat estafet dengan cara visual (melihat) 4. Jelaskan teknik memberi tongkat estafet dengan cara non visual (tidak melihat)
JUMLAH
52
SMP/MTs
: ........................................................................
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Standar Kompetensi
: Mempraktikan berbagai teknik dasar permainan dan olahraga, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
Kompetensi Dasar
: Mempraktikan teknik dasar salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar dengan baik, dan nilai kerja sama, toleransi, percaya diri, keberanian, menghargai lawan bersedia berbagi tempat dan peralatan **)
Indikator
: 1. Melakukan pasing atas dan pasing bawah dalam permainan bola voli 2. Bermain bola voli dengan peraturan yang dimodifikasi
Alokasi Waktu
: 4 x 2 x 40 menit (4 x pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat melakukan pasing atas dan pasing bawah dalam permainan bola voli
53
b. Siswa dapat bermain bola voli dengan baik menggunakan peraturan yang dimodifikasi
B. Materi Pembelajaran Permainan bola voli - Pasing atas dan pasing bawah dalam permainan bola voli - Bermain bola voli menggunakan peraturan yang dimodifikasi
D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Pertemuan 1 dan 2 - Berbaris, berdoa, presensi, apersepsi dan pemanasan - Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran - Pasing atas dan pasing bawah secara berpasangan dan kelompok - Bermain sepakbola dengan peraturan yang dimodifikasi secara berkelompok - Pendinginan, berbaris, tugas-tugas, evaluasi proses pembelajaran, berdoa dan bubar 2. Pertemuan 3 dan 4 - Berbaris, berdoa, presensi, apersepsi dan pemanasan - Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran - Pasing atas dan pasing bawah secara berpasangan dan kelompok - Bermain sepakbola dengan peraturan yang dimodifikasi secara berkelompok - Pendinginan, berbaris, tugas-tugas, evaluasi proses pembelajaran, berdoa dan bubar
54
E. Sumber Belajar - Ruang terbuka yang datar dan aman - Bola - Net - Tiang - Buku teks - Buku referensi
D. Penilaian 1. Teknik penilaian: - Tes unjuk kerja (psikomotor): Lakukan teknik dasar pasing atas dan pasing bawah
Keterangan: Berikan penilaian terhadap kualitas unjuk kerja peserta ujian, dengan rentang nilai antara 1 sampai dengan 4
- Pengamatan sikap (afeksi): Mainkan permainan bola voli dengan peraturan yang telah dimodifikasi. Taati aturan permainan, kerjasama dengan teman satu tim dan tunjukkan perilaku sportif.
Keterangan: Berikan tanda cek ( ) pada kolom yang sudah disediakan, setiap peserta ujian menunjukkan atau menampilkan perilaku yang diharapkan. Tiap perilaku yang di cek ( ) memdapat nilai 1
55
Jumlah skor yang diperoleh Nilai = ----------------------------------------- X 30 Jumlah skor maksimal - Kuis/embedded test (kognisi): Jawab secara lisan atau peragakan dengan baik, pertanyaan-pertanyaan mengenai konsep gerak dalam permainan bola voli Keterangan: Berikan penilaian terhadap kualitas jawaban peserta ujian, dengan rentang nilai antara 1 sampai dengan 4 Jumlah skor yang diperoleh Nilai = ----------------------------------------- X 20 Jumlah skor maksimal - Nilai akhir yang diperoleh siswa =
56
2. Rubrik Penilaian RUBRIK PENILAIAN UNJUK KERJA TEKNIK DASAR PERMAINAN BOLA VOLI
Kualitas Gerak 1 2 3 4
1. Posisi awal tangan untuk melakukan pasing atas, di depan atas dahi dengan jari-jari direnggangkan 2. Posisi awal kaki untuk melakukan pasing atas dibuka selebar bahu dan kedua lutut direndahkan 3. Gerakan lengan melakukan pasing atas mendorong bola ke depan atas diikuti tumit, lutut dan pinggul naik 4. Posisi awal lengan untuk melakukan pasing bawah lurus dan rapat 5. Posisi awal kaki untuk melakukan pasing bawah dibuka selebar bahu dan kedua lutut direndahkan 6. Gerakan lengan melakukan pasing bawah mendorong bola ke depan atas diikuti tumit, lutut dan pinggul naik JUMLAH JUMLAH SKOR MAKSIMAL: 24
RUBRIK PENILAIAN PERILAKU DALAM PERMAINAN BOLA VOLI PERILAKU YANG DIHARAPKAN 1. Bekerja sama dengan teman satu tim untuk membangun serangan 2. Mentaati peraturan 3. Menghormati wasit CEK ( )
57
4. Menunjukkan sikap bersungguh-sungguh dalam bermain JUMLAH JUMLAH SKOR MAKSIMAL: 4 RUBRIK PENILAIAN PEMAHAMAN KONSEP GERAK DALAM PERMAINAN BOLA VOLI
Kualitas Jawaban 1 2 3 4
1. Bagaimana posisi kaki dan tungkai kamu saat melakukan pasing atas?
2. Di mana perkenaan bola yang benar pada tangan, saat melakukan pasing bawah?
3. Bagaimana posisi tangan yang benar pada saat melakukan pasing atas?
............................................
...............................................
58
PANITIA SERTIFIKASI GURU RAYON 113 UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadlirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmatNYa jualah, maka Modul Workshop Model, Media, dan Evaluasi Pembelajaran Guru Penjasorkes ini dapat tersusun. Apresiasi yang tinggi disampaikan kepada Pimpinan Rayon 113, terutama pengelola PLPG yang telah memberikan kewenangan yang lebih luas untuk mengembangkan Modul ini dengan basis Program Studi. Materi dalam modul ini akan dideskripsikan dalam 3 (tiga) bagian. Ketiga bagian di awali dengan evaluasi, media, kemudian baru metode atau lebih tepatnya gaya mengajar penjasorkes. Nomor bagian bukan merupakan suatu urutan, artinya bagian yang pertama tidak harus diberikan awal atau bagian yang ketiga tidak harus yang bagian akhir. Ketiga bagian dalam modul ini, kendatipun disajikan dalam tiga bagian berbeda namun tetap merupakan satu kesatuan. Secara substansial, modul ini sekadar pemancing untuk mengantarkan peserta PLPG pada sebuah proses pengkajian kelompok dalam rangka mengembangkan model, media, dan evaluasi yang berprinsip PAIKEM, yaitu: pembelajran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan dalam mencapai tujuan pembelajaran penjasorkes.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii BAGIAN 1 MODEL/ GAYA PEMBELAJARAN DALAM PENJASORKES ..... 1 BAGIAN 2 MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PENJASORKES.................. 15 BAGIAN 3 KONSEP DASAR EVALUASI ........................................................ 37 A. Pengertian Evaluasi Dalam Pengajaran. .................................................... 37 B. Hubungan Antara Pengajaran dan Evaluasi ............................................... 40 D. Fungsi Evaluasi Dalam Proses Belajar Mengajar ...................................... 43 E. Manfaat Evaluasi ........................................................................................ 46 F. Program Evaluasi ....................................................................................... 47 G. PENENTUAN NILAI ................................................................................ 52 SUMBER BACAAN ........................................................................................... 54 LAMPIRAN .......................................................................................................... 55
A. PENDAHULUAN Ada satu kalimat motivasi ampuh dari Mario Teguh, tugas kita bukanlah untuk menyelesaikan tugas besar, tapi menyelesaikan tugas biasa dengan kesungguhan yang besar. Apakah sebenarnya tugas guru penjas yang memerlukan kesungguhan besar tersebut? Jawabannya adalah : guru penjas bertugas menjadi fasilitator agar para siswanya dapat menjadi insan terdidik penjas. Kharakteristik insan yang terdidik dalam penjas, telah diformulasikan oleh Physical Education Outcome Commitee of The National Association of Physical Education and Sport (NASPE), meliputi: (1) telah mempelajari berbagai macam keterampilan yang diperlukan untuk melakukan berbagai aktivitas jasmani, (2) segar atau bugar secara jasmaniah, (3) berpartisipasi secara teratur dalam aktivitas jasmani, (4) mengetahui implikasi dan manfaat dari keterlibatannya dalam aktivitas jasmani, dan (5) menghargai aktivitas jasmani dan sumbangannya kepada gaya hidup yang sehat. Renungan kecil kiranya perlu dilakukan sebelum kita mencoba untuk melakukan sebuah rencana perubahan dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Renungan kecil merupakan refleksi untuk mengupayakan sebuah pembelajaran yang bermakna dan menarik bagi siswa, guru, dan pencapaian tujuan pendidikan secara umum. Menyajikan sebuah pembelajaran yang bermakna dan menarik merupakan tuntutan moral dari tugas-tugas profesional guru penjas. Kemenarikan dan kebermaknaan suatu matapelajaran sebenarnya bergantung pada dua persoalan sederhana, yaitu (1) kharakteristik mata pelajaran, dan (2) cara mengajar guru. Ditinjau dari persoalan kharakteristik mata pelajaran, penjas memiliki indikator yang jelas sebagai matapelajaran yang menarik. Penjas merupakan matapelajaran unik yang mengembangkan potensi lengkap individu melalui medium aktivitas fisik yang sangat menarik. Dengan demikian, jika matapelajaran penjas menjadi sesuatu yang sama sekali
tidak menarik, maka dapat kita vonis bahwa penyebabnya terletak pada persoalan cara mengajar guru penjas. Kemampuan untuk memahami dan menerapkan metode yang diperlukan untuk mengajar Pendidikan Jasmani, merupakan kemampuan integrasi dari berbagai pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu setiap Guru Penjas dituntut secara intensif terlibat dalam pengalaman-pengalaman belajar dan berlatih secara terus menerus. Artinya, setiap Guru Penjas memiliki kewajiban untuk selalu belajar dari pengalaman-pengalaman pribadi maupun orang lain yang ditunjang oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pembelajaran. Itulah hakikat orientasi pengembangan kompetensi guru penjas. Kompetensi utama Guru Pendidikan Jasmani dapat dikelompokkan ke dalam kompetensi umum dan kompetensi yang bersifat khusus. Salah satu kompetensi khusus yang sangat vital untuk dibentuk dan ditingkatkan adalah berupa kemampuan guru dalam memahami dan menerapkan berbagai metode yang diperlukan untuk mengajar Pendidikan Jasmani (Pola Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Studi Pendidikan Jasmani Jenjang S1, 2003). Para Guru Pendidikan Jasmani pada umumnya memiliki
kecenderungan menggunakan cara yang sama untuk mengajar Pendidikan Jasmani. Hal tersebut bukan sekadar menjadikan kesan mengajar Pendidikan Jasmani sebagai aktivitas rutin yang membosankan, tetapi juga menjauhkan dari praktek pembelajaran yang bersifat kreatif dan inovatif. Oleh karena itu, inovasi dan pengembangan kreativitas dalam pembelajaran pendidikan jasmani merupakan sebuah tantangan besar bagi setiap guru Pendidikan Jasmani. Inovasi dan kreativitas tersebut merupakan kata kunci untuk menjadikan praktek pembelajaran sebagai sesuatu yang menarik dan memiliki manfaat dalam pencapaian tujuan pendidikan dalam arti yang sebenarnya. Apa sebenarnya maksud inovasi dan kreativitas dalam pembelajaran Penjas tersebut ? Inovasi memang biasanya selalu terpaut dengan aspek kreativitas. Namun dalam konteks pembelajaran Pendidikan Jasmani, kreativitas lebih
mengarah pada persoalan ide-ide original guru dalam mengembangkan solusi menghadapi keterbatasan dan kendala di lapangan. Guru yang kreatif adalah guru yang mampu mengelola pembelajaran, walau dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang ada. Kreativitas guru juga tampak dari kemampuannya dalam melakukan modifikasi peralatan, lapangan, atau aturan-aturan permainan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keterbatasan para siswanya. B. ELABORASI JOYFUL LEARNING (PAIKEM) PENJASORKES Dewasa ini, para praktisi pendidikan banyak yang berkonsentrasi mengupayakan proses pembelajaran yang berpihak pada kebutuhan siswa. Terdapat banyak model pembelajaran yang mungkin bisa diadopsi oleh para guru penjas agar pembelajaran yang dikelola lebih menarik dan bermakna bagi siswa. Salah satu bentuk pembelajaran tersebut berkonsep pada Joyful Learning atau belajar yang menyenangkan. Disain atau rancangan pembelajaran tersebut kemudian dielaborasi konsepnya menjadi konsep PAIKEM ( Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
merupakan pemaknaan tiap guru dalam mengembangkan suatu pembelajaran yang inovatif. Setiap guru memiliki semacam hak prerogratif agar pembelajaran yang dikelolanya menjadi sebuah pengalaman yang menarik dan bermakna bagi siswa-siswanya. Artinya, bahwa PAIKEM dalam pembelajaran penjas bukan merupakan persoalan mengatur bentuk pembelajaran, melainkan sebuah ruh atau nafas pembelajaran penjas. Bentuknya boleh bervariasi yang bergantung pada daya kreasi guru, yang penting ruh pembelajaran hasil kreasi guru tersebut mengandung unsur Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Unsur Aktif terkait dengan rancangan pembelajaran yang lebih mengedepankan pada proporsi aktivitas yang lebih banyak kepada siswa. Pemahaman tentang sebuah makna dan pengalaman belajar ditempuh oleh siswa melalui aktivitas dengan waktu berpartisipasi secara optimal.
Unsur Inovatif sebenarnya bukan berkonotasi sebagai sesuatu yang luar biasa, tetapi dipahami sebagai: sesuatu pekerjaan yang biasa, tetapi dilakukan dengan cara yang tidak biasa. Guru melakukan sesuatu yang biasa dilakukan, namun dengan cara yang tidak biasa dilakukan. Inovasi pembelajaran Penjas bukan merupakan sesuatu yang revolusioner, tetapi pembelajaran yang selalu terbuka secara fleksibel untuk menerima perubahanperubahan pada komponen-komponen inti pembelajaran, seperti: komponen siswa, guru, serta tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Unsur Kreatif lebih mengarah pada persoalan ide-ide original guru dalam mengembangkan solusi menghadapi keterbatasan dan kendala di lapangan. Guru yang kreatif adalah guru yang mampu mengelola pembelajaran, walau dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang ada. Kreativitas guru juga tampak dari kemampuannya dalam melakukan modifikasi peralatan, lapangan, atau aturan-aturan permainan yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan keterbatasan para siswanya. Unsur Efektif terkait dengan persoalan kemampuan rancangan proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran. Model
pembelajaran apa pun bukan merupakan sesuatu yang berguna jika tidak efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran penjas yang efektif mengandung aktivitas yang bermakna untuk mengantarkan seluruh siswa menjadi insan yang terdidik secara penjas. Unsur Menyenangkan sebagaimana telah dijelaskan di depan, lebih tergantung pada merancang cara mengajar guru. Guru adalah manager, leader, dan decision maker atau pengambil keputusan. Guru yang bijaksana akan mengambil keputusan untuk mengembangkan cara mengajar yang
menyenangkan bagi para siswanya. Iklim atau suasana pembelajaran yang menyenangkan akan meningkatkan partisipasi dan hasil pembelajaran penjas. Selanjutnya, PAIKEM dalam pembelajaran penjas tersebut harus juga mensertakan berbagai komponen yang bervariasi yang meliputi : (1) multimedia, (2) multimetode, (3) praktik dan bekerja dalam tim, (4) memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar, (5)
kombinasi di dalam dan di luar kelas, dan (6) pengembangan multiaspek dalam belajar yang meliputi: logika, etika, dan sebagainya. C. INOVASI PEMBELAJARAN DAN PENCAPAIAN TUJUAN PENJAS Inovasi pembelajaran Pendidikan Jasmani kendatipun merupakan sebuah keharusan, namun dalam aplikasinya harus tetap mengarah pada upaya pencapaian tujuan Pendidikan Jasmani. Jika inovasi merupakan sebuah cara, maka cara tersebut tetap berorientasi pada pencapaian tujuan Pendidikan Jasmani. Antara upaya inovatif dan pencapaian tujuan terjadi sebuah ikatan yang kuat dan jelas. Inovasi dalam pembelajaran Penjas justru diharapkan mempertegas dan memperkuat arah menuju pencapaian tujuan Pendidikan Jasmani tersebut. Formulasi dan tujuan Pendidikan Jasmani yang relevan perlu lebih digali dan dipahami oleh guru, untuk mempertegas pengembangan inovasi pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian tujuan. Berbagai definisi dan tujuan Pendidikan Jasmani yang masih relevan dengan situasi kekinian, dapat disajikan sebagai berikut. Nixon dan Jewett (1980) berpendapat bahwa Pendidikan Jasmani adalah satu fase dari proses pendidikan keseluruhan yang menggunakan
kemampuan gerak individu secara sukarela, tetapi bermakna langsung terhadap perkembangan mental, emosional, dan sosial. Konsekwensinya, pendidikan jasmani harus dirancang secara khusus untuk memberikan pengaruh yang baik terhadap jasmani, emosi, sosial, dan intelektual. Frost (1975) berpendapat bahwa Pendidikan Jasmani adalah bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang memberikan sumbangan terhadap perkembangan individu melalui media aktivitas jasmani dan gerak siswa. Semua urutan pengalaman belajarnya dirancang dengan hati-hati untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan, perkembangan, dan perilaku setiap siswa. Masih banyak ahli memberikan definisi dan formulasi tujuan Pendidikan Jasmani, namun semuanya mengarah pada sebuah pengertian bahwa perilaku fisik dan gerak yang ditunjukkan dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani sebenarnya sekadar merupakan alat untuk
mental-kognitif, dan sosial. Sudahkah pembelajaran Penjas yang selama ini kita rancang telah mengarah pada pencapaian tujuan tersebut ? Jika jawabnya belum, maka inovasi pembelajaran merupakan pilihan untuk lebih memperbaiki keadaan, yakni memfasilitasi para siswa agar menjadi seorang yang terdidik dalam Pendidikan Jasmani. Karakteristik seseorang yang terdidik dalam Pendidikan Jasmani diuraikan oleh Physical Education Outcomes Committee of The National Association of Physical Education and Sport (NASPE) sebagaimana telah dikutip Arma Abdullah dalam Harsuki (2003), memiliki ciri-ciri: (1) Telah mempelajari berbagai macam keterampilan yang diperlukan untuk melakukan berbagai aktivitas jasmani, (2) segar atau bugar secara jasmaniah, (3) berpartisipasi secara teratur dalam aktivitas jasmani, (4) mengetahui implikasi dan manfaat dari keterlibatannya dalam aktivitas jasmani, dan (5) menghargai aktivitas jasmani dan sumbangannya kepada gaya hidup yang sehat. Struktur belajar dalam pendidikan jasmani berkaitan dengan bagaimana siswa belajar mencapai tujuan pendidikan melalui medium aktivitas fisik. Perilaku unit terbentuk karena proses belajar
mengakomodasikan respons psikologis dan fisiologis. Terdapatnya segi-segi keunikan tersebut memberi konsekuensi pemilihan alternatif gaya mengajar (teaching style). Terkait dengan gaya mengajar tersebut, Mosston (1991) beranggapan bahwa mengajar pendidikan jasmani adalah serangkaian usaha yang berhubungan dan berkesinambungan antara peran yang dimainkan oleh guru maupun siswa. Untuk menjembatani pokok bahasan dan belajar, diperlukan spektrum gaya mengajar, yakni suatu rancangan operasional tentang alternatif gaya mengajar pendidikan jasmani. Pilihan spektrum gaya mengajar sebagaimana desain dalam Model Mosston, menyangkut kemampuan mahasiswa dalam merancang peran guru dan siswa yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Hal ini akan berimplikasi bagi kualitas pembelajaran pendidikan jasmani yang dikelola. Melalui kemampuan memilih spektrum gaya mengajar yang sesuai, proses pembelajaran pendidikan jasmani akan menjadi suatu aktivitas yang bermakna bagi guru maupun siswa.
D. KEUNIKAN PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI Mosston (1991) beranggapan bahwa mengajar pendidikan jasmani merupakan serangkaian hubungan yang berkesinambungan antara guru dan siswa. Untuk menjembatani pokok bahasan dan belajar, diperlukan adanya spektrum gaya pembelajaran. Spektrum ini merupakan rancangan operasional tentang alternatif gaya mengajar pendidikan jasmani. Selanjutnya, setiap gaya mengajar (teaching style) memiliki anatomi tertentu yang menggambarkan : (1) peran guru, (2) peran siswa, serta (3) identifikasi tujuan yang dapat dicapai jika gaya mengajar tersebut digunakan. Setiap gaya mengajar berisi keputusan-keputusan (Decisions) yang dibuat oleh guru dan juga oleh siswa didalam episode belajar. a. Pengambilan Keputusan (Decision Making) Mengajar merupakan suatu rangkaian pembuatan keputusan. Serangkaian perangkat keputusan diorganisasikan kedalam episodeepisode pembelajaran, yang meliputi : (1) pra pertemuan, (2) saat pertemuan, dan (3) pasca pertemuan (Mosston, 1991). Keputusan pra pertemuan merupakan keputusan yang harus dibuat sebelum guru-siswa berhadapan dan berinteraksi secara langsung. Episode ini meliputi : (1) penentuan sasaran pembelajaran, (2) pemilihan gaya mengajar, (3) gaya belajar siswa yang diharapkan, (4) siapa yang akan diajar, (5) pokok bahasan, (6) lokasi pembelajaran, (7) waktu yang dibutuhkan untuk mengajar, termasuk didalamnya adalah kecepatan pembelajaran dan waktu tenggang antar tugas, (8) organisasi pelaksanaan, dan (9) materi dan prosedur evaluasi. Keputusan saat pertemuan (impact) merupakan keputusankeputusan yang harus dibuat selama penampilan atau pelaksanaan tugas. Episode ini berisi tentang pelaksanaan keputusan pada pra pertemuan, dan penyesuaian keputusan-keputusan. Keputusan pasca pertemuan (past impact) merupakan keputusan yang dibuat berkaitan dengan evaluasi pelaksanaan, termasuk tentang pemberian umpan balik. Episode ini meliputi : (1) pengumpulan informasi
Modul PLPG Penjaskes Rayon 113 UNS Surakarta 7
tentang pelaksanaan, (2) penilaian informasi yang diperoleh dengan memanfaatkan kriteria yang telah ditentukan, (3) pernyataan-pernyataan umpan balik yang dapat berupa pernyatan korektif, pernyataan penilaian atau sekedar pernyataan netral, (4) penilaian gaya mengajar, dan (5) penilaian belajar siswa. b. Gaya Mengajar (Teaching Style) Sebagai suatu pedoman khusus, gaya mengajar diaplikasikan sekaligus dikembangkan karena adanya permasalahan disekitar
pembelajaran pendidikan jasmani. Oleh karena itu penerapan suatu gaya mengajar dimaksudkan untuk hal-hal sebagai berikut : (1) Mencapai keserasian antara apa yang diniatkan dengan apa yang seharusnya terjadi; (2) Memberi solusi terhadap adanya pertentangan dalam memilih metode mengajar dengan tetap memfokuskan pilihan pada: (a) kebutuhan siswa, (b) besarnya kelas, (c) fasilitas yang tersedia, (d) perlengkapan yang dimiliki, (e) tujuan yang ingin dicapai, dan (f) pokok bahasan; (3) Mengatasi segi-segi keunikan guru yang mempengaruhi arah perilaku belajar siswa; (4) Mengoptimalisasikan interaksi pembelajaran dengan pencapaian tujuan. Interaksi ini merupakan perpaduan unit pedagogis. Rancangan gaya mengajar didasarkan dari adanya interaksi perilaku guru, perilaku siswa, dan tujuan; (5) Menggunakan perilaku guru sebagai ide pengatur, karena bagaimanapun juga guru adalah pengambil keputusan (Agus Kristiyanto, 1997). Setiap gaya mengajar memiliki anatomi tertentu yang
menggambarkan : (1) peran guru, (2) peran siswa, serta (3) identifikasi tujuan yang dapat dicapai jika gaya mengajar tersebut digunakan. Setiap gaya mengajar berisi keputusan-keputusan yang dibuat oleh guru dan juga oleh siswa di dalam episode belajar.
Modul PLPG Penjaskes Rayon 113 UNS Surakarta 8
E. SUSUNAN SPEKTRUM GAYA MENGAJAR DALAM PENJASORKES Spektrum gaya mengajar adalah suatu konsepsi teoritis, sekaligus suatu rancangan operasional mengenai alternatif atau kemungkinan dari suatu gaya mengajar. Spektrum tersebut menggambarkan adanya suatu pergeseran atau penyebaran peran guru dan siswa kaitannya dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Pada gaya mengajar yang paling minimal, peran siswa juga minimal, sebaliknya peran yang diberikan guru maksimal. Pada gaya mengajar yang berspektrum tinggi, peran siswa maksimal, sedangkan peran guru minimal. Ilustrasi spektrum adalah sebagai berikut :
A
Style
Gambar 3.1 : Spektrum gaya mengajar dan pergeseran peran guru-siswa (Mosston, 1991)
Spektrum gaya mengajar model Mosston tersusun menjadi dua kelompok gaya mengajar, yaitu : (1) gaya A E, dan (2) gaya F H. Kedua kelompok tersebut berbeda dalam perilaku guru, perilaku siswa, dan sasaran. Gaya A E berhubungan dengan penampilan kegiatan-kegiatan yang telah dikenal, sedangkan gaya F H lebih menekankan pada eksplorasi aktivitasaktivitas baru.
Termasuk dalam kelompok gaya mengajar A E adalah : (1) gaya A atau komando, (2) gaya B atau latihan, (3) gaya C atau resiprokal, atau self-check, dan (5) gaya E atau gaya cakupan/Inklusi. Termasuk dalam kelompok gaya mengajar F H adalah : (1) gaya F atau penemuan terpimpin, (2) gaya G atau divergen, dan (3) gaya H atau going beyond. F. ANATOMI GAYA MENGAJAR PENJASORKES Terjadinya spektrum berimplikasi antara gaya mengajar satu dengan yang lainnya berbeda secara anatomis. Guru dan siswa memiliki peran yang berbeda pada setiap episodenya tergantung pada gaya mengajar yang dipilih. Episode tersebut meliputi : pra pertemuan, saat pertemuan, dan pasca pertemuan. Berikut ini merupakan peta ringkasan pergeseran peran guru dan siswa untuk tiap-tiap episode berdasarkan gaya mengajar yang dipilih : (4) gaya D
S G G S
S G S G
S G
Komponen kunci tiap-tiap gaya mengajar dapat diuraikan sebagai berikut: a. Gaya A (Gaya Komando) : 1) 2) Semua keputusan diambil oleh guru pada setiap episode pembelajaran. Sasaran dan target tercapai dengan mengandalkan kepatuhan siswa, meliputi : keseragaman penampilan, pencocokan penampilan, dan menirukan contoh yang diberikan. 3) 4) Urutan kegiatan : peragaan, penjelasan, pelaksanaan, dan penilaian. Gaya ini akan menghasilkan tingkat kegiatan yang tinggi dan penguatan disiplin, karena pemberlakuan komando atau perintah yang memaksa.
b. Gaya B (Gaya Latihan) : 1) Pada episode saat pertemuan terjadi pergeseran peran guru ke siswa. Pergeseran ini mengakibatkan pengalihan tanggung jawab yang baru kepada siswa. 2) Peran guru : memberi kesempatan siswa untuk bekerja sendiri, umpan balik secara pribadi, memberi peran baru kepada siswa. 3) Urutan kegiatan : penyampaian tugas oleh guru melalui peragaan dan penjelasan; siswa membuat keputusan sambil menjalankan tugas; guru melakukan pengamatan dan memberi umpan balik. 4) Menggunakan lembaran tugas, atau kartu tugas yang sudah diputuskan guru pada episode pra pertemuan. c. Gaya C (Gaya Resiprokal) : 1) Tanggung jawab pemberian umpan balik bergeser dari guru (G) ke siswa pengamat (SP). pergeseran tersebut memungkinkan : peningkatan interaksi sosial antar teman sebanya, serta umpan balik langsung dari teman.
2)
Guru membuat keputusan pra pertemuan dalam bentuk lembaran kriteria yang akan digunakan oleh siswa pengamat (SP) lembaran kriteria meliputi : uraian tugas khusus, sketsa ilustrasi tugas, dan contoh perilaku verbal untuk dipakai sebagai umpan balik.
3)
Peranan siswa (S) sebagai pelaku sama dengan gaya latihan, peran siswa pengamat (SP) memberikan umpan balik kepada siswa pelaku (S); guru mengamati siswa (S) dan siswa pengamat (SP) namun hanya berkomunikasi dengan siswa pengamat (SP). d. Gaya D (Gaya Self-Check) :
1)
Keputusan pasca pertemuan bergeser dari peranan siswa pengamat (SP) ke siswa pelaku (S). artinya, siswa diberi peran untuk menilai penampilannya sendiri dengan kriteria yang telah ditetapkan guru.
2)
Siswa memberi penilaian sendiri pada pasca pertemuan terutama mengenai : penampilannya sendiri, belajar menerima keterbatasannya, dan belajar bersikap obyektif atas penampilannya. e. Gaya E (Gaya Cakupan/Inklusi) :
1)
Tugas yang diberikan kepada siswa berbeda-beda, karena pada hakikatnya tiap individu memiliki perbedaan kemampuan dalam melaksanakan tugas. Gaya ini memberikan kesempatan individu untuk memulai dari tingkat kemampuannya sendiri.
2)
Guru diharuskan merancang tugas dalam berbagai tingkat kesulitan yang disesuaikan dengan perbedaan individu. Rancangan tugas juga harus memungkinkan siswa bergerak dari tugas yang mudah ke tugas yang sulit. f. Gaya F (Gaya Konvergen) :
1)
Gaya penemuan terpimpin ini sudah memasuki spektrum yang memberi penekanan pada sasaran kognitif.
2)
Guru menyusun serangkaian pertanyaan yang jawabannya sudah ditentukan. Jawaban bersifat konvergen dengan satu kemungkinan jawaban benar.
Respon siswa mengarah pada penemuan terpimpin mengenai suatu konsep, prinsip, serta gagasan. g. Gaya G (Gaya Divergen) : Siswa diarahkan untuk mengembangkan alternatif pemecahan masalah secara individu. h. Gaya H (Gaya Going Beyond) : 1) Siswa merancang permasalahan pada pra pertemuan, sedangkan pada episode saat pertemuan siswa diarahkan untuk menemukan solusi dari masalah yang dirumuskan sendiri. 2) Siklus kegiatan mencakup : a) Pada episode pra pertemuan, siswa menyusun semua keputusan yang berupa rancangan permasalahan. b) Pada episode saat pertemuan, siswa berupaya menemukan solusi dan menampilkan gerakan dengan mengacu pada rancangan masalah yang sudah diputuskan sebelumnya. c) Pada episode pasca pertemuan, siswa melakukan evaluasi dengan memanfaatkan pengalaman dari gaya-gaya sebelumnya, yaitu gaya A sampai G. G. TUGAS TERSTRUKTUR Bentuklah kelompok kerja yang setiap kelompok terdiri dari 5 (lima) orang. Selanjutnya lakukan beberapa hal sebagai berikut untuk menghasilkan sebuah produk karya kelompok yang berguna untuk pengembangan tahap evaluasi. 1. Lakukan diskusi kelompok selama kira-kira 25 menit dengan dipandu oleh seorang yang dipilih dalam kelompok tersebut. 2. Tentukan topik khusus yang memfokus hal-hal yang terkait dengan pengembangan metode yang berprinsip joyful learning (Belajar yang menyenangkan)
3. Uraikan secara global tentang hasil diskusi kelompok yang mengarah pada pengembangan metode yang berprinsip PAIKEM sebagaimana model-model Mosston. 4. Pilihlah dan lakukan bagaiman suatu gaya mengajar dapat diterpkan dengan memperhatikan karakteristik pokok bahasan dan perkembangan siswa. 5. Laporkan hasil akhir pengembangan metode pembelajran penjasorkes PAIKEM untuk kemudian dapat dipresentasikan dalam kegiatan workshop pleno bersama kelompok-kelompok yang lain.
A. PENGANTAR. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah. Karena posisinya yang berada ditengah, maka dapat dipakai sebagai pengantar atau penghubung, yaitu yang mengantarkan atau menghubungkan, atau menyalurkan sesuatu dari satu sisi ke sisi lainnya, atau dari satu tempat ketempat lainnya, atau juga dari orang satu ke orang lainnya. Dan kata media ini juga merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti perantara atau pengantar. Media dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Briggs (1970) berpendapat, bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan, serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah contoh-contohnya. Oleh Association of Education and Communication Technology (AECT), media didefinisikan sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Sedangkan Atwi Suparman (1997) mengatakan, bahwa media merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Menurut Arif S. Sadiman (1990), media terdiri dari perangkat lunak (software), yang merupakan media pertama atau lambang/simbol yang berisi pesan atau informasi yang biasanya disajikan dengan menggunakan media kedua. Media kedua yang merupakan perangkat keras (hardware) yakni sarana yang dapat menampilkan pesan yang terkandung pada media tersebut. Makna media secara luas dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat, serta perhatian seseorang (peserta didik) sedemikian rupa, sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung. Media pembelajaran dapat diartikan pula sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana, sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang
kondusif, dimana peserta didik dapat menafsirkan pesan secara baik, dan proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Dengan demikian tujuan utama dari pemanfaatan media pembelajaran adalah untuk mengefektifkan dan mengefisienkan proses belajar mengajar itu sendiri. Menurut Brown, seperti dikutip Sudrajat (2007), mengungkapkan bahwa
media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Efektivitas ini merupakan aspek penting dalam berbagai bentuk kegiatan, karena efektivitas merupakan cerminan dari tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasaran yang ingin dicapai. Seperti pendapat Prokovenko (1987) seperti dikutip Rivai yang mengatakan, bahwa efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai sasaran atau tingkatan terhadap mana tujuan-tujuan dicapai atau tingkat pencapaian tujuan. Efektivitas belajar ini ditandai dengan tercapainya aspek-aspek, yang meliputi: 1).peningkatan pengetahuan, 2). Peningkatan keterampilan, 3). Perubahan sikap dan perilaku, 4). Peningkatan kemampuan beradaptasi, 5). Peningkatan berpartisipasi. Dari pengertian diatas dapat dijabarkan ciri-ciri/karakteristik umum media, yaitu kemampuannya merekam, menyimpan, memindahkan,
merekonstruksi, dan mentransportasikan peristiwa atau obyek, dengan memakai bahasa baik verbal maupun non verbal, dan dapat menimbulkan interaksi aktif dalam proses komunikasi, serta dapat menimbulkan efek terjadinya perubahan tingkah laku. B. MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PROSES BELAJAR
MENGAJAR. Peranan atau fungsi media didalam proses belajar mengajar sangat besar, dapat menjelaskan hal-hal yang abstark maupun yang tersembunyi. Ketidakjelasan dan kerumitan bahan ajar akan menjadi lebih mudah tersampaikan dengan bantuan media pembelajaran sebagai perantaranya. Bahkan dalam situasi tertentu, penggunaan media dapat membantu
kekurangan kemampuan guru dalam mengkomunikasikan materi yang disampaikannya kepada peserta didik. Namun peranan atau fungsi media pembelajaran tidak akan terlihat apabila penggunaannya tidak sejalan dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan/dirumuskan sebelumnya. Dan oleh karena itu, maka tujuan pembelajaran harus dijadikan sebagai dasar dalam pemilihan dan penggunaan media pembelajaran. Namun perlu diingat bahwa, seberapa baiknya media pembelajaran yang dipakai dan seberapa besar peran atau fungsi media dalam proses pembelajaran, tidak akan pernah dapat menggeser atau menggantikan peran guru, karena media pembelajaran hanya merupakan alat bantu yang memfasilitasi guru dalam penyampaian pesan yang terkandung dalam bahan ajar. Peran guru dalam penyampaian bahan ajar tetap memegang peran utama, sedangkan media pembelajaran ini hanya merupakan peran bantu, yang lebih memudahkan guru dalam menyampaikan seluruh isi materi dari bahan ajar yang didalamnya terkandung rumusan-rumusan tujuan pembelajaran dari setiap materi ajar. Pada dasarnya fungsi utama dari media pembelajaran adalah sebagai sumber belajar bagi peserta didik. Media sebagai bahan konkret berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari para peserta didik, baik secara individual maupun kelompok. Kekonkretan sifat media pembelajaran akan banyak membantu tugas guru dalam kegiatan belajar mengajar. Media pembelajaran digunakan oleh guru untuk memperjelas keterangan terhadap suatu bahan ajar yang guru sampaikan. Lebih detail fungsi penggunaan media dalam proses pembelajaran, menurut Pupuh Fathurrohman (2009) diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Menarik perhatian siswa, 2. Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran, 3. Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan), 4. Mengatasi keterbatasan ruang, 5. Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif,
6. Waktu pembelajaran lebih bisa dikondisikan, 7. Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar, 8. Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu/menimbulkan gairah belajar 9. Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam, serta 10.Meningkatkan pembelajaran. C. KLASIFIKASI DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN 1. Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran. Media sebagai sumber belajar merupakan komponen dari sistem pembelajaran, disamping pesan, personil, teknik/metode, dan peralatan. Pengertian media sendiri masih seringkali ditafsirkan sebagai murni peralatan. Media atau bahan sendiri seperti telah diuaraikan pada bab sebelumnya bisa berupa perangkat lunak (software), yang beriri pesan atau informasi pembelajaran yang biasanya disajikan dengan mempergunakan bantuan peralatan, dan bisa berupa peralatan atau perangkat keras (hardware), yang merupakan sarana untuk dapat menyampaikan pesan yang terkandung pada media tersebut. Dari sini upaya pengelompokkan atau klasifikasi berdasarkan kesamaan ciri-ciri atau karakteristiknya. a. Jenis-jenis media pembelajaran. Dilihat dari jenisnya, media pembelajaran dikelompokkan menjadi: 1). Media auditif, adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara, seperti: radio, cassette recorder, piringan hitam.,dan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan
sebagainya. 2). Media visual, adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar atau simbol yang tidak bergerak, seperti: film strip (film rangkai), foto, gambar, atau lukisan, cetakan. Dan ada juga media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak, seperti: film bisu, film kartun.
3). Media audio visual, adalah media yang mempunyai unsur suara dan sekaligus unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena ada penggabungan sifat dari kedua media auditif dan media visual. Media audio visual ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a). Media audio visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam, seperti: film bingkai suara (sound slide) dan film rangkai suara. b). Media audio visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dalam gambar yang bergerak, seperti: film suara
dan video cassette. Media audio visual ini, baik yang diam maupun bergerak masih dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok: b. Karakteristik media pembelajaran. 1). Media audio. Mendengarkan merupakan suatu proses yang melibatkan empat unsur penting, yaitu: a). mendengar, b). memperhatikan, c).
memahami, d). mengingat. Setiap saat pendengaran kita secara terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori yang sangat banyak. Pendengaran kita mampu menangkap apa yang kita dengar jauh lebih cepat daripada kemampuan pembicara melisankan pikirannya. Sehingga pada saat seorang guru menyampaikan bahan ajarnya dengan menggunakan metode ceramah dipandang monoton dan membosankan bagi para siswanya, yang berdampak pada kurangnya perhatian, melamun, dan mengantuk. Karakteristik utama dari media audio adalah pesan yang disalurkan melalui audio dituangkan dalam lambang-lambang auditif, baik verbal yang berupa kata-kata atau bahasa lisan, maupun non verbal, yang berupa bunyi-bunyian dan vokalisasi, seperti: gerutuan, musik, dsb.
2). Media visual. Media visual merupakan media yang melibatkan indera penglihatan. Pesan yang tersampaikan dalam media ini meliputi; pesan verbal yang berupa kata-kata dalam bentuk tulisan, dan pesan non verbal yang berupa simbol-simbol. Menurut Arsyad (1997), bahwa unsur-unsur yang terdapat pada media visual terdiri atas; garis, bentuk, warna, dan tekstur.
3). Media audio visual. Media audio visual merupakan media gabungan antara media audio yang menekankan pemakaian indera pendengaran, dan media visual yang menekankan pemakaian indera penglihatan. Media audio visual merupakan alat komunikasi yang sangat efektif dalam membantu proses pembelajaran. Apa yang terdengar oleh telinga dan terpandang oleh mata akan dapat lebih cepat dan lebih mudah diingat daripada hanya mendengar saja atau melihat saja.
4). Multimedia. Multimedia pembelajaran merupakan media yang mampu melibatkan banyak indera dan organ tubuh selama proses
pembelajaran berlangsung. Dengan pelibatan telinga (audio), mata (visual), dan tangan (kinetik) memungkinkan mudah dimengertinya informasi atau pesan yang disampaikan.
2. Media Pembelajaran Jadi dan Rancangan. Ditinjau dari kesiapan penggunaannya, media pembelajaran
dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu media asli atau jadi (media by utilization) dan media tiruan atau buatan/rancangan (media by design). Dikatakan sebagai media jadi karena media ini sudah siap pakai dan sudah tersedia dipasaran. Kelebihan media jadi ini yaitu; (1). hemat dalam waktu dan tenaga dalam pengadaannya, (2). konsepkonsep materi ajar dapat disajikan dengan lebih jelas, (3). Lebih dapat
memotivasi minat peserta didik untuk terlibat dalam pembelajaran, (4). Dapat diakui keandalan dan kesahihannya. Disamping memiliki kelebihan, media jadi ini juga memiliki kekurangan yaitu (1). Biasanya mahal harganya, (2). Tidak dapat untuk membedakan perbedaan karakteristik dan kemampuan peserta didik. Dikatakan sebagai media rancangan karena media ini perlu dirancang dan dibuat secara khusus untuk keperluan pembelajaran tertentu . Kelebihan dari jenis media ini yaitu; (1). Dapat dipakai untuk membedakan perbedaan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan, serta kemampuan peserta didik, (2). Model, ukuran, warna dapat dibuat lebih beraneka ragam, sehingga dapat lebih menarik perhatian peserta didik untuk mencobanya, (3). lebih murah biaya pembuatannya,
sehingga dapat dibuat lebih banyak untuk memenuhi proporsi antara media yang akan digunakan dan jumlah peserta didik yang akan mempergunakan media tersebut. Disamping kelebihannya, media jenis ini juga memiliki kelemahan, yaitu; (1). Memeras banyak tenaga dan waktu dalam pengadaannya, (2). Untuk mendapatkan keandalan dan kesahihannya diperlukan serangkaian kegiatan validasi prototipnya, sehingga memerlukan uji coba berulangkali. Sebaiknya kedua jenis media, baik media jadi maupun media rancangan ini dipergunakan secara bergantian yang saling melengkapi satu sama lain. Pemakaian kedua jenis media ini secara bergantian akan dapat lebih memudahkan dalam menyampaikan atau menjelaskan suatu materi atau bahan ajar secara lebih lengkap. Disamping itu, kesempatan untuk mencoba media dari setiap peserta didik menjadi lebih banyak. Maka sekolah dan guru harus menyediakan kedua jenis media ini dalam jumlah yang mencukupi dan proporsional dengan jumlah peserta didik pemakainya. D. MEDIA PEMBELAJARAN PENJASORKES 1. Media Pembelajaran Penjasorkes Baku atau Standar. Sarana pembelajaran baku atau standar beragam pula macam dan ukurannya. Bola sepak dengan berbagai merek dagang (seperti: Mikasa, Molten, dsb.), dengan bahan synthethic leather, polyurethane leather, dsb,
dan dengan ukuran juga ada beberapa. Demikian juga untuk bola basket, jga ada mikasa, molten, dsb., dengan bahan composite leather, top grain leather, rubber compound, synthethic leather, polyutherane leather, dsb. Demikian pula untuk bola voli dan bola tangan, juga terdapat beragam merek dagang, bahan, dan variasi warna serta coraknya ada yang sangat kontras sehingga menarik untuk dipakai. Harga pasaran dari sarana-sarana pembelajaran penjasorkes yang baku atau standar ini memang cukup mahal, sehingga pengadaan oleh sekolah tidak bisa menjangkau tuntutan proporsional antara sarana yang dipakai pembelajaran dan peserta didik pemakai sarana pembelajaran penjasorkes. Kendala seperti ini seringkali menjadikan guru menjadi enggan mengajarkan beberapa materi ajar seperti dituntut dalam kurikulum penjasorkes. Gambar sarana baku atau standar untuk pembelajaran penjasorkes dapat dilihat pada gambar berikut:
Memanfaatkan benda sebenarya ataupun peralatan nyata dalam proses pembelajaran terutama apabila sedang mendemonstrasikan sesuatu atau praktik lapangan
01 Maret 2010
THE END
KEMBA LI
Sebagian besar sekolah belum memiliki sarana dan prasarana untuk melakukan kegiatan pembelajaran penjasorkes yang memadai, baik kuantitas maupun kualitasnya. Sarana, prasarana, dan media pembelajaran penjasorkes ini merupakan salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya kegiatan proses belajar mengajar penjasorkes. Minimnya sarana, prasarana, dan media pembelajaran penjasorkes yang dimiliki oleh sekolah, menuntut guru penjasorkes di sekolah yang bersangkutan untuk kreatif dalam merancang peralatan, perlengkapan, dan media pembelajaran penjasorkes yang sesuai dengan kondisi peserta didik dan sekolahnya. Guru yang kreatif memiliki kemampuan dan keterampilan dalam merancang atau menciptakan sarana dan media pembelajaran
penjasorkes yang baru samasekali, atau memodifikasi sarana dan media yang sudah ada tetapi disajikan dengan cara yang lebih menarik, sehingga ketika itu diterapkan dalam proses pembelajaran dapat menjadikan peserta didik lebih aktif berpartisipasi secara senang dan puas setelah mengikuti proses pembelajaran. Dengan modifikasi , baik sarana, prasarana, maupun media pembelajaran penjasorkes tidak akan mengurangi aktivitas peserta didik dalam melakukan pembelajaran penjasorkes. Malahan sebaliknya, peserta didik merasa di fasilitasi untuk dapat lebih banyak bergerak dan mencoba berbagai modifikasi yang di rancang guru, sehingga peserta didik akan riang gembira tanpa paksaan mengikuti pembelajaran penjasorkes sekalipun itu atletik yang selama ini kurang disukai dan diminati oleh sebagian besar peserta didik. Penjasorkes merupakan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas fisik sebagai media utama untuk mencapai tujuan. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, guru penjasorkes harus dapat merancang dan
melaksanakan pembelajaran penjasorkes sesuai dengan karakteristik peserta didik, yang artinya harus sesuai dengan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan dari peserta didik itu sendiri.Memodifikasi sarana pembelajaran penjasorkes merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru penjasorkes agar semua peserta didik, baik yang
berbakat atau tidak, yang suka atau tidak terhadap materi ajar tertentu dapat mengikuti proses pembelajaran penjasorkes dengan penuh antusias dan senang. Menurut Lutan (1988), tujuan melakukan modifikasi dalam pelajaran penjasorkes adalah sebagai berikut: a. Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran, b. Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi, c. Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar. Pendekatan modifikasi ini dimaksudkan agar semua materi ajar yang tersaji dalam kurikulum yang ada dapat dilaksanakan sesuai dengan tahaptahap pertumbuhan dan perkembangan, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor peserta didik, sehingga proses pembelajaran penjasorkes dapat dilaksanakan secara lebih intensif. Modifikasi dalam pembelajaran penjasorkes, khususnya yang
berkaitan dengan sarana dan prasarana perlu dilakukan oleh guru dan sekolah. Hal ini didasarkan pada kenyataan, bahwa: a. Adanya keterbatasan sarana dan prasarana penjasorkes yang baku atau standar yang dimiliki oleh sekolah-sekolah, yang menjadi kendala serius dalam pelaksa naan pembelajara penjasorkes, untuk dapat melaksanakan semua materi ajar yang telah tersaji dalam kurikulum penjasorkes pada semua jenjang sekolah. b. Modifikasi digunakan sebagai salah satu alternatif pendekatan pembelajaran pertimbangan. Menurut Aussie (1996) pentingnya modifikasi pembelajaran penjasorkes didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: a. Anak-anak belum memiliki kematangan fisik dan emosional seperti orang dewasa, b. Berolahraga dengan peralatan dan peraturan yang dimodifikasi akan mengurangi terjadinya cedera pada anak, penjasorkes, yang dilakukan dengan berbagai
c. Olahraga
yang
dimodifikasi
akan
mampu
mengembangkan
keterampilananak lebih cepat dibandingkan dengan peralatan yang standar untuk orang dewasa, d. Olahraga yang dimodifikasi menumbuhkan kegembiraan dan kesenangan pada anak-anak dalam situasi kompetitif.
Dengan demikian dapat disimpilkan, bahwa pendekatan modifikasi dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam pembelajaran penjasorkes, mengingat pendekatan ini mempertimbangkan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan , serta karakteristik peserta didik, sehingga
berimplikasi pada meningkatnya motivasi keikutsertaan peserta didik dalam mengikuti pelajaran penjasorkes yang didasari kesenangan dan kegembiraan. Dengan melakukan modifikasi pembelajran penjasorkes, termasuk didalamnya modifikasi sarana pembelajarannya, akan memudahkan guru dalam menyajikan atau menyampaikan seluruh materi ajar, yang dirasa sulit bagi peserta didik menjadi lebih mudah untuk dilakukan, dan pelaksanaan pembelajaran dapat lebih disederhanakan tanpa harus mengurangi makna dari materi yang guru ajarkan kepada para peserta didiknya. Peserta didik akan lebih banyak bergerak, dan tiodak banyak menunggu giliran melakukan aktivitas selama proses pembelajaran penjasorkes berlangsung.
3. Komponen-komponen Pembelajaran Penjasorkes yang Dimodifikasi. Secara operasional, Ateng (1992) mengemukakan hal-hal yang dapat dimodifikasi dalam permainan, sebagai berikut: a. Kurangi jumlah pemain dalam setiap regunya, b. Ukuran lapangan diperkecil, c. Waktu bermain diperpendek. d. Sesuaikan tingkat kesulitan dengan karakteristik siswa, e. Sederhanakan alat yang digunakan,
f. Ubahlah peraturan menjadi lebih sederhana sesuai dengan kebutuhan, agar permainan dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan menurut Aussie (1996), komponen-komponen penting dalam pembelajaran penjasorkes yang dapat dimodifikasi, meliputi: a. Ukuran, berat, atau bentuk peralatan yang dipergunakan, b. Lapangan permainan yang digunakan, c. Waktu bermain atau lamanya permainan, d. Peraturan-peraturan permainannya, e. Jumlah pemainnya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa sarana dan prasarana sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran penjasorkes. Dengan adanya modifikasi sarana pembelajaran penjasorkes paling tidak dapat mengatasi problem kekurangan sarana baku atau standar, sehingga proporsi antara sarana yang digunakan dengan jumlah peserta didik yang mengikuti memenuhi syarat. Sarana pembelajaran penjasorkes yang memenuhi syarat untuk cabang olahraga tertentu belum tentu memenuhi syarat untuk digunakan pada cabang olahraga lainnya. Namun modifikasi sarana yang sudah ada atau menciptakan yang baru merupakan salah satu alternatif yang dapat dikembangkan guru sebagai upaya untuk menyesuaikan dengan aktivitas pembelajaran penjasorkes menjadi
4. Modifikasi Sarana Pembelajaran Penjasorkes. Sarana pembelajaran penjasorkes tidak terbatas ragamnya, namun demikian yang terpenting adalah mengupayakan agar modifikasinya disesuaikan dengan kemampuan peserta didik yang akan belajar. a. Modifikasi sarana pembelajaran atletik. 1). Modifikasi gawang. Salah satu sarana pembelajarn yang sering dimodifikasi dalam atletik adalah gawang. Modifikasi gawang untuk pembelajaran lari gawang dapat dilakukan dengan beragam cara, misalnya dibuat dari kayu
atau bamboo dengan panjang antara 80 100 cm dan ketinggiannya dapat diubah-ubah dari mulai 15 cm sampai 80 cm.
Gerak dasar lari gawang bisa juga dilakukan dengan menata kotakkotak kardus bekas sedemikian rupa, baik jarak maupun ketinggian tumpukan kardus seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.3 . Modifikasi untuk Belajar Lari Gawang atau Lompat Jauh
2). Modifikasi lompat jauh dan jangkit. Gerak dominan dalam lompat jauh dan jangkit dapat dilakukan dengan menggunakan kardus yang ditata sedemikian rupa, baik jarak, formasi, lebar, maupun ketinggiannya, seperti gambar diatas dan gambar dibawah ini.
3). Modifikasi tiang dan mistar lompatan. Apabila tiang dan bilah lompat yang digunakan untuk belajar lompat tinggi tidak ada, guru dapat memodifikasinya dengan menggunakan bilah bambu atau kayu bekas. Tiang diberi penyangga agar tidak jatuh dan diberi paku atau pasak pada setiap ketinggian tertentu, missal setiap 5 cm. untuk penempatan mistar. Mistar dari bilah bambu juga bisa diletakkan diatas kardus atau susunan kardus, seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
4). Modifikasi lompat galah. Mengayun, menggantung, dan melompat-lompat merupakan macam gerak yang sangat disenangi peserta didik, khususnya usia sekolah dasar. Gerak menggantung dan mengayun yang juga merupakan
gerak dominan dalam lompat galah dapat dilakukan pada seutas tambang yang digantungkan pada cabang pohon atau pada palang kayu di ruangan, dan juga dapat dilakukan dengan melompati parit dengan menggunakan tongkat pramuka atau tongkat bamboo, seperti dapat dilihat pada gambar berikut:
5). Modifikasi gerak melempar. Banyak alat yang bisa digunakan untuk melakukan belajar gerak melempar, seperti: bola kasti, bola tennis berekor, bola karet, bola plastik, simpai, ban bekas, dan sebagainya. Pada gambar dibawah ini diperlihatkan model pembelajaran gerak dominan lempar cakram dengan ban sepeda bekas, dan pembelajaran gerak dominant lempar lembing memakai bola tennis berekor.
b. Modifikasi sarana pembelajaran senam. 1). Modifikasi matras atau kasur busa. Salah satu sarana pembelajaran yang mudah dimodifikasi dalam pembelajaran senam adalah matras atau kasur busa. Modifikasi matras atau busa untuk pembelajaran senam dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya; dibuat dari karung goni yang berisikan jerami, serabut kelapa, rumput kering, kain perca, dan sebagainya. Ukurannya dapat disesuaikan dengan standar minimal, misalnya 1 x 2 m dengan tinggi 10 15 cm. 2). Modifikasi bangku swedia. Bangku swedia akan sangat diperlukan untguk belajar keseimbangan. Jika sarana bangku swedia standar tidak tersedia atau tidak memiliki, maka guru dapat memodifikasinya dengan menggunakan kayu atau papan. Ukurannya disesuaikan dengan ukuran kayu atau papan yang tersedia, misalnya; panjang antara 3 4 m, dengan tebal 3 3 cm, dan tinggi 10 15 cm.
Modul PLPG Penjaskes Rayon 113 UNS Surakarta 30
c. Modifikasi sarana pembelajaran permainan. Banyak sarana pembelajaran permainan yang dapat dimodifikasi, agar pembelajaran permainan dapat dilaksanakan sesuai dengan tuntutan kurikulum meskipun sarana baku yang dimiliki sekolah sangat terbatas jumlahnya. Salah satu sarana pembelajaran permainan yang harus dimodifikasi adalah bola, mengingat jumlah bola yang baik proporsinya adalah 1/2 dari jumlah peserta didik yang mengikuti pembelajaran. Misalnya dalam pembelajaran bola voli, bola dapat dibuat dari balon untuk anak SD, bola karet, bola plastik, dan sebagainya. Untuk sarana pembelajaran permainan lainnya, seperti sepak bola, bola tangan, dan permainan kecil, bola dapat dibuat dari koran yang yang dikemas sedemikian rupa sehingga berbentuk bulat dan dimasukkan plastik lalu ditali. Bisa juga dibuat dari kain-kain perca yang dibuat dengan cara seperti dari kertas. Selain itu seperti halnya pada pembelajaran bola voli, bisa memakai bola plastic, bola karet, dan sebagainya. Model modifikasinya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
d. Modifikasi sarana pembelajaran olahraga pilihan. 1). Modifikasi alat pemukul. Untuk pembelajaran bulutangkis dan tennis , serta tenis meja, peserta didik dapat menggunakan raket atau bed yang dibuat dari kayu, triplek, atau bahan lain yang bisa digunakan untuk memukul. Bentuk
dan ukuran bed atau raket tersebut dapat bervariasi sesuai dengan bahan yang ada dan tersedia di sekolah. Perhatikan contoh modifikasi8nya seperti gambar berikut:
2). Modifikasi objek pukulan. Salah satu cirri khas olahraga permainan yang menggunakan alat pemukul adalah selalu adanya objek yang dipukul. Beberapa objekyang dipukul meliputi; shuttle cock (bola bulu), bola pingpong, bola tennis, dan bola kasti. Apabila objek yang dipukul tidak tersedia cukup disekolah, guru dapat memodifikasinya dengan cara menggunakan objek lain sebagai penggantinya, misalnya dengan menggunakan bola yang dibuat dari plastik, karet, kertas koran, kain bekas, atau serabut kelapa. Contoh objek pukulan dapat dilihat seperti gambar berikut:
e. Modifikasi sarana pembelajaran lainnya. Selain sarana pembelajaran yang telah diuraikan diatas, untuk menunjang pengembangan kemampuan gerak dan meningkatkan partisipasi gerak peserta didik, guru memerlukan sarana tambahan yang mudah diperoleh dilingkungan sekitar sekolah, yang meliputi: 1). Ban motor atau mobil bekas. Ban motor atau mobil bekas dapat digunakan untuk belajar lompat dan loncat, bisa untuk area jengket-jengket atau pendaratan, dan bisa juga untuk pembatas lengkung lari/ lari zigzag. Perhatikan gambar dibawah ini:
ZIG-ZAG
02 Maret 2010
CONT. LAIN
Apabila pemanfaatan ban bekas atau simpai di tunjang dengan pemanfaatan bilah bambu, maka bisa digunakan untuk membuat model pembelajaran yang sangat banyak dengan unsur kemenarikan
yang luar biasa bagi peserta didik. Gambar perpaduan diantara keduanya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Bilah & ban bekas unt jalan, lari, lompat, loncat
02 Maret 2010
Cont. lain
2). Kardus bekas. Kardus-kardus bekas, dengan berbagai bentuk dan ukuran, baik itu kardus supermi, kardus aqua, kardus gelas, kardus susu, kardus televisi, dan sebagainya masing-masing memiliki tiga bentuk ketinggian yang dapat dipakai untuk meningkatkan rangsangan ketinggian maupun rangsangan jarak pada saat peserta didik belajar lompat dan loncat. Kardus-kardus bekas ini sangat baik digunakan untuk pembelajaran lompat jauh dan lompat tinggi, apalagi jika dipadukan dengan pemanfaatan bilah bambu. Gambar pemanfaatan perpaduan keduanya dapat vdilihat seperti gambar berikut ini:
02 Maret 2010
THE END
KEMBA LI
3). Kaleng susu bekas. Kaleng susu bekas dapat dimanfaatkan untuk belajar atau latihan keseimbangan. Bentuk latihan keseimbangan dengan menggunakan kaleng susu ini sangat bervariasi, misalnya dijadikan alas pijakan permainan eggrang atau dijadikan balok titian
E. TUGAS TERSTRUKTUR
Bentuklah kelompok kerja yang setiap kelompok terdiri dari 5 (lima) orang. Selanjutnya lakukan beberapa hal sebagai berikut untuk menghasilkan sebuah produk karya kelompok yang berguna untuk pengembangan tahap evaluasi. 1. Lakukan diskusi kelompok selama kira-kira 25 menit dengan dipandu oleh seorang yang dipilih dalam kelompok tersebut. 2. Tentukan topik khusus yang memfokus hal-hal yang terkait dengan media pembelajaran penjasorkes. 3. Uraikan secara global tentang hasil diskusi kelompok yang mengarah pada modifikasi dan pengembangan media pembelajaran penjasorkes untuk pokok bahasan tertentu. 4. Pilihlah dan lakukan prosedur modifikasi media pembelajaran
penjasorkes 5. Laporkan hasil akhir pengembangan media pembelajaran penjasorkes tersebut untuk kemudian dapat dipresentasikan dalam kegiatan workshop pleno bersama kelompok-kelompok yang lain.
secara perorangan maupun kelompok untuk mengetahui kemajuan, kekurangan atau kelemahan dari proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Bagaimana seorang guru dapat mengetahui kekurangan selama proses pengajaran? Apakah proses yang telah dilakukan telah dipahami oleh siswa? Sejauh mana siswa telah memiliki penguasaan keterampilan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan? Bagaimana kemungkinan untuk mengatasinya? Untuk mengetahui hal tersebut diperlukan pencatatan dan evaluasi dalam pengajaran secara teliti terhadap hasil pencapaian siswa. A. Pengertian Evaluasi Dalam Pengajaran. Apakah evaluasi itu? Untuk memberikan jawaban tentang makna evaluasi, ada beberapa pendapat para ahli mengenai konsep evaluasi ini. Evaluasi berasal dari kata evaluation. Pengertian evaluation, berdasarkan kamus Inggris Indonesia, yang disusun oleh Echols dan Shadily (1981), yaitu : evaluasi, penilaian, penaksiran. Johnson dan Nelson (1969), mengemukakan bahwa evaluasi memiliki ruang lingkup yang lebih luas daripada pengukuran. Evaluasi dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari proses pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses untuk memperoleh data secara objektif dari suatu objek sebagaimana adanya. Dalam pemahaman yang lebih luas, evaluasi diartikan sebagai assesmen yang artinya suatu proses merencanakan, mengumpulkan, menginterpretasikan, dan mensintesiskan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif alternatif keputusan. Sesuai dengan pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi merupakan proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data, berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat suatu
etiap guru pada dasarnya mempunyai kewajiban dan keharusan mengadakan evaluasi hasil belajar sebagai informasi yang disampaikan kepada lembaga, masyarakat dan atau siswanya, baik
keputusan. Sudah barang tentu informasi atau data yang dikumpulkan itu haruslah data yang sesuai dan mendukung tujuan evaluasi yang direncanakan. Hubungan dengan kegiatan pengajaran. Norman E. Gronlund (1976) merumuskan pengertian evaluasi sebagai suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa, sedangkan Wrightstone dan kawan-kawan (1986) mengemukakan rumusan evaluasi pendidikan merupakan suatu penafsiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum. pendapat di atas, sedikitnya ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan evaluasi, khususnya evaluasi pengajaran, yaitu : a. Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sistematik. Ini berarti bahwa evaluasi (dalam pengajaran) merupakan kegiatan yang terencana dan dilakukan secara berkesinambungan. Evaluasi bukan hanya merupakan kegiatan akhir atau penutup dari suatu program tertentu, melainkan merupakan kegiatan yang dilakukan pada permulaan, selama program berlangsung dan pada akhir program setelah program itu dianggap selesai. Yang dimaksud dengan program di sini adalah satuan pelajaran yang akan dilaksanakan dalam satu pertemuan atau lebih, program semester, dan juga program pendidikan yang dirancang untuk satu tahun ajaran (seperti D I), empat tahun ajaran (seperti S1), atau enam tahun ajaran (seperti SD), dan sebagainya. b. Di dalam kegiatan evaluasi diperlukan berbagai informasi atau data yang menyangkut objek yang sedang dievaluasi. Dalam kegiatan pengajaran, data yang dimaksud mingkin berupa perilaku atau penampilan siswa selama mengikuti pelajaran, hasil ulangan atau tugas-tugas pekerjaan rumah, nilai ujian midsemester, nilai ujian akhir semester, dan sebagainya. Berdasarkan data itulah selanjutnya diambil suatu keputusan sesuai dengan maksud dan tujuan evaluasi yang sedang dilaksanakan. Perlu dikemukakan
di sini bahwa ketetapan keputusan hasil evaluasi sangat tergantung kepada kesahihan dan objektivitas data yang digunakan dalam pengambilan keputusan. c. Setiap kegiatan evaluasi khususnya evaluasi pengajaran tidak dapat dilepaskan dari tujuan-tujuan pengajaran yang hendak dicapai. Tanpa menentukan atau merumuskan tujuan-tujuan terlebih dulu, tidak mungkin menilai sejauh mana pencapaian hasil belajar siswa. Hal ini adalah karena setiap kegiatan penilaian memerlukan suatu kriteria tertentu sebagai acuan dalam menentukan batas ketercapaian objek yang dinilai. Adapun tujuan pengajaran merupakan kriteria pokok dalam penilaian. Hubungannya dengan keseluruhan proses belajar-mengajar, tujuan pengajaran, materi pelajaran dan proses belajar-mengajar serta prosedur evaluasi saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain. Tujuan pengajaran dapat digambarkan sebagai berikut: Materi Pelajaran
Tujuan
PBM
Aktivitas Belajar
Evaluasi
Bahan atau materi pengajaran apa yang akan diajarkan dan metode apa yang akan digunakan sangat bergantung pada tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Demikian pula bagaimana prosedur evaluasi harus di lakukan serta bentuk-bentuk tes atau alat evaluasi mana yang akan dipakai untuk menilai hasil pengajaran tersebut harus dikaitkan dan mengacu kepada bahan dan metode mengajar yang digunakan dan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Penyusunan program satuan pelajaran, program semester, ketiga komponen tersebut tidak dapat diabaikan bahkan harus selalu digunakan sebagai acuan.
B. Hubungan Antara Pengajaran dan Evaluasi Peran sekolah dan guru adalah menyediakan dan memberikan fasilitas untuk memudahkan, melancarkan, membangkitkan, meningkatkan
kemampuan belajarnya. Namun, kadang-kadang guru merasa bahwa evaluasi itu merupakan sesuatu yang bertentangan dengan pengajaran. Hal ini timbul karena sering kali terlihat adanya kegiatan evaluasi justru merisaukan dan menurunkan motivasi belajar pada siswa. Sehingga terkesan bahwa kegiatan evaluasi bertentangan dengan kegiatan pengajaran. Pendapat yang demikian itu pada hakikatnya tidak benar. Evaluasi yang dilakukan dengan baik seharusnya dapat meningkatkan mutu dan hasil belajar karena kegiatan evaluasi itu membantu guru untuk memperbaiki cara mengajar dan membantu siswa dalam meningkatkan cara belajarnya. Bahkan dapat dikatakan bahwa evaluasi tidak dapat dilepsakan dari pengajaran. Mehrens dan Lehmann (1978) mengutip suatu ungkapan yang berbunyi to teach without testing is unthinkable (mengajar tanpa melakukan tes tidak masuk akal). Ungkapan ini menunjukkan kaitan antara pengajaran dan evaluasi. Demikian pula, Parnel, (1980) mengemukakan sebagai berikut : Pengukuran adalah langkah awal dari pengajaran. Tanpa pengukuran, tidak dapat terjadi penilaian. Tanpa penilaian, tidak akan terjadi umpan balik. Tanpa umpan balik, tidak akan diperoleh hasil, tidak dapat terjadi pertentangan hasil. Tanpa pengetahuan tentang hasil, tidak dapat terjadi perbaikan yang sistematis dalam belajar.
Kutipan di atas makin jelas menunjukkan bahwa evaluasi merupakan suatu komponen yang sangat erat berkaitan dengan komponen lain di dalam pengajaran. Evaluasi haruslah membantu pengajaran dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dibawah ini dijelaskan bagaimana hubungan antara pengajaran dan evaluasi sebagai berikut:
Evaluasi jika 1. Evaluasi itu efektif jika dapat membuktikan sampai di mana perubahan itu terjadi di dalam diri siswa.
mengarah kepada perubahan yang diinginkan di dalam diri siswa. 2. Pola-pola tingkah laku baru akan
dipelajari siswa dengan baik jika 2. Evaluasi sangat berguna (kondusif) ketidakcocokan perilaku yang bagi belajar jika ia mendorong dan membangkitkan mengevaluasi evalution). siswa diri untuk (self
sekarang dimengerti yang baru menjadi jelas karenanya. 3. Pola-pola tingkah laku baru dapat lebih efektif dikembang-kan
3. Evaluasi itu berguna (kondusif) bagi pengajaran yang baik jika ia mengemukakan tipe-tipe pokok dari tingkah laku yang tidak sesuai dan sebab-sebab yang
tingkah laku yang ada pada individu alasannya. 4. Belajar ditimbulkan oleh masalahmasalah dan ke-giatankegiatan yang menuntut siswa dan alasan-
mendukungnya.
4. Evaluasi
sangat
bermakna
di
dalam belajar jika ia memungkinkan dan mendorong latihan atas inisiatif individu.
masing. 5. Kegiatan-kegiatan yang memberi dasar bagi mengajar dan belajar tingkah laku tertentu juga
kegiatan yang sangat cocok bagi 5. Kegiatan-kegiatan dan latihanpembangkitan dan penilaian latihan yang dikembangkan untuk terhadap kecocokan tingkah laku tujuan pengevaluasian tingkah laku tersebut. tertentu juga berguna bagi
C. Tujuan Evaluasi Dengan mengetahui makna evaluasi dari beberapa pendapat, maka dapat dijelaskan bahwa tujuan evaluasi ada beberapa hal : a. Sebagai tujuan seleksi Dengan cara mengadakan evaluasi guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi terhadap siswanya, seleksi mempunyai tujuan, antara lain : 1) Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu. 2) Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya. 3) Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa. 4) Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya. b. Sebagai tujuan diagnosis Apabila alat yang digunakan dalam evaluasi cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Dengan mengadakan evaluasi maka mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. c. Sebagai tujuan penempatan Hal ini bertujuan untuk menempatkan siswa pada kelompok yang tepat. Dengan dilakukannya pengelompokan seperti ini, siswa yang kemampuan tinggi bersaing lebih ketat sehingga tidak cepat bosan karena harus menunggu temannya yang berkemampuan rendah. Sebaliknya siswa yang berkemampuan rendah tidak merasa minder ataupun rendah diri. d. Sebagai pengukur keberhasilan Tujuan evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan suatu program yang telah diterapkan.
D. Fungsi Evaluasi Dalam Proses Belajar Mengajar Fungsi evaluasi di dalam pengajaran tidak dapat dilepaskan dari tujuan evaluasi itu sendiri. Di dalam batasan tentang evaluasi yang telah di kemukakan di muka tersirat bahwa tujuan evaluasi ialah untuk mendapat data pembuktian yang akan menunjukkan sampai dimana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler. Di samping itu, juga dapat digunakan oleh guru dan para pengawas pendidikan untuk mengukur atau menilai sampai di mana keefektifan pengalaman pengalaman mengajar, kegiatan-kegiatan belajar, dan metode-metode mengajar yang digunakan. Dengan demikian, dapat dikatakan betapa penting peranan dan fungsi evaluasi itu dalam proses belajar-mengajar. Secara rinci, fungsi evaluasi dalam pengajaran dapat dikelompok-kan menjadi empat fungsi, yaitu: 1. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu. Hasil evaluasi yang diperoleh itu selanjutnya dapat digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa (fungsi formatif) dan atau untuk mengisi rapor atau Surat Tanda Tamat Belajar, yang berarti pula untuk menentukan kenaikan kelas atau lulus tidaknya seorang siswa dari suatu lembaga pendidikan tertentu (fungsi sumatif). 2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran. Pengajaran sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan satu sama lain. Komponen-komponen dimaksud antara lain adalah tujuan, materi atau bahan pengajaran, metode dan kegiatan belajar-mengajar, alat dan sumber pelajaran, dan prosedur serta alat evaluasi. Kedudukan dan fungsi evaluasi dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut:
a. Alat evaluasi yang telah dikembangkan pada langkah ke-2 kemudian dilaksanakan pada akhir langkah ke-5, yaitu pada akhir pelaksanaan program. b. Hasil evaluasi yang dilaksanakan pada akhir langkah ke-5 itu, disamping untuk menilai tingkat keberhasilan siswa dalam belajar, juga digunakan sebagai umpan balik (feedback) bagi keseluruhan komponen program yang telah disusun dan dilaksanakan untuk mengetahui dan menilai : 1) Tepat-tidaknya metode serta alat dan sumber belajar yang digunakan. 2) Sesuai-tidaknya meteri atau bahan pelajaran dan jenis kegiatan belajar dengan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa. 3) Sesuai-tidaknya tujuan instruksional yang telah dirumuskan dengan bahan pelajaran dan kemampuan siswa untuk mencapai tujuantujuan tersebut.
4) Sesuai-tidaknya prosedur dan alat evaluasi yang telah disusun atau dikembangkan, baik dengan tujuan, materi, atau dengan tingkat kemampuan siswa. Fungsi evaluasi yang kedua ini secara keseluruhan berguna bagi guru dan untuk mengadakan perbaikan program beserta pelaksanaanya pada masa yang akan datang 3. Untuk keperluan Bimbingan dan Konseling (BK). Hasil-hasil evaluasi yang telah dilaksanakan oleh guru terhadap siswanya dapat dijadikan sumber informasi atau data bagi pelayanan BK oleh para konselor sekolah atau guru pembimbing lainnya seperti antara lain : Untuk membuat diagnosis mengenai kelemahan-kelemahan dan kekuatan atau kemampuan siswa. Untuk mengetahui dalam hal-hal apa seseorang atau sekelompok siswa memerlukan remedial. Sebagai dasar dalam menangani kasus-kasus tertentu diantara siswa. Sebagai acuan dalam melayani kebutuhan-kebutuhan siswa dalam rangka bimbingan karier. 4. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan. Seperti telah dikemukakan di muka, hampir setiap saat guru melaksanakan kegiatan evaluasi dalam rangka menilai keberhasilan belajar siswa dan menilai program pengajaran, yang berarti pula menilai isi atau materi pelajaran yang terdapat di dalam kurikulum. Seorang guru yang dinamis tidak akan begitu saja mengikuti apa yang tertera di dalam kurikulum, ia akan selalu berusaha untuk menentukan dan memilih materimateri mana yang sesuai dengan kondisi siswa dan situasi lingkungan serta perkembangan masyarakat pada masa itu. Materi kurikulum yang dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat akan ditingalkannya dan diganti dengan materi yang dianggap sesuai. Benar apa yang dikatakan oleh para pakar kurikulum bahwa pada hakikatnya kurikulum sekolah ditentukan oleh guru.
E. Manfaat Evaluasi a. Bagi Siswa Dengan diadakannya penilaian, maka siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Hasil yang diperoleh siswa dari pekerjaan menilai ini ada 2 kemungkinan : 1) Memuaskan Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan tentu menyenangkan, sehingga kepuasan tsb ingin diperolehnya kemlagi pada kesempatan berikutnya. Akibatnya, siswa akan mempunyai motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih giat, agar lain kali mendapat hasil yang lebih memuaskan lagi. Keadaan sebaliknya dapat terjadi, yakni siswa sudah merasa puas dengan hasil yang diperoleh dan usahanya kurang gigih untuk lain kali. 2) Tidak memuaskan Jika siswa tidak puas dengan hasil yang diperoleh, maka akan berusaha agar lain kali keadaan tersebut tidak terulang lagi. Termotivasi untuk belajar giat. Namun demikian, keadaan sebaliknya dapat terjadi. Ada beberapa siswa yang lemah kemauannya, akan menjadi putus asa dengan hasil kurang memuaskan yang telah diterimanya. b. Bagi Guru 1) Dengan hasil penilaian yang diperoleh guru akan dapat mengetahui siswa-siswa mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil menguasai materi, dan mengetahui siswa-siswa yang belum berhasil menguasai materi. Dengan petunjuk ini dapat lebih mudah memusatkan perhatiannya kepada siswa-siswa yang belum berhasil. Apalagi jika guru mengetahui akan sebab-sebabnya, maka guru akan memberikan perhatian yang memusat dan memberikan perlakuan yang lebih teliti sehingga keberhasilan selanjutnya dapat diharapkan.
2) Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa sehingga untuk memberikan pengajaran di waktu yang akan datang tidak perlu diadakan perubahan. 3) Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika sebagian besar dari siswa memperoleh angka jelek pada penilaian yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh pendekatan atau metode yang kurang tetap. Apabila demikian halnya, maka guru harus mawas diri dan mencoba mencari metode lain dalam mengajar.
c. Bagi Sekolah 1) Apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana hasil belajar siswa-siswanya, dapat diketahui pula apakah kondisi belajar dicipatakan oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum. Hasil belajar merupakan cermin kualitas sesuatu sekolah. 2) Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah itu dapat merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa yang akan datang. 3) Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun, dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar atau belum. Pemenuhan standar akan terlihat dari bagusnya angka-angka yang diperoleh siswa. F. Program Evaluasi a. Arti dan Perlunya Program Evaluasi Yang dimaksud dengan program evaluasi ialah suatu program yang berisi ketentuan dan cara-cara tentang penyelenggaraan atau pelaksanaan evaluasi pendidikan di sekolah sebagai pedoman bagi guru. Kenyataan menunjukkan bahwa sekolah umumnya tidak memiliki setiap program, evaluasi yang baik dan rinci seperti yang diharapakan. Hampir setiap sekolah, dan bahkan setiap guru, menjalankan evaluasi terhadap muridnya dengan cara dan pendapat masing-masing sehingga tidak
melukiskan gambaran yang sebenarnya tentang hasil proses belajar para siswa. Diharapkan adanya sistem kerja sama diantara guru sehingga diperoleh kesetaraan pendapat sebagai berikut : 1) Setiap guru menyadari dan memahami tujuan bersama yang hendak dicapai dengan seluruh kegiatan evaluasi yang dilakukan di sekolah itu, yakni mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan siswa dalam proses kegiatan belajar, untuk mencapai tujuan seperti tercantum di dalam kurikulum sekolah. 2) Setiap guru mengetahui apa dan bagaimana melakukan evaluasi untuk mencapai tujuan bersama seperti tercantum di dalam kurikulum. Dengan demikian setiap guru memiliki kecakapan dan keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan evaluasi. Untuk memenuhi kedua syarat tersebut, setiap sekolah perlu menyusun suatu program yang dapat dijadikan pegangan atau pedoman untuk mempersiapkan dan melaksanakan evaluasi hasil pengajaran yang telah diberikan. b. Ciri Program Evaluasi yang baik Beberapa hal yang dapat dianggap sebagai ciri pokok untuk menilai sampai dimana suatu program evaluasi di suatu sekolah dikatakan baik, antara lain : 1) Rancangan program evaluasi sifat komprehensif Tujuan-tujuan umum yang akan dinilai hendaknya mencakup tidak hanya konsep, keterampilan, dan pengetahuan, tetapi juga apresiasi, sikap, minat, pemikiran kritis, dan penyesuaian diri yang bersifat personal dan sosial. Suatu desain evaluasi dikatakan komprehensif jika ia mencakup nilai-nilai dan tujuan-tujuan pokok yang akan dicapai oleh sekolah. Guru melaksanakan tugasnya sebagai pembimbing pertumbuhan dan perkembangan siswa tidak hanya dalam hal akademis, tetapi juga
dalam hal kepribadian siswa seperti minat, sikap, apresiasi, dan penyesuaiannya secara emosional dan sosial. Tentu saja, untuk menilai aspek-aspek yang bersifat komprehensif dari suatu individu tidaklah mudah. Untuk itu diperlukan bermacammacam alat evaluasi yang sesuai bagi setiap aspek yang akan dinilai disertai kemampuan dan kecakapan guru dalam melaksanakan alat evaluasi tersebut. 2) Perubahan-perubahan tingkah laku individu harus mendasari
penilaian pertumbuhan dan perkembangannya. Tingkah laku total dari suatu individu intelektual, fisik, emosional, dan sosial harus menjadi perhatian guru dan supervisor di dalam setiap situasi belajar, jika siswa belajar berhitung, atau IPA, atau Sejarah, atau pelajaran apa saja, dia pada saat itu juga belajar mengubah sikap, mengembangkan minat, dan membuat penyesuaian secara emosional maupun sosial. Jika ia merasa kecewa karena tugas-tugas yang terlalu sukar, atau jika ia bosan terhadap tugas-tugas yang terlalu mudah, maka sikapnya serta penyesuaian emosional dan sosialnya akan tampak menolak atau membenci, dan selanjutnya mempengaruhi situasi belajarnya. 3) Hasil-hasil evaluasi harus disusun dan dikelompokkan sehingga memudahkan interpterasi yang berarti. Hasil kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dari program evaluasi harus disimpulkan ke dalam pola penskoran yang jelas, secara statistik, grafik ataupun secara verbal, sehingga dari data evaluasi gambaran individu dapat dilihat dan dipahami dengan mudah, dan dapat dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. 4) Program evaluasi haruslah berkesinambungan dan saling berkaitan (interelated) dengan kurikulum.
Evaluasi dipandang sebagai suatu proses yang berkesinambungan, dilakukan terus-menerus. Observasi, penilaian, dan tes yang dilakukan dari hari ke hari hendaknya direncanakan secara teratur sehingga guru dapat mengevaluasi dan membimbing pertumbuhan siswa secara positif. Konsep ini berbeda dengan konsep tradisional yang memandang atau menganggap tes itu sebagai hasil akhir dan bukan sebagai suatu alat untuk membimbing perkembangan. Suatu program evaluasi haruslah erat berkaitan (interrelated) dengan kurikulum karena merupakan bagian yang integral sebagai
pembimbing belajar siswa. Tes, kuesioner, dan alat evaluasi yang lain merupakan dasar untuk menilai pertumbuhan ke arah tujuan. Dengan kata lain, tercapai-tidaknya tujuan tercermin di dalam hasil penilaian terhadap pencapaian belajar dan perubahan-perubahan tingkah laku siswa. c. Isi Program Evaluasi Gambaran secara umum, beberapa ketentuan minimal dalam penyusunan suatu program evaluasi : 1) Adanya perumusan tujuan umum sekolah. 2) Perumusan tujuan tiap mata pelajaran sesuai dengan sekolah masingmasing 3) Perumusan tujuan tiap mata pelajaran menjadi tujuan instruksional yang jelas dan sesuai dengan aspek-aspek pertumbuhan siswa. 4) Rincian tentang aspek-aspek pertumbuhan siswa dalam setiap kegiatan evaluasi seperti sikap, watak, kecakapan, pengetahuan, keterampilan, cara berpikir, kepemimpinan, serta cara penyesuaian diri secara emosional dan sosial. 5) Ketentuan tentang pemilihan alat evaluasi yang sesuai dan dapat dipergunakan untuk mengevaluasi setiap aspek pertumbuhan yang dikehendaki.
6) Ketentuan dan petunjuk pelaksanaan tentang cara-cara menskor (scoring system) dan cara mengolahnya. 7) Ketentuan tentang jadwal kegiatan evaluasi, yang memuat antara lain : kapan evaluasi harus dilakukan, berapa kali dalam tiap semester aspekaspek mana yang perlu dievaluasi, dan alat evaluasi yang dipergunakan. Ketentuan tersebut diatas dibuat untuk setiap mata pelajaran. d. Kemungkinan kesalahan dalam evaluasi Beberapa hal yang memungkinkan terjadinya kesalahan pada waktu melakukan evaluasi meliputi : 1) Kesalahan dalam pengamatan atau observasi. Misalnya saja, observasi itu kurang dilakukan secara teliti. Observasi itu kurang menyeluruh terhadap aspek-aspeknya. Baru satu atau dua kali mengadakan observasi sudah mengambil kesimpulan. Cara atau teknik
melaksanakan observasi tidak tepat. 2) Kesalahan-kesalahan pada alat pengukur. Misalnya tes yang
dipergunakan itu tidak memenuhi syarat-syarat pembuatannya tes yang baik (mengenai reabilitasnya validitasnya, dan sebagainya). Soal-soal yang dibuat oleh pendidik kurang memperhatikan petunjuk-petunjuk dalam penyusunannya. 3) Kesalahan-kesalahan dalam proses analisis data. Misalnya kesalahankesalahan dalam perhitungan perhitungannya seperti kesalahan menjumlah, mengalikan dan sebagainya. 4) Pengaruh dari pekerjaan-pekerjaan yang mendahului. Misalnya kalau pekerjaan yang dulu baik, maka pendidik dipengaruhi untuk memberikan angka yang baik pula. Begitu pula sebaliknya. 5) Kecenderungan dari seorang pendidik untuk menilai lebih rendah atau lebih tinggi. Misalnya pendidik A mempunyai kecenderungan untuk memberikan angka-angka yang rendah seperti 4, 5, 6, 7 jarang sekali memberikan angka 8. Begitu pula sebaliknya.
6) Pengaruh dari kesan-kesan luar. Misalnya, pakaian yang teratur, bersih dan serasi. Tingkah laku yang sopan, wajah yang manis dan sebagainya. G. PENENTUAN NILAI 1. Penentuan nilai Penentuan nilai adalah proses menetapkan nilai siswa berdasarkan informasi yang diperoleh melalui asesmen atau pengukuran. Proses ini dapat dilakukan dengan berbagai cara bergantung pada konsep dan dasar yang dilakukan gurunya. Perbedaan pelaksanaan penentuan nilai merupakan suatu hal yang biasa dan bukanlah suatu masalah. Yang menjadi masalah adalah justru para guru tidak melakukan penentuan nilai yang seharusnya, dengan berbagai alasan dan pertimbangan. Untuk mempermudah menentukan komponen apa yang harus dipertimbangkan dalam penentuan nilai, para guru dapat mengajukan pertanyaan berikut: 1) apakah komponen tersebut merupakan tujuan utama dari program Penjas ?, 2) apakah semua siswa memperoleh kesempatan yang sama untuk
mengembangkan komponen tersebut dalam pembelajaran ?, 3) apakah komponen tersebut merupakan ukuran yang valid dan reliable? Dari pertanyaan teraebut para guru dapat mengembangkan sendiri komponen apa saja yang harus dilibatkan dalam penentuan nilai sesuai dengan spesifikasi pembelajaran yang dilakukannya. Permasalahan lain yang sering mendapat perhatian dari hasil belajar pendidikan jasmani adalah dengan adanya simbol nilai ( 5,6,7,8,9 atau A, B, C, D, E) akan berdampak pada siswa, siswa yang memperoleh nilai rendah biasanya tidak termotivasi untuk meningkatkan proses belajarnya. Suatu contoh dalam program eksakta, nilai D dan E atau 5 dan 6 mengandung makna bahwa siswa terebut tidak memenuhi syarat untuk mengikuti jurusan eksakta dan dianjurkan untuk mengikuti program lainnya. Apabila hal itu berlaku pada
pelajaran Pendidikan jasmani (penjas) maka siswa yang memperoleh nilai penjasnya rendah akan menganggap bahwa penjas bukan bidangnya, dirinya tidak cocok untuk mengikuti penjas. Demikian juga siswa yang terjaring pada kelompok yang memenuhi syarat untuk mengikuti program penjas pada tingkatan berikutnya semakin sedikit. Pendidikan jasmani disekolah merupakan program wajib diikuti untuk semua siswa, semua tingkat kemampuan, yang berminat maupun yang tidak berminat. Program penjas berusaha menyediakan dan memberikan berbagai pengalaman gerak untuk membentuk fondasi gerak yang kokoh yang pada akhirnya diharapkan dapat berdampak terhadap pemilihan gaya hidup yang aktif dan sehat, sekarang dan dimasa mendatang. Penentuan nilai sebaiknya tidak boleh berubah-ubah pada setiap mid semester, semester kecuali materinya sudah berubah atau sudah dikembangkan. Perubahan penampilan seseorang tidak mempengaruhi nilai orang lain, tetapi mempengaruhi nilai dirinya sendiri. Konsistensi standar penilaian ini akan memberikan gambaran tentang perkembangan belajar siswa dari setiap periodenya. Penentuan nilai hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip penilaian diantaranya: 1) berdasarkan hasil asesmen yang komprehensif, 2) proses pemberian nilai memperhatikan orientasi penedekatan penilaian yang digunakan, 3) kegiatan penialaian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses belajar mengajar, 4) bersifat komparabel (penilaian harus dilakukan secara adil jangan sampai terjadi penganakemasan), 5) sistem penilaian yang digunakan harus jelas.
SUMBER BACAAN
Rusli Lutan, Mulyana, Nidaul Hidayah, Sagitarius. 2007. Modul Evaluasi Pendidikan Jasmani. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia. Adang Suherman. 2000. Assesmen Belajar Dalam Pendidikan Jasmani. Diklusepora
LAMPIRAN
Daftar kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam perumusan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kata Kerja Operasional Standar kompetensi Mendefinisikan ' Menerapkan Mengkoristruksikan Mengidentifikasikan Mengenal Menyelesaik Menyusun Kompetensi Dasar Menunjukkan Membaca Menghitung Menggambarkan Melafalkan Mengucapkan Membedakan Mengidenti fikasikan Menafsirkan Menerapkan Menceriterakan Menggunakan Menentukan Menyusun Menyimpulkan Mendemonstrasikan Menterjemahkan Merumuskan Menyelesaikan Menganalisis Mensintesis Mengevaluasi
Keterangan : 1. Satu kata kerja tertentu (misal mengidentifikasikan) dapat dipakai pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Perbedaannya adalah pada Standar Kompetensi cakupannya lebih luas dari Kompetensi Dasar. 2. Satu butir Standar Kompetensi dapat dipecah menjadi 3 sampai 6 butir atau lebih Kompetensi Dasar. 3. Satu butir Kompetensi Dasar nantinya harus dapat dipecah menjadi minimal 2 butir indikator. 4. Pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar belum memuat indikator secara rinci.
Contoh Daftar Kata Kerja Operasional Untuk Ranah Psikomotor Peniruan Mengaktifkan Menyesuaikan x , Menggabungkan Melamar Merigatur Mengumpulkan Merimbang Memperkecil Membangun Mengubah Membersihkan Memposisikan Mengkonstruksikan Manipulasi Mengoreksi Mendemonstrasikan Merancang Memilah Melatih Memperbaiki Mengidentifikasikan Mengisi Menempatkan Membuat Memanipulasi Mereparasi Mencampur Artikulasi Mengalihkan Menggantikan Memutar Mengirim Memindahkan Mendorong Menarik Memproduksi Mencampur Mengoperasikan Mengemas Membungkus Pengalamiahan Mengalihkan Mempertajam Membentuk Memadankan Menggunakan Memulai Menyetir Menjeniskan Menempel Mensketsa Melonggarkan Menimbang
Contoh Daftar Kata Kerja Operasional Untuk Ranah Afektif Menerima Memilih Mempertanyakan Mengikuti Member! Menganut Mematuhi Meminati Menanggapi Menjawab Membantu Mengajukan Mengompromik Menyenangi an Menyambut Mendukung Menyetujui Menampilkan Melaporkan Memilih Mengatakan Memilah Menolak Menilai Mengasumsika Meyakini n Melengkapi Meyakinkan Memprakarsai Mcngimani Mengundang Menggabungk Memperjelas an Mengusulkan Menekankan Menyumbang Mengelola Menganut Mengubah Menata Mengklasifikasika Mengombinasika n Mempertahankan n Membangun Membentuk Memadukan pendapat Mengelola Menegosiasikan Merembuk Menghayati Mengubah Berbuat sesuai prilaku Mempengaruhi akhlak mulia Mendengarkan Mengkualifika Melayani si Menunjukkan Membuktikan Memecahkan
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir Ateng. 1992. Azas dan Landasan Pendidikan Jasmani, Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti P2LPTK. Agus Kristiyanto, 1997. Spektrum Gaya Mengajar Pendidikan Jasmani. Jurnal Dwijawarta. Edisi April-Juni: hal. 40-44. ______________, dkk, 1998. Akuntabilitas PPL Pendidikan Jasmani. Penelitian Kelompok Surakarta: FKIP UNS. ______________, 2000. Kompetensi Umpan Balik Mahasiswa Praktikan PPL Pendidikan Jasmani. Penelitian Kelompok. Surakarta: FKIP UNS. Arif S. Sadiman. 2008. Media Pendidikan. Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Atwi Suparman. 1997. Desain Instruksional,PAU-PPAI Universitas Terbuka, Jakarta. Aussie. 1996. Modified Sport. Aquality Junior Sport Approach. Belconen: ACT Australian Sport Commusion. Azhar Arsyad. 1997. Media Pengajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Yudhi Munadi. 2008. Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta: Gaung Persada (GP) Press. Mosston, Muska, 1991. Teaching Physical Education. Columbus L Bell and Howell Companies. Nixon, J.E. & Jewett, A.E., 1980. An Introduction to Physical Education. Philadelphia: Saunders College Publishers. Rusli Lutan, 2000. Pengukuran dan Evaluasi Penjaskes. Jakarta: Proyek Penataran Guru SLTP Depdiknas RI. Siedentop, D., 1990. Physical Education: Introductory Analysis. Dubuque: W.Mc. Brown. Walsh, M Bruce & Betz, Nancy. 1990. Test and Assessment. The Ohio State University.