You are on page 1of 40

Laporan Diskusi Pemicu 2

Pemicu 2 Seorang pasien di bangsal neurologi, Tn. A, 38 tahun, mengalami kelumpuhan kaki kanan. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan Tn. A mengalami hemiseksi medulla spinalis (Brown Sequard Syndrome) setinggi thoracal X pada sisi sebelah kanan. Di bawah supervisi, seorang dokter muda melakukan pemeriksaan neurologis yang meliputi pemeriksaan sistem sensorik dan motoriknya. Dari anamnesis tidak didapatkan keluhan buang air besar maupun buang air kecil. Setelah itu para dokter muda berdiskusi dan menyimpulkan bahwa hasil pemeriksaan neurologis tersebut sesuai dengan hasil pemeriksaan radiologinya dan jaras-jaras neuroanatomi yang mengalami kerusakan akibat lesi tersebut.

A. Klarifikasi dan Definisi 1. Brown Sequard Syndrome : Suatu kondisi neurologi yang ditandai dengan kehilangan fungsi motorik, proprioseptif dan rasa getar ipsilateral akibat disfungsi traktus kortikospinal dan kolumna dorsalis, disertai dengan kehilangan sensasi nyeri dan suhu kontralateral sebagai akibat dari disfungsi traktus spinothalamikus 2. Hemiseksi : pembelahan menjadi 2 bagian yang sama 3. Anamnesis : wawancara terhadap seseorang untuk mengumpulkan data, hubungan dokter dengan pasien 4. Neurologi : cabang ilmu kedokteran yang mempelajari sistem saraf 5. Lesi : Diskontinuitas jaringan patologis, hilangnya fungsi jaringan tubuh. 6. Jaras : jalur rangsang sensorik maupun motorik 7. Thoracal : regio dari kolumnar vertebralis yang berada disekitar thoraks 8. Kelumpuhan : suatu keadaan dimana seseorang mengalami pengurangan aktivitas fisik bahkan sampai tidak dapat melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-sehari secara normal.

B. Kata Kunci 1. Kelumpuhan kaki kanan 2. Hemiseksi thoracal X pada sisi kanan

3. Tidak ada keluhan BAB dan BAK 4. Laki-laki 38 tahun 5. Jaras Neuroanatomi 6. Medula Spinalis

C. Rumusan Masalah Mengapa hemiseksi pada thoracal X medula spinalis dapat menyebabkan kelumpuhan pada kaki sebelah kanan Tn. A?

D. Analisis Masalah

E. Hipotesis Karena hemiseksi pada thoracal X medula spinalis menyebabkan putusnya alur rangsang yang mempersarafi saraf tepi ekstremitas bawah sebelah kanan.

F. Pertanyaan Diskusi 1. Bagaimana anatomi SSP? 2. Bagaimana histologi SSP?

3. Bagaimana fisiologi SSP? 4. Bagaimana anatomi dan histologi SST? 5. Apa saja jenis-jenis jaras asenden dan desenden dan tempat penyilangannya? 6. Fungsi dari traktus asenden dan desenden? 7. Jelaskan mengenai kelumpuhan UMN dan LMN? 8. Bagaimana aspek biokimia dari jaras anatomi? 9. Bagaimana aspek fisiologi dari jaras anatomi? 10. apa pengertian dari traktus asenden dan desenden? 11. Bagaimana mekanisme dari spinothalamius pathway? 12. Bagaimana mekanisme dari dorsalkolom pathway? 13 Pemeriksaan radiologis apa yang dilakukan pada cedera sistem saraf? 14. Lesi seperti apa saja yang dapat menyebabkan kelumpuhan? 15. Bagaimana pembagian fungsi dari sistem saraf tepi? 16. Bagaimana cedera medula spinalis? 17. Jelaskan mengenai brown-sequard syndrome? 18. Bagaimana mekanisme jaras asenden? 19. Jaras sensorik (anatomi, persilangan)? 20. Jaras motorik (potensial aksi, neurotransmitter yang keluar, fisiologi)? 21. Neuromotoral junction? 22. Lengkung refleks? 23 . Sinaps? 24. Thoracal X mempersarafi apa saja? 25. Organ pencernaan diatur oleh saraf?

G. Pembahasan 1. Anatomi Sistem Saraf Pusat 1.1 Otak Sistem saraf pusat dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu otak dan medulla spinalis. Keduanya dibungkus oleh sistem membran yang disebut meningen dan dikelilingi oleh liquor Cerebrospinal. Kemudian dibungkus oleh tulang tengkorak dan columna vertebralis.1

Otak dilindungi oleh: 1. SCALP ( Skin, Connective tissue, Aponeurotic galea, Loose connective tissue and Pericranium ) 2. Meninges, terdiri dari: duramater, arachnoid mater, dan pia mater 3. Cairan cerebrospinal1

1.1.1. Cerebrum Serebrum merupakan bagian terbesar dari otak manusia, dibagi menjadi dua belahan, yaitu hemisfer serebrum kiri dan kanan. Keduanya dihubungkan satu sama lain oleh korpus kalosum. Setiap hemisfer terdiri dari sebuah lapisan luar yang tipis yaitu substansia grisea (bahan abu-abu) atau korteks serebrum, menutup bagian tengah bagian tengah yang lebih tengah yaitu substansia alba (bahan putih).1

Cerebrum terdiri dari 4 lobus, yaitu lobus frontal, parietal, temporal dan oksipital. 1. Lobus frontal Lobus frontal terdiri atas 4 gyrus, yaitu: 1 gytus precentralis ( area motorik primer) 3 gyrus horizontal: gyrus frontalis superior , gyrus frontalis media, dan gyrus

frontalis inferior. Gyrus frontalis inferior terdiri atas pars orbitalis, pars opercularis, dan triangularis. Pars triangularis dan opercularis pada hemisfer dominan terdapat area bicara ( broca ).1 2. Lobus Temporal Lobus temporalis terdiri atas gyrus temporalis superior, gyrus temporalis medius, dan gyrus temporalis inferior. Gyrus temporalis superior disebut pula sebagai pusat pendengaran primer, sedangkan gyrus temporalis medius dan inferior sebagai korteks para auditory.1

3. Lobus Parietal Lobus parietal terdiri dari gyrus precentralis yaitu sebagai pusat somatosensorik primer, lobus parietalis superior, dan lobus parietalis inferior yang terdiri atas gyrus supra marginalis dan angularis yang berfungsi sebagai area bicara sensorik wenicke.1 4. Lobus occipital Pada lobus occipital terdapat suatu sulcus yaitu sulcus calcarinus yang berfungsi sebagai area penglihatan primer.1

1.1.2. Talamus Jauh di dalam otak dengan nucleus basal terdapat diensefalon, suatu struktur garis-tengah (mid line) yang membentuk dinding rongga vebtrikel ketiga, salah satu ruang tempat lewatnya cairan serebrospinalis. Diensefalon terdiri dari dua bagian utama, thalamus dan hipotalamus. Talamus berfungsi sebagai stasiun penyambung dan pusat integarasi sinap untuk pengolahan pendahuluan semua masukan senorik dalam perjalananya ke korteks.1

1.1.3. Hipotalamus Hipotalamus adalah kumpulan nucleus spesifik dan serat-serat terkait yang terletak di bawah thalamus. Daerah ini merupakan pusat integrasi untuk banyak fungsi homeostatic penting dan berfungsi sebagai penghubung pentinga antara sistem saraf otonom dan sistem saraf.1

1.1.4. Serebelum Serebelum, yang melekat ke belakang bagian atas batang otak, terletak di bawah lobus oksfipitalis korteks. Sebelum terdiri dari tiga bagian yang secara fungsional berbeda, yang diperkirakan terbentuk secara berurutan secara evolusi. Bagian-bagian ini memiliki sendiri rangkaian, masukan, dan keluaran, dan, dengan demikian, masingmasing memiliki fungsi berbeda.1 Serebelum dapat dibagi menjadi dua massa lateral yang disebut hemisfer cerebelli yang disebut sebagai vermis. Pada tiap hemisfer terdapat folia dan fissura : arbor vitae. Serebelum terdiri atas lobus flocculonodullaris, lobus anterior, dan lobus posterior.1

1.1.5. Batang otak Batang otak yang terdiri dari medulla, pons, dan otak tengah (mid brain), adalah penghubung penting atara bagian otak lainnya dengan korda spinalis, semua serat-serat yang datang dan pergi antar pusat-pusat di otak dan perifer harus melerwati batang otak, dengan serat-serta yang datang memancarkan informasi sensorik ke otak dan serat-serat yang keluar membawa sinyal perintah dari otak untuk keluaran eferen.1

1.2 Medulla Spinalis Medulla spinalis mulai dari foramen magnum tulang tengkorak hingga filum terminal. Sepanjang medulla spinalis melekat 31 pasang saraf spinal melalui radix anterior (motorik) dan radix posterior (sensior). Masing-masing melekat pada medulla spinalis melalui sederetan fila radicularia. Membentang sepanjang segmen-segmen medulla spinalis yang sesuai. Masing-masing radix posterior memiliki ganglion radix poterior pada serabut saraf pusat dan tepi.1 Medula spinalis terdiri atas 5 regio, yaitu cervical, thoracal, lumbal, sacral, dan coccygeal. Terdapat 31 pasang saraf spinal, yaitu: a. 8 pasang cervical b. 12 pasang thoracal c. 5 pasang lumbal d. 5 pasang sacral e. 1 pasang coccygeal1 Gambarannya seperti gambar di bawah ini.2

Selama perkembangannya, kolumna vertebra tumbuh sekitar 25 cm lebih panjang dari medula spinalis. Medula spinalis hanya sampai lumbal 1 atau 2 dengan ujung membentuk kerucut yang disebut dengan conus medullaris.3

2. Histologi Sistem Saraf Pusat Jaringan saraf secara mikroskopik disusun oleh sel-sel saraf (neuron) yang disokong oleh sel-sel penyokong yang dikenal sebagai sel-sel neuroglia atau sel-sel glia (glia, Gr: lem).4 2.1. Sel Saraf (Neuron) (Gb-12) Bangunan histologik sel saraf sangat khas terdiri atas badan sel (soma atau perikarion) dan julurannya (prosesusnya) yang terdiri atas satu akson dan beberapa dendrit. Neuron merupakan sel yang paling tinggi differensiasinya dan tidak dapat membelah lagi. Jumlah neuron di seluruh sistim saraf kita sangat besar diduga sekitar 14 milyar. Secara histologis terdiri atas badan sel saraf (perikarion) dan juluran saraf (prosessus saraf) yang terdiri atas akson dan dendrit.4
Gb-12. Sel saraf

A. Badan sel saraf (Gb-13) Perikarion dibentuk oleh inti dan

sitoplasma yang melingkupinya. Di dalam inti terdapat DNA yang merupakan pembawa sifat turunan, sedangkan dalam sitoplasma terdapat berbagai organel dan badan inklusi. Bentuk dan besar perikarion sangat beragam 4-135
Gb-13. Badan sel saraf

mikrometer. Ada yang berbentuk piramid, lonjong,

bulat dan sebagainya.4 Meskipun beragam, tetapi semua badan sel saraf mempunyai ciri yang khas, berupa struktur-struktur:

a. Nukleus (inti sel) Nukleus pada umumnya besar, berbentuk bulat atau sedikit lonjong, bewarna pucat, dan umumnya terletak di pusat perikarion. Nukleolusnya pada umumnya satu dan tampak sangat jelas terlihat di bawah mikroskop cahaya. Pada inti sel terdapat rantai

double helix deoxyribonucleate acid (DNA) yang merupakan pembawa kode genetik. Inti yang besar, pucat, vesikular dengan nukleolus yang menonjol seringkali memberi kesan seperti mata burung hantu (Owl eyes).4

b. Sitoplasma (Gb-14 dan 15) Sitoplasma diisi dengan beragam organel dan granula (badan inklusi) yang tersusun kurang lebih mengitari inti. Organel adalah struktur-struktur atau bangunan yang terdapat di dalam sitoplasma yang diperlukan untuk mem-pertahankan kehidupan dan menjalankan fungsi-fungsi sel secara keseluruhan. Badan inklusi adalah strukturstruktur yang terdapat di dalam sitoplasma yang dipergunakan sebagai gudang atau tempat penyimpanan zat-zat atau substansi tertentu.4

Gb-14. Organel sel saraf

Gb-15. Badan inklusi

Organel-organel yang terdapat di sitoplasma adalah: a. Sitoskeleton b. Apparatus (kompleks) Golgi c. Mitokondria d. Badan Nissl (endoplasmik retikulum kasar/ rough endoplasmic reticulum) dan ribosom e. Sentriol Sitoskeleton, apparatus Golgi, dan mitokondria hanya bisa dilihat dengan mikroskop elektron (ME), sedangkan badan Nissl dan badan inklusi dapat dilihat dengan mikroskop cahaya (MC).4

c. Sitoskeleton Dengan mikroskop elektron (ME) tampak bahwa komponen utama sitoskeleton adalah neurofilamen dan mikrotubulus yang tersusun dalam kelompokan yang berjalan secara paralel dan tersebar di seluruh perikarion, akson dan dendrit. Neurofilamen yang terdapat di neuron merupakan filamen berukuran menengah (intermediate filament) yang mempunyai ketebalan 7.5 sampai 10 mikrometer dan berfungsi sebagai penyokong. Mikrotubulus berfungsi dalam transportasi ensim-ensim, neurotransmitter, protein penyusun membran, dan molekul-molekul penyusun komponen sel lainnya. Dengan mikroskop cahaya (MC) neurofilamen tampak sebagai neurofibril yang dapat diwarnai dengan pulasan perak dan memberikan warna coklat kehitaman.4

d. Apparatus Golgi Apparatus Golgi biasanya besar letaknya paranuklear, tersusun dari gelembunggelembung yang tidak mengandung granular (agranular vesicles). Kompleks Golgi merupakan tempat pembentukan glikoprotein yang dibuat dari ikatan karbohidrat dan protein. Gelembung-gelembung kecil yang dibentuk dari apparatus Golgi diduga merupakan sumber gelembung sinaps (synaptic vesicles) yang ditemukan pada ujung akson (axon terminal).4

e. Mitokondria Mitokondria biasanya kecil lonjong atau berbentuk seperti bola, dengan krista jenis tubular atau lamelar. Mitokondria terutama terdapat dalam jumlah banyak di ujung akson, selain itu juga ditemukan pada perikarion, dendrit dan akson. Mitokondria berperan dalam mengatur proses metabolisme di dalam sel saraf.4

f. Badan Nissl/ Retikulum Endoplasmik Kasar Badan Nissl merupakan struktur yang dibentuk dari banyak tumpukan endoplasmik retikulum (endoplasmic reticulum/ER) granular/kasar (rough endoplasmic reticulum). Pada permukaan luar membran badan Nissl/ER terdapat ribosom yang tersusun dalam barisan, spiral, dan menempel pada permukaan luar membran ER. Dengan pulasan HE, badan Nissl bewarna biru (basofilik) dan terdapat dalam perikarion

dan dendrit, tetapi tidak terdapat pada akson. Karena polanya pada badan sel saraf mirip dengan corak pada kulit macan tutul maka sering disebut sebagai Substansia Tigroid. Badan Nissl tampak jelas pada neuron yang berukuran besar seperti pada neuron motoris di kornu anterior medula spinalis dan di sel ganglion. Badan Nissl merupakan tempat sintesa protein.4

g. Sentriol Sentriol merupakan 13 irri khas sel saraf yang sedang membelah pada massa embrional. Neuron pada orang dewasa tidak dapat membelah lagi. Meskipun demikian kadang-kadang dapat ditemukan sentriol juga.4 Badan inklusi yang ditemukan pada perikarion sel saraf adalah, antara lain: (1). Vesikel Neuron yang mensintesa katekolamin mengandung vesikel yang berisi neurotransmitter dan enzim-enzim. (2). Granular Neuron di hipotalamus mengeluarkan sekret neural berbentuk granular yang berisi hormone vasopressin, oksitosin dan neurofisin. Granul ini disalurkan oleh akson ke neurohipofisis dan kemudian akan dicurahkan kedalam pembuluh darah.4 Granula pigmen melanin terdapat pada neuron tertentu di otak seperti substansia nigra pada otak tengah, ganglion spinal dan sel-sel saraf pada dasar ventrikel yang keempat. Fungsinya masih belum diketahui.4 Granula lifofuksin tampak sebagai granula bewarna kuning kecoklatan dan terdapat pada neuron-neuron yang berukuran besar. Jumlahnya bertambah sesuai dengan pertambahan usia. Granula yang mengandung besi ditunjukkan dengan teknik Prussian blue, terdapat pada beberapa sel saraf, seperti sel-sel saraf di globus pallidus. Jumlah granula bertambah sesuai dengan bertambahnya usia.4 Tetes tetes lemak biasanya kelihatan di dalam perikarion dan memainkan peran sebagai bahan cadangan atau merupakan hasil metabolisme normal atau patologis.

Glikogen terdapat pada neuron embrio, neuroglia embrio, dan dalam ependim dan pleksus koroid embrio, tetapi tidak ada pada jaringan saraf orang dewasa dalam jumlah yang cukup banyak untuk dideteksi.4

h. Juluran Neuron Ciri paling khas dari suatu neuron adalah juluran atau prosesus sitoplasmanya yang terdiri atas dendrit dan akson. Dendrit dan akson terdapat pada hampir semua neuron.4 a) Dendrit (Gb-16) Umumnya satu neuron mengandung beberapa dendrit, contohnya neuron motorik pada kornu anterior medula spinalis. Kebanyakan dendrit terlihat bercabang dan cabang-cabangnya menjadi lebih kecil diameternya daripada cabang utama.4 Ciri-ciri histologis dendrit adalah: a. Pangkalnya lebih tebal dan semakin kedistal semakin tipis. b. Tiap dendrit dapat bercabang menjadi cabang primer, sekunder tertier dan seterusnya. c. Permukaannya diliputi oleh tonjolan kecil atau duri

(spine/gemullae) yang berfungsi sebagai tempat kontak sinaps. d. Batang utama dendrit mengandung badan Nissl, ribosom
Gb-16. Dendrit

bebas, mitokondria, mikrotubulus dan mikrofilamen, tetapi kandungan badan Nissl dan ribosom bebas makin berkurang oleh sangat kecil.

percabangannya sampai organel tersebut tidak ada pada ranting yang Dendrit tidak mempunyai kompleks Golgi.4

Fungsi dendrit adalah menerima rangsang saraf dari ujung akson neuron lainnya melalui sinaps akso-dendritik. Dendrit mempunyai peranan yang sangat penting bagi kemampuan neuron untuk mengintegrasikan informasi yang datang dalam jumlah banyak. Rangsang saraf yang datang dapat merangsang atau menghambat kegiatan listrik pada membran dendrit, yaitu menaikkan atau menurunkan ambang rangsang neuron.4 Ambang rangsang adalah suatu nilai dalam millivolt yang harus dilalui agar membran saraf tersebut dapat mengalami depolarisasi dan dengan demikian timbul arus listrik yang merambat. Dengan demikian neuron tersebut dapat meneruskan atau menghambat rangsangan yang datang. Rangsangan saraf yang diterima oleh dendrit umunya merambat ke arah badan sel saraf.4

b) Akson (Gb-17) Setiap sel saraf mempunyai satu juluran panjang dengan pangkal yang menjorok masuk ke dalam perikarion yang dikenal sebagai akson Hillock.4 Ciri histologis akson adalah: a. Mempunyai pangkal akson pada perikarion yang disebut akson Hillock. b. Umumnya lebih tipis (halus) dan jauh lebih panjang daripada dendrit pada neuron yang sama. c. Aksoplasma tidak mengandung struktur apapun yang berperan dalam sintesa protein seperti badan Nissl (rough endoplasmic reticulum), ribosom dan
Gb-17. Akson

kompleks Golgi. d. e. Aksoplasma mengandung neurofilament, mikrotubulus dan mitokondria. Sebagian besar akson bermielin dan karenanya tampak putih mengkilat dalam keadaan segar. Selubung mielin bukan merupakan bagian dari neuron, tetapi merupakan bagian dari selubung neuron. Selubung mielin hanya ada pada akson dan tidak pernah pada dendrit. Tetapi ada pula akson yang tidak bermielin. Bila dengan mikroskop cahaya terlihat serat saraf bermielin maka sudah tentu itu adalah akson. Bila serat sarafnya tidak bermielin maka serat tersebut mungkin akson dan mungkin pula dendrit. f. Ujung akhir akson bercabang-cabang seperti ranting yang disebut telodendria yang berkontak dengan perikarion, dendrit, atau akson dari satu neuron atau lebih pada sinaps. g. Pada ujungnya ranting aksonal memperlihatkan pembengkakan kecil disebut boutons terminaux.4 Fungsi akson adalah meneruskan atau menyalurkan rangsang saraf ke neuron lainnya, serat otot atau sel kelenjar.4

Berdasarkan jumlah julurannya, dikenal 3 jenis neuron: (Gb-18)

1. Neuron unipolar Neuron unipolar adalah neuron yang hanya mempunyai satu juluran. Contohnya, neuron unipolar pada masa embrio. 2. Neuron bipolar Neuron bipolar adalah sel saraf berbentuk kumparan dengan 2 juluran yang masing-masing keluar dari ujung perikarion (badan sel saraf). Contohnya ganglion vestibular dan koklear di telinga, neuron olfaktoris di regio olfaktoria hidung. 3. Neuron pseudo-unipolar Neuron pseudo-unipolar adalah neuron yang berbentuk oval yang pada awalnya berbentuk bipolar, tetapi pada perkembangan selanjutnya juluran yang pada mulanya saling bertolak belakang, kemudian menggeser, mengitari perikarion, menghampiri satu dengan lainnya dan menyatu membentuk satu prosesus tunggal. Prosesus tunggal

tersebut berpangkal pada perikarion dan pada ujung distalnya bercabang dua sehingga mirip huruf T. Contohnya adalah neuron pada ganglia kranio-spinal. Satu cabangnya mengarah ke perifer dan cabang lainnya mengarah ke pusat masuk ke radiks posterior saraf menuju ke SSP. 4. Neuron multipolar Neuron multipolar adalah neuron berbentuk poligonal yang mempunyai banyak prosesus. Bentuk neuron ini merupakan bentuk yang paling banyak dijumpai ditubuh kita. Contohnya neuron motorik di kornu anterior medulla spinalis, batang otak, korteks serebri/otak besar (sel piramid) dan korteks serebelli/otak kecil (mempunyai bentuk yang sangat khas bagaikan tanduk menjangan yang bercabang-cabang).4

2.2. Sel Glia (neuroglia cells) Istilah neuroglia berasal dari nerve glue (nerve=saraf dan glue= lem) berfungsi sebagai penyokong dan penyatu jaringan saraf. Neuroglia merupakan 70-80% dari

seluruh sel yang ada di SSP. Sel neuroglia umumnya kecil dan hanya intinya terlihat pada sediaan rutin dengan diameter 3-10 mikrometer. Neuroglia paling baik dipelajari dengan

teknik impregnasi perak dan emas khusus yang memperlihatkan seluruh sel. Macammacam sel Glia adalah: 1. Mikroglia berasal dari mesoderm 2. Oligodendroglia berasal dari ektoderm 3. Astrosit fibrosa berasal dari ektoderm 4. Astrosit protoplasmatis berasal dari ektoderm 5. Sel ependim berasal dari ektoderm. 6. Sel Schwann di SST 7. Sel Satelit di SST4

A. Astrosit Bentuknya seperti bintang (astra) dengan banyak cabang sitoplasma yang hanya dapat dilihat dengan teknik impregnasi perak. Intinya besar, bulat atau lonjong dan pucat (vesikular). Nukleoli tidak jelas. Sitoplasmanya mengandung ribosom, kompleks Golgi, lisosom dan neurofilamen.4 Neurofilamen memberi ketegaran pada proses astrositik. Cabang sitoplasmanya mengelilingi dan berhubungan dengan kapiler darah. Ada 2 macam astrosit: a. Astrosit protoplasmatik (Gb-19) Banyak ditemukan di dalam substansia kelabu (substansia grisea) otak dan sedikit di dalam substansia putih (substansia alba). Badan sel kurang lebih sama dengan sel piramid (sel saraf pada korteks serebrum). Inti sel juga besar tetapi sukar dikenali. Sitoplasmanya bercabang banyak, pendek dan gemuk atau tebal. Setiap cabang lalu bercabang-cabang lagi beberapa kali menjadi cabang yang lebih kecil sehingga gambarannya mirip lumut. Kadang-kadang dapat ditemukan cabang yang menempel pada pembuluh darah yang disebut kaki perivaskular yang berperan dalam membentuk sawar darah otak (Blood Brain Barrier).4

Gb-19 Astrosit Protoplasmatik

Gb-20 Astrosit Fibrosa

b. Astrosit fibrosa (Gb-20) Terutama terdapat di dalam substansia alba dan sedikit di dalam substansia kelabu. Besarnya kurang lebih sama dengan astrosit protoplasmatik. Inti selnya juga sukar dilihat. Percabangan sitoplasmanya juga banyak tetapi kurus-kurus atau tipis sehingga gambarannya mirip dengan binatang bulu babi. kadang-kadang juga ditemukan kaki perivaskular.4 Fungsi astrosit selain sebagai sel penyokong juga berfungsi untuk : 1. Menyerap kelebihan ion kalsium yang lolos dari sel saraf selama proses konduksi impuls saraf. 2. Berperan dalam transportasi zat metabolisme antar neuron. 3. Berperan dalam pembentukan jaringan parut di SSP bila mengalami cedera. Bila terjadi cedera pada SSP dan neuronnya rusak, maka astrosit menjadi sangat reaktif dan disebut astrosit hipertrofi dan astrosit reaktif menggantikan tempat neuron rusak.4

B. Oligodendroglia (Gb-21) Oligodendroglia bentuknya lebih kecil daripada astrosit dengan cabang sitoplasmanya lebih pendek dan jumlah cabang sedikit (oligo= sedikit). Intinya kecil, dan sitoplasma disekitar inti sedikit, tampak sebagai pinggiran perinuklear. Mengandung ribosom, kompleks Golgi, mikrotubulus dan neurofilamen.4

Sel ini terutama ada di substansia grisea yang berhubungan erat dengan perikarion neuron (sel-sel satelit perineuronal) dan di substansia alba dalam jumlah yang sedikit yang terletak di antara berkas-berkas akson. Lainnya terletak dekat dengan pembuluh darah (perivaskular).4 Fungsi oligodendroglia adalah membentuk selubung mielin di SSP dan sebagai sel penyokong. Cabang sitoplasma yang serupa daun dari badan-badan sel meluas melingkar mengitari serat-serat saraf secara spiral. Tiap oligodendroglia mempunyai beberapa cabang sehingga dapat membentuk sarung-sarung myelin disekitar beberapa serat-serat saraf yang berdekatan.4

Gb 21 Oligodendroglia

C. Mikroglia (Gb-22) Sel ini berasal dari mesoderm. Sel mikroglia merupakan sel yang kecil, terdapat disubstansia alba dan grisea dekat dengan pembuluh darah. Tampak jelas dengan pulasan perak karbonat metoda Rio Hortega. Badan sel agak gepeng. Intinya sukar dilihat. Percabangan sitoplasma yang langsung dari badan sel cukup besar dan disebut cabang primer. Cabang primer ini kemudian bercabang-cabang lagi menjadi cabang sekunder dstnya. Yang agak istimewa adalah bahwa cabang-cabang tersebut posisinya kurang lebih tegak lurus terhadap cabang sebelumnya. Fungsinya fagositosis. Mikroglia akan memfagosit jaringan yang nekrotik sehingga daerah tersebut menjadi bersih.4

Gb-22 Mikroglia

Gb-23 Sel-sel ependima

2.3. Sel Ependim (Gb-23) Sel ependim merupakan sel yang melapisi rongga atau ruang yang terdapat pada otak yang disebut ventrikel dan kanalis sentralis pada medulla spinalis. Bentuk sel silindris rendah atau kuboid dengan cabang sitoplasma dan pada permukaan bebasnya terdapat silia dan mikrovili. Sel ependim yang melapisi pleksus koroideus membentuk lapisan khusus yang disebut epitel pleksus koroideus.4

3. Fisiologi Sistem Saraf Pusat 3.1. Potensial Aksi Saraf Sinyal saraf dihantarkan oleh potensial aksi, yang merupakan perubahan cepat pada potensial membran yang menyebar secara cepat di sepanjang membran serabut saraf. Setiap potensial aksi dimulai dengan perubahan mendadak dari potensial membran negatif istirahat normal menjadi potensial positif dan kemudian berkahir dengan kecepatan yang hampir sama dan kembali ke potensial negatif. Untuk menghantarkan sinyal saraf, potensial aksi bergerak di sepanjang serabut saraf sampai tiba diujung serabut.5

Urutan tahap potensial aksi adalah sebagai berikut: 1. Tahap Istirahat Ini adalah potensial membran istirahat sebelum terjadinya potensial aksi. Membran dikatakan menjadi terpolarisasi selama tahap ini karena adanya potensial membran negatif sebesar 90 millivolt.5

2. Tahap Depolarisasi Pada saat ini membran tiba-tiba menjadi sangat permeabel terhadap ion natrium. Sehingga sejumlah besar ion natrium bermuatan positif berdifusi kedalam akson. Keadaan normal terpolarisasi sebesar 90 millivolt segera dinetralisasi oleh ion natrium bermuatan positif yang mengalir masuk, dan potensial meningkat dengan cepat kearah positif, keadaan ini disebut degradasi. Pada serabut saraf besar, sejumlah ion natrium bermuatan positif yang bergerak ke dalam menyebabkan potensial membran secara nyata melampaui nilai nol dan menjadi sedikit positif. Pada beberapa serabut yang lebih kecil, dan pada banyak neuron sistem saraf pusat, potensial hanya mendekati nilai nol dan tidak melampaui sampai keadaan positif.5 3. Tahap Repolarisasi Dalam waktu seperseberapa puluh ribu detik. Sesudah membran menjadi sangat permeabel terhadap ion natrium, kanal natrium mulai tertutup dan kanal kalium terbuka lebih dari biasanya. Selanjutnya, difusi ion kalium yang berlangsung cepat kebagian luar akan membentuk kembali potensial membran istirahat negatif yang normal. Peristiwa ini disebut repolarisasi membran.5 4. Anatomi dan Histologi Sistem Saraf Tepi 4.1. Anatomi Sistem Saraf Tepi Sistem saraf tepi terdiri dari jaringan saraf yang berada di bagian luar otak dan medulla spinalis. Sistem ini juga mencakup saraf cranial yang berasal dari otak: saraf spinal yang berasal dari medulla spinalis; dan ganglia serta reseptor sensorik yang berhubungan.6

1. Saraf kranial (12 pasang) Tabel no. 1 Saraf pada Otak (Cranial)7

2. Saraf spinal (31 pasang) yang berasal dari korda melalui radiks dorsal (posterior) dan ventral (anterior).6 a. Saraf servikal 8 pasang (C1-C8) b. Saraf torakal 12 pasang (T1-T12) c. Saraf lumbal 5 pasang (L1-L5) d. Saraf sacra 5 pasang (S1-S5) e. Saraf koksiks 1 pasang Setelah saraf spinal meninggalkan korda melalui formen intervertebral saraf kemudian bercabang menjadi 4 divisi: a. Cabang miningeal yang mempersarafi mininges, pembuluh darah medulla spinalis, dan ligament intervertebral.

b. Ramus dorsal (posterior) yang mempersarafi otot dan kulit pada bagian belakang kepala, leher, dan trunkus di region sraf spinal. c. Cabang ventral (anterior) terdiri dari serabut yang mensuplai bagian anterior dan lateral pada trunkus dan anggota gerak. d. Cabang visceral merupakan bagian system saraf otonom yang memiliki ramus komunikans putih dan abu-abu yang membentuk hubungan antara medulla spinalis dan ganglia pada trunkus simpatis sistem saraf otonom.6 Pleksus adalah jaringan-jaringan serabut saraf yang terbentuk dari ramus ventral seluruh saraf spinal kecuali T1 dan T11 yang merupakan awal saraf interkostal.6 a. Pleksus serviks terbentuk dari ramus ventral keempat saraf serviks pertama C1, C2, C3, C4, dan sebagian C5. Saraf ini menginervasi otot leher, kulit kepala, leher, dan dada. Saraf terpenting yang berawal pada pleksus ini adalah saraf frenik menginervasi diafragma. b. Pleksus brakial terbentuk dari ramus ventral saraf serviks C5, C6, C7, C8 dan saraf toraks pertama T1 dengan melibatkan C4 dan T2. Saraf ini mensuplai lengan atas dan beberapa otot leher dan bahu. c. Pleksus lumbal terbentuk dari ramus saraf lumbal L1, L2, L3, L4 dan dengan bantuan T12. Menginervasi kulit dan otot dinding abdomen, paha, dan genitalia eksternal. Saraf terbesarnya saraf femoral. d. Pleksus sacral terbentuk dari ramus ventral saraf sacral S1, S2, dan S3 serta bantuan dari L4, L5 dan S4. Inervasi anggota gerak bawah, bokong, dan region perineal. e. Pleksus koksiks terbentuk dari ramus ventral S5 dan saraf spinal koksiks dengan bantuan ramus S4. Inervasi region koksiks.6 3. Sistem saraf otonom yang terdiri dari sisitem saraf simpatis dan parasimpatis. Sistem saraf parasimpatis yang memiliki neuron preganglionik panjang yang menjulur mendekati organ yang terinervasi dan memiliki serabut postganglionic pendek.6

4.2. Histologi Sistem Saraf Tepi Saraf perifer mengandung kumpulan serabut saraf. Pada serabut saraf perifer akson diselubungi oleh sel Schwann yang juga disebut neurolemmosit. Akson berdiameter kecil umumnya tidak bermielin. Membran Schwann memiliki proporsi lipid yang lebih tinggi dari pada membrane sel lain dan selubung myelin berfungsi melindungi akson dan mempertahankan lingkungan yang konstan untuk potensial aksi. Diantara selsel Schwann berdekatan, selubung mielin memperlihatkan celah nodus kecil sepanjang akson yang disebut Nodus Ranvier.8 Pada sistem saraf berkelompok menjadi berkas untuk membentuk saraf. Akson dan sel Schwann terselubungi dalam lapisan jaringan ikat, yaitu epineurium (luar), perineurium, dan endoneurium. Ganglia adalah struktur lonjong yang mengandung badan sel neuron dan sel glia yang ditunjang jaringan ikat. Berkerja sebagai stasiun relay untuk menghantar impuls saraf, 1 saraf masuk dan 1 saraf lain keluar dari setiap ganglion. Arah impuls saraf menentukan apakah suatu ganglion sensorik atau otonom.8

5. Jenis-jenis Jaras Asenden-Desenden dan Tempat Penyilangan 5.1. Jaras Asenden 1. Jaras nyeri suhu Tractus spinothalamicus lateralis menyilang secara oblik menuju sisi kontralateral di substansia grisea anterior dan commisura alba dalam satu segmen medulla spinalis.1 2. Jaras raba dan tekanan ringan Tractus spinothalamicus anterior menyilang dengan sangat oblik menuju sisi kontralateral di substansia grisea anterior dan commisura alba dalam satu segmen medulla spinalis.1 3. Jaras sensasi sendi otot a. Tractus spinocerebellaris posterior b. Tractus spinocerebellaris anterior c. Tractus cuneocerebellaris

d. Tractus spinorectalis menyilang di bidang median dan berjalan ke atas sebagai tractus rectospinalis dalam columna alba anterolateral dan terletak dekat tractus spinothalamicuslateralis. e. Tractus spinoreticularis f. Tractus spino-olivarius g. Tractus sensorik visceral1 5.2. Jaras Desenden 1. Tractus piramidalis: Jaras secara langsung o Tractus kortikospinal berfungsi untuk gerakan-gerakan volunteer yang cepat dan terlatih, terutama ujung distal ekstremitas. Tempat menyilangnya tractus ini sebagian besar di decussatio pyramidum dan berjalan turun sebagai traktus kortikospinalis anterior dan menyilang di tingkat yang sesuai dengan tujuannya.1 2. Traktus ekstrapiramidalis o Traktus reticulospinalis berfungsi menghambat / memfasilitasi gerakan volunter, control ourflow simpatis dan parasimpatis hipotalamus. Beberapa menyilang ditempat yang berbeda. Tujuannya ke neuron motoric alfa dan gamma. o Traktus rektospinalis berfungsi mengatur reflex gerakan postural berkaitan dengan penglihatan, berasal dari collicus superior, menyilang segera setelah tempat asalnya, tujuannya ke neuron motoric alfa dan gamma. o Traktus rubrospinalis berfungsi memfasilitasi aktivitas otot-otot fleksor dan menghambat aktivitas otot-otot ekstensor. Menyilang segera dan ditujukan ke neuron motoric alfa dan gamma. o Traktus vestibulospinalis berfungsi memfasilitasi aktivitas otot-otot ekstensor dan menghambat aktivitas fleksor. Berasal dari nucleus vestibulares. o Tractus olivospinalis.1

6. Fungsi dari Traktus Asenden dan Desenden Dalam medulla spinalis lewat dua traktus dengan fungsi tertentu, yaitu traktus desenden dan asenden. Traktus desenden berfungsi membawa sensasi yang bersifat perintah yang akan berlanjut ke perifer. Sedangkan traktus asenden secara umum berfungsi untuk mengantarkan informasi aferen yang dapat atau tidak dapat mencapai

kesadaran. Informasi ini dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu (1) informasi eksteroseptif, yang berasal dari luar tubuh, seperti rasa nyeri, suhu, dan raba, dan (2) informasi proprioseptif, yang berasal dari dalam tubuh, misalnya otot dan sendi.10

7. Kelumpuhan UMN dan LMN Upper motorik neuron adalah neuron-neuron motorik yang berasal dari korteks motorik serebri atau batang otak yang seluruhnya (dangan saraf-saraf yang ada di dalam sistem saraf pusat). Pada kelumpuhan UMN , otot lumpuh dan kaku , ketengan tinggi dan mudah menimbulkan refleks otot rangka, bagian internal tetap berjalan pada sisi yang sama sampai berkas lateral ini tiba medulla spinalis. Disegmen medulla spinalis tempat berkas bersinap neuron LMN. Berkas tersebut akan menyilang ,dengan demikian

seluruh impuls motorik otot rangka akan menyilang ,sehingga kerusakan UMN diatas batang otak akan menimbulkan kelumpuhan pada otot-otot sisi yang berlawanan.1

8. Aspek Biokimia dari Jaras Anatomi Neurotransmitter eksitasi utama yang dilepaskan serabut delta A dan serabut C adalah asam amino glutamat. Substansi P, yaitu suatu neuropeptida juga dilepaskan dari serabut C. Glutamat adalah suatu neurotransmitter lokal yang bekerja cepat, sedangkan substansi P dilepaskan secara lambat dan menyebar di cornu posterior serta dapat memengaruhi banyak neuron. Pelepasan neurotransmitter glutamat berhubungan denga hantaran nyeri. Serotonin dan dua zat neurotransmitter, yaitu enkefalin dan endorfin bertindak sebagai suatu zat neurotransmitter pada sistem analgesik otak dan dapat menghambat pelepasan substansi P di cornu grisea posterios.1

9. Aspek Fisiologi dari Jaras Anatomi 9.1. Traktus Spinotalamikus Anterior Jalur ini merupakan serabut saraf yang fungsinya membawa stimulus taktil dan sensasi tekanan dengan reseptor perifer berada dikulit. Neuron pertama adalah sel saraf pseudounipolar ganglion spinalis. Biasanya cukup tebal, serat perifer bermielin yang mengirim sensasi taktil dan sensasi tekanan yang tidak begitu berbeda dari reseptor kulit, seperti keranjang rambut dan korpuskel taktil. Cabang sentral dari akson ini berjalan

melalui radiks posterior ke dalam funikuli posterior medulla spinalis. Di sini semua mungkin berjalan naik untuk 2 sampai 15 segmen dan dapat memberikan kolateral ke bawah untuk 1 sampai 2 segmen. Pada sejumlah tingkat, semua bersinaps dengan neuron kornu posterior. Sel-sel saraf ini menggantikan neuron kedua yang membentuk traktus spinotalamikus anterior. Traktus ini menyilang komissura anterior di depan kanalis sentralis ke sisi yang berlawanan dan berlanjut ke daerah perifer anterior dari funikulus anterolateral. Dari sini traktus ini berjalan naik ke nukleus ventralis talamus posterolateral, bersama dengan traktus spinitalamikus lateral dan lemniskus medialis. Selsel saraf talamus adalah neuron ketiga , memproyeksikan impuls ke dalam girus postsentralis melalui traktus talamokortikalis.11

Gambar 1. Lintasan-lintasan Raba dan Tekanan Ringan (Traktus Spinotalamikus Anterior)12 9.2. Traktus Spinotalamikus Lateral Jalur ini merupakan serabut saraf ascending yang terletak pada daerah medial sampai dorsal dan bagian ventral traktus spinoserebral. Jalur ini berfokus pada transmisi sensasi nyeri dan temperatur (suhu). Serabut-serabut saraf yang mengantarkan impuls pada jalur ini adalah serabut penghantar cepat tipe A delta dan serabut penghantar lambat

tipe C yang badan selnya terdapat pada bagian dorsal ganglia saraf. Kedua jenis serabut saraf tersebut merupakan serabut yang tidak bermielin. Cabang sentral memasuki medula spinalis melalui bagian lateral radiks posterior. Di dalam medula spinalis, cabang sentral ini terbagi menjadi kolateral pendek, longitudinal, dimana di atas 1 atau 2 segmen berhubungan sinaps dengan sel-sel saraf substansia gelatinosa. Cabang ini adalah neuron kedua yang membentuk traktus spinotalamikus lateral. Serat-serat dari traktus ini juga menyilang komisura anterior dan berlanjut ke bagian lateral funikulus lateral dan ke atas ke talamus. Seperti serat funikuli posterior, kedua traktus spinotalamikus juga tersusun dalam urutan somatotopik yang berasal dari tungkai, terletak paling perifer dan yang berasal dari leher, terletak paling sentral (medial).11 Traktus spinotalamikus lateral menyertai lemnikus medialis pada waktu lemnikus spinalis melewati pusat otak. Traktus tersebut berakhir pada nukleus ventralis posterolateral dari talamus. Dari sini, neuron ketiga membentuk traktus

talamokortikalis.

Gambar 2. Lintasan-Lintasan Nyeri dan Suhu (Traktus Spinotalamikus Lateral).12

10. Definisi Traktus Asenden dan Traktus Desenden 10.1. Definisi Traktus Asenden Traktus asenden adalah berkas-berkas serabut yang naik dari medulla spinalis ke pusat-pusat yang lebih tinggi sehingga menghubungkan medulla spinalis dengan otak. Saat memasuki medulla spinalis, serabut-serabut saraf sensorik dengan berbagai ukuran dan fungsi dipilah-pilah dan dipisahkan menjadi berkas-berkas atau traktus-traktus saraf di substansia alba.1

10.2. Definisi Traktus Desenden Traktus desenden adalah serabut-serabut saraf yang turun di dalam substansia alba dari berbagai pusat saraf supraspinalis dipisahkan dalam berkas-berkas saraf. Lower motor neuron menerima impuls-impuls saraf secara terus-menerus yang turun dari medulla spinalis, pons, mesencephalon, dan cortex cerebri, seperti impuls yang masuk pada serabut sensorik dari radix posterior.1

11. Mekanisme Spinothalamicus Pathway 11.1. Tractus Spinothalamicus Anterior Akson-akson memasuki medulla spinalis melalui ganglion radix posterior dan menuju ujung columna grisea posterior, kemudian terbagi dua menjadi cabang asenden dan desenden. Cabang-cabang ini berjalan sejauh satu atau dua segmen medulla spinalis dan memberikan kontribusi pada tractus posterolateral lissauer. Serabut neuron tingkat pertama ini diduga berakhir dengan bersinaps pada sel-sel di dalam kelompok subtantia gelatinosa columna grisea posterior.1 Selanjutnya akson-akson neuron tingkat kedua menyilang dengan sangat oblik ke sisi kontralateral di subtantia grisea anterior dandan comissura alba dalam beberapa segmen medulla spinalis , dan naik di dalam columna alba anterolateral sisi kontralaterl sebagai tractus spinothalamicus anterior . saat tractus spinothalamicus naik melalui

medulla spinalis terjadi penambahan serabut-serabut barupada sisi aspek medial tractus ini sehingga pada segmen cervicalis atas medulla spinalis serabut sacralis terletak paling lateral dan segmen servicalis paling medial.1

Ketika tractus spinotalamicus anterior naik melalui medulla oblongata, tractus ini dikuti oleh tractus spinothalamicus lateralis dan tractus spinotectalis yang secara bersama-sama membentuk lemniscus spinalis . Lemniscus spinalis terus naik ke bagian posterior pons, serta tegmentum medulla spinalis dan serabut-serabut tractus spinothalamicus anterior berakhir dan membentuk sinaps dengan neuron tingkat ketiga di nucleus ventroposterolateral thalami,rasa raba dan tekan diyakini dapat diapresiasikan disini.1

12. Mekanisme Dorsalkolom Pathway Mekanisme dorsalkolom pathway adalah jalur sensorik yang bertanggung jawab untuk transmisi raba, sensasi getar, dan sensasi sadar sendi otot. Akson-akson masuk ke medulla spinalis dari ganglion radix posterior ke columna alba posterior di sisi yang sama. Di sini serabut bercabang menjadi cabang panjang asendens dan cabang pendek desendens. Cabang-cabang desendens berjalan ke bawah beberapa segmen yang memberikan cabang-cabang kolateral yang bersinaps dengan sel-sel cornu grisea posterior, yaitu dengan neuron-neuron internuncial dan sel-sel cornu anterior. Jelaskan bahwa serabut-serabut pendek desendens ini terlibat dalam refleks-refleks intersegmental.1 Serabut-serabut panjang asendens juga dapat berakhir dengan membentuk sinaps dengan sel-sel di cornu grisea posterior, neuron-neuron internuncial, dan sel-sel di cornu grisea posterior, neuron-neuron internuncial, dan sel-sel di cornu anterior. Distribusi ini dapat meluas sampai meliputi beberapa segmen medulla spinalis. Seperti pada serabut pendek desendens, serabut ini juga terlibat dalam refleks intersegmental.1 Banyak serabut panjang asendens berjalan ke atas di dalam columna alba posterior sebagai fasciculus gracilis dan fasciculus curneatus. Fascirculus gracilis terdapat di sepanjang medulla spinalis dan berisi serabut panjang asendens dari nervi spinals sacralis, lumbalis, dan enam thoracicae bagian bawah. Fascirculus curneatus terletak di sebelah lateral segmen thoracicae atas dan cervicalis medulla spinalis dan dipisahkan dari fasciculus gracilis oleh sebuah septum. Fasciculus cuneatus berisi serabut panjang ascendens dari enam nervi spinals thoracicae bagian atas dan semua nervi spinales cervicalis.1

Serabut fasciculus gracilis dan fasciculus curneatus berjalan ke atas pada sisi ipsilateral serta berakhir dan membentuk sinaps dengan neuron tingkat kedua di dalam nucleus gracilis dan nucleus curneatus pada medulla oblongata. Akson-akson neuron tingkat kedua yang disebut serabut arkuata interna berjalan ke anteromedial di sekitar substantia grisea centralis dan menyilang bidang median, serta saling bersilangan dengan serabut-serabut yang sama dari sisi kontralateral di decussation sensorik. Selanjutnya, serabut berjalan ke atas sebagai sebuah berkas padat disebut lemniscus medialis yang melalui medulla oblongata, pons, dan mesencephalon. Serabut ini berakhir dan bersinaps dengan neuron tingkat ketiga di nucleus ventroposterolateralis thalami.1 Akson-akson neuron tingkat ketiga berjalan melalui crus posterius capsula interna dan corona radita untuk mencapai area somestesia di gyrus postcentralis cortex cerebri. Setengah bagian kontralateral tubuh diwakili secara terbalik, yaitu dengan tangan dan mulut terletak di inferior. Dengan cara ini, maka dapat di apresiasikan kesan rasa raba dengan perbedaan intensitas yang halus, lokalisasi yang tepat, dan diskriminasi dua titik. Sensasi getar dan posisi berbagai bagian tubuh dapat disadari dengan tepat.1 Serabut-serabut di dalam fasciculus curneatus dari segmen cervicalis dan thoracicae bagian atas, setelah berakhir pada neuron tingkat kedua di nucleus curneatus, kemudian diteruskan dan berjalan sebagai neuron tingkat kedua untuk memasuki cerebellum melalui pedunculus cerebella inferior sisi yang sama. Jaras ini disebut tractus curneocerebellaris dan serabut-serabutnya disebut fibrae arcuatae externae posteriors. Fungsi serabut-serabut ini adalah membawa informasi sensasi sendi otot ke cerebellum.1 Sensasi (Diskriminasi raba, sensasi getar, sensasi sadar sendi otot) Reseptor (Corpusculum Meissner, corpusculum Paccini, muscle spindle, organ-organ tendon) Neuron tingkat pertama (Ganglion radix posterior) Neuron tingkat kedua (Nuclei gracilis dan cuneatus) Neuron tingkat ke tiga (Neucleus ventroposterolateral thalami) Jaras-jaras (Fasciculus gracilis dan curneatus, lemniscus medialis) Tujuan (Gyrus postcentralis) 13 Pemeriksaan Radiologis Pada Cedera Sistem Saraf

13.1. CT-scan dan MRI columna vertebralis dan medulla spinalis CT-scan vertebra dan sendi-sendi dapat dilakukan. Portrusi discus intervertebralis dapat diidentifikasi dengan adanya penyempitan canalis vertebralis (spinal stenosis) dapat didiagnosis. MRI sagital lebih sering digunakan untuk menggantikan CT-scan dan mielografi. Bagian-bagian vertebra, discus intervertebralis, ligamentum longitudinalis posterior dan sacus meningeal (saccus theca) dapat diidentifikasi dengan mudah.1

13.2. Mielografi Ruang Subaraknoid dapat dipelajari secara radiografik dengan menyuntik zat kontras kedalam subaraknoid melalui pungsi lumbal. Minyak beryodium menunjukkan hasil yang memuaskan. Tekhnik ini disebut mielografi. Jika pasien duduk dalam posisi tegak, minyak akan turun sampai batas bawah ruang subaraknoid setinggi batas bawah vertebrae sacralis II. Dengan meletakkan pasien pada meja yang miring, minyak akan turun perlahan-lahan ke tingkat columna vertebralis yang lebih tinggi.1 Pada mielogram yang normal terlihat adanya proyeksi-proyeksi ke lateral dengan interval yang teratur pada tingkat ruang intervertebra. Hal ini disebabkan oleh zat yang bersifat opak (opaque medium) mengisi perluasan ruang subaraknoid kelateral disekeliling setiap saraf spinal. Adanya tumor atau prolapsus discus intervertebralis dapat menyumbat gerakan minyak dari satu tempat ke tempat yang lain saat pasien dimiringkan. Dengan kemajuan teknologi dalam penggunaan CT-scan dan MRI, saat ini sudah sangat jarang dibutuhkan prosedur yang sulit seperti mielografi untuk menegakkan diagnosis.1

14. Lesi yang Menyebabkan Kelumpuhan Pada lesi UMN unilateral (mis. Karena stroke). Lesi LMN sempurna (mis. Pada palsi Bell dan komplikasi pembedahan pada telinga tengah). Penyebab kelumpuhab saraf cranial tunggal diantaranya adalah aneurima serebri, diabetes mellitus, trauma, tumor serebri dan sklerosis multipel. Kelainan LMN sendiri merupakan lesi pada persarafan di atas kornu anterior atau nucleus motorik dari saraf cranial.13 Lesi-lesi pada perjalanan traktus piramidalis (UMN) adalah : 1. Lesi subkortikal

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Lesi kapsula interna Lesi pedunkulus Lesi pons Lesi pyramid Lesi servikal Lesi torakal Lesi kornu anterior Lesi dekusasio piramidalis13

Kerusakan saraf menyebabkan paralisis bisa di sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Penyebab kerusakan otak tersering adalah stroke, tumor, trauma (jatuh dan pukulan), multi sclerosis (penyakit yang merusak bungkus pelindung yang menutupi sel saraf), serebral palsy (keadaan yang disebabkan injuri pada otak yang terjadi sesaat setelah lahir), dan gangguan metabolic (gangguan dalam penghambatan kemampuan tubuh untuk mempertahankannya). Pada tulang belakang penyebab tersering adalah herniasi sendi (rupture sendi), spondilosis, rematoid arthritis pada tulang belakang atau multiple sklerosis. Pada sistem saraf tepi penyebab tersering adalah trauma, gullatin barre syndrome, carpal tunel sindrom, radiasi, toksin atau racun, CIDP dan penyakit dimielinisasi.1

15. Fungsi Sistem Saraf Tepi Pembagian Sistem Saraf Tepi Menurut Fungsi Tipe sel saraf pada sistem saraf tepi: 1. Aferen/sensorik Saraf aferen yang juga disebut sebagai saraf sensorik, berfungsi menyalurkan informasi yang berasal dari organ reseptor. Mekanisme penghantaran informasi antara reseptor dengan sistem saraf pusat terjadi melalui proses penghantaran impuls dengan kode irama dan frekuensi tertentu.14 2. Eferen/motorik Saraf eferen yang juga disebut sebagai saraf motorik, terdiri dari dua bagian yaitu saraf motorik somatik dan saraf motorik autonom. Saraf motorik somatik membawa

impuls dari pusat ke otot rangka sebagai organ efektor. Sistem saraf somatik turut berperan dalam proses mengendalikan kinerja otot yang diperlukan untuk

menyelenggarakan beragam sikap dan gerakan tubuh. Saraf motorik autonom merupakan salah satu komponen sistem saraf autonom yang mengendalikan otot polos, otot jantung dan kelenjar. Sistem araf autonom (SSAU) termasuk berbagai pusat pengendali di otak, pada dasarnya melaksanakan kegiatan secara independen dan tidak langsung dikendalikan oleh kesadaran. SSAU terutama mengendalikan berbagai fungsi organ viseral yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, antara lain fungsi jantung dalam mengatur volume curah jantung (cardiac output), fungsi pembuluh darah dalam mengatur aliran darah ke berbagai organ dan fungsi pencernaan.14

16. Cedera Medulla Spinalis 16.1. Cedera medulla spinalis akut Insidens cedera medulla spinalis akut di Amerika Serikat sekitar 10.000 per tahun. Cedera biasanya merupakan suatu bencana besar karena sedikit atau tidak terjadi regenerasi pada tractus saraf yang cedera berat, dan individu akan menjadi cacat. Terapi hanya terbatas pada realignment struktur anatomi dan stabilisasi columna vertebralis atau dekompresi medulla spinalis. Selama proses penyembuhan, pasien diberikan tindakan rehabilitasi intensif untuk mengoptimalkan fungsi neurogis yang masih ada. Selain meningkatkan manajemen terhadap komplikasi medis, hanya sedikit pengobatan baru yang berhasil dilakukan walaupun telah sangat banyak dilakukan penelitian untuk masalah degenerasi saraf di medulla spinalis. Akhir-akhir ini pemberian obat-obat tertentu (GM1 gangliosida dan metilprednisolon) kepada pasien segera setelah cedera menunjukkan hasil yang baik untuk mengurangi defisit neurologis. Percobaan pada hewan menunjukkan bahwa obat-obatan tersebut meningkatkan pemulihan fungsi neuron yang rusak.1

17. Brown-Sequard Syndrome 17.1. Definisi Brown squard syndrome adalah lesi sumsum tulang belakang yang tidak lengkap ditandai dengan gambaran klinis yang mencerminkan hemiseksi dari sumsum tulang belakang, sering di daerah servical.15

17.2. Etiologi Hemiseksi medula spinalis dapat disebabkan oleh fraktur dislokasi kolumna vertebralis, luka tembak, luka tusuk, tumor. Umumnya inkomplet, hemiseksi total jarang ditemukan.15

18. Mekanisme Jaras Asenden Traktus asenden membawa impuls sensorik dari reseptor ke korteks cerebri.16 Umumnya traktus asenden memiliki 3 neuron yaitu sebagai berikut: 1. Neuron 1 : Badan sel terletak di dalam ganglion radix posterior saraf tepi.

Prosesus perifer berhubungan dengan ujung reseptor sensorik, sedangkan prosesus sentral masuk ke medulla spinalis melalui radix posterior dan bersinaps dengan neuron tingkat kedua. 2. Neuron 2 : Memiliki akson yang menyilang di garis tengah (menyilang ke

sisi kontralateral) dan naik ke tingkat susunan saraf pusat yang lebih tingga yaitu tempat akson tersebut bersinaps dengan neuron tingkat ketiga. 3. Neuron 3 : Badan sel terletak di thalamus dan aksonnya memproyeksikan ke korteks serebri.16

Mekanisme rasa nyeri dan suhu. Impuls sensorik diterima dari reseptor dan dibawa oleh neuron pertama. Akson dari neuron pertama kemudian masuk ke medulla spinal dan naik pada level 1-3 dari segmen medulla spinalis. Kelompok dari akson tersebut dinamakan traktus dorso lateral. Traktus ini berakhir pada bagian posterior dari substansia grisea dan bersinaps dengan neuron kedua. Akson dari neuron kedua berjalan lurus melintasi garis dan kemudian naik sebagai traktus spinothalamikus lateral yang berlokasi pada kolumna

lateralis dari substansia alba. Traktus ini akan berakhir pada inti posterolateral ventral di thalamus dan akan bersinaps dengan neuron ketiga. Akson dari neuron ketiga akan memproyeksikan ke gyrus postcentralis dari korteks serebri.1

19. Jaras Sensorik Saat memasuki medulla spinalis,serabut-serabut saraf sensorik dengan berbagai ukuran dan fungsi dipisah-pisahkan menjadi tractus-tractus saraf disubtantia alba. Beberapa serabut saraf berpern menghubungkan segmen medulla spinalis kepusat

sehingga menghubungkan medulla spinalis dengan otak , berkas yang mengantar infuls ke atas disebut tractus desenden, tractus asenden mengantar infuls aferen baik yang disadari maupun yang tidak disadari maupun yang di sadari,infuls terbagi menjadi 2 yaitu: informasiektroseptik yang berasal dari luar tubuh seperti nyeri,suhu, dan raba, yang kedua informasiintroseptik berasal dari dalam tubuhmisalnya otot dan sendi.1 Anatomi jarasi sensorik jaras sensorik melewati tiga neuron dari tempat asal mareka direseptor menuju tujuan mareka diarea sensoris yang ada di otak, neuron pertama mendeteksi stimulus dan mentransmisikan menuju medulla spinalis akan ke otak melalui medulla spinalis menuju secarapsi lateral dilanjutkan ke fasikulus cuneatus di medulla spinalis dari situ menuju medulla oblongata, dimedula oblongata sinyal akan di terima di nucleus cuneatus diteruskan oleh neuron yang kedua melanjutkan sinyal menuju thalamus dari thalamus menuju mesencephalon akan melewati lemicus medial yang berada dimesencephalon selanjutnya neuron yang ketiga akan membawa sinyal dari thalamus menuju area sensorik yang berada di korteks serebri atau gyrus postsentralis, disana akan terbentuk jenis gerakan atau posisi tubuh yang diinginkan.1

20. Jaras Motorik 20.1. Neurotransmitter Neurotransmitter merupakan senyawa yang dilepaskan oleh ujung akson presinaps. Ikatan neurotransmitter pada neuron pasca sinaps menghasilkan potensial aksi sehingga impuls saraf terhantarkan. Neurotransmitter yang dapat ditemukan dipersarafan desenden:

1. Asetilkolin: Dapat mengeksitasi atau menginhibisi saraf pasca sinaps. Prekursornya adalah asetil CoA dan kolin dan diubah menjadi asetilkolin melalui enzim asetilkolin esterase. 2. Glisin dan Glutamat: Terdapat di interkoneksi SSP dan medulla spinalis. 3. Norepinefrin: Dihasilkan dari precursor triptofan, diolah melalui enzim dopamine-beta hidroksilase. Dilepaskan oleh neuron pasca ganglion simpatis sistem saraf otonom 4. Serotonin: Dihasilkan dari precursor triptofan. Diolah melalui enzim triptofan-5hidrosilase serta merupakan neurotransmitter desenden umum disekitar mesensefalon, pons, dan medulla oblongata.1

21. Neuromotoral Junction Gelombang kontraksi diteruskan dari satu sel otot ke sel otot lain, melalui gap junction. Pada otot polos satu neuron hanya mengendalikan beberapa serabut otot. Di bagian ujung akson sebagainya terbuka sehingga memungkinkan difusi zat transmitter dari akson ke sel otot. Taut neuromuskular pada otot rangka dan neuromuskular junction pada otot jantung.1

22. Lengkung Refleks Refleks adalah suatu respon involunter terhadap sebuah stimulus. Refleks tergantung pada keutuhan lengkung refleks. Sebuah lengkung refleks monosinaptik terdiri dari reseptor, saraf aferen, saraf eferen, dan efektor.1 Pada medulla spinalis, lengkung refleks berperan penting dalam mempertahankan tonus otot. Serabut saraf aferen berdiameter besar menghantarkan impuls dengan cepat pada satu sinaps.1 Lengkung refleks spinal segmental juga dipengaruhi pusat yang lebih tinggi seperti otak. Impuls dihantarka oleh trakrus jaras asenden pada serebellum melalui traktus sphinoserebrallis lateral. Contohnya pada refleks regang otot. Radix posterior membawa impuls menuju radix dorsalis berjalan langsung menuju radix anterior substansia grisea bersinaps langsung dengan neuron motorik anterior yang mengirimkan kembali pada kumparan otot yang sama.5

23. Sinaps Sinaps adalah tempat transmisi dari membran presinaps ke postsinaps, dari neuron ke neuron lain atau dari neuron ke perifer.Impuls kimiawi seperti neurotransmitter yang dihantarkan. Sedangkan impuls listrik melalui ion-ion yang dihantarkan melintas bebas pada gap junction. Lebar sinaps sekitar 20-30 nm. Pada presinaps terdapat vesikel dan neurotransmitter serta mitokondria dan reseptor pada post sinaps.5 Jenis-jenis sinaps, yaitu: 1. Akson-dendritik 2. Akson-somatik 3. Akson-aksonik 4. Dendro-dendritik 5. Akson-somatik1 Pada saat akson mendeteksi sinaps maka dapat terjadi pelebaran terminal (bouton terminal) atau perluasan termina (bouton de passage). Dapat terbentuk dari sinaptik berupa penonjolan sebagai reseptor hubungan sinaps dengan bouton aferen.5 Sinaps untuk menyalurkan sinyal listrik melaui kanal-kanal ion yang terbuka secara langsung melalui gap junction, sebaliknya pada organ viseral potensial aksi mudah dari otot polos satu ke serabut berikutnya. Dalam proses ini dibutuhkan ATP. Sifat penjalaran sinaps yang dapat terjadi adalah kelelahan sinaps(refactory) apabila mendapat rangsangan yang berlebihan. Hal ini mengurangi eksitabilitas neuron.5

24. Persarafan Thoracal X Thoracal X mempersarafi serabut sensorik yang bersifat simpatis melalui nervus hypogastricus yang akan merangsang peregangan kandung kemih sehingga memberi rasa penuh, terbakar dan sesak kencing. Inervasi simpatis pada kandung kemih dan uretra berasal dari intermediolateral nuclei di region torakolumbal.10

25. Saraf yang Mengatur Organ Pencernaan Dorsal nukleus NX: akson neuron preganglionik membentuk saraf yang sangat panjang yang menjalar dari organ dada (Thoracic viscera) sampai organ perut (Abdominal viscera). Neuron postganglionik terletak di dekat organ target. Disebut

terminal atau intramural ganglia. Intermediolateral gray matter dari segmen sacral II-IV: menginervasi 1/3 distal colon transversal, colon descending, rectum, kandung kemih (bladder), dan organ genital.16

Gambar 2515

H. Kesimpulan Hipotesis diterima dengan perbaikan sehingga hipotesis kami adalah Karena hemiseksi pada thoracal X medulla spinalis menyebabkan kelumpuhan lower motor neuron berupa paralisis ipsilateral yang mempersarafi ekstremitas bawah.

I. Daftar Pustaka

1. Richard, S. Snell. Neuroanatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran edisi 7. Jakarta:EGC. 2011 2. R. Putz & R. Pabst. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Edisi 22. Jakarta: EGC. 2010 3. Sherwood, L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC. 2001 4. Ahmad A.J. Catatan Kuliah: Struktur Mikroskopik Sistem Saraf. Departemen Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia PSPD FKIK Universitas Tanjungpura. 2013 5. Arthur, C. Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:EGC. 2007 6. Sloane, Ethel. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC. 2003 7. Saladin. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function 3rd Edition. McGraw-Hill Companies. 2003 8. Mescher, Anthony L. Histologi Dasar Junqueira: Teks dan Atlas. Jakarta: EGC. 2011 9. Doenges, Marylin E. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC. 2002 10. Netter F, Craig J, Perkins J. Atlas Neuroanatomy and Neurophysiology. USA: Icon Costum Comunication. 2002 11. Lumbantobing. Sistem Sensorik. Dalam: Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: FKUI. 2006 12. Duss, Peter. Diagnosis Topik Neurologi, Anatomi, Fisiologi, Tanda, dan Gejala. Jakarta: EGC. 1996 13. Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf Edisi IV. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2010 14. Bertram, G. Katzung. Farmakologi dasar dan Klinik Edisi 10. Jakarta: EGC. 2010 15. Yayan A.Israr. Hemiseksi medula spinalis. Universitas Riau. 2008 16. Budiman, Gregory dan Guntur Darmawan. Basic Neuroanatomical Pathways. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2009

You might also like