Professional Documents
Culture Documents
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat menyebabkan infeksi. Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous infection). Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih disebabkan karena faktor eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya melalui makanan dan udara dan benda atau bahan-bahan yang tidak steril. Pasien-pasien yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU) memiliki risiko tinggi mengalami infeksi dibandingkan dengan pasien lainnya. Seperti diketahui, pasien yang dirawat di ICU mempunyai pertahanan tubuh yang rendah, monitoring keadaan secara invasive, terpapar dengan berbagai jenis antibiotika dan terjadi kolonisasi oleh mikroorganisme resisten sehingga mengakibatkan pasien-pasien yang dirawat di ICU mempunyai potensi yang lebih besar untuk mengalami infeksi. Infeksi nosokomial merupakan kejadian yang sering terjadi di rumah sakit dan dapat menimbulkan kerugian bagi pasien, keluarga dan rumah sakit itu sendiri. Salah satu infeksi nosokomial yang sering terjadi adalah infeksi aliran darah pada pasien-pasien yang terpasang CVC (Central Venous Catheter). Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat pasien setelah 3x24 jam setelah dilakukan perawatan di rumah sakit. Salah satu jenis infeksi nosokomial yang sering terjadi adalah infeksi aliran darah. Infeksi menjadi penyebab kematian utama di kebanyakan unit perawatan khusus. Di beberapa negara Eropa dan Amerika, infeksi berkisar 1% sedangkan di beberapa tempat di Asia, Amerika Latin, dan Sub-Sahara Afrika mencapai 4%. Survei yang dilakukan oleh WHO pada tahun 1987 di Eropa, Mediterania timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat, ditemukan 8,7% dari seluruh pasien dirumah sakit menderita infeksi. Akibatnya 1,4 juta pasien di dunia terkena infeksi yang didapat di rumah sakit. Di Negara-negara berkembang termasuk Indonesia, kejadian infeksi nosokomial jauh lebih tinggi. Menurut penelitian yang dilakukan di dua kota besar Indonesia didapatkan angka kejadian infeksi nosokomial sekitar 39%-60%. Di Negara-negara berkembang terjadinya infeksi nosokomial tinggi karena kurangnya
Rumusan masalah Bagaimanakah cara menurunkan angka kejadian infeksi aliran darah dalam pemakaian kateter di ICU?
1.3
Tujuan
Tujuan umum Untuk mengetahui cara menurunkan angka kejadian infeksi aliran darah dalam pemakaian kateter di ICU
Tujuan khusus
sentral
2. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi aliran darah
Manfaat
Teoritis Untuk menambah pengetahuan dalam hal menurunkan angka kejadian infeksi
dalam pemakaian kateter sentral pada perawatan pasien intensif khususnya di ICU sehingga memungkinkan untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
Praktis Untuk menerapkan pedoman pencegahan infeksi dalam pemakaian kateter sentral
pada perawatan pasien intensif sehingga meminimalisasi kejadian infeksi khususnya di ICU.
Kateter Vena Sentral (CVC) adalah metode pemantauan invasif yang umum digunakan untuk pemantauan yang terus menerus dari status peredaran darah pasien dan merupakan jalan masuk menuju vena sentral. Tujuan dari pemasangan CVC adalah :
Untuk menilai jumlah cairan dalam tubuh Menentukan tekanan atrium kanan atau vena sentral Mengevaluasi kegagalan sirkulasi Untuk memberikan cairan parenteral yang bersifat hipertonik, yang apabila diberikan melalui vena tepi akan mudah menyebabkan plebitis Untuk memberikan obat-obatan parenteral atau intravena terutama dalam keadaan darurat Untuk memberikan cairan dengan tepat dan dengan jumah yang banyak apabila melalui vena tepi tidak dapat atau kolaps
Indikasi pasien dipasang CVC secara umum pasien yang kritis membutuhkan pemasukan cairan atau obat atau pengukuran volume darah pada kasus - kasus : Operasi besar Status kekurangan cairan darah Kecelakaan (pasien dengan trauma berat disertai dengan perdarahan yang banyak yang dapat menimbulkan syok.) Penyakit kardiovaskuler berat. Kateterisasi jantung kanan dalam pemantauan hemodinamik (Arif, Syafri K, 2010) Kontraindikasi : Absolut :
SVC sindrom Infeksi pd area insersi Koagulopati Insersi kawat pacemaker Disfungsi kontralateral diafragma
Relatif :
Pembedahan leher
Lokasi insersi untuk CVC Menurut Smeltzer (2002), lokasi umum insersi adalah : 1. Vena Subclavia (dekat dada) 2. Vena Jugular eksternal (leher) 3. Vena Jugular internal (leher) 4. Vena Femoral (pangkal paha) 5. Vena Basilic atau Cephalic (lengan) 6. Vena Umbilical (pada bayi)
Adanya kuman pathogen pada hasil kultur Menggigil Kulit teraba hangat Panas/hipertermi (>38 0 C) Adanya nyeri Takikardi Terjadi flebitis/bengkak Tampak kemerahan di area pungsi Hasil laboratorium menunjukkan adanya peningkatan WBC
Menurut sumber, faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi yaitu interaksi antara pejamu/host (pasien, perawat, dokter), agen (mikroorganisme patogen) dan lingkungan.
Pejamu : -
Usia Penyakit dasar yang menurunkan imunitas pejamu Sistem imun Faktor psikologis Kemampuan menempel pada permukaan sel pejamu Kemampuan invasi dan reproduksi Kemampuan memproduksi toksin Kemampuan menekan sistem imun pejamu Dosis yang tak efektif ( obat )
Mikroorganisme : -
(Smeltzer, 2002)
Kualitas perawatan CVC didasarkan pada pemberian perawatan kateter yang dilakukan oleh perawat yang meliputi standar operasional perawatan kateter dan prosedur pencegahan infeksi aliran darah. Dalam pelaksanaannya, perawat diharapkan mampu mematuhi standar serta prosedur yang telah ditetapkan sehingga nantinya dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Di ruang intensif, biasanya perawatan CVC dilakukan dengan cara: 1. Melepaskan balutan CVC 2. Membersihkan area pungsi dengan alcohol 3. Mengganti balutan CVC dengan gaas steril yang diisi betadin, kemudian difiksasi dengan plester
Pengukuran dan Kategorisasi Data Pada seluruh studi ini, data angka kejadian infeksi aliran darah berkaitan dengan
pemakaian kateter dikumpulkan setiap bulan dari seorang praktisi pengendalian infeksi Rumah Sakit yang telah terlatih. Staf pengendalian infeksi di Rumah Sakit telah mengecek kultur yang terkontaminasi sebelum memasukkan data untuk penelitian. Kami mendefinisikan kateter sentral sebagai kateter yang berujung pada jantung atau dekat dengan jantung atau di pembuluh darah besar dekat jantung, dimana termasuk kateter sentral yang dimasukkan lewat perifer. Data laju infeksi selama 3 bulanan dihitung sebagai angka infeksi per 1000 catheter-days untuk tiap periode 3 bulan.
2.
Pemaparan, Hasil, Dan Hipotesis Studi Kami memaparkan intervensi penelitian menjadi 6 kategori variabel sementara,
membandingkan nilai setiap variabel dengan nilai dasar. Hasilnya adalah data per 3 bulan dari angka infeksi aliran darah berkaitan dengan pemakaian kateter. Analisis termasuk 3 karakteristik Rumah Sakit, yang diperoleh dari panduan American Hospital Association yaitu status pengajaran (variabel biner), kapasitas bed (varibel kontinyu), dan wilayah geografis (8 kategori). Rumah Sakit pendidikan diharuskan menjadi anggota dari Council of Teaching Hospitals Health Systems dan harus disetujui untuk pelatihan residensi oleh Accreditation Council for Graduate Medical Education atau American Osteopathic Association. Hipotesis utama studi adalah angka laju infeksi aliran darah berkaitan dengan pemakaian kateter akan menurun selama 3 bulan pertama setelah implementasi. Hipotesa
Adanya kultur kuman patogen yang didapatkan dari 1 atau lebih sampel darah dan kultur organisme dari darah tidak berkaitan dengan infeksi yang terjadi di area lain atau menunjukkan salah satu gejala di bawah ini yaitu : Panas (temperature >38 0 C) Menggigil Hipotensi
Tanda dan gejala dan hasil yang positif tidak berkaitan dengan infeksi yang terjadi di area lain Menunjukkan salah satu tanda di bawah ini yaitu : Kontaminan/ bakteri kulit yang umum ( Diphtheroids, Bacillus spesies, Propionibacterium waktu yang berbeda Kontaminan/ bakteri kulit yang umum, didapatkan dari paling tidak 1 kultur darah dari sampel pasien dengan pemakaian kateter intravascular Tes antigen positif pada darah (Haemophillus influenza, Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitides, atau grup B Streptococcus) spesies, Coagulase-negative staphylococci atau Micrococci) didapatkan dari 2 atau lebih sampel darah yang diambil pada
3.
Analisa Statistik Sampel yang digunakan sebanyak 103 ICU. Karena distribusi data tidak normal dalam interkuartil digunakan untuk meringkas data.
Median dibandingkan dengan dasar nilai-nilai dengan penggunaan test Wilcoxon duasampel. Kami menggunakan perangkat lunak Stata (versi 9.1) untuk analisis. 4. Prosedur Intervensi (Perawatan CVC) Intervensi studi ditargetkan kepada petugas medis. Lima basis bukti prosedur telah direkomendasikan oleh CDC dan diidentifikasi memiliki pengaruh terbesar pada tingkat kateter terkait infeksi aliran darah dan merupakan hambatan terendah untuk pelaksanaan implementasi.
yang terbatas.
Tidak dapat mengevaluasi kepentingan relatif dari komponen individu dari intervensi
berpartisipasi. Namun demikian, ICU berpartisipasi dalam studi ini menyumbang 85% dari tempat ICU di Michigan.
Data infeksi di ICU hanya dalam satu negara, yang dapat membatasi kemampuan
untuk menggeneralisasi temuan. 3.2 ANALISIS JURNAL Menurut Smeltzer (2002) dari beberapa tindakan keperawatan salah satu terapi yang paling sering mengakibatkan infeksi adalah terapi intravena, karena terapi ini membuka akses vena dan sangat mudah terjadi infeksi apabila kita tidak melakukannya dengan benar dan dengan teknik aseptik. Terapi intravena ini juga menimbulkan kecendrungan berbagai bahaya, termasuk komplikasi local dan sistemik. Komplikasi sistemik lebih jarang terjadi tetapi sering lebih serius dibandingkan komplikasi local dan termasuk kelebihan sirkulasi (kelebihan beban cairan), emboli udara, reaksi demam, dan infeksi. Dari hasil peneliti, angka kejadian infeksi mengalami penurunan dari 2,7 (rata-rata 7,7) infeksi per 1000 penggunaan kateter menjadi 0 (rata-rata 2,3) dalam 3 bulan setelah implementasi (perawatan CVC dengan chlorhexidine dan teknik aseptik) dalam penelitian intervensi (p0,002) dan bertahan 0 (rata-rata 1,4) sampai 18 bulan selama follow up. Penelitian ini didukung oleh jurnal yang berjudul Chlorhexidine Compared with Povidone-Iodine Solution for Vascular CatheterSite Care dimana dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kejadian infeksi aliran darah berkurang secara signifikan pada pasien dengan akses vaskular sentral yang menerima chlorhexidine glukonat dengan povidone-iodine untuk pada kulit yang didesinfeksi. Penggunaan chlorhexidine glukonat adalah cara sederhana untuk mengurangi infeksi yang berhubungan dengan kateter pembuluh darah. Chlorhexidine adalah suatu antiseptik yang termasuk golongan bisbiguanide. Chlorhexidine merupakan antiseptik dan disinfektan yang mempunyai efek
Kateter Vena Sentral (CVC) adalah metode pemantauan invasif yang umum digunakan untuk pemantauan yang terus menerus dari status peredaran darah pasien dan merupakan jalan masuk menuju vena sentral.
Perawatan CVC dilapangan telah sesuai dengan teori yang ada, yaitu perawatan CVC dilakukan dengan cara aseptik, biasanya penggantian balutan dilakukan dua sampai tiga kali seminggu dan sesuai kebutuhan. Pasien ditempatkan pada posisi fowler renda untuk penggantian balutan. Perawat dan pasien dapat mengurangi kemungkinan kontaminasi lewat udara dengan menggunakan masker selama penggantian balutan. Balutan lama dibuang dengan hati hati untuk mencegah kateter berubah posisi. Area diperiksa terhadap adanya kebocoran, kateter terlipat, nyeri tekan, atau drainase purulen. Perawat memakai sarung tangan steril dan membersihkan area dengaan aseton atau hapusan alkohol, diikuti dengan hapusan iodine. Alcohol dapat digunakan dengan cara yang sama untuk menghilangkan iodine. Salet antibiotic diberikan pada sisi pemasangan bila diresepkan, dan sisi tersebut ditutup dengan balutan kecil, kemudian diplester mengelilingi kateter. Bantalan kassa atau balutan transparan ditempatkan ditengah area.
4.2 SARAN Untuk membantu mengurangi angka kejadian infeksi nosokomial diharapkan perawat mampu melakukan pencegahan, seperti cuci tangan sebelum melakukan kontak dari satu pasien ke pasien lain, melakukan prosedur secara benar dalam perawatan CVC agar pasien terhindar dari infeksi aliran darah. Perawat mempunyai peranan penting pada pecegahan terhadap infeksi aliran darah, seperti mengkaji adanya tanda-tanda infeksi pada pasien, membuat inspeksi harian daerah alat akses vascular, dan memantau perubahan yang ada.
Arif, Syafri K. 2010. Pemantauan Invasif: Indikasi, Persiapan, dan Teknik. Makasar: Departemen Anestesiologi Universitas Hassanudin. Potter, Patricia. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC. Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 2 & 3. Jakarta: EGC Kenals. 2006. Chlorhexidine Compared with Povidone-Iodine Solution for Vascular CatheterSite Care, (online), (http://www.annals.org/content/136/11/792.full, diakses tanggal 16 Februari 2012) .