Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh : Kelompok 9 Icuk Susanto Putro P2.31.31.0.11.018 Musthika Dhea Arasyi P2.31.31.0.11.026 Sari Puspita Anggraeni P2.31.31.0.11.038 D3 2A
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya makalah ini. Makalah ini berisi tentang materi penggolongan mikroorganisme menurut lingkungan suhu tinggi (termofil), sedang (mesofil), dan rendah (psikofil). Beserta jenis-jenis dan syarat hidup dari mikroorganisme tersebut. Makalah ini membantu kita semua untuk memahami materi mengenai penggolongan mikroorganisme menurut lingkungan suhu tinggi (termofil), sedang (mesofil), dan rendah (psikofil). Beserta jenis-jenis dan syarat hidup dari mikroorganisme tersebut. Mahasiswa diharapkan mampu berpikir analisis, memanfaatkan pengetahuan mengenai penggolongan mikroorganisme menurut lingkungan suhu tinggi (termofil), sedang (mesofil), dan rendah (psikofil). Beserta jenis-jenis dan syarat hidup dari mikroorganisme tersebut. Walaupun demikian, kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan diterima dengan ucapan terima kasih demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk para mahasiswa pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2 BAB 1.......................................................................................................................... 3 BAB II.......................................................................................................................... 5 2.1 PENGGOLONGAN MIKROORGANISME MENURUT LINGKUNGAN SUHU................5
Penulis
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Semua makhluk hidup sangat bergantung pada lingkungan sekitar, demikian juga jasat renik. Makhluk-makhluk halus ini tidak dapat sepenuhnya menguasai faktor-faktor lingkungan, sehingga untuk hidupnya sangat bergantung kepada lingkungan sekitar. Satusatunya jalan untuk menyelamatkan diri dari faktor lingkungan adalah dengan cara menyesuaikan diri (adaptasi) kepada pengaruh faktor dari luar. Penyesuaian mikroorganisme terhadap faktor lingkungan dapat terjadi secara cepat dan ada yang bersifat sementara, tetapi ada juga perubahan itu bersifat permanen sehingga mempengaruhi bentuk morfologi serta sifat-sifat fisiologik secara turun menurun. Kehidupan mikroorganisme tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Misalnya, bakteri termogenesis menimbulkan panas di dalam medium tempat tumbuhnya. Beberapa mikroba dapat pula mengubah pH dari medium tempat hidupnya, perubahan ini dinamakan perubahan secara kimia. Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan
Beberapa kelompok mikroba sangat resisten terhadap perubahan faktor lingkungan. Mikroba tersebut dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan kondisi baru tersebut. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah yaitu: 1. Bagaimanakah penggolongan mikroorganisme menurut lingkungan suhu tinggi (termofil), sedang (mesofil), dan rendah (psikofil)? 2. Apa sajakah jenis dan syarat hidup mikroorganisme termofil, mesofil, dan psikofil? 3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi resistensi panas (TDT)? 4. Pengaruh apa sajakah yang ditimbulkan oleh suhu subfreezing dan freezing terhadap mikroorganisme?
1.3 TUJUAN PENULISAN Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi pengerjaan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah mikrobiologi pangan. Selain itu, penulisan makalah ini juga bisa membantu kita untuk mengetahui penggolongan mikroorganisme menurut lingkungan suhu tinggi (termofil), sedang (mesofil), dan rendah (psikofil). Beserta jenis-jenis dan syarat hidup dari mikroorganisme tersebut. 1.4 MANFAAT PENULISAN Penulisan makalah ini memberikan beberapa manfaat, yaitu : memberikan informasi ilmiah kepada teman-teman sesama mahasiswa tentang penggolongan mikroorganisme menurut lingkungan suhu tinggi (termofil), sedang (mesofil), dan rendah (psikofil). Beserta jenis-jenis dan syarat hidup dari mikroorganisme tersebut.
BAB II ISI
2.1 PENGGOLONGAN MIKROORGANISME MENURUT LINGKUNGAN SUHU Suhu merupakan faktor lingkungan utama yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan sintasan mikroorganisme. Suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi tidak memungkinkan mikroorganisme untuk tumbuh. Suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi tidak memungkinkan untuk mikroorganisme untuk tumbuh. Suhu minimum dan maksimum tampak bervariasi diantara mikroorganisme yang merupakan refleksi kisaran suhu rata rata habitatnya. Daya tahan terhadap suhu itu tidak sama bagi tiap-tiap spesies. Ada spesies yang mati setelah mengalami pemanasan beberapa menit di dalam cairan medium pada suhu 60C, sebaliknya ,bakteri yang membentuk spora seperti genus Bacillus dan Clostridium itu tetap hidup setelah di panasi dengan uap 100C atau lebih selama kira-kira setengah jam. Untuk sterilisali, maka syaratnya untuk membunuh setiap spesies untuk membunuh setiap spesies bakteri ialah pemanasan selama 15 menit dengan tekanan 15 pound serta suhu 121C di dalam autoklaf. Masing-masing mikroorganisme memerlukan suhu tertentu untuk hidupnya. Suhu pertumbuhan suatu mikroorganisme dapat di bedakan dalam suhu minimum, optimum dan maksimum. Ketiga suhu tersebut dinamakan suhu kardinal yang juga merupakan karakteristik suatu mikroorganisme meskipun tidak mutlak. Suhu minimum suatu jenis mikroorganisme
5
ialah nilai paling rendah dimana kegiatan mikroorganisme masih berlangsung. Suhu optimum adalah nilai yang paling sesuai /baik untuk kehidupan mikroorganisme. Suhu maksimum adalah nilai tertinggi yang masih dapat digunakan untuk aktivitas mikroorganisme tetapi pada tingkatan kegiatan fisiologi yang paling minimal. Berdasarkan atas perbedaan suhu pertumbuhannya dapat di bedakan mikroorganisme yang psikrofil, mesofil, termofil, dan hipertermofil.
2.1.1
Mikroorganisme Hipertermofil Mikroorganisme hpertermofil merupakan mikroorganisme yang hidup pada kisaran suhu
65 - 114 C, dengan suhu optimum 88 C. Contoh dari mikroorganisme termofil adalah Crenarchaeota. Semua Crenarchaeota yang berhasil dikultur hingga saat ini merupakan mikroorganisme hipertermofil yang tumbuh optimal pada suhu di atas 80 C dan beberapa diantaranya memiliki suhu optimum di atas titik didih air. Sebagian besar Crenarchaeota hipertermofil diisolasi dari tanah panas geotermal dan air yang mengandung sulfur dan sulfida. Lingkungan terestrial, sumber air panas kaya sulfur, lumpur mendidih, dan tanah dengan suhu mencapai 100 C umumnya bersifat sangat asam karena adanya oksidasi biologis H2S dan S0 menghasilkan asam sulfat (H2SO4). Lingkungan yang panas dan kayak sulfur tersebut disebut sebagai solfataras. Solfataras dapat bersifat asam hingga alkali (pH 5-8) atau sangat asam (pH1) tergantung dari lingkungan geologis di sekitarnya. Mayoritas Crenarchaeota hipertermofil ditemukan pada daerah netral atau dengan tingkat keasaman sedang, dan beberapa spesies lainnya ditemukan tumbuh pada sumber air panas bawah
6
laut yang disebut hydrothermal vents. Sumber air panas bawah laut ini bersuhu lebih panas dibandingkan air permukaan karena air berada di bawah tekanan. Semua hipertermofil dengan suhu optimum di atas 100 C berasal dari daerah perairan tersebut.
2.1.2
Mikroorganisme Termofil Mikroorganisme termofil (politermik), yaitu mikroorganisme yang tumbuh dengan baik
sekali pada suhu setinggi 55 sampai 65C, meskipun mikroorganisme ini juga dapat berbiak pada suhu lebih rendah atau lebih tinggi daripada itu, yaitu dengan batas-batas 40C sampai 80C. Golongan ini terutama terdapat didalam sumber air panas dan tempat-tempat lain yang bersuhu lebih tinggi dari 55C.
A.
Ciri-ciri mikroorganisme termofil: 1. Mempunyai membran sel yang mengandung lipida jenuh, sehingga titik didihnya tinggi 2. Dapat memproduksi protein termasuk enzim yang tidak terdenaturasi pada suhu tinggi 3. Di dalam DNA-nya mengandung guanin dan sitosin dalam jumlah yang relatif besar sehingga molekul DNA tetap stabil pada suhu tinggi
Mikroorganisme termofil agak menyulitkan pekerjaan pasteurisasi, karena pemanasan pada pasteurisasi itu hanya sekitar 70 C saja, sedang pada suhu setinggi itu spora-spora tidak mati. Spora mikroorganisme termofil juga merepotkan perusahaan pengawetan makanan. Selama bahan makanan di dalam kaleng itu di simpan pada suhu yang rendah, spora-spora tidak akan tumbuh menjadi mikroorganisme. Akan tetapi, jika suhu sampai naik sedikit, besarlah bahaya akan rusaknya makanan itu sebagai akibat dari pertumbuhan spora-spora tersebut. Mikroorganisme ini sering tumbuh pada makanan yang disimpan pada suhu tinggi, misalnya didalam lemari pemanas.
B.
tidak tumbuh dibawah suhu 500C. Beberapa termofil obligat apat tumbuh pada suhu 77 0C dan bakteri ini sangat resisten terhadap pemanasan (1210C selama 60 menit)
2. Mikroorganisme Termofil Fakultatif: Mikroorganisme yang tumbuh pada kisaran suhu
C.
Contoh Mikroorganisme termofil 1. Bacillus stearothermophilus: Penyebab kebusukan asam tanpa gas (flat sour)
2. Archaebakteria : Banyak ditemukan hidup dilingkungan ekstrim seperti sumber air panas, telaga garam, bahkan dalam saluran pencernaan hewan ruminansia (sapi, domba)
3. Methanococcus
2.1.3
Mikroorganisme Mesofil Mikroorganisme Mesofil adalah mikroorganisme yang hidup baik diantara suhu 5-600C,
sedangkan suhu optimumnya adalah 25-400C minimumnya 150C dan maksimumnya disekitar 550C. Umumnya hidup didalam alat pencernaan, kadang-kadang ada juga yang dapat hidup dengan baik pada suhu 400C atau lebih. Mikroorganisme yang hidup didalam tanah dan air umumnya bersifat mesofil, tetapi ada juga yang dapat hidup diatas 50 0C (termotoleran). Contoh mikroorganisme termotoleran adalah Methylococcus capsulatus.
2. Staphylococcus aureus
10
3. Thermos aquaticus
4. Clostridium pasteurianum
5. Bacillus subtilis
11
6. Lactobacillus bulgaricus
2.1.4
Mikroorganisme Psikrofil Mikroorganisme psikrofil adalah mikroorganisme yang dapat hidup diantara suhu 0-300C,
suhu optimumnya antara 10-200C. Mikroorganisme yang dapat tumbuh pada 00C, tetapi suhu optimumnya antara 20-400C disebut psikrotoleran. Kebanyakan dari golongan ini tumbuh ditempat-tempat dingin baik didaratan maupun dilautan. Mikoorganisme psikrofil dapat mengganggu makanan yang disimpan terlalu lama didalam lemari es dan akan mati pada suhu ruang sehingga bila kita akan menelaah mikroorganisme ini perlu dijaga agar tidak ada peningkatan suhu ketika mengambil, mentranspor, mengisolasi, dan memberi perlakuan lain pada contoh.
12
Kelompok psikrofil yang banyak dipelajari ialah alga yang diisolasi dari daerah kutub, sedangkan kelompok psikrotoleran lebih banyak dijumpai di alam dibandingkan psikrofil. Kelompok ini dapat diisolasi dari tanah, air dari daerah yang beriklim sedang, atau pada daging, susu, dan produknya, sayuran, buah-buahan yang disimpan pada suhu refrigerator.
A. Jenis-jenis mikroorganisme psikrofil 2. Psikrofil fakultatif: psikrofil yang masih dapat tumbuh diatas 200C 3. Psikrofil obligat: psikrofil yang tidak dpat tumbuh diatas 200C
13
4. Streptococcus faecalis
5. Bacillus suptilis
14
6. Lactobacillus sp
7. Bacillus polymixa
8. Pseudomonas
15
9. Flavobacterium
10.
Alcaligenes
11.
Micrococcus
16
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESISTENSI PANAS Suhu tinggi melebihi suhu maksimum akan menyebabkan denaturasi protein dan enzim. Hal ini akan menyebabkan terhentinya metabolisme. Dengan nilai suhu yang melebihi maksimum, mikroorganisme akan memberikan beberapa macam reaksi: 1. Titik kematian termal suatu jenis mikroba (Thermal Death Point) adalah nilai suhu serendahrendahnya yang dapat mematikan jenis mikroba yang berada dalam medium standar selama 10 menit dalam kondisi tertentu. Laju kematian termal (Thermal Deat Rate) adalah kecepatan kematian mikroba akibat pemberian suhu. Hal ini karena tidak semua spesies mati bersamasama pada suatu suhu tertentu. Biasanya, spesies yang satu lebih tahan dari pada yang lain terhadap suatu pemanasan, oleh karena itu masing-masing spesies itu ada angka kematian pada suatu suhu. 2. Waktu kematian temal (Thermal Death Time) merupakan waktu yang diperlukan untuk membunuh suatu jenis mikroba pada suatu suhu yang tetap. Biasanya standar suhu itu di atas titik didih dan titik pemanasan setinggi ini perlu bagi pemusnahan bakteri berspora. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik kematian termal antara lain ialah waktu, suhu, kelembaban, bentuk dan jenis spora, umur mikroba, pH dan komposisi medium. Contoh waktu kematian thermal (TDT/ thermal death time) untuk beberapa jenis bakteri adalah sebagai berikut: Nama mikroba Waktu (menit) 20-30 19 20-50 100-330 Suhu (0C)
Escherichia coli Staphylococcus aureus Spora Bacilus subtilis Spora Clostridium botulinum
57 60 100 100
2.2.1
Determinasi Resistensi Panas Dalam menentukan daya tahan panas suatu spesies perlu diperhatikan syarat-syarat
2. Berapa lama spesies itu berada dalam suhu tersebut 3. Apakah pemanasan bakteri itu dilakukan dalam keadaan kering atau basah. Di dalam keadaan basah maka protein dari bakteri lebih cepat menggumpal daripada di dalam keadaan kering pada suhu yang sama. Berdasarkan hal ersebut maka sterilisasi barangbarang gelas di dalam oven memerlukan temperature yang lebih tinggi daripada 121C dan waktu yang lebih lama dari 15 menit. 4. Beberapa pH dari medium tempat bakteri itu dipanasi. Sedikit perubahan pH menuju ke asam atau basa sangat berpengaruh terhadap pemanasan maka buah-buahan yang masam lebih mudah disterilisasi daripada sayuran atau daging. 5. Sifat-sifat lain dari medium tempat bakteri itu dipanasi. Misalnya, bakteri yang dipanasi dalam air lebih lekas mati daripada jika pemanasan itu dilakukan dalam buih.
2.3 PENGARUH
SUHU
FREEZING
DAN
SUBFREEZING
TERHADAP
MIKROORGANISME Umumnya bakteri lebih tahan suhu rendah daripada suhu tinggi. Pembekuan sebenarnya tidak berpengaruh kepada spora, karena spora sangat sedikit mengandung air. Pembekuan bakteri di dalam air lebih cepat membunuh bakteri daripada kalau pembekuan itu dilakukan di dalam buih; buih tidak membeku sekeras air beku. Pembekuan secara perlahan dalam suhu -16 C (es campur garam) lebih efektif daripada pembekun secara mendadak dalam udara beku (-190 C). Juga pembekuan secara terputus-putus ternyata lebih efektif daripada pembekuan secara terus-menerus. Apabila mikroba dihadapkan pada suhu rendah dapat menyebabkan gangguan metabolisme, akibat-akibatnya adalah:
1.
Cold shock: penurunan suhu yang tiba-tiba menyebabkan kematian bakteri, terutama pada bakteri muda atau pada fase logaritmik.
2.
Pembekuan (freezing): rusaknya sel dengan adanya kristal es di dalam air intraseluler.
18
3.
Lyofilisasi: proses pendinginan dibawah titik beku dalam keadaan vakum secara bertingkat.
3.1 KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan di atas adalah aktivitas mikroorganisme dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroorganisme. Beberapa kelompok mikroorganisme sangat resisten terhadap perubahan faktor lingkungan. Mikroorganisme tersebut dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan kondisi baru tersebut.
3.2 SARAN Berdasarkan penulisan makalah di atas, maka dapat disarankan bahwa mahasiswa yang ingin memanfaatkan jasa dari mikroorganisme harus selalu memperhatikan pengaruh
19
lingkungan yang dibutuhkan mikroorganisme untuk proses kehidupannya. Hal ini sangat diperlukan agar mahasiswa dapat memanfaatkan semaksimal mungkin jasa dari mikroorganisme tersebut untuk meningkatkan pendapatan atau juga untuk kepentingan lainnya yang bermanfaat dalam kehidupannya, tanpa menganggu kehidupan dari mikroorganisme tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta. Djambatan Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama http://www.anneahira.com/bakteri-termofilik.htm http://www.docstoc.com/docs/22704676/Faktor-lingkungan-bagi-pertumbuhan-mikroba http://zaifbio.wordpress.com/category/mikrobiologi/ http://www.scribd.com/doc/47962438/MESOFIL
20
21