Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Tujuan: keseimbangan cairan & elektrolit --> dalam batas normal mengoreksi defisit: - gangguan - makanan per oral (-) anak-anak lebih rentan dari dewasa gangguan cairan & elektrolit: - perdarahan luka - luka bakar - kenaikan suhu (infeksi, sepsis)
Faktor-faktor penyebab gangguan: - fungsi ginjal belum sempurna - kecepatan turn over tiga kali dewasa Keberhasilan pembedahan: - 60% pengelolaan cairan dan elektrolit - 40% teknik pembedahan
- rasio ekstraseluler dan intraseluler: - dewasa: 1:2 - anak-anak: 2:3 - neonatus: 1:1 - isi cairan tubuh: - bukan ion: dektrose, ureum, kreatinin - ion: kation (Na, K, Mg, Ca, dll.), anion (HCO2, Cl, PO4, dll).
Tabel 1. Komposisi Elektrolit dalam Cairan Tubuh Anak Plasma, ECF CATIONS Sodium Potassium Calcium Magnesium ANIONS Chloride Bicarbonate Sulfate Phosphate Protein Organic anions 103 24 1 2 16 5 114 27 1 2 5 5 3 10 116 40 140 4 5 2 146 4 3 1 12 150 7 Interstitial Fluid, ICF Intracellular Fluid
Tabel 2. Komposisi Cairan Tubuh pada Anak Percent Body Weight Total Body Water Intracellular Fluid Extracellular Fluid Intravascular Interstitial 60 40 20 5 15 Percent Total Body Water 100 67 33 8 25
Gerakan aktif elektrolit tergantung dari: permeabilitas membran sel kemampuan difusi masing-masing partikel kekuatan listrik pada permukaan membran sel perubahan tegangan potensial membran sel transport aktif dari partikel ion yang digerakkan oleh energi dari pemecahan ATP dan ADP
Gerakan air secara pasif dipengaruh oleh tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik. Tekanan hidrostatik terbesar ada dalam pembuluh darah yang mendorong plasma ke jaring interstitial.
Na+
K+
Cl -
5-20 3-15
120-140 5-15
10-80 10-110
Untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit mekanismenya diatur terutama oleh: Ginjal, melalui mekanisme reninangiotensin Adrenal, melalui mekanisme aldosterone mempengaruhi retensi air Hypofise, melalui mekanisme ADH mempengaruhi resorpsi air di tubulus ginjal Paru-paru, melalui keseimbangan asambasa dan, mekanisme alkalosis-asidosis
Keseimbangan cairan tubuh dipengaruhi oleh intake dan output substansi Balance positif : Input > output Balance negatif : Input < output Balance nol : Input = output
Sumber utama dari intake adalah diet. Komponen output terjadi melalui urine, feses, dan insensibel water loss.
Insensibel water loss kehilangan cairan melalui paruparu dan kulit. Komponen utama pada periode neonatus adalah transepithelial water loss (TEWL).
Insensibel water loss pada neonatus: 28cc/ kg BB/ 24 jam dalam udara tanpa kelembaban 14cc/ kg BB/24jam dalam perawatan humidified isolette 40-45 cc/kg BB/24 jam dalam perawatan dengan pemanasan
Semakin matang perkembangan kulit, semakin resisten terhadap kehilangan air. Setiap milimeter air yang menguap, kehilangan 0,58 kcal panas tubuh.
(x = setiap kelebihan diatas 10kg; y = setiap kelebihan di atas 20kg) Untuk bayi prematur, diberikan 150cc/ kg BB. Apabila terdapat kenaikan suhu tubuh (diatas 38C) maka diberikan tambahan sebesar 10%X kebutuhan maintanence untuk setiap kenaikan suhu sebesar 1C.
Kebutuhan elektrolit
-Natrium -Kalium -Chlorida -Kalsium -Phosphor : : : : : 3-5 mEq/kg BB/hari 2-5 mEq/kg BB/hari 4-12 mEq/kg BB/hari 0,5-3 mEq/kg BB/hari 0,5-1 mEq/kg BB/hari
Kebutuhan kalori 0-1 tahun : 1-7 tahun : 7-12 tahun : 12-18 tahun : >18 tahun :
90-120 kcal/kg BB/ hari 75-90 kcal/kg BB/ hari 60-75 kcal/kg BB/ hari 30-60 kcal/kg BB/ hari 25-30 kcal/kg BB/ hari
Kebutuhan kalori naik 12% dari perhitungan untuk tiap 1C kenaikan suhu tubuh.
Kalo dihitung berdasarkan berat badan: Bayi prematur dan bayi berat badan lahir rendah : 120 kalori/ kg BB Bayi dengan berat badan sampai 10kg : 100 kalori/ kg BB Bayi dengan berat badan 10kg sampai 20kg : 1000 +50 kalori/ kg BB Bayi dengan berat badan di atas 20kg : 1500 + 20 kalori/kg BB
Kebutuhan protein 0-1 tahun : 1-7 tahun : 7-12 tahun : 12-18 tahun : >18 tahun :
2,0-3,5 gr/kg BB 2,0-2,5 gr/kg BB 2,0 gr/kg BB 1,0 gr/kg BB 1,5 gr/kg BB
Kebutuhan lemak Lemak menghasilkan 9 kalori setiap gramnya Biasanya lemak diberikan setelah pasien mendapat makanan peroral. Toleransi tubuh terhadap pemberian lemak peranteral adalah 2,5-3,5 gr/kg BB/ hari.
Pola gangguan
Defisit cairan extraseluler hilangnya cairan kedalam lumen usus pada ileus atau terjadinya cairan exudat pada peritonitis,juga pada kasus muntahmuntah. Akibat dari defisit tersebut adalah berkurangnya volume plasma atau darah dengan gejala-gejala mulai dari tahicardia sampai dengan syok dimana terjadi gangguan sirkulasi perifer hal ini terjadi pada keadaan berat.Juga terjadi penurunan cairan pada jaringan dengan akibat terganggunya turgor kulit.
Defisit air Keadaan dehidrasi terjadi karena penderita biasanya tidak minum sedangkan insensible loss terus langsung apalagi bila disertai demam.Pada keadaan yang parah dimana kadar Na menjadi 150 mEq/l atau lebih, terjadi keadaan dehidrasi hipotonik yang dapat menimbulkan gejala-gejala kelainan SSP.
Asidosis metabolik Keadaan asidosis ini terjadi karena terganggunya fungsi ginjal sebagai akibat dari berkurangnya perfusis ginjal. Gangguan fungsi tersebut mengakibatkan terjadinya penimbunan ion-ion H sehingga pH tubuh menjadi asam. Pada keadaan asidosis yang berat, dapat menimbulkan depresi dari faal sirkusi.
Gangguan kadar kalium Kalium dapat hilang bersama-sama dengan hilangnya cairan.Selain itu pemasukan kalori yang kurang akan menyebabkan pembakaran jaringan yang berakibat terjadinya pelepasan kalium dari sel. Dilain pihak keadaan asidosis dan gangguan faal ginjal memungkinkan terjadinya hipokalemi.
Dehidrasi Sedang (5-10%) Turgor (kekenyalan) kulit berkurang Mata cekung Permukaan lapisan lendir sangat kering Ubun-ubun depan mencekung Dehidrasi Berat (>10%) Tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah: Denyut nadi cepat dan isinya kurang (hipotensi/tekanan darah menurun) Ekstremitas (lengan dan tungkai) teraba dingin Oligo-anuria (produksi urin sangat sedikit, kadang tidak ada), sampai koma
Pengawasan (Monitoring)
Semua anak yang mendapatkan cairan infus sebaiknya diukur berat badannya, 6 8 jam setelah pemberian cairan, dan kemudian sekali sehari. Semua anak yang mendapatkan cairan infus sebaiknya diukur kadar elektrolit dan glukosa serum sebelum pemasangan infus, dan 24 jam setelahnya. Bagi anak yang tampak sakit, periksa kadar elektrolit dan glukosa 4 6 jam setelah pemasangan, dan sekali sehari sesudahnya.