You are on page 1of 8

Malin kundang

Assalamualaikum wr,wb Kami dari madrasah ibtidaiyah harapan bangsa dalam mata pelajaran akidah dan akhlak akan mempersembahkan sebuah drama sederhana berjudul malin kundang Di dalam drama ini banyak pesan banyak mengandung pesan moral yang dapat menjadi contoh untuk kita agar kita dapat sedikit memperbaiki akhlak kita. Berbagai karakter yang ada di dalam drama ini memberikan nilai-nilai tersendiri untuk kita evaluasi agar kita dapat mengambil sisi baik darinya. Tokoh di dalam drama ini yaitu: Ramdan sebagai malin kundang Meiliana sebagai ibu arum Pio sebagai gilang Adam sebagai yudi Rizki sebagai Guntur Pipin sebagai ayu Nafa sebagai ningrum Genta sebagai kapten prabu

Disebuah desa bernama suka maju hiduplah seorang pemuda yg bernama Malin. Ia hidup bersama ibunya, sedangkan ayahnya telah lama meninggal dunia. Suatu hari Malin menyampaikan keinginannya kepada ibunya untuk pergi merantau ke kota. Malin : bu, aku ingin pergi ke kota, aku ingin mencari pekerjaan di sana Ibu arum : tidak usah ke kota nak, jika kau ingin bekerja disini pun banyak pekerjaan untukmu, Malin: tidak bu, aku ingin pergi ke kota, lagi pula disini aku dapat bekerja apa?? Ibu arum : kau isa ikut berlayar untuk mencari ikan malin : aapa aku harus melakukan pekerjaan terhina seperti itu?? Ibu arum : apanya yang terhina?? Semua orang disini bekerja seperti itu, bahkan kau pun bisa besar karena ayahu memberimu nafkah dari hasil itu Malin: iya,, hingga akhirnya ayahku mati tenggelam di laut da sampai sekarang tak ada jenazahnya, apakah ibu mau aku seperti ayah Ibu arum : tentu tidak nak,,, ibu melarangmu karena ibu tidak mau kau jauh dari ibu nak,,, Malin : sudahlah bu jangan menangis Di tengah perdebatan mereka datanglah ayu wanita yang sudah sejak lama memuja malin namun cintanya tak kunjung mendapat sambutan dari malin. Ayu: ibu kenapa?? Kenapa ibu menangis malin?? Ibu arum: malin akan pergi meninggalkan ibu ayu Ayu : apa itu benar malin?? Kau akan pergi kemana malin? Malin : benar,, aku akan pergi mencari pekerjaan ke kota Ayu : benarkah semua itu malin, apakamu tega meninggalkan ibumu yang sudah tua seperti ini sendiri Malin : ayu dengar aku, aku tidak mungkin terus berdiam diri seperti ini, justru karena aku menyyangi ibuku maka aku ingin mencari kerja ke kota, aku tidak tega melihat ibu bekerja setiap hari untukku Ayu: tapi malin.. bagaimana dengan aku Malin:dengar ayu aku mohon kau mengerti keadaanku,,, aku ingin kau memberikan penjelasan kepada ibuku agar dia mengerti dan mau mengizinkan aku untuk pergi Ayu: baiklah akan aku coba Berbagai alasan di lontarkan malin agar ibunya mengizinkannya untuk pergi, dengan memperalat ayu wanita yang selama ini mencintainya, dengan begitu malin dengan mudahnya meluluhkan ayu.

Ayu : ibu, ayu rasa sebaiknya ibu mrngizinkan malin untuk pergi, biarkanlah dia mencari apa yang dia inginkan Ibu arum: tapi ayu, ibu tidak bisa jauh dari anak ibu, dia adalah nyawa ibu, harta yang paling berharga yang ibu punya Ayu: ibu jamgan khawatir malin berjanji, dia akan mengirimkan surat, dan jika ada kesempatan dia akan sering pulang untuk menengok ibu Ibu arum : benarkah itu ayu.? Ayu: benar bu, ibu angan khawatir ada ayu yang akan menjaga ibu disini Ibu arum: baiklah terima kasih nak Akhirnya malin mendapatkan restu dari ibunya,, sesaat sebelum malin pergi, seperti kebanyakan pemuda lainya, malam itu malin sedak berbincang-bincang dengan teman-temannya. Malin: hai kau tahu besok aku aakan meninggalkan desa ini gilang: "Kamu mau ke mana, Malin?" Malin: "Besok, aku akan merantau untuk mengubah nasib." guntur: "Apa? Jika kamu pergi merantau, siapa yang akan menjaga Ibumu di sini?" Malin: " ada ayu yang bersedia menjaga ibuku yudi: sepertinya ayu itu bener-benar menyukaimu malin, sehingga dia mau menjaga ibumu selama kau tidak ada malin : biarkan saja dia menyukaiku tapi asal kalian tau ayu itu bukan tipeku, gilang: teganya bang malin ini, mempermainkan gadis cantik seperti ayu, seandainya ayu mau denganku pasti tidak akan pernah aku menyakitinya seperti malin malin: hai gilang kalo kamu menyukai ayu ambil saja hahhahaha

yudi: "malin jia kau besok benar2 akan pergi merantau ke kota. Ingat pesanku untukmu, jangan lupakan kita yang ada di sini,."

Keesokan harinya, Ibu Malin mengantarkan anaknya ke pelabuhan.

Ibu: "Jaga dirimu baik-baik, Nak. Cepatlah pulang, setelah kamu sukses di rantau. Malin: "Ya Ibu, doakan saya supaya saya cepat mendapat rezeki yang banyak. Malin: teman-teman, tolong kamu jaga Ibu saya baik-baik. Terima kasih sebelumnya. Selamat tinggal. ayu: "Jangan khawatirkan soal itu, Malin. Saya berjanji akan merawat ibumu sepenuh jiwa raga saya. Jaga dirimu baik-baik. " Ibu: "Selamat jalan, Anakku." ayu: "Selamat jalan, Malin." Akhirnya, Malin memulai peruntungannya di perantauan. Ia pergi berlayar dengan saudagar kaya. Di kapal, Kapten memberinya pekerjaan sebagai kru. Kapten memiliki putri semata wayang, yang telah menjadi seorang anak gadis cantik. Nama anak gadis Kapten adalah Ningrum. Ketika Malin melihatnya, ia jatuh hati. Hal ini memberikan semangat kepada Malin untuk bekerja lebih giat lagi. Malin: (Berkata di dalam hati, saat melihat Ningrum mendatanginya) "Ningrum sangat cantik. Aku menyukainya, dan harus menikahinya. Dengan begitu, jika sesuatu terjadi pada ayahnya, warisannya akan jatuh ke tanganku, sehingga aku akan menjadi orang kaya. Ningrum: "Apakah kamu melihat ayahku? Malin: "Hmm, saya tidak melihatnya. Mungkin ia pergi ke dapur. Cobalah ke sana untuk melihatnya." Ningrum: "Oh, baiklah. Saya akan ke sana menemuinya." Malin: [Tersenyum] "Ya, silakan Nona. Apakah perlu kuantar? Ningrum: [Hanya tersenyum, sambil berjalan meninggalkan Malin.] Sementara itu, di kampung halaman Malin, Ibu Malin sangat gelisah. Ia resah bagaimana Malin menjalani kehidupannya di perantauan. Apakah Malin sehat? Apakah Malin bisa menjaga dirinya baik-baik? Semua pertanyaan-pertanyaan khas orang tua yang khawatir akan anaknya menggelayut menjadi beban pikiran Ibu Malin. Sementara itu, ia juga khawatir Malin tidak pulang kembali ke kampung halamannya, dan melupakan dirinya. Ibu: "ayu, ibu rindu sekali dengan Malin. Kira-kira, kapankah ia kembali? Apakah ia baik-baik saja saat

ini? ayu:"Jangan takut, Ibu. Malin akan pulang. Ia telah berjanji. Sementara itu, biarkan saya menjaga Ibu. Ibu: "Ya, terima kasih, ayu Entah, apa jadinya ibu tanpa bantuanmu." ayu: Jangan terlalu dipikirkan, Ibu. [Suatu hari, kapten memanggil Malin, karena ia akan menaikkan jabatan Malin atas prestasi kerjanya selama ini. Dengan jabatan ini, dalam beberapa tahun, membuat Malin menjadi orang kaya.] kapten prabu: malin kemarilah Malin: ada apa kapten Kapten : saya lihat kerjamu sangat baik dan kamu sungguh git dalam bekerja maka dari itu saya akan menaikan pangkatmu menjadi wakil saya Malin: benarkah itu kapten terima kasih atas kepercayaan kapten Kapten prabu: baiklah terus bekerja dengan giat malin Malin: "Sekarang, saya kaya raya. Saya dapat membeli semuanya dengan uang saya. Karena itu, Ningrum harus menikah dengan saya. [Semakin hari, Ibu Malin semakin merindukan anaknya. Ketuaannya membuat ia lelah menunggu Malin. Namun, Dayat selalu memberikan dukungan untuk Ibu Malin, bahwa Malin yang akan datang kembali dan orang kaya.] guntur: "Jangan sedih, Ibu." Ibu: ibu lelah, guntur. Saya lelah menunggu Malin. Kita tidak pernah mendapatkan berita dari Malin sedikit pun. gilang: "Saya percaya Ibu, bahwa Malin akan datang kembali dan menjadi orang kaya. Ibu: "Apakah kamu yakin, Dayat?" yudi: "Ya, Ibu. Jangan sedih lagi ibu." [Setelah Malin telah menjadi orang kaya, Malin menikahi Ningrum. Mereka hidup bahagia dan menjadi pasangan yang romantis.] Malin: Sayang, apa yang sedang kamu pikirkan?

Ningrum: Malin suamiku, kita kan sudah menikah. Bagaimana kalau kita berbulan madu? Malin: Sepertinya, itu ide bagus, bagaimana kalau kita Pulau Dua Angsa? Ningrum: Wah, pulau itu sangat bagus. Saya setuju. Malin: Oke! Kalau begitu, kita ke sana besok. [Keesokan harinya, Malin serta istrinya berlayar ke Pulau Dua Angsa. Dalam perjalanannya, mereka singgah ke kampung halaman Malin, untuk mengisi berbagai perbekalan. Tapi, Malin tidak menemui Ibunya seperti yang telah dijanjikan. Ia hanya berjalan-jalan di sekitar dermaga saja. Ketika itu,sahabat Malin melihatnya.] yudi: "Malin? Apakah dia Malin? Ya, seperti dia adalah Malin. Saya harus mengatakan itu kepada Ibunya." [teman-teman malin pergi ke rumah Ibu Malin untuk mengabarkan kedatangan Malin. Ia sangat senang mengetahui Malin datang ke kampung halamannya. Jika, Ibu Malin mengetahui berita ini, tentu hatinya bahagia.] gilang: "Ibu... Ibu ..." Ibu: "Ya, saya di sini,." yudi: "Ibu, Malin pulang. Ia ada di pelabuhan sekarang. Tampaknya, ia telah menjadi orang kaya sekarang!" Ibu: "Apa kamu yakin kalau yang kamu lihat adalah Malin?" guntur: "Ya, saya yakin Bu. Saya tidak mungkin bisa melupakan wajahnya. Saya masih ingat wajah Malin." Ibu: "Jika apa yang kamu lihat benar, ayo temani saya pergi ke sana." [ayu dan teman-teman mendampingi Ibu Malin untuk menemui anaknya. Sesampainya di pelabuhan, Ibu Malin memang melihat anaknya. Saking harunya, air mata keluar dari matanya. Ia memanggil Malin dari kejauhan untuk kemudian mendekatinya.] Ibu: "Malin, Malin, anakku! Malin "

Ningrum: "Siapa itu wanita tua, Suamiku?" [Malin tidak menjawab pertanyaan Ningrum, karena tenggorokannya tercekat tidak bisa menjawab pertanyaannya dari istrinya.] Ningrum: "Siapa dia, Suamiku?" Ibu: Malin, siapa ia? Apakah ia Istrimu? Ia sungguh wanita yang sangat cantik. [Ibu Malin membuka tangannya untuk memeluk menantunya.] Ningrum: [Tapi, Ningrum menepis pelukan itu.] "Issh, jangan sentuh aku!" Malin: "Jangan kamu menyentuhnya! Dasar wanita kotor! Kulitmu bisa mengotori kulitnya!" Ningrum: "Siapa wanita tua ini, Malin? Benarkah ia Ibumu? Uh, ia benar-benar sangat kotor." Malin: "Saya tidak tahu. Saya tidak mengenal wanita ini. " Ibu: "Malin, anakku. Kenapa kamu ini, Nak? Apa salah Ibu? Aku ini Ibumu. Ibumu. Kamu telah berjanji untuk kembali ke kampung ini untuk menemuiku, jika kamu sudah kaya. Sekarang kamu sudah kaya, dan bukankah kedatanganmu ke sini untuk menemuiku? Malin: "Cih, Ibuku? Mengaku-ngaku saja kamu sebagai Ibu? Saya tidak mengenal kamu. Jika saya kaya, tentu Ibu saya juga kaya. Tidak sepertimu, kotor dan bau! Ibu: "MALIN!!! [Ibu Malin berkata keras.] Ibu: Saya Ibumuibu yang telah melahirkanmu! Saya bisa mengatakan fakta tentang dirimu." Ningrum: "Pergi saja kamu, wanita tua." Ibu: "Malin ... Malin ..." Malin: "Pergi. Pergilah sekarang, kamu!" ayu: "MALIN! Lupakah kamu terhadap Ibumu? Lupakah kamu terhadap sayasahabat baikmu? Ini Ibumu, Malin. Ibumu." Malin: "Tidak, saya tidak lupa. Saya benar-benar tidak mengenal kamu dan wanita tua itu. Seingat saya, saya tidak pernah memiliki sahabat sepertimu." adam: "Jahat, kamu! Celakalah kamu, Malin."

Ibu: "Ingat saya, Nak? Saya adalah ibumu." Dayat: "Tolong, ingat ibumu, Malin. Ia selalu menunggumu kembali ke kampung halamanmu. Ingatlah janjimu, Malin." [Malin tidak peduli. Ia menyeret Ibunya dengan kasar, hingga wanita tua itu jatuh tersungkur.] Malin: Jangan panggil aku sebagai anakmu, wanita kotor! Ayo, Ningrum, kita harus pergi secepatnya dari tempat ini sebelum wanita ini mengotori wajah kita." Ningrum: "Ya, Suamiku." [Setelah mendorong paksa Ibunya pergi, Malin kembali ke kapalnya. Sementara Ibunya, masih berteriak memanggil-manggil namanya.] Ibu: Malin ... Malin ... Jangan biarkan Ibumu Malin!!! [Hilang sudah kesabaran Ibu Malin melihat tingkah anaknya. Lalu, dengan kesal ia mengucap asal kalimat jadilah batu!. Kata-kata seorang Ibu yang sedang marah menjadi doa yang didengar oleh Tuhan.] Ibu: Ya Tuhan, kenapa anakku seperti itu? Apa salahku? Apa dosaku? Ia sama sekali melupakanku. Saya tidak terima perlakuan itu darinya. Sekarang hilang sudah kesabaranku. Aku mengutuknya: Jadilah batu!!! [Setelah itu, tiba-tiba datanglah badai menghancurkan Kapal Malin, petir menyambar tubuhnya. Malin: Apa yang terjadi? Tubuh saya tidak bisa digerakkan! Maafkan saya, Ibu. Maafkan saya ...! Ningrum: Apa yang terjadi? Apa yang terjadimu, Malin? Kamu kenapa? [EPILOG: Malin pun berubah menjadi batu, ketika ia meminta ampun kepada Ibunya. Kapal, kru serta istrinya tenggelam ke dasar laut. Itulah hasil jika kita memberontak kepada orang tua kami terutama untuk ibu kita.]. Malin kundang merupakan contoh perilaku manusia pada umumnya. Banyak orang sukses melupakan jasa perjuangan orang di sekelilingnya yang turut andil dalam kesuksesannya. Malin kundang merasa gengsi untuk mengakui tempat asal dan ibunya, bagai kacang lupa kulitnya. Sifat yang dimiliki malin kundang ini dijadikan refleksi agar kita tetap rendah hat dan tidak sombong seperti apa yang di tunjukan oleh malin kudang si anak yang durhaka.

You might also like