You are on page 1of 146

KONTRIBUSI POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP KEMANDIRIAN SISWA KELAS II SMA NEGERI 1 BALAPULANG KABUPATEN TEGAL TAHUN PELAJARAN

2004/2005

SKRIPSI
Diajukan dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata 1 untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : SITI ANISA NIM 1314000030

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2005

ABSTRAK Siti Anisa. 2005. Kontribusi Pola Asuh Orangtua Terhadap Kemandirian Siswa Kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005. Skripsi Jurusan Bimbingan dan Konseling. FIP. UNNES. Hasil survei penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat siswa yang menunjukkan sikap-sikap kurang bertanggungjawab baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat. Mereka sering terlambat, tidak mengikuti pelajaran pada jam-jam tertentu, tidak memanfaatkan jam kosong untuk belajar, tidak membantu orangtua dengan kesadaran sendiri, kurang disiplin dalam belajar dan kurang aktif dalam kegiatan dimasyarakat seperti IPNU-IPPNU. Kemandirian seseorang akan tumbuh dan berkembang dengan dirinya melalui pendidikan di dalam keluarga, dalam hal ini orangtualah yang harus dapat memberikan bimbingan serta pengarahan secara tepat kepada anaknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kecenderungan pola asuh orangtua, mengetahui kemandirian siswa, mengetahui ada tidaknya kontribusi pola asuh orangtua terhadap kemandirian siswa dan mengetahui pola asuh jenis mana yang paling besar kontribusinya terhadap kemandirian siswa. Hipotesis yang diajukan Ada kontribusi pola asuh orangtua terhadap kemandirian siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Tegal sebanyak 311 siswa. Sampel dalam penelitian ini diambil secara random acak sederhana dengan ukuran 25% dari populasi dan diperoleh jumlah sampel sebanyak 78 siswa. Variabel yang diteliti meliputi pola asuh orangtua sebagai variabel bebas dan kemandirian sebagai variabel terikat. Data tentang pola asuh orangtua dan kemandirian diambil dengan angket. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan deskriptif persentase dan analisis regresi ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orangtua siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal cenderung menggunakan pola asuh demokratis, hal ini dapat dilihat dari pola asuh demokratis yang memperoleh persentase tertinggi yaitu 74,62%, selanjutnya pola asuh otoriter dengan persentase 59,80% dan terakhir pola asuh permissif dengan persentase 57,74%. Kemandirian siswa kelas II yang diasuh dengan pola asuh demokratis memiliki kemandirian yang baik dengan bobot persentase skor 73,70%. Hasil analisis memperoleh koefisien korelasi 0,6163. Uji signifikansi koefisien korelasi ganda dengan uji F diperoleh Fhitung = 15,108 > Ftabel = 2,71. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa ada kontribusi antara pola asuh orangtua dengan kemandirian siswa. Besarnya kontribusi tersebut yaitu 37,98% dengan rincian : 8,83% adalah kontribusi pola asuh otoriter, 17,83% adalah kontribusi pola asuh demokratis, dan 11,32% adalah kontribusi pola asuh permissif. Mengacu dari hasil penelitian tersebut dapat diajukan beberapa saran antara lain : 1) Bagi orangtua dalam mengasuh anak hendaknya menekankan pola asuh demokratis, utamanya dalam beberapa hal yang masih dapat dirundingkan atau tawar menawar antara orangtua dengan anak. Selain itu pada beberapa hal yang ada aturan pasti dari agama atau negara maupun norma-norma yang berlaku di masyarakat hendaknya menggunakan pola asuh otoriter untuk melatih kedisiplinan anak, dan 2) Guru hendaknya mampu mengembangkan demokratisasi dalam kegiatan belajar, kepada siswa yang memiliki tingkat kemandirian yang berbeda, misal: memberikan kesempatan kepada siswa untuk membahas dan mengemukakan hasil tersebut, memberikan reward, pujian dari hasil pekerjaan siswa tersebut. Dengan memberikan tugas dan kesempatan dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa, sehingga siswa lebih bertanggung jawab akan tugas dan kewajibannya.

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang pada: Hari Tanggal : Selasa : 26 Juli 2005

Panitia Ujian Ketua Sekretaris

Drs. Siswanto, M.M NIP. 130515769 Pembimbing I

Drs. H. Suharso, M.Pd NIP. 131754158 Anggota Penguji

Drs. H. Anwar Sutoyo, M.Pd NIP. 131570048

1. Dra. Martensi.K.Dj NIP. 130345750

Pembimbing II

2. Drs. H. Anwar Sutoyo, M.Pd NIP. 131570048

Dra. Hj. Ninik Setyowani NIP. 130788543

3. Dra. Hj. Ninik Setyowani NIP.130788543

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Kontribusi Pola Asuh Orangtua Terhadap Kemandirian Siswa Kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Studi Strata 1 guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Bimbingan dan Konseling (BK) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Semarang (UNNES). Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. H. A.T Soegito, S.H., M.M., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi. 2. Drs. Siswanto, M.M., Dekan FIP UNNES yang telah memberikan ijin penelitian. 3. Drs. H. Suharso, M.Pd., Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling, FIP

UNNES, yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi. 4. Drs. H. Anwar Sutoyo, M.Pd., Pembimbing I atas bimbingan dan arahan serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 5. Dra. Hj. Ninik Setyowani, Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Tim penguji Skripsi jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. 7. Drs. Warto, Kepala SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal atas ijin dan bantuannya dalam penelitian ini.

iv

8. Drs. Sugiyono, Eni Kisrini, S.Pd, dan Suwadi, S.Pd, Guru pembimbing SMA Negeri 1 Balapulang kabupaten Tegal yang telah berkenan memberi bantuan informasi, dan kesempatan waktu untuk melakukan penelitian. 9. Siswa-Siswi kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal atas partisipasinya dalam penelitian ini. 10. Teman-teman mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling angkatan 2000 atas semangat dan dukungannya selama ini. 11. Semua pihak yang langsung maupun tidak langsung yang telah mendukung baik moril maupun materiil demi terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca semua.

Semarang, Penulis

Juli 2005

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto 1. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Allahlah hendaknya kamu berharap. (QS. Al-Insyiroh: 6-7) 2. Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (amal kebajikan seseorang ) dari pada budi pekerti yang baik. (Hadits Riwayat Abu Daud, Turmudzy, dari Abu Darda) 3. Mula-mula kita membentuk kebiasaan kita, lama-kelamaan kebiasaan kitalah yang membentuk kita. (Penulis)

Persembahan Skripsi ini teruntuk: 1. Bapak dan Ibu tercinta terima kasih atas segalanya, dan yang tak henti-hentinya

mendoakan Ananda. 2. Mba Ikmah, Mas Edi, Mas Saiful, DSanti, DZaki, Nok Azzah, yang selalu

mendukungku. 3. Sahabatku Arie, Mas Poernama, Mas Faizin, Tini, Hindun, Linda, Ira, Novi, DEmi, dan seluruh teman Kost Pioneers lainnya. 4. Someone who always be my inspiration. 5. Seluruh teman-teman BK angkatan 2000. 6. Almamaterku.

vi

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................... ABSTRAK ................................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................. MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................ DAFTAR TABEL ........................................................................................ DAFTAR GAMBAR .................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ A. Latar Belakang Masalah .............................................................. B. Permasalahan............................................................................... C. Tujuan Penelitian......................................................................... D. Manfaat Penelitian ....................................................................... E. Sistematika Skripsi ...................................................................... BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... A. Pola Asuh Orangtua ..................................................................... 1. Pengertian Pola Asuh Orangtua .............................................. 2. Jenis dan Ciri Pola Asuh Orangtua ......................................... B. Kemandirian ................................................................................ 1. Pengertian Kemandirian ......................................................... 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian ................... C. Kontribusi Pola Asuh Orangtua Terhadap Kemandirian ............... D. Hipotesis ..................................................................................... i ii iii iv vi vii ix x xi 1 1 8 9 9 10 12 12 13 15 23 23 23 38 39

vii

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. A. Jenis Penelitian ............................................................................ B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ....................................... 1. Populasi dan Sampel .............................................................. 2. Teknik Sampling .................................................................... C. Variabel Penelitian ...................................................................... D. Devinisi Operasional Variabel ..................................................... E. Metode dan Alat Pengumpul Data ............................................... F. Validitas dan Reliabilitas ............................................................. 1. Validitas ................................................................................ 2. Reliabilitas............................................................................. G. Teknik Analisis Data ................................................................... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ A. Persiapan Penelitian..................................................................... 1. 2. Populasi dan Sampling ......................................................... Hasil Uji Coba Instrumen.....................................................

41 41 43 43 45 47 48 51 60 61 62 64 68 68 68 69 70 70 71 71 75 79 80 85 85 86 87 89

B. Pelaksanaan Penelitian................................................................. C. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................ D. Hasil Penelitian ........................................................................... 1. 2. 3. Deskripsi Pola Asuh Orangtua ............................................. Hasil Deskriptif Kemandirian Siswa .................................... Pengujian Hipotesis .............................................................

E. Pembahasan................................................................................. BAB V SIMPULAN DAN SARAN.............................................................. A. Simpulan .................................................................................... B. Saran ........................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................

viii

DAFTAR TABEL Tabel 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Halaman 43 47 59 66 72 72 72 73 74 75 76

Populasi penelitian ................................................................................. Sampel penelitian ................................................................................... Cara penyekoran butir item .................................................................... Rangkuman analisis regresi .................................................................... Tabel kriteria pola asuh otoriter.............................................................. Tabel kriteria pola asuh demokratis ........................................................ Tabel kriteria pola asuh permissif........................................................... Presentase dan kriteria pola asuh orangtua.............................................. Distribusi frekuensi pola asuh orangtua ..................................................

10. Kriteria kemandirian siswa ..................................................................... 11. Distribusi frekuensi kemandirian masing-masing siswa .......................... 12. Distribusi frekuensi kemandirian siswa pada aspek kemampuan berpikir ........................................................................................... 13. Distribusi frekuensi kemandirian pada aspek kemampuan merasakan..... 14. Distribusi frekuensi kemandirian siswa pada aspek kemampuan melakukan. ............................................................................................

76 77

78

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Hubungan Antara Variabel Pola Asuh Orangtua dengan Kemandirian Siswa ....................................................................................................... 48

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 89 95

1. Kisi-kisi Pengembangan Uji Coba Instrumen Pola Asuh Orangtua .......... 2. Kisi-kisi Pengembangan Uji Coba Instrumen Kemandirian ..................... 3. Instrumen Uji Coba Angket Pola Asuh Orangtua dan Angket Kemandirian ........................................................................................... 4. Data Hasil Uji Coba Instrumen Angket Pola Asuh Orangtua ................... 5. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Angket Pola Asuh Orangtua......... 6. Data Hasil Uji Coba Instrumen Angket Kemandirian .............................. 7. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Angket Kemandirian.................... 8. Kisi-kisi Pengembangan Instrumen Penelitian Pola Asuh Orangtua ......... 9. Kisi-kisi Pengembangan Instrumen Penelitian Kemandirian .................... 10. Instrumen Penelitian Pola Asuh Orangtua dan Kemandirian .................... 11. Data Hasil Penelitian Tentang Pola Asuh Orangtua ................................. 12. Data Hasil Penelitian Tentang Kemandirian ............................................ 13. Penentuan Kategori Pada Analisis Deskriptif Persentase ......................... 14. Analisis Deskriptif Persentase ................................................................. 15. Tabel Persiapan Analisis Regresi ............................................................ 16. Analisis Regresi ...................................................................................... 17. Surat Ijin Penelitian................................................................................. 18. Surat Keterangan Penelitian ...................................................................

97 110 117 119 126 128 134 136 149 151 153 156 159 161 165 166

xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Fungsi pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Tahun 2003 Pasal 3 adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Bertolak pada fungsi pendidikan yaitu mengembangkan kemampuan, pada hakekatnya setiap manusia akan mengalami perkembangan serta memiliki kemampuan untuk berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Kemampuan seseorang dapat berkembang jika diberi kesempatan dan diperlukan latihan setiap hari dalam kehidupannya. Latihan yang dilakukan seseorang tidak dapat dilakukan oleh individu itu sendiri, hal ini membutuhkan orang lain yang dapat membantu mengembangkan potensi dirinya karena tanpa bantuan orang lain anak akan kehilangan hakekat kemanusiaannya, orang lain di sini bisa berupa orangtua, guru pembimbing dll, tetapi orangtualah yang lebih bertanggung jawab mengembangkan keseluruhan potensi anak. Hal ini bisa dilakukan dengan

memberi teladan, nasehat, dan tugas-tugas yang ada di lingkungan keluarga sesuai dengan tingkat usianya, karena dari lingkungan keluargalah anak belajar untuk pertama kalinya dalam berinteraksi dengan dunia luar. Dari sini nampak peran orangtua di dalam lingkungan sangat penting yaitu untuk membimbing anak agar bisa melakukan segala tugas dan kewajiban dengan kesadaran sendiri. Karena apa yang dilakukan oleh anak setiap harinya akan membentuk kepribadian seseorang, jika hal ini sudah terbentuk pada diri seseorang akan memudahkan baginya dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya, sehingga hal ini menjadikan anak lebih dewasa dan mandiri. Kedewasaan seseorang tidak dapat terbentuk tanpa adanya dukungan dari lingkungan, karena individu tidak mungkin hidup tanpa satu lingkungan sosial tertentu jika anak itu mau tumbuh normal dan mengalami proses manusiawi atau proses pembudayaan dalam satu lingkungan kultural. Di samping itu kondisi individu dapat menguntungkan dan positif bila kombinasi dari pengaruh sosial dan potensi hereditas bisa saling mendukung, bisa bekerjasama secara akrab dan membantu proses realisasi diri dan proses sosialisasi anak. Hal ini kembali pada hakekat dari manusia yaitu di samping sebagai makhluk individu juga merupakan pribadi-sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi dengan person lain guna menjalani proses kultivasi dalam lingkungan kebudayaan tertentu, anak membutuhkan manusia lain untuk mendewasakan dirinya. Dengan terbentuknya sikap kedewasaan, di mana seseorang

diharapkan bisa mendidik diri sendiri dalam pengertian mampu menentukan

sikap, bisa memilih arah dan tujuan hidupnya dan secara konsekuen mencapai tujuan final itu. Sehingga dengan demikian bisa tercapai satu tingkat kemandirian di mana seseorang mampu melaksanakan dengan baik tugastugas hidup sebagai individu otonom. Kemandirian seseorang dapat berkembang dengan baik jika diberikan kesempatan untuk berkembang melalui latihan yang dilakukan secara terus-menerus dan dilakukan sejak dini. Dari survey pendahuluan, diperoleh bahwa SMA N 1 Balapulang pada saat sekarang ini menampung 1135 siswa, yang terdiri dari kelas I,II dan kelas III, untuk kelas I terdiri dari 10 kelas, kelas II terdiri dari 7 kelas, dan untuk kelas III terdiri dari 8 kelas yaitu kelas 3 IPA 3 kelas dan kelas 3 IPS 5 kelas. Keberadaannya sekarang tidak hanya mengutamakan kuantitas (jumlah) siswa, tetapi lebih mengarah pada upaya untuk meningkatkan kualitas siswa, hal ini terbukti dengan adanya sistem kurikulum berbasis kompetensi (KBK) di samping itu pula adanya kegiatan ekstrakurikuler yang semakin maju kegiatannya antara lain : Pramuka, PMR, PKS, Baca Tulis Alquran, Mading. Hubungan timbal balik (interaksi) antara guru dengan siswa di SMA tersebut cukup baik. Rata-rata tingkat pendidikan orangtua siswa SD, SMP, SMA dan ada juga yang berpendidikan tinggi, sebagian orangtua siswa bekerja sebagai pegawai negeri, swasta, dan sebagian besar bekerja sebagai wiraswasta ada yang di daerahnya sendiri ada juga yang keluar kota, setiap harinya orangtua harus pergi pagi pulang siang bahkan sampai sore apalagi bagi siswa yang orangtuanya memiliki pekerjaan sebagai pedagang di pasar ataupun ruko yang

letaknya lumayan jauh dari rumah. Dengan kesibukan tersebut orangtua bahkan tidak punya waktu untuk menanyakan apa dan bagaimana kegiatan sehari-hari anaknya. Hal ini tampak adanya kecenderungan pada sebagian keluarga masa kini sibuk dengan aktivitas masing-masing, sehingga intensitas pertemuan antar anggota menjadi relatif sedikit, hal itu dimungkinkan karena masing-masing anggota keluarga sibuk dengan urusan pribadinya. Fenomena seperti itu menjadikan para orangtua lalai dan bahkan lupa akan kewajibannya sebagai orangtua, kewajiban untuk memberikan kasih sayang, perhatian, mengasuh, mendidik, memberi bimbingan, mengawasi, dan berperan layaknya sahabat bagi anak. Kondisi demikian menyebabkan remaja cenderung kurang bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajibannya baik di lingkungan keluarga, sekolah, ataupun masyarakat. Hal ini dikarenakan kurangnya bimbingan dan arahan dari orangtua. Dari survey pendahuluan juga diperoleh informasi bahwa masih ada sebagian siswa yang menunjukkan sikap-sikap kurang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri baik di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga ataupun di lingkungan masyarakat. Di lingkungan sekolah misalnya siswa terlambat datang ke sekolah padahal dari rumah berangkat pagi, tidak mengikuti pelajaran pada saat jam pelajaran, bila ada jam pelajaran kosong tidak dimanfaatkan untuk belajar sendiri di kelas ataupun di perpustakaan, tetapi digunakan untuk santai-santai, ngobrol dengan teman, mengganggu teman, ada juga yang digunakan untuk tidur di dalam kelas, dan ada juga yang menggunakan jam pelajaran kosong untuk makan dan minum di kantin

sekolah. Walaupun ada tugas dari guru, mereka hanya menyontek hasil dari teman tidak ia kerjakan sendiri, malas bertanya kepada guru bidang studi jika ada hal-hal yang kurang jelas, jika jam istirahat berakhir tidak siswa gunakan untuk belajar mempersiapkan materi sebelum guru bidang studi masuk kelas, tetapi digunakan untuk main-main dan keluar masuk kelas. Dari informasi beberapa orang siswa bahwa di lingkungan keluarga siswa kadang kurang menunjukkan tanggung jawab sebagai anak misalnya : dalam membantu pekerjaan orangtua tanpa kesadaran dari diri sendiri, kurang disiplin dalam belajar, siswa belajar kalau ada tugas ataupun kalau ada tes. Sedangkan di lingkungan masyarakat, siswa kurang aktif dalam kegiatan yang ada di daerahnya misalnya IPNU-IPPNU, hal ini dikarenakan kurang mampunya siswa dalam membagi waktu, antara waktu untuk belajar di sekolah dan untuk kegiatan di masyarakat, karena sebagian besar waktunya digunakan untuk sekolah mulai jam 07.00 sampai jam 13.30, kadang sampai rumah pukul 14.00 sampai pukul 14.30, bahkan jika ada kegiatan ekstrakurikuler siswa pulang sampai sore hari dan di samping itu pula siswa cenderung berteman atau berkumpul ataupun melakukan kegiatan dengan teman sekolahnya. Hal ini dikarenakan kurangnya kemampuan siswa dalam mengatur waktu di dalam kegiatan sehari-harinya. Di sisi lain, terdapat juga siswa-siswa yang memiliki tanggung jawab yang besar terhadap dirinya baik di lingkungan keluarga, sekolah, ataupun di lingkungan masyarakat. Hal ini tampak terlihat dari kesungguhannya di dalam mengerjakan segala tugas-tugas baik tugas sekolah ataupun tugas-tugas di

rumah. Meskipun mereka berasal dari keluarga yang tergolong orangtuanya sibuk dengan pekerjaan dan aktivitas sehari-hari, tetapi mereka selalu dapat menyelesaikan apa yang menjadi tugasnya baik tugas sebagai anak ataupun sebagai siswa, karena ada sebagian siswa yang di dalam keluarga sudah dilatih dan diberi tanggung jawab sejak kecil, misalnya orangtua memberikan tugas untuk menyapu, mencuci piring, mencuci pakaian dan sebagainya yang berkaitan dengan pekerjaan atau tugas rumah, hal ini menjadikan anak terbiasa di dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya sebagai anak tanpa harus diminta ataupun diperintah oleh orangtua, sehingga kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh anak di rumah akan berdampak positif pada tugas dan tanggung jawabnya sebagai siswa di sekolah sehingga akan tercapai kemandirian yang diharapkan, karena pada dasarnya kemandirian seseorang akan tumbuh dan berkembang dengan sendirinya melalui pendidikan di dalam keluarga, dalam hal ini orangtualah yang harus dapat memberikan bimbingan serta pengarahan secara tepat pada anaknya. Mengingat pentingnya faktor lingkungan sosial, hal ini tidak terlepas dari peranan keluarga dan peranan keluarga tidak terlepas dari peranan orangtua, karena orangtualah sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak, yang memiliki tugas untuk memberikan fasilitas bagi perkembangan anak dan membantu memperlancar perkembangan menurut irama dan temponya sendiri-sendiri (kemampuan seseorang untuk dapat melakukan segala tingkahlaku sesuai dengan tingkat perkembangan usia).

Berbicara mengenai peranan orangtua, akan terkait dengan masalah bagaimana orangtua mendidik dan mengasuh anak di rumah. Pendidikan yang berlangsung di tengah-tengah keluarga mempunyai corak dan pola asuh yang berbeda antara keluarga satu dengan keluarga lain, karena keluarga merupakan salah satu faktor eksternal yang mempunyai andil besar dalam membentuk kepribadian seseorang. Dari pengamatan penulis selama survey, diperoleh informasi adanya siswa yang berhasil di dalam belajarnya hal ini terbukti dengan prestasi yang diperoleh dan sikap-sikap positif yang ditunjukkan antara lain : Kesungguhan di dalam belajar, ketepatan waktu di dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah (PR), tidak pernah terlambat datang ke sekolah, selalu memanfaatkan waktu luang untuk membaca buku, selalu rutin belajar walaupun tidak ada tugas atau tes, selalu aktif di kelas, senang mengikuti kegiatan ekstra di sekolah. Sikap dan perilaku yang positif tersebut akan dapat menimbulkan sikap kemandirian siswa yang tinggi. Pada dasarnya setiap orangtua menghendaki anaknya baik, patuh, dan setiap orangtua juga akan merasa bahagia jika anaknya pintar, dan masih banyak lagi harapan lain tentang anak, yang kesemuanya berbentuk sesuatu yang positif. Sementara itu, orangtua berkeinginan untuk mendidik anaknya secara baik dan berhasil, mereka berharap mampu membentuk anak yang punya kepribadian, anak yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, anak yang berakhlak mulia, anak yang berbakti terhadap orangtua, anak yang berguna bagi dirinya, keluarga, masyarakat, nusa, bangsa juga

agama, anak yang cerdas dan terampil, bertanggung jawab serta memiliki kemandirian dan kesadaran diri yang tinggi. Namun kenyataannya, masih banyak siswa yang mempunyai kadar kemandirian yang berbeda, hal ini sangatlah erat kaitannya dengan pola asuh orangtua di dalam mengasuh, mendidik, dan membimbing anak-anaknya. Karena ketiga pola asuh orangtua tersebut, diduga kuat memberi kontribusi terhadap kemandirian siswa (remaja). Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti memandang perlu untuk melakukan penelitian dengan judul: Kontribusi pola asuh orangtua terhadap kemandirian siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005.

B. Permasalahan Dari latar belakang di atas, permasalahan yang muncul dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana kecenderungan pola asuh orangtua siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal. 2. Bagaimana tingkat kemandirian siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal. 3. Adakah kontribusi pola asuh orangtua terhadap kemandirian, jika ada seberapa besar kontribusinya. 4. Pola asuh jenis mana yang paling dominan berkontribusi terhadap kemandirian.

D. Tujuan Penelitian Bertolak pada masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui bagaimana kecenderungan pola asuh orangtua siswa kelas II SMA Negeri Balapulang Kabupaten Tegal. 2. Mengetahui bagaimana kemandirian siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang kabupaten Tegal. 3. Mengetahui adakah kontribusi pola asuh orangtua terhadap kemandirian siswa, jika ada seberapa besar kontribusinya. 4. Mengetahui pola asuh jenis mana yang paling dominan berkontribusi terhadap kemandirian.

E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dalam skripsi ini meliputi : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana tambahan referensi dalam rangka pengembangan keilmuan khususnya ilmu-ilmu bimbingan dan konseling tentang pola asuh orangtua dengan kemandirian siswa (anak). 2. Manfaat Praktis a. Jika ternyata ada kontribusi pola asuh orangtua terhadap kemandirian siswa, dapat dipergunakan sebagai masukan bagi orangtua dan sekolah

10

dalam memilih pola asuh yang lebih sesuai dengan tingkat perkembangan anak sehingga dapat meningkatkan kemandirian anak. b. Bagi guru pembimbing hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan di dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling, dalam hal ini bisa untuk membantu mengembangkan kemandirian anak di sekolah terutama siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang.

F. Sistematika Skripsi Untuk memberi gambaran yang menyeluruh dalam skripsi ini, maka perlu disusun sistematika skripsi. Adapun sistematika skripsi ini adalah sebagai berikut: Skripsi ini terdiri atas tiga bagian yaitu bagian pendahuluan, bagian isi dan bagian penutup. Bagian pendahuluan skripsi ini memuat tentang halaman judul, abstraksi, halaman pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran. Bagian isi skripsi terdiri atas lima bab, yaitu : Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, permasalahan, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika skripsi. Bab II Landasan Teori dan Hipotesis, berisi uraian tentang beberapa konsep teoritis yang mendasari penelitian ini, yaitu pengertian pola asuh orangtua, jenis dan ciri pola asuh orangtua, pengertian kemandirian, faktor-

11

faktor yang mempengaruhi kemandirian, pengaruh pola asuh orangtua terhadap kemandirian, serta hipotesis. Bab III Metode Penelitian, pada bab ini diuraikan tentang Jenis penelitian, populasi dan sampel serta teknik sampling, variabel penelitian devinisi operasional, metode dan alat pengumpul data, validitas dan reliabilitas instrumen, serta teknik analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bab ini diuraikan mengenai hasil-hasil penelitian yang meliputi pemaparan data, analisis data atau uji hipotesis, dan pembahasan. Bab V Penutup, yang memuat simpulan dan saran. Bagian akhir skripsi ini memuat tentang daftar pustaka dan lampiranlampiran yang mendukung penelitian ini.

12

BAB II LANDASAN TEORI

A. POLA ASUH ORANGTUA Keluarga merupakan pendidik utama dan pertama, dikatakan yang pertama karena sebelum anak sekolah, ia telah mengenal terlebih dahulu lingkungan keluarga, dan dikatakan yang utama karena pendidikan dalam keluarga merupakan landasan atau dasar untuk perkembangan anak pada masa selanjutnya. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan anak dalam sebuah keluarga berlangsung setahap demi setahap. Keluarga juga merupakan kelompok sosial yang pertama tempat

seorang anak berinteraksi, di mana dalam keluarga akan selalu timbul hubungan timbal balik yang terus-menerus antar anggota keluarga. Karena melalui hubungan timbal balik tersebut, anak pertama kali belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerjasama, dan belajar membantu orang lain. Peranan keluarga dalam membentuk dan mengembangkan kepribadian seorang anak sangatlah besar artinya, sebab pola asuh dan cara yang diterapkan oleh orangtua sejak dalam kandungan, lahir, kanak-kanak, remaja sampai menjadi dewasa, akan melahirkan iklim psikologis yang dapat membentuk kepribadian dan sikap seorang anak. Hal tersebut dikuatkan oleh Brown (1961:76), yang mengatakan bahwa keluarga adalah lingkungan yang pertama kali menerima kehadiran anak. Jadi dalam hal ini pola asuh orangtua

12

13

yang diterapkan dalam keluarga sangat besar peranannya dalam membentuk pribadi dan sikap seorang anak. Peranan di sini adalah sebagai model yang ditiru anak dan sekaligus sebagai pembentuk kebiasaan yang akan menjadi bagian dari kepribadian anak. Orangtua adalah pendidik utama dan pertama sebelum anak memperoleh pendidikan di sekolah, karena dari keluargalah anak pertama kalinya belajar. Jadi keluarga tidak hanya berfungsi terbatas sebagai penerus keturunan saja, tetapi lebih dari itu adalah pembentuk kepribadian anak. Dengan demikian, dasar kepribadian seseorang terbentuk sebagai hasil perpaduan antara warisan, sifat-sifat, bakat orangtua, dan lingkungan di mana ia berada dan berkembang, lingkungan pertama yang mula-mula memberikan pengaruh mendalam adalah lingkungan keluarga. Dan dari sinilah pola asuh orangtua mulai diberikan kepada anaknya. 1. Pengertian Pola Asuh Orangtua Di lihat dari segi bahasa, kata pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh. Pola berarti model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur yang tetap). Sedang kata asuh mengandung arti menjaga, merawat, mendidik anak agar dapat berdiri sendiri. Menurut Kohn (http://www.Dep.Dik.Nas/Go.Id), pola asuh

merupakan sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orangtua ini meliputi cara orangtua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orangtua menunjukkan otoritasnya, dan cara orangtua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya.

14

Tarsis Tarmudji (http://www.Dep.Dik.Nas/Go.Id), menyatakan bahwa, pola asuh merupakan interaksi antara orangtua dengan anaknya selama mengadakan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan dengan norma-norma yang ada di masyarakat. Dari beberapa pengertian pola asuh di atas, dapat penulis simpulkan bahwa pola asuh orangtua merupakan gambaran sikap yang ditunjukkan orangtua dalam berinteraksi dengan anaknya, interaksi di sini termasuk ekspresi sikap, termasuk di dalamnya cara-cara orangtua menerapkan aturan-aturan, hadiah, maupun hubungan, serta cara orangtua memberikan perhatian dan tanggapan terhadap anaknya, sejak kecil sampai dewasa untuk mencapai tujuan sesuai dengan norma-norma yang ada. Pada dasarnya sikap orangtua akan tampak pada saat berinteraksi dalam keluarga, karena dalam berinteraksi tersebut, sikap, perilaku, dan kebiasaan orangtua sehari-hari akan dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anak yang kemudian menjadi kebiasaan bagi anaknya. Hal tersebut dikarenakan anak mengidentifikasikan diri pada orangtuanya, sebelum mengadakan identifikasi dengan orang lain (lingkungan), walaupun tidak dapat disangkal bahwa faktor lingkungan juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan tingkah laku individu (anak), khususnya pada masa kanakkanak sampai remaja, sebab pada masa ini anak mulai berfikir kritis.

15

Sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anak, berpengaruh pada sikap dan perilaku anak. Dalam hal ini, orangtua yang menerapkan salah satu sikap tertentu dalam keluarga yang bertujuan untuk mendisiplinkan anak, akan berpengaruh pada tingkat perkembangan individu yaitu perkembangan kemandiriannya. Oleh karena itu, untuk mendisiplinkan anak agar mencapai kemandirian yang diharapkan, terkadang sikap orangtua cenderung mengarah pada dua tipe pendekatan, yaitu pendekatan positif dan pendekatan negatif. Charles Schaefer (alih bahasa oleh R. Tarman Sirait dan Conny Semiawan, 1979:10) berpendapat, tipe yang efektif untuk pola asuh orangtua, menggunakan pendekatan positif dari pada pendekatan negatif. Pola asuh dengan pendekatan positif adalah bentuk pola asuh yang orangtua cenderung memandang dan memperlakukan seorang anak sebagai seorang teman, bukan sebagai seorang lawan, sebaliknya pola asuh yang menggunakan pendekatan negatif adalah bentuk pola asuh yang orangtua cenderung menghukum, di mana pelaksanaannya untuk menghukum anak yang berbuat kesalahan dengan menimbulkan kesakitan yang bersifat fisik dan kewajiban yang kemudian akan membuat anak kehilangan harga diri, ketakutan, kecemasan dan perasaan bersalah. 2. Jenis dan Ciri Pola Asuh Orangtua Dalam melakukan tugas-tugas perkembangannya, individu banyak dipengaruhi oleh peranan orangtua dan lingkungan lainnya. Peranan

16

orangtua tersebut akan memberikan lingkungan yang memungkinkan anak dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Melly Budiman (1986:6) bahwa: Hubungan keluarga yang dilandasi kasih sayang, sangat penting bagi anak supaya anak dapat mengembangkan tingkah laku sosial yang baik. Bila kasih sayang tersebut tidak ada, maka seringkali anak mengalami kesulitan dalam hubungan sosial, dan kesulitan ini akan mengakibatkan berbagai macam kelainan tingkah laku sebagai upaya kompensasi dari anak. Sebenarnya, setiap orangtua itu menyayangi anaknya, akan tetapi manifestasi dari rasa sayang itu berbeda-beda penerapannya. Perbedaan itu akan nampak dalam pola asuh yang diterapkan.

a. Pola Asuh Otoriter Hurlock (1997:125), mengemukakan bahwa orangtua yang mendidik anak dengan menggunakan pola asuh otoriter

memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut: orangtua menerapkan peraturan yang ketat, tidak adanya kesempatan untuk mengemukakan pendapat, anak harus mematuhi segala peraturan yang dibuat oleh orangtua, berorientasi pada hukuman (fisik maupun verbal), dan orangtua jarang memberikan hadiah ataupun pujian. Menurut Singgih D. Gunarsa (1983:82), pola asuh otoriter yaitu pola asuh di mana orangtua menerapkan aturan dan batasan yang mutlak harus ditaati, tanpa memberi kesempatan pada anak untuk berpendapat, jika anak tidak mematuhi akan diancam dan dihukum. Pola asuh otoriter ini dapat menimbulkan akibat hilangnya kebebasan

17

pada anak, inisiatif dan aktivitasnya menjadi kurang, sehingga anak menjadi tidak percaya diri pada kemampuannya. Senada dengan Hurlock. Agoes Dariyo (2004:97),

menyebutkan bahwa anak yang dididik dalam pola asuh otoriter, cenderung memiliki kedisiplinan dan kepatuhan yang semu. Demikian pula G.Tembong Prasetya (2003:29), bahwa dalam pola asuh otoriter cenderung tidak memikirkan apa yang akan terjadi dikemudian hari, jadi fokusnya lebih pada masa kini. Dari uraian para ahli seperti di atas, dapat diambil pemahaman bahwa pola asuh otoriter mempunyai ciri: orangtua memaksakan kehendak terhadap anak (anak harus mengikuti semua kemauan atau kehendak orangtua), orangtua membuat aturan-aturan yang ketat bagi anak (anak harus mematuhi semua aturan yang dibuat oleh orangtua), hukuman selalu diberikan kepada perbuatan salah, orangtua tidak memberi kesempatan anak untuk berpendapat, hadiah jarang diberikan, kurang adanya komunikasi dengan anak, cenderung bersifat kaku (tidak ada toleran). b. Pola Asuh Demokratis Hurlock (1997:125), mengemukakan bahwa orangtua yang menerapkan pola asuh demokratis memperlihatkan ciri-ciri: Adanya kesempatan anak untuk berpendapat mengapa ia melanggar peraturan sebelum hukuman dijatuhkan, hukuman diberikan kepada perilaku salah, dan memberi pujian ataupun hadiah kepada perilaku yang benar.

18

Menurut Singgih D. Gunarsa (1983:83), bahwa dalam menanamkan disiplin kepada anak, orangtua yang menerapkan pola asuh demokratis memperlihatkan dan menghargai kebebasan yang tidak mutlak, dengan bimbingan yang penuh pengertian antara anak dan orangtua, memberi penjelasan secara rasional dan objektif jika keinginan dan pendapat anak tidak sesuai. Dalam pola asuh ini, anak tumbuh rasa tanggung jawab, mampu bertindak sesuai dengan norma yang ada. G. Tembong Prasetya (2003:27), menyebutkan bahwa pola asuh autoritatif yang diterapkan orangtua memiliki persamaan dengan pola asuh demokratis, namun pola asuh autoritatif ini, diterapkan oleh orangtua yang menerima kehadiran anak dengan sepenuh hati, serta memiliki pandangan atau wawasan kehidupan masa depan yang jelas. Sedangkan menurut Agoes Dariyo (2004:98), bahwa pola asuh demokratis ini, di samping memiliki sisi positif dari anak, terdapat juga sisi negatifnya, dimana anak cenderung merongrong kewibawaan otoritas orangtua, karena segala sesuatu itu harus dipertimbangkan oleh anak kepada orangtua. Dari uraian para ahli seperti di atas, dapat diambil pemahaman bahwa pola asuh demokratis mempunyai ciri sebagai berikut : pendapat anak dihargai, orangtua membimbing dan mengarahkan tanpa memaksakan kehendak anak, adanya musyawarah dalam keluarga, pemberian hukuman disesuaikan dengan kesalahan, memberi

19

pujian ataupun hadiah untuk perilaku yang benar, mempunyai pandangan masa depan yang jelas terhadap anak. c. Pola Asuh Permissif Hurlock (1997:125), mengemukakan bahwa orangtua yang menerapkan pola asuh permissif memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut: Orangtua cenderung memberikan kebebasan penuh pada anak tanpa ada batasan dan aturan dari orangtua, tidak adanya hadiah ataupun pujian meski anak berperilaku sosial baik, tidak adanya hukuman meski anak melanggar peraturan. Menurut Singgih D. Gunarsa (1983:83), bahwa orangtua yang menerapkan pola asuh permissif memberikan kekuasaan penuh pada anak, tanpa dituntut kewajiban dan tanggung jawab, kurang kontrol terhadap perilaku anak dan hanya berperan sebagai pemberi fasilitas, serta kurang berkomunikasi dengan anak. Dalam pola asuh ini, perkembangan kepribadian anak menjadi tidak terarah, dan mudah mengalami kesulitan jika harus menghadapi larangan-larangan yang ada di lingkungannya. Menurut G. Tembong Prasetya (2003:31), bahwa pola asuh permissif atau biasa disebut pola asuh penelantar, yaitu di mana orangtua lebih memprioritaskan kepentingannya sendiri,

perkembangan kepribadian anak terabaikan, dan orangtua tidak mengetahui apa dan bagaimana kegiatan anak sehari-harinya. Di samping pengertian pola asuh permissif atau penelantar di atas, dalam hal ini Agoes Dariyo (2004:98), menambahkan bahwa pola

20

asuh permissif yang diterapkan orangtua, dapat menjadikan anak kurang disiplin dengan aturan-aturan sosial yang berlaku. Namun bila anak mampu menggunakan kebebasan secara bertanggung jawab, maka dapat menjadi seorang yang mandiri, kreatif, dan mampu mewujudkan aktualitasnya. Dari uraian para ahli seperti di atas, dapat diambil pemahaman bahwa pola asuh permissif mempunyai ciri sebagai berikut: Anak diberi kebebasan penuh menentukan tindakannya sendiri, hadiah dan hukuman tidak diterapkan, orangtua kurang membimbing, dan kurang kontrol terhadap perilaku dan kegiatan sehari-hari. Pola asuh permissif atau penelantar yang diuraikan di atas, memiliki keterkaitan dengan pola asuh penyabar atau pemanja yaitu di mana orangtua selalu berpusat pada kepentingan anak, orangtua tidak mengendalikan dan tidak menegur perilaku anak, dalam hal ini orangtua tidak ingin terkesan mengecewakan anak. Kondisi demikian, akan memunculkan kebiasaan manja, selalu tergantung pada orang lain di sekitarnya. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada tiga pola asuh yang diterapkan orangtua, yaitu pola asuh otoriter, demokratis dan permissif. Dari ketiga pola asuh tersebut, hanya pola asuh demokratis dinilai paling baik dibandingkan dengan pola asuh yang lain. Hal ini disebabkan pola asuh demokratis dapat membentuk anak menjadi kreatif dan mandiri, serta memiliki hubungan sosial yang baik,

21

sehingga anak menjadi dewasa dalam bersikap, dan memiliki ketangguhan untuk bertahan dari kondisi yang penuh dengan tantangan. Namun demikian, dalam hal ini tidak berarti tanpa cacat, sebab bagaimanapun ada hal yang bersifat situasional yang harus diperlihatkan orangtua dalam mengasuh anaknya. Diakui dalam prakteknya di masyarakat, tidak digunakan pola asuh yang tunggal, dalam kenyataan ketiga pola asuh tersebut digunakan secara bersamaan di dalam mendidik, membimbing, dan mengarahkan anaknya, adakalanya orangtua menerapkan pola asuh otoriter, demokratis dan permissif. Dengan demikian, secara tidak langsung tidak ada jenis pola asuh yang murni diterapkan dalam keluarga, tetapi orangtua cenderung menggunakan ketiga pola asuh tersebut. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Agoes Dariyo (2004:98), bahwa pola asuh yang diterapkan orangtua cenderung mengarah pada pola asuh situasional, di mana orangtua tidak menerapkan salah satu jenis pola asuh tertentu, tetapi memungkinkan orangtua menerapkan pola asuh secara fleksibel, luwes, dan sesuai dengan situasi dan kondisi yang berlangsung saat itu. Berdasarkan uraian di atas, maka indikator dari pola asuh orangtua terhadap anaknya dapat dikelompokkan sebagai berikut :

22

a. Pola Asuh Otoriter, antara lain mempunyai indikator : (1) orangtua menerapkan peraturan yang ketat, (2) tidak adanya kesempatan untuk mengemukakan pendapat, (3) segala peraturan yang dibuat harus dipatuhi oleh anak, (4) berorientasi pada hukuman (fisik maupun verbal), (5) orangtua jarang memberikan hadiah ataupun pujian. b. Pola Asuh Demokratis, antara lain mempunyai indikator : (1) adanya kesempatan bagi anak untuk berpedapat, (2) hukuman diberikan akibat perilaku salah, (3) memberi pujian ataupun hadiah kepada perilaku yang benar, (4) orangtua membimbing dan mengarahkan tanpa memaksakan kehendak kepada anak, (5) Orangtua memberi penjelasan secara rasional jika pendapat anak tidak sesuai, (6) orangtua mempunyai pandangan masa depan yang jelas terhadap anak. c. Pola Asuh Permissif, antara lain mempunyai indikator : (1) memberikan kebebasan kepada anak tanpa ada batasan dan

aturan dari orangtua, (2) anak tidak mendapatkan hadiah ataupun pujian meski anak berperilaku sosial baik, (3) anak tidak mendapatkan hukuman meski anak melanggar peraturan, (4) orangtua kurang kontrol terhadap perilaku dan kegiatan anak sehari-hari, (5) orangtua hanya berperan sebagai pemberi fasilitas.

23

B. KEMANDIRIAN 1. Pengertian Kemandirian Kartini Kartono (1995:243), menyatakan bahwa kemandirian adalah kemampuan untuk berdiri sendiri di atas kaki sendiri, dengan keberanian dan tanggung jawab sendiri. Menurut Moh. Ali dan Moh. Asrori (2004:114), Kemandirian merupakan suatu kekuatan internal yang diperoleh melalui proses individuasi. Proses individuasi adalah proses realisasi kedirian dan proses menuju kesempurnaan. Hasan Basri (2000:53), berpendapat bahwa kemandirian adalah keadaan seseorang dalam kehidupannya yang mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat diambil pengertian bahwa kemandirian adalah kemampuan yang ada pada seseorang untuk memikirkan, merasakan, dan melakukan sesuatu dalam membuat rencana, memilih alternatif, membuat keputusan, bersaing, mengatasi masalah, dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukannya serta tidak bergantung pada orang lain. 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian a. Faktor Internal Faktor internal ialah semua pengaruh yang bersumber dari dalam dirinya sendiri, seperti :

24

1) Keturunan Hasan Basri (2000:53), mengemukakan bahwa keadaan keturunan sangat menentukan mandiri atau tidaknya seseorang, keadaan keturunan tersebut meliputi sifat dasar yang dimiliki oleh orangtua, misal: bakat, potensi, intelektual, dan potensi

pertumbuhan tubuhnya. Jadi dalam hal ini orangtua yang memiliki sifat kemandirian tinggi dapat melahirkan atau menurunkan sifat kemandiriannya pada anak. Menurut Moh. Ali dan Moh. Asrori (2004:118), bahwa sifat kemandirian seorang anak bukan hanya diturunkan oleh orangtua yang memiliki sifat kemandirian tinggi, melainkan sikap orangtuanya, yaitu bagaimana cara orangtua mendidik anaknya. 2) Pengalaman Hurlock (1978:256), mengemukakan bahwa pengalaman sosial awal sangat menentukan kepribadian setelah anak menjadi dewasa. Pengalaman sosial awal dapat berupa hubungan dengan anggota keluarga atau orang-orang di luar lingkungan rumah. Menurut Moh. Ali & Moh. Asrori (2004: 184-185), bahwa ada dua jenis pengalaman, yaitu pengalaman yang menyehatkan di mana peristiwa-peristiwa yang dialami oleh individu dan dirasakan sebagai suatu yang mengenakkan, mengasyikkan dan bahkan dirasa ingin mengulanginya kembali. Adapun pengalaman

traumatik adalah peristiwa-peristiwa yang dialami oleh individu

25

dan dirasakan sebagai sesuatu yang sangat tidak mengenakkan, menyedihkan, atau bahkan sangat menyakitkan, sehingga individu tersebut tidak ingin peristiwa itu terulang kembali. Individu yang mangalami traumatik cenderung ragu-ragu, kurang percaya diri, rendah diri, dan merasa takut untuk melakukan segala sesuatunya sendiri. Dari uraian di atas, bahwa pengalaman sosial awal yang diperoleh anak dalam keluarga, sangat berkaitan dengan cara mendidik anak yang digunakan orangtua. Dalam hal ini anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang demokratis,

memungkinkan anak tumbuh menjadi pribadi yang mampu mengaktualisasikan potensinya, anak menjadi percaya diri, dan memiliki kemandirian yang tinggi. Sebaliknya anak yang dididik dengan cara otoriter cenderung menjadi pendiam dan

keingintahuan serta kreativitas anak terhambat oleh tekanan orangtua. 3) Kematangan Dalam melakukan tugas-tugas perkembangan anak, harus disesuaikan dengan tingkat kematangan. Menurut Andi Mappiere (1982:43), bahwa kematangan yang dimaksud yakni di mana fisik dan psikisnya telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai pada tingkat-tingkat tertentu. Jadi pertumbuhan fisik seolah-olah seperti sudah direncanakan oleh faktor kamatangan.

26

b. Faktor Eksternal Faktor eksternal ialah semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya, faktor tersebut antara lain : 1) Lingkungan Keluarga Moh. Ali & Moh. Asrori (2004:94), mengemukakan bahwa keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan sebagai landasan atau dasar untuk perkembangan anak dimasa selanjutnya. Dalam proses perkembangannya dibutuhkan sejumlah faktor dari dalam keluarga tersebut, yaitu kebutuhan akan rasa aman, dihargai, disayangi, diterima, dan kebebasan untuk menyatakan diri, dengan terpenuhinya kebutuhan tersebut, dapat meningkatkan kemampuan dan kreativitas yang dimilikinya. Berbicara mengenai keluarga, tidak terlepas dari peranan orangtua dalam hal ini pola asuh orangtua. Hal ini sesuai dengan pendapat Moh. Ali & Moh. Asrori (2004: 118-119), bahwa orangtua yang menciptakan suasana aman dalam berinteraksi di dalam keluarga, dapat mendorong kelancaran perkembangan anak. Sebaliknya, orangtua yang terlalu melarang atau mengeluarkan kata jangan kepada anak, tanpa disertai penjelasan yang rasional, akan menghambat perkembangan kemandirian anak. Jadi pola asuh orangtua di sini, memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk kemandirian anak, karena dalam pola asuh orangtua akan terkait dengan kebiasaan, disiplin, dan rasa percaya diri yang ditanamkan orangtua kepada anak dalam kehidupan sehari-hari.

27

Menurut Anne Kartawijaya & Kay Kuswanto (2004: 1-3), kebiasaan, disiplin, dan rasa percaya diri dapat dibentuk ketika anak masih kecil, misal dalam membentuk kebiasan tidur ataupun makan, yaitu apa dan bagaimana yang harus di lakukan anak sebelum dan sesudah kegiatan tersebut di lakukan. Sedangkan rasa percaya diri terbentuk ketika anak di berikan kepercayaaan untuk melakukan sesuatu hal yang mampu ia kerjakan sendiri, tanpa harus memberi peraturan yang ketat. Namun diperlukan

pengawasan dan bimbingan yang konsisten dan konsekuen dari orangtua. Selain itu, disiplin juga berpengaruh sekali dalam membentuk anak menjadi mandiri, karena dengan disiplin yang diterapkan oleh orangtua, secara tidak langsung anak menjadi disiplin, namun disiplin tersebut harus konsisten dan konsekuen serta tetap dalam bimbingan dan pengawasan orangtua. Dalam penerapan kehidupan sehari-hari, misal dengan memberi kesempatan pada anak untuk mengembangkan

kemampuan atau potensi yang dimilikinya, dalam hal ini orangtua harus memberikan pujian (reward) kepada anak. Dengan cara ini anak merasa disayangi dan merasa dibutuhkan dalam keluarga, dalam situasi demikian anak merasa aman, dihargai, dan disayangi, anak tidak merasa takut untuk menyatakan dirinya, pendapatnya, maupun mendiskusikan kesulitan yang dihadapinya. Jika anak melakukan kesalahan, orangtua tidak langsung memberikan

28

hukuman pada anak, tetapi orangtua hendaknya memberi kesempatan pada anak untuk mengemukakan mengapa melakukan kesalahan, dan sebagai orangtua harus memberi pengertian, pengarahan, bimbingan, kepada anak agar tidak melakukan kesalahan untuk kedua kalinya. Di samping memberi kesempatan pada remaja, pemberian kepercayaan dan tanggung jawab pada remaja, juga sangat membantu memperlancar kemandirian, misal: Remaja diberi kepercayaan untuk menyelesaikan berbagai tugas dan cara penyelesaiannya diserahkan sepenuhnya kepada remaja. Baik itu tugas-tugas yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhannya sehari-hari, tugas membantu pekerjaan orangtua di rumah, tugas pengurusan rumah maupun tugas-tugas lainnya yang disesuaikan dengan kemampuannya, dan pada remaja diberi tanggung jawab terhadap tugasnya tersebut. Begitu juga pada remaja diajak berperan serta menentukan pendapat dalam berbagai hal di dalam lingkungan keluarga, pada remaja selalu dirangsang dan diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat, memberi penilaian, dan mengambil keputusan yang berkaitan dengan kehidupannya. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemandirian dapat berkembang dengan baik, jika diberi kesempatan untuk berkembang melalui latihan yang dilakukan secara terus-menerus dan dilakukan sejak dini.

29

Seperti yang dikemukakan oleh Munif P. & Anwar.S (1999:117), bahwa kemandirian seorang anak akan terbentuk, jika diberi kesempatan dan latihan dalam lingkungan keluarga, misalnya: membersihkan, menyimpan dan menata pakaian sendiri, merawat kendaraan sendiri, membersihkan kamar sendiri.

Membantu pekerjaan bapak/ibu yang mungkin bisa dilakukan, menentukan jenis sekolah yang dikehendakinya, dan menentukan sendiri jenis pekerjaan yang hendak dipilihnya. Dalam memberi kesempatan dan latihan kepada anak, orangtua tidak terlalu campur tangan bila keadaan belum memaksa, atau diperkirakan membahayakan keselamatan dan kesehatan. Di samping itu pula orangtua juga harus menghindari sikap yang terlalu menuntut kesempurnaan terhadap tugas dan pekerjaan yang diberikan orangtua, karena sikap orangtua yang terlalu menuntut, memerintah, menghukum, mengontrol, mengancam, membatasi, mengomando, tanpa memberi kesempatan pada anak untuk mengadakan penilaian sendiri, mengambil keputusan sendiri, serta mengembangkan sendiri norma-norma dalam dirinya, anak menjadi tidak bertanggung jawab, kurang percaya diri pada kemampuannya, hal ini akan berpengaruh pada kemandiriannya. Jadi dalam hal ini, orangtua harus bersikap bijaksana baik dalam pemberian tugas, pengambilan keputusan, memberi pilihan ataupun hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan anak.

30

2) Lingkungan Sekolah Syamsu Yusuf (2004: 54-55), mengemukakan bahwa sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu

mengembangkan potensinya. Menurut Moh. Ali & Moh. Asrori (2004:119), bahwa dalam lingkungan sekolah akan terkait dengan sistem pendidikan sekolah, yang di dalamnya mencakup proses pendidikan. Proses pendidikan yang menekankan pentingnya penghargaan terhadap potensi anak, pemberian reward, dan penciptaan kompetensi positif, dapat memperlancar perkembangan kemandirian remaja. Upaya sekolah dalam memfasilitasi tugas-tugas

perkembangan siswa, akan berjalan dengan baik apabila di sekolah tersebut telah tercipta iklim atau atmosfir yang sehat atau efektif, baik menyangkut aspek profesionalisme guru dan para personilnya, materi atau kurukulum, metode atau pendekatan dalam belajar, dan sarana sekolah. Dalam hal ini, guru dan personil lainnya sebagai komponen yang paling utama karena secara tidak langsung guru dan personil lainnya di sekolah sebagai teladan bagi siswanya, misal dalam bertutur kata, berperilaku dan berpakaian, di samping itu pula guru harus mampu mengembangkan proses pendidikan yang bersifat

31

demokratis, karena di samping peranannya sebagai guru, juga sebagai pemimpin yang demokratis, di mana ia harus berupaya agar pelajaran yang diberikan dapat menarik minat remaja. Jadi guru tidak hanya semata-mata mengajar, melainkan juga mendidik, artinya, selain menyampaikan pelajaran sebagai upaya mentransfer pengatahuan kepada peserta didik (siswa), juga harus membina peserta didik (siswa) menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab. Jadi dalam hal ini guru dikatakan komponen yang paling utama, karena di dalamnya akan terkait dengan metode dan strategi pembelajaran yang disampaikan serta materi yang diberikan, sehingga dapat diterima oleh remaja sesuai tingkat

perkembangannya. Sehingga komponen yang ada di lingkungan sekolah tersebut, sangatlah besar pengaruhnya dalam

memperlancar kemandirian remaja. Dalam penerapannya, dapat dilakukan oleh guru misal : dengan memberikan tugas-tugas sekolah, membahas tugas tersebut baik secara individual maupun kelompok, lalu memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan hasil tersebut, serta memberikan reward, pujian dari hasil yang telah siswa kerjakan. Jadi dalam hal ini guru harus mampu mengembangkan demokratisasi dalam kegiatan belajar. Di samping komponen guru dan metode belajar, sarana juga sangat penting dalam mambantu remaja mengembangkan

32

kemandirian. Misal: tersedianya sarana pendidikan yang memadai termasuk di dalamnya sarana ibadah, karena dengan sarana pendidikan yang memadai akan terkait dengan kegiatan baik

intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Sehingga dengan adanya kegiatan yang ada di sekolah, yang ditunjang dengan sarana kegiatan yang memadai, sangat membantu siswa dalam

mengembangkan kemampuan serta potensi yang dimiliki. Jadi dalam hal ini remaja (siswa) diwajibkan memilih dan mengikuti salah satu kegiatan yang ada di sekolah secara rutin dalam setiap minggunya, sesuai dengan minat dan kemampuannya. Dengan kegiatan tersebut dapat melatih siswa bertanggung jawab, sehingga dapat memperlancar perkembangan kemandiriannya. Selain komponen tersebut di atas, materi dan kurikulum yang ada di sekolah juga sangat membantu memperlancar perkembangan kemandirian remaja (siswa). Misal : materi atau kurikulum yang ditetapkan sekarang ini, lebih mengarah pada sistem kurikulum berbasis kompetensi (KBK), sehingga remaja (siswa) di samping mendapat teori, siswa juga dapat

mempraktekkannya secara langsung sesuai dengan teori yang diperoleh. Dengan sistem KBK yang ada di sekolah, diharapkan siswa mempunyai kompetensi sehingga dapat berkompetisi di luar lingkungan sekolah, sesuai dengan potensi yang dimiliki, dan sesuai dengan apa yang ia peroleh dari bangku sekolah.

33

3) Lingkungan Masyarakat Syamsu Yusuf (2004:141), mengemukakan bahwa

lingkungan masyarakat di sini adalah situasi atau kondisi interaksi sosial dan sosiokultural yang secara potensial berpengaruh terhadap perkembangan remaja. Menurut Moh. Ali & Moh. Asrori (2004:119), bahwa lingkungan masyarakat di sini terkait dengan sistem kehidupan di masyarakat. Lingkungan masyarakat yang aman, menghargai potensi remaja dalam berbagai bentuk kegiatan, akan merangsang dan mendorong perkembangan kemandirian remaja. Untuk dapat mengembangkan kemandirian di lingkungan masyarakat, remaja harus melakukan interaksi dengan masyarakat, di mana dalam masyarakat tersebut harus didukung oleh faktor keteladanan dan kekonsistenan sistem nilai dan norma dalam masyarakat tersebut. Dalam penerapan sehari-hari yaitu dengan memberikan kesempatan atau peran serta remaja dalam lingkungan masyarakat Misal: Mengikutsertakan remaja dalam pembentukan wadah kegiatan, antara lain karang taruna, IPNU-IPPNU dll, serta memberikan kesempatan pada remaja untuk ikut mengembangkan kegiatan tersebut. Jadi dalam hal ini, kemandirian seseorang dapat berkembang dengan baik, jika dalam lingkungan masyarakatpun mendukung dalam segala kegiatan yang bersifat positif, artinya di mana remaja memiliki potensi, di situlah potensi tersebut dapat

34

dikembangkan dalam bentuk kegiatan yang bermanfaat di lingkungan masyarakat, selama kegiatan tersebut tidak melanggar aturan dan norma yang ada dalam lingkungan masyarakat. 4) Lingkungan Sosial-Ekonomi Agoes Dariyo (2002:15), mengemukakan bahwa seorang individu yang hidup dalam lingkungan keluarga yang

berkecukupan (yakni memiliki sosial-ekonomi menengah keatas), serta orangtua memberi perhatian, kasih sayang (pola asuh) yang baik, memberi biaya, fasilitas dan kesempatan luas anaknya untuk berkembang secara baik, maka ia akan tumbuh berkembang menjadi individu yang mampu mengaktualisasikan potensinya dengan baik pula Menurut Hasan Basri (2000:55), bahwa untuk mendukung perkembangan anak menjadi mandiri, harus didukung oleh keadaan sosial-ekonomi yang memadai. Namun keadaan sosial-ekonomi ini harus didukung oleh pola pendidikan dan pembiasaan yang baik dalam keluarga, meskipun keadaan sosial-ekonomi pas-pasan, namun bila ditunjang oleh pola pendidikan, kebiasaan yang baik, dan taraf keteladanan dari orangtua, maka akan menghasilkan kemandirian yang baik. Dari kedua pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa untuk mengembangkan kamandirian remaja, tidak hanya terletak pada terpenuhinya segala kebutuhan materi saja (memiliki

35

sosial ekonomi menengah keatas), tetapi harus didukung pula oleh pola pendidikan dan pembiasaan yang baik dalam keluarga. Pola pendidikan di sini terkait dengan bagaimana cara orangtua dalam mendidik, mengarahkan anaknya dalam keluarga (melatih anak untuk disiplin baik dalam mengatur diri sendiri, maupun mengatur kebutuhan ekonomi anak, misal mengajarkan anak hemat dalam mengatur keuangan), dengan pola pendidikan tersebut, dapat membentuk kebiasaan yang baik pada anak. Misal: Dalam mengatur keuangan, dalam hal ini orangtua harus melatih anak di dalam pengaturan uang saku, berapa rupiah untuk jajan, dan berapa rupiah untuk ditabungkan, jika hal ini terus ditanamkan pada anak, kelak ia dewasa yang memungkinkan remaja harus jauh dari orangtua, di mana ia harus mampu mengatur diri sendiri, terutama mengatur kebutuhan ekonominya sendiri. Namun dengan adanya pola pendidikan dan pembiasaan yang sudah terbentuk sejak dini oleh orangtua, remaja mampu untuk mengatur dan mengolah kebutuhan ekonominya (keuangan), meskipun uang yang ia peroleh dari orangtua cukup/pas-pasan dan tidak sebanding dengan temannya, namun ia dapat mengelolanya sehingga kebutuhan hidupnya selalu tercukupi, bahkan bisa menyisihkan sebagian dari uang tersebut. Dari uraian di atas, secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian anak akan terwujud, tergantung dari dua faktor, yaitu faktor

36

internal dan faktor eksternal, karena faktor internal tersebut terkait dengan sifat dasar yang dimiliki oleh keluarga terutama orangtua, pengalaman, serta kematangan. Di samping faktor internal, kemandirian anak juga terbentuk oleh faktor eksternal, yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sosial ekonomi. Namun dari keempat lingkungan tersebut, lingkungan keluargalah yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan kemandirian anak, yaitu bagaimana cara keluarga mendidik atau pola asuh orangtua terhadap anak tersebut. Jadi kemandirian anak itu terwujud dengan apa yang ia lihat, ia rasakan, dan ia lakukan sehari-hari dalam lingkungan keluarganya, jika kemandirian anak sudah terbentuk dalam keluarga, dapat memudahkan bagi anak dalam mengembangkan kemandiriannya baik di lingkungan sekolah, masyarakat ataupun di lingkungan sosial ekonomi. Jadi dalam hal ini lingkungan keluargapun tidak dapat terlepas dari lingkungan sekolah, masyarakat dan lingkungan sosial ekonomi. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka indikator dari kemandirian individu adalah sebagai berikut : a. Menunjukkan kemandirian di lingkungan keluarga, antara lain mempunyai indikator : (1) mampu mengerjakan tugas dan kewajiban di rumah secara rutin, (2) mampu menggunakan fasilitas rumah secara teratur, (3) mampu menyelesaikan setiap permasalahan yang muncul dalam keluarga, (4)

37

mampu memberikan tanggapan terhadap musyawarah dalam keluarga, (5) mampu menciptakan pola hidup sehat dalam keluarga, (6) mampu dalam pengaturan tata ruang di rumah dalam keluarga. b. Menunjukkan kemandirian di lingkungan sekolah, antara lain mempunyai indikator : 1) mampu memanfaatkan sarana belajar di sekolah secara baik, (2) mampu menentukan alternatif jurusan di sekolah secara rasional, (3) mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, (4) mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif di kelas, (5) aktif di dalam proses belajar di kelas, (6) aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. c. Menunjukkan kemandirian di lingkungan masyarakat, antara lain mempunyai indikator : 1) mampu menentukan alternatif kegiatan yang diadakan di lingkungan masyarakat, (2) mampu memanfaatkan dengan baik dan positif sarana yang ada di lingkungan masyarakat, (3) mampu menciptakan dan memelihara lingkungan masyarakat dengan baik, (4) aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat.

38

C. KONTRIBUSI KEMANDIRIAN

POLA

ASUH

ORANGTUA

TERHADAP

1. Kontribusi Pola Asuh Otoriter Terhadap Kemandirian Menurut Stewart dan Koch (http://www.Dep.Dik.Nas/Go.Id), bahwa orangtua yang menerapkan pola asuh otoriter cenderung mengekang keinginan anak, bersikap kaku, suka menghukum, tidak mendorong dan memberi kesempatan kepada anak untuk mandiri dan jarang memberi pujian. Dari pendapat di atas, dapat penulis simpulkaan bahwa pola asuh otoriter memberi sedikit kontribusi terhadap kemandirian, karena pada pola asuh otoriter ini anak tidak diberi kebebasan untuk berkembang sesuai dengan kemampuan yang ia miliki. Maka dengan pola asuh otoriter ini cenderung menjadi anak yang kurang mandiri. Namun dari segi positifnya, maka yang dididik dalam pola asuh otoriter ini cenderung akan menjadi disiplin yakni mentaati peraturan. 2. Kontribusi Pola Asuh Demokratis Terhadap Kemandirian Menurut Stewart dan Koch (http://www.Dep.Dik.Nas/Go.Id), bahwa pola ssuh demokratis memandang sama kewajiban dan hak antara orangtua dan anak, memberikan tanggung jawab bagi anaknya terhadap segala sesuatu yang diperbuatnya sampai mereka menjadi dewasa., bertidak secara objektif. Dari pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa, pola asuh demokratis memberi banyak kontribusi terhadap kemandirian, karena orangtua lebih banyak menunjukkan pengertian terhadap kebutuhan dan kemampuan anak, menghargai pendapat dan lebih toleran. Sehingga dengan pola asuh

39

demokratis ini anak bisa berkembanng seoptimal mungkin, maka dengan pola asuh demokratis ini ada kecenderungan anak untuk menjadi anak yang mandiri. 3. Kontribusi Pola Asuh Permissif Terhadap kemandirian Menurut Stewart dan Koch (http://www.Dep.Dik.Nas/Go.Id), bahwa pola asuh permissif cenderung memberikan kebebasan penuh tanpa kontrol sama sekali, orangtua tidak memberikan aturan, sedikit sekali dituntut untuk suatu tanggung jawab. Dari pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa pola asuh permissif sedikit sekali memberi kontribusi terhadap kemandirian, karena orangtua lebih bersikap masa bodoh dengan segala kegiatan anak dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dengan pola suh permissif ini anak menjadi kurang bertanggung jawab, kurang disiplin dengan aturan-aturan sosial yang berlaku. Maka dengan pola asuh permissif ini cenderung menjadi anak yang kurang mandiri, namun bila anak mampu menggunakan kebebasan tersebut secara bertanggung jawab, maka anak menjadi seorang yang mandiri, kreatif dan mampu mewujudkan aktualitasnya.

D. HIPOTESIS Arikunto (2003:64), mengatakan bahwa hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

40

Menurut Sumadi Suryabrata (2003:21), hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Sedangkan menurut Saifuddin Azwar (2001:49), menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian. Mendasarkan pada konsep teori seperti di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis Ada kontribusi pola asuh orangtua terhadap kemandirian siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005.

41

BAB III METODE PENELITIAN

Suharsimi Arikunto (2002:136), menyatakan bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Sedangkan pengertian metode penelitian menurut Sutrisno Hadi (2000:4), adalah usaha menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Dalam sebuah penelitian, hal yang perlu diperhatikan bagi seorang peneliti adalah ketetapan penggunaan metode yang harus disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian yang ingin dicapai, sehingga penelitian dapat mengarah, berjalan dengan baik dan sistematis. Sehubungan dengan hal di atas, pada bab ini dibahas metode penelitian yang tercakup di dalamnya jenis penelitian, populasi dan sampel serta teknik sampling, variabel penelitian, devinisi operasional, metode dan alat pengumpul data, validitas dan reliabilitas instrumen serta teknik analisis data. Tema-tema tersebut diuraikan secara singkat sebagai berikut: A. Jenis Penelitian Saifuddin Azwar (2001:6), mengelompokkan jenis-jenis penelitian ke dalam (1) penelitian deskriptif, (2) penelitian perkembangan, (3) studi kasus atau penelitian lapangan, (4) penelitian korelasional, (5) penelitian kausalkomparatif, (6) penelitian eksperimen murni, dan (7) penelitian semi eksperimental.

42

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 31-32), terdapat dua jenis korelasi yaitu: (a) korelasi sejajar atau hubungan timbal balik; di mana kedua variabel tidak terdapat hubungan sebab akibat, tetapi dicari alasan mengapa diperkirakan ada hubungannya, (b) korelasi sebab-akibat atau disebut penelitian pengaruh; di mana dalam korelasi sebab-akibat terdapat hubungan sebab-akibat di antara kedua variabel yang mempengaruhi maupun yang dipengaruhi. Mengacu pada masalah penelitian ini adalah Seberapa besar kontribusi pola asuh orangtua terhadap kemandirian siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005. Maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian korelasional yaitu suatu penelitian yang bertujuan menyelidiki sejauhmana variasi satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi. Dipilih jenis penelitian korelasional dalam penelitian ini atas dasar pertimbangan tujuan penelitian yaitu ingin mendapatkan informasi yang akurat tentang berapa besarnya kontribusi pola asuh orangtua terhadap kemandirian siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005.

43

B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 1. Populasi dan Sampel a. Populasi Suharsimi Arikunto (2002:108), menyatakan bahwa populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (2000:220), menyatakan bahwa populasi adalah seluruh penduduk atau individu yang diselidiki. Populasi dibatasi sebagai jumlah individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Jadi populasi adalah semua individu dari sekumpulan objek yang jelas dan lengkap yang hendak dikenai penelitian. Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005, yang berjumlah 311 siswa dengan rincian sebagai berikut: Tabel 1 Populasi Penelitian Nomor 1 2 3 4 5 6 7 Kelas II.1 II.2 II.3 II.4 II.5 II.6 II.7 Jumlah Jumlah 46 Siswa 45 Siswa 45 Siswa 44 Siswa 43 Siswa 44 Siswa 44 Siswa 311 Siswa

44

b. Sampel Sutrisno Hadi (2000:221), menyatakan sampel adalah sejumlah individu yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:109), sampel merupakan bagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Jadi sampel adalah sebagian atau sejumlah individu yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi yang dapat menjadi wakil populasi secara keseluruhan. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:111), beberapa keuntungan menggunakan penelitian sampel, antara lain: 1) Karena sampel lebih sedikit dibandingkan dengan populasinya, maka kecepatannya tentu kurang. 2) Apabila populasinya terlalu besar, maka dikhawatirkan ada yang terlewati. 3) Dengan penelitian sampel, maka akan lebih efisien (dalam arti dana, waktu dan tenaga). 4) Ada kalanya dengan penelitian populasi destruktif (merusak). 5) Ada bahaya dari orang yang mengumpulkan data karena subyeknya banyak, petugas pengumpul data menjadi lelah sehingga pencatatannya bisa menjadi tidak teliti. 6) Ada kalanya memang dimungkinkan melakukan penelitian sampel. Dari beberapa keuntungan di atas, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini. Alasan peneliti menggunakan

45

penelitian sampel karena dengan menggunakan sampel akan lebih efisien dalam arti dana, waktu dan tenaga. Dalam penelitian ini, yang dijadikan sampel penelitian adalah siswa kelas II, dengan pertimbangan bahwa sampel kelas II merupakan tingkatan kelas paling aman untuk diadakan penelitian dilihat dari segi waktu. Peneliti tidak mengambil sampel kelas I dan kelas III dengan alasan karena kelas I masih dalam taraf penyesuain diri, sehingga belum banyak aktivitas ataupun kegiatan yang dilakukan oleh siswa kelas I di sekolah sehingga data yang diungkap kurang maksimal, sedangkan pada kelas III karena adanya keterbatasan waktu. 2. Teknik Sampling Ada beberapa teknik sampling yang lazim digunakan, yaitu: (a) Simple random sampling atau sampel acak sederhana, (b) Stratified sample atau sampel berstrata, (c) Area probability sample atau sampel wilayah, (d) Proporsional sample atau sampel proporsi (imbangan), (e) Purposive sample atau sampel bertujuan, (f) Quota sample atau sampel kuota, dan (g) Cluster sample atau sampel kelompok. Dalam penelitian ini, digunakan teknik simple ramdom sampling atau sampel acak sederhana. Menurut Masri Singarimbun (1989: 155-156), simple random sampling atau sampel acak sederhana adalah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elemen dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Dengan alasan karena teknik ini dianggap lebih

46

praktis dan lebih efisien dalam menetapkan populasi penelitian yang hendak dijadikan sampel penelitian sesuai dengan prosedur melalui tahapan-tahapan, dan semua anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel. Alasan peneliti menggunakan simple random sampling atau sampel acak sederhana dengan pertimbangan bahwa variabel yang akan diteliti keadaannya relatif sama (homogen), yaitu siswa sama-sama duduk di kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005. Siswa tersebut berada dalam kondisi usia yang relatif sama yaitu antara usia 16-19 tahun. Dalam penelitian ini, penerapan teknik sampling melalui tahaptahap sebagai berikut: a. Membuat daftar yang berisi semua subjek atau nama siswa dalam populasi, yaitu sebanyak tujuh kelas (dari nomor 1 sampai dengan 78). b. Menulis nama tersebut pada kertas-kertas kecil, kemudian digulung dan dimasukkan dalam kotak kecil. c. Kertas-kertas yang digulung diambil satu persatu sampai jumlah yang diinginkan, yaitu sesuai dengan jumlah sampel dari setiap kelas. Sampel yang baik adalah sampel yang representatif mewakili populasi. Untuk mendapatkan sampel yang representatif, peneliti menggunakan pedoman yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2002:112), yaitu: Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan

47

penelitian sampel. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari: a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana. b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap objek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya dana. c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik. Berpijak pada ketetapan di atas, maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 25% dari jumlah populasi yang berjumlah 78 siswa dengan rincian sebagai berikut: Tabel 2 Sampel Penelitian
No 1 2 3 4 5 6 7 Kelas II.1 II.2 II.3 II.4 II.5 II.6 II.7 Jumlah Jumlah Populasi 46 Siswa 45 Siswa 45 Siswa 44 Siswa 43 Siswa 44 Siswa 44 Siswa 311 Siswa Jumlah Sampel 25 % x 46 = 12 Siswa 25 % x 45 = 11 Siswa 25 % x 45 = 11 Siswa 25 % x 44 = 11 Siswa 25 % x 43 = 11 siswa 25 % x 44 = 11 Siswa 25 % x 44 = 11 Siswa 78 Siswa

C. Variabel Penelitian Sumadi Suryabrata (2003:25), menyatakan bahwa variabel penelitian diartikan sebagai segala sesuatu yang akan diambil menjadi objek pengamatan

48

penelitian, sering pula dinyatakan variabel penelitian itu sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti . Menurut Suharsimi Arikunto (2002:96), variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel dibedakan menjadi dua macam, yaitu variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas, atau variabel independent. Dan variabel akibat disebut variabel tergantung atau variabel terikat atau variabel dependent. Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti adalah pola asuh orangtua dan kemandirian. Hubungan antara kedua variabel tersebut digambarkan dalam bagan sebagai berikut: Gambar 1 Otoriter

Pola asuh orangtua


Variabel X

Demokratis

Kemandirian
Variabel Y

Permisif

D. Devinisi Operasional Variabel Devinisi operasional dari masing-masing variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pola Asuh Orangtua merupakan gambaran sikap yang ditunjukkan orangtua dalam berinteraksi dengan anaknya, interaksi di sini termasuk ekspresi sikap, termasuk di dalamnya cara-cara orangtua menerapkan

49

aturan-aturan, hadiah, maupun hubungan, serta cara orangtua memberikan perhatian dan tanggapan terhadap anaknya, sejak kecil sampai dewasa untuk mencapai tujuan sesuai dengan norma-norma yang ada. Pola asuh orangtua yang diterapkan dalam keluarga dikelompokkan menjadi tiga jenis, antra lain: 1) Pola Asuh Otoriter, antara lain mempunyai indikator: (a) Orangtua menerapkan peraturan yang ketat, (b) tidak adanya kesempatan untuk mengemukakan pendapat, (c) segala peraturan yang dibuat harus dipatuhi oleh anak. (d) berorientasi pada hukuman(fisik maupun verbal), (e) orangtua jarang memberikan hadiah ataupun pujian. 2) Pola Asuh Demokratis, antara lain mempunyai indikator: (a) adanya kesempatan kepada anak untuk berpendapat, (b) hukuman diberikan kepada perilaku salah, (c) memberi pujian dan atau hadiah kepada perilaku yang benar, (d) orangtua membimbing dan mengarahkan tanpa memaksakan kehendak kepada anak, (e) orangtua memberi penjelasan secara rasional jika pendapat anak tidak sesuai, (f) orangtua mempunyai pandangan masa depan yang jelas terhadap anak. 3) Pola Asuh Permissif, antara lain mempunyai indikator: (a) memberi kebebasan kepada anak tanpa ada batasan dan aturan dari orangtua, (b) anak tidak mendapatkan hadiah ataupun pujian meski anak berperilaku sosial baik, (c) anak tidak mendapatkan hukuman meski anak melanggar peraturan, (d) orangtua kurang kontrol terhadap

50

perilaku dan kegiatan anak sehari-hari, (e) orangtua hanya berperan sebagai pemberi fasilitas. b. Kemandirian adalah kemampuan yang ada pada seseorang untuk, memikirkan, merasakan, dan melakukan sesuatu dalam membuat rencana, memilih alternatif, membuat keputusan, bersaing, mengatasi masalah, dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukannya, serta tidak bergantung pada orang lain. Adapun indikator kemandirian individu disarikan sebagai berikut: 1) Menunjukkan kemandirian di lingkungan keluarga yang ditampilkan dengan indikator: (a) mampu mengerjakan tugas dan kewajiban di rumah secara rutin, (b) mampu menggunakan fasilitas di rumah secara teratur, (c) mampu menyelesaikan setiap permasalahan yang muncul dalam keluarga, (d) mampu memberikan tanggapan terhadap musyawarah dalam keluarga, (e) mampu menciptakan pola hidup sehat dalam keluarga, (f) mampu dalam pengaturan tata ruang di rumah dalam keluarga. 2) Menunjukkan kemandirian di lingkungan sekolah yang ditampilkan dengan indikator: (a) mampu memanfaatkan sarana belajar di sekolah secara baik, (b) mampu menentukan alternatif jurusan di sekolah secara rasional, (c) mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, (d) mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif di kelas, (e) aktif dalam proses belajar di kelas, (f) aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

51

3) Menunjukkan

kemandirian

di

lingkungan

masyarakat

yang

ditampilkan dengan indikator: (a) mampu menentukan alternatif kegiatan yang diadakan di lingkungan masyarakat, (b) mampu memanfaatkan dengan baik dan positif sarana yang ada di lingkungan masyarakat, (c) mampu menciptakan dan memelihara lingkungan masyarakat dengan baik, (d) aktif dalam setiap kegiatan sosial di masyarakat.

E. Metode dan Alat Pengumpul Data Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan untuk menghimpun data dari sejumlah populasi yang menjadi sampel penelitian, yang bertujuan mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti. Mengingat masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: Seberapa besar kontribusi pola asuh orangtua terhadap kemandirian siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005. Maka kembali pada definisi awal tentang pengertian pola asuh orangtua dan kemandirian. Pola asuh orangtua yaitu gambaran sikap yang ditunjukkan orangtua dalam berinteraksi dengan anaknya. Jadi dalam hal ini bagaimana orangtua memberikan perlakuan atau bersikap kepada anak, dan anak menerima perlakuan atau sikap dari orangtua tersebut, sehingga secara langsung anak bisa merasakan dan mengetahui pola asuh orangtua yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan kemandirian merupakan kemampuan yang ada pada seseorang untuk memikirkan, merasakan, dan

52

melakukan sesuatu. Dalam hal ini siswa sebagai subjek yang melakukan segala kegiatan di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, sehingga secara langsung subjeklah yang mengetahui segala kegiatan serta mampu atau tidaknya dalam melakukan kegiatan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Jadi pola asuh orangtua dan kemandirian merupakan variabel yang keberadaannya diketahui dan dirasakan oleh subjek dalam kehidupan sehari-hari baik oleh orangtua maupun anak. Atas pertimbangan di atas, maka peneliti menggunakan angket sebagai metode pengumpulan data, sedangkan alat pengumpul datanya adalah angket pola asuh orangtua dan angket kemandirian. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:128), angket adalah sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui. Sutrisno Hadi (1998:128), mengemukakan bahwa ada tiga prinsip dasar menggunakan metode angket, yaitu: 1. Subyek adalah orang yang paling tahu akan dirinya sendiri. 2. Apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya. 3. Interpretasi subyek penelitian tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti. Suharsimi Arikunto (2002: 128-129), mengelompokkan jenis-jenis angket sebagai berikut:

53

1. Menurut cara mengambilnya, angket dibedakan menjadi: a. Angket Terbuka, yaitu angket yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. b. Angket Tertutup, yaitu angket yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. 2. Menurut jawaban yang diberikan, angket dibedakan menjadi: a. Angket Langsung, yaitu angket di mana responden menjawab tentang dirinya sendiri. b. Angket Tidak Langsung, yaitu angket di mana responden menjawab tentang orang lain. 3. Menurut bentuknya, angket dibedakan menjadi: a. Angket Pilihan Ganda, yaitu dimana angket yang sudah menyediakan pilihan jawaban, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang tersedia. Angket pilihan ganda sama dengan angket tertutup. b. Angket Isian, yaitu angket yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. Angket ini sama dengan angket terbuka. c. Check List, yaitu sebuah daftar isi di mana responden tinggal membubuhkan tanda cek (v) pada kolom yang sesuai. d. Rating Scale (Skala Bertingkat), yaitu sebuah pernyataan yang diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan, misalnya mulai dari sangat sesuai sampai ke sangat tidak sesuai.

54

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis angket tertutup, langsung, dan Rating Scale, alasan peneliti menggunakan ketiga jenis angket tersebut antara lain: 1) Jenis angket tertutup; (a) pertanyaan dan pernyataan telah dirumuskan secara terperinci sesuai dengan teori yang sudah mapan, sehingga terhindar dari kemungkinan rancu atau bias, (b) bentuk jawaban dalam pertanyaan dan pernyataan berupa jawaban terstruktur, sehingga memudahkan responden dalam menjawab pertanyaan ataupun

pernyataan, (c) lebih efisien dalam arti waktu, karena responden tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan, sehingga tidak menyita banyak waktu. 2) Jenis angket langsung; memudahkan bagi respnden dalam menjawab tentang keadaan dirinya sendiri, karena respondenlah yang paling mengetahui keadaan dirinya secara langsung, sehingga kemungkinan jawaban tidak direkayasa. 3) Jenis Rating Scale; lebih praktis, dan untuk perhitungan nilai skala kategori jawaban lebih mudah. Di samping adanya kemudahan pada jenis angket tertutup, langsung, dan Rating Scale, ketiga jenis angket ini juga memiliki kelemahan, antara lain: 1) Jenis angket tertutup; kemungkinan pertanyaan dan pernyataan dalam angket tertutup hanya terbatas pada apa yang hendak diungkap oleh

55

peneliti, sehingga pilihan jawaban yang ada dalam pertanyaan dan pernyataan kadang kurang sesuai dengan keadaan diri responden. 2) Jenis angket langsung; (a) adanya manipulasi jawaban dari responden, dikarenakan responden tidak ingin terkesan buruk atau tidak baik tentang keadaan diri responden yang sebenarnya, (b) kemungkinan keadaan fisik dan psikis responden kurang baik, sehingga akan berdampak pula pada jawaban yang diberikan responden, sehingga data yang hendak diungkap oleh peneliti kurang maksimal. 3) Jenis Rating Scale; adanya pilihan jawaban belum memutuskan yang berati ganda (multi interpretable), hal ini bisa berati subyek belum memutuskan memberi jawaban, bisa pula subyek adalah orang yang netral terhadap pertanyaan dan pernyataan yang dikemukakan. Mengingat adanya kelemahan pada jenis angket tertutup, langsung dan Rating Scale, maka dipandang perlu dilakukannya usaha untuk menekan sekecil mungkin kelemahan-kelemahan di atas, dengan cara: 1) Jenis angket tertutup; peneliti berusaha semaksimal mungkin membuat pertanyaan ataupun pernyataan yang disesuaikan dengan batasan teori yang sudah mapan. 2) Jenis angket langsung; peneliti berusaha menyusun format angket secara jelas yang di dalamnya mencakup identitas, kata pengantar, dan petunjuk pengisian, di samping itu pula peneliti mengadakan rapport kepada responden sebelum menyebarkan angket.

56

3) Jenis Rating Scale; dengan menyederhanakan jumlah pilihan jawaban dengan cara menghilangkan pilihan jawaban yang cenderung mengarah pada pilihan jawaban netral. Metode angket sebagai alat ukur memiliki kelebihan dan kelemahan, yakni: 1. Kelebihan dari angket antara lain : a. Mempermudah penulis dalam mencari atau mengumpulkan data. b. Menghemat waktu, karena dapat diberikan secara bersamaan kepada sejumlah responden yang cukup besar. c. Data yang diperoleh sesuai dengan yang dikehendaki oleh penulis. d. Responden tidak perlu pusing-pusing memikirkan jawaban, karena sudah disediakan pilihan jawaban. e. Penulis tidak perlu hadir sendiri dihadapan responden. f. Dapat dijawab oleh responden dengan kecepatan masing-masing, dan menurut waktu senggang responden. g. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur, dan tidak malumalu menjawab. h. Dapat dibuat berstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama. 2. Sedangkan kelemahan angket antara lain : a. Ada kemungkinan terdapat unsur-unsur yang tidak dapat diungkap dalam angket. b. Besar kemungkinan bahwa jawaban angket banyak dipengaruhi oleh keinginan pribadi responden.

57

c. Sangat tergantung kepada responden yang bersedia untuk menjawab saja. d. Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang terlewati dan tidak terjawab. e. Seringkali angket tidak kembali, terutama jika di kirim lewat pos. f. Waktu pengambilannya tidak bersamaan atau sering terlambat. Mengingat adanya kelemahan pada angket, maka dipandang perlu dilakukannya usaha untuk menekan sekecil mungkin kelemahan-kelemahan angket di atas, dengan cara: 1. Memberi petunjuk dengan singkat dan lengkap untuk menjelskan segala sesuatu yang berhubungan dengan pengisian angket agar responden dapat memberi jawaban secara tepat. 2. Membina rapport dengan responden sebelum menyebarkan angket sehingga responden bersedia mengisi angket tanpa adanya perasaan terpaksa. 3. Karena pertanyaan angket bersifat terbatas, maka apabila terdapat hal-hal yang kurang jelas, peneliti membrikan penjelasan. Untuk menghindari agar angket ini tidak mengukur sesuatu yang tidak semestimya, maka angket ini dikembangkan berdasarkan teori-teori yang sudah mapan, selanjutnya dijabarkan dalam kisi-kisi. Penyusunan kisi-kisi angket pola asuh orangtua dan angket kemandirian dimaksudkan memberikan gambaran yang jelas antara indikator dengan sasaran penelitian, selain itu akan mempermudah dalam penyusunan

58

dan penetapan jumlah item angket pola asuh orangtua dan angket kemandirian. Adapun kisi-kisi pengembangan instrumen penelitian dapat dilihat pada lampiran. Dalam penelitian ini, penyusunan angket dilakukan melalui tahaptahap sebagai berikut: 1. Merumuskan tujuan Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pola asuh orangtua terhadap kemandirian siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005. 2. Menetapkan konsep dasar Konsep dasar menyusun angket ini adalah pengertian pola asuh orangtua, jenis pola asuh orangtua dan pengertian kemandirian. 3. Menentukan aspek-aspek yang akan diungkap dari pola asuh orangtua dan kemandirian. 4. Menentukan indikator pola asuh orangtua dan kemandirian. 5. Menyusun kisi-kisi instrumen (lihat pada lampiran1 dan 2). 6. Menyusun butir-butir item angket (lihat pada lampiran 3). 7. Menentukan skor. Penyusunan angket tentang pola asuh orangtua dan angket

kemandirian dalam penelitian ini menggunakan pola yang dikembangkan oleh Likert yang biasa dikenal dengan Skala Likert. Sesuai dengan skala ini, pernyataan-pernyataan yang disajikan memperlihatkan arah positif dan arah negatif, dan mempunyai lima tingkat jawaban mengenai kesesuaian responden

59

terjahadap isi pernyataan, yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Ragu-Ragu (RR), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Pada angket ini telah dilakukan penyederhanaan jumlah pilihan menjadi empat buah. Alasan penyederhanaan jawaban ini adalah karena lima tingkat jawaban yang ada pada skala likert mempunyai kelemahan, yaitu adanya pilihan jawaban belum memutuskan yang berarti ganda (multi interpretable). Pilihan jawaban ini bisa berarti subyek belum memutuskan memberi jawaban, bisa pula berati subyek adalah orang yang netral terhadap pernyataan yang dikemukakan mendahului opsi jawaban atau bahkan raguragu, dengan demikian pilihan jawaban di tengah, akan banyak

menghilangkan data penelitian, Jadi dalam penelitian ini guna menghindari responden yang pasif dan cenderung memilih posisi aman tanpa memberi jawaban yang pasti, maka pilihan jawaban ragu-raru (R) tidak dijadikan salah satu bagian pilihan. Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam pengisian angket ini responden diminta untuk memilih jawaban satu dari empat pilihan yang tersedia, yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Adapun cara penyekoran masing-masing kategori jawaban adalah sebagai berikut: Tabel 3. Cara Penyekoran Butir Item No Kategori Jawaban Skor Positif 1 Sangat Sesuai (SS) 4 2 Sesuai (S) 3 3 Tidak Sesuai (TS) 2 4 Sangat Tidak Sesuai (STS) 1

No 1 2 3 4

Kategori Jawaban Negatif Sangat Sesuai (SS) Sesuai (S) Tidak Sesuai (TS) Sangat Tidak Sesuai (STS)

Skor 1 2 3 4

60

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Suatu penelitian akan memberikan hasil yang baik atau sebaliknya, sebagian tergantung pada alat pengumpul data yang digunakan. Alat pengumpul data tersebut dikatakan baik apabila memenuhi syarat tertentu, diantaranya adalah validitas dan reliabilitas. Dengan demikian validitas dan reliabilitas menjadi tolak ukur kualitas alat pengumpul data. 1. Validitas Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 144-145), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur. Tinggi rendahnya instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran variabel yang dimaksud. Ada beberapa jenis validitas yang dikenal dalam persoalan alat ukur, salah satu diantaranya validitas muka/tampak, validitas isi, validitas konstruk. Adapun jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk, karena item-item dalam penelitian ini dijabarkan berdasarkan bangunan teori yang telah ada. Menurut Saifuddin Azwar (2000:48), validitas konstruk adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau konstruk teoritis yang hendak diujinya. Pengujian validitas konstruk merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan konsep mengenai trait yang

61

diukur. Validitas konstruk mempersoalkan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrumen yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut. Untuk menguji validitas instrumen, peneliti melakukan uji coba atau try out instrumen pada sasaran penelitian. Apabila data yang didapat dan diuji coba ini sudah sesuai dengan seharusnya, maka berarti instrumennya sudah baik, sudah valid. Dikatakan instrumen sudah baik, sudah valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan, dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengetahui ketepatan data ini, diperlukan teknik uji validitas. Menurut Suharsimi Arikuknto (2002:145), ada dua macam validitas sesuai dengan cara pengujiannya, yaitu: validitas eksternal, dan validitas internal. Uji validitas dalam penelitian ini adalah validitas internal, menurut Suharsimi Arikunto (1998:154), instrumen dikatakan memiliki validitas internal apabila setiap bagian instrumen mendukung misi instrumen secara keseluruhan, yaitu mengungkap data variabel yang dimaksud. Teknik uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik statistik parametrik rumus Korelasi Product Moment sebagai berikut:

rxy =

N. XY ( X )( Y )

{N. X

( X ) N. Y 2 ( Y )
2

}{

Keterangan:
rxy = koefisien korelasi

62

X Y

= jumlah skor masing-masing item = jumlah skor item

X 2 = jumlah kuadrat skor tiap item Y 2 = jumlah kuadrat skor total


XY = jumlah perkalian antara skor total dan skor item
N = jumlah subyek

Untuk menguji instrumen, maka digunakan taraf signifikansi 5% apabila rxy yang didapat lebih besar dari r- tabel berarti signifikan atau dapat dikatakan bahwa instrumen yang bersangkutan valid. (Suharsimi Arikunto, 2002:146)

2. Reliabilitas
Setelah harus valid, instrumen juga harus dapat memenuhi standar reliabilitas. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:154), Reliabilitas

menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data kerena instrumen tersebut sudah baik. Dalam hal ini suatu alat ukur disebut mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya, jika alat itu menetap atau stabil, dapat diandalkan dan dapat diramalkan. Dalam penelitian ini, uji coba atau try out instrumen yang peneliti lakukan, di samping untuk menguji validitas instrumen, juga untuk menguji reliabilitas instrumen. Apabila data yang diperoleh dari uji coba ini sudah sesuai dengan seharusnya, maka berarti instrumen tersebut sudah baik, sudah reliabel. Dikatakan instrumen sudah baik, sudah reliabel jika mampu mengungkap data yang dapat dipercaya, sehingga dapat

63

diandalkan. Jadi yang diusahakan dapat dipercaya adalah datanya, bukan semata-mata instrumennya, untuk mengetahui kehandalan data ini, diperlukan teknik uji reliabilitas. Menurut Suharsimi Arikkunto (2002:155), ada dua jenis reliabilitas sesuai dengan cara pengujiannya, yaitu: Reliabilitas eksternal, dan reliabilitas internal Dalam penelitian ini, untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan reliabililtas internal, karena perhitungannya dilakukan berdasarkan data dari instrumen tersebut, yaitu dengan menggunakan rumus Alpha. Peneliti menggunakan rumus alpha karena instrumen berbentuk (rating scale) yang dalam pengukurannya bukan 1 dan 0 tetapi skornya antara 1 sampai dengan 4. Adapun rumusnya sebagai berikut:
2 b r11 = 1 .t 2 1

Keterangan:

r11

= reliabilitas instrumen = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

b 2 = Jumlah varians butir


.t 2 = varians total

Hasil r-hitung kemudian dikonsultasikan dengan r-tabel pada taraf signifikansi 5%. Jika r hitung > r tabel, instrumen dikatakan reliabel dan jika r hitung < r tabel instrumen dikatakan tidak valid. (Suharsimi Arikunto, 2002:171)

64

G. Teknik Analisis Data


Metode analisis adalah metode yang digunakan untuk mengelola data yang diperoleh guna mendapatkan kesimpulan. Analisis data yang digunakan untuk menjawab peremasalahan penelitian yang dirumuskan dalam penelitian ini, maka data dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan metode statistik. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik Analisis Regresi Ganda. Sehubungan dengan variabel X dalam penelitian ini, yaitu terdiri dari tiga prediktor, maka teknik analisis regresinya menggunakan teknik analisis regresi ganda dengan tiga prediktor. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penggunaan teknik analisis regresi ganda dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini, digunakan analisis regresi berganda dengan tiga prediktor dengan menggunakan persamaan regresi ganda. Untuk mencari persamaan regresi ganda digunakan rumus : Y = a1X1 + a 2 X 2 + a 3X 3 + K

Keterangan:
Y K a. X1 X2 X3 = kriterium = Bilangan konstan = koefisien regresi = variabel pola asuh otoriter = variabel pola asuh demokratis = variabel pola asuh permissif

65

2. Mencari Koefisien Korelasi antara Kriterium Y dengan Prediktor X1, X2, dan Prediktor X3, digunakan rumus sebagai berikut :

R y (1, 2,3 ) =

a1 x1 y + a 2 x 2 y + a 3 x 3 y y2

Keterangan :
Ry(1,2,3) = Koefisien Korelasi antara Y dengan X1 , X2 , dan X3 a1 a2 a3 = Koefisien Prediktor X1 = Koefisien Prediktor X2 = Koefisien Prediktor X3

X1Y

= Jumlah produk antara X1 dengan Y

X 2 Y = Jumlah produk antara X2 dengan Y

X 3Y = Jumlah produk antara X3 dengan Y Y2


= Jumlah kuadrat kriterium

Untuk menjawab pertanyaan, apakah harga Ry(1,2,3) Signifikan atau tidak, dilakukan analisis variansi garis regresi untuk mengetahui harga F garis regresi yang kemudian dikonfirmasikan dengan F-tabel. (Sutrisno Hadi, 2000:33) Rumus F yang digunakan adalah: Freg = R 2 (N m 1) m(1 R 2 )

Keterangan:
Freg = harga F garis regresi N m = cacah kasus = cacah prediktor

66

= koefisien

korelasi

antara

kriterium

dan

prediktor-

prediktornya. (Sutrisno Hadi, 2000:39)

Derajat kebebasan atau db untuk menguji harga F adalah m lawan N-m-1

Tabel 4. RANGKUMAN ANALISIS REGRESI Sumber Variasi


Regresi (reg) m
a1 X1Y + a 2 X 2 Y + a 3 X 3Y + K Y ( Y) 2 N

db

JK

RK

JK reg db reg
JK res db res

Residu (res)

N-m-1

Y 2 a1 X1Y a 2 X 2 Y a 3 X 3Y K Y

Total (T)

N-1

Y2

( Y) 2 N
(Sutrisno Hadi, 2000:30)

3. Mencari besarnya Sumbangan Efektif dari Prediktor terhadap Kriterium dengan rumus : Sumbangan Relatif dalam persen, SR%, tiap Prediktor digunakan rumus: Prediktor X1 = a1 X1Y x100% JK reg
a 2 X 2Y x100% JK reg a 3 X 3Y x100% JK reg

Prediktor X2 =

Prediktor X3 =

67

Sedangkan Sumbangan Efektif dalam persen, SE%, masing-masing Prediktor digunakan rumus : SE % X1 SE % X2 SE % X3 = SR %.X1x100% = SR %.X 2 x100% = SR %.X 3x100% (Sutrisno Hadi, 2000: 42-45)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini disajikan laporan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, analisis data beserta pembahasannya. Sebelum itu, disajikan lebih dahulu persiapan penelitian, hasil uji coba instrumen. A. Persiapan Penelitian Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti mengurus ijin penelitian (copy surat ijin penelitian terlampir). Berdasarkan surat ijin dari dekan FIP UNNES, kemudian peneliti menghadap ke kepala SMA Negeri 1 Balapulang, untuk selanjutnya setelah mendapatkan ijin dari kepala sekolah, kemudian peneliti melakukan penelitian. Untuk memperoleh data tentang pola asuh orangtua dan

kemandirian di SMA Negeri 1 Balapulang, digunakan angket sebagai pengumpul data yaitu angket pola asuh oranngtua dan angket kemandirian. Sebelum angket digunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Uji coba dilaksanakan pada siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang dengan jumlah 42 siswa di luar anggota sampel (hasil uji coba terlampir) 1. Populasi dan Sampling Populasi yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas II, sampelnya adalah sebagian dari siswa kelas II, sedangkan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik sampel acak sederhana dengan sistem undian. Banyaknya jumlah sampel yang diambil dalam

68 68

69

penelitian ini berpijak pada ketentuan pengambilan sampel menurut Suharsimi Arikunto yaitu jika subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, dan jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10%15% atau lebih. Karena jumlah populasi sebanyak 311 siswa, maka banyaknya jumlah sampel adalah 25% dari jumlah populasi yaitu 78 siswa. 2. Hasil Ujicoba Instrumen Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket pola asuh orangtua dan kemandirian. Sebelum kedua instrumen digunakan untuk mengambil data, terlebih dahulu dilakukan uji coba di lapangan untuk menguji kelayakan instrumen tersebut sebagai alat pengumpul data melalui uji validitas dan reliabilitas. Angket pola asuh orangtua yang terdiri dari 80 item, setelah diujicobakan kepada 42 siswa dan dianalisis menggunakan rumus korelasi product moment diperoleh 12 item yang tidak valid, yaitu item nomor 4, 7, 8, 22, 30, 39, 41, 44, 56, 66, 71, dan 76. Kedua belas item tersebut mempunyai koefisien korelasi dengan skor totalnya lebih kecil dari rtabel = 0,304 untuk = 5% dengan n = 42. Untuk keperluan penelitian digunakan 70 item sehingga perlu dilakukan perbaikan terhadap 2 item yang tidak valid yaitu nomor 8 dan 35 agar layak digunakan untuk alat pengumpul data. Dari angket yang semula sebanyak 80 item, ternyata diperoleh 8 item yang tidak valid yaitu nomor 6. 11, 24, 26, 40, 46, 62, dan 70 karena mempunyai koefisien korelasi dengan skor totalnya yang lebih kecil dari

70

rtabel = 0,304 untuk = 5% dengan n = 42. Untuk keperluan penelitian digunakan 70 item sehingga perlu dilakukan pembuangan 2 item yang sudah valid yaitu nomor 73 dan 77. Berdasarkan hasil uji reliabilitas menggunakan rumus alpha, pada angket pola asuh orangtua diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.910 dan pada angket kemandirian diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,921. Pada taraf kesalahan 5% dengan n = 42 diperoleh nilai rtabel sebesar 0.304. Karena kedua koefisien relibilitas yang diperoleh dari hasil pengujian ini lebih besar dari nilai rtabel maka dapat dinyatakan bahwa kedua instrumen tersebut reliabel. Berdasarkan kedua analisis tersebut, maka penelitian ini

menggunakan 70 item angket pola asuh orangtua dan 70 item angket kemandirian siswa. B. Pelaksanaan Penelitian Berdasarkan jadwal yang telah disepakati bersama antara peneliti dan guru pembimbing, selanjutnya dilaksanakan pengambilan data dengan memberikan angket pola asuh orangtua dan angket kemandirian kepada siswa, yaitu pada tanggal 7-17 Juni 2005. C. Prosedur Pengumpulan Data 1. Penyebaran angket dilakukan oleh peneliti sendiri, dalam penyebaran angket tersebut peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penyebaran angket, serta menjelaskan kepada responden bagaimana cara pengisian

71

angket. Penyebaran angket penelitian dilaksanakan 2 hari, yaitu pada tangal 16 dan 17 Juni 2005. 2. Setelah angket terkumpul, peneliti mengucapkan terima kasih kepada siswa dan selanjutnya peneliti memberikan skor pada masing-masing jawaban yang diisi oleh responden. 3. Mentabulasi data berdasarkan jumlah item. 4. Menentukan nilai pola asuh orangtua dan kemandirian. D. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Pola Asuh Orangtua Data pola asuh orangtua diambil dari instrumen angket pola asuh orangtua yang terdiri dari butir-butir yang mengungkap pola asuh demokratis, pola asuh otoriter dan pola asuh permissif. Selanjutnya hasil penghitungan skor tersebut dianalisis dengan rumus deskriptif persentase. Kecenderungan pola asuh yang digunakan seseorang dapat diketahui dari rata-rata masing-masing pola asuh. Apabila seseorang mempunyai persentase yang paling tinggi pada pola asuh demokratis, maka dapat diambil simpulan bahwa orang tersebut mempunyai kecenderungan menggunakan pola asuh demokratis. Begitu juga dengan pola asuh otoriter dan permissif ditentukan dengan cara yang sama. Berikut ini disajikan tabel kriteria pola asuh orangtua siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005,

72

diukur menggunakan angket dengan 22 item untuk pola asuh otorititer, 27 item untuk pola asuh demokratis dan 21 item untuk pola asuh permissif. Karena skor tertinggi 4 dan skor terendah 1 sehingga kriteria tentang ketiga jenis tersebut dapat disusun seperti pada tabel berikut: Tabel 5. Tabel Kriteria Pola Asuh Otoriter Pola Asuh Otoriter Kriteria Interval skor 71,6 88,0 55,1 71,5 38,6 55,0 22,0 38,5 Sumber : Data Hasil Penelitian Tabel 6. Tabel Kriteria Pola Asuh Demoktratis Pola Asuh Demokratis Kriteria Interval skor 87,9 108,0 67,6 87,8 47,4 67,5 27,5 47,3 Sumber : Data Hasil Penelitian Tabel 7. Tabel Kriteria Pola Asuh Permissif Pola Asuh Permissif Kriteria Interval skor 68,4 - 84,0 52,6 68,3 36,9 52,5 21,0 - 36,8 Sumber : Data Hasil Penelitian Interval Persentase 81.26% - 100.00% 61.51% - 81.25% 43.76% - 61.50% 25.00% - 43.75% Sangat baik Baik Cukup Baik Kurang baik Interval Persentase 81.26% - 100.00% 61.51% - 81.25% 43.76% - 61.50% 25.00% - 43.75% Sangat baik Baik Cukup Baik Kurang baik Interval Persentase 81.26% - 100.00% 61.51% - 81.25% 43.76% - 61.50% 25.00% - 43.75% Sangat baik Baik Cukup Baik Kurang baik

73

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pola asuh orangtua siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2004/2005 memiliki kecenderungan mangasuh anaknya dengan pola asuh demokratis karena pada pertanyaan tentang pola asuh ini memperoleh persentase tertinggi yaitu 74,62% dengan kriteria baik, selanjutnya kecenderungan pola asuh yang digunakan oleh orang siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2004/2005 adalah pola asuh otoriter dengan persentase 59,80% dan masuk dalam kategori cukup baik. Yang terakhir, jenis pola asuh yang diterapkan oleh orangtua siswa kelas II di II SMA Negeri 1 Balapulang yaitu pola asuh permissif dengan persentase 57,74% dan masuk dalam kategori cukup baik pula. Ringkasa dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 8. Persentase dan Kriteria Pola asuh Orangtua Pola asuh orangtua Rata-rata Skor Otoriter Demokratis Permissif 52,6 80,6 48,5 59,80% 74,62% 57,74% Cukup baik Baik Cukup baik Persentase Kriteria

Sumber : Data Hasil Penelitian Lebih jelasnya data tentang kecenderungan pola asuh yang digunakan oleh orangtua tersebut dapat disajikan dalam distribusi frekuensi bergolong berikut ini :

74

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orangtua Otoriter No 1. 2. 3. 4. Jumlah Kriteria F Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik 0 31 46 1 78 % 0.00 39.75 58.97 1.28 100 F 16 56 6 0 78 % 20.52 71.79 7.69 0.00 100 F 1 21 54 2 78 % 1.28 26.92 69.23 2.55 100 Demokratis Permissif

Sumber : Data hasil penelitian Berdasarkan tabel 9 tersebut, terlihat bahwa orangtua siswa menerapkan pola asuh otoriter dengan cukup baik dan baik (58,97% dan 39,75%), sedangkan selebihnya yaitu dalam kategori kurang baik (1,28%). Ditinjau dari pola asuh demokratis menunjukkan bahwa sebagian besar orangtua siswa memiliki pola asuh demokratis yang baik (71,79%), sedangkan selebihnya yaitu 20,52% memiliki pola asuh demokratis sangat baik dan 7,69% cukup baik. Ditinjau dari pola asuh permissif menunjukkan bahwa sebagian besar orangtua siswa memiliki pola asuh permissif cukup baik (69,23%) selebihnya yaitu memiliki pola asuh permissif baik (26,92%), kurang baik (2,55%) dan sangat baik (1,28%). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar orangtua siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2004/2005 lebih cenderung menggunakan pola asuh demokratis, yang berarti orangtua lebih mengutamakan bermusyawarah dalam keluarga, memberikan kebebasan penuh yang bertanggung jawab pada anaknya, memberikan hadiah dan hukuman yang disertai penjelasan serta lebih suka menghargai pendapat anak. Kecenderungan pola asuh berikutnya yang

75

digunakan oleh para orangtua adalah pola asuh otoriter dan permissif. Hal ini berarti bahwa ada beberapa orangtua yang menerapkan pola asuh otoriter yang cenderung memaksakan kehendak orangtua kepada anak, menerapkan peraturan yang terlalu kaku, memberikan hukuman tanpa alasan dan kurang menghargai pendapat anak. Sedangkan orangtua orangtua yang lebih cenderung menggunakan pola asuh permissif mereka cenderung

membiarkan anak bertindak tanpa memonitor, kurang memberikan bimbingan terhadap tingkah laku anak, serta kurang memberikan hadiah dan hukuman kepada anak. 2. Hasil Deskriptif Kemandirian Siswa Tingkat kemandirian siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005 diukur menggunakan angket dengan 70 item dan skor tertinggi 4 sehingga kriteria tentang kemandirian siswa tersebut dapat disusun seperti pada tabel berikut. Tabel 10. Tabel Kriteria Kemandirian Siswa Kemandirian Siswa Kriteria Interval skor 227.6 280.0 175.1 227.5 122.6 175.0 70.0 122.5 Sumber : Data Hasil Penelitian Hasil penelitian pada lampiran menunjukkan bahwa rata-rata skor kemandirian siswa adalah 206,3 dengan persentase 73,70% dan termasuk kategori baik karena berada pada rentang persentase antara 61,51%81,25%. Ditinjau dari kemandirian masing-masing siswa berdasarkan hasil Interval Persentase 81.26% - 100.00% 61.51% - 81.25% 43.76% - 61.50% 25.00% - 43.75% Sangat baik Baik Cukup Baik Kurang baik

76

analisis deskriptif persentase pada lampiran diperoleh hasil berikut: Tabel 11. Distribusi Frekuensi Kemandirian Masing-masing Siswa No 1. 2. 3. 4. Jumlah Sumber : Data hasil penelitian Kemandirian Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Frekuensi 8 63 7 0 78 Persentase

sebagai

10.26% 80.77% 8.97% 0.00% 100

Berdasarkan tabel 11 di atas terlihat bahwa sebagian besar siswa memiliki kemandirian yang baik (80,77%), selebihnya yaitu 10,26% memiliki kemandirian yang sangat baik, dan 8,97% cukup baik. Secara lebih rinci, hasil analisis deskriptif tentang kemandirian siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005 ditinjau dari tiap-tiap aspek kemandirian yang terdiri dari aspek berpikir, aspek merasakan dan aspek melakukan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 12. Distribusi Frekuensi Kemandirian Siswa pada Aspek Kemampuan Berpikir No 1. 2. 3. 4. Jumlah Sumber : Data Hasil Penelitian Kemandirian Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Frekuensi 12 59 7 0 78 Persentase 15.38% 75.65% 8.97% 0.00% 100

77

Berdasarkan tabel 12 tersebut menunjukkan kemandirian siswa pada aspek kemampuan berpikir sebagian besar termasuk kategori baik (75,65%), selebihnya yaitu 15,38% termasuk kategori sangat baik dan 8,97% termasuk kategori cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005 telah mampu mengerjakan tugas dan kewajibannya di sekolah, mampu menggunakan fasilitas di rumah dengan teratur, mampu menyelesaikan permasalahan yang muncul dalam dirinya, mampu memanfaatkan sarana belajar di sekolah dengan baik, mampu menentukan alternatif jurusan di sekolah secara rasional, mampu menyelesaikan tugas yang diberikan guru dengan baik, mampu menentukan alternatif kegiatan yang diadakan di lingkungan masyarakat dengan baik, dan mampu memanfaatkan sarana yang ada di lingkungan masyarakat dengan baik pula. Tabel 13. Distribusi Frekuensi Kemandirian Siswa pada Aspek

Kemampuan Merasakan No 1. 2. 3. 4. Jumlah Sumber : Data Hasil Penelitian Kemandirian Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Frekuensi 10 62 6 0 78 Persentase 12.82% 79.49% 7.69% 0.00% 100

78

Berdasarkan tabel 13 tersebut, menunjukkan kemandirian siswa pada aspek kemampuan merasakan sebagian besar termasuk kategori baik (79,49%), selebihnya yaitu 12,82% termasuk kategori sangat baik dan 7,69% termasuk kategori cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005 telah mampu memberikan tanggapan dalam musyawarah keluarga, mampu menciptakan pola hidup sehat dalam keluarga, mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif di kelas, aktif dalam proses belajar di kelas, dan mampu menciptakan serta memelihara lingkungan masyarakat secara baik. Tabel 14. Distribusi Frekuensi Kemandirian Siswa pada Aspek Kemampuan Melakukan No 1. 2. 3. 4. Jumlah Sumber : Data Hasil Penelitian Berdasarkan tabel 14 tersebut, menunjukkan kemandirian siswa pada aspek kemampuan melakukan sebagian besar termasuk kategori baik (75,65%), selebihnya yaitu 16,67% termasuk kategori sangat baik dan 7,69% termasuk kategori cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005 telah mampu mengatur tata ruang di rumah secara baik, aktif Kemandirian Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Frekuensi 13 59 6 0 78 Persentase 16.67% 75.65% 7.69% 0.00% 100

79

dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat. 3. Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui ada tidaknya kontribusi pola asuh orangtua terhadap kemandirian siswa digunakan analisis regresi ganda. Hasil analisis pada lampiran diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,6163. Koefisien korelasi tersebut diuji keberartian dengan menggunakan analisis varians (uji F). Berdasarkan analisis varians diperoleh harga Fhitung (15,108) > Ftabel (2,71) pada taraf signifikansi 5% dengan dk (3:74), Dengan demikian Ho yang menyatakan = 0 atau tidak ada kontribusi pola asuh orangtua terhadap kemandirian siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005 ditolak. Bentuk kontribusi tersebut dapat digambarkan melalui model regresi antara pola asuh orangtua terhadap kemandirian yang diperoleh yaitu
= 35,643 + 0,680X1 + 1,065X2 + Y

1,012X3. Dalam analisis korelasi tersebut diperoleh pula index determinasi sebesar 0,3798. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa kontribusi pola asuh orangtua terhadap kemandirian siswa sebesar 37,98% sedangkan 62,02% dari kemandirian siswa dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini. Besarnya kontribusi masing-masing jenis pola asuh orangtua terhadap kemandirian siswa dapat dilihat dari sumbangan efektif masingmasing variabel terikat dengan variabel bebas. Berdasarkan hasil analisis

80

pada lampiran diketahui bahwa sumbangan pola asuh otoriter terhadap kemandirian siswa yaitu 8,83%, untuk pola asuh demokratis memberikan sumbangan terhadap kemandirian siswa sebesar 17,83% dan untuk pola asuh permissif memberikan sumbangan terhadap kemandirian siswa sebesar 11,32%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa yang memberikan sumbangan atau kontribusi paling besar terhadap kemandirian siswa adalah pola asuh demokratis, kemudian diikuti oleh pola asuh permissif dan yang terakhir yaitu pola asuh otoriter.

E. Pembahasan
Dalam keluarga, anak memperoleh pendidikan pertama kali dari

orangtua. Medidik merupakan suatu kewajiban orangtua terhadap anaknya, selain memberikan kebutuhan biologis agar tumbuh dan berkembang dengan baik dan dapat mencapai kedewasaan yang optimal. Pada akhirnya mampu hidup dalam masyarakat yang lebih luas dan mengembangkan nilai-nilai yang diberikan orangtuanya. Lingkungan keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan sosial. Dalam kelompok primer ini terbentuk norma-norma sosial. Di dalam keluarga inilah manusia pertama kali belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerja sama dan belajar membantu orang lain. Jadi keluarga tidak hanya berfungsi terbatas sebagai penerus keturunan saja, tetapi lebih dari itu adalah pembentuk kepribadian anak,karena

81

segala pengetahuan dan kecerdasan intelektual serta keterampilan diperoleh pertama kali dari orangtua dan anggota keluarga yang lain. Dengan demikian dasar kepribadian seseorang terbentuk sebagai hasil perpaduan antara warisan sifat-sifat, bakat orangtua dan lingkungan serta pola asuh orangtua yang dianutnya. Orangtua sebagai pemimpin, pembimbing serta pengasuh bagi anakanaknya selalu tercermin dari sikap yang dimilikinya. Sikap orangtua tidak hanya berpengaruh terhadap hubungan di dalam keluarga, tetapi juga terhadap sikap dan perilaku anak, termasuk di dalamnya adalah kemandiriannya. Kemandirian seorang anak selain dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri, dipengaruhi oleh faktor luar diri siswa seperti halnya dengan sikap atau pola asuh orangtua. Ada tiga macam pola asuh yang ditinjau dalam penelitian ini yaitu pola asuh otoriter, demokratis dan permissif. Adapun masalah dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana kecenderungan pola asuh orangtua siswa, (2) Bagaimana tingkat kemandirian siswa SMA Negeri 1 Balapulang, (3) Adakah kontribusi pola asuh orangtua terhadap kemandirian, jika ada seberapa besar kontribusinya, (4) Jenis pola asuh orangtua mana yang paling besar kontribusinya terhadap kemandirian siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2004/2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orangtua siswa, ternyata mempunyai kecenderungan menggunakan pola asuh demokratis, hal ini berarti bahwa orangtua dalam mendidik anak, dengan teknik-teknik asuhan yang

82

menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri dengan baik, orangtua bersikap mendukung sekalilgus memberikan penjelasan atas perintah atau keputusan yang diberikan, dan mendorong tingkah laku mandiri yang bertanggung jawab. Pola asuh yang demikian berpengaruh terhadap kemandirian anak yang lebih baik. Tingginya kemandirian mereka, karena adanya kebiasaan-kebiasaan yang baik di lingkungan keluarga. Orangtua mengedepankan musyawarah dan memberikan kebebasan, namun bertanggung jawab. Pola asuh dengan

memberikan kebebasan yang bertanggung jawab inilah, menyebabkan siswa lebih percaya diri, lebih terbuka, mudah bekerjasama, lebih memahami kebebasan teman, serta mampu menyesuaikan dengan lingkungan. Sikap-sikap tersebut akan mampu mendorong anak untuk melakukan aktivitas-aktivitas dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat secara bertanggun jawab dalam upaya perwujudan dirinya. Berbeda dengan pola asuh otoriter, anak merasa terkekang, dan akhirnya dalam pergaulannya anak akan merasa canggung. Di dalam keluarga, orangtua lebih cenderung memaksakan kehendaknya, dengan menerapkan aturan-aturan yang sifatnya kaku. Sikap-sikap tersebut, dalam waktu lama akan menjadi sifat yang akan dibawa siswa. Siswa akan menjadi kurang dapat menerima kondisi sendiri dan orang lain. Sifat otoriter kepada orang lain, juga akan dibawanya. Mereka akan lebih kurang menghargai teman, karena kebiasaankebiasan yang terjadi di keluarga lebih cenderung serupa.

83

Pada pola asuh permissif yang terbiasa dengan kebebasan, berakibat kemandirian siswa lebih rendah daripada yang diasuh dengan pola asuh demokratis. Orangtua yang selalu memberikan kebebasan, dan kurang adanya bimbingan dan monitor, maka tindakan-tindakan siswa lebih cenderung bebas. Segala stimulus yang datang dari luar, kurang dikontrol oleh orangtua. Apabila kondisi lingkungan masyarakat kurang mendukung, maka kemandiriannya akan menjadi lebih rendah, karena terpengaruh oleh pergaulan dalam lingkungan yang salah, sehingga kematangan dalam menyikapi masalah di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat secara positif lebih rendah daripada pola asuh demokratis. Hal ini karena anak kurang mendapat bimbingan orang yang lebih dewasa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2004/2005 memiliki kemandirian yang baik atau tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah mampu berpikir, merasakan dan melakukan segala kegiatan yang positif baik di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan masyarakat secara baik. Hasil dari penelitian ini yaitu pola asuh orangtua memberikan kontribusi terhadap kemandirian siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2004/2005. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis regresi yang diperoleh Fhitung sebesar 15,108 > Ftabel = 2.71 dengan dk (3:74) dan taraf kesalahan 5%. Dengan demikian menunjukkan bahwa semakin baik pola asuh orangtua dalam mendidik anaknya, maka akan semakin tinggi pula kemandiriannya.

84

Pola asuh orangtua merupakan gambaran sikap yang ditunjukkan orangtua dalam berinteraksi dengan anaknya, interaksi di sini termasuk ekspresi sikap, termasuk di dalamnya cara-cara orangtua menerapkan aturanaturan, hadiah, maupun hubungan, serta cara orangtua memberikan hadiah perhatian dan tanggapan terhadap anaknya, sejak kecil sampai dewasa untuk mencapai tujuan sesuai dengan norma-norma yang ada. Menurut Stewart dan Koch (http://www.Dep.Dik.Nas/Go.Id), ada tiga pola asuh orangtua yaitu: Otoriter, demokratis dan permissif. Ketiga jenis pola asuh orangtua ini mempunyai ciri masing-masing, untuk pola asuh otoriter cenderung lebih tegas, kaku,suka menghukum, kurang kasih sayang serta kurang simpatik, untuk pola asuh permissif cenderung selalu memberikan kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol sama sekali, memberi kebebasan pada anak untuk mengaatur dirinya sendiri. Lain halnya dengan pola asuh demokratis, pola asuh ini orangtua lebih banyak menunjukkan pengertian terhadap kebutuhan dan kemampuan anak, menghargai pendapat, lebih toleran, serta bebas yang bertanggung jawab.

85

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti disajikan pada bab IV, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut : 1. Orangtua siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2004/2005 cenderung menggunakan pola asuh demokratis, hal ini dapat dilihat dari pola asuh demokratis yang memperoleh persentase tertinggi yaitu 74,62% dengan kriteria baik. 2. Kemandirian siswa termasuk dalam kategori baik atau tinggi dengan bobot persentase 73,70%. Hal ini ditunjukkan dari kemampuan siswa untuk berfikir, merasakan dan melakukan segala sesuatu yang ada dalam hidupnya baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. 3. Pola asuh orangtua memberikan kontribusi positif terhadap kemandirian siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005. Besarnya kontribusi tersebut yaitu 37,98% dengan rincian : 8,83% adalah kontribusi pola asuh otoriter, 17,83% adalah kontribusi pola asuh demokratis, dan 11,32% adalah kontribusi pola asuh permissif. 4. Jenis pola asuh yang paling dominan berkontribusi terhadap kemandirian adalah pola asuh domokratis, kemudian diikuti oleh pola asuh permissif, dan yang terakhir adalah pola asuh otoriter.

85

86

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi orangtua dalam mengasuh anak hendaknya menekankan pola asuh demokratis, utamanya dalam beberapa hal yang masih dapat

dimusyawarahkan atau tawar-menawar antara orangtua dengan anak. Akan tetapi orangtua juga perlu menggunakan pola asuh otoriter untuk melatih kedisiplinan anak. 2. Agar tingkat kemandirian siswa menjadi lebih baik, seyogyanya guru mampu mengembangkan demikratisasi dalam kegiatan belajar, kepada siswa yang memiliki tingkat kemandirian yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad & Mohammad Asrori. 2004. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik). Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, Saifuddin. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. ------. 2000. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Balson, Maurice. 1999. Menjadi Orangtua Yang Sukses (Alih Bahasa oleh Sr Alberta, CB). Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia. Basri, Hasan. 2000. Remaja Berkualitas (Problematika Remaja dan Solusinya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia. Dep Dik Bud. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Gunarsa, S & Y. Gunarsa. 1983. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Gunarsa, Singgih D. 1995. Psikologi Perkembangan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Reaserch Jilid 1. Yogyakarta: Andi Offset. ------. 2000. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset. ------. 2000. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset. Hurlock, Elizabeth B. 1997. Psikologi Perkembangan Anak (Psikologi Populer). Jakarta: Ghalia Indonesia. Kartawijaya, Anne & Kay Kuswanto. 2004. Artikel Tentang Mendidik Anak Untuk Mandiri. http://www.geoogle.com.e-psikologi. Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: Mandar Maju..

Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Malang: Usana Offset. Pujosuwarno, Sayekti. 1993. Berbagai Yogyakarta: Menara Mas Offset. Pendekatan Dalam Konseling.

Prasetya, G. Tembong. 2003. Pola Pengasuhan Ideal. Jakarta: Elex Media Komputindo. Prasetya, Munif & Anwar Sutoyo. 1999. Kesehatan Mental Anak Dalam Keluarga. Semarang: UNNES. Schaefer, Charles. 1994. Mempengaruhi Bagaimana Anak (Alih Bahasa oleh R. Tarman Sirait dan Cony Semiawan). Semarang: Dahara Prize. Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitian Suevai. Jakarta: LP3ES. Soehartono, Irawan. 1995. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sukardi, Dewa K. 1984. Bimbingan Perkembangan Jiwa Anak (Psikologi Populer). Jakarta: Ghalia Indonesia. Suryabrata, Sumadi. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Tarmudji, Tarsis. 2004. Penelitian Tentang Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Agresivitas Remaja. http://www.Dep.Dik.Nas/Go.Id. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Diperbanyak oleh PT Fokus Media. Yusuf, Syamsu L.N. 2004. Psikologi Perkembangnan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

DAFTAR SAMPEL PENELITIAN No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. Dewi setiasih Friska Septiana Joko Prayitno Lina Andriyana Muh. Hupron Rina Nurul Maizah Riskia Indriyani Riski Mei Triyanto Tantri Riyandari Wildan Wina Novianti Yuni Arfiyani Ade Kurniawan Elzi Faiz Arido Gunawan Prangbakti Irma Nurul Fatikha Nur Zaelani Sakroni Sri Dedali Sri Yuliana Supriyatin Veny Priyatin Ardi Satria Nugroho Fajar Okti Rizkiana Indah Pratiwi Krisdianto Nama Siswa Kelas II.1 II.1 II.1 II.1 II.1 II.1 II.1 II.1 II.1 II.1 II.1 II.1 II.2 II.2 II.2 II.2 II.2 II.2 II.2 II.2 II.2 II.2 II.2 II.3 II.3 II.3 II.3 Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Perempuaan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki

No 28. 29. 30. 31. 32, 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. Masripah

Nama Siswa

Kelas II.3 II.3 II.3 II.3 II.3 II.3 II.3 II.4 II.4 II.4 II.4 II.4 II.4 II.4 II.4 II.4 II.4 II.4 II.5 II.5 II.5 II.5 II.5 II.5 II.5 II.5 II.5 II.5

Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki

M. Ali Sumarjo Puji Riyanti Susilah Mujianti Wasis Wasmani Yuniar Dwiyanti Yusmiati Amarudin Mubarok Anton Sujarwo Citra Resmi Evitadewi Dwi Sefiyantie Eko Adriyanto Ermi Prasetyorini Harun Lita Destriningsih Sri Amilatun Tohiroh Yana Gustiafani Ahmad Khikam Fauzi Dwi Indra Rosita Fitri Fauziah Fitria Handayani Ida Safitri Kikiy Supriyatin M. Nursalim Puji Fitriani Suci Apriliany Sukroni

No 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. Yuniarto Edi Sustoyo

Nama Siswa

Kelas II.5 II.6 II.6 II.6 II.6 II.6 II.6 II.6 II.6 II.6 II.6 II.6 II.7 II.7 II.7 II.7 II.7 II.7 II.7 II.7 II.7 II.7 II.7

Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan

Fauziyyah Hidayati Gita Desy Christiana Ika Widyawati Nur Imam Swasono Rina Puspitasari Siti Hidayati Solikha Sri Kanti Teguh Kurniawati Yudho Agus Tri Wibowo Andri Setiawan Devi Ratna Puspitasari Diayu Bitarokah Dwi Sinto Ariwibowo Eti Rokhayati Maslikhatun Nuryanti Risno Setiyono Sulastri Wulan Yuniarsih Yustinah

Lampiran: Kisi-kisi pengembangan instrumen penelitian tentang kemandirian Lingkungan Keluarga (a) - Mampu mengerjakan tugas dan kewajiban di rumah secara rutin. - Mampu menggunakan fasilitas di rumah secara teratur. - Mampu menyelesaikan setiap permasalahan yang muncul dalam keluarga. Sekolah (b) - Mampu memanfaatkan sarana belajar di sekolah secara baik. - Mampu menentukan alternatif jurusan di sekolah secara rasional. - Mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Masyarakat (c) - Mampu menentukan alternatif kegiatan yang diadakan di lingkungan masyarakat. - Mampu memanfaatkan dengan baik dan positif sarana yang ada di lingkungan masyarakat.

No
1. Aspek Kemandirian Berfikir

2.

Merasakan

- Mampu - Mampu memberikan menciptakan tanggapan terhadap suasana belajar musyawarah dalam yang kondusif keluarga. di kelas. - Mampu menciptakan pola hidup sehat dalam keluarga. - Aktif di dalam proses belajar di kelas.

- Mampu menciptakan dan memelihara lingkungan masyarakat.

3.

Melakukan

- Mampu dalam pengaturan tata ruang di rumah dalam keluarga.

- Aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

- Aktif dalam setiap kegiatan sosial di masyarakat.

No. 1.

Aspek Mampu mengerjakan tugas dan kewajiban di rumah secara rutin. Mampu menggunakan fasilitas di rumah secara teratur. Mampu menyelesaikan setiap permasalahan yang muncul dalam keluarga. Mampu memanfaatkan sarana belajar di kelas. Mampu menentukan alternatif jurusan di sekolah. Mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Mampu menentukan alternatif kegiatan yang diadakan di lingkungan masyarakat. Mampu memanfaatkan dengan baik dan positif sarana yang ada di lingkungan masyarakat. Mampu memberikan tanggapan terhadap musyawarah dalam keluarga. Mampu menciptakan pola hidup sehat dalam keluarga. Mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif di kelas. Aktif dalam proses belajar di kelas. Mampu menciptakan dan memelihara lingkungan masyarakat dengan baik.

No. Item 1, 2, 3, 4, 5 6, 7, 8, 9, 10 11, 12, 13, 14, 15

Jumlah 5 5 5

16, 17, 18, 19, 20 21, 22, 23, 24, 25 26, 27, 28, 29, 30 31, 32, 33, 34, 35

5 5 5 5

36, 37, 38, 39, 40

2.

41, 42, 43, 44, 45

46, 47, 48, 49, 50 51, 52, 53, 54, 55 56, 57, 58, 59, 60 61, 62, 63, 64, 65

5 5 5 5

3.

Mampu dalam pengaturan tata ruang di rumah dalam keluarga. Aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Aktif dalam setiap kegiatan sosial di masyarakat. Jumlah Item

66, 67, 68, 69 70 71, 72, 73, 74, 75 76, 77, 78, 79, 80

5 5 5 80

Lampiran: Kisi-kisi pengembangan instrumen penelitian tentang pola asuh orangtua

No.

Ahli Ciri Pola Asuh Orangtua Otoriter

Hurlock

Singgih.D. Gunarsa

Tembong.P

1.

a. Orangtua menerapkan peraturan yang ketat. b. Tidak adanya kesempatan untuk mengemukak an pendapat. c. Segala peraturan yang dibuat harus dipatuhi oleh anak. d. Berorientasi pada hukuman (fisik maupun verbal). e. Orangtua jarang memberikan hadiah ataupun pujian. f. Jika tidak mematuhi akan diancam dan dihukum.

a. Orangtua menerapkan peraturan yang ketat. b. Tidak adanya kesempatan untuk mengemukakan pendapat. c. Segala peraturan yang dibuat harus dipatuhi oleh anak. d. Berorientasi pada hukuman (fisik maupun verbal). e. Orangtua jarang memberikan hadiah ataupun pujian.

No.

Ahli Ciri Pola Asuh Orangtua Demokratis

Hurlock

Singgih. D. Gunarsa

Tembonng.P

2.

a. Adanya kesempatan kepada anak untuk berpendapat. b. Hukuman diberikan kepada perilaku salah. c. Memberi pujian ataupun hadiah kepada perilaku yang benar. d. Memperliha tkan dan menghargai kebebasan yang tidak mutlak dengan bimbingan yang penuh pengertian. e. Memberi penjelasan secara rasional jika pendapat anak tidak sesuai.

a. Adanya kesempatan bagi anak untuk berpendapat. b. Hukuman diberikan akibat perilaku salah. c. Memberi pujian dan atau hadiah kepada perilaku yang benar. d. Orangtua membimbing dan mengarahkan tanpa memaksakan kehendak kepada anak. e. Membari penjelasan secara rasional jika pendapat anak tidak sesuai. f. Mempunyai pandangan masa depan yang jelas terhadap anak.

f. Mempunyai pandangan masa depan yang jelas terhadap anak.

No.
Ciri Pola Asuh Orangtua

Ahli

Hurlock

Singgih. D. Gunarsa

Tembong. P

3.

Permissif

a. Memberikan kebebasan penuh tanpa ada batasan dan aturan dari orangtua. b. Tidak adanya hadiah ataupun pujian meski anak berperilaku sosial baik. c. Tidak adanya hukuman meski anak melanggar peraturan. d. Orangtua kurang kontrol terhadap perilaku anak. e. Orangtua hanya berperan sebagai pemberi fasilitas. f. Orangtua tidak mengetahui kegiatan anak sehari-hari.

a. Memberikan kebebasan tanpa ada batasan dan aturan dari orangtua. b. Tidak adanya hadiah ataupun pujian meski anak berperilaku sosial baik. c. Tidak adanya hukuman meski anak melanggar peraturan. d. Kurang kontrol terhadap perilaku dan kegiatan anak sehari-hari. e. Orangtua hanya berperan sebagai pemberi fasilitas.

Variabel
Pola Asuh Orangtua

Sub Variabel
1. Otoriter

Indikator
a Orangtua menerapkan peraturan yangketat. b. Tidak adanya kesempatan untuk mengemukakan pendapat. c. Segala peraturan yang dibuat harus dipatuhi oleh anak. d. Berorientasi pada hukuman (fisik maupun verbal). e. Orangtua jarang memberikan hadiah ataupun pujian. a. Adanya kesempatan bagi anak untuk berpendapat. b. Hukuman diberikan akibat perilaku salah. c. Memberi pujian dan atau hadiah kepada perilaku yang benar. d. Orangtua membimbing dan mengarahkan tanpa memaksakan kehendak kepada anak. e. Mmeberi penjelasan secara rasional jika pendapat anak tidak sesuai. f. Mempunyai pandangan masa depan yang jelas terhadap anak.

No. Item
1, 2, 3, 4, 5 6, 7, 8, 9, 10

Jumlah
5 5

11, 12, 13, 14, 15

16, 17, 18, 19, 20

21, 22, 23, 24, 25

2. Demokratis

26, 27, 28, 29, 30

31, 32, 33, 34, 35 36, 37, 38, 39, 40

5 5

41, 42, 43, 44, 45

46, 47, 48, 49, 50

51, 52, 53, 54, 55

Variabel
Pola Asuh Orangtua

Sub Variabel
3. Permissif

Indikator
a Memberikan kebebasan penuh tanpa ada batasan dan aturan dari orangtua. b. Tidak adanya hadiah ataupun pujian meski anak berperilaku sosial baik. c. Tidak adanya hukuman meski anak melanggar peraturan. d. Kurang kontrol terhadap perilaku dan kegiatan anak seharihari. e. Orangtua hanya berperan sebagai pemberi fasilitas. .

No. Item
56, 57, 58, 59, 60

Jumlah
5

61, 62, 63, 64, 65

66, 67, 68, 69, 70,

71, 72, 73, 74, 75

76, 77, 78, 79, 80

No 1.

Variabel / Sub Variabel / Indikator Menerapkan peraturan yang ketat. Tidak adanya kesempatan untuk mengemukakan pendapat. Segala peraturan yang dibuat harus dipatuhi oleh anak. Berorientasi pada hukuman. Orangtua jarang memberikan hadiah ataupun pujian.

Item 1, 2, 3, 4, 5 6, 7, 8, 9, 10 11, 12, 13, 14, 15 16, 17, 18, 19, 20 21, 22, 23, 24, 25 26, 27, 28, 29, 30 31, 32, 33, 34, 35 36, 37, 38, 39, 40

2.

Adanya kesempatan bagi anak untuk berpendapat. Hukuman diberikan akibat perilaku salah. Memberi pujian dan atau hadiah kepada perilaku yang benar. Orangtua membimbing dan mengarahkan tanpa

41, 42, 43, 44, 54

memaksakan kehendak kepada anak. Memberi penjelasan secara rasional jika pendapat anak tidak sesuai. Mempunyai pandangan masa depan yang jelas terhadap anak. 3. Memberikan kebebasan penuh tanpa ada batasan dan aturan dari orangtua. Tidak adanya hadiah ataupun pujian meski anak berperilaku sosial baik. Tidak adanya hukuman meski anak melanggar peraturan. Kurang kontrol terhadap perilaku dan kegiatan anak seharihari. Orangtua hanya berperan sebagai pemberi fasilitas. 76, 77, 78, 79, 80 66, 67, 68, 69, 70 71, 72, 73, 74, 75 61, 62, 63, 64, 65 56, 57, 58, 59, 60 51, 52, 53, 54, 55 46, 47, 48, 49, 50

ANGKET POLA ASUH ORANGTUA SISWA KELAS II SMA NEGERI 1 BALAPULANG TAHUN PELAJARAN 2004/2005

Petunjuk Pengisian Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan tentang cara-cara orangtua mendidik anak dalam keluarga. Anda diminta untuk menunjukkan kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan keadaan Anda sehari-hari, dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia. Silanglah pada kolom di bawah ini: SS : Apabila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan keadaan yang Anda rasakan. S TS STS : Apabila pernyataan tersebut Sesuai dengan keadaan yang Anda rasakan. : Apabila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan keadaan yang Anda rasakan. : Apabila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan yang Anda rasakan. Setiap orang dapat mempunyai jawaban yang berbeda-beda berdasarkan keadaannya masing-masing, oleh karena itu pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda, karena tidak ada jawaban yang dianggap salah. Contoh Pengisian No 1. PERNYATAAN Orangtua tidak pernah mengijinkan saya menginap di rumah teman.

Lembar jawaban ALTERNATIF PILIHAN NO. 1 SS X S TS STS

SELAMAT MENGERJAKAN

No. 1.

PERNYATAAN Meskipun hari libur, orangtua melarang saya menonton acara TV hingga larut malam.

2. 3. 4. 5. 6.

Orangtua selalu mengatur waktu jam belajar saya. Jika hendak bermain, tidak boleh pulang larut malam di atas pukul 21.30 malam. Orangtua tidak pernah membatasi sampai jam berapa saya harus belajar. Jika libur sekolah, orangtua membiarkan saya menonton acara TV seharian. Jika saya terlambat pulang sekolah, orangtua selalu marah tanpa menanyakan alasan keterlambatan ku.

7.

Jika saya membeli sesuatu barang yang saya sukai, orangtua selalu marah tanpa memberi kesempatan untuk beralasan.

8. 9. 10.

Ketika orangtua saya sedang berbicara, saya tidak bisa menyela pembicaraannya. Alasan apapun yang saya berikan, orangtua tidak bisa menerimanya. Orangtua saya tidak pernah mempertimbangkan ide apapun saran yang saya sampaikan.

11.

Jika tidak ada kegiatan di sekolah, orangtua mengharuskan saya pulang tepat waktu.

12. 13. 14. 15. 16.

Meskipun tidak ada tugas sekolah, saya harus tetap belajar. Saya tidak boleh bermain kerumah teman, sebelum mengerjakan pekerjaan rumah. Orangtua tidak pernah membatasi jam berapa saya harus tiba di rumah. Saya tidak pernah serius saat belajar. Orangtua selalu mengatakan Bodoh, jika saya tidak dapat melakukan tugas yang diberikan orangtua dengan baik.

17.

Orangtua menyatakan Pemalas, jika saya tidak mengerjakan tugas rumah yang diberikan orangtua.

18.

Jika saya berbuat kesalahan, orangtua tidak segan-segan memukul meskipun itu kesalahan kecil.

19.

Saya akan mengerjakan tugas di rumah, jika saya tidak malas.

No. 20. 21.

PERNYATAAN Kesalahan yang saya lakukan adalah unsur ketidak sengajaan. Jika saya memperoleh prestasi, orangtua tidak pernah memberi penghargaan bahkan meminta saya untuk belajar lebih giat lagi.

22.

Meskipun saya berhasil dalam belajar, orangtua saya tidak pernah memberi hadiah apapun dengan alasan agar tidak manja.

23.

Jika saya mendapat nilai yang bagus di kelas, orangtua meminta saya agar lebih giat ditingkatkan lagi belajarnya, tanpa memberiku pujian apapun.

24. 25.

Memperoleh prestasi di kelas adalah suatu keharusan. Hadiah ataupun pujian adalah sesuatu yang tidak mutlak harus diberikan orangtua kepada anak.

26.

Jika saya pulang terlalu malam, orangtua menanyakan alasan keterlambatan ku tanpa menggunakan perkataan kasar.

27.

Jika saya tidak mengerjakan tugas atau pekerjaan di rumah, orangtua menanyakan tanpa memarahi ku.

28.

Jika saya sedang berselisih pendapat dengan anggota keluarga, orangtua memberi ku kesempatan untuk mengutaraknnya.

29.

Meskipun dalam keluarga lebih mengutamakan musyawarah, namun saya tidak pernah memanfaatkannya.

30.

Karena orangtua tidak memarahi ku, maka saya tidak pernah mengerjakan tugas yang diberikan kepada saya.

31. 32.

Orangtua tidak memberi uang saku, karena saya telah membolos sekolah. Jika saya masih sering berkelahi dengan teman, maka orangtua akan memindahkan saya ke sekolah lain.

33.

Orangtua akan memberi hukuman, jika saya tidak melaksanakan nasehat yang diberikan orangtua.

34.

Hukuman yang diberikan orangtua adalah akibat dari kesalahan yang saya lakukan.

35.

Hukuman yang orangtua berikan merupakan beban berat bagi saya.

No. 36.

PERNYATAAN Karena saya telah membantu saudara yang sedang mengalami kesusahan, maka orangtua memberi ku pujian.

37.

Orangtua selalu membneri hadiah terhadap hasil tes saya, meskipun nilainya cukup.

38.

Orangtua saya selalu memberi pujian, karena saya mampu menyelesaikan segala pekerjaan di rumah dengan baik.

39. 40.

Membantu saudara yang kesusahan adalah suatu hal yang terpuji. Saya tidak pernah mengharapkan pujian ataupun hadiah dari orangtua atas perebuatan baik yang \saya lakukan.

41.

Ketika saya meminta orangtua untuk bertukar fikiran, orangtua akan membantu memecahkan masalahj saya, tetapi sayalah yang memutuskan jalan keluarnya.

42.

Ketika saya mempunyai masalah dengan teman di sekolah, orangtua selalu membantu memecahkan dan mengarahkan dengan baik.

43.

Orangtua selalu mengarahkan, ketika saya mengalami kesulitan dalam menentukan jurusan di sekolah.

44.

Meskipun orangtua bersedia membantu memecahkan masalah yang saya hadapi, namun saya tidak pernah mengutarakannya.

45. 46. 47.

Bagi saya masalah yang muncul, bukanlah tanggung jawab orangtua. Orangtua saya sel;alu menjelaskan arti pentingnya hidup berhemat. Orangtua selalu memberi ku penjelasan tentang arti pentingnya melaksanakan tugas dan tanggung jawab di ruamah.

48.

Orangtua selalu menjelaskan kesalahan yang saya lakukan dengan rasional dan objektif agar saya mengerti dan tidak mengulangi kesalahan saya.

49. 50.

Saya tidak pernah mengindahkan ucapan yang telah disampaikan oleh orangtua. Meskipun orangtua telah memberiku penjelasan tentang apa yang seharusnya dilakukan, namun saya tidak pernah melaksanakannya.

51. 52.

Orangtua menginginkan saya melanjutkan ke PT, asalkan saya rajin belajar. Orangtua selalu menanyakan akan kemana setelah saya lulus sekolah nanti.

NO. 53.

PERNYATAAN Meskipun tidak bisa melanjutkan ke PT, orangtua menginginkan saya mengikuti kursus sesuai dengan kemampuan saya.

54.

Saya tidak pernah berfikir untuk melanjutkan kuliah atau tidak, meskipun orangtua meminta saya melanjutkan sekolah.

55.

Meskipun orangtua menginginkan saya untuk melanjutkan kuliah ataupun kursus, tapi semua keputusan ada di tangan saya.

56.

Orangtua membiarkan saya bermain dengan teman, tanpa memperhatikan waktu pulang.

57.

Orangtua membebaskan saya untuk melakukan kegiatan apa saja di luar rumah, tanpa harus meminta ijin dari orangtua.

58.

Orangtua membebaskan saya untuk bergaul dengan siapa saja, walaupun temanku berkepribadian jelak.

59. 60.

Saya selalu menghabiskan waktu di rumah untuk bermain dengan teman. Saya tidak pernah meminta ijin pada orangtua setiap akan melakukan kegiatan apa saja.

61.

Orangtua tidak pernah memberi pujian, meski saya telah membantu teman yang mengalami kesusahan.

62.

Meskipun saya berbuat baik pada orang lain, orangtua tidak pernah memberiku pujian dalam bentuk apapun.

63.

Memperoleh prestasi ataupun tidak, orangtua saya tidak pernah memberiku hadiah.

64.

Bagiku tidak perlu mendapat nilai bagus, karena percuma saja orang5tua tidak pernah memperdulikannya.

65.

Bagi saya hanya sia-sia jika harus berbuat baik pada orang lain, jika orangtua sendiri tidak memberi respon apapun terhadap niat baik saya.

66. 67.

Orangtua tidak marah, jika saya melakukan kesalahan sekecil apapun. Orangtua tidak marah ,meskipun saya tidak mengerjakan tugas yang diberikan.

NO. 68.

PERNYATAAN Meski saya sering terlambat kesekolah, tetapi orangtua tidak pernah memberiku hukuman apapun.

69. 70. 71. 72. 73.

Kesalahan yang dilakukan anak adalah suatu hal yang wajar. Saya bebas melakukan apa saja yang saya inginkan tanpa takut orangtua marah. Orangtua tidak pernah menanyakan, jika saya terlambat pulang sekolah. Orangtua saya tidak memperdulikan, dengan siapa saya bergaul. Orangtua saya tidak pernah menanyakan tentang kegiatan yang saya lakukan sehari-hari.

74.

Karena orangtua tidak pernah memperdulikan,sehingga saya selalu melakukan kegiatan di luar rumah sesuka hati saya.

75.

Saya melakukan kegiatan sendiri yang saya inginkan dan yang saya anggap benar.

76.

Jika saya menonton acara TV dan lupa belajar, orangtua tidak mengingatkan saya.

77.

Orangtua membiarkan saya mendengarkan musik di kamar, tanpa menanyakan saya belajar atau tidak.

78.

Orangtua menyerahkan sepenuhnya penggunaan uang saku saya, terserah untuk apapun, orangtua tidak mau tahu.

79.

Karena orangtua selalu menuruti segala keinginanku, sehingga saya bebas meminta apa saja yang saya inginkan.

80.

Saya bebas melakukan apa saja, asalkan tidak merugiakan orang lain.

TERIMA KASIH

ANGKET KEMANDIRIAN SISWA KELAS II SMA NEGERI 1 BALAPULANG TAHUN PELAJARAN 2004/2005

Petunjuk Pengisian Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan tentang berbagai hal yang mungkin berkaitan dengan kebiasaan yang Anda lakukan baik di rumah, sekolah, ataupun di masyarakat. Anda diminta untuk menunjukkan kesesuaisn antara pernyataan tersebut dengan kebiasaan Anda sehari-hari, dengan cara memberi tanda silang pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia. Silanglah pada kolom di bawah ini: SS S TS STS : Apabila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan keadaan yang Anda rasakan. : Apabila pertnyataan tersebut Sesuai dengan keadaan yang Anda rasakan. : Apabila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan keadaan yang Anda rasakan. : Apabila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai denngan keadaan yang Anda rasakan. Setiap orang dapat mempunyai jawaban yang berbeda-beda berdasa\rkan keadaannya masing-masing, oleh karena itu pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda, karena tidak ada jawaban yang dianggap salah. Contoh Pengisian No 1. PERNYATAAN Meskipun ada kegiatan di sekolah, saya berusaha untuk tidak pulang larut malam.

Lembar Jawaban ALTERNATIF PILIHAN NO. 1. SS X S TS STS

SELAMAT MENGERJAKAN

NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

PERNYATAAN Setiap bangun tidur, saya membersihkan kamar dan menata tempat tidur. Setiap pagi hari, saya membantu orangtua menyiapkan sarapan untuk keluarga. Saya terbiasa menyapu halaman rumah, sebalum berangkat ke sekolah. Saya tidak dapat menyelesaikan pekerjaan di rumah, tanpa bantuan dari saudara. Merasa malas jika harus mengerjakan pekerjaan di rumah. Saya terbiasa memadamkan lampu kamar pada saat tidur.

Setyiap 7. belajar di amlam hari, saya menggunakan lampu belajar. 8. 9. 10. 11. Menggunakan penerangan seperlunya di ruang dapur saat malam hari. Menggunakan penerangan di kamar sesuka hati saya. Membiarkan listrik menyakl;a di ruangan rumah, meski siang hari. Mengatasi sendiri persoalan dengan teman, karena tidak ingin mwembebani orangtua. 12. 13. 14. 15. Menerima kritik yang diberikan anggota keluarga. Dapat menyisihkan uang saku untuk membeli peraklatan tulis. Saya merasa marah jika menda[pat kritik dan saran dari anggota keluarga. Saya tidak dapat mengatasi pribadi sekecil apapun tanpa meminta bantuan dari saudara. 16. 17. 18. 19. 20. Senang membaca buku di perpustakaan sekolah. Membaca buku di perpustakaan jika ada jam pelajaran kosong. Berhati-hati dalam menggunakan peralatan laboratorium di sekolah. Merasa malas jika harus membaca buku di perpustakaan. Jika ada jam pelajaran kosong, saya lebih senang pergi ke kantin dari pada ke perpustakaan. 21. 22. 23. Memilih jurusan studi berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Memilih jurusan studi sesuai dengan cita-cita yang dimiliki. Tidak sekedar ikut-ikut teman dalam memilih jurusan studi di sekolah

NO. 24.

PERNYATAAN Memilih jurusan studi di bidang sosial, karena khawatir tidak mampu di bidang eksak.

25.

Meskipun tidak mampu, saya tetap memilih jurusan studi eksak agar telihat pintar.

26. 27. 28. 29.

Mengumpulkan tugas yang diberikan bapak/ibu guru tepat waktu. Tidak menyontek teman dalam mengerjakan tugas dari bapak/ibu guru. Jujur dalam mengerjakan soal atau tes di sekolah. Dalam mengumpulkan tugas sering terlambat dari batas waktu pengumpulan yang telah ditentukan.

30. 31.

Saya tidak terbiasa mengerjakan tugas sendiri tanpa bantuan dari teman. Mengikuti kegiatan keagamaan yang ada di lingkungan tempat tinggal secara rutin.

32. 33.

Sering mengikuti kegiatan karang taruna di lingkungan tempat tinggal. Menghindari perbuatan yang melanggar norma masyarakat, dengan tidak sering pulang larut malam.

34.

Merasa malas jika harus mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan tempat tinggal.

35. 36. 37. 38.

Mengikuti kegiatan di kampung karena terpaksa. Menjalankan ibadah di tempat peribadatan di sekitar tempat tinggal. Menabung di Bank terdekat di lingkungan tempat tinggal. Memeriksakan ke puskesmas terdekat di sekitar tempat tinggal, jika ada salah satu anggota keluarga sakit.

39. 40. 41. 42.

Memilih menyimpan uang di rumah dari pada di Bank. Memilih beribadah di ruamah dari pada di tempat peribadatan umum. Saya bisa merasakan kesedihan yan dirasakan oleh anggota keluarga yang lain. Jika dalam keluarga mengalami suatu masalah, saya berusaha untuk mencari solusinya.

43.

Merasa senang jika dapat memberikan saran untuk persoalan dalam keluarga.

NO. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57.

PERNYATAAN Memberi bantuan pada anggota keluarga yang lain jika diminta saja. Tidak perduli terhadap masalah yang dihadapi anggota keluarga. Membiasakan istirahat yang cukup dengan menghindari tidur larut malam. Meskipun malam minggu, saya tidak terbiasa pulang larut malam. Saya terbiasa bangun pada pukul 05.00 pagi. Meskipun hari libur, saya merasa enggan untuk bangun pagi. Menghabiskan malam minggu untuk bergadang. Berusaha menjaga ketenangan kelas selama proses pembelajaran. Melaksanakan piket kelas yang telah di jadwalkan secara rutin. Mempersispkan alat dan sarana pembelajaran sebelum jam pelajaran dimulai. Enggan datang lebih awal, meskipun hari itu adalah jadwal piket saya. Ngobrol dengan teman pada saat bapak/ibu guru menerangkan. Mengerjakan tugas secara suka rela di depan kelas. Mengajukan pertanyaan tentang materi yang belum dipahami pada saat jam pel;ajaran berlangsung.

58. 59. 60. 61. 62.

Aktif dalam diskusi kelompok di kelas. Enggan menanyakan kepada bapak/ibu guru meskipun belum paham. Mengerjakan tugas di depan kelas jika diminta oleh bapak/ibu guru saja. Ikut malaksanakan kerja bakti yang diadakan di lingkungan tempat tinggal. Berusaha ikut menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat.

63. 64.

Berusaha mematuhi setiap peraturan yang ada di lingkungan Rt/Rw setempat. Jika ada kegiatan kerja bakti di kampung, saya merasa malas untuk mengikuktinya.

65. 66. 67.

Merasa terpaksa mematuhi peraturan yang ada di lingkungan tempat tinggal. Mengatur penataan ruang tamu di rumah secara berkala. Dapat menciptakan tata ruang makan yang nyaman.

68.

Dapat memodifikasi warna pada setiap ruangan rumah, agar terlihat lebih cerah.

NO. 69.

PERNYATAAN Selama tata ruang di rumah tetap teratur, saya enggan untuk merubah posisi tata ruang di rumah.

70.

Saya akan menata pengaturan ruangan di rumah, jika keadaan ruangan sudah tidak teratur.

71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80.

Selalu mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Selalu hadir dalam kegiatan ekstrakurikuler sesuai jadwal. Berpartisipasi dalam setiap perlombaan ekstrakurikukler antar sekolah. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karena terpaksa. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler hanya ikut-ikukt teman saja. Ikut serta dalam perbaikan jalan di lingkungan tempat tinggal. Ikut dalam keopanitiaan HUT RI yang diadakan di kampung. Ikut membersihkan tempat ibadah di lingkungan tempat tingggal. Merasa enggan mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan tempat tinggal. Mengikuti kegiatan kebersihan di lingkungan tempat tinggal karena terpaksa.

TERIMA KASIH

LEMBAR JAWAB ANGKET KEMANDIRIAN

ALTERNATIF PILIHAN NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 16. 19. 20. SS S TS STS NO 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.

ALTERNATIF PILIHAN SS S TS STS

LEMBAR JAWAB ANGKET KEMANDIRIAN

ALTERNATIF PILIHAN NO 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. SS S TS STS NO 61. 62. 63. 64.. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80.

ALTERNATIF PILIHAN SS S TS STS

LEMBAR JAWAB ANGKET POLA ASUH ORANGTUA

ALTERNATIF PILIHAN NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. SS S TS STS NO 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 46. 37. 38. 39. 40.

ALTERNATIF PILIHAN SS S TS STS

LEMBAR JAWAB ANGKET POLA ASUH ORANGTUA

ALTERNATIF PILIHAN NO 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. SS S TS STS NO 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80.

ALTERNATIF PILIHAN SS S TS STS

Lampiran:
Kisi-Kisi Pengembangan Uji Coba Instrumen Penelitian Tentang Kemandirian

Lingkungan

Keluarga (a) - Mampu mengerjakan tugas dan kewajiban di rumah secara rutin. - Mampu menggunakan fasilitas di rumah secara teratur. - Mampu menyelesaikan setiap permasalahan yang muncul dalam keluarga. - Mampu memberikan tanggapan terhadap musyawarah dalam keluarga. - Mampu menciptakan pola hidup sehat dalam keluarga. - Mampu dalam pengaturan tata ruang di rumah dalam keluarga.

Sekolah (b) - Mampu memanfaatkan sarana belajar di sekolah secara baik.

Masyarakat (c) - Mampu menentukan alternatif kegiatan yang diadakan di lingkungan masyarakat.

No
1. Aspek Kemandirian Berfikir

- Mampu menentukan alternatif jurusan di - Mampu sekolah secara memanfaatkan rasional. dengan baik dan positif - Mampu sarana yang menyelesaikan ada di tugas yang lingkungan diberikan oleh masyarakat. guru. - Mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif di kelas. - Aktif di dalam proses belajar di kelas. - Mampu menciptakan dan memelihara lingkungan masyarakat dengan baik.

2.

Merasakan

3.

Melakukan

- Aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

- Aktif dalam setiap kegiatan sosial di masyarakat.

No. 1.

Aspek
Mampu mengerjakan tugas dan kewajiban di rumah secara rutin. Mampu menggunakan fasilitas di rumah secara teratur. Mampu menyelesaikan setiap permasalahan yang muncul dalam keluarga. Mampu memanfaatkan sarana belajar di kelas. Mampu menentukan alternatif jurusan di sekolah. Mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Mampu menentukan alternatif kegiatan yang diadakan di lingkungan masyarakat. Mampu memanfaatkan dengan baik dan positif sarana yang ada di lingkungan masyarakat. Mampu memberikan tanggapan terhadap musyawarah dalam keluarga. Mampu menciptakan pola hidup sehat dalam keluarga. Mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif di kelas. Aktif dalam proses belajar di kelas. Mampu menciptakan dan memelihara lingkungan masyarakat dengan baik.

No. Item
1, 2, 3, 4, 5 6, 7, 8, 9, 10 11, 12, 13, 14, 15

Jumlah
5 5 5

16, 17, 18, 19, 20 21, 22, 23, 24, 25 26, 27, 28, 29, 30 31, 32, 33, 34, 35

5 5 5 5

36, 37, 38, 39, 40

2.

41, 42, 43, 44, 45 46, 47, 48, 49, 50 51, 52, 53, 54, 55 56, 57, 58, 59, 60 61, 62, 63, 64, 65

5 5 5 5 5

3.

Mampu dalam pengaturan tata ruang di rumah dalam keluarga. Aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Aktif dalam setiap kegiatan sosial di masyarakat.

66, 67, 68, 69 70 71, 72, 73, 74, 75 76, 77, 78, 79, 80

5 5 5 80

Jumlah Item

Lampiran : 1
Kisi-Kisi Pengembangan Uji Coba Instrumen Penelitian Tentang Pola Asuh Orangtua

Kisi-kisi pengembangan instrumen tersebut diturunkan dari teori-teori para ahli psikologi yang dipaparkan pada halaman 17,18,19,20,21.

No.

1.

Ahli Ciri Pola Asuh Orangtua Otoriter

Hurlock

Singgih.D. Gunarsa

Tembong.P

a. Orangtua menerapkan peraturan yang ketat. b. Tidak adanya kesempatan untuk mengemukakan pendapat. c. Segala peraturan yang dibuat harus dipatuhi oleh anak. d. Berorientasi pada hukuman (fisik maupun verbal). e. Orangtua jarang memberikan hadiah ataupun pujian. f. Jika tidak mematuhi akan diancam dan dihukum.

a. Orangtua menerapkan peraturan yang ketat. b. Tidak adanya kesempatan untuk mengemuka kan pendapat. c. Segala peraturan yang dibuat harus dipatuhi oleh anak. d. Berorientasi pada hukuman (fisik maupun verbal). e. Orangtua jarang memberikan hadiah ataupun pujian.

No.

Ahli Ciri Pola Asuh Orangtua


Demokratis

Hurlock

Singgih. D. Gunarsa

Tembonng.P

2.

a. Adanya kesempatan kepada anak untuk berpendapat. b. Hukuman diberikan kepada perilaku salah. c. Memberi pujian ataupun hadiah kepada perilaku yang benar. d. Memperlihat kan dan menghargai kebebasan yang tidak mutlak dengan bimbingan yang penuh pengertian. e. Memberi penjelasan secara rasional jika pendapat anak tidak sesuai. f. Mempunyai pandangan masa depan yang jelas terhadap anak.

a. Adanya kesempatan bagi anak untuk berpendapat. b. Hukuman diberikan akibat perilaku salah. c. Memberi pujian dan atau hadiah kepada perilaku yang benar. d. Orangtua membimbing dan mengarahkan tanpa memaksakan kehendak kepada anak. e. Orangtua memberi penjelasan secara rasional jika pendapat anak tidak sesuai. f. Orangtua mempunyai pandangan masa depan yang jelas terhadap anak.

No. Ciri Pola Asuh Orangtua


3. Permissif

Ahli

Hurlock

Singgih. D. Gunarsa

Tembong. P

a. Memberikan kebebasan penuh tanpa ada batasan dan aturan dari orangtua. b. Tidak adanya hadiah ataupun pujian meski anak berperilaku sosial baik. c. Tidak adanya hukuman meski anak melanggar peraturan. d. Orangtua kurang kontrol terhadap perilaku anak. e. Orangtua hanya berperan sebagai pemberi fasilitas. f. Orangtua tidak mengetahui kegiatan anak sehari-hari.

a. Memberikan kebebasan kepada anak tanpa ada batasan dan aturan dari orangtua. b. Anak tidak mendapatkan hadiah ataupun pujian meskipun anak berperilaku sosial baik. c. Anak tidak mendapatkan hukuman meski anak melangar peraturan. d. Orangtua kurang kontrol terhadap perilaku dan kegiatan anak sehari-hari. e. Orangtua hanya berperan sebagai pemberi fasilitas.

Variabel Pola Asuh Orangtua

Sub Variabel 1. Otoriter

Indikator
a Orangtua menerapkan peraturan yangketat. b. Tidak adanya kesempatan untuk mengemukakan pendapat. c. Segala peraturan yang dibuat harus dipatuhi oleh anak. d. Berorientasi pada hukuman (fisik maupun verbal). e. Orangtua jarang memberikan hadiah ataupun pujian. a. Adanya kesempatan bagi anak untuk berpendapat. b. Hukuman diberikan akibat perilaku salah. c. Memberi pujian dan atau hadiah kepada perilaku yang benar. d. Orangtua membimbing dan mengarahkan tanpa memaksakan kehendak kepada anak. e. Orangtua memberi penjelasan secara rasional jika pendapat anak tidak sesuai. f. Orangtua mempunyai pandangan masa depan yang jelas terhadap anak.

No. Item
1, 2, 3, 4, 5 6, 7, 8, 9, 10

Jumlah
5 5

11, 12, 13, 14, 15

16, 17, 18, 19, 20

21, 22, 23, 24, 25

2. Demokratis

26, 27, 28, 29, 30

31, 32, 33, 34, 35 36, 37, 38, 39, 40

5 5

41, 42, 43, 44, 45

46, 47, 48, 49, 50

51, 52, 53, 54, 55

Variabel Sub Variabel


Pola Asuh Orangtua 3. Permissif

Indikator
a Orangtua memberikan kebebasan penuh kepada anak tanpa ada batasan dan aturan dari orangtua. b. Anak tidak mendapatkan hadiah ataupun pujian meskipun anak berperilaku sosial baik. c. Anak tidak mendapatkan hukuman meski anak melanggar peraturan. d. Orangtua kurang kontrol terhadap perilaku dan kegiatan anak sehari-hari. e. Orangtua hanya berperan sebagai pemberi fasilitas.

No. Item
56, 57, 58, 59, 60

Jumlah
5

61, 62, 63, 64, 65

66, 67, 68, 69, 70,

71, 72, 73, 74, 75

76, 77, 78, 79, 80

No 1.

Variabel / Sub Variabel / Indikator Menerapkan peraturan yang ketat. Tidak adanya kesempatan untuk mengemukakan

Item 1, 2, 3, 4, 5 6, 7, 8, 9, 10

pendapat. Segala peraturan yang dibuat harus dipatuhi oleh anak. Berorientasi pada hukuman (fisik maupun verbal). Orangtua jarang memberikan hadiah ataupun pujian. 2. Adanya kesempatan bagi anak untuk berpendapat. Hukuman diberikan akibat perilaku salah. Memberi pujian dan atau hadiah kepada perilaku yang benar. Orangtua membimbing dan mengarahkan tanpa 41, 42, 43, 44, 54 11, 12, 13, 14, 15 16, 17, 18, 19, 20 21, 22, 23, 24, 25 26, 27, 28, 29, 30 31, 32, 33, 34, 35 36, 37, 38, 39, 40

memaksakan kehendak kepada anak. Orangtua memberi penjelasan secara rasional jika pendapat anak tidak sesuai. Orangtua mempunyai pandangan masa depan yang jelas terhadap anak. 3. Orangtua memberikan kebebasan penuh kepada anak tanpa ada batasan dan aturan dari orangtua. Anak tidak mendapatkan hadiah ataupun pujian meskipun anak berperilaku sosial baik. Anak tidak mendapatkan hukuman meski anak melanggar peraturan. Orangtua kurang kontrol terhadap perilaku dan kegiatan anak sehari-hari. Orangtua hanya berperan sebagai pemberi fasilitas. 76, 77, 78, 79, 80 71, 72, 73, 74, 75 66, 67, 68, 69, 70 61, 62, 63, 64, 65 56, 57, 58, 59, 60 51, 52, 53, 54, 55 46, 47, 48, 49, 50

ANGKET POLA ASUH ORANGTUA SISWA KELAS II SMA NEGERI 1 BALAPULANG TAHUN PELAJARAN 2004/2005

Petunjuk Pengisian Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan tentang cara-cara orangtua mendidik anak dalam keluarga. Anda diminta untuk menunjukkan kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan keadaan Anda sehari-hari, dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia. Silanglah pada kolom di bawah ini: SS S TS : Apabila pernyataan tersebut sangat sesuai dengan keadaan Anda. : Apabila pernyataan tersebut sesuai dengan keadaan Anda. : Apabila pernyataan tersebut tidak sesuai dengan keadaan Anda.

STS : Apabila pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan keadaan Anda. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, yang ada adalah sesuai atau tidak sesuai, oleh sebab itu jawablah sesuai dengan keadaan diri Anda masing-masing.

Contoh Pengisian NO 1. PERNYATAAN Orangtua tidak pernah mengijinkan saya menginap di rumah teman.

Lembar jawaban
ALTERNATIF PILIHAN NO. SS S TS STS

SELAMAT MENGERJAKAN

NO. 1.

PERNYATAAN Meskipun hari libur, orangtua saya melarang saya menonton acara TV hingga larut malam.

2. 3.

Orangtua saya selalu mengatur jam berapa saya harus belajar bahkan tidur. Jika saya hendak bermain, orangtua melarang saya pulang hingga larut malam di atas pukul 21.30 malam.

4. 5.

Orangtua saya tidak pernah membatasi sampai jam berapa saya harus belajar. Jika libur sekolah, orangtua membiarkan saya menonton acara TV sehari penuh.

6.

Jika saya terlambat pulang sekolah, orangtua selalu marah tanpa menanyakan alasan keterlambatanku.

7.

Jika saya membeli sesuatu yang saya sukai, orangtua selalu marah tanpa memberi kesempatan untuk kepada saya untuk menjelaskan alasannya.

8.

Ketika orangtua saya sedang berbicara, hampir tidak ada kesempatan bagi saya untuk mengemukakan ide ataupun saran.

9. 10.

Alasan apapun yang saya berikan, orangtua tidak pernah bisa menerimanya. Orangtua saya tidak pernah mempertimbangkan ide ataupun saran yang saya sampaikan.

11.

Jika tidak ada kegiatan di sekolah, orangtua mengharuskan saya pulang tepat waktu.

12.

Meskipun tidak ada tugas sekolah, orangtua saya masih mengharuskan saya untuk belajar.

13.

Saya tidak boleh bermain ke rumah teman, sebelum menyelesaikan pekerjaan rumah.

14. 15.

Orangtua saya tidak pernah membatasi jam berapa saya harus tiba di rumah. Meskipun orangtua saya menetapkan adanya jadwal saya harus belajar, tetapi orangtua saya tidak pernah melakukan kontrol, apakah saya belajar atau tidak.

16.

Orangtua saya selalu mengatakan Bodoh, jika saya tidak dapat melakukan

tugas yang diberikan kepada saya dengan baik. 17. Orangtua saya mengatakan Pemalas, jika saya tidak mengerjakan tugas rumah yang diberikan kepada saya. 18. Orangtua saya tidak segan-segan memukul, meskipun saya melakukan kesalahan kecil. 19. 20. 21. Orangtua tidak memarahi saya, ketika saya malas belajar. Orangtua menghargai keputusan saya, ketika saya malas belajar. Jika saya memperoleh prestasi, orangtua saya tidak pernah memberi penghargaan. 22. 23. Orangtua tidak memperdulikan karier saya ke depan. Jika saya mendapat nilai bagus, orangtua tidak pernah memberikan pujian apapun. 24. Orangtua saya selalu memberikan pujian, ketika saya memperoleh nilai bagus. 25. Orangtua saya sering memberikan pujian, jika saya dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik. 26. Jika saya pulang terlalu malam, orangtua menanyakan alasan keterlambatanku tanpa menggunakan perkataan kasar. 27. Jika saya tidak mengerjakan tugas atau pekerjaan di rumah, orangtua menanyakan alasannya tanpa memarahiku. 28. Jika saya sedang berselisih pendapat dengan anggota keluarga, orangtua memberiku kesempatan untuk menjelaskan masalahnya. 29. Orangtua saya tidak pernah memberikan kesempatan kepada saya, untuk menjelaskan kesalahan yang telah saya lakukan. 30. Saya tidak suka dengan orangtua saya, yang tidak pernah mendengarkan pendapat. 31. Orangtua saya tidak memberi uang saku, karena saya telah membolos sekolah.

32.

Jika saya masih sering berkelahi dengan teman, maka orangtua akan memindahkan saya ke sekolah lain.

33.

Orangtua saya akan memberikan hukuman, jika saya tidak melaksanakan nasehat yang diberikan kepada saya.

34. 35. 36.

Orangtua saya tidak pernah memarahi, meskipun saya berbuat salah. Orangtua saya tidak pernah marah, ketika saya pulang larut malam. Orangtua saya memberikan pujian, ketika saya telah membantu saudara yang sedang mengalami kesusahan.

37.

Orangtua saya selalu memberi hadiah, setelah saya menerima raport meskipun nilainya cukup.

38.

Orangtua saya selalu memberi pujian, karena saya mampu menyelesaikan segala pekerjaan di rumah dengan baik.

39.

Saya belum pernah mendapatkan hadiah, ketika saya mendapat ranking di kelas.

40. 41.

Saya jarang mendapatkan pujian dari orangtua. Ketika saya bercerita tentang permasalahan yang saya alami, orangtua saya selalu membantu memecahkan masalah saya, tetapi sayalah yang

memutuskan jalan keluarnya. 42. Ketika saya mempunyai masalah dengan teman di sekolah, orangtua selalu membantu memecahkan dan mengarahkan dengan baik 43. Orangtua selalu mengarahkan, ketika saya mengalami kesulitan dalam menentukan jurusan di sekolah. 44. 45. 46. 47. Saya harus melakukan sesuatu yang diinginkan oleh orangtua. Orangtua saya tidak mau tahu dengan permasalahan yang saya alami. Orangtua saya selalu menjelaskan arti pentingnya hidup berhemat. Orangtua saya memberikan penjelasan, tentang arti pentingnya melaksanakan tugas dan tanggung jawab di rumah. 48. Orangtua saya selalu menjelaskan secara rasional dan objektif, tentang

kesalahan yang saya lakukan, agar saya mengerti dan tidak mengulanginya lagi. 49. Orangtua saya tidak mau menjelaskan letak kesalahan saya, ketika saya berbuat salah. 50. 51. Orangtua saya lebih suka mendiamkan ketika saya berbuat salah. Orangtua menginginkan saya melanjutkan ke Perguruan Tinggi, asalkan saya rajin belajar. 52. Orangtua saya selalu menanyakan akan ke mana setelah saya lulus sekolah nanti. 53. Meskipun saya tidak bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi, orangtua menginginkan saya mengikuti kursus sesuai dengan kemampuan saya. 54. 55. 56. Orangtua melarang saya untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Orangtua saya tidak peduli terhadap masa depan saya. Orangtua membiarkan saya bermain dengan teman, tanpa memperhatikan waktu pulang. 57. Orangtua membebaskan saya, untuk melakukan kegiatan apa saja di luar rumah, tanpa harus meminta ijin dari orangtua. 58. Orangtua membebaskan saya, untuk bergaul dengan siapa saja, walaupun temanku berkepribadian tidak bagus. 59. Orangtua melarang saya bergaul dengan orang yang berkepribadian tidak bagus. 60. 61. Orangtua saya tidak mengijinkan saya, keluar rumah di malam minggu. Orangtua tidak pernah memberi pujian, meski saya telah membantu teman yang mengalami kesusahan. 62. Meskipun saya berbuat baik kepada orang lain, namun orangtua saya tidak pernah memberikan pujian dalam bentuk apapun. 63. Saya tidak pernah mendapatkan hadiah dari orangtua sekalipun saya berprestasi.

64.

Orangtua sering memuji saya, karena saya bisa membantu meringankan beban saudara.

65. 66.

Saya sering dipuji oleh orangtua, karena saya berbuat baik pada orang lain. Orangtua saya tidak pernah marah, jika saya melakukan kesalahan sekecil apapun.

67.

Orangtua saya tidak pernah marah, meskipun saya tidak pernah mengerjakan tugas yang diberikan kepada saya.

68.

Meskipun saya sering terlambat kesekolah, orangtua tidak pernah memberikan hukuman.

69.

Orangtua mengunci saya di dalam kamar, jika diketahui saya membolos sekolah.

70. 71.

Saya pernah diusir oleh orangtua, karena saya berkelahi dengan teman. Orangtua saya tidak pernah menanyakan, alasan mengapa saya terlambat pulang sekolah.

72. 73.

Orangtua saya tidak pernah memperdulikan, dengan siapa saya bergaul. Orangtua saya tidak pernah menanyakan, tentang kegiatan yang saya lakukan sehari-hari.

74. 75. 76.

Orangtua saya sangat memperhatikan, dengan kegiatan yang saya lakukan. Orangtua saya sering menanyakan perilaku saya di sekolah kepada guru saya. Jika saya menonton acara TV dan lupa belajar, orangtua saya tidak mengingatkan.

77.

Orangtua membiarkan saya untuk mendengarkan musik di kamar, tanpa menanyakan apakah saya belajar atau tidak.

78. 79. 80.

Orangtua saya menyerahkan sepenuhnya penggunaan uang saku kepada saya. Orangtua melarang saya menggunakan VCD player. Orangtua saya mendampingi, ketika saya menonton acara TV.

TERIMA KASIH

ANGKET KEMANDIRIAN SISWA KELAS II SMA NEGERI 1 BALAPULANG TAHUN PELAJARAN 2004/2005

Petunjuk Pengisian Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan tentang berbagai hal yang mungkin berkaitan dengan kebiasaan yang Anda lakukan baik di rumah, sekolah, ataupun di masyarakat. Anda diminta untuk menunjukkan kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kebiasaan Anda sehari-hari, dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia. Silanglah pada kolom di bawah ini: SS S TS : Apabila pernyataan tersebut sangat sesuaidengan keadaan Anda. : Apabila pertnyataan tersebut sesuai dengan keadaan yang Anda rasakan. : Apabila pernyataan tersebut tidak sesuai dengan keadaan Anda.

STS : Apabila pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan keadaan Anda. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, yang ada adalah sesuai atau tidak sesuai, oleh sebab itu jawablah sesuai dengan keadaan diri Anda masing-masing. Contoh Pengisian NO. 1. PERNYATAAN Meskipun ada kegiatan di sekolah, saya berusaha untuk tidak pulang larut malam.

Lembar Jawaban
ALTERNATIF PILIHAN NO. 1. SS X S TS STS

SELAMAT MENGERJAKAN

NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. Setyia 7. 8. 9. 10. 11.

PERNYATAAN Setiap bangun tidur, saya membersihkan kamar dan menata tempat tidur. Setiap pagi hari, saya membantu orangtua menyiapkan sarapan untuk keluarga. Saya terbiasa menyapu halaman rumah, sebalum berangkat ke sekolah. Saya tidak dapat menyelesaikan pekerjaan di rumah, tanpa bantuan dari saudara. Saya merasa malas jika harus mengerjakan pekerjaan di rumah. Saya terbiasa memadamkan lampu kamar pada saat tidur. Setiap belajar di malam hari, saya menggunakan lampu belajar. Saat malam hari, saya menggunakan penerangan seperlunya di ruang dapur. Saya menggunakan penerangan di kamar sesuka hati saya. Saya membiarkan listrik menyala di ruangan rumah, meski siang hari. Saya mengatasi sendiri persoalan dengan teman, karena tidak ingin membebani orangtua.

12. 13. 14. 15.

Saya menerima kritik yang diberikan anggota keluarga. Dapat menyisihkan uang saku saya untuk membeli peralatan tulis. Saya marah jika mendapat kritik dan saran dari anggota keluarga. Saya tidak dapat mengatasi masalah pribadi sekecil apapun tanpa bantuan dari saudara.

16. 17. 18. 19. 20.

Saya senang membaca buku di perpustakaan sekolah. Saya membaca buku di perpustakaan jika ada jam pelajaran kosong. Saya berhati-hati dalam menggunakan peralatan laboratorium di sekolah. Saya merasa malas jika harus membaca buku di perpustakaan. Jika ada jam pelajaran kosong, saya lebih senang pergi ke kantin dari pada ke perpustakaan.

21. 22. 23.

Memilih jurusan studi berdasarkan kemampuan yang saya miliki. Memilih jurusan studi sesuai dengan cita-cita yang saya miliki. Dalam memilih jurusan studi di sekolah, saya tidak sekedar ikut-ikut teman.

24.

Saya memilih jurusan studi di bidang sosial, karena saya khawatir tidak mampu di bidang eksak.

25.

Meskipun saya tidak mampu, saya tetap memilih jurusan studi eksak agar telihat pintar.

26. 27. 28.

Saya mengumpulkan tugas yang diberikan bapak/ibu guru tepat waktu. Saya tidak menyontek teman dalam mengerjakan tugas dari bapak/ibu guru. Dalam mengerjakan soal atau tes di sekolah, saya berusaha tidak melihat teman di samping kanan kiri saya.

29.

Dalam mengumpulkan tugas, saya sering terlambat dari batas waktu pengumpulan yang telah ditentukan.

30. 31.

Saya tidak terbiasa mengerjakan tugas tanpa bantuan dari teman. Saya mengikuti kegiatan keagamaan yang ada di lingkungan tempat tinggal saya secara rutin.

32. 33.

Saya sering mengikuti kegiatan karang taruna di lingkungan tempat tinggal. Saya menghindari perbuatan yang melanggar norma masyarakat, dengan tidak sering pulang larut malam.

34.

Saya merasa malas jika harus mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan tempat tinggal.

35. 36. 37. 38.

Saya mengikuti kegiatan di kampung karena terpaksa. Saya menjalankan ibadah di tempat peribadatan di sekitar tempat tinggal. Saya menabung di Bank terdekat di lingkungan tempat tinggal. Saya memeriksakan ke puskesmas terdekat di sekitar tempat tinggal, jika ada salah satu anggota keluarga saya sakit.

39. 40. 41. 42.

Saya memilih menyimpan uang di rumah dari pada di Bank. Saya memilih beribadah di rumah dari pada di tempat peribadatan umum. Saya bisa merasakan kesedihan yang dirasakan oleh anggota keluarga yang lain. Jika dalam keluarga mengalami suatu masalah, saya berusaha untuk mencari solusinya.

43.

Saya merasa senang jika dapat memberikan saran untuk persoalan dalam keluarga.

44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53.

Saya memberikan bantuan pada anggota keluarga yang lain jika diminta saja. Saya tidak perduli terhadap masalah yang dihadapi anggota keluarga. Saya membiasakan istirahat yang cukup dengan menghindari tidur larut malam. Meskipun malam minggu, saya tidak terbiasa pulang larut malam. Saya terbiasa bangun pada pukul 05.00 pagi. Meskipun hari libur, saya merasa enggan untuk bangun pagi. Saya menghabiskan malam minggu untuk bergadang. Saya berusaha menjaga ketenangan kelas selama proses pembelajaran. Saya melaksanakan tugas piket kelas yang telah di jadwalkan secara rutin. Saya mempersiapkan alat dan sarana pembelajaran sebelum jam pelajaran dimulai.

54. 55. 56. 57.

Saya enggan datang lebih awal, meskipun hari itu adalah jadwal piket saya. Saya senang ngobrol dengan teman pada saat bapak/ibu guru menerangkan. Saya mengerjakan tugas secara suka-rela di depan kelas. Saya mengajukan pertanyaan tentang materi yang belum saya pahami pada saat jam pelajaran berlangsung.

58. 59.

Saya aktif dalam diskusi kelompok di kelas. Saya enggan menanyakan kepada bapak/ibu guru meskipun saya belum paham tentang materi yang diberikan.

60. 61. 62.

Saya mengerjakan tugas di depan kelas jika diminta oleh bapak/ibu guru saja. Saya ikut malaksanakan kerja bakti yang diadakan di lingkungan tempat tinggal. Saya berusaha ikut menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat.

63.

Saya berusaha mematuhi setiap peraturan yang ada di lingkungan Rt/Rw setempat.

64.

Jika ada kegiatan kerja bakti di kampung, saya merasa malas untuk

mengikutinya. 65. Saya merasa terpaksa mematuhi peraturan yang ada di lingkungan tempat tinggal. 66. 67. 68. Saya dapat mengatur penataan ruang tamu di rumah secara berkala. Saya dapat menciptakan tata ruang makan yang nyaman di rumah. Saya dapat memodifikasi warna pada setiap ruangan rumah, agar terlihat lebih cerah. 69. Saya enggan untuk merubah posisi tata ruang di rumah, selama tata ruang di rumah saya tetap teratur. 70. Saya akan menata pengaturan ruangan di rumah, jika keadaan ruangan sudah tidak teratur. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. Saya selalu mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Saya selalu hadir dalam kegiatan ekstrakurikuler sesuai jadwal. Saya ikut berpartisipasi dalam setiap perlombaan ekstrakurikukler antar sekolah. Saya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karena terpaksa. Saya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler hanya ikut-ikut teman saja. Saya ikut serta dalam perbaikan jalan di lingkungan tempat tinggal. Saya ikut dalam kepanitiaan HUT RI yang diadakan di kampung. Saya ikut membersihkan tempat ibadah di lingkungan tempat tingggal. Saya merasa enggan mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan tempat tinggal. Saya mengikuti kegiatan kebersihan di lingkungan tempat tinggal saya karena terpaksa.

TERIMA KASIH

LEMBAR JAWAB ANGKET KEMANDIRIAN


NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. ALTERNATIF PILIHAN SS S TS STS NO 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64.. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. ALTERNATIF PILIHAN SS S TS STS

LEMBAR JAWAB ANGKET POLA ASUH ORANGTUA


NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. ALTERNATIF PILIHAN SS S TS STS NO 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64.. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. ALTERNATIF PILIHAN SS S TS STS

You might also like