You are on page 1of 13

LAPORAN PENDAHULUAN PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

KASUS SIROSIS HEPATIS


(RUANG MURAI I)

EKA FAHLEPIE N I M : 0811121423

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU 2008

I. Diagnosa Medik: Sirosis Hepar II. Definisi: Sirosis hati adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal (Price & Wilson, 2002). Sirosis hati mengancam adalah penyakit kronis hati yang dikarakteristikan oleh gangguan struktur dan perubahan degenerasi (Doenges, 2000) Ada tiga tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati (Smeltzer & Bare, 2002): 1. Sirosis Portal Laennec (alkoholik, nutrisional), dimana jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal. Sirosis ini paling sering disebabkan oleh alkoholisme kronis dan merupakan tipe sirosis yang paling sering ditemukan di negara Barat. 2. Sirosis pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya. 3. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis); insidennya lebih rendah dari pada insidens sirosis Laennec dan pascanekrotik. III. Etiologi Penyebab pasti dari sirosis hati sampai sekarang belum jelas. Penyebab sirosis hepatis secara umum, adalah : 1. Alkohol 2. Hepatitis virus B atau C 3. DM, penyakit penimbunan glikogen. 4. Obstruksi aliran vena hepatik, penyakit vena oklusif, perikarditis konstriktiv dan payah jantung kanan. 5. Gangguan imunologis : hepatitis kronis aktif. 6. Toksik dan obat; amiodaron, INH dan metildopa.

7. Malnutrisi, infeksi seperti malaria, sistosomiasis. 8. Idiopatik. IV. Patofisiologi (Web of Caution). Terlampir V. Kompilkasi 1. Kegagalan hati (hepatoselular). 2. Hipertensi portal. 3. Asites. 4. Ensefalopati. 5. Peritonitis bacterial spontan. 6. Sindrom hepatorenal. 7. Transformasi kearah kanker hati primer (hepatoma).

VI. Pemeriksaan Fisik: 1. Hepatomegali 2. Splenomegali 3. Asites 4. Varises gastrointestinal 5. Edema perifer 6. Cenderung terjadi perdarahan 7. Anemia 8. Anoreksia 9. Ikterus 10.Eritema palmaris (telapak tangan merah) 11. Kelelahan 12. Perubahan kebiasaan defekasi (konstipasi atau diare) VII. Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik/Penunjang Pemeriksdaan Laboratorium:

1. Albumin serum cenderung menurun. 2. Kadar globulin serum meningkat. 3. AST (SGOT) dan ALT (SGPT) meningkat. 4. Amonia serum meningkat. 5. Hb rendah, kolesterol rendah. 6. Pemeriksaan CHE (kolinesterase): Kadar kolinesterase serum dapat menurun. 7. Glukosa darah meningkat. 8. Devisiensi Vitamin A, B12, C, K, asm folat, dan mungkin besi. Pemeriksaan Diagnostik: 1. USG: terlihat pinggir hati, permukaan, pembesaran, homogenitas, asites, spienomegali, gambaran vena hepatika, vena porta, pelebaran saluran empedu. 2. Pemeriksaan pemindai CT, MRI dan pemindai radioisotop hati memberikan informasi tentang besar hati dan aliran darah hepatih serta obstruksi aliran tersebut.

VIII. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul: 1. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d diit tidak adekuat, ketidakmampuan untuk memproses/mencerna makanan, anoreksia, mual/muntah, mudah kenyang (asites). 2. Kelebihan volume cairan ; asites berhubungan dengan terganggunya mekanisme pengaturan (penurunan plasma protein) 3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan cairan intra abdomen 4. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam kulit

IX. Intervensi Keperawatan dan Rasional (Doenges, 2000). 1. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d diit tidak adekuat, ketidakmampuan untuk memproses/mencerna makanan, anoreksia, mual/muntah, mudah kenyang (asites). Tujuan: Pasien dapat menunjukkan terpenuhinya kebutuhan nutrisi secara adekuat mempertahankan jalan nafas pasien. Intervensi : 1) Ukur masukan diit harian dengan jumlah kalori. Rasional: Memberikan informasi tentang kebutuhan pemasukan/defisiensi. 2) Timbang berat badan sesuai indikasi dan bandingakan dengan perubahan status cairan dan riwayat badan Rasional: Mungkin sulit untuk menggunakan berat badan sebagai indikator langsung status nutrisi karena ada gambaran edema/asites. Lipatan kulit trisep berguna dalam mengkaji perubahan massa otot dan simpanan lemak subkutan. 3) manfaat diit. Rasional: Diit yang tepat penting untuk penyembuhan. 4) tambahan. Rasional: Klien mungkin mencungkil atau hanya makan sedikit gigitan karena kehilangan minat pada makanan dan mengalami mual, kelemahan um um, malaise. 5) Berikan makanan sedikit tapi sering. Dorong pasien untuk makan semua makanan Bantu dan dorong pasien untuk makan dan jelaskan

Rasional: Buruknya toleransi terhadap makan banyak mungkin berhubungan dengan peningkatan tekanan intraabdomen/asites. 6) Berikan tambahan garam bila diizinkan; hindari yang mengandung ammonium. Rasional: Tambahan garam meningkatkan rasa makanan dan membantu meningkatkan selera makan. 7) Batasi masukan kafein, makanan yang menghasilkan gas atau berbumbu dan terlalu panas atau terlalu dingin. Rasional: Membantu dalam menurunkan iritasi gaster/diare dan ketidaknyamanan abdomen yang dapat mengganggu pemasukan oral/pencernaan. 8) sesuai indikasi. Rasional: Perdarahan dari varises esofagus dapat terjadi pada sirosis berat. 9) makan. Rasional: Pasien cenderung mengalami luka dan/atau perdarahan gusi dan rasa tak enak pada mulut dimana menambah anoreksia. 10) sebelum makan Rasional: Penyimpanan energi menurunkan kebutuhan metabolik pada hati dan meningkatkan regenerasi seluler. Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan khususnya Berikan perawatan mulut sering dan sebelum Berikan makanan halus, hindari makanan kasar

11)

Anjurkan menghentikan merokok. Rasional: Untuk menurunkan rangsangan gaster berlebihan dan risiko iritasi.

12)

Awasi pemeriksaan laboratorium contoh glukosa serum, albumin, total protein dan ammonia Rasional: Glukosa menurun karena gangguan glikogenesis, penurunan simpanan glikogen, atau masukan tak adekuat.

13)

Puasakan pasien sesuai indikasi Rasional: Pada awalnya, pengistirahatan GI diperlukan untuk menurunkan kebutuhan pada hatidan produksi amonia/urea GI.

14)

Konsul dengan diitis untuk memberikan diit tinggi kalori dan karbohidrat sederhana, rendah lemak, dan tinggi protein sedang, batasi cairan bila perlu Rasional: Makanan tinggi kalori dibutuhkan pada kebanyakan pasien yang pemasukannyadibatasi, karbohidrat memberikan energi yang siap pakai.

15) sesuai indikasi

Berikan makanan dengan selang, hiperalimentasi

Rasional: Mungkin diperlukan untuk diet tambahan untuk memberikan nutrien bila pasien terlalu mual atau anoreksia untuk makan atau varises esofagus mempengaruhi masukan oral. 16) Berikan obat sesuai indikasi (tambahan vitamin, zat besi, asam folat, enzim perncernaan, antiemetik)

Rasional: Pasien kekurangan vitamin karena diet yang buruk sebelumnya.

2. Kelebihan volume cairan ; acites berhubungan dengan terganggunya mekanisme pengaturan (penurunan plasma protein) Tujuan : Pasien menunjukkan status hidrasi adekuat dengan volume cairan yang seimbang Hilang atau menurunnya dispnea. Intervensi: 1) Monitor intake dan output cairan. Ukur kehilangan gastrointestinal dan perkirakan kehilangan tak kasat mata, contoh; keringat dll. Rasional: Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, dan menentukan kebutuhan penggantian cairan dan penurunan resiko kelebihan cairan bertambah. 2) Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan dan diet. Rasional: Peningkatan pemahaman dapat meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam program perawatan. 3) Tingkatkan dan dorong oral hygiene dengan sering. Rasional: Kebersihan mulut yang baik dapat mengurangi kekeringan membran mukosa mulut, sehingga dapat mengurangi rasa haus pasien (Smletzer & Bare, 2005). 4) Monitor edema, dan asites. Rasional: Pasien sirosis hati mengalami retensi cairan dalam intravaskuler mengakibatkan tekanan darah meningkat hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik kapiler mengakibatkan cairan intravaskuler shift ke dalam

ruang intertisial sehingga edema dapat kita jumpai pada pasien sirosis hati ( Lewis & Dirksen, 2000). 5) Monitor peningkatan JVP, auskultasi bunyi jantung dan paru. Rasional: Karena retensi cairan menyebabkan jumlah cairan esktrasel meningkat. Hal ini akan meningkatkan beban kerja jantung dan menimbulkan payah jantung kongestif, dengan manifestasi sesak nafas, batas jantung pada perkusi melebar dan distensi vena jugularis (Smletzer & Bare, 2005). 6) Monitor BB tiap hari, dengan alat, waktu dan pakaian yang sama Jika memungkinkan. Rasional: Penimbangan berat badab harian adalah pengawasan status cairan terbaik. Peningkatan berat badan lebih dari 0.5 kg tiap hari diduga adanya retensi cairan. Bila terjadi peningkatan berat badan secara cepat maka diduga terjadi retensi cairan, tiap kenaikan berat badan 1 kg sama dengan kelebihan cairan 1 liter (Price & Wilson, 2002). 7) Kaji tingkat kesadaran, selidiki perubahan mental, adanya gelisah Rasional: Penurunan kesadaran dapat menunjukkan perpindahan cairan, akumulasi toksin, asidosis, ketidak seimbangan elektrolit, dan terjadinya hipoksia. 8) Berikan plasma albumin (TE 3x 500 cc/8 jam) sesuai terapi Rasional: Penurunan albumin serum mempengaruhi tekanan osmotik dan dapat terjadi perpindahan cairan, maka perlu ditambah/diberikan cairan plasma yang ideal.

9) Monitor hasil pemeriksaan ureum & kreatinin serum. Rasional: Mengkaji berlanjutnya dan penanganan disfungsi ginjal, meskipun kedua nilai mungkin meningkat. Kreatinin adalah indikator yang lebih baik untuk fungsi indikator yang lebih baik untuk fungsi ginjal karena tidak dipengaruhi oleh hidrasi, diet, dan katabolisme jaringan (Moore, 1996). 10) Monitor hasil pemeriksaan natrium, kalium serum. Rasional: Hiponatremi dapat diakibatkan dari kelebihan cairan (dilusi) atau ketidakmampuan ginjal untuk menyimpan natrium. Hiponatremi menunjukkan defisit cairan tubuh total. Kekurangan ekskresi ginjal dan atau retensi selektif kalium untuk mengeksresikan kelebihan ion hidrogen (memperbaiki asidosis) menimbulkan hiperkalemia. 11) Berikan Diuretik (furosemid 1 X 40 mg intravena (sesuai terapi) Rasional: Untuk melebarkan lumen tubular dari debris, menurunkan hiperkalemia, dan meningkatkan volume urin adekuat Berikan obat inotropik positif (digoxin 1 x 25 mg).

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan cairan intra abdomen. Tujuan: Pasien dapat mempertahankan pola nafas efektif. Intervensi: 1) Kaji dispnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal, peningkatan upaya respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan kelemahan. Rasional: Weezing atau mengi indikasi akumulasi]

sekret/ketidakmampuan membersihkan jalan napas sehingga otot aksesori digunakan dan kerja pernapasan meningkat. 2) Evaluasi perubahan-tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan warna kulit, membran mukosa, dan warna kuku. Rasional: Akumulasi sekret dapat mengganggu oksigenasi di organ vital dan jaringan. 3) Pertahankan kepala tempat tidur tinggi, posisi miring. Rasional: Memudahkan pernapasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma dan meminimalkan ukuran aspirasi sekret. 4) Awasi suhu. Rasional: Menunjukkan timbulnya infeksi, contoh pneumonia. 5) Monitor GDA. Rasional: Menurunnya saturasi oksigen (PaO2) atau meningkatnya PaC02 menunjukkan perlunya penanganan yang lebih adekuat atau perubahan terapi. 6) Berikan oksigen sesuai indikasi. Rasional: Membantu mengoreksi hipoksemia yang terjadi sekunder terhadap hipoventilasi dan penurunan permukaan alveolar paru. 7) Bantu dengan alat-alat pernapasan, contoh spirometri insensif, tiupan botol. Rasional: Menurunkan insiden atelektasis, meningkatkan mobilitas sekret. 4. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam kulit. Tujuan: Mempertahankan integritas kulit. Intervensi: 1) Lihat permukaan kulit/titik tekanan secara rutin. Rasional: Edema jaringan lebih cenderung untuk mengalami kerusakan dan terbentuk dekubitus.

2) Ubah posisi pada jadwal teratur, misalnya tiap 2 jam sekali. Rasional: Menurunkan tekanan pada jaringan edema untuk memperbaiki sirkulasi. 3) Tinggikan ekstremitas bawah. Rasional: Meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan edema pada ekstremitas. 4) Pertahankan sprei kering dan bebas lipatan. Rasional: Kelembaban meningkatkan pruritus dan risiko kerusakan kulit. 5) Berikan perawatan perineal setelah berkemih dan defekasi. Rasional: Mencegah ekskoriasi kulit dari garam empedu. 6) Berikan lotion kalamin. Rasional: Mungkin menghentikan gatal sehubungan dengan ikterik, garam empedu pada kulit. X. Daftar Pustaka: Burke, L. (2000). Medical surgical nursing: critical thinking in client care 2nt ed. USA: Prentice-Hall. Doenges, M.E. (2000). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC. Price, Sylvia. A & Wilson, L. M. (2002). Patofisiologi: Konsep klinis prosesproses penyakit ed: 6. Jakarta : EGC. Sherwood, L. (2001). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem, Ed: 2. Jakarta: EGC Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner & Suddarth, vol:2. Jakarta: EGC.

You might also like