You are on page 1of 16

PROPOSAL

PROGRAM TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK STIMULASI SENSORI DI RUANG SEDAP MALAM RSJ DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

Oleh: Kelompok 2: Ahmad F Abdurrakhman Winda Dwi Saputro Sri Winarsih Oktiva Kusfari Farida Maemunah

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG


2012

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

1. Dasar Pemikiran

Klien yang dirawat di rumah sakit jiwa atau ruang jiwa umumnya dengan keluhan tidak dapat diatur di rumah, misalnya amuk, diam saja, tidak mandi, keluyuran, mengganggu orang lain dan sebagainya. Setelah berada dan dirawat di rumah sakit, hal yang sama sering terjadi banyak klien diam, menyendiri tanpa ada kegiatan. Hari hari perawatan dilalui dengan makan, minum obat dan tidur. Ada di antara klien yang dengan inisiatif sendiri mencari perubahan situasi dengan jalan jalan di rumah sakit namun ada diantara mereka yang tidak tahu jalan pulang sehingga jika tertangkap ia dicap sebagai klien yang melarikan diri kemudian dimasukan lagi ke dalam ruang isolasi. Apa sebenarnya yang dilakukan klien?? Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk klien gangguan jiwa. Terapi ini adalah terapi yang pelaksanaannya merupakan tanggung jawab penuh dari seorang perawat. Oleh karena itu seorang perawat khususnya perawaat jiwa haruslah mampu melakukan terapi aktivitas kelompok secara tepat dan benar. Untuk mencapai hal tersebut di atas perlu dibuat suatu pedoman pelaksanaan terapi aktivitas kelompok seperti terapi aktivitas kelompok sosialisasi, penyaluran energi, stimulasi sensori dan orientasi realitas.

2. Tujuan Terapi aktivitas kelompok adalah suatu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota. Secara umum tujuan terapi aktivitas kelompok adalah meningkatkan kemampuan uji realitas melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain, melakukan sosialisasi, meningkatkan kesadaran terhadap hubungan reaksi emosi dengan tindakan atau perilaku denfensif, dan meningkatkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif. Secara khusus tujuannya adalah meningkatkan identitas diri, menyalurkan emosi secara konstruktif, meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau social. Di samping itu tujuan rehabilitasinya adalah meningkatkan ketrampilan ekspresi diri, sosial, meningkatkan kepercayaan diri, empati, meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan pemecahan masalah.

3. Karakteristik Pasien Berdasarkan pengamatan dan kajian status klien maka karakteristik klien yang dilibatkan dalam terapi aktivitas kelompok ini adalah klien dengan masalah keperawatan seperti resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, perilaku kekerasan, defisit perawatan diri, isolasi sosial : menarik diri, dan perubahan persepsi sensori.

4. Landasan Teori a. Model Terapi Aktivitas Kelompok Focal conflic model Dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari dan berfokus pada kelompok individu. Tugas leader adalah membantu kelompok memahami konflik dan membantu penyelesaian masalah. Misal ; adanya perbedaan pendapat antar anggota, bagaimana masalah ditanggapi anggotadan leader mengarahkan alternatif penyelesaian masalah. Model komunikasi Dikembangkan berdasarkan teori dan prinsip komunikasi, bahwa tidak efektifnya komunikasi akan membawa kelompok menjadi tidak puas. Tujuan membantu meningkatkan ketrampilan interpersonal dan social anggota kelompok. Tugas leader adalah memfasilitasi komunikasi yang efektif antar anggota dan mengajarkan pada kelompok bahwa perlu adanya komunikasi dalam kelompok, anggota bertanggung jawab terhadap apa yang diucapkan, komunikasi pada semua jenis : verbal, non verbal, terbuka dan tertutup, serta pesan yang disampaikan harus dipahami orang lain. Model interpersonal Tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan) digambarkan melalui hubungan interpersonal dalam kelompok. Pada model ini juga menggambarkan sebab akibat tingkah laku anggota merupakan akibat dari tingkah laku anggota yang lain. Terapist bekerja dengan individu dan kelompok, anggota belajar dari interaksi antar anggota dan terapist. Melalui proses ini, tingkah laku atau kesalahan dapat dikoreksi dan dipelajari. Model psikodrama Dengan model ini dapat memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu, sesuai peran yang diperagakan. Anggota diharapkan dapat memainkan peran sesuai peristiwa yang pernah dialami.

b. Metoda Kelompok didaktik Kelompok sosial terapeutik Kelompok insipirasi represif Psikodrama Kelompok interaksi bebas

c. Fokus Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi realitas Maksudnya adalah memberikan terapi aktivitas kelompok yang mengalami gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat. Tujuan adalah klien mampu mengidentifikasi stimulus internal (pikiran, perasaan, sensasi somatic) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar), klien dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan, pembicaraan klien sesuai realitas, klien mampu mengenal diri sendiri dan klien mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat. Karakteristik klien : gangguan orientasi realita (GOR), halusinasi, waham, ilusi dan

depersonalisasi yang sudah dapat berinteraksi dengan orang lain, klien kooperatif, dapat berkomunikasi verbal dengan baik, dan kondisi fisik dalam keadaan sehat. Sosialisasi Maksudnya adalah memfasilitasi psikoterapist untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan iden dan tukar persepsi dan menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan. Tujuan meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberikan tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan ide serta menerima stimulus eksternal. Karakteritistik klien : kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan ruangan, sering berada di tempat tidur, menarik diri, kontak social kurang, harga diri rendah, gelisah ,curiga, takut dan cemas, tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan, dan dapat membina trust, mau berinteraksi dan sehat fisik. Stimulasi persepsi Maksudnya adalah membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi, stimulasi persepsi dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku mal adaptif. Tujuan meningkatkan kemampuan orientasi realita,

memusatkan perhatian, intelektual, mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain dan mengemukakan perasaannya. Karakteristik klien :

gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai nilai, menarik diri dari realita, inisiasi atau ide ide yang negatif, kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mengikuti kegiatan. Stimulasi sensori Maksudnya adalah menstimulasi sensori pada klien yang mengalami kemunduran sensoris. Tujuan meningkatkan kemampuan sensori, memusatkan perhatian, kesegaran jasmani, dan mengekspresikan perasaan. Penyaluran energy Maksudnya adalah untuk menyalurkan energi secara konstruktif. Tujuan

menyalurkan energi dari destruktif menjadi konstruktif, mengekspresikan perasaan dan meningkatkan hubungan interpersonal. d. Tahap tahap dalam terapi aktivitas kelompok. Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase fase dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut : 1. Pre kelompok Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelompok, menjelaskan sumber sumber yang diperlukan kelompok seperti proyektor dan jika memungkian biaya dan keuangan. Fase awal Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik atau kebersamaan. Orientasi. Anggota mulai mengembangkan system social masing masing, dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota. Konflik Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan terjadi. Kebersamaan Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota mulai menemukan siapa dirinya. 2. Fase kerja Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan engatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai

tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif. 3. Fase terminasi Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses. e. Peran Perawat dalam Terapi Aktivitas Kelompok. 1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok. 2. Sebagai leader dan co leader 3. Sebagai fasilitator 4. Sebagai observer 5. Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaan 6. Pelaksanaan Pelaksanaan dan uraian kegiatan sesuai macam terapi aktivitas kelompok dapat dilihat pada lampiran lampiran.

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK : STIMULASI SENSORI

Terapi Aktivitas Kelompok : Stimulus Sensori Terapi aktifitas kelompok (TAK): stimulasi sensoris adalah upaya menstimulasi semua pancaindra (sensori) agar memberi respons yang adekuat. Tujuan Tujuan umum klien dapat berespons terhadap stimulus pancaindra yang diberi9kan dan tujuan khususnya adalah : 1. Klien mampu mengekspresikan perasaan melalui gambar 2. Klien mampu berespons terhadap suara yang didengar. 3. Klien mampu berespons terhadap tontonan melalui tv/video. Aktifitas dan indikasi Aktifitas stimulasi sensoris dapat berupa stimulus terhadap penglihatan, pendengaran dan lain-lain, seperti gambar, video, tarian dan nyanyian. Klien yang mempunyai indikasi TAKStimulasi Sensoris adalah klien isolasi sosial, menarik diri, harga diri rendah yang disertai dengan kurang komunikasi verbal.

TAK STIMULASI SENSORI SESI 1: MENCERITAKAN MAKNA GAMBAR Tujuan 1. Klien dapat mengekspresikan perasaan melalui gambar. 2. Klien dapat member makna gambar. Setting 1. Terapi dan klien duduk bersama dalam satu lingkaran 2. Ruangan nyaman dan terang Alat Gambar - Gambar Metode 1. Dinamika kelompok. 2. Diskusi. Langkah kegiatan 1. Persiapan a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 1. b. Mempersiapakn alat dan tem/pat pertemuan 2. Orientasi a. Salam terapeutik Salam dari terapi kepada klien Terapis dan klien memakai papan nama

b. Evaluasi/ validasi data Menanyakan perasaan klien saat ini c. Kontrak Terapi menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menceritakan gambar yang didapat kepada orang lain. Terapi menjelaskan aturan main berikut: Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis. Lama kegiatan 30 menit Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai 3. Tahap kerja a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan. b. Terapis membagikan gambar, untuk tiap klien. c. Terapis minta klien menceritakan makna gambar yang didapat sesuai dengan persepsinya pada klien lain.

d. Setiap klien menceritakan makna gambar yang diterima dari terapis kepada klien lain. e. Kegiatan poin d. dilakukan sampai semua klien mendapat giliran. 4. Tahap terminasi a. Evaluasi Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

b. Tindak lanjut Terapis menganjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan melalui gambar. c. Kontrak yang akan dating Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu sensori mendengarkan musik dan menonton tv/video. Menyepakati waktu dan tempat

Evaluasi dan dokumentasi Evaluasi Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi gambar, kemampuan klien yang diharapkan adalah menceritakan makna gambar.

Sesi 1: TAK Stimulasi sensoris menggambar Kemampuan memberikan respons terhadap menggambar No Aspek yang dinilai Nama Klien

Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

2 3

Menyebutkan gambar Menceritakan makna gambar

Petunjuk: 1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien. 2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampun klien mengikuti, menyebutkan nama gambar, dan menceritakan makna gambar. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan melalui gambar.

Dokumentasi Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 1, TAK stimulasi sensori gambar. Klien mengikuti kegiatan sampai akhir menyebutkan nama gambar,dan menceritakan makna gambar.

TAK STIMULASI SENSORI Sesi 2 : Mendengar musik

Tujuan 1. Klien mampu mengenali musik yang didengar. 2. Klien mampu memberi respons terhadap musik. 3. Klien mampu menceritakan perasaannya setalah mendengarkan musik. Setting 1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran. 2. Ruangan nyaman dan tenang. Alat 1. Tape recorder 2. Kaset lagu melayu (dipilih lagu yang memiliki cerita yang bermakna atau lagu-lagu yang bermakna religius). Metode 1. Diskusi 2. Sharing persepsi Langkah kegiatan 1. Persiapan a. Membuat kontark dengan klien yang sesuia dengan indikasi: menarik diri, harga diri rendah dan tidak mau bicara. b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan. 2. Orientasi a. Salam terapeutik Salam dari terapis kepada klien. b. Evaluasi/validasi Menanyakan perasaan klien pada saat ini. c. Kontrak Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mendengarkan musik. Terapis menjelaskan aturan main berikut. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta ijin kepada terapis. Lama kegiatan 45 menit.

Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai. 3. Tahap kerja a. Terapis mengajak klien untuk saling memperkenalkan diri ( nama dan nama panggilan) dimulai secara berurutan searah jarum jam. b. Setiap kali seorang klien selesai memperkenalkan diri, terapis mengajak semua klien untuk bertepuk tangan. c. Terapis dan klien memakai papan nama. d. Terapis menjelaskan bahwa akan diputar lagu, klien boleh tepuk tangan atau berjoget sesuai dengan irama lagu. Setelah lagu selesai klien akan diminta menceritakan isi dari lagu tersebut dan perasaan klien setelah mendengar lagu. e. Terapis memutar lagu, klien mendengar, boleh berjoget atau tepuk tangan (kira-kira 15 menit). Musik yang diputar boleh diulang beberapa kali. Terapis mengobservasi respons klien terhadap musik. f. Secara bergiliran klien diminta menceritakan isi lagu dan perasaannya. Sampai semua klien mendapat giliran. g. Terapis memberikan pujian, setiap klien menceritakan perasaannya, dan mengajak klien lain bertepuk tangan. 4. Tahap terminasi a. Evaluasi Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b. Tindak lanjut Terapis menganjurkan klien untuk mendengarkan musik yang disukai dan bermakna dalam kehidupannya. c. Kontrak yang akan datang Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu menggambar. Menyepakati waktu dan tempat.

Evaluasi dan dokumentasi Evaluasi Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk stimulasi sensoris mendengar musik, kemampuan klien yang diharapkan adalah mengikuti kegiatan, respons terhadap musik, memberi pendapat tentang musik yang didengar, dan perasaan saat mendengarkan musik. Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 2 : TAK Stimulasi sensoris mendengarkan musik Kemampuan memberikan respons pada musik No Aspek yang dinilai Nama Klien

Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

Member respons (ikut bernyanyi/menari/joget/menggerakan tangan-kaki-dagu sesuai irama)

Memberikan pendapat tentang music yang didengar

Mengemukakan perasaan setelah mendengar music

Petunjuk: 1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien. 2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampun klien mengikuti, merespons, memberi pendapat, menyampikan perasaan tentang musik yang didengar. Beri tanda (v) jika klien mampu dan tanda (x) jika klien tidak mampu.

Dokumentasi Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 2, TAK stimulasi sensori mendengar musik. Klien mengikuti kegiatan sampai akhir dan menggerakkan jari sesuai dengan irama musik, namun belum mampu memberi pendapat dan perasaan tentang musik. Latih klien untuk mendengarkan musik di ruang rawat.

Sesi 3 : TAK Stimulasi sensoris menonton tv/video

Tujuan 1. Klien dapat memberi respons terhadap tontonan tv/video (jika menonton tv, acara tontonan hendaknya dipilih yang positif dan bermakna terapi untuk klien) 2. Klien menceritakan makna acara yang ditonton. Setting 1. Klien dan terapis duduk membentuk setengah lingkaran di depan televise 2. Ruangan nyaman dan tenang. Alat 1. Video/CD Player dan Video Tape/CD 2. Televisi Metode Diskusi

Langkah Kegiatan 1. Persiapan a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti TAK sesi 2 b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan 2. Orientasi a. Salam terapeutik Salam dari terapis kepada klien Terapis dan klien memakai papan nama. b. Evaluasi/Validasi Menanyakan perasaan klien saat ini. c. Kontrak Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menonton TV/Video dan menceritakannya Terapis menjelaskan aturan main berikut Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus minta ijin kepada terapis Lama kegiatan 30 menit Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3. Tahap kerja a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu menonton TV/Video dan menceritakan makna yang telah ditonton b. c. d. Terapis memutar TV/VCD yang telah disiapkan Terapis mengobservasi klien selama menointon TV/Video Setelah selesai menonton, masing-masing klien diberi kesempatan

menceritakan isi tontonan dan maknanya untuk kehidupan klien. Berurutan searah jarum jam, dimulai dari klien sebelah kiri terapis sampai semua klien mendapat giliran. e. Setelah selesai klien menceritakan persepsinya, terapis mengajak klien yang lain bertepuk tangan dan memberikan pujian. 4. Tahap terminasi a. Evaluasi - Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK - Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok b. Tindak Lanjut - Terapis menganjurkan klien untuk menonton acara TV yang c. Kontrak yang akan datang - Menyepakati TAK yang akan datang sesuai dengan indikasi klien - Menyepakati waktu dan tempat Evaluasi dan dokumentasi Evaluasi Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK untuk stimulasi sensoris menonton, kemampuan klien yang diharapkan adalah mengikuti kegiatan berespon terhadap tontonan, menceritakan isi tontonan, dan mengungkapkan perasaan saat menonton. Formulir Evaluasi sebagai berikut :

Sesi 3 : TAK Stimulasi sensoris menonton tv/video Kemampuan member respon pada tontonan No Aspek yang dinilai Nama Klien

Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir TAK

Member respon pada saat menonton (senyum, sedih, dan gembira)

Menceritakan cerita dalam TV/Video

Menceritakan perasaan setelah menonton

Petunjuk : 1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien. 2. Untuk setiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengikuti, berespons, menceritakan, danm menyampaikan perasaan saat menonton. Beri tanda (V) jika klien mampu dan tanda (X) jika klien tidak mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contohnya: klien mengikuti sesi 3, TAK, stimulasi sensoris menonton. Klien mengikuti kegiatan sampai selesai, ekspresi datar, san tanpa respon, klien tidak dapat menceritkan isi tontonan dan perasaannya. Tingkatkan stimulus di ruangan, ulang kembali dengan stimulus yang berbeda.

You might also like