You are on page 1of 2

Legenda Ular n Daung Desember 10, 2007Cerita Rakyat Dahulu kala, di kaki sebuah gunung di daerah Bengkulu hiduplah

seorang wanita tu a dengan tiga orang anaknya. Mereka sangat miskin dan hidup hanya dari penjualan hasil kebunnya yang sangat sempit. Pada suatu hari perempuan tua itu sakit kera s. Orang pintar di desanya itu meramalkan bahwa wanita itu akan tetap sakit apabila tidak diberikan obat khusus. Obatnya adalah daun-daunan hutan yang dimasak deng an bara gaib dari puncak gunung. Alangkah sedihnya keluarga tersebut demi mengetahui kenyataan itu. Persoalannya adalah bara dari puncak gunung itu konon dijaga oleh seekor ular gaib. Menurut c erita penduduk desa itu, ular tersebut akan memangsa siapa saja yang mencoba men dekati puncak gunung itu. Diantara ketiga anak perempuan ibu tua itu, hanya si bungsu yang menyanggupi per syaratan tersebut. Dengan perasaan takut ia mendaki gunung kediaman si Ular n Daun g. Benar seperti cerita orang, tempat kediaman ular ini sangatlah menyeramkan. P ohon-pohon sekitar gua itu besar dan berlumut. Daun-daunnya menutupi sinar matah ari sehingga tempat tersebut menjadi temaram. Belum habis rasa khawatir si Bungsu, tiba-tiba ia mendengar suara gemuruh dan ra ungan yang keras. Tanah bergetar. Inilah pertanda si Ular n Daung mendekati gua ke diamannya. Mata ular tersebut menyorot tajam dan lidahnya menjulur-julur. Denga n sangat ketakutan si Bungsu mendekatinya dan berkata, Ular yang keramat, berilah saya sebutir bara gaib guna memasak obat untuk ibuku yang sakit. Tanpa diduga, ular itu menjawab dengan ramahnya, bara itu akan kuberikan kalau engkau bersedia menjadi isteriku! Si Bungsu menduga bahwa perkataan ular ini hanyalah untuk mengujinya. Maka iapun menyanggupinya. Keesokan harinya setelah ia membawa bara api pulang, ia pun men epati janjinya pada Ular n Daung. Ia kembali ke gua puncak gunung untuk diperister i si ular. Alangkah terkejutnya si bungsu menyaksikan kejadian ajaib. Yaitu, pada malam har inya, ternyata ular itu berubah menjadi seorang ksatria tampan bernama Pangeran Abdul Rahman Alamsjah. Pada pagi harinya ia akan kembali menjadi ular. Hal itu disebabkan oleh karena i a disihir oleh pamannya menjadi ular. Pamannya tersebut menghendaki kedudukannya sebagai calon raja. Setelah kepergian si bungsu, ibunya menjadi sehat dan hidup dengan kedua kakakny a yang sirik. Mereka ingin mengetahui apa yang terjadi dengan si Bungsu. Maka me rekapun berangkat ke puncak gunung. Mereka tiba di sana diwaktu malam hari. Alangkah kagetnya mereka ketika mereka mengintip bukan ular yang dilihatnya teta pi lelaki tampan. Timbul perasaan iri dalam diri mereka. Mereka ingin memfitnah adiknya. Mereka mengendap ke dalam gua dan mencuri kulit ular itu. Mereka membakar kulit ular tersebut. Mereka mengira dengan demikian ksatria itu akan marah dan mengusi r adiknya itu. Tetapi yang terjadi justru kebalikannya. Dengan dibakarnya kulit ular tersebut, secara tidak sengaja mereka membebaskan pangeran itu dari kutukan . Ketika menemukan kulit ular itu terbakar, pangeran menjadi sangat gembira. Ia be

rlari dan memeluk si Bungsu. Di ceritakannya bahwa sihir pamannya itu akan sirna kalau ada orang yang secara suka rela membakar kulit ular itu. Kemudian, si Ular n Daung yang sudah selamanya menjadi Pangeran Alamsjah memboyong si Bungsu ke istananya. Pamannya yang jahat diusir dari istana. Si Bungsu pun k emudian mengajak keluarganya tinggal di istana. Tetapi dua kakaknya yang sirik m enolak karena merasa malu akan perbuatannya. Sumber: http://www.seasite.niu.edu (Disarikan dari Abdul Hakim. Selusin Cerita Rakyat, CV Danau Singkarak, 1980)

You might also like