You are on page 1of 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Amalgam

2.1.1. Definisi amalgam. Kata "amalgam" berasal dari bahasa Arab "almalgham"dan bahasa Yunani "malagma," yang merujuk pada substansi atau massa.. Amalgam adalah campuran dari dua atau beberapa logam, salah satunya adalah merkuri. Dental amalgam dihasilkan dengan mencampur Merkuri(Hg) dengan partikel padat beberapa logam seperti Perak(Ag), Timah(Sn), Tembaga(Cu), dan kadangkala Zink(Zn),

Palladium(Pd), Indium(In), dan Selenium. Menurut American Dental Association (ADA) amalgam adalah logam campuran dari Merkuri, Perak, Timah dan Tembaga serta logam lainnya untuk meningkatkan sifat fisik dan mekanikal. 2,3,9,10

2.1.2

Klasifikasi amalgam.

A. Berdasarkan bentuk partikel 1. Lathe-cut Hingga tahun 1960, komposisi kimia dan mikrostruktur dari amalgam alloy yang tersedia pada dasarnya sama dengan system yang sangat sukses yang diselidiki oleh G.V Black (Black, 1895). Alloy konvensional digunakan oleh dokter gigi sebagai tambalan, yang mana lathe cut dari bentukan batang logam. 8 Sebuah Alloy komersial berkembang menjadi campuran dari ukuran partikel yang berbeda-beda daripada sistem unimodel untuk mengomptimalkan efisiensi

pemakaian. Panjang dari partikel alloy lathe-cut berkisar antara 60 sampai 120 m, ketebalan 10-70 m dan ketebalan 10-35 m. Alloy konvensional mengandung 66% sampai 73% Perak, 25-29% Timah dan 6% Tembaga. Zink mungkin dapat ditemukan sampai 2% dan Merkuri 3%.4,5 Kelebihannya adalah mudah mencapai kontak proximal karena ketahanan alloy lathe-cut terhadap tekanan kondensasi baik. Kekurangannya, sulit dikondensasi ke area yang sulit diakses, karena membutuhkan tekanan kondensasi yang baik, laju pengerasan lebih lambat dibanding spherical, kasar saat di carving,burnishing, dan polishing.11

2. Spherical Diperkenalkan sejak tahun 1960, umumnya ukuran partikel 40-50 m atau kurang, amalgam spherical memerlukan sedikit merkuri dan mengurangi tekanan kondensasi. Kelebihan alloy berbentuk spherical adalah mudah dikondensasi ke area yang sulit untuk di akses karena tidak memerlukan tekanan kondensasi yang besar, dapat mengeras dengan cepat, dan lebih halus saat di carving, burnishing, dan polishing. Kekurangan : sulit mencapai bagian kontak interproximal.4,8,11 B. Berdasarkan kandungan Tembaga (Cu)8 1. Low copper amalgam Alloy ini mengandung kurang dari 6% tembaga. Komposisi dasarnya adalah sebagai berikut : Ag ( Perak ) 69,4%; Sn ( Timah ) 26,2%; Cu ( Tembaga) 3,6%; Zn ( Zink ) 0,8% .

2. High copper amalgam Alloy ini mengandung 12% -30% tembaga. Komposisi dasarnya adalah sebagai berikut :Ag ( Perak ) 60%; Sn ( Timah ) 27%; Cu (Tembaga) 13%; Zn ( Zink) 0%.

C. Berdasarkan kandungan Zink8 1. Amalgam yang mengandung zink (1%) 2. Amalgam yang tidak mengandung zink (0,2%-1%)

2.1.3

Fungsi unsur-unsur dalam amalgam.

Fungsi unsur-unsur kandungan bahan restorasi tersebut adalah sebagai berikut :4,8,12 1. Perak a) Meningkatkan strength b) Meningkatkan setting expansion 2. Timah a) Mengurangi strength dan hardness b) Mengurangi ekspansi c) Meningkatkan setting time 3. Tembaga a) Meningkatkan strength dan hardness b) Menghambat pembentukan fase gamma 2 c) Mengurangi tarnish dan korosi d) Mengurangi terjadinya pengerutan dan kebocoran tepi

4. Zink a) Zink berperan sebagai penghambat oksidasi selama dalam proses pembuatan, sehingga dapat mencegah oksidasi dari unsur-unsur yang penting seperti perak, tembaga, maupun timah. b) Zink dapat menyebabkan ekspansi yang tertunda pada low copper 5. Palladium a) Mengurangi korosi 6. Indium a) Meningkatkan strength b) Mengurangi jumlah pemakaian merkuri c) Mengurangi terjadinya kerusakan marginal

2.1.4. Manipulasi amalgam. Pemanipulasian amalgam dilakukan dengan cara mencampurkan alloy amalgam dengan merkuri. Rasio bubuk alloy amalgam dengan merkuri yang biasa digunakan adalah 1:1 dengan persentase merkuri bervariasi dari 43% sampai 54%. Pada alloy spherical, rasio bubuk : cairan biasanya lebih kecil, dengan kandungan merkuri sekitar 45%.4,5 Proses selanjutnya adalah triturasi, yaitu pengadukan bubuk dengan cairan yang dapat dilakukan secara manual menggunakan mortar dan pastel maupun secara mekanis menggunakan amalgamator dan kapsul. Hasil dari proses triturasi adalah didapatnya suatu massa plastis yang disebut amalgam. 4,5 Setelah triturasi, amalgam dimasukkan ke dalam kavitas menggunakan amalgam carrier dan dilanjutkan dengan kondensasi yaitu memberikan tekanan yang

besar menggunakan amalgam stopper agar dapat berkontak rapat dengan dinding kavitas. Kondensasi yang baik perlu dilakukan untuk membuang kelebihan merkuri, karena merkuri yang berlebihan dapat melemahkan struktur amalgam dan menyebabkan porositas pada amalgam. 4,5

Gambar 2.1: Hasil triturasi amalgam. I. Undermixed. II. Normal. III. Overmixed. Sumber: Craig RG, Powers JM. Restorative dental material. 11th ed. 2002. Mosby. p.306 2.1.5 Reaksi pengerasan amalgam.

1. Amalgam Konvensional (low copper)4,7 Selama proses triturasi, merkuri berdifusi ke alloy membentuk berbagai senyawa, terutama perak-merkuri dan timah-merkuri senyawa. Senyawa perak merkuri Ag2Hg, dan dikenal sebagai fase gamma satu (y1), dan senyawa timahraksa adalah Sn7Hg dan dikenal sebagai fase gamma dua (2). Prosesnya dapat digambarkan seperti ini : Ag3Sn + Hg Ag3Sn + Ag2Hg3 + Sn7Hg 1 2 Fase Sn7Hg (2) adalah hasil reaksi yang tidak dikehendaki karena dianggap meningkakan korosi dan melemahkan kekuatan. Persentase Ag2Hg3 (1)

yaitu sekitar 54% sampai 56%. Persentase Ag3Sn () dan Sn7Hg (2) adalah 27% sampai 35% dan 11% sampai 13%. 2. Amalgam high copper4,7 Perbedaan utama antara low dan high copper amalgam tidak hanya dalam hal persentase tembaga tetapi efeknya dalam reaksi amalgam. Tembaga ini disajikan baik sebagai bagian dari alloy Ag-Sn, maupun ditambahkan (admixed) sebagai partikel terpisah dari Ag-Sn. Pada kedua penyajian ini, jika alloy bereaksi dengan Hg maka akan terbentuk hasil reaksi Cu-Sn ( fase eta ()) dan bukan gamma 2. Prosesnya dapat digambarkan seperti ini : Ag3Sn+Ag-Cu+HgAg3Sn+AgCu+Ag2Hg3+Cu6Sn5 1

2.2. 2.2.1

Strength pada amalgam Pengertian strength pada amalgam. Semua bahan restorasi memerlukan kekuatan yang cukup untuk menghindari

terjadinya fraktur. Jika desain amalgam cukup baik, kegagalan relatif dapat dihindari, sulit menemukan faktor apa yang menyebabkan terjadinya kegagalan.

2.2.2. Macam-macam strength pada amalgam. 1. Compressive strength Compressive strength merupakan sesuatu yang berguna untuk

membandingkan material yang umumnya lemah terhadap regangan seperti amalgam, semen, dan resin komposit. Ketahanan terhadap gaya kompresi adalah kekuatan yang

10

paling menguntungkan karakteristik amalgam. Karena amalgam terkuat di kompresi dan jauh lebih lemah pada regangan dan pergeseran.5,6 Compressive strength dipertimbangkan sebagai indikator penting karena compressive strength yang tinggi dibutuhkan untuk menahan tekanan pengunyahan, karena tekanan yang diberikan selama proses pengunyahan lebih banyak berupa tekanan kompresif. Bila suatu benda ditempatkan di bawah beban yang cenderung menekan atau memendekkannya, ketahanan internal terhadap beban tersebut disebut tekanan kompresi. Compressive strength setelah tujuh hari tertinggi untuk amalgam high copper. Compressive strength amalgam setelah tujuh hari adalah 350MPa.2,4,13

Tabel 2.1. Sifat mekanik beberapa tipe amalgam

Sumber: Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. Sturdevants art & science of operative dentistry. 4th ed. 2002. Mosby. p.157 2. Tensile strength Tensile strength terjadi jika, terjadi fraktur pada bahan yang diberi kekuatan yang saling menjauh satu sama lain. Meskipun tegangan utama yang terjadi selama pengunyahan adalah tekanan kompresif, namun tekanan lain juga terjadi. Dan ketika kekuatan tersebut mempengaruhi suatu tegangan tarik (tensile stress) , fraktur akan mungkin terjadi. Amalgam mempunyai tensile strength yang lebih kecil dari

11

compressive strength-nya. Tensile strength amalgam adalah sekitar 1/8 ( 12,5 %) dari compressive strength-nya.4,13

3. Flexural (transverse) strength Nilai ini sering disamakan dengan modulus of rupture, karena amalgam adalah bahan yang rapuh. Amalgam dapat menahan perubahan bentuk selama uji transversal strength. Flexural (transverse) strength dapat diartikan sebagai kekuatan untuk menahan beban transversal yang terjadi selama pengunyahan. Flexural strength pada low copper amalgam adalah sekitar 120-130 MPa, sedangkan pada high copper adalah sekitar 90-110MPa.4

Gambar 2.2 : Beberapa macam arah dari beban yang diberikan. A. uniaxial loading dari silinder. B. uniaxial loading dari restorasi MO amalgam. Sumber: Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. Sturdevants art & science of operative dentistry. 4th ed. 2002. Mosby. p.141

12

2.2.3

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas amalgam.

1. Perbandingan Merkuri dan alloy Jumlah merkuri dan alloy yang akan digunakan disebut sebagai rasio merkuri : alloy, yang menunjukkan berat merkuri dan alloy yang akan digunakan untuk suatu teknik tertentu. Misalnya, rasio merkuri : alloy 4 :5, kadang-kadang dalam instruksi pabrik telah dicantumkan persentasi berat air raksa yang harus digunakan di dalam campuran. Perbandingan yang dianjurkan berbeda-beda sesuai dengan perbedaan komposisi alloy, ukuran partikel, bentuk partikel, dan suhu yang digunakan.Terlepas dari angka perbandingannya adalah hal yang sangat penting pada teknik air raksa minimal. Jika kandungan merkuri agak rendah, campuran amalgamnya bisa kering dan kasar serta tidak ada cukup matriks untuk mengikat keseluruhan massa. Penggunaan merkuri yang terlalu sedikit akan melemahkan kekuatan amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi, sama seperti penggunaan merkuri yang terlalu banyak, daya tahan terhadap korosinya juga menurun.2,5

2. Triturasi Tujuan dari triturasi adalah amalgamasi yang benar dari merkuri dan alloy. Waktu triturasi yang pendek (undertrituration) ataupun yang panjang

(overtrituration) akan mengurangi compressive dan tensile strength karena ada kekosongan dan karena tidak terbentuknya fase 1 sehingga partikel-partikel amalgam tidak berikatan seluruhnya. Amalgam yang overtriturasi mempunyai konsistensi yang kental dan kekuatan yang lemah karena pembantukan fase 1 yang berlebihan.4,5

13

3. Kondensasi Tujuan kondensasi adalah memadatkan alloy ke dalam kavitas yang sudah dipreparasi sehingga tercapai kepadatan yang maksimal, dengan cukup merkuri yang tetinggal untuk menjamin kelanjutan tahap matriks di antara partikel-partikel alloy yang ada. Tekanan kondensasi berpengaruh terhadap kekuatan amalgam. Kekuatan yang diberikan selama kondensasi adalah sekitar 1-50 N dan hal ini tergantung pada bentuk dan ukuran partikel alloy. Tekanan kondensasi yang lebih besar dianjurkan untuk meminimalkan porositas dan mengeluarkan kelebihan merkuri dari lathecut amalgam.5

4. Efek laju pengerasan amalgam Amalgam tidak memperoleh kekuatan secepat yang kita inginkan, sebagai contoh, pada akhir menit ke-20, compressive strength hanya 6% dari kekuatan sesudah 1 minggu. Spesifikasi ADA menyebutkan compressive strength minimal adalah 80 MPa pada 1 jam. compressive strength 1 jam dari amalgam komposisi tunggal yang kandungan tembaganya tinggi sangat besar. Setelah 8 jam, amalgam umumnya sudah mempunyai 70% dari kekuatan totalnya.4,5

2.3

Kegunaan semen base. A. Luting agent Istilah semen mangandung arti bahwa material digunakan sebagai luting.

Walaupun sering digunakan untuk fungsi lain. Semen dental melekatkan restorasi pada tempatnya dengan retensi mikromekanikal dan makromekanikal. Beberapa semen dental adhesif melalui ikatan kimia, tetapi kebanyakan tidak adhesif.14

14

B. Proteksi pulpa Semen dental juga digunakan sebagai intermediet base atau liner ketika ketebalan dentin yang tersisa kurang dari 2mm. Base dan liner diletakkan di atas dentin di antara pulpa dan bahan restorasi. Karena kelarutan semen dental lebih besar dari bahan restorasi, base dan liner tidak diaplikasikan pada tepi restorasi.14

1. Liner Liner digunakan untuk memproteksi pulpa dari iritasi kimia. Liner dapat menstimulasi pembentukan dentin sekunder atau membebaskan fluorida. Karena fungsinya untuk melindungi pulpa dari iritasi bahan tumpat, sehingga bahan pelapisnya sendiri jangan sampai merupakan bahan yang iritatif. Fungsi lainnya adalah sebagai kelengkapan suatu tumpatan dan membantu pengobatan. Liner terlalu tipis untuk mencegah thermal insulation dan terlalu lemah untuk mendukung bahan restorasi dan menahan tekanan kondensasi amalgam. 14 Fungsi protektifnya terutama berupa pencegahan kuman atau toksinnya yang umumnya terdapat disekitar tumpatan, memasuki tubulus dan mengiritasi pulpa. Selapis tipis pelapik diaplikasikan di dasar kavitas, dinding aksial, dan dinding gingival untuk menutupi dentin yang terbuka. Dinding gingival sangat penting untuk dilapik karena setiap millimeter perseginya berisikan banyak sekali tubulus tetapi dentin sklerotiknya sedikit sekali. Akan sangat bermanfaat jika bahan pelapis juga merupakan bahan yang bersifat bakteriostatika. Di Amerika Utara, istilah yang digunakan adalah basis, bukan pelapis, dan yang disebut pelapis kavitas (cavity liner)

15

adalah suatu pernis yang mengandung kalsium hidroksida atau Zn.O. Liner sering dilindungi dengan bahan base seperti semen Zink Fosfat.7

2. Base Base lebih kuat dan tebal dibanding liner. Base memberikan thermal insulation. Beberapa dapat mendukung bahan restorasi dan melepaskan fluor. Beberapa base juga dapat mengiritasi pulpa sebelum setting. Restorasi logam adalah restorasi yang bisa menghantar panas dan telah sejak lama dianggap perlu meletakkan base di bawahnya agar pulpa terlindung dari renjatan suhu. Akan tetapi Braden pada tahun 1964 meragukan manfaat prosedur demikian. Braden berpendapat bahwa dentin sendiri merupakan isolator yang lebih baik daripada bahan pelapik yang dapat diperoleh saat itu yang hanya efektif jika diberikan dalam ketebalan tertentu, sedangkan kebanyakan pelapik kalau dipotong melintang ternyata merupakan lapisan tipis saja. Brannstrom (1982) menyokong pendapat ini yakni bahwa pelapikan diatas kavitas yang dalam agar pulpa terlindung dari renjatan suhu, yang berbeda dengan pendapat konvensional.7,14

2.4 2.4.1

Semen base polikarboksilat Gambaran umum. Semen polikarboksilat dikembangkan pada tahun 1960 oleh Dennis Smith

dalam sebuah usaha untuk menghindari kemungkinan kerusakan pulpa yang dihubungkan dengan pH rendah dari semen konvensional. (misalnya : semen Zink Fosfat).8

16

Semen polikarboksilat merupakan dental material pertama yang adhesif yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi. Semen polikarboksilat berikatan dengan struktur gigi. Semen polikarboksilat tidak bersifat asam seperti semen Zink Fosfat, biokompatibel. Semen polikarboksilat tidak terlalu kuat dan daya larut moderat.14

2.4.2

Komposisi dan Kimiawi. Semen polikarboksilat adalah sistem bubuk-cairan. Cairannya adalah larutan

air dari asam poliakrilat. Konsentrasi asam dapat bervariasi di antara satu semen dengan semen lainnya tetapi biasanya sekitar 40%.. Bubuknya mengandung ZinkOksida dengan sejumlah Magnesium Oksida. 5,15

2.4.3

Sifat umum. A. Sifat mekanis. Compressive strength dari semen polikarboksilat adalah sekitar 55 MPa (40-

70 MPa), relatif lebih rendah daripada semen Zink Fosfat. Namun kekuatan tarik sedikit lebih tinggi. Semen polikarboksilat tidak sekaku semen zink fosfat. 5,14,15

B. Daya larut. Daya larut semen di dalam air memang rendah, tetapi jika terpajan asam organic dengan pH 4,5 atau kurang, daya larutnya meningkat sangat besar. Selain itu penurunan rasio bubuk-cairan akan meningkatkan daya larut dan kecepatan disintegrasi secara nyata di dalam rongga mulut.5

17

2.4.4

Manipulasi semen base polikarboksilat. Pengadukan cairan semen ini sangat kental. Kekentalan adalah sebuah fungsi

dari berat molekuler dan konsentrasi dari asam poliakrilat, jadi akan bervariasi tergantung pada merek semennya. Dengan demikian, rasio bubuk : cairan yang dibutuhkan untuk mendapat semen dengan kekentalan yang memadai akan bervariasi dari suatu produk dengan produk lainnya.Pada umumnya, rasio ini adalah 1,5 bagian bubuk dengan 1 bagian cairan menurut beratnya. Semen ini harus dicampur pada permukaan yang tidak menyerap cairan.semen Zink polikarboksilat memiliki working time 1-2 menit.5,15

18

You might also like