You are on page 1of 3

PEMBAHASAN Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan pembuatan sediaan solid

(kapsul), serta melakukan uji yang terkait. Pembuatan sediaan kapsul sendiri diawali dengan pembuatan granul terlebih dahulu sebagai bahan pengisi dari kapsul. Metode granulasi yang digunakan adalah granulasi basah, Metode ini digunakan untuk zat aktif yang tahan terhadap pemanasan dan lembab. Prinsip dari metode ini adalah membasahi massa tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian massa basah tersebut digranulasi. Alat yang digunakan pada metode granulasi basah ini adalah ayakan no.12 dan fluidized bed dryer (FBD), serta bahan bahannya antara lain, Teofilin 40 gram, Avicel 40,02 gram, Emulsifiable Concentrate (EC) 4,002 gram, Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC) 4,002 gram, dan PVP 5% sebanyak 40 mL. Proses granulasi dimulai dengan menimbang semua bahan dan membuat PVP 5% yang dibuat dengan melarutkan 1,25 gram PVP dalam 100 mL air panas dan diaduk hingga mengental. Semua bahan yang sudah ditimbang, dicampur dan ditambah PVP 5% sedikit demi sedikit sampai terbentuk massa granul yang baik, lalu ditambahkan larutan pewarna berwarna kuning, kemudian diayak dengan menggunakan ayakan no.12 mesh. Setelah diayak, granul dikeringkan dengan menggunakan FBD hingga terbentuk granul kering. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kandungan air didalam granul,

melindungi granul dari pengaruh mikroorganisme, memperkecil volume serbuk, meningkatkan fluiditas atau sifat alir, serta melindungi obat dari pengaruh degradasi. Dengan data yang kami
dapatkan yaitu berat granul basah sebesar 137 gram, yang menghasilkan granul kering dengan berat 108,63 gram. Kemudian dihitung MC nya dengan rumus:

MC

= =

x 100%

Sebelum granul kering digunakan untuk pengisian kapsul, granul tersebut harus diuji terlebih dahulu yang meliputi uji waktu alir, uji kecepatan alir, uji pengamatan sudut diam, dan uji pengetapan. Uji waktu alir dan uji kecepatan alir dilakukan dengan cara mengisi granul secara perlahan lahan (melalui tepi corong) ke dalam corong pengukur kosong yang bagian bawahnya telah ditutup agar granul tersebar merata dalam corong , kemudian penutup corong bagian bawah dibuka dan dihitung kecepatan alirnya, Kemudian dilanjutkan dengan mengamati sudut diamnya dengan menggunakan jangka sorong, kedua uji ini dilakukan sebanyak 3 kali. Sedangkan uji pengetapan dilakukan dengan cara volumenometer kosong ditara, kemudian dituangkan granul secara perlahan lahan ke dalam gelas ukur sampai volume 100 mL ( catat sebagai Vo), lalu pasang gelas ukur pada alat, dan hidupkan motor, kemudian dicatat

perubahan volume setelah pengetapan (Vt). Pengetapan diteruskan sampai permukaan serbuk tidak turun lagi (volume sudah konstan, dan catat sebagai Vk), dan catat berat granulnya ( sebagai harga M). Hasil yang didapatkan untuk uji waktu alir adalah replikasi 1 = 10 detik ; replikasi 2 = 8 detik ; replikasi 3 = 7 detik ; dan rata rata = 8,33 detik. Dan hasil yang didapatkan untuk uji kecepatan alir adalah replikasi 1 = 5,625 g/dt ; replikasi 2 = 7,031 gram g/dt ; dan replikasi 3 = 8,036 g/dt ; dengan rata rata 6,9 g/dt. Dan hasil yang kami dapatkan pada uji pengamatan sudut diam ( ) adalah replikasi 1 memiliki sudut diam () = 33,265 ; replikasi 2 memiliki sudut diam () = 31,239 ; replikasi 3 memiliki sudut diam () = 32,347 , dengan harga M = 53,67 gram. Sedangkan pada uji pengetapan didapatkan hasil, Vo = 100, Vk = 87 , dan T = 3%. Sifat alir yang baik untuk granul adalah granul yang memiliki waktu alir, kecepatan alir, dan sudut diam yang stabil atau tetap, jika dibandingkan dengan granul yang kami uji, sifat alirnya sudah cukup baik.

Setelah dilakukan uji pada granul tersebut, granul diisikan ke dalam kapsul kosong dengan ukuran 0 yang mampu memuat 500 mg granul. Dari granul yang kami hasilkan, didapatkan 200 kapsul. Kapsul tersebut kemudian diuji dengan uji disolusi atau uji pelepasan obat, uji disolusi sendiri dilakukan dengan cara menimbang kapsul terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam tabung disolusi (khusus kapsul) dan dibiarkan tenggelam dalam medium aquades (1000 mL). Suhu percobaan dipertahankan kisaran 370,5C dengan kecepatan pengadukan 100 rpm. Uji disolusi dilakukan selama 30 menit dengan pengambilan sampel pada menit ke 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 sebanyak 5,0 mL. Sampel yang diambil diganti dengan medium disolusi baru dalam jumlah yang sama sehingga volume medium disolusi tetap. Sampel diukur absorbansinya pada spektrofotometer UV, lalu dihitung kadarnya. Sehingga hasil yang didapatkan adalah pada menit ke 5 kadar = 14,613 mg% dan 2,433 mg% ; pada menit ke

10 kadar = 14,955 mg% dan 14,973 mg% ; pada menit ke 15 kadar = 15 mg% dan 14,963 mg% ; pada menit ke 20 kadar = 14,979 mg% dan 15,42 mg% ; pada menit ke 25 kadar = 14,967 mg% dan 14,898 mg% ; dan pada menit ke 30 kadar = 14,835 mg% dan 16,457 mg%. Hasil uji disolusi yang baik adalah jika pada tiap menit pengambilan, kadar yang didapatkan semakin tinggi, dan jika dibandingkan dengan kapsul yang kami uji, pelepasannya kurang baik.

KESIMPULAN 1. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kandungan air didalam granul, melindungi granul dari pengaruh mikroorganisme, memperkecil volume serbuk, meningkatkan fluiditas atau sifat alir, serta melindungi obat dari pengaruh degradasi.

2. Semakin lama proses pengeringan kandungan air dalam granul semakin berkurang sehingga nilai MC ( Moisture Content ) semakin kecil pula. 3. Granul yang memiliki sifat alir yang baik adalah granul yang mampu mengalir dengan waktu dan kecepatan alir yang konstan (stabil), jika dibandingkan dengan granul yang kami uji, sifat alirnya cukup baik. 4. Berdasarkan uji disolusi yang kami lakukan, sediaan kapsul kami memiliki pelepasan obat yang kurang baik.

You might also like