Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak
akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih
bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya.
Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam
kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak
memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Dalam kelas kontektual,
tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih
banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).
1
baik. Pernyataan ini berdasarkan pendapat Johnson dan Smith (dalam Anita Lie, h.
5) bahwa, “Kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat
terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi
juga proses sosial yang terjadi ketika masing masing orang berhubungan dengan
yang lain dan membangun pengertian dan pengetahuan bersama”.
2
BAB II.PEMBAHASAN
Yang berkenan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks;
Yang membawa maksud, makna, dan kepentingan.
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang
holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar
dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks
pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan
yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif
pemahamannya.
3
Menurut Depdiknas ( 2003 : 5 ) ” Kontekstual ( Contextual Teaching and
Learning ) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam
kehidupan mereka sehari – hari ”. Pendekatan CTL diharapkan lebih bermakna
bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalaminya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa
makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana
mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi
kehidupannya nanti. Dalam kelas kontekstual, guru berusaha membantu siswa
mencapai tujuan. Maksudnya guru lebih bannyak berurusan dengan strategi
daripada memberi informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah
tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang
baru bagi siswa. Pengetahuan dan ketrampilan diperoleh dengan menemukan
sendiri bukan apa kata guru.
4
Kedua : CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi
yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyara, artinya siswa dituntut untuk dapat
menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan
nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang
ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan
berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam
erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
2. Saling menunjang
5. Pembelajaran terintegrasi
7. Siswa aktif
10. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar,
artikel, humor dan lain-lain
5
11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan
hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain.
1. Konstruktivisme
6
siswa, kecuali dengan kearifan siswa sendiri untuk bernalar; ( c ) siswa aktif
mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi perubahan konsep menuju
konsep yang lebih rinci, lengkap serta sesuai dengan konsep ilmiah; ( d ) guru
sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa
berjalan mulus.
2. Inkuiri
3. Bertanya ( Quesrioning )
7
Membangkitkan respon siswa
8
lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil
sharing dengan orang lain, antar teman, antar kelompok; yang sudah tahu
memberi tahu kepada yang belum tahu, yang pernah memiliki pengalaman
membagi pengalamannya kepada orang lain. Inilah hakekat dari masyarakat
belajar, masyarakat yang saling membagi.
Belajar yang baik adalah bersifat sosial. Satu relaah di Standvord University
( Dave Meieer, 2002 : 62 ) menemukan bahwa bimbingan belajar dari kawan itu
empat kali lebih efektif untuk meningkatkan prestasi di bidang matematika dan
membaca dibandingkan jika jumlah murit dalam kelas si kurangi atau waktu
pengajaran di perpanjang dan jauh lebih efektif dibandingkan dengan instruksi
individual dengan komputer.
Model pembelajaran dengan teknik ” Learning Community ” sangat membantu
proses pembelajaran di kelas. Prakteknya dalam pembelajaran terwujud dalam :
Pembentukan kelompok kecil
5. Pemodelan ( Modeling )
9
bagaimana cara memainkan alat musik, guru biologi memberikan contoh
bagaimana cara menggunakan termometer, dan lain sebagainya. Proses modeling
tidak sebatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga memanfaatkan siswa yang
dinggap memiliki kemampuan. Misalnya siswa yang pernah menjadi juara dalam
membaca puisi dapat disuruh untuk menampilkan kebolehannya di depan teman –
temannya, dengan demikian siswa dapat dianggap sebagai model. Medeling
merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui
modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoretis-abstrak yang
dapat memungkinkan terjadinya verbalisme.
6. Refleksi ( Reflection )
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru di pelajari atau
berpikir ke belakang tentang apa yang suda dilakukan di masa lalu. Refleksi
merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengalaman yang batu di
terima. Misalnya, ketika pelajaran berakhir, siswa merenung ” kalau begitu, cara
saya menyimpan file selama ini salah, mestinya dengan cara yang batu saya
pelajari, sehingga file dalam komputer saya lebih tertata. Pengetahuan diperoleh
melalui proses, pengetahuan dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajara
yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru membantu siswa membuat
hubungan – hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan
pengetahuan yang baru. Dengan begitu siswa merasa memperoleh sesuatu yang
berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya. Refleksi mejawab
pertanyaan kaum behaviorisme yang memisahkan aspek jasmani manusia dengan
aspek rohaninya. Selama ini siswa menjalani pembelajaran dengan statis dan
tanpa variasi. Jarang sekali mereka diberi kesempatan untuk ” diam sejenak ” dan
berpikir tentang apa yang baru saja mereka lakukan atau pelajari. Waktu amat
cepat berlalu, semua terbutu – buru dan mungkin memang tidak sempat
melakukannya.
7. Penilaian Nyata ( Authentic Assessment )
10
digunakan terbatas pada penggunaan tes. Dengan tes dapat diketahui seberapa
jauh siswa telah menguasai materi pelajaran. Dalam CTL, keberhasilan
pembelajaran tidak hannya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual
saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek. Oleh sebab itu, penilaian
keberhasilan tidak hannya ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti tes, akan
tetapi juga proses belajar melalui penilaian nyata. Penilaian nyata (Authentic
Assessment ) adalah prose yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi
tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini dilakukan
untuk mengetahui apakah siswa benar – benar belajar atau tidak; apakah
pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang posirif terhadap perkembangan
baik intelektual maupun mental siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara
terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus –
menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya
diarahkan kepada prose belajar bukan kepada hasil belajar.
(Model Lama)
11
2. Inquiri
5. Pemodelan
7. Penilaian Otentik
Penilaian proses dan hasil, pengalaman belajar, tes dan non tes multi
aspects.(Model Baru) Penilaian hasil, paper and pencil test, kognitif.(Model
Lama)
12
Peran Guru dan Siswa Dalam CTL
Apa yang saya dengar, lihat dan diskusikan saya mulai mengerti
Apa yang saya lihat, dengar, diskusikan dan kerjakan saya dapat pengetahuan dan
ketrampilan Apa yang saya ajarkan saya kuasai
Setiap siswa mempunyai gaya yang berbada dalam belajar. Perbedaan yang
dimiliki siswa tersebut oleh Bobbi Deporter ( 1992 ) dinamakan sebagai unsur
modalitas belajar. Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap guru harus
memahami tipe belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya
mengajar tehadap gaya belajar siswa. Dalam proses pembelajaran konvensional,
hal ini sering terlupakan sehingga proses pembelajaran tak ubahnya sebagai
proses pemaksaan kehendak, yang menurut Paulo Freire sebagai sistem
penindasan.
Kearifan siswa tidak saja dalam menerima informasi tetapi juga dalam memproses
informasi tersebut secara efektif, otak membantu melaksanakan refleksi baik
secara eksternal maupun internal. Belajar secara pasif tidak ” hidup ”, karena
siswa mengalami proses tanpa rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan dan tanpa daya
tarik pada hasil, sedangkan secara aktif siswa dituntut mencari sesuatu sehingga
dalam pembelajaran seluruh potensi siswa akan terlibat secara optimal.
13
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru manakala
menggunakan pendekatan CTL :
14
BAB III.PENUTUP
III.1Kesimpulan
15
Pendekatan Contextual Teaching and Learning ( CTL ) dapat diterapkan
pada semua mata pelajaran dan dapat dijalankan tanpa harus merubah kurikulum
dan tatanan yang ada. Pendekatan Contextual Teaching and Learning ( CTL )
hanyalah sebuah strategi pembelajaran sepertihalnya strategi pembelajarn lain.
Pendekatan kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran lebih
produktif dan bermakna. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melalui ” mengalami ” bukan ” menghafal ”.
III.2 Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
http://bandono.web.id/2008/03/07/menyusun-model-pembelajaran-contextual-
teaching-and-learning-ctl/
http://samrit-amq.blogspot.com/2008/01/makalah-ini-disampaikan-pada-
seminar.html
http://kidispur.blogspot.com/2009/02/mengapa-harus-contextual-teaching-
and.html
http://paknewulan.multiply.com/reviews/item/3
17
(Lampiran)
1. Yeni
Jawaban :
2. Sistya
Jawaban :
3. Sri wulandari
Jawaban :
18
Contoh dari penilaian non-test,multi aspects yaitu guru bias
mengetahui apakah siswanya telah paham atau tidak dengan/melalui
pemberian masalah dan melalui ada tidaknya pertanyaan dari siswa. Itu
merupakan salah satu contoh dari penilaian non-test
4. Tri ira
Jawaban :
5. Rina
Jawaban :
19
20