You are on page 1of 20

BAB I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pendekatan kontektual(Contextual Teaching and Learning /CTL)


merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu,
hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan
mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.

Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak
akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih
bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya.
Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam
kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak
memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Dalam kelas kontektual,
tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih
banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).

Proses pengajaran akan lebih hidup dan menjalin kerjasama diantara


siswa, maka proses pembelajaran dengan paradigma lama harus diubah dengan
paradigma baru yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berpikir, arah
pembelajaran yang lebih kompleks tidak hanya satu arah sehingga proses belajar
mengajar akan dapat meningkatkan kerjasama diantara siswa dengan guru, siswa
dengan siswa maka dengan demikian siswa yang kurang akan dibantu oleh siswa
yang lebih pintar sehingga proses pembelajaran lebih hidup dan hasilnya lebih

1
baik. Pernyataan ini berdasarkan pendapat Johnson dan Smith (dalam Anita Lie, h.
5) bahwa, “Kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat
terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi
juga proses sosial yang terjadi ketika masing masing orang berhubungan dengan
yang lain dan membangun pengertian dan pengetahuan bersama”.

Berdasarkan pandangan diatas, maka permasalahan yang muncul adalah


bagaimana upaya guru untuk meningkatkan hasil balajar siswa dengan pendekatan
yang tepat. Salah satu pendekatan pembelajaran yang yang dapat meningkatkan
kreativitas siswa adalah pendekatan kontektual. Dengan pendekatan kontekstual,
siswa diarahkan untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Melihat hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah untuk
menemukan sebuah alternatif pemecahan masalah dalam upaya meningkatkan
kualitas pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu
solusinya yaitu dengan mengembangkan suatu pendekatan pembelajaran yang
membuat siswa lebih senang dan lebih termotivasi untuk belajar.

I.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Contextual Teaching and Learning (CTL) ?

2. Sebutkan Asas – asas CTL dan bagaimana penerapan CTL dalam


pembelajaran ?

3. Bagaimana perbandingan pendekatan CTL dengan pendekatan


tradisional ?

4. Apa peran guru dan siswa dalam CTL ?

2
BAB II.PEMBAHASAN

Pengertian dan Konsep dasar Strategi Pembelajaran CTL :

Kata kontekstual ( contextual ) berasal dari kata context yang berarti ”


hubungan, konteks, suasana dan keadaan ( konteks ) ”. ( KUBI, 2002 : 519 ).
Sehingga Contextual Teaching and Learning ( CTL ) dapat diartikan sebagai suatu
pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu. Secara umum
contextual mengandung arti :

Yang berkenan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks;
Yang membawa maksud, makna, dan kepentingan.
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang
holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar
dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks
pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan
yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif
pemahamannya.

CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu


guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
masyarakat.

3
Menurut Depdiknas ( 2003 : 5 ) ” Kontekstual ( Contextual Teaching and
Learning ) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam
kehidupan mereka sehari – hari ”. Pendekatan CTL diharapkan lebih bermakna
bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalaminya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa
makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana
mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi
kehidupannya nanti. Dalam kelas kontekstual, guru berusaha membantu siswa
mencapai tujuan. Maksudnya guru lebih bannyak berurusan dengan strategi
daripada memberi informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah
tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang
baru bagi siswa. Pengetahuan dan ketrampilan diperoleh dengan menemukan
sendiri bukan apa kata guru.

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau


menerapkan sendiri ide – ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan
dengan sadar menggunakan strategi – strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru
dapat memberi siswa tangga yang dapat membantu siswa mencapai tingkat
pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa sendiri yang
memanjat tangga tersebut ( Depdiknas, 2002 : 4 ).

CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses


keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari
dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dari konsep diatas
terdapat tiga hal yang harus kita pahami :

Pertama : CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan


materi, artinya proses belajar dioryentasikan pada proses pengalaman secara
langsung.

4
Kedua : CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi
yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyara, artinya siswa dituntut untuk dapat
menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan
nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang
ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan
berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam
erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.

Ketiga : CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan,


artinya CRL bukan hannya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang
dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai
perilakunya dalam kehidupan sehari – hari.

Sehubungan dengan hal itu, Terdapat beberapa karakterristik dalam proses


pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL yakni :
1. Kerjasama

2. Saling menunjang

3. Menyenangkan, tidak membosankan

4. Belajar dengan bergairah

5. Pembelajaran terintegrasi

6. Menggunakan berbagai sumber

7. Siswa aktif

8. Sharing dengan teman

9. Siswa kritis guru kreatif

10. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar,
artikel, humor dan lain-lain

5
11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan
hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain.

Asas – Asas CTL :

1. Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan


baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut
pengembang filsafal konstruktivisme Mark Baldawin dan diperdalam oleh Jean
Piage menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hannya dari objek
semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap
setiap objek yang diamatinya.
Siswa perlu dikondisikan untuk terbiasa memecahkan masalah, menemukan hal –
hal yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan gagasan – gagasan. Guru tidak
akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus
mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori
konstruktivis adalah bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan
suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan dapat dijadikan milik mereka
sendiri. Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses
mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa
membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses
pembelajaran (Wina Sanjaya : 2006)
Menurut Suparno ( 1997 : 49 ) secara garis besar prinsip – prinsip konstruktivisme
yang diambil adalah : ( a ) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara
personal maupun secara sosial; ( b ) pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke

6
siswa, kecuali dengan kearifan siswa sendiri untuk bernalar; ( c ) siswa aktif
mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi perubahan konsep menuju
konsep yang lebih rinci, lengkap serta sesuai dengan konsep ilmiah; ( d ) guru
sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa
berjalan mulus.

2. Inkuiri

Asas kedua dalam pembelajaran CTL adalah inkuiri. Artinya, proses


pembelajaran didasarkan pada pencapaian dan penemuan melalui proses berpikir
secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat,
akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses
perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang hatus dihafal,
akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat
menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.

3. Bertanya ( Quesrioning )

Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.


Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingin tahuan setiap individu;
sedangkan menjawa pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam
bepikir. Dalam proses pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan
informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan
sendiri. Karena itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan –
pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan
setiap materi yang di pelajarinya.Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan
bertanya berguna untuk :
Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis

Mengecek pemahaman siswa

7
Membangkitkan respon siswa

Mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa

Mengetahui hal – hal yang sudah diketahui siswa

Menfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang di kehendaki guru

Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa

Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa

Kegiatan ” bertanya ” menjawab permasalahan gaya pendidikan lama yang


menganggap bahwa ” tong kosong nyaring bunyinya ” atau ” berbicara adalah
perak tetapi diam adalah emas ”. Banyak bertanya sering kali tidak di tanggapi
dengan positif oleh guru maupun teman – teman. Kelas bukan merupakan tempat
yang aman untuk ” berbuat kesalahan ” dan eksplorasi. Anak kecil dalam
kepoloson belajarnya justru sering kali bertanya banyak hal yang terkadang
membingungkan orang tua seperti ” kenapa langit warnanya biru ? bagaimana
adik bisa berada di perut ibu ”. Sekali lagi seiring perjalanan pendidikan kita,
kepolosan dan kekritisan tidak semakin terasah tetapi justruh sebaliknya. Siswa
menjadi malas dan bahkan apatis terhadap kegiatan belajar yang dirasa sebagai
siksaan.

4. Masyarakat Belajar ( Learning Community )

Leo Semenovich Vygotsky, seorang psikolog Rusia, menyatakan bahwa


pengetahuan dan pemahaman anak ditopang bannyak oleh komunikasi dengan
orang lain. Suatu permasalahan tidak mungkin dapat di pecahkan sendiri, tetapi
mebutuhkan bantuan orang lain. Kerjasama saling memberi dan menerima sangat
dibutuhkan untuk memecahkan suatu persoalan. Konsep masyarakat belajar
( learning communty ) dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajarn deperoleh
melalui kerjasama dengan orang lain. Kerjasama itu dapat dilakukan dalam
berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara formal naupun dalam

8
lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil
sharing dengan orang lain, antar teman, antar kelompok; yang sudah tahu
memberi tahu kepada yang belum tahu, yang pernah memiliki pengalaman
membagi pengalamannya kepada orang lain. Inilah hakekat dari masyarakat
belajar, masyarakat yang saling membagi.
Belajar yang baik adalah bersifat sosial. Satu relaah di Standvord University
( Dave Meieer, 2002 : 62 ) menemukan bahwa bimbingan belajar dari kawan itu
empat kali lebih efektif untuk meningkatkan prestasi di bidang matematika dan
membaca dibandingkan jika jumlah murit dalam kelas si kurangi atau waktu
pengajaran di perpanjang dan jauh lebih efektif dibandingkan dengan instruksi
individual dengan komputer.
Model pembelajaran dengan teknik ” Learning Community ” sangat membantu
proses pembelajaran di kelas. Prakteknya dalam pembelajaran terwujud dalam :
Pembentukan kelompok kecil

Pembentukan kelompok besar

Mendatangkan ” ahli ke kelas ( tokoh, olah ragawan, dokter, perawat, petani,


pengurus organisasi, polisi, tukang kayu dll ).

Bekerja dengan kelas sederajat

Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya

Bekerja dengamn masyarakat

5. Pemodelan ( Modeling )

Yang dimaksud dengan asas modeling adalah proses pembelajaran dengan


memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
Misalnya : Guru memberikan contoh bagaimana cara mengoperasikan sebuah alat,
atau bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing, guru olah raga memberikan
contoh bagaimana cara melempar bola, guru kesenian memberikan contoh

9
bagaimana cara memainkan alat musik, guru biologi memberikan contoh
bagaimana cara menggunakan termometer, dan lain sebagainya. Proses modeling
tidak sebatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga memanfaatkan siswa yang
dinggap memiliki kemampuan. Misalnya siswa yang pernah menjadi juara dalam
membaca puisi dapat disuruh untuk menampilkan kebolehannya di depan teman –
temannya, dengan demikian siswa dapat dianggap sebagai model. Medeling
merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui
modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoretis-abstrak yang
dapat memungkinkan terjadinya verbalisme.
6. Refleksi ( Reflection )

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru di pelajari atau
berpikir ke belakang tentang apa yang suda dilakukan di masa lalu. Refleksi
merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengalaman yang batu di
terima. Misalnya, ketika pelajaran berakhir, siswa merenung ” kalau begitu, cara
saya menyimpan file selama ini salah, mestinya dengan cara yang batu saya
pelajari, sehingga file dalam komputer saya lebih tertata. Pengetahuan diperoleh
melalui proses, pengetahuan dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajara
yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru membantu siswa membuat
hubungan – hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan
pengetahuan yang baru. Dengan begitu siswa merasa memperoleh sesuatu yang
berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya. Refleksi mejawab
pertanyaan kaum behaviorisme yang memisahkan aspek jasmani manusia dengan
aspek rohaninya. Selama ini siswa menjalani pembelajaran dengan statis dan
tanpa variasi. Jarang sekali mereka diberi kesempatan untuk ” diam sejenak ” dan
berpikir tentang apa yang baru saja mereka lakukan atau pelajari. Waktu amat
cepat berlalu, semua terbutu – buru dan mungkin memang tidak sempat
melakukannya.
7. Penilaian Nyata ( Authentic Assessment )

Proses pembelajaran konvensional yang sering dilakukan guru pada saat


ini, biasanya ditekankan pada aspek intelektual sehingga alat evaluasi yang

10
digunakan terbatas pada penggunaan tes. Dengan tes dapat diketahui seberapa
jauh siswa telah menguasai materi pelajaran. Dalam CTL, keberhasilan
pembelajaran tidak hannya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual
saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek. Oleh sebab itu, penilaian
keberhasilan tidak hannya ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti tes, akan
tetapi juga proses belajar melalui penilaian nyata. Penilaian nyata (Authentic
Assessment ) adalah prose yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi
tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini dilakukan
untuk mengetahui apakah siswa benar – benar belajar atau tidak; apakah
pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang posirif terhadap perkembangan
baik intelektual maupun mental siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara
terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus –
menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya
diarahkan kepada prose belajar bukan kepada hasil belajar.

Penerapan CTL dalam pembelajaran

Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan


cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan engkonstruksi sendiri pengetahuan
dan ketrampilan baru. Lakukan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua
toipik. Kembangkan sifat keingin tahuan siswa dengan cara bertanya. Ciptakan
masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). Hadirkan model sebagai
contoh dalam pembelajaran. Lakukan refleksi pada akhir pertemuan.

Perbandingan Pendekatan CTL dengan Pendekatan Tradisional


1. Konstruktivisme

Belajar berpusat pada siswa untuk mengkonstruksi bukan menerima.


(Model Baru) Belajar yang berpusat pada guru, formal, serius.

(Model Lama)

11
2. Inquiri

Pengetahuan diperoleh dengan menemukan, menyatukan rasa, karsa dan


karya.(Model Baru) Pengetahuan diperoleh siswa dengan duduk manis, mengingat
seperangkat fakta, memisahkan kegiatan fisik dengan intelektual.(Model Lama)
3. Bertanya

Belajar merupakan kegiatan produktif, menggali informasi, menghasilkan


pengetahuan dan keputusan.(Model Baru) Belajar adalah kegiatan konsumtif,
menyerap informasi menghasilkan kebingungan dan kebosanan.(Model Lama)
4. Masyarakat Belajar

Kerjasama dan maju bersama, saling membantu.(Model Baru)


Individualistis dan persaingan yang melelahkan.(Model Lama)

5. Pemodelan

Pembelajaran yang Multi ways, mencoba hal – hal baru, kreatif.(Model


Baru)
Pembelajaran yang One way, seragam takut mencoba, takut salah.(Model Lama)
6. Refleksi

Pembelajaran yang komprehensif, evaluasi diri sendiri/internal dan


eksternal.(Model Baru) Pembelajaran yang terkotak – kotak, mengandalkan
respon eksternal/guru.(Model Lama)

7. Penilaian Otentik

Penilaian proses dan hasil, pengalaman belajar, tes dan non tes multi
aspects.(Model Baru) Penilaian hasil, paper and pencil test, kognitif.(Model
Lama)

12
Peran Guru dan Siswa Dalam CTL

Konsep belajar aktif sudah dikembangkan oleh Confusius, 2400 tahun


yang silam dengan mengemukakan teori sebagai berikut, selanjutnya Mel
Silberman dalam bukunya ” Active Learning ”, 101 Strategi Pembelajaran Aktif,
2002 mengembangkan pernyataan Confusius Belajar Aktif sebagai berikut :

Apa yang saya dengar saya lupa

Apa yang saya lihat saya ingat sedikit

Apa yang saya dengar, lihat dan diskusikan saya mulai mengerti

Apa yang saya lihat, dengar, diskusikan dan kerjakan saya dapat pengetahuan dan
ketrampilan Apa yang saya ajarkan saya kuasai

Setiap siswa mempunyai gaya yang berbada dalam belajar. Perbedaan yang
dimiliki siswa tersebut oleh Bobbi Deporter ( 1992 ) dinamakan sebagai unsur
modalitas belajar. Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap guru harus
memahami tipe belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya
mengajar tehadap gaya belajar siswa. Dalam proses pembelajaran konvensional,
hal ini sering terlupakan sehingga proses pembelajaran tak ubahnya sebagai
proses pemaksaan kehendak, yang menurut Paulo Freire sebagai sistem
penindasan.
Kearifan siswa tidak saja dalam menerima informasi tetapi juga dalam memproses
informasi tersebut secara efektif, otak membantu melaksanakan refleksi baik
secara eksternal maupun internal. Belajar secara pasif tidak ” hidup ”, karena
siswa mengalami proses tanpa rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan dan tanpa daya
tarik pada hasil, sedangkan secara aktif siswa dituntut mencari sesuatu sehingga
dalam pembelajaran seluruh potensi siswa akan terlibat secara optimal.

13
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru manakala
menggunakan pendekatan CTL :

I. Siswa dalam pembelajaran dipandang sebagai individu yang sedang


berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Anak bukanlah
orang dewasa dalam bentuk kecil, melainkan organisme yang sementara
berada pada tahap – tahap perkembangan. Kemampuan belajar akan sangat
ditentukan oleh tikat perkembangan dan pengalaman mereka. Dengan
demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang
memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar
mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
2. Siswa memiliki kecenderungan untuk belajar hal – hal yang baru dan
penuh tantangan. Kegemaran anak adalah mencoba hal – hal yang
dianggap aneh dan baru. Oleh karena itulah belajar bagi mereka adalah
mencoba memecahkan setiap persoalan yang menantang. Dengan
demikian, guru berperan dalam memilih bahan – bahan belajar yang
dianggap penting untuk dipelajari oleh siswa.
3. Balajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau
keterhubungan antara hal – hal yang baru dengan hal – hal yang sudah di
ketehui. Dengan demikian, peranan guru adalah membantu agar setiap
siswa mampu menemukan keterkaitan antara pengalaman baru dengan
pengalaman sebelumnya.
4. Belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada
( asimilasi ) atau proses pembentukan skema ratu atau ( akomodasi ),
dengan demikian tugas guru adalah memfasilitasi ( mempermudah ) agar
anak mampu melakukan proses asimilasi dan proses akomodas

14
BAB III.PENUTUP

III.1Kesimpulan

Contextual Teaching and Learning ( CTL ) adalah konsep belajar yang


membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari – hari. Pendekatan
CTL memiliki tujuh asas dalam pembelajaran diantaranya : Konstruktivisme,
inquiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang
sesungguhnya. Satu kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL, jika
menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya.

Tujuan utama diterapkannya pendekatan Contextual Teaching and


Learning ( CTL ) dalam pembelajaran IPS adalah agar peserta didik dapat
menghubungkan pelajaran IPS yang mereka pelajari dengan kondisi nyata mereka
sehari – hari. Siswa dengan sadar akan mengerti apa makna dari belajar tersebut,
mereka akan sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi kehidupan nanti.
Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami apa yang dipelajarinya, bukan
semata – mata mengetahuinya saja.

15
Pendekatan Contextual Teaching and Learning ( CTL ) dapat diterapkan
pada semua mata pelajaran dan dapat dijalankan tanpa harus merubah kurikulum
dan tatanan yang ada. Pendekatan Contextual Teaching and Learning ( CTL )
hanyalah sebuah strategi pembelajaran sepertihalnya strategi pembelajarn lain.
Pendekatan kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran lebih
produktif dan bermakna. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melalui ” mengalami ” bukan ” menghafal ”.

III.2 Saran

Sebaiknya dalam rangka menjaring hasil kerja siswa, hendaknya


pelaksanan penilaian dapat dilakukan dalam bentuk, tes tertulis, penampilan
(performance), penugasan atau proyek, dan portofolio. Tugas yang diberikan
dapat berbentuk tugas individual maupun tugas kelompok. Dalam membuat
penilaian yang akurat dan adil guru harus bersikap optimal yaitu : 1)
memanfaatkan berbagai bukti hasil kerja siswa dari sejumlah penilaian yang
dilakukan dengan berbagai strategi dan cara, 2) membuat keputusan yang adil
terhadap penguasaan kemampuan siswa dengan mempertimbangkan hasil kerja
yang dikumpulkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://bandono.web.id/2008/03/07/menyusun-model-pembelajaran-contextual-
teaching-and-learning-ctl/

http://samrit-amq.blogspot.com/2008/01/makalah-ini-disampaikan-pada-
seminar.html

http://kidispur.blogspot.com/2009/02/mengapa-harus-contextual-teaching-
and.html

http://paknewulan.multiply.com/reviews/item/3

17
(Lampiran)

1. Yeni

Dalam pemodelan, terdapat istilah multiways. Apa yang dimaksud


dengan multiways ?

Jawaban :

Maksud dari pembelajaran multiways yaitu siswa diharuskan mencari


hal-hal baru dan kreatif. Misal, dalam pembelajaran matematika materi
phytagoras, siswa diharapkan bias menemukan dari mana asal untuk mencari
rumus tersebut bukan hanya menerima rumus saja tetapi mencari tahu dari
mana asal rumus tersebut,sehingga terjadi interaksi antara guru dengan murid.

2. Sistya

Apa yang dimaksud pembelajaran komprehensif dan pembelajaran


terkotak-kotak? Apa perbedaannya?

Jawaban :

Pembelajaran komprehensif dalam CTL mengandung maksud,berhasil


tidaknya proses belajartegantung dari siswa sendiri,dengan refleksi diri
sendiri. Sedangkan maksud pembelajaran terkotak-kotak dalam metode
tradisional, maksudnya ada siswa yang menguasai materi, ada yang belum
,ada juga yang tidak mengerti sama sekali. Hal ini dikarenakan siswa bersifat
konsumtif, sumber materi semuanya berasal dari guru,bukan hasil menemukan
sendiri

3. Sri wulandari

Berikan contoh dari penilaian non-test,multi aspects?

Jawaban :

18
Contoh dari penilaian non-test,multi aspects yaitu guru bias
mengetahui apakah siswanya telah paham atau tidak dengan/melalui
pemberian masalah dan melalui ada tidaknya pertanyaan dari siswa. Itu
merupakan salah satu contoh dari penilaian non-test

4. Tri ira

Apakah semua materi matematika bisa disampaikan dengan


CTL?Bagaimana cara mengoptimalkannya?

Jawaban :

Materi matematika semuanya bisa disampaikan dengan CTL, tetapi


ada beberapa materi yang tidak bias disampaikan secara langsung dalam
pembelajaran matematika. Cara mengoptimalkannya yaitu dengan asas-asas
CTL tersebut dan dengan pembentukan kelompok agar siswa dapat
bekerjasama. Selain itu juga dengan mendatangkan langsung objek yang akan
dipelajari.

5. Rina

Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari CTL?

Jawaban :

Kelebihan : pembelajaran lebih bermakna, lebih meninggalkan kesan


yang mendalam dibandingkan ingatan dengan hafalan

Kelemahan : memakan waktu yang lama karena harus menunggu


sampai siswa menemukan sendiri materi belajarnya. Akibatnya, waktu untuk
materi yang lain berkurang.

19
20

You might also like