You are on page 1of 10

Laboratorium Geologi Migas 2013

BAB I PENDAHULUAN
I.I Latarbelakang

Minyak Bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin petrus karang dan oleum minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental, berwarna coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi. Minyak Bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya. Minyak Bumi diambil dari sumur minyak di pertambangan-pertambangan minyak. Lokasi sumur-sumur minyak ini didapatkan setelah melalui proses studi geologi, analisis sedimen, karakter dan struktur sumber, dan berbagai macam studi lainnya. Setelah itu, minyak Bumi akan diproses di tempat pengilangan minyak dan dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan titik didihnya sehingga menghasilkan berbagai macam bahan bakar, mulai dari bensin dan minyak tanah sampai aspal dan berbagai reagen kimia yang dibutuhkan untuk membuat plastik dan obat-obatan. Minyak Bumi digunakan untuk memproduksi berbagai macam barang dan material yang dibutuhkan manusia.

Adhitya Fakhrul Hidayat 111.110.067 Plug : 3

Laboratorium Geologi Migas 2013

I.2

Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan utama analisa karogen dan kematangan batuan induk dalam eksplorasi hidrokarbon pada dasarnya meliputi menentukan potensi batuan induk, menentukan tipe kerogen dan kematangan batuan induk. Tujuan ini dapat dugunakan untuk memberikan gambaran dari arah migrasi Minyak bumi yang berguna untuk mngembangkan sumur pemboran dan menentukan kelanjutan dari penyelidikan pemboran.

Adhitya Fakhrul Hidayat 111.110.067 Plug : 3

Laboratorium Geologi Migas 2013

I.3 DASAR TEORI Analisa Jumlah organic pada batuan induk Jumlah material organik yang terdapat di dalam batuan sedimen dinyatakan sebagai Karbon Organik Total (TOC). Anlisis ini cukup murah, sederhana dan cepat. Biasanya memerlukan satu gram batuan, tetapi jika sample banyak material organik, jumlah yang lebih kecil dari satu g ram cukup.
Analisa TOC biasanya dilakukan dengan suatu alat penganilis karbon, Leco Carbo Anlyzer. Dimana tekniknya cukup sederhana, yaitu dengan membakar sample yang berbentuk bubuk, bebas mineral karbonat pada temperatur tinggi dengan bantuan oksigen. Semua karbon organik dirubah menjadi karbon dioksida, yang kemudian diperangkap dalam alat tersebut dan dilepaskan dalam suatu detector ketika pembakaran sudah usai jumlah karbon organik didalam batuan karbonat harus dihilangkan dalam sample dengan asam klorida sebelum pembakaran, karena mineral karbonat juga terurai selama pembakaran dan menghasilkan karbon dioksida. Sample dengan kandungan TOC rendah biasanya dianggap tidak mampu membentuk hidrokarbon yang komersial dan karena itu sample seprti biasanya tidak dianalisis lebih lanjut. Titik batas didiskualifikasi biasanya tidak merata, tetapi pada umumnya antara 0,5 dan 1% TOC. Sample yang terpilih, dianalisis lebih lanjut untuk tipe material organik yang dikandungnya. Jika penentuan TOC ditentukan terhadap sample inti bor, maka pengambilan sample tersebut didiasarkan pada litologi yang menarik. Sebelum melakukan penentuan TOC, teknisi harus membuang kontaminan dan material jatuhan. Jika terdapat lebih dari satu litologi dalam suatu sample, maka kita harus melakukan pengambilan material tertentu saja. Pendekatan lain adalah tanpa memilih materialnya dengan harapan agar kita mendapatkan harga yang mencerminkan keseluruhan sample. Kekurangan dari cara ini adalah kita secara tidak sadar mencampur material kaya yang seringkali jumlahnya relatuif sedikit dengan material yang tidak mengandung material organik (kosong) yang jumlahnya cukup banyak, sehingga akhirnya memberikan data yang membuat kita menjadi pesimis. Karena kedua cara tersebut berbeda, maka jika tidak seseorang kan melakukan interpretasi haruslah mengetahui metode mana yang telah ditempuh agar dapat menghasilkan interpretasi dengan akurasi tinggi.

Adhitya Fakhrul Hidayat 111.110.067 Plug : 3

Laboratorium Geologi Migas 2013

BAB II PEMBAHASAN II.1 Dasar Teori Rock-Eval Pyrolisis (REP) adalah simulasi proses hydrocarbon generation di

laboratorium dengan cara melakukan pemanasan bertahap pada sampel batuan induk dalam keadaan tanpa oksigen pada kondisi atmosfer inert dengan temperatur yang

Adhitya Fakhrul Hidayat 111.110.067 Plug : 3

Laboratorium Geologi Migas 2013

terprogram. Pemanasan ini memisahkan komponen organik bebas (bitumen) dan komponen organik yang masih terikat dalam batuan induk (Espitalie et al., 1977). Pemanasan pada sampel batuan dilakukan pada temperatur yang lebih tinggi dari pada kondisi sebenarnya, sehingga dapat dihasilkan hidrokarbon pada waktu yang lebih pendek/cepat.
a. S1 (free hydrocarbon) S1 menunjukkan jumlah hidrokarbon bebas yang dapat diuapkan tanpa melalui proses pemecahan kerogen. nilai S1 mencerminkan jumlah hidrokarbon bebas yang terbentuk insitu (indigeneous hydrocarbon) karena kematangan termal maupun karena adanya akumulasi hidrokarbon dari tempat lain (migrated hydrocarbon) untuk nilai S1 pada sumur beta adalah antara 0,09-0,25 b. S2 (pyrolisable hydrocarbon) S2 menunjukkan jumlah hidrokarbon yang dihasil melalui proses pemecahan kerogen yang mewakili jumlah hidrokarbon yang dapat dihasilkan batuan selama proses pematangan secara alamiah. Nilai S2 menyatakan potensi material organik dalam batuan yang dapat berubah menjadi petroleum. Harga S1 dan S2 diukur dalam satuan mg hidrokarbon/gram batuan (mg HC/g Rock) untuk nilai S2 pada sumur beta adalah antara 3,31-5,85

c. S3 S3 menunjukkan jumlah kandungan CO2 yang hadir di dalam batuan. Jumlah CO2 ini dapat dikorelasikan dengan jumlah oksigen di dalam kerogen karena menunjukkan tingkat oksidasi selama diagenesis dan untuk nilai S3 pada sumur beta adalah antara 0,52-2,59

Adhitya Fakhrul Hidayat 111.110.067 Plug : 3

Laboratorium Geologi Migas 2013

d. Tmax Nilai Tmax ini merupakan salah satu parameter geokimia yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kematangan batuan induk Harga Tmax yang terekam sangat dipengaruhi oleh jenis material organik. Kerogen Tipe I akan membentuk hidrokarbon lebih akhir

dibanding Tipe III pada kondisi temperatur yang sama. Harga Tmax sebagai indikator kematangan juga memiliki beberapa keterbatasan lain misalnya tidak dapat digunakan untuk batuan memiliki TOC rendah (<0,5) dan HI < 50. Harga Tmax juga dapat menunjukkan tingkat kematangan yang lebih rendah dari tingkat kematangan sebenarnya pada batuan induk yang mengandung resinit yang umum terdapat dalam batuan induk dengan kerogen tipe II (Peters, 1986) di dapat Tmax pada kedalaman 2895-3035 untuk sumur beta di dapatkan tipe karogen II/III yang mana lebih dominan tipe II nya. Kombinasi parameter parameter yang dihasilkan oleh Rock-Eval Pyrolisis dipergunakan sebagai indikator jenis serta kualitas batuan induk, antara lain : dapat

a.

Potential Yield (S1 + S2) Potential Yield (PY) menunjukkan jumlah hidrokarbon dalam batuan baik yang berupa

komponen volatil (bebas) maupun yang berupa kerogen. Satuan ini dipakai sebagai penunjuk

Adhitya Fakhrul Hidayat 111.110.067 Plug : 3

Laboratorium Geologi Migas 2013

jumlah total hidrokarbon maksimum yang dapat dilepaskan selama proses pematangan batuan induk dan jumlah ini mewakili generation potential batuan induk. b. Production Index (PI)

Potential Yield (PY), assuming immature sample, menunjukkan jumlah hidrokarbon dalam batuan baik yang berupa komponen bebas maupun yang berupa kerogen. Satuan ini dipakai sebagai penunjuk jumlah total hidrokarbon maksimum yang dapat dilepaskan selama proses pematangan batuan induk dan jumlah ini mewakili generation hydrocarbon source potential.
c. Hydrogen Index (HI) dan Oxygen Index (OI) HI merupakan hasil dari S2 x 100/TOC dan OI adalah S3 x 100/TOC. Kedua parameter ini harganya akan berkurang dengan naiknya tingkat kematangan. Harga HI yang tinggi menunjukkan batuan induk didominasi oleh material organik yang bersifat oil prone, sedangkan nilai OI tinggi mengindikasikan dominasi material organik gas prone. Waples (1985) menyatakan nilai HI dapat digunakan untuk menentukan jenis hidrokarbon utama dan kuantitas relatif hidrokarbon yang dihasilkan. Dari analisa kurva Hi vs Oi di dapatkan tipe karogen II/III yang mana pencampuran antara oil dan gas.

II.2

Profil Kedalaman VS Total Organic Carbon (TOC) Profil Kedalaman VS Total Organic Carbon (TOC) merupakan profil yang

menunjukkan jumlah material organic sebagai Total Organic Carbon untuk tiap kedalaman

Adhitya Fakhrul Hidayat 111.110.067 Plug : 3

Laboratorium Geologi Migas 2013

pada masing-masing Formasi Tawun dan Formasi Kujung. Analisa ini menggunakan sebuah alat penganalisis karbon yang disebut Carbon Analyzer. Didapatkan hasil dari analisa kurva TOC vs Depth didapatkan pada kedalaman 2895-2995 dengan rata-rata TOC nya 1,16 % dan terdapat anomali pada kedalaman 2905-2915 yaitu 1,25 %, 2965-2975 yaitu 1,32% dan 29752985 yaitu 1,61 %. Pada kedalaman 2995-3005 pada formasi Kujung memiliki nilai rata-rata TOC nya 1,09 % dan nilai antaranya 1,03%-1,!4 %. TOC keseluruhan di dapatkan Good II.3 Profil Kedalaman VS Ro Profil Kedalaman VS Ro merupakan profil yang menunjukkan tingkat kematangan batuan induk pada tiap kedalaman masing-masing formasi, di mana menurut para ahli, tingkat kematangan tersebut dipengaruhi atau dikontrol oleh suhu dan waktu. Tinggi atau rendahnya suhu dan lama atau atau singkatnya waktu akan menyebabkan terubahnya kerogen minyak bumi. Tingkat kematangan panas batuan induk akan mempengaruhi jenis minyak bumi yang terbentuk. Semakin tinggi tingkat kematangan panas batuan induk makan akan terbentuk minyak bumi jenis berat, minyak bumi ringan, kondensat, dan pada akhirnya gas. Didapatkan dari analisa tabel depth Vs RO pada kedalaman 2895-2975 memiliki nilai 0,51-0,58 dengan indikasikan belum matang dan pada kedalaman 2975-3035 memiliki nilai 0,60-0,68 dengan indikasikan matang.

II.4

Analisa Tipe Material Organik Salah satu penilaian batuan induk adalah tingkat kekayaan material organik yang

terdapat pada batuannya. Material Organik adalah organisme yang terawetkan dalam batuan. Kekayaan material organik pada batuan induk dinyatakan dalam TOC, atau total organic carbon. Faktor yang mempengaruhi preservasi material organik: konsentrasi dan sifat oksidator, bila oksidasi tinggi maka organisme sangat mudah mengalami pembusukan. tipe material organi yang terawetkan, misalnya: alga, kayu, dll kecepatan akumulasi sedimentasi, semakin cepat sedimen mengubur material organik, maka pembusukan dapat dihindari. Dari 3 faktor di atas, oksidasi merupakan faktor pengontrol utama. Preservasi material organik akan kaya bila kondisi:

Adhitya Fakhrul Hidayat 111.110.067 Plug : 3

Laboratorium Geologi Migas 2013

stagnan basin, kerapatan perlapisan Oksigen, semakin ke dasar air, semakin kecil. oxygen-minimum layer (OML): tingkat konsumsi oksigen lebih besar dari tingkat oksigen influx, sederhananya, jumlah oksigen yang ada tidak mencukupi laju konsumsi yang tinggi.

restricted cirlucation: hampir tidak ada sirkulasi air, influx (arus masuk) material organik sangat tinggi, aktivitas bakteri pengurai terbatas, umumnya terjadi di daerah swaps (rawa-rawa), lagoon.

Kualitas batuan induk berdasarkan nilai TOC nya dapat disimpulkan sebagai berikut: o Poor: 0-0.5 wt.% TOC o Fair: 0.5-1 wt.% TOC o Good: 1-2 wt.% TOC o Very good: 2-4 wt.% TOC o Excellent: >4 wt.% TOC II.5 Analisa Tipe Kerogen Selain TOC, dikenal juga istilah lain untuk karakterisasi batuan induk yaitu kerogen (Kerosene generator) yaitu komponen organik batuan induk yang tidak dapat larut dalam larutan organik biasa dan NaOH. Kerogen terbentuk dari organisme mati yang terpreservasi pada saat stase awal dari diagenesis dan litifikasi. Kerogen menjadi penting dikarenakan dapat dijadikan sebagai acuan untuk memprediksi jenis fluida yang akan mengisi reservoir berdasarkan tipe kerogen batuan induk. Tipe Kerogen: Tipe-1: jarang, material organiknya berasal dari green algae (ex: Botryococcus, etc) Tipe-2: umumnya terendapkan di laut, material organiknya berasal dari alga, cutile, resin, spores, pollen Tipe-3: pengaruh coastal sangat kuat, material organiknya kaya lignin, dan kandungan hidrogen rendah.

BAB III PENUTUP


Adhitya Fakhrul Hidayat 111.110.067 Plug : 3

Laboratorium Geologi Migas 2013

III.1 Kesimpulan Minyak bumi dan gas alam diduga berasal dari jasad renik lautan, tumbuhan dan hewan yang mati sekitar 150 juta tahun yang lalu. Dugaan tersebut didasarkan pada kesamaan unsur-unsur yang terdapat dalam bahan tersebut dengan unsur-unsur yang terdapat pada makhluk hidup. Minyak bumi merupakan campuran komplek hidrokarbon plus senyawaan organik dari Sulfur, Oksigen, Nitrogen dan senyawa-senyawa yang mengandung konstituen logam terutama Nikel, Besi dan Tembaga. Minyak bumi sendiri bukan merupakan bahan yang uniform, melainkan berkomposisi yang sangat bervariasi, tergantung pada lokasi, umur lapangan minyak dan juga kedalaman sumur. Profil Kedalaman VS Total Organic Carbon (TOC) Didapatkan hasil dari analisa TOC dan Depth didapatkan pada sumur beta TOC nya antara 1% - 2% didapatkan GOOD

Profil Kedalaman VS Ro Didapatkan hasil dari analisa Depth VS Ro, setelah ditarik garis berat yang membagi 2 titik-titik Ro sama besar, didapatkan kedalaman pada kedalaman 28952975 dengan nilai RO nya 0,51-0,58 didapatkan belum matang dan didapatkan kedalaman 2975-3035 dengan nilai RO 0,60-0,68 didapatkan Matang.

Analisa Grafik Total Organik Karbon vs Potensial Yielding Berdasarkan hasil analisa pada formasi Tawun dan Formasi Kujung pada sumur Beta didapatkan nilai baik.

Analisa Tipe Kerogen Hasil analisa Tipe Kerogen sumur Beta berdasarkan grafik Hi VS Oi menghasilkan kerogen Tipe II/III, di mana lebih dominan ke tipe II dilihat dari kurva Hi VS Oi.

Profil Analisa Komposisi Kerogen Dari hasil analisa didapatkan komposisi kerogen pada Formasi Tawun dan Formasi Kujung di dapat komposisi karogen OIL.

Adhitya Fakhrul Hidayat 111.110.067 Plug : 3

10

You might also like