You are on page 1of 13

Soal

1 Sebutkan Nama Para Pakar Yang Berbicara Tentang Budaya Politik Dan Apa Kata Mereka 2 Terangkan Budaya Politik Di Indonesia Dari Para Pakar Beserta Dengan Penjelasannya 3 Ada 7 Budaya Demokrasi. Sebutkan Dan Terangkan Masing-Masing 4 A. Apa Pengertian Masyarakat Madani B. Apa Ciri Khas Masyarakat Madani 5 Apa Yang Perlu Diperhatikan Untuk Membangun Wawasan Kebangsaan Indonesia Yang Solid Dan Integrasi Nasional Yang Mantap Dan Kokoh 6 Terangkan Pakar-Pakar Dibawah Ini Dan Apa Kata Mereka a. John Neishbictt b. Samuel Hutingthon c. Cliffort Gerth d. Ernest Renant e. Siswono Yudohusodo 7 Sebutkan Jenis Konflik Berdasarkan a. Fungsinya b. Pelaku Konflik 8 Apa Landasan Ketahanan Nasional Bangsa Indonesia? Terangkan Satu Persatu!

JAWABAN

1 Sebutkan Nama Para Pakar Yang Berbicara Tentang Budaya Politik Dan Apa
Kata Mereka
** Menurut Samuel Beer, budaya politik adalah nilai-nilai keyakinan dan sikap-sikap emosi tentang bagaiman pemerintahan seharusnya dilaksanakan dan tentang apa yang harus dilakukan oleh pemerintah. ** Menurut Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, budaya politik adalah suatu sikap orientasi yang khas dari warga negara terhadap sistem politik dengan aneka ragam bagiannya dan sikap terhadap peranan warga negara yang ada dalam sistem itu. ** Menurut Rusdi Sumintapura, budaya politik adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan plitik yang dihayati oleh para anggota suatu sistem politik.

** Menurut Mochtar Masud dan Colin McAndrews, budaya politik adalah sikap dan orientasi warga suatu negara terhadap kehidupan pemerintahan negara dan politiknya. ** Menurut Larry Diamond, budaya politik adalah keyakinan, sikap, nilai, ide-ide, sentimen, dan evaluasi suatu masyarakat tentang sistem politik negara mereka dan peran masing-masing individu dalam sistem itu. ** Menurut Almond dan Powell ada 2 orientasi Politik yaitu tingkat Masyarakat dan tingkat Individu: 1. Orientasi individu dalam system politik dapat dilihat dari 3 komponen: a. Orientasi Kognitif berbagai keyakinan dan pengetahuan seseorang tentang: - sistem politik. - tokoh pemerintahan - kebijakan pemerintahan - Simbol-simbol yang dimiliki oleh sistem politik seperti: ibukota negara, lambang negara, kepala negara, batas negara, mata uang, dll. b. Orientasi Afektif menunjuk pada aspek perasaan atau ikatan emosional individu pada sistem politik. Seperti perasaan khusus terhadap aspek sistem politik yang membuatnya menerima dan menolak sistem politik. Orientasi afektif ini dipengaruhi oleh keluarga dan lingkungan. c. Orientasi Evaluatif berkaitan dengan penilaian moral seseorang terhadap sistem politik, kinerja sistem politik, komitmen terhadap nilai dan pertimbangan politik. 2. Orientasi Tingkat Masyarakat adalah pandangan dan sikap sesama warga negara yang meliputi rasa percaya dan permusuhan antar individu, kelompok maupun golongan. Sikap saling percaya menumbuhkan saling kerja sama sedangkan sikap permusuhan menimbulkan konflik.

Terangkan Budaya Politik Di Indonesia Dari Para Pakar Beserta Dengan

Penjelasannya
**Menurut Herbert Feith, Indonesia memiliki 2 budaya politik yang dominan: 1. Aristokrasi Jawa 2. Wiraswasta Islam **Menurut Clifford Geertz, Indonesia memiliki 3 sub-budaya yaitu: 1. Santri: pemeluk agama islam yang taat yang terdiri dari pedagang di kota dan petani berkecukupan. 2. Abangan: yang terdiri dari petani kecil. yang

3. Priyayi: golongan yang masih memiliki pandangan hindu buddha, yang kebanyakan dari golongan terpelajar, golongan atas penduduk kota terutama golongan pegawai. **Menurut Afan Gaffar, budaya politik Indonesia memiliki 3 ciri dominan: 1. Hirarki yang tegar/ketat: adanya pemilahan tegas antar penguasa (wong Gedhe) dengan Rakyat kebanyakan (wong cilik). 2. Kecendrungan Patronage (hubungan antara orang berkuasa dan rakyat biasa) seperti majikan dengan buruh. 3. Kecendrungan Neo Patrimonialistik, yaitu perilaku negara masih memperlihatkan tradisi dan budaya politik yang berkarakter patrimonial. **Menurut Max Weber, dalam negara yang patrimonialistik penyelenggaraan pemerintahan berada dibawah kontrol langsung pimpinan negara. Menurutnya karakteristik negara patrimonialistik adalah: a. Cenderung mempertukarkan sumber daya yang dimiliki seseorang penguasa kepada temantemannya. b. Kebijakan sering kali lebih bersifat partikularistik dari pada bersifat universalistik. c. Rule of Law lebih bersifat sekunder bila dibandingkan dengan kekuasaan penguasa (rule of man)

d. Penguasa politik sering kali mengaburkan antara kepentingan umum dan kepentingan publik. **Menurut Nazarudin Samsudin, menyatakan dalam sebuah budaya ciri utama yang menjadi identitas adalah sesuatu nilai atau orientasi yang menonjol dan diakui oleh masyarakat atau bangsa secara keseluruhan. Jadi simbol yang selama ini telah diakui dan dikenal masyarakat adalah Bhineka Tunggal Ika, maka budaya politik kita di Indonesia adakah Bhineka Tunggal Ika.

3
1.

Ada 7 Budaya Demokrasi. Sebutkan Dan Terangkan Masing-Masing


Kebebasan, adalah keleluasaan untuk membuat pilihan terhadap beragam pilihan atau melakukan sesuatu yang bermamfaat untuk kepentingan bersama atas kehendak sendiri tanpa tekanan dari pihak manapun. Bukan kebebasan untuk melakukan hal tanpa batas. Kebebasan harus digunakan untukhal yang bermamfaat bagi masyarakat, dengan cara tidak melanggar aturan yang berlaku.

2.

Persamaan, adalah Tuhan menciptakan manusia dengan harkat dan martabat yang sama. Di dalam masyarakat manusia memiliki kedudukan yang sama di depan hukum,politik, mengembangkan kepribadiannya masing-masing, sama haknya untuk menduduki jabatan pemerintahan.

3.

Solidaritas, adalah kesediaan untuk memperhatikan kepentingan dan bekerjasama dengan orang lain. Solidaritas sebagai perekat bagi pendukung demokrasi agar tidak jatuh kedalam perpecahan.

4.

Toleransi, adalah sikap atau sifat toleran. Toleran artinya bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dll) yang bertentangan atau berbeda dengan pendirian sendiri.

5.

Menghormati Kejujuran, adalah keterbukaan untuk menyatakan kebenaran, agar hubungan antar pihak berjalan baik dan tidak menimbulkan benih-benih konplik di masa depan.

6.

Menghormati penalaran, adalah penjelasan mengapa seseorang memiliki pandangan tertentu, membela tindakan tertentu,dan menuntut hal serupa dari orang lain. Kebiasaan member penalaran akan menumbuhkan kesadaran bahwa ada banyak alternatif sumber informasi dan ada banyak cara untuk mencapai tujuan.

7.

Keadaban, adalah ketinggian tingkat kecerdasan lahir-batin atau kebaikan budi pekerti. Perilaku yang beradab adalah perilaku yang mencerminkan penghormatan terhadap dan

mempertimbangkan kehadiran pihak lain yang tercermin dalam sopan santun, dan beradab.

4
A.Pengertian Masyarakat Madani
Masyarakat Madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, serta masyarakat yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hal tersebut merupakan pengertian umum dari masyarakat madani, berikut ini ada beberapa pengertian masyarakat madani menurut para ahli :

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, masyarakat madani adalah masyarakat yang menjunjung tinggi norma, nilai-nilai, dan hukum yang ditopang oleh penguasaan teknologi yang beradab, iman dan ilmu.

Menurut Syamsudin Haris, masyarakat madani adalah suatu lingkup interaksi sosial yang berada di luar pengaaruh negara dan model yang tersusun dari lingkungan masyarakat paling akrab seperti keluarga, asosiasi sukarela, gerakan kemasyarakatan dan berbagai bentuk lingkungan komunikasi antar warga masyarakat.

Menurut Nurcholis Madjid, masyarakat madani adalah masyarakat yang merujuk pada masyarakat Islam yang pernah dibangun Nabi Muhammad SAW di Madinah, sebagai masyarakat kota atau masyarakat berperadaban dengan ciri antara lain : egaliteran(kesederajatan), menghargai prestasi, keterbukaan, toleransi dan musyawarah.

Menurut Ernest Gellner, Civil Society atau Masyarakat Madani merujuk pada mayarakat yang terdiri atas berbagai institusi non pemerintah yang otonom dan cukup kuat untuk dapat mengimbangi Negara.

Menurut Cohen dan Arato, Civil Society atau Masyarakat Madani adalah suatu wilayah interaksi sosial diantara wilayah ekonomi, politik dan Negara yang didalamnya mencakup semua kelompok-kelompok sosial yang bekerjasama membangun ikatan-ikatan sosial diluar lembaga resmi, menggalang solidaritas kemanusiaan, dan mengejar kebaikan bersama (public good).

Menurut Muhammad AS Hikam, Civil Society atau Masyarakat Madani adalah wilayahwilayah kehidupan sosial yang terorganisasi dan bercirikan antara lain kesukarelaan (voluntary), keswasembadaan (self-generating), keswadayaan (self-supporing),dan kemandirian yang tinggi berhadapan dengan negara, dan keterikatan dengan norma-norma dan nilai-nilai hukum yang diikuti oleh warganya.

Menurut M. Ryaas Rasyid, Civil Society atau Masyarakat Madani adalah suatu gagasan masyarakat yang mandiri yang dikonsepsikan sebagai jaringan-jaringan yang produktif dari kelompok-kelompok sosial yang mandiri, perkumpulan-perkumpulan, serta lembaga-lembaga yang saling berhadapan dengan Negara.

Pengertian Masyarakat Madani Gagasan masyarakat madani sesungguhnya baru belakangan popular sekitar awal tahun 90-an di Indonesia, dan karena itu barangkali juga masih berbau asing bagi sebagian kita. Konsep ini pada awalnya, sebenarnya mulai berkembang di Barat, memiliki akar sejarah awal dalam peradaban masyarakat Barat, dan terakhir setelah sekian lama seolah-olah terlupakan dalam perdebatan wacana ilmu sosial modern, kemudian mengalami revitalisasi terutama ketika Eropa Timur dilanda gelombang reformasi di tahun-tahun pertengahan 80an hingga awal 90-an.

Selanjutnya, wacana ini oleh orang banyak bangsa dan masyarakat di Negara berkembang, termasuk Indonesia, secara antusias ikut dikaji, dikembangkan, dan dieliminasi, sebagaimana realitas empiris yang dihadapi. Kemudian dalam mendefinisikan terma Masyarakat Madani ini sangat bergantung pada kondisi sosial-kultural suatu bangsa, karena bagaimanapun konsep masyarakat madani merupakan bangunan terma yang lahir dari sejarah pergulatan bangsa Eropa Barat. Sebagai titik tolak, disini akan dikemukakan beberapa definisi masyarakat madani dari berbagai pakar di berbagai Negara yang menganalisa dan mengkaji fenomena masyarakat madani ini. Pertama, definisi yang dikemukakan oleh Zbigniew Rau dengan latar belakang kajiannya pada kawasan Eropa Timur dan Uni Soviet. Ia mengatakan bahwa yang dimaksud masyarakat madani adalah sebuah ruang yang bebas dari pengaruh keluarga dan kekuasaan Negara. Tiadanya pengaruh keluarga dan kekuasaan Negara dalam masyarakat madani ini diekspresikan dalam gambaran ciri-cirinya, yakni individualisme,pasar (market ) dam pluralisme. Kedua, yang digambarkan oleh Han Sung-joo dengan latar belakang kasus Korea Selatan. Ia mengatakan bahwa masyarakat madani merupakan sebuah kerangka hukum yang melindungi dan menjamin hak-hak dasar individu, perkumpulan sukarela yang terbebas dari Negara, suatu ruang publik yang mampu mengartikulasikan isu-isu politik, gerakan warga Negara yang mampu mengendalikan diri dan independen, yang secara bersama-sama mengakui norma-norma dan budaya yang menjadi identitas dan solidaritas yang terbentuk serta pada akhirnya akan terdapat kelompok inti dalam civil society ini. Ketiga, definisi yang dikemukakan oleh Kim Sunhyuk, juga dalam konteks Korea Selatan.Ia mengatakan bahwa yang dimaksud masyarakat madani adalah suatu satuan yang terdiri dari kelompok-kelompok yang secara mandiri menghimpun dirinya dan gerakangerakan dalam masyarakat yang secara relative otonom dari Negara, yang merupakan satuan-satuan dasar dari reproduksi dan masyarakat yang mampu melakukan kegiatan poitik dalam suatu ruang public, guna menyatakan kepedulian mereka dan memajukan kepentingan-kepentingan mereka menurut prinsip-prinsip pluralisme danpengelolaan yang mandiri. Secara global dari ketiga definisi di atas dapat ditarik benang emas, bahwa yang dimaksud masyarakat madani adalah suatu kelompok atau tatanan masyarakat yang berdiri secara mandiri di hadapan penguasa dan Negara, memiliki ruang publik (public sphere) dalam

mengemukakan pendapat, adanya lembaga-lembaga yang mandiri yang dapat menyalurkan aspirasi dan kepentingan publik. Di Indonesia, terma masyarakat madani mengalami penerjemahan yang berbedabeda dengan sudut pandang yang berbeda pula, seperti masyarkat sipil, masyarakat kewargaan, masyarakat berbudaya dan civil society (tanpa diterjemahkan). Masyarakat Madani, konsep ini merupakan penerjemahan istilah dari konsep civil society yang pertama kali digulirkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim dalam ceramahnya pada Simposium Nasional dalam rangka Forum Ilmiah pada acara Festifal Istiqlal, 26 September 1995 di Jakarta. Konsep yang diajukan oleh Anwar Ibrahim ini hendak menunjukan masyarakat yang memiliki peradaban maju. Mayarakat Sipil merupakan penurunan langsung dari terma civil society. istilah ini banyak dikemukakan oleh Mansour Fakih untuk menyebutkan prasyarat masyarakat dan Negara dalam rangka proses penciptaan dunia secara mendasar baru dan lebih baik. Masyarakat Kewargaan, konsep ini digulirkan oleh M. Ryas Rasyid dengan tulisannya Perkembangan Pemikiriran Masyarakat Kewargaan. Konsep ini merupakan respon dari keinginan untuk menciptakan warga Negara sebagai bagian integral Negara yang mempunyai andil dalam setiap perkembangan dan kemajuan Negara (state). Mayarakat Berbudaya merupakan isilah yang paling popular dan digandrungi di Indonesia untuk menerjemahkan istilah masyarakat madani.Apa makna istilah ini? Tak pelak bahwa kata madani merujuk pada Madinah sebuah kota yang sebelumnya bernama Yastrib di wilayah Arab, di mana masyarakat Islam di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dimasa lalu pernah membangun peradaban tinggi. Menurut Nurcholish Madjid, kata madinah berasal dari bahasa Arab madaniyah yang berarti peradaban. Karena itu masyarakat madani berasosiasi, masyarakat beradab.

B. CIRI KHAS MASYARAKAT MADANI


(1) Menjunjung tinggi nilai, norma, dan hukum yang ditopang oleh iman dan teknologi. (2) Mempunyai peradaban yang tinggi ( beradab ). (3) Mengedepankan kesederajatan dan transparasi ( keterbukaan ). (4) Free public sphere (ruang publik yang bebas)

(5) Ruang publik yang diartikan sebagai wilayah dimana masyarakat sebagai warga negara memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, warga negara berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul serta mempublikasikan pendapat, berserikat, berkumpul serta mempublikasikan informasi kepada publik. (6) Demokratisasi (7) Menurut Neera Candoke, masyarakat sosial berkaitan dengan wacana kritik rasional masyarakat yang secara ekspisit mensyaratkan tumbuhnya demokrasi., dalam kerangka ini hanya negara demokratis yang mampu menjamin masyarakat madani. Demokratisasi dapat terwujud melalui penegakkan pilar-pilar demokrasi yang meliputi : 1) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) 2) Pers yang bebas 3) Supremasi hokum 4) Perguruan Tinggi 5) Partai politik (8) Toleransi (9) Toleransi adalah kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan politik dan sikap sosial yang berbeda. Toleransi merupakan sikap yang dikembangkan dalam masyarakat madani untuk menunjukan sikap saling menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh orang atau kelompok masyarakat yang lain yang berbeda. (10)Pluralisme (11)Pluralisme adalah sikap mengakui dan menerima kenyataan disertai sikap tulus bahwa masyarakat itu majemuk. Kemajemukan itu bernilai positif dan merupakan rahmat tuhan. (12)Keadilan Sosial (Social justice) (13)Keadilan yang dimaksud adalah keseimbangan dan pembagian yang proporsional antara hak dan kewajiban setiap warga dan negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan. (14)Partisipasi sosial (15)Partisipasi sosial yang benar-benar bersih dari rekayasa merupakan awal yang baik bagi terciptanya masyarakat madani. Partisipasi sosial yang bersih dapat terjadi apabila tersedia iklim yang memunkinkan otonomi individu terjaga. (16)Supermasi hukum

(17)

Penghargaan terhadap supermasi hukum merupakan jaminan terciptanya keadilan,

keadilan harus diposisikan secara netral, artinya tidak ada pengecualian untuk memperoleh kebenaran di atas hukum.

5 Apa Yang Perlu Diperhatikan Untuk Membangun Wawasan Kebangsaan


Indonesia Yang Solid Dan Integrasi Nasional Yang Mantap Dan Kokoh
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk membangun wawasan kebangsaan Indonesia yang solid dan integrasi nasional yang mantap serta kokoh. Pertama, kemampuan dan kesadaran bangsa dalam mengelola perbedaan perbedaan suku, agama, ras dan antargolongan serta keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang tumbuh dan berkembang di wilayah nusantara. Perbedaan perbedaan itu bukanlah sebagai suatu hal yang harus dipertentangkan, akan tetapi harus diartikan sebagai kekayaan dan potensi bangsa. Kedua, kemampuan mereaksi penyebaran ideology asing, dominasi ekonomi asing serta penyebaran globalisasi dalam berbagai aspeknya. Dunia memang selalu berubah seirama dengan perubahan masyarakat dunia. Bersamaan dengan itu, ideology dunia juga merambah ke kawasan global yang siap menyebarkan virusperubahannya ke seluruh penjuru dunia yang meliputi seluruh aspek kehidupan. Dalam kaitan ini, perwujudan wawasan kebangsaan dan integrasi nasional, terkadang sering goyah akibat tuntutan dunia yang tidak kenal batas itu. Persoalan yang perlu dicermati, bagaimana suatu bangsa mampu membangun wawasan nasional dan integrasi nasional dengan mantap dan kokoh sebagai modal dalam membangun sebuah pendirian ketika isu isu global itu mulai ditawarkan. Sebagai warga dunia setiap warga Negara dan bangsa hendaknya mampu berpikir kritis terhadap kemajuan dunia, agar mereka selalu memiliki world view (pandangan dunia) secara mantap dan tidak ketinggalan oleh kemajuan bangsa bangsa lain. Namun demikian perspektif global juga tidak lepas dengan sebuah paradoks, yang kadang bisa membingungkan masyarakat dunia. Dalam rangka ini, kematangan pendirian sebuah bangsa menjadi penting, karena dengan itu, suatu bangsa mampu melakukan pilihan pilihan secara rasional (rational choices) terhadap apa yang sedang muncul sebagai gebyar zaman (dunia). Posisi lokal hendaknya juga perlu diperhatikan dalam menentukan pendirian bangsa Indonesia atas semangat kebangsaannya. Pada abad ke-21, yang bercirikan liberalisasi dan perdangan serta mendewakan budaya global itu, bisa melanda bangsa bangsa yang melewah wawasan

kebangsaannya. Itulah sebabnya banyak pakar pakar yang mengemukakan tentang hal tersebut, diantaranya yaitu: John Neisbiett yang berbunyi: berpikirlah lokal, bertindaklah global (think lokally, act globally), menjadi penting diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Mantra itu, sebagai kebalikan dari prase lama, yaitu berpikirlah global, bertindaklah lokal (think globally, act locally). Sebab, menurutnya, pola berpikir lokal, bertindak global, hanya bisa dilakukan oleh bangsa yang kuat semangat kebangsaannya. Samuel Hutingthon, pernah berkomentar pada akhir abad ke-20, bahwa Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi paling besar untuk hancur, setelah Yugoslavia dan Uni Soviet akhir abad ke-20 ini. Cliffrod Gertz , antropolog yang Indonesianis ini pernah mengatakan; kalau bangsa Indonesia tidak pandai-pandai memanajemen keanekaragaman etnik, budaya, dan solidaritas etnik, maka Indonesia akan pecah menjadi negara-negara kecil. Ernest Renan menerangkan bahwa suatu negara adalah mereka yang mempunyai hasrat kuat untuk hidup bersama. Siswono Yudohusodo, yang mengatakan, substansi dari rasa kebangsaan adalah kesadaran untuk bersatu sebagai suatu bangsa akibat kesamaan sejarah dan kepentingan masa depannya dan merupakan perekat yang mempersatukan sekaligus memberi dasar kepada jati diri bangsa. Sebagai ilustrasi, misalnya Jepang, dengan budaya yang paling homogeny itu, telah bekerja luar biasa baiknya dalam berpikir secara lokal dan bertindak secara global selama bertahun tahun. Ketiga, membangun system politik dan pemerintahan yang sesuai dengan ideology nasional (Pancasila) dan konstitusi UUD 1945. Keempat, menyelenggarakan proyek budaya dengan cara melakukan pemahaman dan sosialisasi terhadap symbol symbol identitas nasional, misalnya: Bahasa Indonesia, lagu Indonesia Raya, bendera Merah Putih dan Garuda Pancasila sebagai lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beranalog dengan konsep wawasan kebangsaan tadi, integrasi nasional hendaknya juga diartikan bukan sebagai benda akan tetapi harus diartikan sebagai semangat untuk melakukan penyatuan terhadap unsur unsur dan potensi masyarakat Indonesia yang beranekaragam. Dengan demikian, integrasi nasional di Indonesia, bukanlah sebuah peleburan yang sifatnya

unifikatif, akan tetapi lebih tepat disebut dengan integrasi nasional yang bersifat diversifikatif (pembedaan). Dengan cara itu, perbedaan tetap diakui karena masyarakat akan bebas berekspresi selaras dengan aspirasi dan way of life yang diangkat dari nilai nilai moral yang bersumber dari budaya daerah setempat (lokal). Disamping itu, integrasi nasional yang diversifikatif lebih tampak demokratis, dari pada integrasi nasional yang unifikatif yang justru mengarah pada perkosaan HAM dan memungkiri realitas perbedaan. Integrasi nasional yang diversifikatif lebih sesuai dengan semboyan bangsa kita dalam lambang Negara Garuda Pancasila, yaitu Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya yang berbeda beda itu pada hakikatnya adalah satu.

6 Terangkan Pakar-Pakar Dibawah Ini Dan Apa Kata Mereka


a. b. c. d. e. John Neisbiet Samuel Hutingthon Cliffrod Gertz Ernest Renan Siswono Yudohusodo

John Neisbiett yang berbunyi: berpikirlah lokal, bertindaklah global (think lokally, act globally), menjadi penting diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Mantra itu, sebagai kebalikan dari prase lama, yaitu berpikirlah global, bertindaklah lokal (think globally, act locally). Sebab, menurutnya, pola berpikir lokal, bertindak global, hanya bisa dilakukan oleh bangsa yang kuat semangat kebangsaannya. Samuel Hutingthon, pernah berkomentar pada akhir abad ke-20, bahwa Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi paling besar untuk hancur, setelah Yugoslavia dan Uni Soviet akhir abad ke-20 ini. Cliffrod Gertz , antropolog yang Indonesianis ini pernah mengatakan; kalau bangsa Indonesia tidak pandai-pandai memanajemen keanekaragaman etnik, budaya, dan solidaritas etnik, maka Indonesia akan pecah menjadi negara-negara kecil. Ernest Renan menerangkan bahwa suatu negara adalah mereka yang mempunyai hasrat kuat untuk hidup bersama.

Siswono Yudohusodo, yang mengatakan, substansi dari rasa kebangsaan adalah kesadaran untuk bersatu sebagai suatu bangsa akibat kesamaan sejarah dan kepentingan masa depannya dan merupakan perekat yang mempersatukan sekaligus memberi dasar kepada jati diri bangsa.

7 Sebutkan Jenis Konflik Berdasarkan


a. Fungsinya b. Pelaku Konflik
a. Jenis konflik berdasarkan fungsi : 1 Konflik fungsional adalah konflik yang bersifat konstruktif dan membantu dalam meningkatkan kinerja organisasi. Konflik ini mendorong orang untuk bekerja lebih keras, bekerja sama dan lebih kreatif. 2 Konflik disfungsional adalah konflik yang bersifat destruktif dan dapat menurunkan kinerja organisasi. misalnya: dua orang karyawan tidak bisa bekerjasama karena permusuhan pribadi; anggota komite yang tidak dapat menyetujui tujuan yang ditetapkan organisasi. Terlalu banyak maupun terlalu sedikit konflik akan bersifat disfungsional sedangkan konflik pada tingkat moderat akan bersifat fungsional.

b. Jenis Konflik berdasarkan pelaku konflik 1. Konflik interpersonal: konflik yang terjadi antar individu karena adanya perbedaan kepentingan dan nilai. 2. Konflik intragroup: konflik yang terjadi dalam suatu kelompok yang ada dalam organisasi.

3. Konflik intergroup: konflik yang terjadi antar dua kelompok atau lebih dalam suatu organisasi. Manajer memiliki peran penting dalam menyelesaikan konflik antar kelompok ini. 4. Konflik interorganisasional: konflik yang terjadi antar organisasi. Misal: Manajer di suatu perusahaan merasa bahwa perusahaan lain melakukan tindakan yang tidak etis.

8
(kurang terangkan satu persatu) 1. Pancasila 2. UUD 1945 3. Wawasan Nusantara

You might also like